PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET...

98
PENYALU ( ANALISI Dia Sal URAN HAR IS FATWA ajukan Kepad ah satu syara PROGRA FAK U RTA ZAKA A MAJELIS TA da Fakultas S at Mempero K NIM: AM STUDI P KULTAS SY UIN SYARI J 143 i AT DALAM ULAMA IN AHUN 2011 Skripsi Syariah dan oleh Gelar Sa Oleh: Koharudin 1111043100 PERBANDI YARIAH D IF HIDAYA JAKARTA 8/ H / 2016 M BENTUK NDONESIA ) Hukum Unt arjana Hukum 0019 INGAN MA DAN HUKU ATULLAH M ASET KEL A (MUI) NO tuk Memenu m Islam (S.H ADZHAB UM LOLAAN OMOR 14 uhi H)

Transcript of PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET...

Page 1: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

PENYALU

( ANALISI

DiajSal

URAN HAR

IS FATWA

ajukan Kepadah satu syara

PROGRA

FAK

U

RTA ZAKA

A MAJELIS

TA

da Fakultas Sat Mempero

KNIM:

AM STUDI P

KULTAS SY

UIN SYARI

J

143

i

AT DALAM

ULAMA IN

AHUN 2011

Skripsi

Syariah dan oleh Gelar Sa

Oleh: Koharudin1111043100

PERBANDI

YARIAH D

IF HIDAYA

JAKARTA

8/ H / 2016

M BENTUK

NDONESIA

)

Hukum Untarjana Hukum

0019

INGAN MA

DAN HUKU

ATULLAH

M

ASET KEL

A (MUI) NO

tuk Memenum Islam (S.H

ADZHAB

UM

LOLAAN

OMOR 14

uhi H)

Page 2: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

ii

Page 3: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

iii

Page 4: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

iv

Page 5: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

  

v  

ABSTRAK

KOHARUDIN (1111043100019), PENYALURAN HARTA ZAKAT

DALAM BENTUK ASET KELOLAAN (ANALISIS FATWA MAJELIS

ULAMA INDONESIA (MUI) NOMOR 14 TAHUN 2011). Konsentrasi

Perbandingan Madzhab Fiqih, Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum,

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016. 1 x 77 halaman + 10 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan dari Majelis

Ulama Indonesia mengenai Sistem penyaluran harta zakat, serta ingin mengetahui

analisis penulis terhadap Fatwa MUI tentang Penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan

pendekatan analisis kualitatif yaitu pendekatan yang ditunjukan untuk meneliti

pada hasil wawancara mendalam (deep interview), kemudian menganalisis hasil

data yang diperoleh untuk mendapatkan kesimpulan penelitan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dalam skripsi ini ialah bahwa

penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan smerupakan inovasi lembaga

amil zakat guna memcapai tujuan zakat yang lebih permanen yaitu merentaskan

kemiskinan di negara ini dengan menjadikan lebih banyaknya kemanfaatan harta

zakat.

Kata kunci : Fatwa Majelis Ulama Indonesia Penyaluran Harta Zakat dalam

bentuk Aset Kelolaan

Pembimbing : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA.

H. Ahmad Bisyri Abd Shomad, MA.

Daftar Pustaka : 1980-2011

Page 6: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

 

vi  

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرمحن الرحيم

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt.

dialah sumber tempat bersandar, dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa

batas, rahman dan rahim tetap menghiasi namanya. sehingga penulis diberikan

kekuatan fisik, mental serta psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan (Analisi

Fatwa Majelis Ulama Indoneisa No 14 Tahun 2011)

Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW. beserta para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, yang telah

membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebahagiaan, kearifan hidup

manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang

dijadikan sebuah pembelajaran bagi umat manusia hingga akhir zaman.

Skripsi ini, penulis susun guna memenuhi syarat akhir untuk mencapai

gelar Sarjana Hukum Syariah (S1) pada program studi Perbandingan Madzhab

dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis

mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga terselesaikannya

skripsi ini. oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

 

vii  

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si Ketua program studi

Perbandingan Madzhab dan Hukum

3. Ibu Hj. Siti Hana Lc, MA. Sekretaris program studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum.

4. Bapak Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA, serta Bapak Ahmad Bisyri Abdus

Shomad MA, sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu,

memberikan masukan serta ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi

ini.

5. Bapak dan ibu dosen yang penulis hormati, yang telah memberikan tenaga

dan pikirannya untuk mendidik penulis.

6. Kepada segenap karyawan perpustakaan utama serta perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang jug memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi

referensi dalam penulisan skripsi.

7. Orang tua penulis Ayahanda Alm. H. Muhammad Kudus dan Ibunda Hj.

Kheiriyah tercinta yang selalu penulis hormati dan sayangi, dan yang

selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan

bimbingan, arahan, nasehat serta doa demi kesuksesan penulis. Semoga

Allah selalu memberikan rahman dan rahimnya kepada mereka, aamiin.

8. Tidak lupa kepada saudara kandung penulis Ahmad Mulyadi, S.Com,

Nina Mulyana serta Ahmad Kabidi. Yang sangat memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis.

9. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan penulis kelas PMF angkatan

2011 yang dibanggakan.

Page 8: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

 

viii  

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak baik berupa moril maupun

materil penulis panjatkan doa semoga Allah SWT. membalasnya dengan imbalan

pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah

surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pihak. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Jakarta, 30 September 2016

KOHARUDIN

NIM: 1111043100019

Page 9: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

 

ix  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………... iii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………. .. iv

ABSTRAK………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

D. Study Review Terdahulu ........................................................ 7

E. Metode Penulisan ................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan. ........................................................... 10

BAB II ZAKAT DALAM KONSEP ISLAM ......................................... 12

A. Definisi Zakat .......................................................................... 12

B. Rukun dan Syarat Zakat .......................................................... 14

C. Kategori Penerima Zakat ........................................................ 17

D. Cara Penglolaan Zakat ............................................................ 28

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MAJELIS ULAMA

INDONESIA DAN ISTINBAT HUKUM .................................. 30

A. Sejarah Berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) ............. 30

Page 10: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

 

x  

B. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia ................................ 35

C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38

BAB IV ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA NO 14

TAHUN 2011 TENTANG PENYALURAN HARTA ZAKAT

DALAMBENTUK ASET KELOLAAN ................................... 49

A. Fatwa Majelis Ulama Indonesia No 14 Tahun 2011 Tentang

Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan. .......... 49 

B. Landasan Hukum Fatwa Mui Tentang Penyaluran harta Zakat

dalam Bentuk Aset Kelolaan. ................................................. 56 

1. Landasan Dalil Al-Qur’an ............................................... 56

2. Hadits Rasulullah Saw. ................................................... 64

3. Qaidah Ushuliyyah dan Qaidah Fiqhiyyah .................... 65

C. Analisis Penulis Terhadap Fatwa MUI Tentang Penyaluran Harta

Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan........................................ 66

BAB V PENUTUP ................................................................................ 73

A. Kesimpulan ............................................................................ 73

B. Saran ....................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

LAMPIRAN

Page 11: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama terakir yang diturunkan oleh Allah SWT. Lewat

perantara nabi akhir zaman nabi Muhammad SAW. kepada umat manusia

pada zaman itu hingga sekarang. Tidak jauh berbeda dari agama sebelumnya

Islam juga memiliki berbagai aturan dan tata laksana yang harus dilaksanakan

oleh pengikutnya, apabila itu bersifat perintah, dan wajib bagi umat muslim

untuk menjauhi segala larangan-larangannya, apabila itu bersifat larangan

yang telah menjadi peraturan dalam Islam sebagai agama terakhir. Adapun

peraturan tersebut memiliki dua sifat yaitu ada yang bersifat membuat ajaran

baru dan ada yang bersifat melanjutkan ajaran-ajaran sebelumnya. Salah satu

ajaran yang bersifat melanjutkan ajaran-ajaran sebelumnya adalah ibadah

zakat. Walaupun zakat ibadah yang bersifat melanjutkan ajaran-ajaran

sebelumnya, zakat memiliki posisi penting dalam Islam.

Zakat bukanlah syariat baru yang hanya terdapat pada syariat Islam

yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. akan tetapi, zakat juga merupakan

bagian dari syari‟at yang dibawa oleh para Rasul terdahulu. Karena itu, dapat

dikatakan bahwa zakat sebagai ibadah yang menyangkut harta benda dan

berfungsi sosial itu telah berumur tua, karena telah dikenal dan diterapkan

dalam agama samawi yang dibawa oleh para rasul terdahulu.1

1Fakhrudidn, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: Kencana

PrenadaMedia Grup, 2011), h. 1-2.

Page 12: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

2

Zakat yang merupakan salah satu rukun dari rukun Islam, tentunya

tidak asing lagi bagi masyarakat yang memeluk agama Islam, apalagi

mendengar kata zakat fitrah yang merupakan bagian dari macam-macam

zakat. Hal ini dikarenakan setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan

yang sudah memenuhi syarat wajib membayar zakat fitrah yang wajib

ditunaikan ketika bulan Ramadhan hingga waktu sebelum sholat ied dimulai.

Sebagai sumber hukum yang utama al Qur‟an memuat pernyataan

yang bersifat global, pernyataan-pernyataan tersebut belum dijelaskan secara

jelas dan pasti. Hal tersebut tidak berarti sebagai kelemahan dari al-Qur‟an

tetapi itu justru anugrah bagi manusia. Karena masalah-masalah yang belum

ditunjukan oleh al-Qur‟an secara jelas dan pasti diserahkan kepada ulama dan

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian menganalisa dan memecahkan

masalah tersebut untuk melakukan ijtihad guna menetapkan hukum tentang

permasalahan tersebut sesuai dengan kemaslahatan masyarakat dan

perkembanganya.2 Semua ini akan melahirkan pemikiran–pemikiran Islam

yang baru sesuai dengan perjalanan zaman, sehingga isi kandungan al-Qur‟an

mudah dipahami dan dipelajari karena al-Qur‟an sesuai seiring dengan

berkembangnya zaman.

Hadis yang merupakan sumber hukum kedua dalam Islam berperan

penting untuk menyempurnakan sumber hukum al-Qur‟an yang menjadi

landasan dasar umat muslim untuk mengambil keputusan dalam suatu hukum.

Maka hukum-hukum yang masih bersifat global dalam al-Qur‟an dapat

2Fakhrudidn, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2011), h. 1-2.

Page 13: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

3

ditemukan penjelasanya dalam hadis secara terperinci, hal ini dijelaskan oleh

Syech Abdul Hamid al-Hakim dalam kitabnya Mabadi‟ Awaliyah

ام ه ن ب يصلىاهللعليووسلمت و ان ,ف اء ض ع ال ات ي د و ة ا الزك ر اد ق م ان ي ب ك اب ت الك ب ان ي ب :ث ال الث و

ة ر و ه املش و ب ت ك ب 3

Artinya: “ Dan yang ketiga: penjelasan (al-Qur‟an) dengan kitab

sebagaimana ketentuan zakat dan diyat anggota tubuh, sesungguhnya

Rasulullah SAW. menjelaskan keduanya dengan kitabnya yang terkenal.

Berdasarkan keterangan Syech Abdul Hamid al-Hakim dalam

karayanya tersebut, maka dapat diketuhaui bahwasanya perintah Allah dalam

al-Qur‟an mengenai zakat yang masih bersifat global dapat dijelaskan dengan

hadis sebagai sumber hukum Islam yang kedua. Maka jelaslah beberapa ayat

al-Qur‟an yang masih bersifat global dapat dijelaskan dengan hadis

Rasulullah.

Pengulangan perintah zakat dalam al-Qur‟an menunjukan bahwa

kewajiban zakat itu merupakan salah satu kewajiban agama yang harus

diyakini. Para ulama menjelaskan beberapa tingkatan manusia dalam

kaitannya dengan pengetahuannya tentang zakat. Mereka berkata orang yang

mengingkari kewajiban zakat karena tidak tahu, misalnya baru saja memeluk

Islam, atau tinggal di daerah terpencil yang jauh dari kota dan tidak

menemukan jalan untuk mencapai ke pusat-pusat ilmu karena jaraknya yang

terlalu jauh, atau tidak ada ulma yang datang ke daerah itu untuk memberikan

3Abdul Hamid Hakim, Mabadi‟ Awaliyah, (Jakarta: Sa‟adah Putra, 2008), h. 10-11.

Page 14: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

4

pengetahuan tentang zakat, orang itu tidak dinilai kufur. Sebab ketidak

tahuannya itu cukup beralasan.4 Maka jelaslah kewajiban menunaikan zakat

dan mempelajari ilmu tentangnya begitu juga mengetahui cara

menyalurkannya kepada yang berhak. Kewajiban pembayaran zakat juga

diyakini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengentaskan kemiskinan

di tengah-tengah masyarakat. Atas dasar keyakinan itu, tidak jarang orang

berandai-andai tentang besarnya jumlah zakat yang terkumpul, jika setiap

muslim bersedia mengeluarkannya.5

Jika dikaitkan dengan persoalan penyaluran zakat, apakah boleh

penyaluran zakat digunakan untuk kepentingan aset kelolaan?. Hal ini

berhubungan dengan pelaksanaan penyaluran zakat yang dilaksanakan oleh

Dompet Dhuafa Banten dalam membuat sebuah program berbasis

pemberdayaan ekonomi yang memang sudah menjadi strategi lembaga.

“Pemberdayaan ekonomi ini dipilih berdasarkan pengamatan dan pengalaman

Dompet Dhuafa mendampingi masyarakat miskin. Program pemberdayaan

ekonomi adalah metode paling efektif membantu masyarakat dhuafa menjadi

berdaya,” ujar Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten, Abdurrahman

Usman, saat peluncuran program Kampoeng Ternak Banten di Cipocok Jaya,

Kamis (11/8). Pada akhirnya, dari perpaduan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia, ekonomi, dan fakta isu sosial di atas, Dompet Dhuafa

berharap, kehadiran program Kampoeng Ternak Banten dapat membantu

4Muhammad Abu Zahrah, Zakat dalam Perspektif Sosial, (Pustaka Firdaus, Jakarta,

1995), h. 19-20.

5Didin Hafidhuddin dkk, The Power of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan

Zakat Asia Tenggara, (UIN-Malang Press, 2008), h. 4.

Page 15: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

5

masyarakat dhuafa menjadi lebih berdaya. Program ini pun diharapkan dapat

menjadi pusat pelatihan dan training budidaya ternak domba di Banten.

Selain itu juga menjadi sentra pemasok domba atau kambing yang sehat dan

berkualitas, menjadi pemasok pupuk kandang/organik untuk mendukung

kegiatan para petani di sekitar lokasi, serta sebagai ikhtiar membantu

mengentaskan kemiskinan di Banten dengan program harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan ini.6 Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk

mengangkat tema tersebut kedalam bentuk tulisan (skripsi) dengan judul

“Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan (Analisis Fatwa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2011)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini pada

pembahasan sebagai berikut:

1. Konsep zakat dalam Islam.

2. Pengelolaan zakat dalam Islam.

3. Hukum pengelolaan zakat untuk aset kelolaan.

4. Metode istinbat yang dipakai MUI dalam fatwa nomor 14 tahun

2011.

5. Siapa yang berhak mendapatkan harta zakat.

6 http://www.dompetdhuafa.org/post/detail/7660/kampoeng-ternak-banten--upaya-

dompet-dhuafa-entaskan-kemiskinan

Page 16: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

6

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis

merumuskan pokok permasalahan dalam skripsi ini bahwa dalam

Islam telah ditetapkan siapa saja yang menjadi mustahiq zakat, akan

tetapi pada saat ini terdapat pengelolaan dana zakat yang tidak

semestinya, melainkan dipergunakan untuk aset kelolaan. Pokok

permasalahan diatas akan diurai dalam pertanyaan penellitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengelolaan zakat dalam Islam?

2. Bagaimana hukum pengelolaan zakat untuk aset kelolaan?

3. Bagaimana metode istinbat yang dipakai MUI dalam fatwa

nomor 14 tahun 2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengelolaan zakat dalam Islam.

b. Untuk megetahui hukum pengelolaan zakat untuk aset kelolaan.

c. Untuk mengetahui metode istinbat yang digunakan MUI dalam

fatwa nomor 14 tahun 2011.

2. Manfaat Penelitian

Page 17: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

7

a. Dalam bidang akademik penelitian ini diharapkan dapat berguna

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ke-Islaman

dalam penyaluran zakat untuk pembangunan aset kelolaan.

b. Bagi masyarakat luas penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dan meyakinkan

tentang pandangan hukum Islam terkait dengan penyaluran zakat

untuk pembangunan aset kelolaan.

D. Review Studi Terdahulu

Sejauh ini untuk menghindari penulisan tema yang sama, maka

penulis melakukan tinjauan terhadap kajian terdahulu yang pembahasannya

memiliki sedikit kesamaan. Dengan begitu tidak terjadi kesamaan tema

maupun judul dalam penulisan. Seperti salah satu diantaranya adalah skripsi

yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Sadaqah pada Badan

AmilZakat Nasional (BAZNAS) yang ditulis oleh Khafid Yusuf, program studi

muamalah 2013 Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarata. Skripsi ini

membahas mengenai pengelolaan zakat, infaq, Sadaqah pada Badan Amil

Zakat Nasional yang di dalamnya menjelaskan program yang dilakukan oleh

Badan Amil Zakat Nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraann

mustahiq.

Penelitian selanjutnya yaitu dengan judul skripsi “Efektivitas Program

Layanan Donatur dalam Penghimpunan Dana Zakat di Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS)yang ditulis oleh Istiqomah, program studi muamalah

2014 Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Skripsi ini membahas tentang

Page 18: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

8

layanan-layanan yang terdapat di BAZNAS untuk menghimpun dana zakat

dan efektivitasnya dalam menghimpun seluruh dana zakat yang wilayahnya

mencangkup seluruh kepulauan Indonesia.

Dari penelitian yang telah diuraikan di atas, penulis berpendapat

bahwa skripsi yang akan ditulis ini berbeda dengan penelitian di atas. Jika

pada penelitian pertama fokus pembahasannya mengenai pengelolaan zakat,

infaq, Sadaqah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

didalamnya menjelaskan program yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat

Nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraann mustahiq. Penelitian

kedua fokus pembahsannya mengenai layanan-layanan yang terdapat di

BAZNAS untuk menghimpun dana zakat dan efektivitasnya dalam

menghimpun seluruh dana zakat yang wilayahnya mencangkup seluruh

kepulauan Indonesia. Dalam penelitian ini penulis ingin fokus memaparkan

penyaluran harta zakat yang bersifat kemanfaatanya lebih luas dengan

menjadikan harta zakat sebagai aset kelolaan sesuai yang telah ditetapkan

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 14 tahun 2011 yang membahas

tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan.

E. Metode Penelitian

Adapun Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif.

1. Jenis Penelitian

Page 19: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

9

Peneltian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

normatif yang mana penelitian ini dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau data sekunder.7 Penelitian ini jga menggunakan studi

komparatif atas pendapat para ulama. Dengan studi kompratif, penulis

membandingkan pendapat para ulama dalam permasalahan mengenai

penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan.8

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah fatwa nomor 14 tahun

2011.

Sumber data skunder adalah buku-buku fiqih ibadah. Seperti,

buku fiqh Islam wa adillatuhu karya Prof. Wahbah Dzuhaili dan kifayal

al-akhyar Data skunder dalam penelitian ini adalah berbagai dokumen

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang didapat dari

buku-buku, artikel ilmiah, berita-berita di media masa, dan lainnya.9

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumplan data yang digunakan dalam penlitian ini

adalah kajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasian secara

7 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2011), h. 33-35.

8 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008), h. 100.

9 J.moelang, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosada Karya, 1997),

h. 112-116.

Page 20: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

10

sistematis dan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang

memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah

penelitian yang akan dilakukan.10

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyerderhanaan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dibaca atau mudah dipahami dan

diinformasikan kepada orang lain.11

5. Teknis Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulisan mengacu pada

buku “pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skipsi ini penulis akan mengembangkan dalam

lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan

dengan isi dan masksud tulisan ini. Pembagian kedalam beberapa bab dan sub

bab adalah bertujuan untuk memudahkan pembahasan terhadap isi penulisan

ini. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

10 Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode PenilitianHukum, (Jakarta:

Lemabaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 17-18.

11Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandng: Alfabeta, 2004),

h. 244.

Page 21: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

11

BAB I meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PANDANGAN ULAMA MENGENAI ZAKAT

BAB II meliputi pandangan ulama mengenai pengertian zakat,

rukun dan syarat zakat, macam-macam harta yang wajib

dikeluarkan zakatnya, dan tata cara pengelolaan zakat

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI ZAKAT

BAB III ini mengenai sejarah berdirinya MUI, metode istinbat

hukum MUI, fatwa MUI mengenai mentasharufkan dana zakat

untuk kegiatan produktif dan kemaslahatan umum.

BAB IV ANALISIS FATWA MUI MENGENAI MENTASHARUFKAN

DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN

KEMASLAHATAN UMUM

Dalam BAB IV ini penulis akan menganalisis mengenai hukum

pengelolaan harta zakat untuk pembangunan aset kelolaan.

BAB V PENUTUP YANG MELIPUTI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V ini penulis akanmengakhiri penulisan ini dengan

memberikan beberapa kesimpulan dan juga menyampaikan

beberapa saran yang berhubungan dengan kajian penulisan.

Page 22: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

12

BAB II

ZAKAT DALAM KONSEP ISLAM

1. DEFINISI ZAKAT

Zakat (سكاج) merupakan kata dasar dari zakâ (سكا) yang berarti berkah,

tumbuh, bersih dan baik. Menurut lisan Arab, arti dasar dari kata zakat

ditinjau dari sudut bahasa ialah, suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Pedapat

lain yang bersumber dari Wahidi dan lain-lain menyebutkan bahwa kata dasar

zakat berarti bertambah dan tumbuh.1 Secara bahasa, zakat berarti tumbuh

dan bertambah. Jika diucapkan zaka Al-zar, artinya tanaman itu tumbuh dan

bertambah. Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna thaharoh (suci),

Allah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa

itu (QS 91:9). Adapun zakat menurut syara‟ berarti hak yang wajib

dikeluarkan dari harta. Mazhab maliki mendefinisikan dengan mengeluarkan

sebagian khusus dari harta yang khusus pula kepada orang-orang yang berhak

menerimanya, dengan catatan kepemilikan itu penuh dan telah mencapai haul

(setahun), bukan barang tambang dan bukan barang pertanian.

Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa

Adillatuh mengungkapkan beberapa definisi zakat menurut para ulama

mazhab:

1 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat terj. Salman Harun (Bandung: Mizan, 1996), cet.

IV, hal. 34.

Page 23: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

13

1. Menurut Hanafiyah mendefinisikan zakat adalah tamlik (kepemilikan)

bagian harta tertentu dari harta tertentu untuk pihak tertentu yang

telah di tentukan oleh syari‟(Allah swt) untuk mengharapkan

keridhaannya.

2. Malikiyah, zakat adalah mengeluarkan bagian yang khusus dari harta

yang telah mencapai nishabnya untuk yang berhak menerimanya, jika

milik sempurna dan mencapai haul selain barang tambang, tanaman

dan rikaz.

3. Syafi‟iyyah mendefinisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang

dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu.

4. Hanabilah mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib dalam harta

terntentu untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu.2

Kata menjadikan harta sebagai milik tamlik dalam definisi di atas

dimaksudkan sebagai penghindaran dari kata ibahah. Dengan demikian,

seandainya seseorang memberi makan seorang anak yatim dengan niat

mengeluarkan zakat, maka zakat tersebut dianggap tidak shahih.

Menurut terminologi syariat zakat juga didefinisikan kewajiban atas

harta tertentu, untuk kelompok tertentu, dan dalam waktu tertentu pula, jadi

bisa diartikan zakat nama atau sebutan dari sesuatu (hak Allah SWT) yang

dikeluarkan seseorang kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

2 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , (Baerut: Dar al-Fikr, 2007),

Juz 3, h. 1788-1789.

Page 24: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

14

Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh

berkah, membersihkan jiwa, dan memupuk berbagai kebaikan.3

2. RUKUN DAN SYARAT ZAKAT

Dr. Wahbah al-Zuhaily dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa

Adillatuhu menjelaskan sebagai berikut :

د ي اء ه ان ب اب ص الن ن م ء ز ج اج ر خ ا و ه :ف اة ك الز ن رك ام ا و ي ق ال ل ا و ك ي ل ت ,و و ن ع ك ال امل

4ق د مص ال و ا ام م ال و ى و و ن ع ب ائ ن و ى ن م ل ا و ا و ي ل ا و يم ل س ت و

Artinya : Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab

(harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai

milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut

diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk

memungut zakat.

Adapun syarat wajibnya menurut kesepakatan ulama ialah sebagai

berikut:

A. Merdeka

Menurut kesepakatan ulama zakat tidak wajib atas hamba

sahaya karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannya lah

yang memiliki apa yang ada di tangan hambanya.

3 Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 13.

4 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , (Baerut: Dar al-Fikr), 2007,

h.737

Page 25: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

15

B. Islam

Menurut ijma‟ zakat tidak wajib atas orang fakir karena zakat

merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan

orang yang suci.

C. Baligh dan Berakal

Kedua dipandang sebagai syarat oleh mazhab Hanafi. Dengan

demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila

sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib

mengerjakan ibadah. Sedangkan menurut jumhur zakat wajib

dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat tersebut

dikeluarkan oleh walinya.

D. Harta yang Dikeluarkan adalah Harta yang Wajib Dizakati.

Harta yang memiliki kriteria ini ada lima jenis, yaitu a) uang,

emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas b) barang

tambang dan barang temuan c) barang dagangan d) hasil tanaman dan

buah-buahan e) menurut jumhur binatang ternak yang merumput sendiri

dan menurut mazhab maliki hewan ternak yang diberi makan oleh

pemiliknya.5

E. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya

Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara‟ sebagai

tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar yang mewajibkannya zakat.

5 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 101

Page 26: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

16

F. Harta yang dizakati adalah milik penuh

Para fuqaha berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud

dengan harta milik. Apakah yang dimaksud dengannya ialah harta

milik yang sudah berada di tangan sendiri, ataukah harta milik yang hak

pengeluarannya berada di tangan seseorang, dan ataukah harta yang

dimiliki secara asli.6

G. Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun

qamariyah.

H. Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang.

Mazhab Hanafi memandangnya sebagai syarat dalam semua

zakat selain zakat harts (biji-bijian dan yang menghasilkan minyak

nabati), sedangkan hanafi memandangnya sebagai syarat dalam semua

harta yang akan dizakati.

Adapun syarat-syarat sah pelaksanaan Zakat

A. Niat, para Fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat

pelaksanaan zakat.

B. Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya),

tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni harta

zakat diberikan kepada mustahiq.

I. Harta yang dizakati melebihi kebutuhan pokok

Mazhab Hanafi mensyaratkan agar harta yang wajib dizakati

terlepas dari utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuk

6 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 102

Page 27: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

17

mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak

memliki harta.7

3. KATEGORI PENERIMA ZAKAT

Seperti sudah kita ketahui, kalau soal zakat itu dalam Qur‟an

disebutkan secara ringkas, maka secara khusus pula Qur‟an telah memberikan

perhatian dengan menerangkan kepada siapa zakat itu harus diberikan. Tidak

diperkenankan para penguasa membagikan zakat menurut kehendak mereka

sendiri, karena dikuasai nafsu atau karena adanya fanatik buta.

Pada masa Rasulullah SAW, mereka yang serakah tak dapat menahan

air liur melihat sedekah itu. Mereka mengharapkan mendapat percikan harta

itu dari Rasulullah SAW, tetapi ternyata setelah mereka tidak diperhatikan

oleh Rasulullah SAW, mulai mereka menggunjing dan menyerang kedudukan

beliau sebagai Nabi. Kemudian turun ayat Qur‟an menyingkap sifat-sifat

mereka yang munafik dan serakah itu dengan menunjukkan kepalsuan

mereka itu yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi, dan sekaligus

ayat itu menerangkan kemana sasaran zakat itu harus dikeluarkan,

sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S At-Taubah (9) ayat: 60.

او ال م ؤ ل ة ع ل ي ه و ال ع ام ل ني و ال م س اك ني ق ر اء ل ل ق ات الص د إ ن ا و ف و ال غ ار م ني الر ق اب و ف ق ل وب ه م

الل و و ف ر يض ةم ن الل و و اب ن الس ب يل )6:(الل و ع ل يم ح ك يم )التوبس ب يل

7 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 106-114

Page 28: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

18

Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang mencelamu tentang

pembagian sedekah-sedekah, jika mereka diberi sebagian dari padanya,

mereka bersenang hati dan jika mereka tidak diberi sebagian dari padanya

(maka) dengan serta merta mereka menjadi marah. Jika mereka sungguh-

sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan rasulnya kepada

mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan member

kepada kami sebagian dari karunianya dan dengan demikian (pula) rasulnya,

sesungguhnya adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah

yang demikian itu lebih baik bagi mereka). Sesungguhnya zakat-zakat itu

hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus

zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya dan untuk orang-orang yang sedang

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah

maha mengetahui lagi maha bijaksana.(QS. al-Taubah (9): 60)

Maka dengan turunnya ayat tersebut harapan mereka itupun menjadi

buyar, sasaran zakat menjadi jelas dan masing-masing mengetahui haknya

yakni bahwa yang berhak menerima zakat ialah delapan asnaf.8

Masyarakat itu terdiri dari tiga kategori . Kategori yang pertama yaitu

mereka yang pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan pokoknya maka

mereka bisa mengambil jatah zakat. Kategori kedua mereka yang dapat

mencukupi kebutuhan pokoknya tapi sisa pendapatannya kurang dari satu

nisab. Maka mereka tidak berkewajiban membayar zakat tapi tidak berhak

mengambil jatah zakat. Kategori yang ketiga adalah mereka yang

pendapatannya mencukup kebutuhan pokoknya dan sisanya mencukupi satu

nisab maka mereka wajib membayar zakat.

Adapun kelompok penerima zakat ada delapan yaitu:

8 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , (Baerut: Dar al-Fikr, 2007),

Juz 3, h. 277.

Page 29: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

19

a. Orang Fakir (fuqara)

Kelompok pertama yang menerima zakat dan secara bahasa

bentuk jamak dari al-fakir. Menurut mazhab Syafi'i dan Hanbal adalah

orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu

mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak memiliki suami, ayah,

ibu, dan keturunan yang yang dapat membiayainya, baik membeli

pakaian, makanan maupun tempat tinggal.

b. Orang Miskin

Kelompok ini merupakan kelompok kedua yang menerima zakat.

Orang miskin ialah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi

penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.

Seperti orang yang memerlukan sepuluh, tetapi ia hanya mendapatkan

delapan sehingga belum dianggap layak dari segi makanan, pakaian, dan

tempat tinggal.

c. Panitia Zakat („Amil)

Panitia zakat adalah orang yang bekerja memungut zakat. Panitia

ini harus disyaratkan mempunyai sifat kejujuran dan menguasai hukum

zakat. 9

d. Mu‟alaf yang perlu ditundukan hatinya

Yang termasuk golongan ini antara lain orang-orang yang lemah

niatnya masuk Islam. Mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka

memasuki Islam menjadi kuat.

9 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 280-282.

Page 30: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

20

e. Para Budak

Para budak yang dimaksud disini, menurut jumhur ulama, ialah

para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk

dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri

mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang

mati-matian.

f. Orang yang Memiliki utang

Mereka ialah orang-orang yang memiliki utang, baik utang itu

untuk dirinya maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal

yang baik maupun untuk melakukan untuk kemaksiatan. Jika utang itu

dilakukan untuk kepentingan dirinya sendiri, dia tidak berhak

mendapatkan bagian dari zakat kecuali dia adalah seorang yang dianggap

fakir.10

g. Orang yang Berjuang di Jalan Allah (Fi Sabilillah)

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang

berperang di Jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka

karena yang mereka lakukan hanyalah berperang. Menururt jumhur

ulama, orang-orang yang berperang di jalan Allah diberi bagian zakat

agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu

kaya, karena sesungguhnya orang-orang yang berperang itu adalah untuk

kepentingan orang banyak. Adapun orang-orang yang digaji di markas

komando mereka, tidak diberi zakat. Abu Hanifah berpendapat bahwa

10 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 285-287.

Page 31: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

21

orang-orang yang berperang di jalan Allah tidak perlu diberi bagian

zakat, kecuali jika mereka adalah orang-orang fakir.

h. Ibnu Sabil

Adapun ibnu al-sabil yang secara harfiah berarti ”anak jalanan”,

maka para ulama dahulu memahaminya dalam arti siapapun yang

kehabisan bekal, dan dia sedang dalam perjalanan, walaupun dia kaya di

negeri asalnya.11

Mereka patut memperoleh bagian dari zakat sekedar

cukup untuk bekal perjalanannya pulang pergi.12

Adapun pendapat ulama-ulama fiqih tentang Mustahiq Zakat sebagai berikut:

a. Fakir

Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan

sama sekali.13

1. Imam Abu Hanifah: Orang fakir adalah orang yang mempunyai

harta kurang dari satu nishob, atau memiliki satu nishab atau

lebih, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Imam Malik: Orang fakir adalah orang yang mempunyai harta,

sedangkanhartanya tidak mencukupi untuk keperluannya selama

satu tahun.

11 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

599.

12 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, jilid 4

(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 78.

13 Abu bakar, Taqiyudin bin Muhammad al Husaini. Kifaytul Akhyar (Bina Iman, 9

H.) h. 441.

Page 32: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

22

3. Imam Syafi‟i: Orang fakir adalah orang yang tidak mempunyai

harta dan usaha atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua)

keperluannya dan tidak ada orang yang menanggungnya.

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Orang fakir adalah orang yang tidak

mempunyai harta atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua)

keperluannya.

b. Miskin

Orang Miskin yaitu orang yang memiliki pekerjaan, tetapi

penghasilannya tidak dapat di pakai untuk memenuhi hidupnya.14

2. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik: Orang miskin adalah orang

yang tidak mempunyai sesuatu apapun. Menurut keduanya orang

miskin ialah orang yang keadaan ekonominya lebih buruk dari

orang fakir.

3. Imam Syafi‟I dan Imam Imam Ahmad bin Hanbal: Orang miskin

adalah orang yang mempunyai harta tetapi tidak mencukupi

kebutuhannya.15

Terdapat persamaan dan perbedaan batasan tetang “Fakir dan

Miskin”. Persamaan keduanya adalah orang-orang yang berada dalam

kebutuhan dan mereka tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Demikianlah menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh al-Sunnah.

14 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat terj. Salman Harun (Bandung: Mizan, 1996), cet.

IV, h. 513. 15 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat terj. Salman Harun (Bandung: Mizan, 1996), cet.

IV, h. 513.

Page 33: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

23

Sedangkan perbedaannya: “Fakir” adalah orang yang tidak memliki

sesuatu (harta) untuk menutupi kebutuhan hidupnya dan tidak kuat

berusaha (bekerja) untuk menutupi kebutuhan hidupnya tersebut.

Sedanhkan Miskin adalah orang yang lebih ringan kebutuhan hidupnya

dibandingkan orang fakir. Renungkan firman Allah:

ال ر ض ف ض ر با ت ط يع ون ي س ل الل و س ب يل ف ر وا أ ح ص ال ذ ين ق ر اء ال اى ل ل ل ي س ب ه م ف إ خ ي م ن ق وا ت ن و م ا إ ل افا الن اس أ ل ون ي س ل يم اى م ب س ت ع ر ف ه م الت ع ف ن أ غ ن ي اء م ن

(273(:2البقرة) ) الل و ب و ع ل يم

Artinya: (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh

jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang

yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri

dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya,

mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja

harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.(QS. al-Baqarah (2): 273).

c. Amil

Adapun pengertian amil zakat terdapat perbedaan pendapat

dikalangan para „Ulama fiqih, antara lain pendapat imam empat mazhab

sebagai berikut:

1. Imam Abu Hanifah. „Amil adalah orang yang diangkat untuk

mengambil dan mengurus zakat.

2. Imam Malik. „Amil adalah orang yang menjadi pencatat,

pembagi, penasehat dan sebagainya yang bekerja untuk

kepentingan zakat.

Page 34: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

24

3. Imam Syafi‟i. Amil adalah semua orang yang bekerja mengurus

zakat, sedangkan dia tidak mendapat upah selain dari zakat itu.

4. Imam Ahmad bin Hanbal. „Amil adalah pengurus zakat, dia

diberi zakat sekedar upah pekerjaannya. 16

d. Muallaf

Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam dan asih lemah

imannya.

1. Imam Abu Hanifah: Mereka tidak diberi zakat lagi sejak zaman

kholifah Abu Bakar As-Shiddiq.

1. Orang kafir yang ada harapan masuk Islam.

2. Orang yang baru memeluk Islam.

2. Imam Malik: Madzhab ini mempunyai dua pendapat tentang

muallaf, yaitu:

1. Orang yang baru masuk Islam dan masih lemah imannya.

2. Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya dan ada

harapan kalau dia diberi zakat orang disekitarnya akan

masuk Islam.

3. Orang Islam yang kuat imannya dan punya pengaruh

terhadap orang kafir, dan kalau dia diberi zakat, maka kita

akan terpelihara dari kejahatan kafir yang ada di bawah

pengaruhnya.

4. Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.17

16 Sulaiman Rasjid H. Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998) , h. 210

– 213.

Page 35: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

25

3. Imam Syafi‟i: Mempunyai dua pengertian tentang muallaf,

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Muallaf adalah orang Islam yang ada

harapan imannya akan bertambah teguh atau ada harapan orang

lain akan masuk Islam karena pengaruhnya.

e. Riqab

Riqab adalah memerdekakan budak, mencakup juga untuk

melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

1. Imam Abu Hanifah: Riqab adalah hamba yang telah dijanjikan

oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang atau

dengan harta lainnya.

2. Imam Malik: Riqab adalah hamba muslim yang dibeli dengan uang

zakat dan dimerdekakan

3. Imam Syafi‟i: Riqab adalah hamba (budak) yang dijanjikan oleh

tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya.

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Riqab adalah hamba yang dijanjikan

oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang yang

telah ditentukan oleh tuannya.

Islam mengajarkan kebebasan dan kemerdekaan manusia, sehingga

secara berangsur perbudakan dihapuskan.

17 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „Alal Madzahibil Arba‟ah, juz: 1, (Baerut: Dar

al-Fikr, 2007), h. 502 – 505

Page 36: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

26

f. Gharim

Gharim adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan

yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya

1. Imam Abu Hanifah: Gharim adalah orang yang mempunyai

hutang, sedangkan hartanya diluar hutang tidak cukup satu

nishob. Dan ia diberi zakat untuk membayar hutangnya.

2. Imam Malik: Gharim adalah orang yang berhutang sedangkan

hartanya tidak mencukupi untuk membayar hutangnya. Dan

diberi zakat dengan syarat hutangnya bukan untuk sesuatu

yang fasad (jahat).

3. Imam Syafi‟i: Mempunyai beberapa pengertian tentang gharim

yaitu,18

a. orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang

yang berselisih.

b. orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya

sendiri.

c. orang yang berhutang karena menjamin hutang orang

lain.

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Mempunyai beberapa pengertian

tentang gharim yaitu,

a. orang yang berhutang untuk mendamaikan dua orang

yang berselisih.

18 Abu bakar, Taqiyudin bin Muhammad al Husaini. Kifayatul Akhyar. (Bina Iman,

9 H.), h. 446.

Page 37: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

27

b. orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada

pekerjaan yang mubah atau haram tetapi dia sudah

bertaubat.

g. Fisabilillah

Fisabilillah adalah orang yang berada dijalan Allah.19

1. Imam Abu Hanifah: Fisabilillah adalah bala tentara yang

berperang pada jalan Allah.

2. Imam Malik: Fisabilillah adalah bala tentara, mata-mata dan

untuk membeli perlengkapan perang dijalan Allah.

3. Imam Syafi‟i: Fisabilillah adalah bala tentara yang membantu

dengan kehendaknya sendiri dan tidak mendapat gaji serta

tidak mendapatkan harta yang disediakan untuk berperang.

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Fisabilillah adalah bala tentara yang

tidak mendapat gaji dari pemerintah.

h. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan

untuk maksiat, dan mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

1. Imam Abu Hanifah: Ibnu Sabil adalah orang yang sedang

dalam perjalanan, yang putus perhubungan dengan hartanya.

2. Imam Malik: Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam

perjalanan, sedang ia butuh untuk ongkos pulang kenegerinya.

Dengan syarat perjalanannya bukan untuk maksiat

19 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Madzhab (Jakarta: Lentera

Basritama, 2000.), h. 193.

Page 38: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

28

3. Imam Syafi‟i: Ibnu Sabil adalah orang yang mengadakan

perjalanan yang bukan maksiat tetapi dengan tujuan yang sah.

4. Imam Ahmad bin Hanbal: Ibnu Sabil adalah orang yang

keputusan belanja dalam perjalanan yang halal.

4. CARA PENGELOLAAN ZAKAT

Rasulallah SAW. biasanya mengutus beberapa orang untuk

mengumpulkan zakat dan membagikannya kepada orang-orang yang berhak.

Abu bakar dan umar pun berbuat hal yang sama, tanpa membedakan dengan

harta yang zahir maupun harta yang batin.

Para ulama ahli fikih sepakat bahwa orang yang berkewajiban

mengeluarkan zakat bertanggung jawab secara langsung untuk menyisihkan

sebagian hartanya untuk dikeluarkan zakatnya, jika merupakan hasil dari

harta batin. Hal ini berdasarkan perkataan Sa‟id bin Yazid, aku pernah

mendengar Utsman bin Affan menyampaikan khutbahnya di atas mimbar

Rasulallah SAW. dan dia berkata, “Bulan ini adalah bulan membayar zakat

bagi kalian. Siapa diantara kalian yang masih mempunyai utang, hendaknya

segera melunasinya sehingga harta kalian bersih dari sangkutan utang.

Setelah itu hendaknya kalian mengeluarkan zakat dari harta kalian.” HR

Baihaki dengan sanad sahih.20

Kaum muslimin juga diperbolehkan menyerahkan zakat kepada

kepala negara yang beragama Islam baik dia pemimpin yang adil maupun

tidak. Dengan menyerahkan kepadanya, berarti orang yang menyerahkan

20 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah II, terj. Khairul Amru Harahap dan Masrukhin

(Jakarta Cakrawala Publishing) 2012, h. 16 2-163.

Page 39: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

29

zakatnya sudah dinyatakan sudah menunaikan kewajiban membayar zakat.

Anas berkata, seorang laki-laki dari Bani Tamim menemui Rasulullah SAW.

Dan bertanya wahai Rasulullah apakah sudah cukup jika aku menyerahkan

zakat kepada petugas yang engkau tunjuk dan dengan demikian kewajibanku

kepada Allah dan Rasul-Nya telah bebas? Rasulullah menjawab, “ ya, apabila

engkau telah mnyerahkannya kepada petugasku, mيثثثةaka engkau telah

terbebas darinya dan engkau memperoleh pa halanya sementara dosanya

ditanggung oleh yang menyelewengkannya.”21

Jumhur fuqoha sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada

selain yang disebutkan oleh Allah swt., seperti pembangunan masjid,

jembatan, sarana pengairan, pengerukan sungai, perbaikan jalan, membeli

kain kafan, membayar utang, penerimaan tamu, pembangunan pagar, dan

sebagaianya yang tidak disebutkan oleh Allah swt. Karena pada dasarnya hal-

hal tersebut tidak memiliki hak untuk menerima zakat.22

21 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah II, terj. Khairul Amru Harahap dan Masrukhin

(Jakarta Cakrawala Publishing) 2012, h.164

22 Wahbah al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 289-290 .

Page 40: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

30

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN

ISTINBAT HUKUM

1. Sejarah berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada tanggal 26 Juli 1975

M atau 17 Rajab 1375 H di Jakarta berdasarkan Pedoman Dasar 2005 pada

Bab I 162 pasal 1 ayat (2).23

Bermula dari konferensi para ulama di Jakarta

yang diselenggarakan oleh Pusat Dakwah Islam bentukan pemerintah pada

waktu KH M. Dahlan sebagai Menteri Agama, tanggal 30 September s.d. 4

Oktober 1970, pada waktu itu diajukan saran untuk memajukan kesatuan

kaum muslimin dalam kegiaan sosial dengan membentuk sebuah majelis para

ulama Indonesia yang diberi tugas untuk memberikan fatwa-fatwa.24

Tahun 1974 diadakan lokakarya nasional Persatuan Dakwah

Nasional, Dakwah Muslim Indoensia, presiden pada waktu itu Soeharto

menyarankan perlunya sebuah badan nasional bagi para ulama untuk

mewakili kaum muslimin dalam sebuah wadah pertemuan antar umar

beragama. Pada tanggal 24 Mei 1975 ketika presiden Soeharto menerima

delegasi Dewan Masjid Indonesia, ia menekankan kembali perlunya dibentuk

Majelis Ulama Indonesia dengan alasan agar kaum muslimin bersatu dan

23 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama

Indonesia Tahun 2005, (Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005), h. 31.

24 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah

Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, (Jakarta: INIS, 1993), edisi

Dwibahasa, alihbahasa Soedarso, h. 66.

Page 41: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

31

sadar bahwa permasalahan bangsa harus diselesaikan dengan turut sertanya

ulama. Menteri Dalam Negeri Amin Machmut juga menganjurkan daerah-

daerah agar membentuk Majelis Ulama dan hasilnya Mei 1975 sebanyak 26

provinsi telah membentuk Majelis Ulama daerah.25

Pada tanggal 1 Juli 1975 pemerintahan Seoharto melalui Departemen

Agama mengumumkan penunjukkan sebuah panitia persiapan pembentukan

Majelis Ulama tingkat Nasional, dengan ketua H. Sudirman, penasehat Dr.

Hamka, KH. Abdullah Syafi'i dan KH Syukri Ghazali. Pada mukhtamar

nasional ulama tanggal 21-27 Juli 1975 dengan akhir mukhtamar disepakati

"Piagam Pembetukan MUI" dengan ditanda tangani 66 orang peserta dan

mengumumkan terbentuknya Majelis Ulama Indoensia, dengan ketua umum

pertama Dr. Hamka.26

Tanda berdirinya MUI diabadikan dalam bentuk

penandatanganan Piagam Pembentukan MUI terdiri dari; 3 orang ulama, 26

orang ketua MUI Dati se-Indoensia, 10 orang ulama dari unsur organisasi

Islam tingkat pusat, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam AD, AU, AL dan

Polri, serta 13 orang ulama yang hadir dari sebagai pribadi. Kesepuluh Ormas

Islam tersebut adalah: NU (KH. Moh. Dahlan), Muhammadiyah (Ir. H. Basit

Wahid), Syarikat Islam (H. Syafi'I Wirakusumah), Perti (H. Nurhasan Ibnu

Hajar), Al-Wasliyah (Anas Tanjung), Mathla'ul Anwar (KH. Saleh Su'aidi),

25 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah

Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988,h.55. 26 Rusjd Hamka, Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1981), h. 68, dalam Muhammad Atho Mudzhar,Ibid., h. 57.

Page 42: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

32

GUPPI (KH. S. Qudratullah), PDI (H. Sukarsono), DMI (KH. Hasyim

Adnan), Al-Itthiadiyah (H. Zaenal Arifin Abbas).27

Sebagai organisasi sosial keagamaan MUI telah menetapkan visinya

sebagai berikut: Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan

dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridha dan ampunan Allah swt

(baldah tayyibah wa rabbun gafur) menuju masyarakat berkualitas (khairu

al-'ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin ('izzul al-

Islam wa al- muslim) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmah li al-'alamin).28

Di samping visi, ditetapkan pula misi untuk mencapai sasaran visi tersebut,

yaitu:

1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif

dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah al-hasanah),

sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam

menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariat

Islamiyah.

2. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi mungkar dalam

mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyakat berkualitas

(khair al-'ummah) dalam berbagai aspek kehidupan.

27 Tim Penyusun MUI Pusat, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama

Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2001), M. Ichwan Sam (peny.), h. 41.

28 Tim MUI, h. 21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.

Page 43: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

33

3. Mengembangkan ukhuwwah al-Islamiyyah dan kebersamaan dalam

mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.29

Peran utama MUI yang akan dilakukan berdasarkan pedoman yang

telah ditetapkan dalam Pedoman Dasar, dan Pedoman Rumah Tangga

Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005

yaitu:

1. Sebagai ahli waris tugas para Nabi (warasah al-anbiya) yang

menyebarkan ajaran Islam, terwujudnya kehidupan Islami, dan

memperjuangkan perubahan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti) dalam memberi fatwa diminta atau tidak

diminta, mengakomodasikan dan menyalurkan aspirasi umat yang

beragam aliran dan organisasi keagamaan.

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (ra'iy wa khadim al- 'ummah)

dimana melayani umat dan bangsa dalam memenuhi harapan, aspirasi

dan tuntutan dalam bimbingan dan fatwa keagamaan.

4. Sebagai Penegak Amar Makruf Nahi Munkar dengan menegaskan

kebenaran sebagai kebenaran dan kebatilan sebagai kebatilan dengan

penuh hikmah dan istiqamah. Pejuang dakwah (mujtahid da'wah) dengan

berusaha merubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan bangsa

menjadi masyarakat dan bangsa yang berkualitas (khairu al- 'ummah)

sejalan dengan ajaran Islam.

29 Tim MUI, h. 21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.

Page 44: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

34

5. Sebagai pelopor gerakan pembaharuan {al- tajdid) yaitu gerakan

pembaharuan pemikiran Islam.

6. Sebagai Pelopor Gerakan Islah adalah sebagai juru damai terhadap

perbedaan yang terjadi di kalangan umat. Menempuh jalan al-jam'u wa

al- taufiq (penggabungan dan pengkompromi/persesuaian) dan tarjih

(mencari hukum yang tebih kuat), sehingga terpelihara persaudaraan

(ukhuwwah) umat Islam Indonesia.30

Disamping peran yang telah digariskan, MUI juga menetapkan

fungsinya pada Pedoman Dasar 2005-2010, antara lain:

1. Sebagai wadah musyawarah para ulama, zuama dan cendekiawan muslim

dalam mengayomi umat dan mengmebangkan kehidupan yang Islami

2. Sebagai wadah silaturrahmi para ulama, zu'ama' dan cendekiawan

muslim untuk mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam dan

menggalang ukhuwwah al-Islamiyyah

3. Sebagai wadah yang mewakili umat Islam dalam hubungan dan kosultasi

antar umat beragama

4. Sebagai pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta

maupun tidak diminta.31

30 Tim MUI, h. 21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.h. 24-

26

31 Tim MUI, h. 21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.h. 32

Page 45: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

35

Dengan kesungguhan ikhtiar, ketakwaan dan permohonan ampun

kepada Allah swt. MUI bermaksud turut serta dalam memajukan umat Islam,

bangsa dan negara Indonesia di bawah naungan ridha dan ampunan Allah,

sehingga terwujudnya negara baldah tayyibah wa rabbun gafur.32

2. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Berdirinya komisi fatwa MUI tidak dapat dipisahkan dari

sejarah berdirinya lembaga MUI itu sendiri, dimana MUI itu dibentuk untuk

memajukan kesatuan kaum muslimin dalam kegiatan sosial dengan

membentuk sebuah majelis para ulama Indonesia yang diberi tugas untuk

memberikan fatwa-fatwa.33

Komisi fatwa ada sejak ditetapkannya susunan kepengurusan MUI

pusat dengan ketua pertama Hamka, dan ketua komisi pertama adalah

Syukri Ghozali. Komisi ini diberi tugas untuk merundingkan dan

mengeluarkan fatwa mengenai persoalan-persoalan hukum Islam yang

dihadapi masyarakat.34

Tahun 1975 MUI tidak mengeluarkan fatwa karena

baru saja dibentuk, kemudian baru pada 1976 sampai dengan 1984 MUI

mengeluarkan fatwanya. Tahun 1985 sampai dengan 1986 MUI tidak

32 Tim MUI, h.21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M. h.92

33 Tim MUI, h.21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M. h.92

34 Tim MUI, h.21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M. h.79

Page 46: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

36

mengeluarkan fatwa karena MUI ingin menghindari pengeluaran fatwa

terlampau banyak dan adanya kritik habis-habisan dalam fatwanya tentang

adu tinju yang dilarang oleh agama Islam, masyarakat beranggapan MUI

tidak perlu menanggapi hal ini.35

Sifat khusus dari tugas MUI adalah memberi nasihat, karena itu MUI

tidak boleh melakukan program praktis, dan hal ini disampaikan sejak awal

oleh Presiden Soeharto pada Konferensi Nasional Pertama para ulama

tanggal 21 Juli 1975, bahwa MUI tidak boleh terlibat dalam program praktis

seperti menyelenggarakan madrasah, masjid, rumah sakit dan lainnya,

karena ada organisasi Islam lain yang telah mengelolanya, disamping itu

MUI juga dilarang berpolitik praktis, karena ada partai politik seperti PPP

dan PDI, serta Golkar.36

MUI dalam pedoman dasarnya melaksanakan tugas dalam memberi

fatwa dan nasihat, baik kepada pemerintah ataupun kaum muslim mengenai

persoalan keagamaan dan kebangsaan, sambutan Presiden Soeharto pada

Pembukaan Musyawarah Alim Ulama I di Istana Merdeka tanggal 21 Juli

1975 bahwa diharapkan MUI berperan sebagai pemberi fatwa dalam

mengatasi perbedaan pendapat dalam menjalankan ibadah dan MUI juga

diharapkan menggalakkan persatuan di kalangan umat Islam, bertindak

35 Tim MUI, h.21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman Dasar, dan Pedoman

Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M. h.79

36 Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para Ulama,

Ibid., h. 324.

Page 47: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

37

selaku penengah antara pemerintah dan kaum ulama, dan mewakili kaum

muslimin dalam permusyawaratan antar golongan agama.37

Pada waktu berdiri hingga tahun 1986, MUI tidak membuat pedoman

berfatwa, yang mengakibatkan ketidakseragaman dalam mengeluarkan fatwa,

misalnya antara pusat dan daerah, sebagai contoh MUI Sumatera Barat

membolehkan peternakan kodok yang bersidang pada 21 Juli 1984, sementara

MUI Nusa Tenggara Barat mengharamkan peternakan kodok. Melihat gejala

itu, maka MUI pusat melakukan sidang pada 12 Nopember 1984 dengan

kesimpulan bahwa berternak kodok boleh atas dasar mazhab Maliki dan

memakannya dilarang atas dasar mazhab Syafi'i.38

Baru pada tanggal 30 Januari 1986 MUI pusat mengeluarkan buku

pedoman rinci untuk berfatwa dan MUI bertanggung jawab untuk

mengeluarkan fatwa atas masalah kaum muslimin dan kebangsaan. MUI

daerah apabila ingin berfatwa harus berkonsultasi dengan MUI pusat sebelum

mengeluarkan fatwanya. Buku pedoman itu juga mengatur bahwa komisi

fatwa tidak boleh mengeluarkan fatwa tanpa adanya tanda tangan ketua

umum MUI setempat.39

Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan, Pedoman

37 Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para

Ulama, h. 320

38 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah

Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, (Jakarta: INIS, 1993), edisi

Dwibahasa, alihbahasa Soedarso, h. 63

39 Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah

Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, (Jakarta: INIS, 1993), edisi

Dwibahasa, alihbahasa Soedarso, h. 87

Page 48: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

38

Dasar, dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia, tanggal 21

Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M, berdasarkan salah satu fungsi MUI

sebagai pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta

maupun tidak diminta, sehingga secara kesejarahan komisi fatwa sebagai

perangkat organisasi terpenting dalam Majelis Ulama Indonesia.40

3. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia dalam Ijtihad Kolektif

Hasil sidang pleno MUI pada 18 Januari 1986 menetapkan dasar-dasar

berfatwa di lingkungan MUI, yaitu:

1. Setiap keputusan Fatwa harus mempunyai dasar atas kitabullah dan

sunnah rasul yang mu'tabarah, serta tidak bertentangan dengan

kemasalahatan umat.

2. Jika tidak terdapat dalam kitabullah dan sunnah rasul, keputusan

Fatwa hendaklah tidak bertentangan dengan ijma', qiyas dan

mu'tabar serta dalil-dalil hukum yang lain, sepertiistihsan,masalih

al mursalah, dansadd al-zari'ah.

3. Sebelum pengambilan keputusan fatwa hendaklah ditinjau

pendapat-pendapat para ahli hukum maupun yang berhubungan

dengan dalil yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat.

4. Pandangan tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil

keputusan fatwanya.

Selain itu juga ditetapkan prosedur penetapan fatwa sebagai berikut:

40 Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama

Indonesia Tahun 2005, (Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005), h. 46.

Page 49: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

39

1. Setiap masalah yang disampaikan kepada komisi hendaklah

terlebih dahulu dipelajari dengan seksama oleh para anggota

komisi atau tim khusus sekurang-kurangnya seminggu sebelum

disidangkan.

2. Mengenai masalah yang telah jelas hukumnya (qat'iy) hendaklah

komisi menyampaikan sebagaimana adanya, dan fatwa menjadi

gugur setelah diketahui ada nas-nya dari Alquran dan sunnah.

3. Dalam masalah yang terjadi khilafiyyah di kalangan mazhab, maka

yang difatwakan adalah hasil Tarjih, setelah memperhatikan fiqih

muqaran (perbandingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah usul

fiqih muqaran yang berhubungan dengan pen-tarjih-an.41

.

MUI dalam menetapkan fatwa melakukan pendekatan dengan tiga

cara. yaitu: Pertama, pendekatan nas qat‟iy, yaitu berpegang pada nas

Alqur'an dan hadits, sehingga fatwa yang dilakukan apabila telah jelas

hukumnya (al-Ahkam al- Qat'iyah) disampaikan sebagaimana adanya.42

Kedua, pendekatan qawli, yaitu jawabannya dicukupi oleh pendapat (qawl)

dalam al-kitab al-mu'tabarah. apabila terjadi perubahan sosial maka

41 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 217.

42 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 217.

Page 50: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

40

dilakukan telah ulang terhadap qawl tersebut.43

Dan ketiga, pendekatan

manhaji, yaitu dilakukan dengan ijtihad jama'iy (ijtihad kolektif).44

Komisi fatwa MUI melakukan ijtihad jika terjadi khilafiyah di

kalangan mazhab dengan cara:

1. Al-Jam'u wa al-taufiq,

Penggunaan metode al-jam'u wa al-taufiq yaitu mengalihkan

makna dari setiap dalil kepada makna yang lain sehingga tidak terdapat

perlawanan lagi.45

Cara men-jama' dan men-taufiq dua buah dalil yang

nampak berlawanan dengan cara: 1) Men-ta'wil salah satu nas sehingga tidak

berlawanan dengan nas lain, dan 2) Salah satu nas dijadikan takhsish terhadap

nas yang lain.46

Contoh , men-ta'wil salah satu nas sehingga tidak berlawanan

dengannas lain, hadis Abu Hurairah r.a

)رواهالبخارى( ر ص ى ام ة و ل ط ي ر ة و ل ع دو ىو ل 47ل

Artinya:"Bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada penularan, ramalan

jelek, penyusupan (reinkarnasi), roh (orang yang meninggal kepada burung

hantu) dan tidak ada bencana bulan safar. "(HR. Bukhari).

43 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 217.

44 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 217.

45 Muhktar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islami, (Bandung: Al Ma'arif, 1997), cet. Ke-4, h. 477.

46 Muhktar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islami, (Bandung: Al Ma'arif, 1997), cet. Ke-4, h. 110.

47 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, Sahih Bukhari, Jilid 7, nomor hadis 5707,

(Beirut: Dar al-Fikri, 1996), h. 22

Page 51: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

41

Hadis di atas menegaskan tidak ada penularan penyakit, karena

bencana itu sudah ada takdirnya sekalipun ia berkumpul dengan orang yang

sakit. Akan tetapi kalau diperhatikan dengan hadis.

م ن د و ف ر ج ات رم ن ال س د )رواهالبخارى(امل ك م و م

48

Artinya:"Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari

singa dan seterusnya. " (HR. Bukhari).

Kandungan hadis ini terkesan adanya penularan peyakit. Dilakukanlah

jama' dan taufiq dengan men-ta'wil arti "la 'adwa" pada hadis pertama

dengan "Penyakit itu tidak dapat menular dengan sendirinya. Tetapi yang

menularkannya secara hakiki adalah Allah swt. dengan sebab adanya

percampuran antara si sakit dengan si sehat melalui media-media yang

berbeda-beda satu sama lain.49

2. Penggunaan ilhaq

Masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di kalangan

mazhab, yang memberikan makna bahwa salah satu metode fatwa MUI

adalah menggunakan ilhaq,50

Ilhaqi yaitu pendapat hukum yang ada di kalangan mazhab, dengan

cara menyamakan sesuatu masalah yang terjadi dengan kasus yang ada

48 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, Sahih Bukhari, Jilid 7, (Beirut: Dar al-Fikri,

1996), h.

49 Muhktar Yahya dan Fathurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami,

(Bandung: Al Ma'arif, 1997), cet. Ke-4, h. 478.

50 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 221.

Page 52: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

42

padanya dalam al-kutub al-mu'tabarah.51

Penggunaan ilhaqi ini dipertegas

oleh Imam 'Abdurrahman bin Ziyad, bahwa:

م ام ال س ائ ل و ق ال امل ا ل اق اهلل م الع ر اق ىر ح ي ن الد ز ي ن الش ي خ ن ق لع ن ب نز ي اد ن ال رح ع ب د

ل ا م ح ك ت اع اخ من ل ئ اا و ب ن ظ ا ئر ى

Artinya: " 'Abdurrahman bin Ziyad melansir pendapat Syaikh Zainiddin al-

lraqiy bahwa (ilhaq al-masail binaza‟iriha.) menyamakan suatu masalah

yang terjadi dengan kasus padanya dalam al-kutub al-mu'tabarah dengan

memperhatikan argumentasinya adalah lebih baik dari pada membuat-buat

hukum.”52

Melakukan ijtihad jam‟i (kolektif) Langkah berikutnya adalah

melakukan ijtihad jam'i (kolektif) dengan menggunakan:

1) Metode bayani dengan cara memperhatikan pemakaian al-uslub (gaya

bahasa) bahasa Arab dan cara penunjukkan lafaz nas kepada artinya,53

atau pendekatan qawa'id al-lugawiyah, meliputi: dilalah lafziyah,

mafhum al- mukhalafah, dilalah nas yang jelas, dilalah nas yang

kurang jelas, lafaz musytarak, lafaz 'am dan lafaz khas.54

51 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 222-223.

52 Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer (Himpunan Fatwa Ulama), (Banjarmasin: Komisi Fatwa MUI Prop. KalSel dan

Comdes Kalimantan, 2007), Cet. Ke-I, h. 223.

53 Muhktar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islami, (Bandung: Al Ma'arif, 1997), cet. Ke-4, h. 174.

54 Muhammad Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, Ibid., h.

188.

Page 53: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

43

2) Metode ta‟lili dengan mengandalkan penalaran, meliputi qiyasi,

istihsani, ilhaqi. Qiyasi yaitu menghubungkan atau memberlakukan

ketentuan hukum, sesuatu persoalan yang sudah ada ketetapanya di

dalam nas kepada persoalan baru yang tidak disebutkan oleh nas,

karena keduanya mempunya kesamaan 'illat, Istihsani yaitu

meninggalkan qiyas yang nyata (jalliy) untuk menjalankan qiyas yang

tidak nyata (samar-samar/khafiy) atau meninggalkan hukum kulli untuk

menjalankan hukum istisna'i (pengecualian) disebakan ada dalil yang

menurut akal/logika membenarkannya, atau mencari alternatif terbaik

terhadap dua dalil.55

Ilhaqi adalah mengeluarkan hukum dari 'ibarah

pendapat para ulama atau menetapkan hukum pada permasalahan yang

bersifat kulli (umum), karena telah ditetapkan hukum pada sebagian

besar masalah yang bersifat juz‟i (khusus).56

3) Istislahi adalah metode yang digunakan untuk mencari dan menemukan

maslahah mursalah (asas manfaat dan mudarat), sedangkan maslahah

mursalah berarti kemaslahatan yang tidak disyariatkan oleh syari'

hukum untuk ditetapkan.57

Maslahah mursalah ialah kemaslahatan yang

tidak didukung oleh nas syar'i tertentu. Istislahi ini diperkenalkan oleh

Imam haramain al-Juwaini (w. 478 H) dalam kitab al-Burhan, dan oleh

55 Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah wal jama'ah dalam Persepsi dan Tradisi

NU, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), Cet. Ke-3, h. 71.

56 Yahya, Fiqih Sosial NU: Dari Tradisionalis Menuju Kontekstualis, dalam M.

Imdadun Rahmat (Ed), Kritik Nalar NU: Transformasi Paradigma Bahtsul Masa'il, (Jakarta:

Lakpesdam, 2002), Cet. Ke-I, h. 54

57 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin SH, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2005), Cet. Ke-5, h. 98. Anang Haris Hilmawan, Ibid., h. 80.

Page 54: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

44

Imam al-Gazalli digunakan kata ini dalam kitab al-Mustasfa. Tiga

syarat diterimanya istislahi/maslahah mursalah menurut Muhammad

Abu Zahra, yaitu persesuaian antara sumber pokok maslahah tujuan

syariat (maqasid al-syari 'ah), harus masuk akal, dan dapat

menghilangkan kesulitan (raf‟u haraj lazim), 58 firman Allah Swt. QS.

Al-hajj (22): 78

( 87(: )الحج)

Artinya: "Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang

sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)

agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian

orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran)

ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua

menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang,

tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah

Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik

Penolong. "59

(QS. Al-hajj (22): 78)

58 Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, (Beirut: Dar al-Fikri, t.th.), h. 427-428.

59 Departemen Agama RJ, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alqur'an, 1990), h. 523.

Page 55: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

45

4. Sadd al-zari'ah

Sadd al-zari'ah adalah meniadakan atau menutup jalan yang menuju

kepada/perantara (wasilah) perbuatan yang terlarang.60

Contohnya fatwa

MUI tentang Perdukun dan Peramalan adalah haram dengan alasan perbuatan

itu membawa syirik, dosa besar. Dalil sadd al-zari'ah adalah

ال مص ال ح م ع ل ىج ل ب د م ق د ال م اس 61د ر ء Artinya: "Menolak keburukan lebih diutamakan dari pada meraih kebaikan .”

5. Maslahah 'ammah

Fatwa MUI Senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum

(maslahah 'ammah) atau kepentingan umum. Kemaslahatan yang dicari itu

adalah sebenarnya bukan hanya dugaan semata, untuk orang banyak bukan

untuk kelompok atau pribadi, tidak bertentangan dengan nas, ijma atau

qiyas.62

Kriteria maslahat yang ada hubungan dengan maqasid al-syari‟ah

MUI menetapkan bahwa mashlata/kemaslahatan adalah tercapainya tujuan

syariat yang diwujudkan terpelihaanya kebutuhan primer (al-daruriyat al-

khamsah) yaitu agama, akal, jiwa, harta dan keturunan. Apabila metode fatwa

itu telah dijalankan dan menghasilkan ijtihad jam‟iy (kolektif) yang berupa

ijtihad dilakukan dalam sidang pleno MUI atas usulan komisi fatwa yang

membawa konsep fatwa. Hasil sidang pleno inilah yang disebut dengan

60 Muhktar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islami, (Bandung: Al Ma'arif, 1997), cet. Ke-4, h. 347.

61 As-Suyuti Jalaludin, al-asbah wa an-nadzair, (Beirut, Dar-Kutub al-Islamiyyah)h.

176

62 Muhammad Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, Ibid., h.

119.

Page 56: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

46

ijtihad kolektif dalam setiap surat keputusan fatwa MUI setelah itu di-tanfiz-

kan dan diberi nomor serta ditandatangani oleh ketua umum, sekretaris umum

dan ketua komisi fatwa MUI.63

Fatwa merupakan pekerjaan yang berat dan beresiko, karena fatwa itu

dpertanggung jawabkan kepada Allah Swt. dan dipedomani oleh masyarakat.

Salah satu tokoh komisi fatwa, Ibrahim Hoesin, menyatakan persyarat

seorang mufti, yakni mendalami hukum Islam dan dalil-dalilnya, memiliki

integritas moral yang kuat sehingga fatwa itu netral, berdasarkan

kemaslahatan. Fatwa MUI dilandasi oleh: Alqur'an QS. Al-Nahl (16): 116

(661(: 61)النحل)

Artinya: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan

kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” QS. Al-Nahl (16):

116(.”64

Dan dari 'Umar bin Khattab berkata:

ل ع م ؤك ر ج ا 65 ار ىالن ل ع م ؤك ر ج اا ي ت ىال

Artinya: "Orang yang paling berani diantara kamu dalam berfatwa adalah

orang yang paling berani masuk neraka "

63 www.mui.or.id. Diakses 30 Oktober 2015. 64 Departemen Agama RJ, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alqur'an, 1990), h. 419.

65 Dikemukakan oleh Ibnu Battah di dalam risalah khuluk, halaman 31, secara

marfu' pada 'Umar. Tetapi al-Suyuti menyebutkan di dalam al-Jami' al-sagTr secara marfu'' dan

me-nisbah- kannya kepada al-Darimi dari hadis Ubaidillah ibnu Abi Ja'far secara mursal, lihat

Yusuf Qaradhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh As'ad Yasin,

(Jakarta: Gema Isani Press, 1997), Cet. Ke-I, h. 16.

Page 57: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

47

Memperhatikan situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat,

sejalan dengan tujuan syariat (maqasid al-syari'ah) yaitu membawa kepada

kemaslahatan umat, mendahulukan nas qat'i daripada maslahat non-syariat

yang berdasarkan pertimbagan akal, lapangan ijtihad hanya pada nas zanniy

(teks agama yang hukumnya belum jelas), masalah fiqh dipilih yang lebih

membawa kepada kemaslahatan dan melakukan ijtihad jam'iy yang bebas

namun tetap terikat kepada kaidah ijtihad/istinbat yang telah dirumuskan oleh

para imam mazhab.66

66 Dikemukakan oleh Ibnu Battah di dalam risalah khuluk, halaman 31, secara

marfu' pada 'Umar. Tetapi al-Suyuti menyebutkan di dalam al-Jami' al-sagTr secara marfu'' dan

me-nisbah- kannya kepada al-Darimi dari hadis Ubaidillah ibnu Abi Ja'far secara mursal, lihat

Yusuf Qaradhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh As'ad Yasin,

(Jakarta: Gema Isani Press, 1997), Cet. Ke-I, h. 194-197.

Page 58: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

48

BAB IV

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) NOMOR 14 TAHUN 2011

A. Fatwa MUI no 14 tahun 2011 tentang penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah menimbang

a. bahwa perkembangan masyarakat telah mendorong munculnya

perkembangan tata kelola dana zakat oleh amil zakat;

b. bahwa dalam penyaluran harta zakat, ada upaya perluasan manfaat harta

zakat agar lebih dirasakan kemanfaatannya bagi banyak mustahiq dan

dalam jangka waktu yang lama, yang salah satunya dalam bentuk aset

kelolaan;

c. bahwa terkait pada huruf b di atas, di tengah masyarakat muncul

pertanyaan mengenai hukum penyaluran harta zakat dalam bentuk aset

kelolaan;

d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan fatwa tentang

penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan guna dijadikan

pedoman.

Mengingat:

1) Firman Allah SWT:

Page 59: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

49

(303(:9)التوبة)Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka “ (QS.

al- Taubah (9): 103).

(303(:9)التوبة)

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,

para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)

budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai

suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. al-Taubah(9): 60)

2) Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

اهلل ن ا م ع اذاصلىاهللعليووسلمر س و ل اهلل ع ن و ل م اب ع ث ي ع ل ىالي م ن ر ض

ت ر دع ل ىف ق ر ائ ه م ا م و ال م و ا ةم ن ع ل ي ه م زك ف ر ض ب ى م ا ن اهلل ف اخ 3ق ال

Artinya: “Nabi Muhammad SAW ketika mengutus Muadz ke

Yaman bersabda: Dan beritahukan kepada mereka bahwa

Allah SWT mewajibkan zakat yang diambil dari harta orang

kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada para orang-

orang fakir di antara mereka”. (HR Bukhari dan Muslim dari

Ibnu Abbas)

3) Atsar dari Sahabat Muadz bin Jabal yang diriwayatkan oleh

1 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, al-Jaimi‟ al-Shahih (kairo:Daar al-sya‟bi,1987),

Jilid II, h.8.

Page 60: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

50

Imam Bukhari dan al-Thabrani serta al-Daruquthni dari

Thawus bin Kaisan yang menegaskan bolehnya penunaian

zakat dengan hal yang lebih dibutuhkan oleh mustahiq sebagai

berikut:

اهلل ي ر ض م ع اذ ل و ق ال ل ى ي ع ن و ب م ا ئ ت ون ق ة ص الي م ن الص د ف ل ب ي س ا و

الن ب صلىاهللعليووسلم ل ص ح اب ي ر و خ ع ل ي ك م و ن و الذ ر ة ا ى الش ع ي م ك ان

2مد ي ن ة ب اال

Artinya: “Muadz berkata kepada penduduk Yaman:

Berikanlah kepadaku baju khamis atau pakaian sebagai

pembayaran zakat gandum dan z-bijian, karena yang

sedemikian itu lebih mudah bagi kalian dan lebih baik bagi

para Sahabat Nabi SAW di kota Madinah” (HR Bukhari, al-

Thabrani, dan al-Daruquthni)

4) Qaidah fiqhiyyah:

د ق اص م امل ح ك 3ل ل و س ائ ل

Artinnya: “Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian

yang akan dituju “

ة ص ل ح ع ل ىالر ع ي ة م ن وط ب امل م ام ال 4ت ص ر ف

Artinnya: “Tindakan pemimpin [ pemegang otoritas ]

terhadap rakyat

2 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (kairo:Daar al-sya‟bi,1987),

Jilid II, h..

3 Malik bin Annas, Muwato‟ al- Malik (Damsyik, Daar al-Qalam, 1991), h.52.

4 Zain al-Abidin, Al-Asbah wa an-Nadza‟ir li Ibni Nazim, (Libanon: Dar al-Kutub,

1980), h. 123.

Page 61: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

51

harus mengikuti kemaslahatan “

Memperhatikan :

4. Pendapat Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Maliybari

dalam kitab Fathul Muin (I‟aanatu Al-Thalibin 2/214) yang

menjelaskan kebolehan penyaluran harta zakat sesuai

kebutuhan mustahiq sebagai berikut:

اىط ع ي ف ر ف ةآل ت ه ح ي و ر ب و غ ال باا و ي ك م ال ت ع و د ت ار ةر ا س اا ن ن ه م 5ك لم

Artinya: “Maka keduanya – fakir dan miskin – diberikan harta

zakat dengan cara ; bila ia biasa berdagang, diberi modal

berdagang yang diperkirakan bahwa keuntungannya cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ; bila ia bisa bekerja,

diberi alat-alat pekerjaannya … “.

5. Pendapat Imam Al-Ramly dalam kitab Syarah Al-Minhaj li al-

Nawawi(6/161) yang menerangkan pendistribusian harta zakat

bagi orang miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta

dimungkinkan pembelian aset untuknya sebagai berikut:

ن ا ك مس ال و ر ي ق ال ك م ه ن م لك ن س ي ل ن ا ني ك ط ع ي ة ار ت ل و ة ف ر اب بس ا ةاي ى

ب م ب ال الغ ر م ع ن م ي ق ا ي ص ل ه د ل ب ف و ال ث م ل و ل ا غ ن اؤ ه , الق ص د ل ن

ا ع ط ي ر ه ع ل ي و ع م ز اد ف ا ن ال ك ب ذ ا ل ل م ن ب اع ط ائ و ال مر اد و ل ي س ب س ن ة , س ن ة

ت ىل و ن و ف ي ش ل و م ي و د خ ال مد ة ب ل ي ك ي و ت ل ك داي ك ا ع ط اؤ ه ن ق ن الك س ب ي س اة ب و ع ن الز ك ت غ ل و و ي غ ت ن اراي س ل ك و و ي و ر ث ب و ع ق 6ع نوف ي م

5 Zainuddin al-Maliyabari, Fathu al-Mu‟in, (Baerut: Dar-al-Fikr, 1890), h. 189.

6 Syihabudin ar-Ramli, Syarah Al-Minhaj li al-Nawawi, (Baerut: Dar-Fikr

1984),Jilid 6 h.161

Page 62: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

52

Artinya ; “Orang fakir dan miskin – bila keduanya tidak mampu

untuk bekerja dengan satu keahlian atau perdagangan – diberi

harta zakat sekiranya cukup untuk kebutuhan seumur hidupnya

dengan ukuran umur manusia yang umum di negerinya, karena

harta zakat dimaksudkan untuk memberi seukuran

kecukupan/kelayakan hidup. Kalau umurnya melebihi standar

umumnya manusia, maka akan diberi setiap tahun seukuran

kebutuhan hidupnya selama setahun. Dan tidaklah dimaksudkan

di sini – orang yang tidak dapat bekerja – diberikan dana tunai

seukuran masa tersebut, akan tetapi dia diberi dana di mana ia

mampu membeli aset properti yang dapat ia sewakan, sehingga

ia tidak lagi menjadi mustahiq zakat“.

6. Pendapat Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu Fatawa

(25/82 ) yang menyatakan kebolehan mengeluarkan zakat

dengan yang senilai jika ada kemaslahatan bagi mustahiq,

sebagai berikut:

ا ى ذ ف ن و :و ال ظ ه ر م ن وع م ح ة ر اج م ص ل ح ة و ل ح اج ة ل غ ي ال ق يم ة ر اج إخ أ ن ع ل ي و الل و ص ل ى الن ب ق د ر ا و ل و ل ذ ا د ر ه ر ين ع ش أ و ب ش ات ني ال ب ر ان و س ل م

إل ال ك ال م ي ع د ل ف ق د م ط ل قا ال ق يم ة ر اج إخ ج و ز و ل ن و م ت ال ق يم ة إل ي ع د ل الز ك و ل ن ض ر ر الت ق و مي ف ي ق ع و ق د ر د يئ ة اأ ن و اع و ى ذ ع ل ىال م و اس اة ن اى ا م ب اة

ال ع ال م ص ل ح ة أ و ر اج ال ق يم ة ل ل ح اج ة أ و و و أ م اإخ ن س و ج ر ال م ال ق د ف م ع ت ب ر ل د ب و ب أ س ة ...:ف ل ال ق يم إع ط اء ن و م ط ل ب وا اة ل لز ك قون ت ح ال م س ي ك ون أ ن ث ل و م

ق ر اء . ع ل ل اأ ن ى ذ ي ر ىالس اع يأ ن أ خ اأ و ع ف ي ع ط يه م إي اى 7...ل ك و ن اأ ن

Artinya: “ Hukum pembayaran zakat dalam bentuk nilai dari

obyek zakat tanpa adanya hajat (kebutuhan) serta kemaslahatan

yang jelas adalah tidak boleh. Oleh karena itu Nabi Muhammad

SAW menentukan dua ekor kambing atau tambahan sebesar

duapuluh dirham sebagai ganti dari obyek zakat yang tidak

dimiliki oleh seorang muzakki dalam zakat hewan ternak, dan

tidak serta merta berpindah kepada nilai obyek zakat tersebut

7 Ibnu Taهmiyah, Majmu‟ Fatawa Ibnu Taimiyah, (Baerut: Dar-Fikr, 1982), h. 82.

Page 63: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

53

… … dan juga karena prinsip dasar dalam kewajiban zakat

adalah memberi keleluasaan kepada mustakhiq, dan hal

tersebut dapat diwujudkan dalam suatu bentuk harta atau

sejenisnya. Adapun mengeluarkan nilai dari obyek zakat karena

adanya hajat (kebutuhan) serta kemaslahatan dan keadilan

maka hukumnya boleh … … seperti adanya permintaan dari

para mustakhiq agar harta zakat diberikan kepada mereka

dalam bentuk nilainya saja karena lebih bermanfaat, maka

mereka diberi sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Demikian juga kalau Amil zakat memandang bahwa pemberian

– dalam bentuk nilai – lebih bermanfat kepada kaum fakir “.

7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Mentasharrufkan Dana

Zakat untuk Kegiatan Produktif dan Kemaslahatan Umum

Tanggal 2 Februari 1982;

8. Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama NU Tahun 1981 yang

menegaskan bahwa Memberikan Zakat untuk kepentingan

masjid, madrasah, pondok pesantren, dan sesamanya hukumnya

ada dua pendapat; tidak membolehkan dan membolehkan;

9. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Sidang

Komisi Fatwa pada Rapat-Rapat Komisi Fatwa yang terakhir

pada tanggal 3, dan 17 Maret 2011.

Dengan bertawakal kepada Allah SWT memutuskan dan

menetapkan: fatwa tentang: penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan

Pertama: Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan Aset kelolaan adalah

sarana dan/atau prasarana yang diadakan dari harta zakat dan

Page 64: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

54

secara fisik berada di dalam pengelolaan pengelola sebagai

wakil mustahiq zakat, sementara manfaatnya diperuntukkan

bagi mustahiq zakat.

Kedua: Ketentuan Hukum

Hukum penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan

adalah boleh dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Tidak ada kebutuhan mendesak bagi para mustahiq untuk

menerima harta zakat.

B. Manfaat dari aset kelolaan hanya diperuntukkan bagi para

mustahiq zakat.

C. Bagi selain mustahiq zakat dibolehkan memanfaatkan aset

kelolaan yang diperuntukkan bagi para mustahiq zakat

dengan melakukan pembayaran secara wajar untuk

dijadikan sebagai dana kebajikan.

Ketiga: Ketentuan Penutup

A. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan

ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat

kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan

sebagaimana mestinya.

B. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan

dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau untuk

menyebarluaskan fatwa ini.

Page 65: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

55

B. Landasan hukum fatwa MUI tentang penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan.

Majelis Ulama Indonesia sebagai organ dari pemerintahan Indonesia

berfungsi sebagai pengayom segala macam aspirasi umat Islam khususnya

untuk memberikan saran-saran, fatwa terhadap segala gejala-gejala fenomena

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dijelaskan bahwa

fatwa muncul karena adanya suatu perkara dan juga bisa disebabkan akibat

dari perkembangan sosial yang dihadapi oleh umat. Oleh karena itu, fatwa

mensyaratkan adanya orang yang meminta atau kondisi yang memerlukan

adanya pandangan atau keputusan fatwa. pada dasarnya fatwa memberikan

suatu reaksi terhadap isu-isu dalam merefleksikan intelektualisme dan politik

pada masa itu.8

Dalam hal harta zakat yang akan disalurkan haruslah merujuk kepada

hukum syariat seutuhnya sebagai pedoman sehingga dapat diketahui kepada

siapa sajakah mustahiq yang berhak menerim harta zakat. dan juga dengan

merujuk kepada hukum syariat seutuhnya dapat terhindarkan dari larangan-

larangan syariat yang terdapat dalam penyaluran harta zakat.

Landasan hukum fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang penyaluran

harta zakat dalam bentuk aset kelolaan yaitu:

Dengan beberapa pertimbangannya maka komisi fatwa MUI

memandang perlu adanya fatwa tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk

aset kelolaan seiring semakin banyak munculnya permasalahan baru yang

8 M. B. Hooker , Islam Madzhab Indonesia, Fatwa-Fatwa dan Perubahan

Sosial, Penerjemah Iding Rosyidin Hasan, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 16.

Page 66: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

56

perlu diatur oleh agama. Islam adalah agama yang sempurna sehingga setiap

masalah baru dapat merujuk kembali kepada al-Qur‟an dan as-sunnah yang

selalu relevan dengan segala kondisi dan waktu. kedudukan fatwa amat

penting dalam kehidupan umat Islam khususnya warga Indonesia yang

mayoritas pemeluk agama Islam karena fatwa adalah sesuatu yang dapat

menentukan hukum permasalahan hukum halal maupun haram. Adapun yang

menjadi pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan komisi

fatwanya adalah sebagai berikut:

a. bahwa perkembangan masyarakat telah mendorong munculnya

perkembangan tata kelola dana zakat oleh amil zakat;

b. bahwa dalam penyaluran harta zakat, ada upaya perluasan manfaat

harta zakat agar lebih dirasakan kemanfaatannya bagi banyak

mustahiq dan dalam jangka waktu yang lama, yang salah satunya

dalam bentuk aset kelolaan.

c. bahwa terkait pada huruf b di atas, di tengah masyarakat muncul

pertanyaan mengenai hukum penyaluran harta zakat dalam bentuk

aset kelolaan.

d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan fatwa tentang

penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan guna dijadikan

pedoman.

Majelis ulama Indonesia dengan komisi fatwanya dalam

menetapkann fatwa penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan

merujuk berdasarkan al-Qur‟an, al-hadis, kaidah-kaidah fiqh, serta

Page 67: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

57

berpedoman pada pendapat para alim ulama.

1. Dalil Al-Qur’an

Dalam fatwa tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset

kelolaan merujuk kepada al-quran yang merupakan pedoman dalam

hidup umat Islam, al-Qur‟an sebagai sumber hukum, seluruh madzhab

sepakat bahwa al-Qur‟an sebagai sumber hukum utama dalam

menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa al-Qur‟an menempati posisi

awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah.9

Landasan dalil al-Qur‟an secara garis besar fatwa MUI tentang

penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan dibuat dengan

menggunakan beberapa surat dengan rincian sebagai berikut:

a. Firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang kewajiban untuk

mengeluarkan harta zakat bagi orang-orang yang mampu

sehingga dengan zakat itu dapat membersihkan dan mensucikan

diri mereka dan begitu juga para mustahiq zakat behak untuk

menerimanya yaitu:

(303(:9)التوبة)

Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka “ (QS. at-

Taubah(9): 103).

9 M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-qur‟an, Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati),

h. 345.

Page 68: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

58

Ayat ini يهم و هم تطهز صدقح أمىلهم مه خذ Ambillah) تشك

zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka) dari dosa-dosa mereka.

Maka Nabi saw mengambil sepertiga harta mereka, kemudian

menyedekahkannya.10

Di sini Nabi Muhammad saw diperintah:

Ambillah atas nama Allah sedekah, yakni harta yang berupa zakat

dan sedekah yang hendaknya mereka serahkan dengan penuh

kesungguhan dan ketulusan hati, dari sebagian harta mereka,

bukan seluruhnya, bukan pula sebagian besar, dan tidak juga yang

terbaik; dengannya yakni dengan harta yang engkau ambil itu

engkau membersihkan engkau membersihkan harta dan jiwa

mereka dan mensucikan jiwa lagi mengembangkan harta

mereka.11

عليهم وصل (Dan berdoalah untuk mereka) Maksudnya,

berdoalah untuk mereka dan mohonkanlah ampunan buat

mereka.12

Guna menunjukkan restumu terhadap mereka dan

memohonkan keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka.

10 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

11 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

666.

12 Al- Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Juz 11,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru lgensindo, 2003), h, 23.

Page 69: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

59

لهم سكه صلىتك إن (Sesungguhnya doamu itu ketentraman

jiwa bagi mereka) yang selama ini gelisah dan takut akibat dosa-

dosa yang mereka lakukan.13

Menurut suatu pendapat yang

dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran yobat

mereka diterima. Menurut Ibnu Abbas, menjadi rahmat buat

mereka. Sedangkan menurut Qatadah, menjadi ketentraman jiwa

bagi mereka.

عليم سميع للا و (Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui) Yakni mendengar kepada doamu dan mengetahui

orang yang berhak mendapatkan hal itu darimu dan orang yang

pantas untuk memperolehnya.14

b. Firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang para mustahiq

yang berhak menerima zakat terdiri dari delapan golongan

sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu:

(60(:9)التوبة)

13 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

666.

14 Al- Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Juz 11,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru lgensindo, 2003), h, 24.

Page 70: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

60

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para

muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,

orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka

yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan

yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana (QS. Al-Taubah(9): 60).

Kata as-Sadaqat ( دقاخ -yang disebutkan dalam surat at (الص

Taubah/9 ayat 60 adalah bermakna zakat atau sedekah wajibah.15

Makna huruf ( لــ ) lam pada firman-Nya (للفقزاء) lilfuqara‟,

Imam Malik berpendapat bahwa ia sekedar berfungsi menjelaskan

siapa yang berhak menerimanya agar tidak keluar dari kelompok

yang disebutkan.16

yaitu orang yang (Hanyalah untuk orang-orang fakir) للفقزاء

tidak dapat menemukan peringkat ekonomi yang dapat

mencukupi mereka. المسكينى (orang-orang) yaitu mereka yang sama

sekali tidak dapat menemukan apa-apa yang dapat menculupi

mereka.17

Menurut tafsir al-Mansur Orang fakir ialah orang tidak

15 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an & Tafsirnya, Jilid IV (Jakarta: Widya Cahaya,

2011), h. 137.

16 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

596.

17 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h. 743-744.

Page 71: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

61

punya dan ia berhijrah, sedangkan miskin ialah orang yang tidak

punya dan ia tidak berhijrah.18

yaitu orang yang (Pengurus-pengurus zakat) والعمليه عليها

bertugas menarik zakat, yang membagi-bagikannya, juru tulisnya,

dan yang mengmpulkannya.19

Bahasan para pakar hukum

menyangkut (العامليه عليها) al-„Amilin „alaiha/para pengelolanya

juga beragam. Namun yang jelas mereka adalah yang melakukan

pengelolaan terhadap zakat, baik mengumpulkan, menentukan

siapa yang berhak, mencari mereka, maupun membagi dan

mengantarnya pada mereka. Kata (عليها) „alaiha memberi kesan

bahwa para pengelola itu melakukan kegiatan mereka dengan

sungguh-sungguh dan menyebabkan keletihan.20

supaya (Para muallaf yang dibujuk hatinya) والمؤلفح قلىتهم

mau masuk Islam atau untuk memantapkan keIslaman mereka,

atau supaya mau masuk Islam orang-orang yang semisal

dengannya, atau supaya mereka melindungi kaum muslim.

Muallaf itu bermacam-macam jenisnya; Menurut pendapat Imam

Syafii, jenis muallaf pertama dan yang terakhir pada masa

18 Ad-Dauru Al-Mansur, Tafsir Al-Mansur, Jilid 4, diterjemahkan oleh

Abdurrahman Jalaludin As-Suyuthi (Beirut: Dar Al-Fikr, tth), h. 222.

19 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

20 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

596.

Page 72: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

62

sekarang (Zamannya Imam Syafii, pent.) tidak berhak lagi untuk

mendapatkan bagianya, karena Islam telah kuat. Berbeda dengan

dua jenis muallaf yang lainnya, maka keduanya masih berhak

untuk diberi bagian.21

Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah juga

sependapat dengan itu. Mengenai golongan “muallaf”, maka ada

di antara mereka itu orang-orang yang diberi zakat agar masuk

Islam. Dan ada di antara golongan “muallaf” yang diberi bagian

oleh Rasulullah untuk menebalkan imannya dan meneguhkan

kepercayaan di dalam hatinya.

قاب – memerdekakan (Dan untuk) وفى (budak-budak) الز

yakni para hamba sahaya yang berstatus mukatab.22

Kata (الزقاب)

ar-riqab adalah bentuk jamak dari (رقثح) raqabah yang pada

mulanya berarti “leher”. Makna ini berkembang sehingga

bermakna “hamba sahaya” karena tidak jarang hamba sahaya

berasal dari tawanan perang yang saat ditawan, tangan mereka

dibelenggu dengan mengikatnya ke leher mereka. Atas dasar ini

harta tersebut tidak diserahkan pada mereka pribadi, tetapi

disalurkan untuk melepas belenggu yang mengikat mereka itu.23

21 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

22 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, jilid 4

(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 75.

23 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

598.

Page 73: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

63

orang-orang yang (Orang-orang yang berhutang) والغارميه

mempunyai utang, dengan syarat bila ternyata utang mereka itu

bukan untuk tujuan maksiat.24

Imam syafi‟i dan Ahmad Ibnu

Hambal juga membenarkan memberi ganti dari zakat bagi siapa

yang menggunakan uangnya untuk melakukan perdamaian atau

kepentingan umum.25

yaitu orang orang yang (untuk jalan Allah) وفي سثيل للا

berjuang di jalan Allah, tetapi tanpa ada yang membayarnya,

sekalipun mereka adalah orang-orang yang berkecukupan.26

Kini

sekian banyak ulama kontemporer memasukkan dalam kelompok

ini semua kegiatan sosial, baik yang dikelola oleh perorangan

maupun organisasi-organisasi Islam, seperti pembangunan

lembaga pendidikan, mesjid, rumah sakit, dan lain-lain, dengan

alasan bahwa (سثيل للا) sabilillah dari segi kebahasaan mencakup

segala aktivitas yang mengantar menuju jalan dan keridhaan

Allah.27

24 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

25 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

599.

26 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

27 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

599.

Page 74: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

64

Adapun ( ته السثيل ) Ibnu as-sabil yang secara harfiah

berarti ”anak jalanan”, maka para ulama dahulu memahaminya

dalam arti siapapun yang kehabisan bekal, dan dia sedang dalam

perjalanan, walaupun dia kaya di negeri asalnya.28

Mereka patut

memperoleh bagian dari zakat sekedar cukup untuk bekal

perjalanannya pulang pergi.29

lafaz (Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan) فزيضح

faridatan dinasabkan oleh fi‟il yang keberadaannya

diperkirakan.30

Itu semua adalah hukum dan ketetapan yang

diwajibkan oleh Allah, yang Maha bijaksana dalam ketentuan-

ketentuan dan ketetapan-ketetapan-Nya, Maha mengetahui

kemaslahatan hamba-hamba-Nya dan segala sesuatu yang lahir

maupun yang batin.31

2. Hadits Rasulullah Saw.

Hadis merupakan sumber hukum yang kedua bagi hukum Islam

setelah al-Qur‟an. Terdapat beberapa hadis yang menjadi rujukan dasar

28 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

599.

29 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, jilid 4

(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 78.

30 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) h.744.

31 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, jilid 4

(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), h. 79.

Page 75: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

65

pada fatwa tentang kewajiban bagi orang-orang kaya untuk melaksanakan

zakat dan memberikannya kepada orang-orang fakir diantaranya:

ن ا اهلل م ع اذاصلىاهللعليووسلمر س و ل اهلل ع ن و ل م اب ع ث ي ب ر ض ف اخ ق ال ع ل ىالي م ن

ت ر دع ل ىف ق ر ائ ه م ا م و ال م و ا ةم ن ع ل ي ه م زك ف ر ض ى م ا ن اهلل 32

Artinya: “Nabi Muhammad SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman

bersabda: … Dan beritahukan kepada mereka bahwa Allah SWT

mewajibkan zakat yang diambil dari harta orang kaya di antara mereka

dan dikembalikan kepada para orang- orang fakir di antara mereka”.

(HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).

Pada hadis tersebut jelas Rasulullah memerintahkan Muaz untuk

menyapaimkan kewajiban zakat yang telah diwajibkan oleh Allah bagi

orang-orang kaya yang kemudian diberikan harta zakat tersebut teruntuk

orang-orang fakir.

ا ئ ت ون الي م ن ل اهلل ع ن و ل ى ي م ع اذ ر ض ي و ق ال الش ع ي ص ب م م ك ان ق ة الص د ف ل ب ي س ا و الن ب صلىاهللعليووسلمب اال ل ص ح اب ي ر و ن ع ل ي ك م و خ 33مد ي ن ة و الذ ر ة ا ى

Artinya: “Muadz berkata kepada penduduk Yaman: Berikanlah

kepadaku baju khamis atau pakaian sebagai pembayaran zakat gandum

dan biji-bijian, karena yang sedemikian itu lebih mudah bagi kalian

dan lebih baik bagi para Sahabat Nabi SAW di kota Madinah” (HR

Bukhari, al-Thabrani, dan al-Daruquthni).

Pentingnya kewajiban berzakat membuat Muaz mencari solusi

termudah dan teringan bagi para orang kaya untuk membayar zakat

32 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, al-Jaimi‟ al-Shahih (kairo: Daar al-sya‟bi,

1987), Jilid II, h.8. 33 Muhamad bin Isma‟il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (kairo: Daar al-sya‟bi,

1987), Jilid II, h.

.

Page 76: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

66

diantaranya Muaz hanya meminta pakaian kepada para petani gandum

untuk membayar zakat, hadis ini menggambarkan bahwa kewajiban

membayar zakat tanpa ada toleransi dengan kewajiban yang mutlak.

3. Qaidah Ushuliyyah dan Fiqhiyyah

د ق اص م امل ح ك 34ل ل و س ائ ل

Artinnya: “Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian yang akan

dituju “

Jika sarana hokum bias melengkapi hokum tujuan yang bersifat

wajib maka sarana sangat dianjurkan untuk dilaksanakan

ة ص ل ح ع ل ىالر ع ي ة م ن وط ب امل م ام ال 35ت ص ر ف

Artinnya: “Tindakan pemimpin )pemegang otoritas(terhadap rakyat

harus mengikuti kemaslahatan “

harus bagi seseorang pemimpin disuaru daerah maupun negeri

haruslah mengambil segala macam keputusan berdasarkan kemaslahatan

bersama.

C. Analisis Penulis Terhadap Fatwa MUI tentang Penyaluran Harta Zakat

dalam Bentuk Aset Kelolaan

Fatwa No 14 tahun 2011 tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk

aset kelolaan ini bersifat responsif yaitu fatwa yang dikeluarkan karena

adanya pertanyaan dari lembaga Badan Amil Zakat Nasional yang kemudian

dibahas oleh MUI Majelis Ulama Indonesia yang kemudian menjadi fatwa.

Fatwa inilah yang bisa menjadi landasan Badan Amil Zakat Nasional atas

34 Malik bin Annas, Muwato‟ al- Malik (Damsyik, Daar al-Qalam, 1991), h.52.

35 Zain al-Abidin, Al-Asbah wa an-Nadza‟ir, (Libanon: Dar al-Kutub, 1980), h.

123.

Page 77: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

67

inovasi mereka mengembangkan harta zakat menjadi aset kelolaan.

Sebagaimana yang dicantumkan pada landasan-landasan hukum

sebelumnya yang mencantumkan orang-orang mustahiq atau yang berhak

mendapat harta zakat dalam al-Qur‟an surat at-taubah ayat 60. Dalam ayat

tersebut dijelaskan bahwa yang berhak menerima zakat atau dikategorikan

dalam mustahiq zakat yaitu:

1. Orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai

harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam

Keadaan kekurangan.

3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan

membagikan zakat.

4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang

baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim

yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan

yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang

yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar

hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Pada jalan Allah (fi sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan

Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat

bahwa fi sabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan

Page 78: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

68

umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Orang

yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami

kesengsaraan dalam perjalanannya.

8. Ibnu as-sabil: yaitu orang yang secara harfiah berarti ”anak jalanan”,

maka para ulama dahulu memahaminya dalam arti siapapun yang

kehabisan bekal, dan dia sedang dalam perjalanan, walaupun dia

kaya di negeri asalnya. Mereka patut memperoleh bagian dari zakat

sekedar cukup untuk bekal perjalanannya pulang pergi.

Dalam ayat tersebut disebutkan para mustahiq yang berhak

menerima zakat namun dari delapan golongan tersebut tidak terdapat

harta zakat yang digunakan untuk memaksimalkan harta zakat sehingga

manfaatnya bisa dirasakan oleh lebih banyak dan lebih lama bagi para

penerima zakat yaitu dalam bentuk aset kelolaan. Maka dalam hal ini

badan penyaluran harta zakat terutama Baznas selaku mustafti

menjadikan harta zakat dalam bentuk aset kelolaan yang hasilnya akan

dirasakan oleh para penerima zakat.

Mengelola harta zakat dalam bentuk aset kelolaan oleh amil zakat

yang cara Pengumpulan harta zakat sendiri banyak cara untuk itu

diantaranya, para muzaki bisa transfer melalui Bank, bisa juga ke kantor

kelurahan atau kecamatan setempat, bahkan bisa diantar langsung ke

kantor merupakan upaya untuk perluasan manfaat harta zakat agar lebih

Page 79: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

69

dirasakan kemanfaatannya bagi banyak mustahiq dan dalam jangka

waktu yang lama.36

Majelis ulama Indonesia mengartikan harta zakat yang dikelola

dalam bentuk aset kelolaan adalah sarana atau prasarana yang diadakan

secara fisik berada di dalam penglolaan penglola sebagai wakil mustahiq

zakat. Sementara pemanfaatannya diperuntukan bagi mustahiq zakat.37

Alangkah baiknya harta zakat tidak langsung habis begitu saja,

baiknya digunakan untuk modal usaha perdangan bila si mustahiq

mampu berdagang atau dibelikan alat pertanian jika si mustahiq mampu

bertani sehingga mereka mempunyai penghasilan sendiri sampai mereka

tidak lagi masuk dalam kategori mustahiq.

Penulis sendiri memandang adanya perlu pembentukan aset

kelolaan yang dananya bersumber dari harta zakat dan kemudian

diberikan kembali kepada para mustahiq zakat. Adapun harta zakat yang

dikelola dalam bentuk aset kelolaan dilaksanakan di daerah yang tidak

ada kebutuhan para mustahiq yang mendesak dan sangat tidak

diperbolehkan mengelola dana zakat dalam jangka waktu yang lama

sedangkan para mustahiq sangat membutuhkan dana dalam keadaan

mendesak hal tersebut hanya akan mempersulit para mustahiq dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

36 Wawancara Pribadi dengan Manager Fundraiser. Tangerang. 5 Oktober 2016

37 Wawancara Pribadi dengan Dr. Asrorun Ni‟am, MA. Depok. 14 September 2016

Page 80: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

70

38ح ال مص ال ب ل ىج ل ع م د ق م د اس م ال ء ر د

Artinya: Menolak mafsadah didahulukan daripada mengambil manfaat

Lebih baik membagikan langsung harta zakat kepada mustahiq

yang sedang membutuhkan dana dalam keaadaan mendesak ketimbang

menahan harta guna diperuntukan sebagai aset kelolaan yang berharap

manfaatnya lebih besar dengan jangka waktu yang lama.

Maka penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan

hukumnya dibolehkan jika tidak ada kebutuhan mendesak bagi para

mustahiq untuk menerima zakat dan manfaatnya hanya diperuntukan

bagi para mustahiq. Adapun orang-orang yang bukan mustahiq

menggunakan atau memanfaatkan aset kelolaan yag bersumber dari harta

zakat bagi mereka untuk melakukan pembayaran yang sesuai sebagai

dana kebajikan.

38 Abdul Hamid Hakim, Mabadi‟ Awaliyah, (Sa‟adah Putra, Jakarta, 2008), h. 34.

Page 81: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan bab-bab sebelumnya dalam bab ke lima penulis ingin

mengakhiri pembahasan skripsi ini dengan membuat kesimpulan sebagai

berikut:

1. Aset Kelolaan yang dimaksudkan dalam fatwa no 14 tahun 2011

ini adalah sarana atau prasarana yang diadakan dari harta zakat

dan secara fisik berada di dalam penglolaan penglola sebagai

wakil sebagai wakil mustahiq zakat, sementara manfaatnya

diperuntukan bagi mustahiq zakat. Adapun hukum penyaluran

harta zakat dalam bentuk aset kelolaan adalah boleh asalkan tidak

ada pihak yang dirugikan, semisal tidak boleh digunakan harta

dalam bentuk aset kelolaan ketika para mustahiq

membutuhkannya dalam keadaan mendesak, dan Jika ada orang

lain yang ingin memanfaatkan aset tersebut haruslah membayar

secara wajar untuk dijadikan biaya kebajikan.

2. Perintah Allah jelas kepada Rasulullah untuk mengambil harta

zakat orang-orang kaya di arab selain untuk memenuhi kewajiban

berzakat guna membersihkan mereka dari dosa-dosa. Jadi

memberikan sebagian harta sebagai zakat adalah wajib hukumnya

untuk dilaksanakan. Dikeluarkan oleh orang-orang kaya dan

diberikan pepada mustahiq zakat yang terdiri dari delapan

Page 82: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

72

golangan yakni: Fakir, miskin, amil, hamba sahaya, mualaf,

gharim,ibnu sabil, fi sabilillah.

3. Fatwa No 14 tahun 2011 tentang penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan ini adalah fatwa yang bersifat responsif yaitu

fatwa yang dikeluarkan karena adanya pertanyaan dari lembaga

Badan Amil Zakat Nasional yang kemudian dibahas oleh MUI

(Majels Ulama Indonesia) yang kemudian menjadi fatwa. Fatwa

inilah yang bisa menjadi landasan Badan Amil Zakat Nasional atas

inovasi mereka mengembangkan harta zakat menjadi aset

kelolaan.

B. Saran

Berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya maka di dalam

skripsi ini penulis menuliskan beberapa saran yang diharapkan bisa

bermanfaat bagi semua pihak sebagai berikut:

1. Badan amil yang terdapat di negeri ini baik yang dibentuk oleh

pemerintah maupun nonpemerintah sebaiknya menerapkan sistem

penyaluran harta zakatnya dalam bentuk aset kelolaan sehingga

manfaatnya bisa lebih optimal dan memperluas kemanfaatanya

2. Masyarakat yang termasuk dalam kategori mustahiq zakat

hendaknya mendukung sistem penyaluran harta zakat dalam

bentuk aset kelolaan jika tidak dalam keadaan mendesak.

3. Masyarakat yang termasuk dalam kategori mustahiq zakat

hendaknya tidak berprilaku konsumtif ketika mendapat harta

Page 83: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

73

zakat, sehingga bisa meningkatkan perekonomian mereka.

4. Umat Islam diminta untuk melaksanakan zakatnya dengan cara

diberikan kepada badan amil zakat yang kemudian dialurkan

kepada para mustahiq supaya penyaluran harta zakat lebih merata

dan luas pemanfaatanya.

Page 84: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

74

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RJ, Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Alqur'an, 1990.

Fakhrudidn. Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2011.

Zuhdi, Masjfuk, Mashail Fiqhiyah. CV. Haji Mas Agung, 1989.

Hamid, Hakim Abdul. Mabadi‟ Awaliyah, Sa‟adah Putra, Jakarta, 2008.

Zahrah, Muhammad Abu. Zakat dalam Perspektif Sosial. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1995.

Hafidhuddin, Didin dkk. The Power of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan

Zakat Asia Tenggara. UIN-Malang Press, 2008.

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2011.

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

J.moelang, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada Karya, 1997.

Ahmadi, Fahmi Muhammad. Jaenal Aripin, Metode PenilitianHukum, Jakarta:

Lemabaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandng: Alfabeta, 2004.

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat terj. Salman Harun Bandung: Mizan, 1996.

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , Baerut: Dar al-Fikr, 2007.

Jalaludin As-Suyuti, al-asbah wa an-nadzair, Beirut, Dar-Kutub al-Islamiyyah

Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, Solo: Tiga Serangkai, 2008.

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Bahreisy, Salim dan Bahreisy, Said. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, Jilid IV.

Surabaya: Bina Ilmu, 1988.

Page 85: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

75

Abu bakar, Imam Taqiyudin bin Muhammad al Husaini. Kifaytul Akhyar Bina

Iman, 9 H.

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat terj. Salman Harun Bandung: Mizan, 1996.

Rasjid H, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqhu „Alal Madzahibil Arba‟ah. juz: 1, Baerut: Dar

al-Fikr, 2007.

Abu bakar, Taqiyudin bin Muhammad al Husaini. Kifaytul Akhyar. Bina Iman, 9

H.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta: Lentera

Basritama, 2000.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah II, terj. Khairul Amru Harahap dan Masrukhin

Jakarta Cakrawala Publishing 2012.

Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat kajian berbagai mazhab, terj. Agus Efendi dan

Bahrudin fananny Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama

Indonesia Tahun 2005, Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005.

Mudzhar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah

Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indoneisa 1975-1988, Jakarta:

INIS, 1993, edisi Dwibahasa, alihbahasa Soedarso.

Hamka, Rusjd. Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka. Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1981. dalam Muhammad Atho Mudzhar.

Tim Penyusun MUI Pusat, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama

Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2001, M. Ichwan

Sam peny..

Tim MUI, h. 21. Keputusan Munas VII MUI Nomor: Kep-02/Munas-

VI/MUI/VII/2005 tentang Perubahan/Penyempurnaan Wawasan,

Pedoman Dasar, dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama

Indonesia, tanggal 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.

Hasyim, Umar. Mencari Ulama Pewaris Nabi: Selayang Pandang Sejarah Para

Ulama.

Page 86: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

76

Tim MUI, Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama

Indonesia Tahun 2005. Jakarta: Sekretaris MUI Pusat, 2005.

Komisi Fatwa MUI Propinsi KalSel, Ulama dan Tantangan Problematika

Kontemporer Himpunan Fatwa Ulama, Banjarmasin: Komisi Fatwa

MUI Prop. KalSel dan Comdes Kalimantan, 2007.

Hasan, Muhammad Tholhah. Ahlussunah wal jama'ah dalam Persepsi dan

Tradisi NU, Jakarta: Lantabora Press, 2005.

Yahya, Imam. Fiqih Sosial NU: Dari Tradisionalis Menuju Kontekstualis, dalam

M. Imdadun Rahmat Ed, Kritik Nalar NU: Transformasi Paradigma

Bahtsul Masa'il, Jakarta: Lakpesdam, 2002.

Khallaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin S.H. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2005.

Zahra, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh, Beirut: Dar al-Fikri, t.th..

Yahya, Muhktar dan Fatchurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islam. Bandung: Al Ma'arif, 1997.

Dikemukakan oleh Ibnu Battah di dalam risalah khuluk, halaman 31, secara

marfu' pada 'Umar. Tetapi al-Suyuti menyebutkan di dalam al-Jami' al-

sagTr secara marfu'' dan me-nisbah- kannya kepada al-Darimi dari

hadis Ubaidillah ibnu Abi Ja'far secara mursal, lihat Yusuf Qaradhawi,

Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, diterjemahkan oleh As'ad

Yasin, Jakarta: Gema Isani Press, 1997.

al-Bukhari, Muhamad bin Isma‟il al-Jami‟ al-Shahih kairo:Daar al-sya‟bi,1987.

Zain al-Abidin, Al-Asbah wa an-Nadza‟ir li Ibni Nazim, Libanon: Dar al-Kutub,

1980.

al-Maliyabari, Zainuddin. Fathu al-Mu‟in, Baerut: Dar-al-Fikr, 1890.

ar-Ramli, Syihabudin. Syarah Al-Minhaj li al-Nawawi, Baerut: Dar-Fikr 1984.

Taهmiyah, Ibnu. Majmu‟ Fatawa Ibnu Taimiyah, Baerut: Dar-Fikr, 1982.

Hooker, M. B. Islam Madzhab Indonesia, Fatwa-Fatwa dan Perubahan Sosial,

Penerjemah Iding Rosyidin Hasan. Jakarta: Teraju, 2002.

Syihab, Quraisy. Membumikan Al-Qur‟an, Jilid II, Jakarta: Lentera Hati.

Page 87: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

77

al-Mahalli, Jalaluddin dan as-Suyuti, Jalaluddin. Tafsir Jalalain, Jilid I,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2010.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, Volume V Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Ad-Dimasyqi, Abul Fida Ismail Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir, Juz 11,

diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar Bandung: Sinar Baru lgensindo,

2003.

Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an & Tafsirnya, Jilid IV Jakarta: Widya Cahaya,

2011.

Ad-Dauru Al-Mansur, Tafsir Al-Mansur, Jilid IV, diterjemahkan oleh

Abdurrahman Jalaludin As-Suyuthi Beirut: Dar Al-Fikr, tth.

Bahreisy, Salim dan Bahreisy, Said. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, jilid IV.

Surabaya: Bina Ilmu, 1988.

al-Bukhari, Muhamad bin Isma‟il,. Shahih al-Bukhari kairo: Daar al-sya‟bi,

1987.

.

Malik bin Annas. Muwato‟ Malik Damsyik, Daar al-Qalam, 1991.

al-Abidin, Zain. Al-Asbah wa an-Nadza‟ir. Libanon: Dar al-Kutub, 1980.

Wawancara Pribadi dengan Dr. Asrorun Ni‟am, MA. Depok. 14 September 2016

1Wawancara Pribadi dengan Manager Fundraiser. Tangerang. 5 Oktober 2016

www.dompetdhuafa.org. diakses 2016

www.mui.or.id. Diakses 30 Oktober 2015.

Page 88: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 89: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 90: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 91: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 92: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 93: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

Narasumber : Bpk. Syahrul Rahmatullah

Jabatan : Manager Fundraiser Badan Amil Zakat Infak Sedekah (BAZIS)

1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Bazis ya pa ?

Sebenarnya terbentuknya BAZIS merupakan saran dari ulama-ulama National yang

kemudian berkumpul membahas persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di

Indonesia. Memepertimbangkan zakat merupakan potensi besar yang belum dilaksanakan

maksimal, maka dari itu perlu diefek tivitaskan pengumpulan zakat maka berdirilah

BAZIS DKI ini.

2. Bagaimana sistematis pengumpulan dana zakat di basis?

Pengumpulan harta zakat sendiri banyak cara untuk itu diantaranya, para muzaki bisa

transfer melalui Bank, bisa juga ke kantor kelurahan atau kecamatan setempat, diantar

langsung ke kantor BAZIS di Jakarta Pusat atau mudahnya dijemput langsung oleh

petugas amil ke rumah. Selain itu juga kita sudah buka beberapa gray di gedung-gedung

perkantoran sperti di kantor BUMN, Kemenkumham dan yang lainnya

3. ada program bantuan apa saja di BAZIS sehingga para mustahiq bisa tentukan kebutuhan

mereka?

Ada bantuan untuk pembangunan tempat ibadah, seperti masjid, musholah terus yang kedua ada

beasiswa untuk pelajar, dan juga ada bantuan modal usaha atau untuk pengembangan usaha yang

bersifat produktif.

4. Jika sudah direalisasikan mengenai pemberdayaan masyarakat atau asset penglolaan, objek

apa saja yang telah dicapai?

Page 94: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

Sudah banyak harta zakat yang disalurkan berupa modal usaha, danbanyak pula

masyarakat yang mendaftarkan sebagai mustahiq dan ingin mengambil haknya sebagai

modal usaha mereka, ada yang buka warung nasi, warung klontong dan lain-lain selain itu

juga BAZIS mengembangkan lembaga-lembaga syariah sudah terdapat 12 Baitul Mal Wa

Tamwil yang sudah memberdayakan potensi kaum dhuafa.

Page 95: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB
Page 96: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

Narasumber : Dr. Asrorun Ni’am, MA

Jabatan : Sekretaris MUI Pusat

1. Bagaimana sebenarnya latar belakang lahirnya sebuah fatwa?

Sesuai dengan pedoman fatwa Ada 3 sifat lahirnya fatwa, yaitu :

1. Pro aktif

2. Responsif

3. Antisipatif

Proaktif adalah melihat ada kejadian ditengah masyarakat yang berkaitan

dengan masalah Islam, maka komisi fatwa pembahasan pertanyaan muncul

ditengah komisi fatwa kemudian dilakukan pembahasan hingga kemudian

mengeluarkan fatwa

Responsif adalah menjawab pertanyaan dari masyarakat baik individu maupun

kelompok , pemerintah maupun nonpemerintah.

Antisipatif adalah fatwa yang ditetapkan atas suatu peristiwa tertentu yang

memungkinkan memiliki akibat yang menimbulkan masalah dikemudian hari

tentunya berkaitan dengan hukum masalah Islam.

2. Dalam fatwa no 14 tahun 2011 ini sifat apa yang melatar belakangi lahirnya fatwa dan

lemaga apa pak?

Mengenai fatwa tentang zakat ini yang diterbitkan tahun 2011 itu respon dari

pertanyaan dari badan zakat amil nasional BAZNAS berarti latar belakangnya

adalah responsive.

3. Bagaimana kesulitan mengeluarkan fatwa no 14 tahun 2011 ini?

Page 97: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

Sesuai dari standard mekanisme peneteapan fatwa tentu ketika ada masalah

yang diajukan oleh masyarakat atau ditanyakan oleh peminta fatwa (mustafti)

maka dilakukan verifikasi oleh tim fatwa kebetulan saya sebagai sekretarisnya

memnekankan apakah masalahnya sudah jelas sebagaimana disebutkan didalam

nash-nash baik al-qur’an maupun hadis, jika sudah jelas tidak perlu dibawa ke

rapat lagi langsung dijawab, akan tetapi jika masalahnya perlu pendalaman

maka didalami lagi masalahnya dengan pendekatan ushul fiqih dan pendekatan

fiqih perbandingan serta melihat pandangan-pandangan ulama terdahulu, nah

kalo pembahasan ini secara umum tetap mengikuti standar tersebut dan tidak

terlalu lama dan informasi yang dibutuhkan cukup memadai dari literature.

4. Apa deifinisi aset kelolaan menurut fatwa ini?

Yaah itu merujuk ketentuan umum aset yang dikelola yang bersumber dari

dana zakat teruntuk kepentingan mustahiq dan bisa dimanfaatkan lebih optimal

5. Bagaiman jika harta zakat digunakan dalam bentuk aset kelolaan saat mustahiq

membutuhkan mendesak?

Ketika para mustahiq membutuhkan dana zakat dalam mendesak namun amil

menjadikan aset kelolaan. Disitukan sudah diatur mengenai syarat-syarat

penyaluran zakat untuk kepentingan aset kelolaan itu kalau memang

berdasarkan amil dengan skala prioritas jangka pendek untuk kepentingan

penyelamatan jiwa atau kebutuhan yang pokok kemudian disisihkan itu

memungkian. Agar nilai kemanfaatnnya lebih baik, disitulah pentingnya amil

melakukan inovasi dan analisis situasi termasuk juga analisis kondisi mustahiq

zakat. Nah dalam kondisi sudah tertanam aset kelolaan kemudian ada mustahiq

yang mendesak membutuhkan ya dikeluarkan. Kan dana zakat tidak hanya

Page 98: PENYALURAN HARTA ZAKAAT DALAM BENTUK ASET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42601/1/... · C. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ..... 38 BAB

sekali pada berikutnya ada muzaki yang lain kemudian diprioritaskan diberikan

harta zakat tersebut.

6. Bagaiman jika ada sebagaian kalangan yang menentang fatwa tersebut karena tidak

termasuk asnaf yang terdapat dalam surat at taubah ayat 60 ?

Secara umum tidak ada yang mendalami bahwa fatwa itu kan sebagai jawaban

atas masalah hukum Islam dan menjadi panduan pedoman fatwa tersebut

menjadi landasan didalam pengelolaan zakat khusunya oleh BAZ maupun LAZ