Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

10
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan zat (contoh: berkelahi karena mabuk) 1 . Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obatobatan yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal tersebut merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obatobatan tersebut. Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya. Seseorang dapat dikategorikan mengalami substance dependence / ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini 2 : Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih halhal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan: 1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut: a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba atau mencapai intoksikasi. b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama dari zat. 2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:

Transcript of Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

Page 1: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan zat (contoh: berkelahi karena mabuk) 1.Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obatobatan yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal tersebut merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obatobatantersebut. Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya. Seseorang dapat dikategorikan mengalami substance dependence / ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini 2:Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih halhal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba atau mencapai intoksikasi.b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama dari zat.2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:a. sindroma withdarwal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari gejala withdrawal zat).b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau menghindari gejala-gejala withdrawal.3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati batas pemakaiannya.4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau mengendalikan pemakaian zat.5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. Mendatangi berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat (merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-efeknya.6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau dikurangi karena penggunaan zat.7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-problem fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat tersebut.

Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis, meliputi 3:

Page 2: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

a. Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku). Stimulasi kognitif tampak pada individu yang selalu membanyangkan, memikirkan dan merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasi afektif adalah rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari stimulasi kognitif dan afektif. Dengan demikian ketergantungan psikologis ditandai dengan ketergantungan pada aspek-aspek kognitif dan afektif.b. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampu dihambat atau dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya. Dengan demikian orang yang mengalami ketergantungan secara fisiologis akan sulit dihentikan atau dilarang untuk mengkonsumsinya.

Penyalahgunaan zat terbagi menjadi coba-coba, rekreasional, situasional dan ketergantungan. Kriteria DSM-IV TR dan PPDSGJ III yang terpenuhi untuk menegakkan diagnosis ketergantungan adalah:1. Adanya toleransi (dari 2-3 butir menjadi 20 butir per pemakaian)2. Adanya gejala withdrawal/putus zat (mual, muntah, keringat dingin, sakit seluruh badan, kejang) yang menghilang setelah penggunaan zat dilanjutkan.3. Adanya keinginan kuat menggunakan zat walaupun Os sadar dampaknyabagi kesehatan.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa model yang popular dilaksanakan padamasalah Gangguan penggunaan NAPZA (17):1. Therapeutic Community -TC Model, model ini merujuk pada keyakinanbahwa Gangguan penggunaan NAPZA adalah gangguan pada seseorangsecara menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secaranyata dan ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan rewarddan sangsi yang spesifik secara langsung untuk mengembangkankemampuan mengontrol diri dan sosial/komunitas. Pendekatan yangdilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi encounter yangintensif dengan kelompok sebaya dan partisipasi dari lingkungan terapeutikdengan peran yang hirarki, diberikan juga keistimewaan (privileges) dantanggung jawab. Pendekatan lain dalam program termasuk tutorial,pendidikan formal dan pekerjaan sehari-hari. TC model biasanya merupakan31perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas sampai delapanbelas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.2. Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologiksebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter danmemerlukan farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta perubahanperilaku. Program ini dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat

Page 3: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau kembali ke fasilitas dimasyarakat.3. Model Minnesota, model ini dikembangkan dari Hazelden Foundation danJohnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagaitujuan utama pengobatan. Model Minessota menggunakan program spesifikyang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap denganlanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self help group (AlcoholAnonymous atau Narcotics Anonymous) serta layanan lain sesuai dengankebutuhan pasien secara individu. Fase perawatan rawat inap termasuk ;terapi kelompok, terapi keluarga untuk kebaikan pasien dan anggotakeluarga lain, pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah.Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog, pekerja sosial,mantan pengguna sebagai addict counselor4. Model Eklektik, model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalamprogram rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapanprogram 12 langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan32pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yangada pada setiap pasien adiksi.5. Model Multi Disiplin, program ini merupakan pendekatan yang lebihkomprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkaittermasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan keluarga dan pasien6. Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi darihal-hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Programbersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali.Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual dankeyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh : pondok pesantren,pengobatan tradisional atau herbal.7. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidakmenggunakan farmakoterapiBerdasarkan Kepmenkes RI No 420 tentang Pedoman Layanan Terapidan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA BerbasisRumah Sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan penyalahgunaan zatmeliputi Gawat darurat NAPZA – Detoksifikasi – Rehabilitasi – Rawatjalan/Rumatan. Apabila kondisi pasien memungkinkan, pasien penyalahgunaanNAPZA dapat langsung menjalani rawat jalan/rumatan (17).Pada fase gawat darurat NAPZA, hal yang umumnya dilakukan adalahpenanganan intoksikasi opioid, benzodiazepin dan amfetamin. Terkadang pasiendatang dengan gejala intoksikasi alkohol dan halusinogen. Pada fase ini33diberikan terapi suportif pada pasien hingga keadaanya stabil. Untuk intoksikasi

Page 4: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

NAPZA lain seperti dekstrometorfan, fase gawat darurat NAPZA bertujuanuntuk menangani kondisi akut termasuk gaduh gelisah.Pasien yang telah menunjukkan perbaikan setelah ditangani di unit gawatdarurat dapat dilanjutkan dengan parawatan rawat inap atau detoksifikasi untukkasus putus NAPZA atau berobat jalan untuk kondisi yang sudahmemungkinkan untuk pulang.Pada fase rawat jalan, terapi yang digunakan umumnya berfungsi untukpenanganan simptomatis. Pada fase detoksifikasi, terapi simptomatis dilakukandi rumah sakit rawat inap. Detoksifikasi bertujuan untuk menghilangkan gejalaputus zat. Lama fase ini berkisar 1-3 minggu tergantung jenis zat dan gejalapasien. Khusus untuk detoksifikasi heroin (opioida) selain simtomatis juga adayang mempunyai pengalaman tapering off dengan metadon dan buprenorfin.Pada kasus ini Os mendapatkan terapi kalxetin (fluoxetin) 10 mg 2x1cap. Kalxetin termasuk dalam antidepresan golongan SSRI. Pemberian SSRIakan meningkatkan kadar serotonin dalam otak sehingga dapat menurunkankecemasan dan kegelisahan Os. Selain itu penggunaan SSRI dapat mengurangigejala putus zat pada Os karena diduga dekstrometorfan memiliki efek sepertiSSRI di otak. Penghentian dekstrometorfan mendadak akan menimbulkan gejalaseperti mual, muntah, rasa tersengat listrik dan rasa sakit di otot yang serupadengan gejala putus zat SSRI.34Clozaril (clozapin) termasuk dalam golongan antipsikotik atipikal. Obatini diberikan karena pada penggunaan dekstrometorfan jangka panjang dapatmuncul gejala psikotik seperti halusinasi akustik dan visual.Pada fase rehabilitasi dilakukan penyesuaian perilaku pasien agar tidakkembali menggunakan NAPZA. Fase rehabilitasi diawali dengan programjangka pendek (1-3bulan) dengan fokus penanganan masalah medis, psikologisdan perubahan perilaku. Apabila program ini sukses, fase rehabilitasi dilanjutkandengan program jangka panjang (6 bulan-lebih) yang dilanjutkan denganaftercare dengan terapi berbasis komunitas (17).35

DAFTAR PUSTAKA1. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal,Jakarta: penerbit Erlangga.2. American Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental

Page 5: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

disorders DSM-IV-TR. New York: American Psychiatric Pub3. John W. Santrock, 1999. Psychology: Paperback, Student Edition ofTextbook. Philadelphia: Mc Graw Hill4. DEA, Drugs and Chemicals of Concern: Dextromethorphan. RetrievedMay 9, 2013, at http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/summary.htm5. Cigna, acetaminophen and dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013 athttp://www.cigna.com/individualandfamilies/health-and-well-being/hw/medications/acetaminophen-and-dextromethorphan-d03378a1.html6. Anonymous. Dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013. Athttp://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/dextro_m.htm7. Wrigley, H. 2006. Former Minot Man And Internet Chemical CompanySentenced For Selling Designer And Misbranded Drugs And ViolatingFederal Customs Laws. Dakota : US Attorney8. Erowld. DXM Effect. Retrieved May 9, 2013. Athttp://www.erowid.org/chemicals/dxm/dxm_effects.shtml9. Anonymous. DXM addiction, abuse and treatment. Retrieved May 9,2013. At http://www.drugabusehelp.com/drugs/dxm/10. Anonymous. DXM abuse and addiction. Retrieved may 9, 2013. Athttp://www.info-drug-rehab.com/dxm.html11. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos of a case ofvoluntary medicinal intoxication with dextromethorphan hydrobromide".Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447–451. PMID 5670018.3612. Dodds A, Revai E (1967). "Toxic psychosis due to dextromethorphan".Med J Aust 2: 231. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Aproposof a case of voluntary medicinal intoxication with dextromethorphanhydrobromide". Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447–451. PMID5670018.13. White E.W. DXM FAQ. Retreived may 9, 2013 at http://www.erowid.org/chemicals/dxm/faq/dxm_experience.shtml14. Sadock BJ, 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th ed..Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins15. Daives T dan Craig TKJ. 2009. ABC of Mental Health. Jakarta: EGC.16. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat PenggunaanZat Psikoaktif. Jakarta: EGC.17. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian KesehatanRepublik Indonesia, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik.Indonesia Nomor 420/Menkes/Sk/Iii/2010 Tentang Pedoman LayananTerapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

Page 6: Penyalahgunaan Zat Adalah Suatu Perilaku Mengonsumsi Atau Menggunakan Zat

NAPZA Berbasis Rumah Sakit.