PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN

download PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN

of 53

Transcript of PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN

PENYAKIT SALURAN PENCERNAANSistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar pencernaan adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna makanan. Ada banyak sekali penyakit yang dapat menyerang saluran pencernaan, baik dari sumber biologi seperti makanan yang mengandung virus atau bakteri atau mikroorganisme lain, sumber kimia seperti kelebihan dosis obat, maupun akibat mekanik seperti suhu dan lingkungan. Dari banyak penyakit saluran cerna, ada beberapa penyakit yang bisa kami promosikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengobati dan mencegah penyakit tersebut. 1. ANTITUKAK a. Pengertian Tukak Lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum esophagus bagian bawah dan stoma gastroenterostomi (setelah bedah lambung). Ada semacam lubang (erosi) pada beberapa bagian dari saluran cerna. Jenis yang paling umum adalah tukak duodenum, yaitu yang terjadi pada usus duodenum (usus 12 jari), kira-kira sekitar 12 inci setelah lambung. Tukak yang terjadi pada lambung itu sendiri disebut tukak gastrik atau tukak peptic (gastric ulcer).

b. Penyebab Penyebab langsung tukak lambung adalah adanya kerusakan pada mukosa lambung atau usus halus akibat adanya asam lambung, yang normalnya ada di dalam lambung pada proporsi tertentu. Selain itu, infeksi bakteri Helicobacter pylori juga berperan penting menyebabkan tukak lambung maupun duodenum. Bakteri ini mungkin ditularkan dari orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Pengobatan yang paling efektif adalah menggunakan antibiotika. Cedera pada permukaan mukosa lambung dan lemahnya pertahanan pada mukosa

1|Page

lambung juga berperan menyebabkan tukak lambung. Sekresi asam lambung yang berlebihan, faktor genetik, dan stress psikologis juga termasuk faktor yang menyebabkan terjadinya dan memberatnya tukak lambung. Sama seperti gastritis, penggunaan obat-obat seperti aspirin atau NSAID lainnya secara kronis juga menyebabkan tukak lambung.

c. Gejala Gejala utama tukak lambung adalah panas dan seperti digerogoti pada daerah lambung yang terjadi sekitar 30 min sampai 3 jam. Rasa nyerinya sering ditafsirkan spt rasa terbakar, salah cerna, atau lapar. Nyerinya umumnya terjadi di usus bagian atas, tetapi kadang dapat juga terjadi di bawah tulang dada. Pada beberapa individu, nyeri dapat terjadi segera setelah makan. Pada orang lain, nyeri mungkin tidak terjadi sampai beberapa jam setelah makan. Nyerinya kadang bisa membangunkan orang pada saat tidur malam. Gejala lainnya adalah kehilangan nafsu makan dan turun berat badan. Tapi penderita tukak duodenum mungkin malah akan naik berat badannya, karena ia akan lebih banyak makan untuk mengatasi gejala yang tidak enak di perut. Selain itu, penderita tukak peptik dapat pula mengalami muntah yang berulang, tinja berwarna kehitaman, atau darah pada tinja karena ada perdarahan di lambung, atau anemia karena kekurangan darah, dll.

d. Terapi Strategi terapi untuk tukak lambung meliputi terpi non-farmakologis dan farmakologis. Terapi non- farmakologi dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan NSAIDs dan obat-obat lain yang yang memiliki efek samping tukak lambung, menghindari stress yang berlebihan, menghindari makanan dan minuman yang dapat memperburuk gejala tukak lambung dan menjaga sanisitas,baik diri sendiri ataupun lingkungan .

2|Page

e. Tujuan Terapi Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, mencegah komlikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi) dan mencegah penyakit datang kembali atau kambuh.

f. Golongan Obat yang Dapat Digunakan 1. Antasid Obat ini umumnya berisi Al hidroksida dan Mg hidroksida, ada juga yang berisi CaCO3 yang bersifat basa, dengan tujuan menetralkan keasaman lambung. Obatnya ada yang berupa suspensi (cairan) dan ada yang berupa tablet kunyah. Untuk obat bentuk suspensi, jangan lupa kocok dahulu sebelum diminum supaya homogen. Untuk tablet kunyah, kunyah hingga halus sebelum ditelan agar efeknya lebih cepat. Sebaiknya tidak dipakai lebih dari 2 minggu, jika nyeri masih berlanjut, periksakan ke dokter. 2. Antagonis histamin H2 Golongan berikutnya adalah yang bekerja memblok reseptor histamin. Histamin adalah senyawa dari dalam tubuh yang bisa memicu sekresi asam lambung. Jika reseptornya diblokade, maka histamin tidak bisa bekerja, dan produksi asam lambung berkurang. Contoh obatnya adalah : simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin. 3. Penghambat pompa proton Obat ini bekerja pada pompa proton yang merupakan tempat keluarnya proton (ion H) yang akan membentuk asam lambung. Karena bekerja langsung di pompa proton, obat ini lebih poten daripada golongan antagonis H2, contohnya adalah: omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Obat-obat ini harus diperoleh dengan resep dokter. 4. Pelindung mukosa lambung dan duodenum Ada obat yang bekerja melapisi permukaan mukosa lambung, sehingga melindunginya dari asam lambung. Contoh obatnya adalah sukralfat.

3|Page

5. Analog prostaglandin Obat ini merupakan analog prostaglandin, suatu senyawa yang dibutuhkan untuk perlindungan mukosa lambung. Obat ini menyerupai prostaglandin sehingga meningkatkan pertahanan mukosa lambung. Contohnya

adalah: misoprostol.

2. ANTIPASMODIK a. Pengertian Antispasmodik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot polos. Termasuk dalam kelas ini adalah senyawa yang memiliki efek antikolinergik (lebih tepatnya antimuskarinik) dan antagonis reseptordopamin tertentu. Anti pasmodik diindikasikan pada gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan spasme otot polos untuk dismenore.

b. Golongan obat yang dapat digunakan1. Hyoscine

Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot. Obat ini biasa digunakan untuk pra pengobatan untuk mengosongkan secresi paru-paru. Obat ini juga digunakan untuk pengobatan tukak lambung.2. Clidinium

Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal. Chlordiazepoxide dapat menyebabkan kecanduan. Meskipun demikian, sewaktu mengkonsumsi chlordiazepoxide dan clidinium bromide, jangan minum dengan dosis besar atau minum lebih lama dari yang dokter resepkan. Toleransi mungkinterjadi karena pemakaian jangka panjang atau

4|Page

berlebihan yang membuat pengobatan kurag efektif. Obat ini harus dikonsumsi secara teratur agar pengobatannya efektif. Jangan lewatkan dosis walaupun anda pikir anda tak membutuhkannya. Jangan konsumsi kombinasi obat ini lebih dari 4 bulan atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi ke doakter anda terlebih dahlu. Penghentian obat yang mendadak akan memeperparah kondisi penyakit anda dan menimbulkan gejala withdrawal symptoms (anxiousness, sleeplessness, and irritability).3. Mebeverine

Obat ini digolongkan sebagai obat antispasmodic. Mebeverine digunakan untuk mengobati kram dan kejang pada perut dan usus. Mebeverine khususnya digunakan dalam pengobatan irritable bowel syndrome (IBS) dan konsisi sejenis. Di Indonesia Mebeverine hanya tersedia dalam bentuk tablet.4. Papaverine

Papaverine digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada pasien dengan masalah sirkulasi darah. Papaverine bekerja dengan merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah ke jantung dan seluruh tubuh. Papaverine adalah golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik. Sediaannya selain tunggal juga ada yang dikombinasi dengan obat Metamizole5. Timepidium

Timepidium diindikasikan untuk sakit akibat spasme/kejang otot halus yang disebabkan oleh gastritis (radang lambung), ulkus peptikum, pankreatitis, penyakit kandung empedu dan saluran empedu, lithangiuria. Di Indonesia ada dalam bentuk sediaan oral tablet dan injeksi.6. Pramiverine

Pramiverine diindikasikan untuk spasme/kejang dan kolik yang terasa sangat sakit pada saluran pencernaan, saluran empedu, dan saluran kemih, dismenore (nyeri perut pada saat haid), nyeri setelah operasi. Di Indonesia ada dalam bentuk sediaan oral tablet dan injeksi.

5|Page

7. Tiemonium

Tiemonium Methylsulfate adalah obat antispasmodic antikolinergik sintetis. Tiemonium mengurangi kejang otot pada usus, bilari, kandung kemih, dan uterus. Tiemonium diindikasikan untuk nyeri pada penyakit gastrointestinal dan biliary and seperty gastroenteritis, diare, disentri, biliary colic, enterocolitis, cholecystitis, colonopathies.

3. ANTIDIARE a. Pengertian Diare adalah peristiwa buang-buang air seringkali sehari dengan banyak cairan dan merupakan gejala-gejala tertentu dari penyakit atau

gangguan-gangguan lainnya. Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit disamping sebab lain seperti racun, alergi,dan dispepsi (Djamhuri, 1992). Didalam lambung makanan dicerna menjadi bubur kemudian diteruskan ke dalam usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi sisa bubur tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan sukar dicernakan, dilanjutkan ke usus besar. Bakteri-bakteri yang

biasanya selalu ada mencernakan lagi sisa-sisa tersebut. Sehingga besar daripada sisa-sisa tersebut dapat diserap lagi selama perjalanan melalui usus besar. (Tan & Rahardja, 1991). Dalam keadaan normal defekasi ditimbulkan oleh pergerakan feses ke dalam rektum desenden, ke medula spinalis dan kemudian kembali ke kolom

sigmoid, rectum dan anus untuk menguatkan refleks defekasi

intrinsik pleksus mienterikus. Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Diare osmotik terjadi bila cairan usus tertahan karena zat-zat dalam usus tersebut kurang terabsorpsi. Hal ini disebabkan oleh malabsorpsi, ini menyebabkan

6|Page

intoleransi laktosa, ion-ion divalent, misalnya antasida atau karbohidrat yang sukar diabsorpsi. Diare osmotik terjadi karena adanya kumulasi bahan yang sukar dan yang tidak dapat diserap usus yang tekanan osmotik dalam lumen usus menyebabkan peningkatan

sehingga absorpsi air menjadi

berkurang bahkan cenderung menarik air dari plasma ke usus yang diikuti pula oleh natrium dan klorida. Diare ini biasanya akan sembuh apabila pasien tersebut berpuasa (Koiman, 1989). Diare sekretori disebabkan oleh pembentukan sekresi gastrointestinal bertambah yang dipengaruhi oleh peningkan sekresi air dan elektrolit dari mukosa usus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik dan tekanan jaringan atau akibat rangsangan tertentu, misalnya kolera toksin dari E.coli yang dapat menyebabkan sekresi sekret gastrointestinal berlebih bakteri, dan

tersebut adalah lemak makanan yang tidak terabsorpsi, toksin

garam empedu berlebih. Puasa tidak dapat menghentikan diare ini (Koiman, 1989).

b. Penyebab dan Gejala

Diare ditandai dengan seringnya pengeluaran tinja cair dan tak terbentuk sering disertai kejang atau nyeri perut. Diare akut biasanya dapat berhenti dengan sendirinya dan berlangsung tidak lebih dari 1 sampai 3 hari. Diare ini dapat disebabkan infeksi virus atau bakteri atau makanan rusak yang mengandung Salmonella atau bakteri lain. Sering kali diare terjadi ketika pasien sedang diobati dengan antibiotika, yang juga akan membunuh bakteri usus normal yang bermanfaat disamping membunuh infeksi itu sendiri. Pada diare yang dialami orang yang sedang dalam perjalanan, kesetimbangan bakteri usus normal akan diubah oleh makanan dan minuman yang mengandung mikroorganisme asing (Harkness, 1984). Gejala diare biasanya disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, rasa tidak enak di perut, mules, haus, demam dan lemas karena dehidrasi (Adnyana, 2008).

7|Page

Diare akut umumnya berkaitan dengan bakteri, virus atau infeksi oleh parasit. Diare kronis umumnya berkaitan gangguan fungsi misalnya terjadi iritasi atau pembengkakan di usus besar. Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain: Infeksi Bakteri Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau

minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, and Escherichia coli (E. coli). infeksi virus Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus Norwalk virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis. intoleransi makanan Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan seperti pemanis buatan dan laktosa. Parasit Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam sistem pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidium. reaksi atau efek samping pengobatan Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare. gangguan intestinal kelainan fungsi usus besar

c. Pengobatan Diare 1. Rehidrasi Oral Rehidrasi oral penting sekali pada tindakan awal guna mencegah atau mengatasi keadaan dehidrasi dan kekurangan garam, terutama pada anakanak kecil. Untuk tujuan ini, WHO telah menganjurkan Oralit, yaitu suatu larutan dari NaCl 3,5 g; KCl 1,5 g; Na-bikarbonat 2,5 g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air masak. Dalam keadaan darurat ternyata juga efektif larutan

8|Page

garam dapur (NaCl) 2 g, dengan gula putih 20 g dalam 1 liter air masak, atau campuran air teh dengan susu sapi (1:1). Pada anak- anak, larutan-larutan tersebut sebaiknya diberikan sesendok demi sesendok teh, guna mencegah mual dan muntah-muntah dengan jumlah lebih kurang 20 mL/kg bobot badan sejamnya selama 3 jam pertama, kemudian separuhnya sejam hingga total 200 mL/kg sehari. Air susu ibu biasanya tidak memperburuk diare dan dapat diberikan bersama larutan Oralit. Rehidrasi sempurna baru dicapai bila pasien mulai berkemih normal lagi. Jika pasien sudah terlalu banyak kehilangan air dan elektrolit yang terlihat dari penurunan bobot lebih dari 8-10%, maka Oralit harus diberikan secara parenteral (infus) (Tan & Rahardja, 1991).

2. Tindakan-tindakan Umum Guna menghindari terbukanya luka-luka usus dan perdarahan, maka sebaiknya pasien diare harus beristirahat lengkap (bedrest). Perlu juga dilakukan diet berupa bahan makanan yang tidak merangsang dan mudah dicernakan. Suatu diet baik adalah sebagai berikut: pada hari pertama bubur encer dengan 3 tetes kecap dengan minuman air teh agak pekat, pada hari ke-2 sampai hari ke-5 nasi tim dengan kaldu ayam, sayur yang dihaluskan, garam dan 3 tetes kecap. Menurut laporan, diet ini dapat mempercepat

sembuhnya diare (Tan & Rahardja, 1991).

3. Obat-obat Diare viral dan akibat enterotoksin pada dasarnya akan sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Maka pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya seperti asam samak, alumunium hidroksida, dan karbo adsorbens (arang halus). Zat-zat yang menekan peristaltik sebenarnya tidak baik, karena pada waktu diare pergerakan usus ternyata sudah banyak

berkurang, dan virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat mungkin dari 9|Page

usus. Dari zat-zat ini mungkin loperamid adalah pengecualian, daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa. Antibiotika pada jenis-jenis diare ini tidak berguna, karena tidak

mempercepat sembuhnya penyakit (Tan & Rahardja, 1991).

Hanya pada infeksi dengan bakteri-bakteri invasif perlu diberikan suatu kemoterapeutik yang sebaiknya bersifat mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti amoksisilin dan tetrasiklin, sulfa-usus, kliokinol dan

furazolidon. Obat-obat ini seharusnya tidak diberikan lebih dari 7-10 hari, kecuali jika setelah sembuh mencretnya si pasien masih tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja. Pembawa basil semikian perlu diobati terus hingga

tinjanya bebas kuman pada dua penelitian berturut-turut, terlebih jika ia bekerja di rumah makan, industri bahan makanan atau sebagai tukang daging (Tan & Rahardja, 1991).

Penggolongan obat anti-diare A. Kemoterapeutika Walaupun pada umumnya obat antibiotik tidak digunakan pada diare, ada beberapa pada diare pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan

yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa.

Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika

(tetrasiklin, kloramfenikol, amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Schanack et. al., 1980).

B. Zat penekan peristaltik usus Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona). 10 | P a g e

C. Adsorbensia Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, mucilago, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan

dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Loperamida Pemberian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225o C disertai peruraian. Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan kloroform. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995) Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan

mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh

ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik. Efek dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan samping yang sering efek

toleransi terhadap

konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh 11 | P a g e

penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14 jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan euphoria seperti morfin dan kelarutannya rendah. Golongan dari Antidiare adalah sebagai berikut: Zat Aktif No 1. Golongan Oralit (Nama Generic) Oralit Kode ICOPIM Brand Name Alphatrolit Aqualyte 2. Adsorben dan Obat Pembunuh Massa Attapulgit Karbo Absorben 3. Antimotilitas Codein Co-Fenotrop Loperamid Hidroklorida 4. Pengobatan Diare Kronis Kolesteramin Hidrokortison d. Pencegahan dan Pengobatan Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi keparahan penyakit bila balita sedang menderita diare. Hal yang dapat dilakukan keluarga agar terhindar dari diare menurut Sunoto (1990) adalah sebagai berikut: Questran 6-200 Morfin Sulfasalazin 6-501 6-105 6-502 7-352 7-351 Kaolin, ringan Bioralit Neo Diaform Neo Kaolana Neo Entrostop Neo Koniform Tapulrae Karbo Absorben Norit Lomotil Imomed Lodia Lomodium Sulcolon

12 | P a g e

a.

Pemberian ASI ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain

komposisinya tepat, murah dan juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Oleh karena itu sampai usia 6 bulan bayi dianjurkan hanya untuk minum ASI saja tanpa tambahan makanan lain kecuali kalau sudah lebih dari 6 bulan dengan tambahan bubur. ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. b. Memperbaiki makanan sapihan Penyapihan adalah proses seorang anak secara bertahap mulai dibiasakan dengan susunan makanan orang dewasa. Susu, terutama ASI tetap merupakan bagian penting dalam susunan makanannya khususnya sampai usia 2 tahun. ASI eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 tahun setelah itu cara bertahap dikenalkan makanan tambahan yang lunak. Pada umur 1 tahun semua jenis makanan yang mudah disiapkan dapat diberikan sebanyak 4-6 kali sehari. Makanan dimasak dan direbus dengan baik, disimpan di tempat dingin dan dihangatkan sebelum diberikan. c. Banyak menggunakan air bersih Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena dibeberapa daerah banyak yang mengalami krisis air bersih. Namun penyediaan air bersih yang memadai penting untuk secara efektif membersihkan tempat dan peralatan

13 | P a g e

memasak serta makanan, demikian pula untuk mencuci tangan. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi tertelannya bakteri patogen pada balita. Kita juga harus membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan mencuci tangan dan sabun ketika mau makan atau setelah memegang benda yang kotor. Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat yang digunakan dan lainnya harus bersih untuk mencegah terjadinya diare. d. Mencuci tangan Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Keluarga dan setiap individu harus paham fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun. Cuci tangan dengan bersih dilakukan setelah membersihkan anak yang buang air besar, membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan juga perlu dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan kepada anak. Anak juga secara bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan. e. Penggunaan jamban Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang tertinggal (menempel) di sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan menyikat jamban. (Sutomo, 1995).Sedangkan karakteristik jamban yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak

memungkinkan lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).

14 | P a g e

f.

Cara yang benar membuang tinja bayi Tinja harus dibungkus dengan kertas atau daun kemudian dibuang dengan

cepat ke dalam jamban atau lubang di tanah. Apabila tinja terpaksa dibuang di udara terbuka, maka dibuang di tempat yang terkena sinar matahari, karena sinar matahari dapat membunuh bakteri dan kuman-kuman dalam tinja tersebut. Setelah buang air besar balita segera dibersihkan kemudian tangan keluarga yang membuang tinja dan tangan balita dicuci dengan sabun sampai bersih. g. Imunisasi campak Pemberian imunisasi campak berkorelasi terhadap kejadian diare. Hal ini dilakukan pada balita yang sedang menderita campak dan selama dua atau tiga bulan setelah penyakit campak menunjukkan kasus diare dengan angka lebih tinggi dan lebih parah daripada balita yang sama tanpa campak. Oleh karena itu balita diusahakan untuk mendapatkan imunisasi campak segera setelah berumur sembilan bulan.

4. PENCAHAR a. Pengertian Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan pelintasan dan pengeluaran tinja dari kolon dan rektum. Zat-zat ini mempengaruhi atau merangsang susunan syaraf otonom parasimpatis untuk melakukan gerak peristaltaltik di usus dan mendorong isinya keluar. Obat pencahar biasanya diminum oleh mereka yang mengalami sembelit (konstipasi) dimana defekasi terhenti atau berlangsung tidak lancar atau tidak teratur. Pencahar umumnya harus dihindari, kecuali bila ketegangan akan memperparah suatu kondisi (seperti pada angina) atau (seperti pada hemoroid). Pencahar juga bermanfaat pada konstipasi kerena obat, untuk meningkatkan resiko pendarahan rektal

15 | P a g e

pengeluaran parasit setelah pemberian antelmenti, serta untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur radiologi. Penyelahgunaan pencahar dapat menyebabkan hipokalemia dan atonia kolon sehingga tidak berfungsi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sembelit (konstipasi) antara lain: Kurang Minum Kurang makan makanan yang mengandung serat Ketegangan saraf dan emosi (stress) Efek samping dari obat-obatan Selain untuk menyembuhkan sembelit, obat pencahar juga biasa digunakan untuk membantu penyembuhan keracunan obat atau makanan yang akut, penderita yang akan menjalani dengan sinar rontgen pada saluran usus, ginjal, kandung kemih dll, sebelum dan sesudah minum obat cacing. Namun demikian penggunaan obat pencahar harus sesuai kebutuhan, sebab penggunaan obat pencahar yang terlalu sering dapat mengakibatkan beberapa efek yang tidak diingikan, yaitu Absorpsi zat yang diperlukan tubuh pada usus dapat terganggu Sintesa vitamin dalam usus juga bisa terganggu Garam-garam natrium dan kalium tidak diserap dalam usus sehingga

dapat menyebabkan kelemahan otot.

Penggolongan obat pencahar Obat pencahar dapat digolongkan berdasarkan beberapa kategori, antara lain. Penggolongan obat pencahar berdasarkan waktu kerja, obat pencahar dibagi menjadi laksansia - katartika - purgativa - drastika. Penggolongan obat pencahar berdasarkan mekanisme kerjanya atau sifat kimiawi senyawa obatnya: Obat atau zat perangsang dinding usus, yaitu zat-zat yang langsung merangsang saluran usus sehingga mempertinggi peristaltiknya. dibagi menjadi obat yang merangsang usus besar (dioksiantrakinon, bisakodil, fenolfthalein, diasatinum, glukosida antrakinon. Obat yang merangsang usus kecil ( oleum ricini, kalomel)

16 | P a g e

Obat yang memperbesar isi usus, dibagi menjadi tiga golongan yaitu obat yang menaham osmosis isi dalam usus (natrium sulfat, Natrium fosfat, magnesium sitrat, magnesium sulfat/garam inggris, gliserol), obat yang dapat mengembang dalam usus (agar-agar, CMC, Tylose), Zat yang tidak dapat dicerna contohnya buah yang banyak mengandung serat, karena serat susah untuk dicerna maka akan merangsang peristaltik usus besar. Zat pelicin, contohnya paraffin liquidum, suppositoria dengan gliserin dan lain-lain. Zat Aktif No 1. Golongan Pencahar Pembentuk 2. Massa Pencahar Stimulan Dantron Natrium Dokusat Glyserin 7-319 Bisakodil 7-319 (Nama Generic) Ishaghula Sekam Kode ICOPIM 7-331 Brand Name Metamucil Mucofalk Mulax Dulcolax Laxamex Melaxan Laxatab Glyserin Cap Gajah Natrium 3. 4. Pelunak Tinja Pencahar Osmotik Pikosulfat Parafin Liquidum Laktulosa Magnesium Sulfat 7-321 7-339 7-330 Proconsti Triolax Laxoberon Laxadin Duphalac Garam Inggris Cap Gajah

17 | P a g e

5. ANTIHEMOROID a. Pengertian Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid internal (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi karena peregangan berulang selama buang air besar, dan sembelit (kesulitan buang air besar, konstipasi) bisa membuat peregangannya bertambah buruk. Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir. b. Tanda dan gejala Gejala dan tanda dapat berupa nyeri di daerah anus yang hebat, adanya BAB darah dan atau hanya teraba benjolan di anusnya. Pada umumnya, wasir mudah dikenali terutama jika penderita menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: Gatal dan nyeri di permukaan dubur. Keluarnya lendir atau darah bersama kotoran. Tetesan darah segar dari dubur. Benjolan lunak di permukaan dubur. Pada kasus yang berat, timbul benjolan besar disertai rasa nyeri hingga perderita sulit duduk. Kendati tanda-tanda wasir mudah dikenali, tidak semua penderita wasir menunjukkan adanya keluhan. c. Faktor Pencetus Pada dasarnya wasir ditimbulkan oleh tekanan rongga perut (abdomen) berkepanjangan yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah balik (vena) dan

18 | P a g e

pembengkakan jaringan di dinding dubur. Kondisi ini biasanya dialami oleh orang yang sering mengejan, wanita hamil dan pekerja berat (angkat-angkat berat). Beberapa faktor pencetus timbulnya wasir, diantaranya: Sembelit (konstipasi). Kotoran yang keras menyebabkan seseorang sering mengejan saat buang air besar. Kondisi ini lambat laun dapat memicu timbulnya wasir. Wanita hamil. Dalam keadaan hamil, tekanan rongga perut meningkat lantaran ada janin dalam kandungan. Tak jarang diikuti konstipasi, yang berpotensi menderita wasir. Kondisi yang sama dapt dialami oleh wanita pasca melahirkan karena mengejan. Kegemukan, proses penuaan, diare berkepanjangan dan anal seks adalah faktor-faktor lain yang dapat memicu timbulnya wasir. d. Pengobatan Hemoroid/Wasir Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila

menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin 3-6 kali pengobatan.

19 | P a g e

Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi). Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal. Golongan obat dari Antihemoroid adalah sebagai berikut: 1. Sediaan Pelembut Bismut Bismut adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Bi dan nomor atom 83. Logam dengan kristal trivalen ini memiliki sifat kimia mirip dengan arsen dan antimoni. Dari semua jenis logam, unsur ini paling bersifat diamagnetik dan merupakan unsur kedua setelah raksa yang memiliki konduktivitas termal terendah. Senyawa bismut bebas timbal sering digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam bidang medis. Unsur ini merupakan kristal putih, logam yang rapuh dengan campuran sedikit bewarna merah jambu. Ia muncul di alam tersendiri. Ia memiliki resitansi listrik yang tinggi dan memiliki efek Hall yang tertinggi di antara logam (kenaikan yang paling tajam untuk resistansi listrik jika diletakkan di medan magnet). Bismut adalah magnet permanen yang terbuat dari MnBi dan diproduksi oleh US Naval Surface Weapons Center. Bismut mengembang 3.22% jika dipadatkan. Sifat ini membuat campuran logam bismut cocok untuk membuat cetakan tajam barang-barang yang dapat rusak karena suhu tinggi. Dengan logam lainnya seperti seng, kadmium, dsb. bismut membentuk campuran logam yang mudah cair yang banyak digunakan untuk peralatan keselamatan dalam deteksi dan sistim penanggulangan kebakaran. Bismut digunakan dalam memproduksi besi yang mudah dibentuk. Logam ini juga digunakan sebagai bahan thermocouple, dan memiliki aplikasi sebagai pembawa bahan bakar U235 dan U233 dalam reaktor nuklir. Garamnya yang mudah larut membentuk garam basa

20 | P a g e

yang tidak terlarut jika ditambah air, suatu sifat yang kadang-kadang digunakan dalam deteksi. Bismut oksiklorida banyak digunakan di kosmetik. Bismut subnitrat dan subkarbonat diguanakan di bidang kedokteran. 2. Sediaan Kombinasi dengan Kortikosteroid Kortikosteroid Kortikosterioid adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi tubuh. Kelompok obat ini memiliki aktifitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam meliputi efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid, efek terhadap keseimbangan air dan elektrolit dan efek terhadap pemeliharaan fungsi berbagai system dalam tubuh.(1) Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun secara umum efeknya dibedakan atas efek resistensi Na, efek terhadap metabolisme karbohidrat (glukoneogenesis) dan efek antiinflamasinya. Umumnya efek antiinflamasi sejalan dengan efek terhadap metabolisme karbohidrat sehingga pengelompokan kortikosteroid didasarkan atas potensi untuk menimbulkan retensi Na (efek mineralokortikoid) dan efek antiinflamasi (efek glukokortikoid). Khasiat(1)

retensi

Na

diperlihatkan dan

kuat

oleh

mineralokortikoid,

sedangkan

khasiat

antiinflamasi

glukoneogenesis

merupakan ciri glukokortikoid.

Penggunaan kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada, hanya gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini banyak digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan, karena gejala inflamasi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan

21 | P a g e

glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar penyakit nampaknya sudah sembuh tetapi infeksi di dalam masih terus menjalar. Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang kedokteran dan farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional. KORTIKOSTEROID TOPIKAL Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lemak, meningkatnya reabsorbsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi. Kortikosteroid topikal dipakai khusus untuk mengobati penyakit radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit dermatitis atau eksim. Kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula mungkin akan timbul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan simtom atau penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain yang kurang berbahaya tidak efektif. Seperti telah diceritakan di pendahuluan bahwa kortikosteroid umumnya dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu : a. Glukokortikoid Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek antiinflamasinya juga nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air

22 | P a g e

dan elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol. Kortisol adalah glukokortikoid yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal yang membantu memelihara homeostasis dengan mengatur banyak enzim di seluruh tubuh. Selama periode stres, kortisol memainkan peran penting dalam meningkatkan kadar glukosa darah dan meningkatkan tekanan darah. Secara klinis kortisol dan derivatnya sering digunakan untuk sifat imunosupresannya. Obat ini juga penting untuk pasien dengan defisiensi adrenal. Khasiat glukokortikoid yang lain adalah sebagai anti radang setempat dan antiproliferatif melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel lesi dan berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas sel tersebut mengalami perubahan. Sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapat membentuk dan menggantikan sel yang telah tidak berfungsi, menghambat mitosis (antiproliferatif), bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan sering dipakai. Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu : 1. Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang cukup memadai. 2. Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya dapat dikatakan aman. 3. Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik. 4. Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel, losio, salep berlemak (fatty ointment). b. Mineralokortikoid Golongan mineralokortikoid efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip pada golongan ini ialah desoksikortikosteron. Umumnya golongan mineralokortikoid tidak mempunyai khasiat antiinflamasi yang berarti kecuali 9 alfa-fluorokortisol, meskipun demikian sediaan ini tidak pernah

23 | P a g e

digunakan sebagai obat antiinflamasi karena efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar. Aldosteron adalah mineralokortikoid yang utama, zat ini menahan natrium (dan kemudian air) dalam darah. Zat ini dirangsang dalam jalur renin-angiotensin. Khasiat yang diharapkan pada pemakaian kortikosteroid topikal sendiri adalah sebagai antiinflamasi, imunosupresif dan antiproliferatif atau anti mitosis. Mekanisme kerja dari kortikosteroid topikal ini antara lain :

Vasokonstriksi pembuluh darah dermis bagian atas sehingga mengurangi eritem pada berbagai dermatosis.

Antiinflamasi akibat rangsangan mekanis, kimia, radiasi, reaksi imunologi dan infeksi pada kulit.

Antiproliferatif pada lapisan basal, kapiler dan fibroblast Tahapan absorbsi perkutan kortikosteroid topikal meliputi difusi melalui

stratum korneum, epidermis, dermis, kapiler dan kelenjar lemak subkutis serta terjadinya pembentukan depo. Tahapan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

Kondisi kulit (variabel biologi dan variabel eksentrik). Karakteristik fisikokimia kortikosteroid (modifikasi molekul, konsentrasi, durasi, aplikasi, ukuran, dan bentuk molekul partikel).

Efek vehikulum (viskositas, pH, penguapan, bahan pemacu penetrasi). Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan

penetrasi.

Potensi

kortikosteroid

ditentukan

berdasarkan

kemampuan

menyebabkan vasokonstriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan dengan struktur kimiawi. Kortison misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihydrokortison, sedangkan di kulit tidak terjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal pada konsentrasi 1%.

24 | P a g e

Begitu beragamnya kortikosteroid topikal yang ada, maka dilakukan penggolongan potensinya mulai dari sangat kuat atau sangat poten

konsentrasinya, vehikulum serta penetrasi dapat mempengaruhi efektifitas klinis suatu kortikosteroid topikal. PEMILIHAN JENIS KORTIKOSTEROID Dipilih kortikosteroid yang sesuai, aman, efek samping minimal dan harganya murah. Di samping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas atau tidaknya lesi, dalam atau dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita. Pembagian kortikosteroid topikal menurut Cornell dan Stoughton menjadi tujuh golongan, berdasarkan potensi antiinflamasi dimana efektifitas ini dinilai berdasarkan kemampuan vasokonstriksi untuk menimbulkan blanching pada kulit. I Super poten Betamethasone dipropionate 0,05% Diflurasone diacetate 0,05% Clobetasol propionate 0,05% Halobetasol propionate 0,05% II Potensi tinggi Amcionide 0,1% Betamethasone dipropionate 0,05% Mometasone fuorate 0,01% Diflurasone diacetate 0,05%

25 | P a g e

Halcinonide 0,01% Fluocinonide 0,05% Desoximetasone 0,05% dan 0,25% III Potensi tinggi Triamcinolone acetonide 0,1% Fluticasone propionate 0,005% Amcinonide 0,1% Betamethasone dipropionate 0,05% Diflurasone diacetate 0,05% Fluocinonide 0,05% Desoximetasone 0,05% Betamethasone valerate 0,01% IV Potensi medium Triamcinolone acetonide 0,1% Flurandrenolide 0,05% Mometasone furoate 0,1% Fluacinolone acetonide 0,025% Hydrocortisone valerate 0,2% V Potensi medium Flurandrenolide 0,05% Fluticasone propionate 0,05% Prednicarbate 0,1%

26 | P a g e

Betamethasone dipropionate 0,05% Triamcinolone acetonide 0,1% Hydrocortisone butyrate 0,1% Fluocinolone acetonide 0,025% Desonide 0,05% Betamethasone valerate 0,1% Hydrocortisone valerate 0,2% VI Potensi medium Aclometasone 0,05% Triamcinolone acetonide 0,1% Hydrocortisone butyrate 0,1% Fluocinolone acetonide 0,01% Desonide 0,05% Betamethasone valerate 0,1% VII Potensi lemah Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason, glumetalon, prednisolon, dan metilprednisolon

Sediaan kortikosteroid dapat juga dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa kerjanya. Sediaan masa kerja singkat mempunyai waktu paruh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja lama mempunyai waktu paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai waktu paruh antara 12-36 jam. a. Kerja singkat : Kortisol atau hidrokortison Kortison 27 | P a g e

Kortikosteron Fludrokortison b. Kerja sedang : 6-alfa-metilprednisolon Prednison Prednisolon Triamsinolon c. Kerja lama : Parametason Betametason Deksametason Kortikosteroid potensi lemah biasanya lebih aman untuk pemakaian lama, untuk daerah muka dan intertriginous, bayi dan anak-anak, dan bila sangat diperlukan dapat diberikan dengan bebat oklusi. Kortikosteroid dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat bahwa kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid ialah : psoriasis, dermatitis atopik dan kontak, dermatitis seboroik, dermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis

intertriginosa dan dermatitis solaris (fotodermatitis). Sedangkan dermatosis yang kurang responsif terhadap kortikosteroid ialah : lupus eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema fikstum.

28 | P a g e

Kortikosteroid dengan potensi sangat kuat atau kuat sebaiknya diberikan untuk :

Pengganti kortikosteroid sistemik Lesi kronik dan menebal (likenifikasi) Waktu singkat, area lesi tidak luas Tidak boleh dengan bebat oklusi

Pilihan formulasi :

Krim larut air :lesi lembab atau eksudatif Salep :Lesi kering, likenifikasi/bersisik atau efek oklusif bila perlu Lotion : Aplikasi minimal untuk daerah luas atau luka eksudatif Penambahan urea atau asam salisilat : meningkatkan penetrasi kortikosteroid

Perban ekslusif polythene : memperbesar absorbsi untuk daerah kulit yang sangat tebal (telapak tangan dan kaki), jangka waktu pendek dan dengan pengawasan. Berikut ini adalah besar kemasan sediaan kortikosteroid yang tepat untuk

peresepan bagi daerah tubuh tertentu :

Wajah dan leher Tangan Kulit kepala Lengan Kaki Badan

: 15-30 g : 15-30 g : 15-30 g : 30-60 g : 100 g : 100 g

Sela paha dan kelamin : 15-30 g

INDIKASI KORTIKOSTEROID 1. Potensi rendah-medium :

29 | P a g e

- Gigitan serangga - Disidrosis - Diskoid lupus eritematosus Luka baker

- Dermatitis atopik atau kontak Intertrigo

- Pruritus anogenital atau senilis - Xerosis pada fase inflamasi Liken planus

- Eksema - Otitis eksterna (alergi) 2. Potensi medium-kuat : - Dermatitis eksfoliatif atau numular Liken planus

- Psoriasis

- Granuloma anulare - Alopesia areata Liken straitus

- Keloid - Nekrobiasis lipoidika diabetikum Lupus eritematosus

- Pemfigus - Pemfigoid - Sarkoidosis

- Ptiriasis rosea

APLIKASI KLINIS 1. Cara aplikasi Pada umunya dianjurkan pemakaian salep 2-3x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya

30 | P a g e

akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan. Efektifitas klinik kortikosteroid topikal selain tergantung pada jenis kortikosteroid yang dipakai, juga tergantung pada konsentrasi dan kemampuan penetrasi ke dalam epidermis. Konsentrasi ini dapat mempengaruhi efektifitas klinik hanya dalam batas tertentu. Sering peningkatan konsentrasi tidak sebanding dengan peningkatan efektifitas misalnya losio Hidrokortison 1% ditingkatkan menjadi 25% ternyata peningkatan konsentrasi 10 kali hanya menyebabkan peningkatan absorbsi sebanyak 4 kali. PRINSIP PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID Berikut ini beberapa prinsip yang harus dipegang : 1. Gunakan dosis efektif terkecil, terutama bila diperlukan untuk jangka panjang 2. Penggunaan lebih singkat lebih aman 3. Kalau mungkin berikan pengobatan berselang (alternating); pemberian demikian dapat dipertahankan bertahun-tahun 4. Dosis tinggi tidak boleh lebih dari 1 bulan 5. Penurunan dosis secara bertahap dalam beberapa minggu atau bulan tergantung besarnya dosis dan lamanya terapi 6. Hindarkan penggunaan injeksi 7. dalam keadaan stres dosis dapat dinaikkan 2-3 kali lipat 8. Hati-hati pada pasien usia lanjut, gizi buruk, anak-anak, diabetes 9. kurangi asupan garam. KONTRAINDIKASI

Infeksi sistemik, kecuali bila diberika antibiotika sistemik; hindari vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis imunosupresive.

31 | P a g e

Penderita hipersensitif terhadap kortikosteroid dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi.

Rosasea, jerawat dan dermatitis perioral. Infeksi pada kulit karena virus (misalnya herpes simpleks, cacar air).

Dermatosis pada anak-anak dibawah satu tahun termasuk dermatitis dan ruam popok.

EFEK SAMPING Efek-efek yang merugikan seringkali muncul oleh karena penggunaan yang kurang tepat. Kemungkinan efek samping yang ditimbulkan tergantung pada : 1. Jenis kortikosteroid dan vehikulum 2. Cara penggunaannya : frekuensi, lama dan pemakaian dengan oklusi 3. Keadaan dan luasnya lesi 4. Faktor-faktor penderita : usia, lokasi lesi Efek samping terjadi bila : 1. Penggunaan kortikosteroid yang lama dan berlebihan 2. Penggunaan kortikosteroid dengan potensi kuat atau sangat kuat atau pengguanaan secara oklusif Harus diingat bahwa makin tinggi potensi kortikosteroid makin cepat terjadinya efek samping. Gejala efek samping : 1. Efek samping lokal :o

Atrofi

Kerusakan kulit akibat kortikosteroid topikal disebabkan oleh khasiat anti mitosis yang kuat, dan akibat terbentuknya reservoir pada dermis dan epidermis karena penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan penurunan sintesis kolagen, 32 | P a g e

perubahan jaringan ikat dan jaringan penyangga pembuluh darah menyebabkan atrofi dermis, telengiektasis, purpura, striae, hambatan penyembuhan luka, papula, pustula dan peningkatan penetrasi kortikosteroid sehingga menambah kerusakan kulit.

Dermatitis perioral

Dermatitis perioral merupakan papul eksematosa dengan skuama sekitar bibir yang gatal dan panas, terutama akibat pemakaian kortikosteroid potensi kuat. Superinfeksi dengan candida albicans akan mempererat penyakitnya.

Patogenesisnya sampai sekarang belum diketahui pasti.

Rosasea

Berupa lesi eritematosa dimuka yang menetap disertai dengan telangiektasis, papul dan pustula akibat pemakaian kortikosteroid kuat topikal untuk waktu yang lama. Penetrasi dari pemakaian kortikosteroid topikal pada daerah muka atau kepala akan meningkatkan akibat adanya folikel kelenjar sebasea sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping.

Infeksi

Pemakaian kortikosteroid topikal memudahkan timbulnya infeksi bakteri, jamur dan virus karena turunnya mekanisme pertahanan tubuh setempat, dan bila sudah ada infeksi jamur sebelumnya, pemberian kortikosteroid topikal menyebabkan gambaran klinis tidak jelas sehingga menyukarkan diagnosis disebut Tinea Inkognito. Pemakaian sediaan kombinasi kortikosteroid dan antibiotik sebaiknya hanya digunakan dalam jumlah sedikit dan waktu singkat.

Gangguan penyembuhan luka

Pemakaian kortikosteroid topikal dapat menghambat penyembuhan luka yang sudah ada karena khasiat antiinflamasinya melalui efek vasokonstriksi pembuluh

33 | P a g e

darah kecil yang menghambat ekstravasasi leukosit dan eksudasi plasma, menurunkan jumlah leukosit di tempat radang, penurunan reaktivitas jaringan ikat dan terjadi hambatan pada pembentukan fibroblas dan granulasi.

Hipertrikhosis

Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang terutama yang berpotensi kuat merangsang pertumbuhan rambut setempat sehingga terbentuk hipertrikosis lokalisata. Keadaan ini karena efek androgenik dari kortikosteroid juga terjadi pada pemakaian topikal hormon androgen.

Takifilaksis

Fenomena dimana penggunaan kortikosteroid topikal secara terus menerus menimbulkan toleransi akut dengan berkurangnya kemajuran atau khasiat sediaan tersebut, sehingga untuk menghindari terjadinya takifilaksis dan mendapatkan hasil pengobatan optimal, pada pemakaian kortikosteroid potensi kuat jangka panjang sesudah lima hari pemakaian harus diselingi dengan golongan kortikosteroid yang lebih lemah selama beberapa hari.

Glaukoma

Pemakaian kortikosteroid topikal pada mata lebih dari tiga minggu dapat menyebabkan kenaikan tekanan intra okuler akibat adanya timbunan

mukopolisakarida di sudut kamera okuli anterior yang menghalangi jalan keluar aqueus humour.

Katarak

Pemakaian topikal pada mata jangka panjang dapat menimbulkan katarak di kapsul posterior lensa. Mekanisme timbulnya yang pasti belum diketahui, diduga akibat perubahan biokimia aqueus humour karena pengaruh kortikosteroid.

34 | P a g e

Striae atrofise Telangiektasis Purpura Dermatosis akneiformis Hipopigmentasi Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

1. Efek samping sistemik Efek samping sistemik dapat timbul, jika kortikosteroid topikal diabsorbsi secara sistemik atau diabsorbsi dalam jumlah mencukupi ke dalam sirkulasi. Dampak secara sistemik ini dapat terjadi pada semua penggunaan kortikosteroid topikal. Faktor resiko untuk terjadinya efek sistemik meliputi : - Kortikosteroid topikal potensi kuat jangka panjang. - Oasis besar karena dioleskan pada daerah luas - Bahan pemabawa bentuk salep sehingga penetrasi lebih besar - Bebat oklusi (polyethylene occlusive dressing) - Pada lipatan paha, ketiak, kelopak mata dan kulit kepala - Pada orang tua, bayi Salah satu efek yang sangat mengkhawatirkan adalah penekanan sumbu Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA), yang mengakibatkan tidak disekresinya aderenokortikosteroid endogen, sehingga terjadi insufisiensi adrenal, dimana parameter yang tampak adalah penurunan kadar kortisol plasma. Selain penekanan HPA axis, dapat pula terjadi hipertensi, hiperglikemia, osteoporosis. Gangguan pertumbuhan khususnya pada anak-anak, sindroma Cushing dan sebagainya.

35 | P a g e

Pencegahan efek samping : Mengingat penggunaan kortikosteroid topikal yang semakin luas, maka untuk mencegah terjadinya efek samping dan penyalahgunaannya perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini yaitu : 1. Kepada penderita diberitahu cara pengobatan yang benar, yaitu sesudah mandi, dioleskan tipis dan diterangkan bahayanya. 2. Dijaga dengan seksama jumlah total yang telah digunakan 3. Hati-hati pemakaian pada bayi, pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai kortikosteroid yang lemah, daerah dengan penetrasi yang tinggi dan penderita dengan penyakit hati, glaukoma dan diabetes. 4. Pada pemakaian kortikosteroid potensi kuat :

Waktu pemakaian sependek mungkin, dosis total untuk anak tidak lebih dari 15 g seminggu

Hati-hati bila digunakan pada daerah dengan penetrasi tinggi Perlu diselingi dengan potensi lemah untuk menghindari takifilaksis Bila perlu periksa fungsi hipotalamus-pituitary-adrenal Jangan gunakan bebat oklusi

3. Sklerosan Rektal Skleroterapi merupakan salah satu metode terapi invasif tipe fiksasi. Karena dilakukan pada hemoroid derajat I dan II. Bila derajat III dan IV dapat dilakukan tindakan invasif tipe eksisi. Skleroterapi berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengerasan yang merupakan metode pembesaran pembuluh darah dengan menginjeksikan larutan kimia yang disebut larutan sclerosing ke dalam pembuluh darah, sehingga larutan tersebut menyebabkan pembuluh darah mengalami inflamasi yang akan memicu pembentukan jaringan fibrosis dan menutup lumen atau saluran utama pembuluh darah.

36 | P a g e

Skleroterapi berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengerasan yang merupakan metode pembesaran pembuluh darah dengan menginjeksikan larutan kimia yang disebut larutan sclerosing ke dalam pembuluh darah, sehingga larutan tersebut menyebabkan pembuluh darah mengalami inflamasi yang akan memicu pembentukan jaringan fibrosis dan menutup lumen atau saluran utama pembuluh darah. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps. Patogenesis perusakan vena dengan menggunakan bahan-bahan sklerosan yaitu dengan menyebabkan koagulasi yang terlokalisir. Mekanismenya terdiri dari beberapa tahap. Efeknya pada mekanisme koagulasi, endotel dan dinding pembuluh darah.

37 | P a g e

Ada 4 fase skleroterapi pada skleroterapi menurut L.Rusciani dan P. Robins yaitu: Fase I : Bahan-bahan sklerosan yang diinjeksikan mengarah pada suatu koagulasi darah intravaskuler dengan kombinasi adanya spasme dan kerusakan selektif endotelium. Fase II : Ditandai dengan lisis dan pecahnya fibrin yang rusak. Lisis ini diaktivitasi oleh plasminogen yang dilepas oleh subendhotelial. Hasilnya adalah trombus dengan sklerosing fibrin yang minimal. Hal ini tidak hanya pada tunika intima saja tetapi juga pada tunika media ikut dirusak setelah kerusakan endotel dengan bahan sklerosan (fase ini terjadi selama kurang lebih 24 jam) Fase III : terjadinya stasis darah yang lengkap diantara are yang terpengaruh oleh bahan sklerosing. Lalu dilanjutkan dengan perkembangan trombus koagulasi. Protein plasma menembus ke dalam dinding pembuluh darah yang rusak dimana bagian-bagian pembuluh darah tersebut telah dirusak secara langsung oleh bahan-bahan sklerosan. Hasilnya pembentukkan fibrin berkembang di dalam dinding pembuluh darah yang juga melibatkan infiltrasi seluler yang terutama terlibat adalah neutrofil, limfosit dan makrofag. Fibroblast mengembangkan aktivitasnya sehingga menimbulkan suatu fibrin seluler yang mengandung trombus. (Fase ini terjadi 5-7 hari) Fase IV : terjadi perubahan jaringan secara lengkap disertai dengan hilangnya struktur anatomis vena ( fase ini terjadi selama 4-6 bulan). Indikasi utama skleroterapi pada hemoroid adalah untuk menghilangkan rasa sakit yang berlebih, rasa terbakar dan terutama untuk hemoroid derajat I dan II, dimana belum dibutuhkan tindakan bedah.

38 | P a g e

TIPS MENGATASI WASIR Agar tidak bertambah berat, para penderita wasir perlu memperhatikan beberapa tips sebagai berikut:

Usahakan berendam air hangat untuk mengurangi nyeri dan menjaga kebersihan dubur selama sekitar 15 menit, setidaknya 2-3 kali dalam sehari.

Mengkonsumsi makanan berserat agar kotoran (feces) menjadi lunak, misalnya: buah-buahan dan sayur mayur.

Menghindari minuman beralkohol agar kotoran tidak keras. Minum dalam jumlah yang cukup, sedikitnya 1,5 liter dalam sehari. Hindari menggosok-gosok daerah dubur agar tidak terjadi perlukaan. Jangan membiasakan menahan buang air besar dan jangan pula memaksa untuk buang air besar.

Hindari berlama-lama nongkrong di toilet saat buang air besar, misalnya sambil membaca, karena kebiasaan ini akan meningkatkan tekanan di daerah dubur.

Olah raga teratur. Gunakan obat antihemoroid sesuai anjuran dokter tison dan lidokain dalam bentuk krim.

6.Gangguan Sekresi Pencernaan lain 1. Kandung Empedu atau Batu Empedu Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis. Batu empedu biasanya terbentuk di dalam kantong empedu atau di saluran empedu dan saluran hati. Batu ini dapat memicu radang dan infeksi pada kantong

39 | P a g e

empedu dan di saluran lain apabila batu keluar dari kantong empedu dan menimbulkan penyumbatan di saluran lain. Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya. Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar empedu. Batu empedu juga bisa disebabkan oleh tumpukan pigmen bilirubin dan garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Karena itu, cirinya berbeda. Batu empedu dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan dan tampak mengilap seperti minyak, sedangkan dari tumpukan pigmen bilirubin berwarna hitam tetapi keras atau berwarna coklat tua, tetapi rapuh. Batu empedu dapat menyebabkan berbagai masalah apabila masuk ke saluran pencernaan atau usus halus. Terkadang batu juga muncul pada saluran empedu. Apabila batu ini terdapat pada kandung empedu bisa terjadi peradangan kolestitis akut. Itu karena adanya pecahan batu di dalam saluran empedu yang menimbulkan rasa sakit berlebihan.

Gejala dan Tanda Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu. Cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan bertugas dalam proses penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, dan K. Cairan empedu penting dalam proses pencernaan, terutama lemak. Cairan empedu disimpan di kantong empedu yang terletak di bawah organ hati. Bentuknya seperti buah pir dan bisa

40 | P a g e

menampung 50 ml cairan empedu. Kantong sepanjang 7-10 sentimeter ini terhubung dengan hati dan usus 12 jari melalui saluran empedu. Bila kadar kolesterol dalam tubuh meningkat dan hati tak bisa lagi mengeluarkannya bisa terbentuk batu empedu. "Pada orang yang memiliki bakat kolesterol tinggi, ada lebih banyak lagi tumpukan kolesterol, dan sangat bisa mencetuskan batu empedu. Awalnya kolesterol mengendap, lalu biasanya terjadi penebalan dinding empedu. Selanjutnya akan terjadi perubahan kimiawi pada empedu yang disebut batu empedu. Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik. Timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan. Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit kuning (jaundice). Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi. Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan kandung empedu. Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice dan mungkin juga infeksi. Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu utama.

41 | P a g e

Pencegahan Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani. Namun harus diperhatikan pula, apabila batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan.

Cara Mengatasi Batu Empedu Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan USG. Bisa juga dilakukan foto sinar X dan pemeriksaan darah di laboratorium. Perawatan dengan mengistirahatkan kantong empedu. Selain itu juga bisa dengan pemberian obat yang bekerja pada kandung empedu, diantaranya : Pemberian obat chenofalk :

CHENOFALK SOFT KAPSUL chenodeoxycholic acid kapsul lunak Komposisi Tiap soft capsule mengandung : chenodeoxycholic acid 250 mg.

Uraian CHENOFALK terdiri atas chenodeoxycholic acid bebas (a,-7a-dihydroxy5b-cholanoic acid) yang dibuat secara semi sintetik dari cairan empedu sapi. Asam ini merupakan asam empedu primer seperti yang dihasilkan secara fisiologis di dalam hati manusia. Pada penderita batu empedu, cairan empedu lewat jenuh dengan kolesterol dan mengendap dari larutan

42 | P a g e

pembentuk batu empedu kolesterol. CHENOFALK yang diberikan secara oral, mengurangi kadar kolesterol empedu. dan batu kolesterol larut sedikit demi sedikit. Proses melarutnya batu empedu kolesterol berkisar antara 6 bulan sampai 2 tahun. Indikasi Batu empedu tembus sinar X dengan diameter tidak lebih dari 2 cm, pada penderita yang menurut pendapat dokter memerlukan pengobatan intervensi dan jika operasi menimbulkan resiko besar atau yang menolak untuk operasi kandung empedu. Kandung empedu harus terlihat dengan jelas pada kolesistografi oral. Cairan empedu yang diperkaya dengan CHENOFALK harus bersentuhan dengan permukaan batu untuk waktu yang lama: dalam hal batu empedu yang berada dalam kandung empedu, ini hanya mungkin jika ductus cycticus terbuka. Melarutnya batu akan juga memakan waktu lama jika seluruh kandung empedu sangat padat dengan batu-batu. Kontra-lndikasi Kontra-indikasi utama adalah batu tidak tembus sinar X atau kandung empedu yang tidak berfungsi. Kontra-indiaksi tambahan adalah kolik empedu berulang, penyumbatan saluran empedu sebagian atau seluruhnya, penyakit hati kronis, cirrhosis hati, tukak lambung atau usus serta peradangan usus. Pengobatan CHENOFALK pada wanita dalam usia subur hanya dianjurkan jika bersamaan dengan kontraseptif oral atau mempergunakan alat kontraseptif. Kolestiramin atau antasida dapat menganggu penyerapan CHENOFALK .

Efek-samping Kadang-kadang terjadi diare lemah, tetapi pada umumnya akan hilang dengan segera. Jika diare berlangsung lama, dosis harian untuk sementara dikurangi hingga 2 sampai 1 soft capsule sehari.

43 | P a g e

Posologi Pada dasarnya dosis CHENOFALK disesuaikan dengan bobot badan {15 mg chenic acid/kg bobot badan/hari). Bobot chenodeoxycholicCHENOFALK badan Pagi sampai dengan sampai dengan sampai dengan lebih dari acid Malam soft capsule

60 kg. 750 mg.

1

2

75 kg.

1000 mg.

1

3

90 kg. 1250 mg.

2

3

90 kg.

1500 mg.

2

4

Soft capsule ini harus diminum sewaktu makan. Berdasarkan fakta keadaan lewat jenuh cairan empedu dengan kolesterol mencapai puncaknya pada rnaiam hah. Maka dianjurkan, sekurang-kurangnya dengan alasan teoritis - untuk minum jumlah terbesar, yaitu 2 - 4 soft capsule CHENOFALK pada malam hari. Anjuran penting 1. Pengobatan teratur. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, CHENOFALK harus diberikan secara teratur. Dihentikannya pemberian CHENOFALK selama beberapa minggu saja, berarti bahwa penderita harus memulai lagi pengobatan dari awal.

44 | P a g e

2.

Pemeriksaan laboratorium.

Dianjurkan untuk memeriksa kadar transaminase setelah pengobatan dengan CHENOFALK selama 4 minggu dan mengadakan pemeriksaan ulang tiap 3 bulan sekali.

3.

Jangka waktu pengobatan.

Melarutnya batu kandung empedu kolesterol murni berkisar antara 6 bulan sampai 2 tahun. Efek terapi harus dikontrol dengan kolesistografi tiap 6 bulan sekali. Apabila setelah 2 tahun pengobatan tidak teramati tanda-tanda mengecilnya batu atau terlarutnya batu secara sempurna, maka pengobatan selanjutnya dengan CHENOFALK tidak berguna lagi.

Pemberian obat estazor :

ESTAZOR 250 MG @ 30Kandungan Asam ursodeoksikolat 250 mg/kapsul Indikasi Batu empedu tembus radiolusen dengan diameter tidak lebih dari 20 mm. Pasien dengan peningkatan resiko tinggi atau yang menolak operasi kandung empedu, yang telh berusia lanjut atau dengan reksi idiosinkrasi (kepekaan abnormal) terhadap anestesi umum yang menolak penanganan dengan pembedahan. Kontra-Indikasi o Batu yang terbentuk dari pengerasan kalsium pada kolesterol, batu rodioopak atau radiolusen.

45 | P a g e

o Kolesistitis akut yang tidak sembuh-sembuh, koalngitis, penyumbatan pada kantung empedu, pankreatitis, atau fistula empedu-lambung-usus. o Alergi asam empedu. Efek Samping Diare, gatal-gatal. Dosis 8-10 mg/kg BB dalam 2-3 dosis terbagi. Kemasan Kapsul 250 mg x 5 x 6 butir. Penyajian Dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

Pemberian obat urdafalk :

URDAFALK

GOLONGAN Ursodeoxycholic acid/Asam Ursodeoksikolat.

INDIKASI Hepatitis kolestatis, hepatitis aktif kronis (sirosis empedu primer, kolangitis sklerosis primer). Batu kandung empedu kolesterol radiolusent yang diameternya tidak melebihi 20mm.

46 | P a g e

KONTRA INDIKASI # Batu kolesterol kalsifikasi, batu radiopag, atau batu pigmen empedu radiolusent. # Kolesistitis akut yang tidak kambuh, kolangitis, sumbatan empedu, fistula saluran empedu, atau pankreatitis. # Alergi terhadap asam empedu.

PERHATIAN Hamil, menyusui. Interaksi obat : Kolestiramin atau Al(OH)3 memblok absorpsi Asam Ursodeoksikolat.

EFEK SAMPING Jarang : diare, gatal-gatal, urtikaria (biduran/kaligata), kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, mual, muntah, gangguan pencernaan, rasa pengecapan seperti logam, nyeri perut, kolesistitis, susah buang air besar, stomatitis (radang rongga mulut), kembung, pusing, kelelahan, kecemasan, depresi, gangguan tidur, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri pada punggung, batuk, rinitis. KEMASAN Kapsul keras 250 mg x 30 biji. DOSIS 8-10 mg/kg berat badan dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Selain dari obat-obat yang telah disebutkan di atas, gangguan sekresi pencernaan juga dapat diatasi atau ditangani dengan pemberian obat yang golongannya dari enzim pencernaan. Obat itu adalah obat digestan. Digestan adalah obat pencernaan yang membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim

47 | P a g e

atau campurannya yang berguna untuk memperbaiki fungsi pencernaan. Digestan bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Proses pencernaan makanan dipengaruhi oleh HCl (asam lambung), enzim pencernaan dan empedu. Adapun secara garis besar sediaan digestan yang bermanfaat adalah sebagai berikut : 1. Enzim pankreas Enzim pankreas dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Kedua zat tersebut mengandung amilase, tripsin (protease) dan lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipasenya relatif lebih tinggi daripada pankreatin. Pankrelipase diindikasikan pada keadaan defesiensi sekret pankreas misalnya pada pankreatitis dan mukovisidosis. Ennzim ini dirusak asam lambung sehingga harus dibuat dalam bentuk tablet enteral. Enzim pankreas sedikit sekali menyebabkan efek samping. Dosis tinggi dapat menyebabkan mual dan diare dan juga hiperurisemia. 2. Pepsin Pepsin adalah enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Pada defisiensi pepsin, tidak ditemukan gejala yang serius. Defisiensi pepsin total ditemukan pada pasien aklorhidria. Kegagalan lambung untuk mensekresi pepsin dan asam dengan rangsangan yang adekuat disebut akilia gastrika, sering terjadi pada pasien anemia pernisiosa dan karsinoma lambung.

48 | P a g e

3. Empedu Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi 24 g garam empedu atau 700 1000 ml cairan empedu/hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian bawah (sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis perharinya. Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktif untuk merangsang empedu dengan BM (Berat molekul) rendah karena itu dinamakan zaat hidrokoleretik. Zat ini hanya merangsang pengeluaran empedu dan bukan prosuksi empedu. Berbeda dengan asam kolat, asam kenodeoksikolat menurunkan kadar kolesterol dalam empedu. Obat ini berguna untuk mengatasi batu kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Asam kenodeoksikolat bekerja dengan menurunkan absorpsi kolesterol dari usus dan menurunkan sintesis kolesterol. Bila kadar asam kenodeoksikolat mencapai 70 % empedu total, maka larutan empedu yang tadinya jenuh kolesterol menjadi tidak jenuh.

49 | P a g e

Graam empedu menurunkan resistensi mukosa saluran cerna terhadap asam lambung. Kenyataan ini diduga mempunyai implikasi terhadap terjadinya gastritis, tkak peptik dan refluks esofagus. Contoh obatnya adalah : a. Enzymfort ENZYMFORT TABLET SALUT ENTERIK

ENZYMFORT

memperkuat

dan

menggantikan

enzim

alamiah,

yaitu

biokatalisator biokatalisator yang tidak boleh tidak harus ada untuk menjamin pencernaan yang baik dan optimal, serta untuk mempermudah resorpsi lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. KOMPOSISI Tiap tablet mengandung :

Pancreatinum N.F. Triple Strength Ekstrak empedu Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Nikotinamid

150 mg 25 mg 2 mg 2 mg 0,25 mg 7,5 mg

50 | P a g e

KHASIAT ENZYMFORT mengandung enzim-enzim pencernaan khusus, yaitu

Pancreatinum N.F. Triple Strength yang sangat aktif karena adanya protease (pencerna protein), lipase (pencerna lemak) dan amilase (pencerna karbohidrat), yang semuanya berkekuatan 3 kali lipat dibandingkan dengan pankreatin biasa, sebagaimana tercantum dalam National Formulary. Dalam ENZYMFORT terdapat pula ekstrak empedu yang berfungsi mengemulsikan lemak. Dengan demikian lemak mudah dicernakan dan diresorpsi. Vitamin B kompleks sengaja ditambahkan untuk mengisi kekurangan yang timbul sebagai akibat dari pencernaan yang semula tidak sempurna.

Tablet ENZYMFORT dilapisi dengan suatu zat pelindung khusus (salut enterik) terhadap penguraian oleh asam lambung, dengan demikian menjamin stabilitas dari enzim-enzim yang sangat esensial. INDIKASI - Memperbaiki dan menyempurnakan pencernaan dari makanan sehari-hari. - Mencegah dan mengobati gangguan-gangguan yang disebabkan oleh makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan protein. - Mengatasi defisiensi enzim dalam saluran cerna. - Mengatasi kesukaran dalam mencernakan makanan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit pada empedu, hati dan pankreas. - Meniadakan perasaan perut kembung sesudah makan, yang mengakibatkan perasaan tertekan pada jantung, sukar tidur, atau tidur disertai mimpi-mimpi buruk.

51 | P a g e

- Mengatasi ketidaklancaran pencernaan pada usia lanjut dan gejala-gejala defisiensi vitamin-vitamin yang disebabkan oleh gangguan tersebut.

DOSIS

3 kali sehari 1-2 tablet sesudah makan (menurut petunjuk dokter).

PENYAJIAN Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan). b. Librozym ZAT AKTIF Tiap tablet mengandung Diastase 200 mg dan Pancreatin 100 mg. Kemasan & No Reg LIBROZYM tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet salut gula), No. Reg. : DBL0408511916A1. FARMAKOLOGI Setiap enzim bekerja mencerna terhadap masing-masing makanan di saluran pencernaan :

Diastase mencernakan karbohidrat di dalam usus halus. Pancreatin mencernakan karbohidrat, lemak dan protein pada pH 7,0 9,0.

INDIKASI Sebagai terapi pengganti (replacement therapy) pada defisiensi enzim pankreas. KONTRA-INDIKASI

Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.

52 | P a g e

Penderita dengan kerusakan pada saluran empedu.

DOSIS Dewasa 3 kali sehari 1 tablet EFEK SAMPING

Hipersensitif jarang terjadi, kemerahan pada kulit dapat terjadi pada penderita yang hipersensitif.

Pemberian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan iritasi bukal dan perianal, pada sedikit kasus menyebabkan inflamasi.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hiperurisemia dan hiperurikosuria dilaporkan pernah terjadi pada penderita fibrosis sistik; ekstrak pancreatin mengandung sejumlah kecil purin yang dalam dosis besar mendorong terjadinya hiperurisemia dan hiperurikosuria.

Keamanan pemberian pada wanita hamil belum terbukti.

PENYIMPANAN Simpan dalam wadah tertutup rapat, suhu kurang dari 30oC.

53 | P a g e