PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

30
PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA DESA ATAS PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKSANAKAN DI BAWAH TANGAN DI DESA PLERET KECAMATAN POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Oleh Rohmad Supaat 21601021247 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG 2020

Transcript of PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

Page 1: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA

DESA ATAS PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKSANAKAN

DI BAWAH TANGAN DI DESA PLERET KECAMATAN POHJENTREK

KABUPATEN PASURUAN

SKRIPSI

Oleh

Rohmad Supaat

21601021247

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG

2020

Page 2: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

i

RINGKASAN

PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA

DESA ATAS PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DILAKSANAKAN

DI BAWAH TANGAN DI DESA PLERET KECAMATAN POHJENTREK

KABUPATEN PASURUAN

Rohmad Supaat

Universitas Islam Malang

Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan penyelesaian sengketa

tanah yang terjadi di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten pasuruan

dengan cara mediasi oleh Kepala Desa. Hal ini menjadi menartik untuk di teliti

karena berangkat dari banyaknya sengketa tanah yang terjadi di desa Pleret karena

transaksi jual beli yang dilakukan secara dibawah tangan. Penyelesaian sengketa

dengan jalur mediasi ini dipilih oleh warga Pleret karena dengan mediasi akan

menghasilkan damai dan jalan keluar yang berkeadilan. Mediasi yang diterapkan

adalah mediasi dengan dimediatori oleh kepala desa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat rumusan masalah

sebagai berikut: 1. Apakah penyebab terjadinya sengketa tanah yang terjadi di desa

Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan? dan 2. Bagaimana mekanisme

mediasi ytang dilakukan oleh Kepala Desa di desa Pleret Kecamatan Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan?

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis empiris dengan

menggunakan pendekatan sosiologis. Pengumpulan data melalui metode

wawancara dan studi pustaka. Selanjutnya data yang ada dikaji dan dianalisis

dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab

isu hukum yang diangkat dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini, yang menjadi penyebab utama terjadinya sengketa tanah

yang terjadi di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan adalah

adanya praktik jual beli dengan objek tanah yang dilakukan dengan cara dibawah

tanya dan tidak disegerakan daftar sertifikat yang baru. Praktik jual beli yang seperti

ini rentanmenimbulkan sengketa tanah dikemudian hari yang berkaitan dengan

batas-batas wilayah tanah yang pernah menjadi objek jual beli yang dilakukan

dibawah tangan. Selanjutnya, Proses Mediasi yang dilakukan di Desa Pleret

Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan dengan mediator Kepala Desa, secara

umum dipahami sama dengan mediasi yang dilakukan oleh hakim mediator, yaitu

dengan tiga tahap (pra mediasi, mediasi, dan pasca mediasi). Mediasi dilakukan

harus atas dasar kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketa tanah yang

dialami dengan jalan mediasi dengan mediator seorang Kepala Desa. Setelah itu

masing masing diberi waktu utnuk menjelaskan keinginannya masing-masing dan

pada akhirnya mediator menawarkan solusi sebagai jalan tengah. Setelah

kesepakatan terhadap jalan kelua, maka keputusan mediator itu langsung dapat

dilaksanakan oleh para pihak.

Kata Kunci : Sengketa Tanah, Mediasi, Peralihan hak atas Tanah.

Page 3: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

ii

SUMMARY

MEDIATION BY THE HEAD OF THE VILLAGE FOR THE TRANSFER OF

LAND RIGHTS THAT ARE IMPLEMENTED UNDER THE HANDS IN

PLERET VILLAGE, POHJENTREK DISTRICT, PASURUAN DISTRICT

Rohmad Supaat

Faculty of Law, University of Islam Malang

In this thesis, the writer raises the problem of resolving land disputes that

occur in Pleret Village, Pohjentrek District, Pasuruan Regency by means of

mediation by the Village Head. This becomes interesting to be examined because it

departs from the many land disputes that occur in the village of Pleret because of

buying and selling transactions carried out under the hand. Settlement of disputes

with this mediation route was chosen by the citizens of Pleret because mediation

would result in peace and a just solution. The mediation applied was mediated by

the village head.

Based on this background, the authors raise the problem formulation as

follows: 1. What are the causes of land disputes that occur in Pleret village,

Pohjentrek District, Pasuruan Regency? and 2. How is the mediation mechanism

carried out by the Village Head in Pleret village, Pohjentrek Sub-district of

Pasuruan Regency?

This research is an empirical legal research using a sociological approach.

Data collection through interview and literature study methods. Furthermore, the

existing data is reviewed and analyzed with approaches used in research to answer

the legal issues raised in this study.

The results of this study, which became the main cause of land disputes that

occurred in Pleret Village, Pohjentrek Subdistrict, Pasuruan Regency, were the

practice of buying and selling with land objects which were carried out in a manner

under question and were not rushed into a list of new certificates. The practice of

buying and selling like this is vulnerable to lead to land disputes in the future

relating to the boundaries of the land that was once the object of buying and selling

carried out under the hand. Furthermore, the Mediation Process carried out in

Pleret Village, Pohjentrek Subdistrict, Pasuruan Regency with the mediator of the

Village Head, is generally understood to be the same as the mediation conducted

by the mediator judge, namely in three stages (pre mediation, mediation, and post

mediation). Mediation must be done based on the agreement of the parties to

resolve the land dispute that is experienced by mediating with the mediator of a

Village Head. After that each was given time to explain their desires and in the end

the mediator offered a solution as a middle ground. After the agreement on the

second road, the mediator's decision can immediately be carried out by the parties.

Keywords : Land Dispute, Mediation, Transfer of Land Rights.

Page 4: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki berbagai macam jenis

kebutuhan hidup yang tidak mungkin diproduksi sendiri. Manusia selalu

berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Salah satu kebutuhan manusia

tersebut adalah tanah.

Indonesia merupakan negara agraris, hal ini dikarenakan pertanahan

merupakan unsur penyokong keberlangsungan hidup segenab masyarakat

Indonesia contohnya dalam bidang pertanian dan perkebunan. Masyarakat

Indonesia mayoritas masih menjadi bermata pencaharian dibidang pertanian

dan bercocok tanam. Melihat kenyataan bahwa tanah menjadi unsur penting

dalam kehidupan masyarakat Indonesia, maka sebagai konsekuensi logisnya

tanah harus menjadi perhatian khusus terutama dalam segi pengaturan hukum

yang mengatur tentang hal tersebut, sebagai pengejawantahan dari amanat

yang diberikan oleh Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan:

“bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya harus

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Undang-Undang

Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia yang menjadi Hukum

tertinggi dari segala bentuh produk hukum yang ada di Indonesia telah

memberikan makna yang cukup mendasar dan memberikan perhatian yang

cukup luas khusus dalam bidang pertanahan.

Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 harus dijabarkan oleh Undang-

Undang sebagai Norma untuk menjalankan amanatnya, maka pada tanggal 24

Page 5: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

2

September 1960 disahkan Undang-Undang Nomor 104 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang lebih dikenal dengan nama

singkatan resminya Undang-Undang Pokok Agraria.1

Dalam rangka pembangunan nasional yang berkesinambungan, peranan

tanah akan menjadi penting sehubungan dengan terus bertambahnya jumlah

penduduk yang semuanya memerlukan tanah untuk pemukiman. Dengan

semakin meningkatnya kegiatan pembangunan kebutuhan akan tanah untuk

kegiatan usaha maka semakin meningkat pula pada kebutuhan akan dukungan

berupa jaminan kepastian hukum dibidang pertahanan. Sebagaimana

diungkapkan oleh Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia,

pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 104 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria dibentuk dalam rangka melaksanakan

pembangunan nasional untuk mengisi mengisi kemerdekaan menuju

terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.2

Negara Indonesia adalah Negara Agraris sehingga setiap warga negaranya

yang mempunyai status tanah baik itu hak milik adat hak pakai ataupun hak

pengelolaan harus disosialisasikan untuk segera mendaftarkan haknya baik

secara sistematis maupun secara sporadic supaya hak-haknya tentang

kepemilikan tanah dapat dilindungi secara hukum.3

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 104 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ini memberikan kepastian hukum

terhadap setiap warga negar dalam mengelola pertanahan dengan tidak serta

1 Boedi Harsono, (2008), Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1, Jakarta: Djambatan. h. 1 2 Ibid., h. 3. 3 Imam Soetiknyo, (1987), Proses Terjadinya UUPA, Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

h. 59.

Page 6: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

3

merta mengesampingkan berlakunya hukum adat yang hidup ditengah-tengah

masyarakat sepanjang nilai-nilai adat tersebut tidak bertentangan dengan

hukum nasional kita. Pengakuan tersebut sebagaimana terdapat dalam Pasal 5

Undang-Undang Nomor 104 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria yang berbunyi: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air

dan ruang angkasa ialah Hukum Adat, sepanajang tidak bertentangan dengan

kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa,

dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum

dalam Undang-Undang ini dan dengan peraturan peraturan lainnya, segala

sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang berdasarkan pada Hukum

Agama”.

Sebagai negara yang mayoritas mengandalkan pertanian atau

memanfaatkan hasil tanah, maka kebutuhan terhadap tanah pun semakin

meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tanah, akan

mendorong meningkatnya kegiatan jual beli tanah sebagai salah satu bentuk

proses peralihan hak atas tanah. Menurut ketentuan Undang-Undang Pokok

Agraria bahwa jual beli tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat

oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), hal ini juga

ditegaskan dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah: “Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas

satuan rumah susun melalui jual-beli, tuka-menukar, hibah, pemasukan

data perusahaan dan perbuatan hukum memindah hak karena lelang hanya

dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang

berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Page 7: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

4

Ketentuan diatas mengamanatkan bahwa setiap perbuatan pengalihan hak

atas tanah harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

dan setelah itu didaftarkan pada kantor pertanahan diwilayah hukum tanah

tersebut berada supaya dapat diterbitkan sertifikat hak milik baru sebagai bukti

otentik kepemilikan yang sah atas suatu objek tanah tersebut. Dengan

dilaksanakannya pendaftaran terhadap tanah tersebut, seseorang akan

mendapatkan surat bukti kepemilikan tanah yang biasa disebut dengan

sertifikat tanah. Dengan adanya sertifikat tersebut, maka seseorang dapat

terhindar dari kemungkinan terjadinya sengketa mengenai kepemilikan atas

tanah.

Disadari atau tidak, tanah sebagai benda yang bersifat tetap, dapat

menimbulkan masalah jika dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk yang

terus meningkat.4 Oleh karena itu dibutuhkan sebuah suatu bukti otentik untuk

melindungi hak hukum seseorang sebagai pemilik sah atas suatu objek tanah

tersebut. Dengan dilakukan pendaftaran dan penerbitan sertifikat hak milik

tersebut akan meminimalisir kemungkinan-kemungkinan masalah atau

sengketa terhadap hak kepemilikan dan batas-batas kepemilikan atas suatu

objek tanah.

Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari kerap kali kita

jumpai transaksi jual beli tanah dilakukan dengan akta bawah tangan. Penyebab

mereka lebih memilih jual beli dibawah tangan diantaranya adalah di

karenakan jual beli dibawah tangan terbilang cepat atau tidak memakan waktu

yang lama, selain itu jual beli dibawah tangan juga tidak memerlukan biaya

4 Effendi Perangin, (1991), Praktik Permohonan Hak Atas Tanah, Jakarta: Rajawali Press. h. 55.

Page 8: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

5

yang banyak dan mudah. Praktik semacam ini masih mendominasi pada

masyarakat Indonesia, khususnya di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan praktik jual beli tanah yang dilakukan antara penjual dan

pembeli masih terdapat masyarakat yang tidak melibatkan Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) dalam transaksi jual beli tanah. Praktik jual beli tanah yang

tidak melibatkan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tersebut lebih dikenal

dengan istilah praktik jual beli tanah dibawah tanah.

Praktik jual beli tanah melalui akta dibawah tangan yang dilakukan

masyarakat adalah dengan menggunakan kwintansi atau kertas sebagai media

transaksi yang berisi perjanjian jual beli tanah yang ditandatangani kedua belah

pihak serta beberapa saksi sebagai bukti telah terjadi jual beli. Adapula

beberapa masyarakat yang melakukan jual beli tanah dengan akta hanya dibuat

dihadapan kepala desa. Bahkan hingga saat ini masih terdapat masyarakat yang

hanya memiliki bukti kepemilikan atas tanah yang masih atas nama pemilik

yang lama. Pelaksanaan jual beli yang dilakukan dibawah tangan tersebut juga

seringkali menimbulkan berbagai macam persoalan dikemudian hari, baik

tentang siapa pemilik sahnya maupun mengenai batas-batas tanah tersebut.

Pada umunya, masyarakat Indonesia terutama pada Desa Pleret

Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan mengenal penyelesaian sengketa

melalui proses mediasi, langkah ini dipilih karena lebih menyelesaikan

sengketa atau permasalahan dengan baik dan tidak memerlukan biaya yang

banyak dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan. Kita

sadari bahwa setiap langkah yang diambil selalu memiliki sisi negatif dan

positifnya masing-masing, begitupun dengan cara penyelesaian sengketa

Page 9: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

6

melalui mediasi. Oleh karena sengketa tanah menjadi persoalan yang sangat

sensitif, maka kerap kali dengan mediasi pun tidak serta merta terselesaikan.

Terkadang dalam proses mediasi tidak diakhiri dengan suatu perdamaian.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul

“Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi Oleh Kepala Desa Atas Peralihan

Hak Atas Tanah Yang Dilaksanakan Dibawah Tangan Di Desa Pleret

Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat rumuskan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah penyebab terjadinya sengketa atas tanah di Desa Pleret Kecamatan

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan?

2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa tanah melalui mediasi oleh

Kepala Desa atas peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan dibawah

tangan di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalsebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa atas tanah di Desa Pleret

Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

2. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa tanah melalui mediasi

oleh Kepala Desa atas peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan dibawah

tangan di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

D. Manfaat Penelitian

Page 10: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

7

Berdasarkan dari uraian dan judul diatas, maka manfaat dari penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau landasan dalam

mengembangkan ilmu hukum baik dari segi peraturan perundang-

undangannya maupun dari segi teori-teori yang ada di bidang hukum Agaria

khusunya peralihak hak milik atas tanah.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Pembuat Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan argumentasi

yang kuat dalam pembentukan regulasi hukum agraria kedepannya agar

regulasi yang tercipta lebih memberikan kesederhaan khususnya

pelaksanaan transaksi jual beli tanah.

b. Dunia Usaha

Hasil penelitin ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi dunia

usaha yang bergerak dibidang pertanahan khususnya mengenai

mekanisme peralihan hak milik atas tanah dengan transaksi jual beli.

c. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

terhadap masyarakat tentang bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli

tanah yang lebih memiliki kekuatan hukum berlaku.

E. Orisinalitas Penelitian

Page 11: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

8

Berkaitan dengan penelitian yang akan ditulis oleh penulis, sebelumnya

telah dilakukan penelitian yang juga berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis, dan dalam penelitian tersebut terdapat beberapa

persamaan, kebenaran, dan kontribusi yang jika dibandingkan dengan

penelitian dilakukan penulis, yakni:

Skripsi yang pertama, dengan judul “PRAKTIK JUAL BELI TANAH

DIBAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI DESA TEGALTIRTO,

KECAMATAN BERBAH, KABUPATEN SLEMAN)”, yang disusun oleh

NISA AULIANA BR. TAMPUBOLON, mahasiwa Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, memiliki kesamaan dengan penelitian penulis,

yakni sama-sama mengkaji transaksi jual beli atas objek tanah dan bersifat

studi kasus atau empiris, sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Nisa Auliana BR. Tampubolon ini dilakukan di Desa Tegaltirto,

Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, dan juga hanya membahas bagaimana

proses tansaksi jual beli tanah dibahwah tangan saja, sedangkan pada skripsi

ini dilakukan penelitian di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten

Pasuruan, dan skripsi ini mengkaji jual beli tanah khusus yang dilakukan secara

dibawah tangan dan proses penyelesasian sengketa dengan mediasi.

Skripsi yang kedua, yakni berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

DALAM PRAKTEK JUAL BELI TANAH DI BAWAH TANGAN YANG

DILAKUKAN DIHADAPAN KEPALA DESA (STUDI KASUS DI DESA

SEDADI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN)”,

yang disusuh oleh DIMAS RIZKY WIRATAMA SUWIGNYO, mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surakarta, memiliki kesamaan dengan penelitian

Page 12: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

9

penulis, yakni sama sama mengkaji tentang transaksi jual beli tanah secara

dibawah tangan, sedangkan perbedaannya adalah skripsi yang ditulis oleh

Dimas Rizky Wiratama Suwignyo ini membahas kekuatan bukti surat

penjanjian jual beli dibawah tangan dan juga objek studi kasusnya di Desa

Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan, sedangkan penelitian

saya dilakukan di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan, dan

skripsi ini mengkaji proses penyelesasian sengketa dengan mediasi.

Skripsi yang ketiga, yakni berjudul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP

JUAL BELI TANAH DI KECAMATAN TELLULIMPOE KABUPATEN

SINJAI”, yang disusun oleh NURUL RISKA AMALIA, mahasiswa

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, memiliki kesamaan dengan

penelitian penulis adalah sama-sama membahas jual beli yang objeknya adalah

tanah, sedangkan perbedaannnya adalah skripsi yang disusun oleh Nurul Riska

Amalia mengkaji keabsahan jual beli tanah dibawah tangan, perlindungan

hukum dan faktor penyebab masyarakat melakukan jual beli tanah dibawah

tanah tersebut, sedangkan penelitian yang saya lakukan mengkaji apakah

trannsaksi jual beli tanah dibawah tangan menimbulkan sengketa dan proses

penyelesaian sengketa tersebut melalui jalur mediasi.

Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap-

tiap penelitian tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini yakni:

No PROFIL JUDUL

Page 13: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

10

1. NISA AULIANA BR.

TAMPUBOLON

SKRIPSI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

PRAKTIK JUAL BELI TANAH

DIBAWAH TANGAN (STUDI

KASUS DI DESA TEGALTIRTO,

KECAMATAN BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN)

ISU HUKUM

1. Bagaimana proses pelaksanaan jual beli tanah dibawah tangan di Desa

Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap kedudukan jual beli tanah

dibawah tangan di Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten

Sleman?

HASIL PENELITIAN

1. Pada praktiknya banyak dijumpai pelaksanaan jual beli tanah secara

dibawah tang dengan mekanisme dilakukan dihadapan kepala desa

setempat dan cukup dimuat dalam kertas perjanjian dibawah tangan dan

ditandatangani masing-masing pihak beserta saksi dalam pelaksanaan

proses jual beli tersebut.

2. Pada hakikatnya praktik jual beli tanah dibawah tangan tetap dinyatakan

sah sesuai dengan ketentuan Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Hanya saja dikemudian hari, apabila ada sengketa terkail tanah

objek jual beli tersebut akan sulit dalam hal pembuktian tentang

kepemilikannya.

Page 14: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

11

PERSAMAAN Mengkaji proses jual beli tanah secara dibawah tangan.

PERBEDAAN Tempat penelitian dan juga penelitian ini hanya

berbatas pada proses traksaksi jual beli tanah dibawah

tangan, sedangkan penelitian skripsi saya juga

membahas penyelesaian sengketa yang timbul dengan

cara mediasi.

KONTRIBUSI Berguna untuk menambah referensi tentang

mekanisme pelaksanaan jual beli tanah dibawah

tangan dan juga masalah-masalah yang timbul akibat

dari transaksi yang demikian itu.

No PROFIL JUDUL

2. DIMAS RIZKY WIRATAMA

SUWIGNYO

SKRIPSI

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM

DALAM PRAKTEK JUAL BELI

TANAH DI BAWAH TANGAN

YANG DILAKUKAN

DIHADAPAN KEPALA DESA

(STUDI KASUS DI DESA

SEDADI KECAMATAN

PENAWANGAN KABUPATEN

GROBOGAN)

ISU HUKUM

1. Bagaimana keabsahan dalam praktek jual beli tanah dibawah tangan?

Page 15: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

12

2. Bagaiman perlindungan dan kekuatan hukum dalam praktek jual beli

tanah dibawah tangan dalam pembuktian apabila terjadi sengketa?

HASIL PENELITIAN

1. Proses jual beli tanah yang dilakukan di Desa Sedadi Kecamatan

Penawangan Kabupaten Grobogan tetaplah sah, karena sudah

terpenuhinya syarat sahnya jual beli menurut UUPA yaitu syarat

materil dan formil yang bersifat tunai, terang dan riil. Selain itu juga

jual beli tersebut sudah memenuhi syarat jual beli menurut Pasal 1320

syarat sahnya perjanjian.

2. Kekuatan hukum dalam praktek jual beli tanah di bawah tangan tidak

ada, karena proses jual beli tersebut dilakukan dihadapan Kepala Desa

yang bukan kewenangannya dan yang berhak adalah PPAT menurut

peraturan sesuai legalitasnya. Jika melakukan jual beli tanah di PPAT

maka tanah tersebut dapat didaftarkan dan memiliki kekuatan hukum,

serta peralihan hak atas tanah dan dapat langsung melakukan proses

balik nama dari penjual ke pembeli.

PERSAMAAN Mengkaji proses jual beli tanah secara dibawah tangan.

PERBEDAAN Tempat penelitian dan juga penelitian ini hanya

berbatas pada proses traksaksi jual beli tanah dibawah

tangan dan kekuatan pembuktiannya, sedangkan

penelitian skripsi saya juga membahas penyelesaian

sengketa yang timbul dengan cara mediasi.

Page 16: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

13

KONTRIBUSI Berguna untuk menambah referensi tentang

mekanisme pelaksanaan jual beli tanah dibawah

tangan dan juga masalah-masalah yang timbul akibat

dari transaksi yang demikian itu.

No PROFIL JUDUL

3. NURUL RISKA AMALIA

SKRIPSI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ALAUDDIN MAKASSAR

TINJAUAN HUKUM

TERHADAP JUAL BELI TANAH

DI KECAMATAN

TELLULIMPOE KABUPATEN

SINJAI

ISU HUKUM

1. Bagaimana Keabsahan jual beli tanah dengan akta dibawah tangan di

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai?

2. Bagaimana Perlindungan hokum bagi para pihak dalam jual beli tanah

dengan akta di bawah tangan?

3. Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual

beli tanah dengan akta di bawah tangan?

HASIL PENELITIAN

1. Jual beli tanah dengan akta di bawah tangan tidak sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah, yang mengharuskan jual beli di buat dengan akta otentik, bukan

di bawah tangan.

Page 17: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

14

2. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam melakukan jual beli

dengan akta di bawah tangan yaitu: a. Kedua belah pihak terutama

penjual mengakui adanya perjanjian jual beli yang dilaksanakan, b.

Apabila salah satu pihak menyangkali bahwa tidak pernah terjadi jual

beli maka kembali ke Peraturan Pemerintah yang berlaku sepanjang

tidak ada bukti lain yang membuktikan.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan jual beli

dengan akta di bawah tangan yaitu: a. Masyarakat kurang paham atau

bahkan ketidaktahuan mengenai ketentuan hukum yang berlaku, b.

Saling percaya, c. Tanah yang menjadi obyek jual beli belum

bersertifikat, d. Belum mempunyai biaya untuk peralihan haknya, e.

Jenis tanahnya masih masih merupakan tanah pertanian (sawah/tegal),

f. Guna memudahkan proses peralihan haknya dikarenakan pemilik

tanah sudah meninggal dunia, sedangkan ahli warisnya berjumlah

cukup banyak.

PERSAMAAN Mengkaji proses jual beli tanah secara dibawah tangan.

PERBEDAAN Tempat penelitian dan juga penelitian ini hanya

berbatas pada proses traksaksi jual beli tanah dibawah

tangan, kekuatan pembuktiaanya dan faktor penyebab

transaksi dibawah tangan sedangkan penelitian skripsi

saya juga membahas penyelesaian sengketa yang

timbul dengan cara mediasi.

Page 18: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

15

KONTRIBUSI Berguna untuk menambah referensi tentang

mekanisme pelaksanaan jual beli tanah dibawah

tangan dan juga masalah-masalah yang timbul akibat

dari transaksi yang demikian itu.

Sedangkan penelitian ini adalah:

No PROFIL JUDUL

ROHMAD SUPAAT

SKRIPSI

UNIVERSITAS ISLAM

MALANG

PENYELESAIAN SENGKETA

SECARA MEDIASI ATAS

PERALIHAN HAK ATAS TANAH

YANG DILAKSANAKAN DI

BAWAH TANGAN DI DESA

PLERET KECAMATAN

POHJENTREK KABUPATEN

PASURUAN

ISU HUKUM

1. Penyebab-terjadinya sengketa hak atas tanah di Desa Pleret Kecamatan

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan?

2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa tanah melalui mediasi

oleh kepala desa atas peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan

dibawah tangan di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten

Pasuruan?

NILAI KEBARUAN

1. Penyebab terjadinya sengketa atas tanah.

Page 19: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

16

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun

cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.5

Penelitian hukum adalah suatu penelitian yang mempunyai objek hukum,

baik hukum sebagai ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya dogmatis maupun

hukum yang berkaitan dengan perilaku dan kehidupan masyarakat.6

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, yaitu

penelitian yang memperoleh data langsung dari masyarakat sebagai sumber

pertama yang dilakukan dengan penelitian lapangan baik melalui observasi,

wawancara maupun penyebaran kuisioner.7

Penelitian hukum yuridis empiris merupakan suatu penelitian hukum

yang berupaya untuk melihat secara nyata bagaimana pemberlakuan hukum

dalam masyarakat. Objek kajian penelitian yuridis empiris ialah mengenai

perilaku masyarakat yang timbul sebagai reaksi dari akibat berinteraksi

dengan aturan perundang-undangan maupun norma yang ada. Dalam

penelitian yuridis empiris seperti ini, peneliti memiliki tugas untuk

5 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, (2018), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

Depok: Prenadamedia. h. 3. 6 Ibid., h. 16. 7 Ibid., h. 150.

2. Tingkat kefektifan mediasi sebagai langkah strategis penyelesaian

sengkata yang timbul akibat proses jual beli tanah secara dibawah tanah.

3. Mekanisme mediasi yang dimediatori oleh kepala desa dalam sengketa

tanah.

Page 20: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

17

mengkaji apa yang terlihat atau timbul dari penerapan peraturan perundang-

undangan serta bagaimana bekerjanya hukum dalam masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan penelitian yuridis sosiologis dengan objek kajian perilaku atau

reaksi masyarakat yang timbul akibat ditetapkannya norma atau aturan yang

berlaku serta memberikan pandangan holistis terhadap fenomena hukum

yang terjadi di masyarakat.8 Pendekatan yuridis sosiologis digunakan untuk

meneliti bagaimana penerapan atau bekerjanya suatu hukum di masyarakat

sebagai bentuk interaksi atas dibentuknya peraturan perundang-undangan

yang ada, ketika dilaksanakan akan berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat. Pendekatan yuridis sosiologis dalam penelitian skripsi ini akan

dilakukan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia untuk melihat secara nyata keadaan yang sesungguhnya di

masyarakat, khususnya mengenai Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi

Atas Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilaksanakan Di Bawah Tangan Di

Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dalam penulisan skripsi

Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi Atas Peralihan Hak Atas Tanah

Yang Dilaksanakan Di Bawah Tangan Di Desa Pleret Kecamatan

8 Ibid., h. 152.

Page 21: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

18

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan ini dilakukan di tempat yang berkaitan

dengan judul yang diangkat yaitu Di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan, dengan tujuan untuk menjawab permasalah yang ada

dalam penelitian ini.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penulisan skipsi ini di antaranya:

a. Data Primer

Data primer yaitu data atau keterangan yang didapat langsung dari

sumbernya, baik melalui wawancara maupun dokumentasi. Pada

penelitian ini, penulis mendapatkan data melalui wawancara kepada

responden dan informan dengan melakukan tanya jawab secara langsung.

Responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang ada di Desa

Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan dan informan yabg

dipilih dalam penelitian ini adalah Kapala Desa Setempat untuk

memberikan informasi mengenai hal hal ingin diungkap oleh peneliti

dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu keterangan yang diperoleh dari literatur-literatur

hukum, artikel hukum, majalah ilmiah, dokumen-dokumen resmi, buku-

buku yang berkaitan dengan topik bahasan guna mendukung,

menjelaskan serta memberikan tafsiran terdahap sumber data primer.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya sebagai

berikut:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 22: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

19

2) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah.

4) Buku-buku tentang metode penelitian hukum, Hukum Agraria, Buku

tentang Praktik permohonan hak atas tanah, dan mediasi.

5) Jurnal nasional dan skripsi terdahulu yang berkaitan dengan

pembahasan dalam skripsi ini.

6) Melalui internet dengan cara mengunduh bahan hukum yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari masyarakat

yang ada di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan sebagai

data primer dan juga diperoleh dari literatur-literatur hukum yang ada guna

untuk menjawab persoalan yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

antara lain:

1) Observasi, ialah pegamatan secara sistematik pada gejala yang tampak

dalam objek penelitian untuk mendeskripsikan keadaan, kegiatan yang

terjadi, orang yang terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan serta

makna yang didapatkan selama melakukan pengamatan yang berkaitan

dengan hal yang bersangkutan. Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke

objek-objek tanah yang merupakan tanah yang dilakukan transaksi secara

Page 23: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

20

bawah tangan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui

keberadaan tanah yanh dijadikan objek jual beli dibawah tangan.

2) Wawancara, adalah kegiatan tanya jawab secara lisan dengan

mendengarkan penjelasan atau jawaban yang diberikan atas pertanyaan

yang diberikan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan secara langsung antara penulis dengan pihak-pihak terkait

yang melakukan transaksi jual beli tanah secara dibawah tangan. Untuk

menjamin hasil wawancara, penulis menyiapkan handphone untuk

merekam selama proses tanya jawab berlangsung dengan meminta izin

terlebih dahulu kepada informan yang akan diwawancarai serta membuat

catatan-catatan pokok untuk mempermudah dalam proses analisis data.

Sebelum wawancara dilakukan penulis membuat daftar pertanyaan

terlebih dahulu.

3) Dokumentasi, adalah studi terhadap dokumen yang dikumpulkan oleh

penulis dari lokasi penelitian melalui data tertulis dalam bentuk arsip-

arsip, buku-buku atau catatan-catatan tentang teori maupun pendapat

hukum yang berkaitan dengan objek penelitian maupun terkair dengan

arsip bukti transaksi jual beli tanah secara dibawah tangan tersebut.

Dokumentasi dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan

mengabadikan gambar dengan alat pengumpulan data berupa foto pada

bagian lampiran.

6. Popolusi dan Sampling

Pupulasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Pleret

Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan yang pernah melakukan

Page 24: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

21

transaksi jual beli tanah dibawah tangan. Dengan populasi yang ada, maka

peneliti memilih sampling sebagai responden untuk dalam mengungkap hal-

hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dengan cara memilih

orang-orang yang pernah melakukan penyelesaian sengketa lahan

sebagaimana dalam tema besar penelitian ini.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpel

random sampling, dengan menggunakan sistem fishbowl terhadap populasi

yang ada.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan deskriptif kualitatif. Proses menganalisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:9

a. Pengumpulan data dilakukan dengan mengurus surat izin penelitian,

observasi di lapangan, melakukan wawancara dan dokumentasi;

b. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan data-data yang diperoleh

penulis, baik data primer maupun data sekunder untuk diteliti kembali

bagaimana dengan kenyataan yang ada di lapangan;

c. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membuat simpulan selama

penelitian berlangsung yang didasarkan pada pemahaman terhadap

datadata yang telah disajikan dalam bentuk pertanyaan yang mengacu

pada isu hukum yang dibahas.

G. Sistematika Penulisan

9 Ibid., h. 173.

Page 25: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

22

Untuk memberikan uraian yang teratur dan sistematis, maka materi

penulisan akan disitematikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian yang menguraikan

tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampling, dan teknik

analisis data.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang berkenaan dengan

pokok bahasan yang akan diteliti, seperti mengemukakan tinjauan umum

tentang jual beli, tinjauan umum tentang tanah, dan tinjauan umum tentang

mediasi.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yang berupa data-data dan membahas data yang ada guna untuk menjawab

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan

pembahsan yang dijelaskan pada baba sebelumnya dan juga menguraikan

mengenai saran sebagai kontribusi dari penelitian ini baik dari segi

Page 26: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

23

pembangunan ilmu pengetahuan dibidang hukum pertanahan maupun

sumbangsih pemikiran dan argumentasi terhadap pembuat kebijakan.

Page 27: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

1

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam skripsi ini, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanah menjadi benda yang kerap kali menimbulkan masalah. Masalah yang

dimaksud dapat berupa sengketa tanah, konflik tanah, dan perkara tanah.

Istilah tersubut memiliki batasan-batasan pendefinisian sehingga kita

mampu mengidentifikasi masalah tanah yang terjadi disekitar kita. Di Desa

Pleret Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan banyak sekali dijumpai

masalah pertanahan yang dapat diidentifikasi sebagai sengketa tanah.

Sengketa tanah yang terjadi di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan disebabkan oleh proses jual beli tanah yang dilakukan

dengan cara dibaah tangan yang dikemudia hari menimbulkan penafsiran

berbeda-beda tentang tanah tersebut terutama pada batas-batas wilayah

tanah yang menjadi objek jual beli.

2. Proses Mediasi yang dilakukan di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan dengan mediator Kepala Desa, secara umum dipahami

sama dengan mediasi yang dilakukan oleh hakim mediator, yaitu dengan

tiga tahap (pra mediasi, mediasi, dan pasca mediasi). Mediasi dilakukan

harus atas dasar kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketa

tanah yang dialami dengan jalan mediasi dengan mediator seorang Kepala

Desa. Setelah itu masing masing diberi waktu utnuk menjelaskan

keinginannya masing-masing dan pada akhirnya mediator menawarkan

Page 28: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

2

solusi sebagai jalan tengah. Setelah kesepakatan terhadap jalan kelua, maka

keputusan mediator itu langsung dapat dilaksanakan oleh para pihak.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diambil diatas, maka dapat diuraikan saran-saran

sebagai tawaran untuk pihak-pihak yang terlibat dalam hukum pertanahan

masyarakat pada umumnya, antara lain:

1. Untuk pembentuk kebijakan dibidang pertanahan untuk dapat membuat

kebijakan yang lebih mudah, cepat, dan murah agar semua masyarakat

melakukan ketentuan yang telah diatur dalam hukum dibidang pertanahan,

karena sengketa tanah banyak terjadi disebabkan oleh ketidaktundukan

masyarakat terhadap hukum administrasi dibidang pertanahan seperti

pendaftaran hak milik untuk sertifikat dan perjanjian jual beli dilakukan

dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

2. Untuk pembuat kebijakan, agar diperhatikan dengan baik bagaimana proses

mediasi yang dilakukan oleh kepala desa. Sehingga kedepannya bisa

dibuatkan payung hukumbagi kepala desa untuk bertindak sebagai mediator

pada sengketa tanah dalam wilayahnya masing-masing. Kebijakan yang

dibuat itu pula diharapkan mampu memberikan kekuatan hukum terhadap

keputusan mediasi yang dilakukan dengan dimediatori oleh Kepala Desa.

3. Untuk masyarakat pada umumnya, diharapkan dapat patuh terhadap hukum

dibidang pertanahan yang berlaku di Indonesia. Hukum pertanahan dibuat

untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi orang-

orang yang melakukan perbuatan hukum dengan objek tanah.

Page 29: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Peraturan Pemerintah Nomot 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1

Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9

Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah

Negara Dan Hak Pengelolaan.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan

Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan.

Buku

Abbas Syahrizal, 2011, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Amriani Nurnaningsih, 2012, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Pengadilan, Jakarta: Raja Grafindo.

Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1, Jakarta: Djambatan.

Page 30: PENYELESAIAN SENGKETA SECARA MEDIASI OLEH KEPALA …

David Spencer, Michael Brogan, (2006), h. 101-103.

Effendi Perangin, 1991, Praktik Permohonan Hak Atas Tanah, Jakarta: Rajawali

Press.

Frans Hendra Winata, 2011, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional

Indonesia dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika.

Imam Soetiknyo, 1987, Proses Terjadinya UUPA, Yogyakarta: Gajah Mada

Universitas Press.

Irma Dewita Purnamasari, 2010, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Mengatasi

Masalah Hukum Pertnahan, Bandung: Kaifa.

Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, 2018, Metode Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, Depok: Prenadamedia.

Muhammad Saifullah, 2015, Mediasi Peradilan, Semarang: Karya Abadi Jaya.

Rusmadi Murad, 2007, Menyikap Tabir Masalah Pertanahan, Rangkaian Tulisan

Dan Materi Ceramah, Jakarta: Mandar Maju.

Urip Santoso, 2008, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: Prenada

Media Group.

Wirhanuddin, 2014, Mediasi Perspektif Hukum Islam, Semarang: Fatwa

Publishing.

Skripsi

Supriadi, Analisis Hukum Sengketa Tanah Antara PT. Pulau Sumbawa Agro

Dengan Masyarakat Adat Talonang Di Sumbawa Barat, Skripsi Fakultas

Hukum Universitas Hasanudin, 2017.