PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL...

52
PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH MEDIATOR DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh ENDRA MEIDI ARDIANSYAH NPM. 1412011134 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL...

Page 1: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJAOLEH MEDIATOR DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

ENDRA MEIDI ARDIANSYAHNPM. 1412011134

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJAOLEH MEDIATOR DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI LAMPUNG

OlehENDRA MEIDI ARDIANSYAH

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menurut Pasal 1 Angka 4 Undang-UndangNomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial(UUPPHI) adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapatmengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.Permasalahan penelitian: (1) Bagaimanakah proses penyelesaian perselisihan PHKoleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung? (2)Bagaimanakah pelaksanaan keputusan hasil mediasi dalam penyelesaian perselisihanPHK oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Pengumpulandata dengan studi lapangan dan studi pustaka. Pengolahan data meliputi seleksi,klasifikasi dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara yuridis kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Proses penyelesaian perselisihan PemutusanHubungan Kerja (PHK) oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi Lampung dilaksanakan melalui proses mediasi, yaitu mediator bertindaksebagai pihak netral dan penengah, membantu memecahkan masalah dan mencarijalan keluar atas perselisihan yang dihadapi. Prosedur tersebut dilaksanakanmediator melalui tahap pahap pra mediasi dan tahap mediasi. (2) Pelaksanaankeputusan hasil mediasi dalam penyelesaian perselisihan PHK oleh mediator DinasTenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung adalah dalam hal terjadikesepakatan maka kedua belah pihak melakukan perjanjian bersama, sedangkanapabila tidak terjadi kesepakatan maka mediator mengeluarkan anjuran tertulis untukditindaklanjuti oleh kedua belah pihak dalam jangka waktu selama sepuluh hari.Apabila tidak ada tindak lanjut maka para pihak dapat mengajukan permohonan kePengadilan Perselisihan Hubungan Industrial.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi Lampung disarankan untuk secara lebih aktif melakukan pengawasanterhadap praktik hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja. (2) MediatorPerselisihan Hubungan Industrial hendaknya terus meningkatkan profesionalismedan kapasitas sebagai pelaksana proses mediasi antara pihak-pihak yang terlibatdalam perselisihan hubungan industrial.

Kata Kunci: Penyelesaian, Perselisihan PHK, Mediator

Page 3: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJAOLEH MEDIATOR DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

ENDRA MEIDI ARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

pada

Jurusan Hukum Administrasi NegaraFakultas Hukum

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 4: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas
Page 5: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas
Page 6: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas
Page 7: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Endra Meidi Ardiansyah, dilahirkan di Lubuk

Sanai, Mukomuko Bengkulu pada tanggal 15 Mei 1996, sebagai

anak kedua dari empat bersaudara, putra dari pasangan Bapak

Sardiman dan Ibu Titin Sumarni.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 18 Teras Terunjam Mukomuko

Bengkulu selesai Tahun 2008, SMP Negeri 1 Mukomuko Bengkulu selesai Tahun

2011 dan SMA Negeri 7 Bandar Lampung selesai Tahun 2014. Pada tahun yang

sama penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Wana

Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur pada Bulan Januari-Februari 2017.

Page 8: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

MOTTO

Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkauharus menanggung pahitnya kebodohan.

(Pythagoras)

Page 9: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan Skripsi ini kepada:

Kedua Orang Penulis TercintaBapak Sardiman dan Ibu Titin Sumarni

yang telah mendidik, membesarkan dan membimbing penulismenjadi sedemikian rupa yang selalu memberikan kasih sayang

yang tulus dan memberikan doayang tak pernah putus untuk setiap langkah yang penulis lewati

Kakak penulis: Endrick PriyogaAdik-adik penulis: Evin Meidia Trian Saputra dan Ersa Marcel Prayuda

Atas dukungan dan motivasi yang diberikan

Almamater Fakultas HukumUniversitas Lampung

Page 10: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

SANWACANA

Alhamdullilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab

hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung”, sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama peroses penyusunan sampai dengan

terselesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H.S. Tisnanta, S.H., M.H., selaku Pembimbing I, atas bimbingan,

masukan dan arahan yang diberikan dalam proses penyusunan sampai dengan

selesainya skripsi ini.

4. Bapak Fathoni, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, atas bimbingan, masukan dan

arahan yang diberikan dalam proses penyusunan sampai dengan selesainya

skripsi ini.

Page 11: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

5. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H, selaku Penguji Utama dan Pembahas I, atas

masukan dan arahan yang diberikan dalam perbaikan Skripsi ini.

6. Ibu Marlia Eka Putri, S.H.,M.H, selaku Pembahas II, atas masukan dan arahan

yang diberikan dalam perbaikan Skripsi.

7. Segenap Dosen beserta staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang telah banyak membantu dan memberikan banyak ilmu

pengetahuan kepada Penulis selama menyelesaikan studi.

8. Sahabat-sahabat sukses ku CENDANA ELITE, Baba, kak dimas, om jin, ditho,

palep, sendy, fadhil, edwin, gandol, udin, labqi, cubung, andrian, gobel, alif,

bima, heri, alim, qodri, popo, gogo, jodi, terima kasih untuk kebersamaan,

bantuan, canda tawa maupun duka, serta semangatnya selama ini. Semoga kita

semua sukses seperti yang selalu kita impikan.

9. Sahabat-sahabat mahasiswa asing Mess Unila, Abed Rajeh, Octavinia, George,

Sami dalion, Pierre, Mochtar, Angelo, yang telah memberikan pembelajaran,

pengalaman serta kekeluargaan yang baik.

10. Sahabatku Yudhi Andyas Pratama, Risma Yulianti, Zahra Aulia yang telah

memberikan Motivasi, Dukungan, Serta saran sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas lampung.

11. Teman Wanita hidupku Emma Marie-Jeanne Genevieve Teytaud terimakasih

untuk perhatian dan motivasi yang telah di berikan selama penulisan skripsi ini.

12. Almamaterku tercinta beserta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung Angkatan 2014.

Page 12: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Akhir kata Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Aamiin..

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

Page 13: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................... 6

1.2.1 Permasalahan ........................................................................... 6

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

2.1 Tinjauan Umum tentang Kewenangan ............................................. 8

2.2 Hubungan Antara Pekerja dengan Perusahaan ................................. 14

2.3 Perselisihan Hubungan Industrial ..................................................... 16

2.4 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).................................................. 20

2.5 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Dasar

Hukumnya ......................................................................................... 22

2.6 Mediasi ............................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 30

3.1 Pendekatan Masalah ......................................................................... 30

3.2 Sumber Data ..................................................................................... 30

3.2.1 Data Sekunder ......................................................................... 30

3.2.2 Data Primer .............................................................................. 32

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 32

3.4 Prosedur Pengolahan Data ................................................................ 33

3.5 Analisis Data ..................................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 34

4.1 Gambaran Umum Dinas Tenaga Kerjadan Transmigrasi Provinsi

Lampung .......................................................................................... 34

4.2 Proses Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK) oleh Dinas Tenaga Kerjadan Transmigrasi Provinsi

Lampung ........................................................................................... 40

Page 14: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

4.2.1 Prinsip-Prinsip Penyelesaian Perselisihan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Lampung ............................................. 44

4.2.2 Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK) oleh Mediator Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Lampung ............................................. 46

4.3 Pelaksanaan Keputusan Hasil Mediasi Perselisihan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Lampung ............................................................................. 62

4.3.1 Keputusan Hasil Mediasi Perselisihan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) dalam Bentuk Anjuran Tertulis

Dari Mediator .......................................................................... 63

4.3.2 Daya Ikat Anjuran Tertulis dari Mediator terhadap

Para Pihak yang Terlibat Perselisihan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) ........................................................... 68

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 72

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 72

5.2 Saran ................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menurut Pasal 1 Angka 25 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) adalah

pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan

berakhirnya hak dan kewajiban antara buruh /pekerja dan pengusaha. Sementara

itu PHK menurut Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UUPPHI) adalah perselisihan

yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran

hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

Sesuai dengan kedua pengertian di atas maka diketahui bahwa PHK merupakan

salah satu bentuk perselisihan hubungan industrial sebagaimana diatur UUPPHI,

bahwa perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang

mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan

mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja

dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.

UU Ketenagakerjaan secara khusus mengatur mengenai PHK yaitu di dalam Pasal

150 sampai dengan Pasal 172. Pasal 150 UU Ketenagakerjaan menyatakan bahwa

ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini

Page 16: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

2

meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan

hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan

hukum, baik milik swasta, milik negara, atau usaha-usaha sosial dan usaha-usaha

lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar

upah atau imbalan dalam bentuk lain.1

Setiap tenaga kerja yang di PHK oleh perusahaan memiliki beberapa hak

sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerjaan, yaitu uang pesangon, uang

Penghargaan Masa Kerja (UPMK) dan Uang Penggantian Hak (UPH). Uang

pesangon menurut Pasal 1 angka 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor Kep-78/MEN/2001 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/MEN/2000

tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon,

Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan (Kepmenaker

78/2001) adalah adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada

pekerja/buruh sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja. UPMK menurut

Pasal 1 angka 7 Kepmenaker 78/2001 adalah uang jasa sebagai penghargaan

pengusaha kepada pekerja/buruh yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja.

Sementara itu UPH menurut Pasal 156 ayat (4) UU Ketenagakerjaan meliputi:

a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat

di mana pekerja/buruh diterima bekerja;c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%

(lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau UPMK bagi yangmemenuhi syarat;

d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaanatau perjanjian kerja bersama.

1 Asri Wijayanti, Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Rajawali Press, Jakarta, 2012, hlm. 30.

Page 17: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

3

Pemerintah pada dasarnya telah memberlakukan beberapa regulasi terkait dengan

terjadinya PHK terhadap tenaga kerja di antaranya melalui Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor Kep-150/MEN/2000 Tahun 2000 tentang Penyelesaian

Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan

Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan sebagaimana terakhir diubah

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Kep-

78/MEN/2001 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian

Pemutusan Hubungan Kerja Dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan

Masa Kerja, dan Ganti Kerugian di Perusahaan. Selain itu diberlakukan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Salah satu contoh perselisihan hubungan industrial adalah Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) yang dilakukan PT. Mandala Multi Finance Tbk. Cabang Kota

Agung Kabupaten Tanggamus terhadap karyawannya yang bernama Kasino.

Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung telah

melaksanakan proses mediasi dalam perkara ini namun tidak mencapai

kesepakatan, sehingga berdasarkan Pasal 13 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial maka

mediator mengeluarkan anjuran tertulis. Mediator dalam perkara ini

berkesimpulan bahwa pekerja (Kasino) telah bekerja di PT. Mandala Multi

Finance Tbk. Cabang Kota Agung Kabupaten Tanggamus selama 6 (enam) tahun

dengan upah/gajji terakhir sebesar Rp. 2.250.000 (Dua juta dua ratus lima puluh

ribu rupiah), namun sejak tanggal 1 Agustus 2016 Kasino sudah tidak dapat

melakukan registrasi absensi tanpa ada keterangan dari Perusahaan, maka pihak

Page 18: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

4

perusahaan dianggap telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja. Kasino dalam

hal ini tidak dapat dikategorikan mengundurkan diri walapun pihak perusahaan

telah melakukan pemanggilan sebanyak 3 kali dan Kasino tidak hadir/mangkir,

karena perusahaan telah melakukan PHK dengan cara menghentikan/memutus

registrasi absensi pekerja. Pada sisi lain Kasino telah melakukan pelanggaran atas

peraturan perusahaan karena sudah 3 kali mendapatkan surat peringatan tertulis.2

Berdasarkan ketentuan Pasal 151 jo. Pasal 155 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Ketenagakerjaan, diketahui bahwa PHK tanpa penetapan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum. Selama putusan lembaga

penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha

maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan kewajibannya.

Mengingat adanya perselisihan hubungan industrial di Provinsi Lampung maka

perangkat daerah yang berperan dalam perlindungan dan penyelesaian masalah

tersebut adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung.

Berdasarkan Pasal 3 huruf (d) angka (1) Peraturan Daerah Provinsi Lampung

Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Provinsi Lampung, maka diketahui bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Tipe A; menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang tenaga kerja dan

urusan pemerintahan di bidang transmigrasi.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung memiliki kewenangan

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang tenaga kerja. Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial diusahakan melalui penyelesaian perselisihan

2 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung Tahun 2019

Page 19: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

5

yang terbaik di antara pihak-pihak yang berselisih, sehingga dapat diperoleh hasil

yang menguntungkan kedua belah pihak. Menurut Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UUPPHI)

sebelum mencapai tahap atau tingkat Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) dapat

ditempuh cara-cara alternatif yang terdiri dari:

1. Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pekerja/ buruh atau serikatpekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihanhubungan industrial.

2. Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikatpekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.

3. Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihanpemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja / serikatburuh hanya dalam suatu perusahaan melalui musyawarah yang di tengahioleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.

4. Arbitrase adalah penyelesain suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihanantar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luarpengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihakyang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepada arbiter yangputusannya mengikat para pihak dan bersifat final.3

UUPPHI menjadi dasar hukum keberadaan tiga lembaga alternatif penyelesaian

sengketa (mediasi, konsiliasi dan arbitrase). Proses mediasi, konsiliasi dan

arbitrase sendiri baru bisa dipakai jika perundingan langsung antara pekerja dan

pengusaha atau yang dikenal dengan perundingan bipartit menemui jalan buntu.

Mediasi dalam hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan hak,

perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, dan perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang

ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. Penyelesaian perselisihan

melalui mediasi ini diatur dalam Pasal 8 sampai 16 UUPPHI. Proses mediasi

3 Dadang Budiaji, Modul Diklat Konsultan Hukum Perusahaan, Yayasan Cipta Bangsa, Bandung,2007, hlm. 143

Page 20: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

6

menurut Pasal 8 UUPPHI dipimpin oleh mediator yang berada di setiap kantor

instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian Skripsi yang berjudul:

Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh Mediator

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.2.1 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK) oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan keputusan hasil mediasi dalam penyelesaian

perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh mediator Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian dalam penelitian adalah bidang Hukum Administrasi

Negara yang dibatasi pada proses penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) oleh mediator dan pelaksanaan keputusan hasil mediasi dalam

penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh mediator Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung. Ruang lingkup lokasi

penelitian ini adalah pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung dan ruang lingkup waktu penelitian ini adalah pada Tahun 2019.

Page 21: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung

2. Untuk mengetahui pelaksanaan keputusan hasil mediasi dalam penyelesaian

perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh mediator Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

pengembangan kajian Hukum Administrasi Negara, khususnya Hukum

Tenaga Kerja yang berkaitan dengan penyelesaian perselisihan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna sebagai

sumbangan pemikiran bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial di masa-masa

yang akan datang.

Page 22: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kewenangan

2.1.1 Pengertian Kewenangan

Beberapa pengertian kewenangan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Miriam Budiardjo, kewenangan memiliki makna yang sama dengan

kekuasaan, yaitu wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh eksekutif,

legislatif dan yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur

esensial dari suatu Negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di

samping unsurunsur lainnya, yaitu hukum, kewenangan (wewenang),

keadilan, kejujuran, kebijaksanaan dan kebajikan.4

2. Menurut Rusadi Kantaprawira, kewenangan memiliki makna yang sama

dengan kekuasaan, yaitu wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh

eksekutif, legislatif dan yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan

merupakan unsur esensial dari suatu Negara dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan di samping unsurunsur lainnya, yaitu hukum, kewenangan,

keadilan, kejujuran, kebijaksanaan dan kebajikan.5

3. Menurut Prajudi Admosudirjo, kewenangan berasal dari kata dasar wewenang,

yang diartikan sebagai hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai

4 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hlm. 3565 Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1998,hlm. 42

Page 23: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

9

untuk melakukan sesuatu. kewenangan adalah kekuasaan formal. Kekuasaan

yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau dari

kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya terdiri dari

beberapa kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang atau

kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu.6

4. Menurut R. Abdoel Djamali, kewenangan merupakan tindakan hukum

pemerintah yang masuk dalam konteks hukum administrasi, yaitu peraturan

hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan antara warga negara dan

pemerintahnya yang menjadi sebab hingga negara itu berfungsi. Hukum

administrasi negara sebagai aturan hukum yang mengatur bagaimana negara

sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugasnya. 7

5. Kewenangan adalah fungsi untuk menjalankan kegiatan dalam organisasi,

sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian merupakan

proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,

sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang

melingkupinya.8

6. Menurut A. Gunawan Setiardja, kewenangan atau wewenang adalah suatu

istilah yang biasa digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun

sesungguhnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Kewenangan adalah apa

yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan

yang diberikan oleh undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif

6 Prajudi Admosudirjo. Teori Kewenangan. PT. Rineka Cipta Jakarta. 2001. hlm. 6.7 R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung. PT Raja Grafindo Persada Jakarta.2001.hlm 67.8 Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004. hlm. 51.

Page 24: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

10

atau administratif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang

tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan

pemerintahan tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai

suatu bagian tertentu saja dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak

untuk memberi perintah, dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi. 9

Pelaksanaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektivitas

organisasi. Dalam pelaksanaan kewenangan, terutama dalam organisasi, peranan

pokok kewenangan adalah dalam fungsi pengorganisasian, dan hubungan

kewenangan dengan kekuasaan sebagai metode formal, di mana pimpinan

menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.

Kewenangan formal tersebut harus didukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan

dan pengaruh informal. Pimpinan perlu menggunakan lebih dari kewenangan

resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga

tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan

mereka. Kwenangan sebagai hak seorang individu/organisasi untuk melakukan

sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam

suatu kelompok tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa

kewenangan merupakan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum

publik, atau secara yuridis kewenangan adalah kemampuan bertindak yang

diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-

hubungan hukum.

9 A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan MasyarakatIndonesia, Kanisius, Yogyakarta, 1990, hlm. 25.

Page 25: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

11

2.1.2 Macam-Macam Kewenangan

Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang,

sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang

siapa (subyek hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia

berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.

Kewenangan yang dimiliki oleh institusi pemerintahan dalam melakukan

perbuatan nyata, mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu

dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi,

maupun mandat. 10

Ditinjau dari asasnya kewenangan terdiri dari, yaitu:

a. Kewenangan Atribusi, adalah kewenangan yang melekat pada suatujabatan yang berasal dari undang-undang. Atribusi merupakankewenangan yang diberikan kepada suatu organ (institusi) pemerintahanatau lembaga Negara oleh suatu badan legislatif yang independen.Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang adasebelumnya.

b. Kewenangan Delegasi, adalah pemindahan/pengalihan kewenangan yangada. Atau dengan kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepadapejabat di bawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab.Delegasi sebagai kewenangan yang dialihkan dari kewenangan atribusidari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada organ lainnya sehinggadelegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat mengujikewenangan tersebut atas namanya

c. Kewenangan Mandat, dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuankewenangan atau pengalihan kewenangan, yang ada hanya janji-janji kerjainteren antara pimpinan dan bawahan. Pada mandat tidak terdapat suatupemindahan kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator) memberikankewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk membuat keputusanatau mengambil suatu tindakan atas namanya.11

Berkaitan dengan asas delegasi, yang merupakan asas paling penting dalam

pelaksanaan kewenangan dalam organisasi, terdapat empat kegiatan delegasi

10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Cet.II, UII Press, Yogyakarta, 2003. hlm. 54.11 Prajudi Admosudirjo, Op.Cit., hlm. 11.

Page 26: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

12

kewenangan. Kegiatan ini artinya ialah proses di mana para pimpinan

mengalokasikan kewenangan kepada bawah an dengan delegasi sebagai berikut:

a. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepadabawahan.

b. Pendelegasi melimpahkan kewenangan yang di perlukan untuk mencapaitujuan atau tugas.

c. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan kewajibanatau tanggung jawab.

d. Pendelegasi menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasil-hasilyang dicapai. 12

Kewenangan tidak hanya diartikan sebagai kekuasaan, oleh karena itu, dalam

menjalankan hak berdasarkan hukum publik selalu terikat kewajiban berdasarkan

hukum publik tidak tertulis atau asas umum pemerintahan yang baik.

Kewenangan dalam hal ini dibedakan menjadi:

a. Pemberian kewenangan: pemberian hak kepada, dan pembebanankewajiban terhadap badan (atribusi/mandat);

b. Pelaksanaan kewenangan: menjalankan hak dan kewajiban publik yangberarti mempersiapkan dan mengambil keputusan;

c. Akibat Hukum dari pelaksanaan kewenangan: seluruh hak dan/ataukewajiban yang terletak rakyat/burger, kelompok rakyat dan badan. 13

Macam-macam kewenangan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi:

1. Wewenang personal, bersumber pada intelegensi, pengalaman, nilai atau

normal, dan kesanggupan untuk memimpin.

2. Wewenang ofisial, merupakan wewenang resmi yang di terima dari wewenang

yang berada di atasnya. 14

Secara organisasional kewenangan adalah kemampuan yuridis yang didasarkan

pada hukum publik. Kewenangan berkaitan dengan hak dan kewajiban, yaitu agar

12 Muammar Himawan, Pokok-Pokok Organisasi Modern, Bina Ilmu, Jakarta, 2004, hlm. 51.13 Prajudi Admosudirjo, Op.Cit., hlm. 87.14 Ibid, hlm.88.

Page 27: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

13

kewenangan tidak semata-mata diartikan sebagai hak berdasarkan hukum privat,

tetapi juga kewajiban sebagai hukum publik. Kewenangan adalah fungsi untuk

menjalankan kegiatan dalam organisasi, sebagai hak untuk memerintah orang lain

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai

dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan

lingkungan yang melingkupinya.

Pengaturan pendelegasian kewenangan dapat dilakukan dengan 3 alternatif syarat,

yaitu15:

a. Adanya perintah yang tegas mengenai subjek lembaga pelaksana yangdiberi delegasi kewenangan dan bentuk peraturan pelaksana untukmenuangkan materi pengaturan yang didelegasikan;

b. Adanya perintah yang tegas mengenai bentuk peraturan pelaksana untukmenuangkan materi pengaturan yang didelegasikan; atau

c. Adanya perintah yang tegas mengenai pendelegasian kewenangan dariundang-undang atau lembaga pembentuk undang-undang kepada lembagapenerima delegasi kewenangan, tanpa penyebutan bentuk peraturan yangmendapat delegasi.

Ketiga syarat tersebut bersifat pilihan dan salah satunya harus ada dalam

pemberian delegasi kewenangan pengaturan (rule making power).Berbeda halnya

dengan kewenangan delegasi maupun atribusi. Kewenangan mandat merupakan

pemberian, pelimpahan, atau pengalihan kewenangan oleh suatu organ

pemerintahan kepada pihak lain untuk mengambil keputusan atas tanggungjawab

sendiri. Apabila kewenangan yang dilimpahkan atau didelegasikan tersebut

merupakan kewenangan untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan

(the power of rule-making atau law-making), maka dengan terjadinya

pendelegasian kewenangan tersebut akan mengakibatkan terjadi pula peralihan

15Ibid, hlm. 262

Page 28: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

14

kewenangan untuk membentuk undang-undang sebagaimana mestinya. Selain

atribusi dan delegasi, mandat merupakan salah satu sumber kewenangan. Mandat

merupakan kewenangan yang diberikan oleh suatu organ pemerintahan kepada

orang lain untuk atas nama atau tanggungjawabnya mengambil keputusan.16

2.2 Hubungan Antara Pekerja dengan Perusahaan

Hubungan antara pekerja dengan perusahaan disebut hubungan industrial adalah

hubungan kerja yang didasari oleh kesepakatan kedua belah pihak untuk

mengikatkan diri dalam suatu hubungan kerja.17 Hubungan Industrial juga adalah

suatu sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku proses produksi barang

dan/atau jasa yang terdiri dari unsur Pengusaha, Pekerja dan Pemerintah.

Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

memberikan pengertian pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini agak

umum namun maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang

bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan

lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.

Pekerja atau buruh adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan

upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari

penduduk usia produktif (umur 15 thn–65 thn) yang masuk kategori angkatan

kerja (labourforce). Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki

tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan

16 Ibid.hlm.26317 Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1995. hlm. 7

Page 29: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

15

oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar

sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor

informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. 18

Angkatan kerja adalah bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan

atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif

dan bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan

kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk

terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja

yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu

memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak

tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan. 19

Istilah majikan ini juga sangat populer karena perundang-undangan sebelum

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menggunakan istilah majikan. Dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang penyelesaian Perselisihan

hubungan industrial disebut bahwa majikan adalah “orang atau badan hukum yang

memperkerjakan buruh”. Sama halnya dengan istilah buruh, istilah majikan juga

kurang sesuai dengan konsep hubungan industri pancasila karena istilah majikan

berkonotasi sebagai pihak yang selalu berada di atas sebagai lawan atau kelompok

penekan dari buruh, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis merupakan

mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama20.

18 E.St. Harahap, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 2007.hlm. 85419 Edi Suharto. Pekerja Sosial di Dunia Industri. PT Refika Aditama. Bandung 2009. hlm.5420 Asri Wijayanti, Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, 2012, hlm. 33.

Page 30: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

16

Pelaksanaan hak-hak normatif pekerja di Indonesia saat ini yang masih jauh dari

harapan atau dengan kata lain terjadi kesenjangan yang jauh antara ketentuan

normatif (law in books) dengan kenyataan di lapangan (law in society/action)

salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya pengawasan perburuhan atau

ketenagakerjaan, hal ini di sebabkan karena keterbatasan baik secara kuantitas

maupun kualitas dari aparat pengawasan perburuhan atau ketenagakerjaan.21

Secara kualitas aparat pengawasan perburuhan sangat terbatas jika di bandingkan

dengan jumlah perusahaan yang harus di awasi, belum lagi pegawai pengawas

tersebut harus melaksanakan tugas-tugas administratif yang di bebankan

kepadanya. Demikian juga kualitas dalam melaksanakan tugas sebagai penyidik

yang masih terbatas.

2.3 Perselisihan Hubungan Industrial

Perselisihan hubungan industrial dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat

yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha

dengan pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau serikat buruh karena adanya

perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan

hubungan kerja dan perselisihan antara serikat pekerja atau serikat buruh dalam

suatu perusahaan.

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat atau perselisihan

pengusaha dengan pekerja dan atau serikat pekerja berkaitan dengan syarat-syarat

21 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Rajawali Press. Jakarta, 2007, hal 55

Page 31: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

17

kerja seperti pemenuhan hak-hak pekerja dan atau serikat pekerja, harapan atau

kepentingan pekerja, dan pemutusan hubungan keria, serta perselisihan antar

serikat pekerja di satu perusahaan. Adapun jenis perselisihan yang dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 adalah:

1. Perselisihan HakPerselisihan Hak adalah perselisihan yang timbul karena tidakdipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiranterhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

2. Perselisihan KepentinganPerselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungankerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai perbuatandan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjiankerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

3. Perselisihan Pemutusan Hubungan KerjaPerselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah perselisihan yang timbulkarena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungankerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam Satu PerusahaanPerselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam Satu Perusahaanadalah perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan SerikatPekerja/Serikat Buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidakadanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dankewajiban ke serikat pekerja.22

Realitas perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan lebih banyak

didominasi oleh tidak terpenuhinya hak-hak para pekerja oleh perusahaan dan

terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja. Beberapa tuntutan hak yang sering kali

digugat oleh para buruh pada perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Pengupahan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para pekerja, Serikat Pekerja

memperjuangkan adanya perbaikan syarat-syarat kerja melalui

penyempurnaan pengupahan, di mana Upah Minimum Regional (UMR) atau

22 TURC Press, Praktek Pengadilan Hubungan Industrial, panduan Bagi Serikat Buruh, Jakarta,2004, hlm. 13

Page 32: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

18

Upah Minimum Propinsi (UMP) ditetapkan secara bertahap agar setara

dengan kebutuhan hidup minimum (KHM).

b. Kesepakatan Kerja Bersama

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) di perusahaan merupakan kesepakatan

antara pekerja dan pengusaha yang dilakukan secara musyawarah dan

mufakat, yang berorientasi pada usaha-usaha untuk mengembangkan

keserasian hubungan kerja, usaha dan kesejahteraan bersama, melalui

penegasan hak dan kewajiban masing-masing secara konkrit dan jelas.

c. Perlindungan Para pekerja

Perlindungan dan Pengawasan Para pekerja. Perlindungan dan pengawasan

para pekerja, antara lain diupayakan melalui penerapan seluruh aspek

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan norma

kerja, baik melalui penyuluhan secara massal maupun pembinaan langsung

keperusahaan. Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan norma kerja,

diupayakan dengan meningkatkan kemampuan pengawas Ketenagakerjaan.

Perlindungan bagi para pekerja wanita terus ditingkatkan dan dilaksanakan

dengan memperluas jangkauan ke sektor informal, khususnya di unit-unit

produksi industri rumah tangga, dalam bidang hiperkes, ergonomi,

keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya memberikan perlindungan bagi

para pekerja wanita dilaksanakan dengan melibatkan peran masyarakat,

khususnya organisasi wanita untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan

pelatihan. Perlindungan dan pengawasan terhadap hal yang membahayakan

keselamatan dan masa depan anak yang terpaksa bekerja terus ditingkatkan.

Page 33: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

19

Upaya perlindungan dilakukan melalui penerapan norma kerja, yang

mencakup peningkatan penegakan hukum (law enforcement) terhadap

ketentuan-ketentuan dasar bagi anak yang terpaksa bekerja, antara lain

berupa pembatasan jam kerja tidak lebih dari 4 jam sehari, tidak

mempekerjakan pada malam hari, pemberian waktu dan kesempatan untuk

mengikuti pendidikan, dan pelaksanaan pemberian upah sesuai dengan

Upah Minimum Propinsi (UMP).

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Upaya perlindungan pekerja dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan dan

penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta pembudayaan

K3 di perusahaan. Pengawasan atas pelaksanaan norma K3 di perusahaan,

meliputi pengawasan teknis terhadap bahaya penggunaan alat mekanik,

proses produksi, bahaya penggunaan listrik, dan lingkungan kerja.

Penyebarluasan dan penerapan K3, dilaksanakan melalui pengembangan dan

pembentukan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).

e. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) merupakan upaya pula

untuk memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan pekerja.

f. Program Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kerja

Program penelitian dan pengembangan tenaga kerja ditujukan bagi penelitian

masalah-masalah ketenaga kerjaan yang bersifat operasional dan strategik

kebijaksanaan, pengembangan ketenaga kerjaan, baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Hasil-hasil penelitian akan dipergunakan sebagai

Page 34: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

20

bahan pendukung pelaksanaan program-program ketenaga kerjaan dan

perencanaan para pekerja nasional.

g. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Tenaga Kerja

Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan Tenaga Kerja bertujuan

meningkatkan produktivitas dan sekaligus kemampuan, keahlian dan

keterampilan para pekerja.23

2.4 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Menurut Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, definisi pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak

dan kewajiban antara buruh/pekerja dan pengusaha.

Mengenai PHK itu sendiri secara khusus juga diatur dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

(PPHI). Dengan berlakukan UUPPHI 2004 tersebut, Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan

hubungan industrial (P3) dinyatakan tidak berlaku lagi. Peraturan pelaksanaan

kedua undang-undang tersebut masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan UUPPHI 2004. UUPPHI 2004, istilah sengketa yang digunakan adalah

perselisihan atau perselisihan hubungan industrial.

23 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dan ILO, 2001, ManualMediasi,Konsiliasi dan Arbitrasi, Jakarta, hlm 78.

Page 35: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

21

Pasal 1 angka 1 UUPPHI menjelaskan bahwa perselisihan Hubungan Industrial

adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha

atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau se-rikat pekerja/serikat

buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.

Pasal 1 angka 4 UUPPHI menyeburkan Perselisihan pemutusan hubungan kerja

adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat

mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

PHK berarti berkaitan dengan pemenuhan hak-hak ekonomi pekerja dan kondisi

keuangan dari perusahaan. Karenanya sangat wajar jika kemudian pemerintah

melakukan intervensi, bukan hanya melindungi hak-hak pekerja, tetapi juga

memerhatikan kemampuan dari keuangan perusahaan tersebut dengan

memberikan pengaturan-pengaturan berpatokan standar, baik secara nasional

maupun internasional. Praktiknya, tidak semua perusahaan menerapkan ketentuan

mengenai PHK dalam memberikan kompensasi pesangon kepada pekerja jika

hubungan kerja berakhir.

Hal tersebut kadang-kadang dikaitkan dengan status hukum dari perusahaan. Kata

perusahaan selalu diidentikan dengan perseroan terbatas (PT), sehingga di luar

status hukum tersebut, pihak pengusaha seringkali mengelak atau bahkan

menanamkan pengertian kepada karyawannya bahwa perusahaannya bukan

sebuah PT. Akibatnya, munculnya PHK tidak menjamin hak-hak pekerja menjadi

utuh sesuai dengan yang diharapkan undang-undang.

Page 36: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

22

2.5 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Dasar Hukumnya

Perselisihan hubungan industrial pada dasarnya diselesaikan di Pengadilan

Perselisihan Hubungan Industrial (Pengadilan PHI). Adapun tahapan penyelesaian

perselisihan hubungan indutrial di luar pengadilan adalah sebagai berikut:

1. Bipartit

Lembaga bipartit terdiri dari wakil pengusaha dan wakil pekerja dan atau serikat

pekerja. Bila dalam perusahaan belum terbentuk serikat pekerja, wakil pekerja di

Lembaga Bipartit dipilih mewakili unit-unit kerja dan atau kelompok profesi. Bila

terdapat lebih dari satu serikat pekerja, wakil mereka di Lembaga Bipartit

ditetapkan secara proporsional. Semua jenis perselisihan diupayakan diselesaikan

di Lembaga Bipartit. Kesepakatan atau kompromi yang di Lembaga Bipartit

dirumuskan dalam bentuk Persetujan Bersama dan ditandatangani oleh para pihak

yang berselisih. Bila satu pihak tidak melaksanakan Persetujuan Bersama tersebut,

pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan penetapan eksekusi kepada

Pengadilan PHI di Pengadilan Negeri setempat. 24

2. Mediasi oleh Mediator

Setiap kantor Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan

mengangkat beberapa orang pegawai sebagai mediator yang berfungsi melakukan

mediasi menyelesaikan perselisihan antara pengusaha dengan pekerja. Atas

kesepakatan bersama, pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja memilih seorang

mediator dari daftar nama mediator yang tersedia di Kantor Pemerintah setempat,

kemudian secara tertulis mengajukan permintaan untuk membantu menyelesaikan

24 Ibid, hlm. 15

Page 37: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

23

perselisihan mereka. Selama waktu 7 hari setelah menerima permintaan

penyelesaian perselisihan, mediator sudah harus mempelajari dan menghimpun

informasi yang diperlukan, kemudian segera paling lambat pada hari kedelapan

mengadakan pertemuan atau sidang mediasi. Mediator dapat memanggil saksi dan

atau saksi ahli. Apabila pengusaha dan pekerja/serikat pekerja mencapai

kesepakatan, kesepakatan tersebut dirumuskan dalam Persetujuan Bersama yang

ditandatangani para pihak yang berselisih diketahui mediator. Apabila pihak-

pihak yang berselisih menerima anjuran mediator, kesepakatan tersebut

dirumuskan dalam Persetujuan Bersama. Bila anjuran tertulis ditolak, maka pihak

yang menolak mengajukan gugatan kepada Pengadilan PHI setempat. Untuk itu

mediator menyelesaikan dokumen yang diperlukan dalam 5 hari kerja. Dengan

demikian seluruh proses mediasi diselesaikan paling lama dalam 40 hari kerja. 25

3. Konsiliasi oleh Konsiliator

Konsiliator adalah anggota masyarakat yang telah berpengalaman di bidang

hubungan industrial dan menguasai peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri melakukan konsiliasi dan anjuran

tertulis kepada pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja menyelesaikan

perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan hubungan kerja. Daftar

konsiliator untuk satu wilayah kerja disediakan di kantor Pemerintah yang

bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan. Atas kesepakatan para pihak yang

berselisih pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja memilih dan meminta

25 Ibid, hlm. 16

Page 38: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

24

konsiliator dari daftar konsiliator setempat untuk menyelesaikan perselisihan

mereka mengenai kepentingan atau PHK.

Sama halnya dengan mediator, konsiliator harus menghimpun informasi yang

diperlukan dalam 7 hari setelah menerima permintaan konsiliasi, dan paling

lambat pada hari kedelapan sudah memulai usaha konsiliasi. Paling lambat dalam

14 hari sesudah sidang konsiliasi pertama, kesepakatan pengusaha dan pekerja

sudah dirumuskan dalam Perjanjian Bersama, atau bila pihak yang berselisih tidak

mencapai kesepakatan, konsiliator sudah menyampaikan anjuran tertulis.

Pengusaha dan pekerja harus menyampaikan pernyataan meneriama atau menolak

anjuran konsiliator paling lama dalam 14 hari. Bila kedua pihak menerima

anjuran, Perjanjian Bersama untuk itu diselesaikan dalam 5 hari. Bila pengusaha

atau pekerja menolak anjuran, pihak yang menolak menggugat pihak yang lain ke

Pengadilan PHI. Secara keseluruhan, konsiliator harus menyelesaikan satu kasus

perselisihan maksimum dalam 40 hari. Dalam proses konsiliasi, konsiliator dapat

memanggil saksi dan saksi ahli. Pemerintah membayar honorarium konsiliator,

serta biaya perjalanan dan akomodasi saksi dan saksi ahli.26

4. Arbitrase oleh Arbiter

Arbitrase adalah penyelesaian perselisihan oleh seorang atau tiga orang arbiter,

yang atas kesepakatan para pihak yang berselisih diminta menyelesaikan

perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja.

Dalam hal pihak yang berselisih memilih 3 orang arbiter, dalam 3 hari masing-

26 Ibid, hlm. 17-18

Page 39: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

25

masing pihak dapat menunjuk seorang arbiter, dan paling lambat 7 hari sesudah

itu, kedua arbiter tersebut menunjuk arbiter ketiga sebagai Ketua Majelis Arbiter.

Arbiter pertama-tama mengupayakan penyelesaian secara bipartit. Bila

penyelesaian berhasil, arbiter membuat akte perdamaian. Secara keseluruhan,

arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan indusrtrial dalam waktu 30

hari kerja sejak penandatanganan surat perjanjian penunjukkan arbiter. Atas

persetujuan kedua belah pihak yang berselisih, arbiter hanya dapat

memperpanjang waktu penyelesaian paling lama 14 hari kerja.

Putusan arbitrase merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang berselisih. Bila salah satu pihak

tidak melaksanakan keputusan arbitrase, pihak yang dirugikan dapat mengajukan

permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk memerintahkan pihak tersebut

melaksanakan keputusan arbitrase. Dalam paling lama 30 hari sejak keputusan

arbiter, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali

kepada Mahkamah Agung, hanya apabila:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan ternyata diakui atau

terbukti palsu;

b. Pihak lawan terbukti secara sengaja menyembunyikan dokumen yang bersifat

menentukan dalam pengambilan keputusan;

c. Keputusan arbitrase terbukti didasarkan pada tipu muslihat pihak lawan;

d. Putusan melampaui kewenangan arbiter;

e. Putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.27

27 Ibid, hlm. 18-19

Page 40: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

26

5. Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial

Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial (Pengadilan PHI) dibentuk di

Pengadilan Negeri dan pada Mahkamah Agung. Untuk pertama kali, Pengadilan

PHI dibentuk di Pengadilan Negeri yang berada di ibukota propinsi. Secara

bertahap, Pengadilan PHI akan dibentuk di Pengadilan Negeri yang berada di

Kabupaten atau Kota yang padat industri. Susunan Pengadilan PHI pada

Pengadilan Negeri terdiri dari hakim, Hakim Ad-Hoc, Panitera Muda, dan

Panitera Muda Pengganti. Hakim adalah hakim karier di pengadilan negeri yang

diangkat untuk memeriksa perkara perselisihan industrial, dan diberhentikan oleh

Ketua Mahkamah Agung. Hakim Ad-Hoc adalah hakim Pengadilan PHI, diangkat

dan diberhentikan oleh Presiden atas usul serikat pekerja dan organisasi

pengusaha melalui Ketua Mahkamah Agung dan Menteri. Setiap Pengadilan

Negeri terdapat 5 orang Hakim Ad-Hoc mewakili unsur serikat pekerja dan 5

orang mewakili unsur asosiasi pengusaha. Hakim Ad-Hoc diangkat untuk masa

tugas 5 tahun dan dapat diangkat kembali maksimum satu kali masa jabatan.

Hakim ad-hoc tidak boleh merangkapp jabatan sebagal anggota Lembaga Tinggi

dan Tertinggi Negara, kepala daerah, pengacara, mediator, konsiliator atau arbiter.

Ketua Pengadilan Negeri mengawasi pelaksanaan tugas hakim, Hakim Ad-Hoc,

panitera muda dan panitera muda pengganti.

Pengadilan PHI pada Pengadilan Negeri berwenang memeriksa dan memutus:

1) Perselisihan hak untuk tingkat pertama dan terakhir;

2) Perselisihan kepentingan untuk tingkat pertama;

3) Perselisihan pemutusan hubungan kerja untuk tingkat pertama;

4) Perselisihan antar serikat pekerja untuk tingkat pertama dan terakhir.

Page 41: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

27

6. Majelis Hakim Kasasi

Permohonan kasasi atas putusan Pengadilan PHI pada Pengadilan Negeri

diperiksa dan diputus oleh Majelis Hakim Kasasi. Untuk itu pada Mahkarnah

Agung dibentuk dan diangkat Hakim Agung, Hakim Agung Ad-Hoc, dan

Panitera. Hakim Agung adalah hakim agung yang ditugaskan di Mahkamah

Agung. Hakim Agung Ad-Hoc diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul

serikat pekerja dan asosiasi pengusaha melalui Mahkamah Agung dan Menteri.

Hakim Agung Ad-Hoc dipilih untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diperpanjang

maksimum satu periode. Hakim Agung Ad-Hoc tidak boleh merangkap jabatan

sebagai anggota Lembaga Tinggi dan Tertinggi Negara, kepala daerah, pengacara,

mediator, konsoliator atau arbiter. Setelah menerima kasasi atas putusan

Pengadilan PHI, Ketua Mahkamah Agung menetapkan susunan Majelis Hakim

Kasasi yang terdiri dari seorang Hakim Agung, seorang Hakim Agung Ad-Hoc

dari unsur serikat pekerja, dan seorang Hakim Agung Ad-Hoc dari unsur asosiasi

pengusaha. Majelis Hakim Kasasi harus menye-lesaikan kasus perselisihan

dimaksud paling lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan

permohonan kasasi.

2.6 Mediasi

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor 92 Tahun 2004 menyebutkan mediasi hubungan industrial yang

selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan PHK, dan

perselisihan antara serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan melalui

musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.

Selanjutnya yang dimaksud dengan mediator adalah pegawai instansi pemerintah

Page 42: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

28

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat

sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi

dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang

berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan,

perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan. Melihat ketentuan ini,

dapat dikatakan bahwa mediasi merupakan bentuk penyelesaian sengketa para

pihak yang dibantu oleh mediator sebagai pihak penengah.

Bila dilihat dari peran dan kegiatan mediator, maka seorang mediator dari segi

manfaatnya merupakan suatu jenis “terapis” negosiasi. Terapis ini meng-analisa

dan mendiagnosis suatu sengketa tertentu, dan kemudian mendesain serta

mengendalikan proses serta intervensi lain dengan tujuan menuntun para pihak

untuk mencapai suatu mufakat sehat. Sehubungan hal ini, peran mediator adalah:

a. Melakukan diagnosis konflik.

b. Indentifikasi masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak.

c. Menyusun agenda.

d. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi.

e. Mengajar para pihak dalam proses dan keterampilan tawar-menawar.

f. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting.

g. Penyelesaian masalah untuk menciptakan pilihan-pilihan.

h. Diagnosis sengketa untuk memudahkan penyelesaian problem.28

Pada dasarnya seorang mediator berperan sebagai “penengah” yang membantu

para pihak untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapinya. Seorang mediator

28 Surya Perdana, Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Melalui Mediasi, RatuJaya, Medan, 2013, hlm. 78.

Page 43: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

29

juga akan membantu para pihak untuk membingkai persoalan yang ada agar

menjadi masalah yang perlu dihadapi secara bersama. Selain itu, juga guna

menghasilkan kesepakatan, seorang mediator sekaligus harus mem-bantu para

pihak yang bersengketa untuk merumuskan berbagai pilihan penye-lesaian

sengketanya. Tentu saja pilihan penyelesaian sengketanya harus dapat diterima

oleh kedua belah pihak dan juga dapat memuaskan kedua belah pihak. Setidaknya

peran utama yang mesti dijalankan seorang mediator adalah mem-pertemukan

kepentingan-kepentingan yang saling berbeda tersebut agar men-capai titik temu

yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolok pemecahan masalahnya. 29

Seorang mediator mempunyai peran membantu para pihak dalam memahami

pandangan masing-masing dan membantu mencari (locate) persoalan-persoalan

yang dianggap penting bagi mereka. Mediator mempermudah pertukaran

informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan kepentingan,

persepsi, penafsiran terhadap situasi dan persoalan-persoalan dan membiarkan,

tetapi mengatur pengungkapan emosi. Mediator membantu para pihak

memprioritaskan persoalan-persoalan dan menitik beratkan pembahasan mengenai

tujuan dan kepentingan umum. Mediator akan sering bertemu dengan para pihak

secara pribadi. Dalam pertemuan ini yang disebut caucus, mediator biasanya

dapat memperoleh informasi dari pihak yang tidak bersedia saling membagi

informasi. Sebagai wadah informasi antara para pihak, mediator akan mempunyai

lebih banyak informasi mengenai sengketa dan persoalan-persoalan dibanding-

kan para pihak dan akan mampu menentukan apakah terdapat dasar-dasar bagi

terwujudnya suatu perjanjian atau kesepakatan.

29 Ibid, hlm. 79.

Page 44: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

30

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif

dan pendekatan yuridis empiris. Penelitian hukum normatif adalah penjelasan

atau analisa terhadap implementasi ketentuan hukum normatif pada peristiwa

hukum tertentu. Penelitian hukum empiris adalah upaya untuk memperoleh

kejelasan dan pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada di

lapangan penelitian,30 yaitu pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan.

Data lapangan adalah yang diperoleh dari lokasi penelitian, sementara itu data

kepustakaan adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Jenis

data meliputi data primer dan data sekunder 31 Data yang digunakan dalam

penelitian sebagai berikut:

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library

research), dengan cara membaca, menelaah dan mengutip terhadap berbagai teori,

30 Abdulkadir Muhammad. 2004. Metode Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.hlm. 4931 Ibid, . hlm.36

Page 45: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

31

asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat terdiri dari

sebagai berikut:

(a) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat

(b) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja

(c) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(d) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

hubungan Industrial

(e) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(f) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

(g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per.16/Men/Xi/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan

Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama

(h) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Mediator

Hubungan Industrial Serta Tata Kerja Mediasi

(i) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung

(j) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 68 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

Page 46: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

32

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan hukum

yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami

permasalahan, berbagai buku hukum, arsip dan dokumen, brosur, makalah dan

sumber internet.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara (interview) dengan

narasumber yang mengetahui masalah yang akan diteliti. Narasumber penelitian

ini adalah Kepala Bidang Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Lampung.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan melakukan

serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari bahan

kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan

2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data

secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang

dibutuhkan melalui kegiatan wawancara kepada narasumber penelitian.

Page 47: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

33

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya dilakukan pengolahan data,

dengan prosedur sebagai berikut:

1. Seleksi Data

Data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data

selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Klasifikasi Data

Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam

rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk

kepentingan penelitian.

3. Penyusunan Data

Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang

bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan

untuk mempermudah interpretasi data

3.5 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu

dilakukan analisis deskriptif kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan

dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti

untuk diinterprestasikan dan dirangkum secara umum yang didasarkan fakta-fakta

yang bersifat khusus sebagai kesimpulan penelitian.

Page 48: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

72

BAB VP E N U T U P

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Proses penyelesaian perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh

mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

dilaksanakan dilaksanakan melalui proses mediasi, yaitu mediator bertindak

sebagai pihak netral dan penengah, membantu memecahkan masalah dan

mencari jalan keluar atas perselisihan yang dihadapi. Prosedur tersebut

dilaksanakan mediator melalui tahap pahap pra mediasi dan tahap mediasi.

Pada tahap pra mediasi, mediator mengumpulkan informasi latar belakang dan

fakta perselisihan, isu-isu yang menonjol, karakter perorangan dari pihak-

pihak yang berselisih. Pada tahap mediasi, mediator melaksanakan mediasi

sesuai dengan kapasitasnya sebagai pemerantara yang profesional, netral dan

tidak berpihak kepada kepentingan salah satu pihak yang terlibat dalam

perselisihan PHK.

2. Pelaksanaan keputusan hasil mediasi dalam penyelesaian perselisihan

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Lampung adalah dalam hal terjadi kesepakatan maka

kedua belah pihak melakukan perjanjian bersama, sedangkan apabila tidak

Page 49: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

73

terjadi kesepakatan maka mediator mengeluarkan anjuran tertulis untuk

ditindaklanjuti oleh kedua belah pihak dalam jangka waktu selama sepuluh

hari. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ada tindak lanjut maka para

pihak dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Perselisihan Hubungan

Industrial.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung disarankan untuk secara lebih aktif melakukan pengawasan terhadap

praktik hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja, sehingga dapat

diminimalisasi adanya PHK secara sepihak oleh perusahaan.

2. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial agar lebih efektif melalui

prosedur mediasi, oleh karenanya Mediator Perselisihan Hubungan Industrial

hendaknya terus meningkatkan profesionalisme dan kapasitas sebagai

pelaksana proses mediasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan

hubungan industrial, dengan cara terus mengasah potensi dengan mengikuti

berbagai pendidikan dan pelatihan untuk menyesuaikan diri dengan

perkembangan teknik mediasi, baik di tingkat lokal, nasional dan

internasional. Hal ini penting dilakukan dalam rangka memaksimalkan

pencapaian tujuan mediasi yaitu mencari penyelesaian atas perselisihan.

Page 50: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Abdul Wahab, Solihin. 2001. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi keImplementasi Kebijakan Negara, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Asyhadie, Zaeni. 2007. Hukum Kerja, Rajawali Press. Jakarta.

Budiaji, Dadang. Dkk. 2007. Modul Diklat Konsultan Hukum Perusahaan,Yayasan Cipta Bangsa, Bandung.

Bukit, Kelelung. 2004. Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan diDalam dan di Luar Pengadilan, Fakultas Hukum Universitas SumateraUtara. Medan.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dan ILO. 2006.Manual Mediasi,Konsiliasi dan Arbitrasi, Jakarta.

---------. 2006. Konvensi Ketenagakerjaan Internasional yang DiratifikasiIndonesia serta Prinsip-Prinsip dan Hak-Hak Mendasar di Tempat Kerjadan Tindak Lanjutnya, Jakarta.

---------. 2009. Pekerja Sosial di Dunia Industri. Refika Aditama. Bandung

Goodpaster, Garry. 1999. Panduan Negosiasi dan Mediasi, Seri Dasar HukumEkonomi. ELIPS, Jakarta.

Hardika, Gayuh Arya. 2004. Quo Vadis Pengadilan Hubungan IndustrialIndonesia, Trade Union Rights Centre, Jakarta.

Husni, Lalu. 2004. Penyelesaian Perselisian Hubungan Industrial MelaluiPengadilan dan Di Luar Pengadilan, Penerbit PT. Raja Grafindo Parsada,Jakarta.

---------. 2007. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Gravibdo Persada,Jakarta.

Manulang, Sendjun H. 1995. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan diIndonesia,Rineka Cipta, Jakarta.

Page 51: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

Perdana, Surya. 2013. Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan KerjaMelalui Mediasi, Ratu Jaya, Medan.

Sinaga, Marsen. 2006. Pengadilan Perburuhan di Indonesia, Tnjauan HukumKritis Atas Undang-Undang PPHI,cet1, Perhimpunan Solidaritas Buruh,Yogyakarta.

Soebagjo dan Radjagukguk. 1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa,dalam, Arbitrase di Indonesia, Seri Dasar Hukum Ekonomi 2. GhaliaIndonesia, Jakarta.

---------. 1995. Editor, Arbitrase di Indonesia, Seri Dasar Hukum Ekonomi 2,Ghalia Indonesia, Jakarta..

Soepomo, Imam. 1995. Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983. Penelitian Hukum Normatif, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.

TURC, 2004. Belajar Hukum Perburuhan,TURC Press, Jakarta.

_____, 2006. Praktek Pengadilan Hubungan Industrial, panduan Bagi SerikatBuruh, TURC Press, Jakarta.

Wijayanti, Asri. 2012. Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihanhubungan Industrial

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.16/Men/Xi/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan PengesahanPeraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian KerjaBersama

Page 52: PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA …digilib.unila.ac.id/58087/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · “Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja oleh Mediator Dinas

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 17Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian MediatorHubungan Industrial Serta Tata Kerja Mediasi

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukandan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 68 Tahun 2016 tentang Kedudukan,Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas TenagaKerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

INTERNET

http://www.suryaandalas.com/2018/07/diduga-phk-sepihak-pt-sumber-batu.html.