Penyedotan Air Tanah Melampaui Batas filedikonsumsi warga sekitar. “Bukan cuma Rp50 ribu per...

1
tahun dengan estimasi kebu- tuhan setiap penduduk 150 liter per hari. Sementara itu, Perusahaan Daerah Air Mi- num (PDAM) Jaya hanya bisa menghasilkan 295,6 juta meter kubik per tahun atau hanya memenuhi 54% dari kebutuhan penduduk DKI. Sekitar 46% atau 251,8 juta me- ter kubik dari total kebutuhan air penduduk DKI diambil dari ba- wah tanah. Padahal, potensi ABT DKI hanya 532 juta meter kubik per tahun. Itu sudah termasuk curah hujan yang masuk ke ta- nah tinggal 532 meter kubik. Batas aman pengambilan ABT, 4 | Megapolitan JUMAT, 24 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Penyedotan Air Tanah Melampaui Batas Selamat Saragih kata Darrundono. Resapan air Sejarawan Betawi Ridwan Saidi mengatakan Jakarta me- rupakan kota air yang diisi puluhan sungai, kali (sungai kecil), dan rawa. Jakarta sejak dahulu kala, ujarnya, bukan untuk tempat hunian karena wilayahnya didominasi rawa dan sungai itu. “Daratan Jakarta yang bisa dihuni, biasanya yang dinamakan Pulo. Selebihnya sungai dan rawa,” ujar Ridwan Saidi dalam diskusi Jakarta Tenggelam di Fadli Zon Library, Jakarta, kemarin. Jakarta adalah kota air, tapi karena secara serampangan diuruk Belanda pada masa pen- jajahan dulu, terjadilah ambles di beberapa tempat. “Kawasan Kelapa Gading dulu namanya Rawa Kucing yang tanahnya lembut, eh sekarang dijadikan perumahan mewah,” tuturnya. Pengamat kebijakan publik UI Adrinof Chaniago mende- sak moratorium pembangunan di Jakarta. “Hentikan penam- bahan bangunan di Jakarta. Kalaupun mau menambah bangunan tinggi, ya rumah susun,” jelasnya. (*/J-5) [email protected] hanya sebesar 40% atau 186,2 juta meter kubik dari total po- tensi ABT itu. “Penyedotan 251,8 juta meter kubik per tahun me- nyebabkan defisit 66,6 juta meter kubik per tahun,” kata Selamet. Ia mengatakan defisit ABT me- nyebabkan penurunan permu- kaan tanah di Jakarta sekitar 18 cm-26 cm per tahun pada 2005. Sementara itu, dari 226 situ dan danau di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), hanya 33 yang berfungsi maksi- mal. Selebihnya rusak berat dan ada yang nyaris hilang. Di tempat terpisah, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf mendesak Pem- prov DKI agar menghentikan penggunaan ABT karena akan membahayakan Ibu Kota. “Pe- merintah harus menghentikan pengambilan air bawah tanah untuk menyelamatkan Kota Jakarta,” kata Sonny. Dosen Perencana Tata Kota Universitas Tarumanegara Dar- rundono juga mengingatkan Pemprov DKI agar membatasi bahkan melarang penyedotan ABT. “Pada waktu yang bersama- an dengan pelarangan itu, Pem- prov DKI harus merehabilitasi situ dan danau untuk menja- min kesediaan air permukaan,” P ENYEDOTAN air ba- wah tanah (ABT) di DKI Jakarta melam- paui ambang batas bahaya. Hal itu akan membuat rongga-rongga bawah tanah menjadi kopong dan kering sehingga memicu terjadinya tanah ambles. Perbuatan masyarakat Jakar- ta dan pembiaran oleh Peme- rintah Provinsi (Pemprov) DKI itu membahayakan Ibu Kota. “Pengambilan air bawah tanah defisit 66,6 juta meter kubik per tahun,” kata Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indo- nesia (KPIHI) Jakarta Selamet Daroyni di Jakarta, kemarin. KPIHI mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian mereka, pengambilan ABT yang berlebihan dilakukan pen- duduk Jakarta. Selamet menjelaskan, pendu- duk Jakarta 2010 yang berjum- lah 10 juta jiwa membutuhkan 547,5 juta meter kubik per Warga Kini Jadi Kesulitan Air Bersih dikonsumsi warga sekitar. “Bukan cuma Rp50 ribu per bulan. Kalau ada kontrol (dari petugas), saya juga harus bayar Rp50 ribu sebagai tambahan di luar uang bulanan,” ujar Zainab. Kebingungan pun menyergap Zainab dan warga pinggir Sungai Landak lainnya. Mau tidak mau mereka harus merogoh kantong lebih dalam dengan membeli air bersih lewat tukang air keliling. Sehari, ia membutuhkan sekitar enam jeriken dengan harga Rp2.500 per jeriken. Itu berarti ia harus mengeluarkan uang Rp15 ribu per hari atau Baru, Cilincing, yang menjadi korban pemutusan pipa air. Ia tidak bisa menjadi pelanggan Aetra karena terbentur persyaratan; KTP. Status tanah yang ditempatinya masih ilegal sehingga tidak berhak mendapatkan KTP DKI. Zainab mengakui mengambil air dari pipa Aetra merupakan tindakan ilegal. Meskipun demikian, ia tidak melakukannya dengan cuma-cuma. Setiap bulan ia membayar retribusi Rp50 ribu kepada Edo yang menyambung pipa sehingga air bersih dari Aetra bisa D I tengah ancaman tenggelamnya Jakarta karena volume air laut semakin tinggi, warga Jakarta Utara justru terancam kekurangan air bersih. Warga di dua kelurahan, yaitu Cilincing dan Kalibaru, kini harus hidup dengan membeli air jeriken. Pasalnya, PT Aetra Air Jakarta mencabut sambungan pipa air bersih di kedua wilayah tersebut dengan tuduhan ilegal, Rabu (22/9). Dilematis. Itulah keadaan yang dialami Zainab, 50, salah satu warga Jalan Marunda Lama RT 07/RW 08 Kampung Hentikan penambahan bangunan di Jakarta. Kalaupun mau menambah bangunan tinggi, bangunlah rumah susun. WARGA Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi masih akan menghadapi cuaca ekstrem dalam tiga hari mendatang. Pan- tauan Badan Meteorologi Klima- tologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan hujan lebat, diser- tai kilat dan angin kencang, masih akan terjadi hingga 27 September mendatang. Untuk itu warga yang berak- tivitas di luar ruangan diminta meningkatkan kewaspadaannya. Ancaman banjir, angin kencang, dan pohon tumbang hingga tanah longsor mengintai warga di kawasan Megapolitan. Di Bekasi, hujan deras disertai angin kencang merobohkan atap sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, tapi kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Puluhan pengendara motor yang berteduh di samping mesin Cuaca Ekstrem Hantui Kawasan Jabodetabek SPBU berhamburan menyela- matkan diri agar tidak tertimpa atap yang ambruk diterpa angin dan hujan. Di Jakarta, akibat cuaca eks- trem itu sedikitnya 50 pohon telah tumbang di berbagai wila- yah. Untungnya tidak ada kor- ban jiwa akibat tumbangnya pohon-pohon itu. Di Bogor, hujan yang disertai angin kencang dan petir meru- sak rumah warga dan menye- babkan pohon-pohon bertum- bangan. Selain itu, di sejumlah titik juga terjadi bencana longsor dan air bah yang juga membuat aset pribadi dan pemerintah mengalami kerusakan. Berdasarkan informasi yang diperoleh Media Indonesia dari Tim Reaksi Cepat (Satlak PB TRC) Kabupaten Bogor, angin yang mengamuk pada Rabu (22/9) petang merusak tidak kurang dari 40 rumah warga. Di Kecamatan Ciomas, Kabu- paten Bogor, sebanyak 13 rumah warga dan satu musala menga- lami kerusakan. Meski tingkat kerusakan ringan, peristiwa itu membuat warga panik. Sementara itu, tempat lain yang juga diterjang puting be- liung adalah Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk. Di lokasi itu sebanyak 31 rumah warga di sejumlah RT rusak. Kejadian itu merupakan yang kedua kali dalam satu pekan ini. Di wilayah Cijeruk, bencana yang diakibatkan cuaca ekstrem bukan saja berupa angin puting beliung, melainkan juga tanah longsor. Kali ini longsor terjadi di Desa Palasari. Akibatnya dua ru- mah warga rusak tertimbun. ”Su- dah dilakukan penanggulangan. Warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman,” kata Koordi- nator Lapangan Satlak PB TRC Budi Aksomo. (DD/KG/J-2) Rp450 ribu per bulan untuk membeli air. Selama ini air yang diputus Aetra memasok ke 180 rumah di pinggir Sungai Landak, Jalan Marunda Lama RT 07/RW 08 Kampung Baru, Cilincing, serta 250 rumah kontrakan di Jalan Kalibaru Timur, Kalibaru. Akibat pencurian air di dua kelurahan tersebut, Aetra kecolongan hingga 2.200 meter kubik atau Rp13,4 juta per bulan. Aetra menyatakan pemutusan ini sebagai langkah tegas atas pencurian yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tiga bulan lalu, kata Corporate Communication PT Aetra Air Jakarta Margie Tumbelaka, pihaknya pernah melakukan pemutusan pipa yang sama di tempat yang sama. Warga kemudian menyabotase kembali. Meski demikian, Aetra belum berpikir untuk memidanakan perbuatan warga tersebut. “Pemutusan kali ini sudah final, namun kami belum ada rencana membawa kasus tersebut ke ranah hukum,” ujar Margie. Soal boleh tidaknya warga berlangganan, ia menyatakan membangun sambungan air harus dengan syarat punya KTP DKI serta kartu keluarga. Itu artinya, keinginan warga bisa menikmati air bersih Aetra masih sebatas mimpi. (Asni Harismi/J-1) Aniaya Sopir, Anggota DPR Dipolisikan pinan Pusat Partai Demokrat akan meminta klarifikasi dari M Nasir terkait laporan itu. “DPP Demokrat tentunya mencoba mencari tahu dan sebagainya, tapi sekali lagi proses itu dilakukan bilamana ada. Bila tidak ada, bukan suatu case,” kata Sekjen Partai Demo- krat Edhie Baskoro Yudhoyono di Gedung DPR RI. Pihaknya akan menyerahkan kasus M Nasir ke proses hukum yang berlaku. (FD/Ant/J-2) negara (anggota DPR), polisi ha- rus meminta surat persetujuan dari Ketua DPR dan Presiden. Nasir sendiri sampai berita ini diturunkan tidak bisa di- hubungi untuk dimintai kon- firmasi. Telepon selulernya tidak aktif. Pesan singkat yang dikirimkan Media Indonesia juga tidak dibalasnya. Sementara itu Dewan Pim- Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar menyatakan pihaknya masih berupaya me- lengkapi alat bukti dan mela- kukan pemeriksaan terhadap saksi. Menurutnya, polisi be- lum berencana memanggil ang- gota DPR yang terlapor. Mekanisme memanggil ter- lapor, yang dalam kasus ini termasuk dalam kategori pejabat mengambil uang yang dikirim Darsono. Jumlah yang harusnya diterima Nasir adalah Rp1,140 miliar. Tapi ternyata yang diteri- ma Nasir hanya Rp1,090 miliar. Selisih Rp50 juta itulah yang di- duga Nasir diambil Fujio. Karena merasa tidak melakukan, Fujio pun tidak mengaku sehingga akhirnya dia dipukuli. Kepala Bidang Humas Polda Fujio dianiaya di Tower Permai lantai 6 Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan. Di tempat itu, pria yang baru genap berusia 40 tahun itu dianiaya dengan dipukuli di bagian muka. Fujio mengaku dirinya dia- niaya Nasir karena dituduh mencuri uang Rp50 juta milik majikannya itu. Pada hari itu, dirinya memang disuruh Nasir ANGGOTA Komisi IX DPR M Nasir dilaporkan sopirnya ke polisi atas dugaan pengania- yaan. Fujio Nipponso ri, 40, melaporkan bosnya karena te- lah memukulinya Jumat akhir pekan lalu. Dalam laporan nomor LP/3207/VIII/2010/UM, Fujio melaporkan M Nasir dan dua orang lainnya, yakni M Hasyim dan Darsoni, yang merupakan kerabat Nasir yang berasal dari Fraksi Partai Demokrat. Satu Pemilik Vila Halimun Serahkan Lahan ke Kemenhut kliennya yang dianggap telah melampaui batas dan mengesa- mpingkan proses hukum yang sedang diupayakan melalui proses mediasi. Dalam surat yang dikirimkan kepada Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hukum Ke- menhut tertanggal 16 Septem- ber 2010, Eggi menyebutkan bahwa kliennya pada dasarnya tidak keberatan untuk datang memenuhi panggilan. Namun sebelum itu, pihak- nya menuntut agar Menhut Zulkifli Hasan memberikan tanggapan atas surat yang telah disampaikan kliennya. “Sepan jang Bapak beserta institusi terkait lainnya tidak menghormati dan menghargai hak-hak kami selaku kuasa hu- kum dan klien kami, kami me- nyatakan menolak memenuhi panggilan itu.” (DD/J-2) operasinya (TO). “TO dalam kasus ini, di tahap awal ada de- lapan orang. Dan pemilik yang katanya mau menyerahkan itu di luar yang delapan,” ujarnya. Dengan adanya kesediaan orang itu menyerahkan bangun- an dan vilanya, terhadapnya tidak dilakukan pemeriksaan. Dari sekian banyak pemilik vila liar, sejauh ini hanya delapan orang itu yang ngotot bertahan. Istanto mengatakan, jika pada pemanggilan minggu depan mereka tidak hadir, akan dilaku- kan pemanggilan paksa. “Kalau saat dipanggil paksa tidak ada, dia jadi DPO. Pemanggilan akan dilakukan oleh pihak berwajib,” jelasnya. Sementara itu, kuasa hukum dari beberapa pemilik vila, yak- ni Eggi Sudjana, mengatakan pihaknya sangat menyesalkan surat pemanggilan terhadap TIDAK ingin tersangkut ma- salah hukum, seorang pemilik vila dan lahan di Taman Na- sional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Desa Gunung Sari, Kabupaten Bogor, akan menye- rahkan asetnya itu ke Kemente- rian Kehutanan (Kemenhut). Kepala Balai TNGHS Istanti mengatakan, rencana itu sudah disampaikan kepada penyi- dik sejak lama. “Rencana itu disampaikan kepada penyidik pegawai negeri sipil. Dia me- nyampaikannya sebelum proses penyidikan karena tidak mau berurusan dengan hukum dan diproses,” katanya kepada Media Indonesia, kemarin. Dengan alasan belum menge- tahui orangnya, Istanto enggan menyebutkan nama pemilik tersebut. Namun yang pasti, katanya, orang tersebut di luar delapan orang yang jadi target MI/RAMDANI PEMUTUSAN PIPA: Warga menyaksikan petugas PT Aetra Air Jakarta memutuskan sambungan air ilegal di Jalan Kali Baru Timur, Jakarta Utara, Rabu (22/9). Akibat pemutusan ini, warga kini mengalami kesulitan air bersih. Demokrat tentunya akan mencoba mencari tahu.’’ Edhie Baskoro Sekjen Partai Demokrat MI/SUSANTO Sonny Keraf Mantan Menteri LH

Transcript of Penyedotan Air Tanah Melampaui Batas filedikonsumsi warga sekitar. “Bukan cuma Rp50 ribu per...

tahun dengan estimasi kebu-tuhan setiap penduduk 150 liter per hari. Sementara itu, Perusahaan Daerah Air Mi-num (PDAM) Jaya hanya bisa menghasilkan 295,6 juta meter kubik per tahun atau hanya memenuhi 54% dari kebutuhan penduduk DKI.

Sekitar 46% atau 251,8 juta me-ter kubik dari total kebutuhan air penduduk DKI diambil dari ba-wah tanah. Padahal, potensi ABT DKI hanya 532 juta meter kubik per tahun. Itu sudah termasuk curah hujan yang masuk ke ta-nah tinggal 532 meter kubik.

Batas aman pengambilan ABT,

4 | Megapolitan JUMAT, 24 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Penyedotan Air Tanah Melampaui Batas

Selamat Saragih

kata Darrundono.

Resapan airSejarawan Betawi Ridwan

Saidi mengatakan Jakarta me-rupakan kota air yang diisi puluhan sungai, kali (sungai kecil), dan rawa. Jakarta sejak dahulu kala, ujarnya, bukan untuk tempat hunian karena wilayahnya didominasi rawa dan sungai itu. “Daratan Jakarta yang bisa dihuni, biasanya yang dinamakan Pulo. Selebihnya sungai dan rawa,” ujar Ridwan Saidi dalam diskusi Jakarta Tenggelam di Fadli Zon Library, Jakarta, kemarin.

Jakarta adalah kota air, tapi karena secara serampangan di uruk Belanda pada masa pen-jajahan dulu, terjadilah ambles di beberapa tempat. “Kawasan Kelapa Gading dulu namanya Rawa Kucing yang tanahnya lembut, eh sekarang dijadikan perumahan mewah,” tuturnya.

Pengamat kebijakan publik UI Adrinof Chaniago mende-sak moratorium pembangunan di Jakarta. “Hentikan penam-bahan bangunan di Jakarta. Kalaupun mau menambah bangunan tinggi, ya rumah susun,” jelasnya. (*/J-5)

[email protected]

hanya sebesar 40% atau 186,2 juta meter kubik dari total po-tensi ABT itu. “Penyedotan 251,8 juta meter kubik per tahun me-nyebabkan defi sit 66,6 juta meter kubik per tahun,” kata Selamet.

Ia mengatakan defi sit ABT me-nyebabkan penurunan permu-kaan tanah di Jakarta sekitar 18 cm-26 cm per tahun pada 2005. Sementara itu, dari 226 situ dan danau di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), hanya 33 yang berfungsi maksi-mal. Selebihnya rusak berat dan ada yang nyaris hilang.

Di tempat terpisah, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf mendesak Pem-prov DKI agar menghentikan penggunaan ABT karena akan membahayakan Ibu Kota. “Pe-merintah harus menghentikan pengambilan air bawah tanah untuk menyelamatkan Kota Jakarta,” kata Sonny.

Dosen Perencana Tata Kota Uni versitas Tarumanegara Dar-rundono juga mengingatkan Pem prov DKI agar membatasi bahkan melarang penyedotan ABT.

“Pada waktu yang bersama-an dengan pelarangan itu, Pem-prov DKI harus merehabi litasi situ dan danau untuk menja-min kesediaan air permukaan,”

PENYEDOTAN air ba-wah tanah (ABT) di DKI Jakarta melam-paui ambang batas

bahaya. Hal itu akan membuat rongga-rongga bawah tanah menjadi kopong dan kering se hingga memicu terjadinya ta nah ambles.

Perbuatan masyarakat Jakar-ta dan pembiaran oleh Peme-rintah Provinsi (Pemprov) DKI itu membahayakan Ibu Kota. “Pengambilan air bawah tanah defi sit 66,6 juta meter kubik per tahun,” kata Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indo-nesia (KPIHI) Jakarta Selamet Daroyni di Jakarta, kemarin.

KPIHI mengungkapkan, ber dasarkan hasil penelitian me reka, pengambilan ABT yang berlebihan dilakukan pen-duduk Jakarta.

Selamet menjelaskan, pendu-duk Jakarta 2010 yang berjum-lah 10 juta jiwa membutuhkan 547,5 juta meter kubik per

Warga Kini Jadi Kesulitan Air Bersihdikonsumsi warga sekitar.

“Bukan cuma Rp50 ribu per bulan. Kalau ada kontrol (dari petugas), saya juga harus bayar Rp50 ribu sebagai tambahan di luar uang bulanan,” ujar Zainab.

Kebingungan pun menyergap Zainab dan warga pinggir Sungai Landak lainnya. Mau tidak mau mereka harus merogoh kantong lebih dalam dengan membeli air bersih lewat tukang air keliling.

Sehari, ia membutuhkan sekitar enam jeriken dengan harga Rp2.500 per jeriken. Itu berarti ia harus mengeluarkan uang Rp15 ribu per hari atau

Baru, Cilincing, yang menjadi korban pemutusan pipa air.

Ia tidak bisa menjadi pelanggan Aetra karena terbentur persyaratan; KTP. Status tanah yang ditempatinya masih ilegal sehingga tidak berhak mendapatkan KTP DKI.

Zainab mengakui mengambil air dari pipa Aetra merupakan tindakan ilegal. Meskipun demikian, ia tidak melakukannya dengan cuma-cuma. Setiap bulan ia membayar retribusi Rp50 ribu kepada Edo yang menyambung pipa sehingga air bersih dari Aetra bisa

DI tengah ancaman tenggelamnya Jakarta karena volume air

laut semakin tinggi, warga Jakarta Utara justru terancam kekurangan air bersih. Warga di dua kelurahan, yaitu Cilincing dan Kalibaru, kini harus hidup dengan membeli air jeriken.

Pasalnya, PT Aetra Air Jakarta mencabut sambungan pipa air bersih di kedua wilayah tersebut dengan tuduhan ilegal, Rabu (22/9). Dilematis. Itulah keadaan yang dialami Zainab, 50, salah satu warga Jalan Marunda Lama RT 07/RW 08 Kampung

Hentikan penambahan bangunan di Jakarta. Kalaupun mau menambah bangunan tinggi, bangunlah rumah susun.

WARGA Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi masih akan menghadapi cuaca ekstrem dalam tiga hari mendatang. Pan-tauan Badan Meteorologi Klima-tologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan hujan lebat, diser-tai kilat dan angin kencang, ma sih akan terjadi hingga 27 September mendatang.

Untuk itu warga yang berak-tivitas di luar ruangan diminta meningkatkan kewaspadaannya. Ancaman banjir, angin ken cang, dan pohon tumbang hingga tanah longsor mengintai warga di kawasan Megapolitan.

Di Bekasi, hujan deras disertai angin kencang merobohkan atap sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, tapi kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Puluhan pengendara motor yang berteduh di samping mesin

Cuaca Ekstrem HantuiKawasan Jabodetabek

SPBU berhamburan menyela-matkan diri agar tidak tertimpa atap yang ambruk diterpa angin dan hujan.

Di Jakarta, akibat cuaca eks-trem itu sedikitnya 50 pohon telah tumbang di berbagai wila-yah. Untungnya tidak ada kor-ban jiwa akibat tumbangnya pohon-pohon itu.

Di Bogor, hujan yang disertai angin kencang dan petir meru-sak rumah warga dan menye-bab kan pohon-pohon bertum-bangan. Selain itu, di sejumlah titik juga terjadi bencana longsor dan air bah yang juga membuat aset pribadi dan pemerintah mengalami kerusakan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Media Indonesia dari Tim Reaksi Cepat (Satlak PB TRC) Kabupaten Bogor, angin yang mengamuk pada Rabu (22/9) petang merusak tidak ku rang dari 40 rumah warga.

Di Kecamatan Ci omas, Kabu-paten Bogor, seba nyak 13 rumah warga dan satu mu sala menga-lami kerusakan. Meski tingkat kerusakan ri ngan, peristiwa itu membuat war ga panik.

Sementara itu, tempat lain yang juga diterjang puting be-liung adalah Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk. Di lokasi itu sebanyak 31 rumah warga di sejumlah RT rusak. Kejadian itu merupakan yang kedua kali dalam satu pekan ini.

Di wilayah Cijeruk, bencana yang diakibatkan cuaca ekstrem bukan saja berupa angin puting beliung, melainkan juga tanah longsor. Kali ini longsor terjadi di Desa Palasari. Akibatnya dua ru-mah warga rusak tertimbun. ”Su-dah dilakukan penanggulang an. Warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman,” kata Koordi-nator Lapangan Satlak PB TRC Budi Aksomo. (DD/KG/J-2)

Rp450 ribu per bulan untuk membeli air.

Selama ini air yang diputus Aetra memasok ke 180 rumah di pinggir Sungai Landak, Jalan Marunda Lama RT 07/RW 08 Kampung Baru, Cilincing, serta 250 rumah kontrakan di Jalan Kalibaru Timur, Kalibaru. Akibat pencurian air di dua kelurahan tersebut, Aetra kecolongan hingga 2.200 meter kubik atau Rp13,4 juta per bulan.

Aetra menyatakan pemutusan ini sebagai langkah tegas atas pencurian yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tiga bulan lalu, kata Corporate Communication PT Aetra Air Jakarta Margie Tumbelaka, pihaknya pernah melakukan pemutusan pipa yang sama di tempat yang sama.

Warga kemudian menyabotase kembali. Meski demikian, Aetra belum berpikir untuk memidanakan perbuatan warga tersebut. “Pemutusan kali ini sudah fi nal, namun kami belum ada rencana membawa kasus tersebut ke ranah hukum,” ujar Margie.

Soal boleh tidaknya warga berlangganan, ia menyatakan membangun sambungan air harus dengan syarat punya KTP DKI serta kartu keluarga. Itu artinya, keinginan warga bisa menikmati air bersih Aetra masih sebatas mimpi.(Asni Harismi/J-1)

Aniaya Sopir, Anggota DPR Dipolisikan pinan Pusat Partai Demokrat akan meminta klarifi kasi dari M Nasir terkait laporan itu.

“DPP Demokrat tentunya mencoba mencari tahu dan sebagainya, tapi sekali lagi proses itu dilakukan bilamana ada. Bila tidak ada, bukan suatu case,” kata Sekjen Partai Demo-krat Edhie Baskoro Yudhoyono di Gedung DPR RI.

Pihaknya akan me nyerahkan kasus M Nasir ke proses hukum yang berlaku. (FD/Ant/J-2)

negara (anggota DPR), polisi ha-rus meminta surat persetujuan dari Ketua DPR dan Presiden.

Nasir sendiri sampai berita ini diturunkan tidak bisa di-hubungi untuk dimintai kon-firmasi. Telepon selulernya tidak aktif. Pesan singkat yang dikirimkan Media Indonesia juga tidak dibalasnya.

Sementara itu Dewan Pim-

Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar menyatakan pi haknya masih berupaya me-lengkapi alat bukti dan mela-kukan pemeriksaan terhadap saksi. Menurutnya, polisi be-lum berencana memanggil ang-gota DPR yang terlapor.

Mekanisme memanggil ter-lapor, yang dalam kasus ini termasuk dalam kategori pejabat

mengambil uang yang dikirim Darsono. Jumlah yang harusnya diterima Nasir adalah Rp1,140 miliar. Tapi ternyata yang diteri-ma Nasir hanya Rp1,090 miliar. Selisih Rp50 juta itulah yang di-duga Nasir diambil Fujio. Karena merasa tidak melakukan, Fujio pun tidak mengaku sehingga akhirnya dia dipukuli.

Kepala Bidang Humas Polda

Fujio dianiaya di Tower Permai lantai 6 Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan. Di tempat itu, pria yang baru genap berusia 40 tahun itu dianiaya dengan dipukuli di bagian muka.

Fujio mengaku dirinya dia-niaya Nasir karena dituduh mencuri uang Rp50 juta milik majikannya itu. Pada hari itu, dirinya memang disuruh Nasir

ANGGOTA Komisi IX DPR M Nasir dilaporkan sopirnya ke polisi atas dugaan pengania-yaan. Fujio Nipponso ri, 40, me laporkan bosnya karena te-lah memukulinya Jumat akhir pekan lalu.

Da lam laporan nomor LP/3207/VIII/2010/UM, Fujio melaporkan M Nasir dan dua orang lainnya, yakni M Hasyim dan Darsoni, yang merupakan kerabat Nasir yang berasal dari Fraksi Partai Demokrat.

Satu Pemilik Vila HalimunSerahkan Lahan ke Kemenhut

kliennya yang dianggap telah melampaui batas dan mengesa-mpingkan proses hukum yang sedang diupayakan melalui proses mediasi.

Dalam surat yang dikirimkan kepada Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hukum Ke-menhut tertanggal 16 Septem-ber 2010, Eggi menyebutkan bahwa kliennya pada dasarnya tidak keberatan untuk datang memenuhi panggilan.

Namun sebelum itu, pihak-nya menuntut agar Menhut Zulkifli Hasan memberikan tang gap an atas surat yang telah disampaikan kliennya.

“Sepan jang Bapak beserta ins titusi ter kait lainnya tidak meng hormati dan menghargai hak-hak kami selaku kuasa hu -kum dan klien kami, kami me-nyatakan menolak memenuhi panggilan itu.” (DD/J-2)

operasinya (TO). “TO dalam kasus ini, di tahap awal ada de-lapan orang. Dan pemilik yang katanya mau menyerahkan itu di luar yang delapan,” ujarnya.

Dengan adanya kesedia an orang itu menyerahkan ba ngun -an dan vilanya, ter ha dap nya tidak dilakukan pe meriksaan.

Dari sekian banyak pemilik vila liar, sejauh ini hanya delapan orang itu yang ngotot bertahan.

Istanto mengatakan, jika pada pemanggilan minggu depan mereka tidak hadir, akan dilaku-kan pemanggilan paksa. “Kalau saat dipanggil paksa tidak ada, dia jadi DPO. Pemanggilan akan dilakukan oleh pihak berwajib,” jelasnya.

Sementara itu, kuasa hukum dari beberapa pemilik vila, yak-ni Eggi Sudjana, mengatakan pihaknya sangat menyesalkan surat pemanggilan terhadap

TIDAK ingin tersangkut ma-salah hukum, seorang pemilik vila dan lahan di Taman Na-sional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Desa Gunung Sari, Kabupaten Bogor, akan menye-rahkan asetnya itu ke Kemente-rian Kehutanan (Kemenhut).

Kepala Balai TNGHS Istanti mengatakan, rencana itu sudah disampaikan kepada penyi-dik sejak lama. “Rencana itu disampaikan kepada penyi dik pegawai negeri sipil. Dia me-nyampaikannya sebelum proses penyidikan karena tidak mau berurusan dengan hukum dan diproses,” katanya kepada Media Indonesia, kemarin.

Dengan alasan belum menge-tahui orangnya, Istanto enggan menyebutkan nama pemilik tersebut. Namun yang pasti, katanya, orang tersebut di luar delapan orang yang jadi target

MI/RAMDANI

PEMUTUSAN PIPA: Warga menyaksikan petugas PT Aetra Air Jakarta memutuskan sambungan air ilegal di Jalan Kali Baru Timur, Jakarta Utara, Rabu (22/9). Akibat pemutusan ini, warga kini mengalami kesulitan air bersih.

Demokrat tentu nya akan mencoba men cari tahu.’’Edhie BaskoroSekjen Partai Demokrat

MI/SUSANTO

Sonny KerafMantan Menteri LH