PENYAKIT DALAM

19
PROTAP PENATALAKSANAAN HEMATEMESIS DAN MELENA Definisi : Hematemesis melena adalah muntah darah dan berak darah yang terjadi karena adanya perdarahan pada saluran makanan bagian atas. Tujuan : - Menghentikan perdarahan pada saluran makanan bagian atas. - Mencegah timbulnya shock akibat hypovolemia. Prosedur : A. Perawatan Umum 1. Resusitasi Riwayat perdarahan < 500 ml, cukup observasi, kalau perlu infus cairan elektrolit : Ringer laktat, dextrose 5% atau PZ. Bila karena Cirrhosis RL diganti R. Acetat. Perdarahan antara 500 – 1000 ml, segera pasang infus setelah diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium dan reaksi silang, kalau perlu mintakan darah (bila Hb < 9 gram % pada pemeriksaan berulang). Perdarahan lebih dari 1 L, segera infus cairan elektrolit dan mintakan darah biasa (Whole blood), tak perlu fresh meskipun Hb masih diatas 9 gram % ; permintaan darah selanjutnya cukup sel darah merah yang dipadatkan (packed red cell atau PRC), bila tidak jelas ada gangguan faal hemostasis. Bila penderita presyok/syok, segera pasang 2 infus pada tempat yang berlainan. Cairan kristaloid diberikan dengan tetesan cepat (grojog atau guyur), pada jam pertama dapat diberikan 1 – 2 liter bila syok berat ; dapat ditambah cairan koloid (haemaccel atau dextran) bila tekanan darah tidak meningkat setelah 1 – 2 jam, asal jangan melebihi 1 liter dalam 24 jam. Jangan lupa memberi O 2 lewat kateter asal, bila tampak tanda-tanda syok berat dengan sianosis. 2. Pasang Naso-Gastric Tube (NG-Tube) Bila keadaan umum penderita tampak lebih baik, untuk aspirasi dan lavas lambung dengan air biasa bila terdapat darah aspirat lambung setiap 2,4 atau 6 jam kalau perlu. 3. Sterilisasi usus Dilakukan dengan pemberian tab. Neomycin atau kaps. Kanamycin 4x2, ditambah laktulosa 4x30 ml, diberikan pada setiap akhir lavas lambung. 4. Hemostatika Vitamin K diberikan intravena 4x1 ampul Tranexamic acid 4x1 amp. Bila ada gangguan faal hemostatis dapat dimintakan transfusi plasma segar (fresh plasma = FP) atau plasma segar yang dibekukan (fresh frosen plasma = FFP). 5. Antasida Dapat diberikan satu sendok makan setiap 2,4 atau 6 jam atau drip intragastrik bila perlu ; dicampur bersama-sama dengan obat sterilisasi usus pada setiap akhir Lavas lambung. 6. Cimetidine Dapat diberikan intravena maupun oral 200 mg setiap 6 jam. 7. Klisma tinggi atau lavement Dilakukan setiap 12 jam. B. Perawatan Khusus Oleh Dokter Yang Merawat 1. Lavas lambung + vasopresor intragastrik Indikasi : - Perdarahan minimal yang terus terjadi - EKG ada kelainan/usia di atas 70 tahun 1

Transcript of PENYAKIT DALAM

Page 1: PENYAKIT DALAM

PROTAP PENATALAKSANAAN HEMATEMESIS DAN MELENA

Definisi :Hematemesis melena adalah muntah darah dan berak darah yang terjadi karena adanya perdarahan pada saluran makanan bagian atas.

Tujuan :- Menghentikan perdarahan pada saluran makanan bagian atas.- Mencegah timbulnya shock akibat hypovolemia.

Prosedur :A. Perawatan Umum

1. Resusitasi Riwayat perdarahan < 500 ml, cukup observasi, kalau perlu infus cairan

elektrolit : Ringer laktat, dextrose 5% atau PZ. Bila karena Cirrhosis RL diganti R. Acetat.

Perdarahan antara 500 – 1000 ml, segera pasang infus setelah diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium dan reaksi silang, kalau perlu mintakan darah (bila Hb < 9 gram % pada pemeriksaan berulang).

Perdarahan lebih dari 1 L, segera infus cairan elektrolit dan mintakan darah biasa (Whole blood), tak perlu fresh meskipun Hb masih diatas 9 gram % ; permintaan darah selanjutnya cukup sel darah merah yang dipadatkan (packed red cell atau PRC), bila tidak jelas ada gangguan faal hemostasis.

Bila penderita presyok/syok, segera pasang 2 infus pada tempat yang berlainan. Cairan kristaloid diberikan dengan tetesan cepat (grojog atau guyur), pada jam pertama dapat diberikan 1 – 2 liter bila syok berat ; dapat ditambah cairan koloid (haemaccel atau dextran) bila tekanan darah tidak meningkat setelah 1 – 2 jam, asal jangan melebihi 1 liter dalam 24 jam.

Jangan lupa memberi O2 lewat kateter asal, bila tampak tanda-tanda syok berat dengan sianosis.

2. Pasang Naso-Gastric Tube (NG-Tube)Bila keadaan umum penderita tampak lebih baik, untuk aspirasi dan lavas lambung dengan air biasa bila terdapat darah aspirat lambung setiap 2,4 atau 6 jam kalau perlu.

3. Sterilisasi ususDilakukan dengan pemberian tab. Neomycin atau kaps. Kanamycin 4x2, ditambah laktulosa 4x30 ml, diberikan pada setiap akhir lavas lambung.

4. HemostatikaVitamin K diberikan intravena 4x1 ampul Tranexamic acid 4x1 amp. Bila ada gangguan faal hemostatis dapat dimintakan transfusi plasma segar (fresh plasma = FP) atau plasma segar yang dibekukan (fresh frosen plasma = FFP).

5. AntasidaDapat diberikan satu sendok makan setiap 2,4 atau 6 jam atau drip intragastrik bila perlu ; dicampur bersama-sama dengan obat sterilisasi usus pada setiap akhir Lavas lambung.

6. CimetidineDapat diberikan intravena maupun oral 200 mg setiap 6 jam.

7. Klisma tinggi atau lavementDilakukan setiap 12 jam.

B. Perawatan Khusus Oleh Dokter Yang Merawat1. Lavas lambung + vasopresor intragastrik

Indikasi :- Perdarahan minimal yang terus terjadi- EKG ada kelainan/usia di atas 70 tahun- Perdarahan non varises/varises

Cara : Bila lavas air gagal menghentikan perdarahan dalam waktu tertentu (6-12 jam), dapat juga diberikan 1-2 ampul Noradrenalin atau 1-2 ml Aramine yang diencerkan dengan 50 ml air, dimasukkan ke dalam lambung pada setiap akhir lavas.

1

Page 2: PENYAKIT DALAM

2. Vasopressine Indikasi :

- Perdarahan minimal/masif yang terus (+)- EKG normal/usia di bawah 70 tahun- Perdarahan non varises/varises

Cara : 10 unit pitressin atau pituitary gland dilarutkan ke dalam 100 ml dextrose 5%, dikocok rata dan diberikan secara intravena dalam waktu 20 menit tepat ; dapat diulang setiap 6 jam sampai perdarahan berhenti ; selama tetesan vasopressin dilakukan lavas lambung, juga 1 jam sesudah selesai tetesan.

Sebelum pemberian vasopressine, penderita harus diperiksa EKG dulu. Somatostatin : menurunkan aliran darah splanik, juga mempuyai kasiat

menurunkan produksi gastrin dan sekresi asam lambung serta menaikan daya sitoprotektif mukosa lambung. Dosis : 100 mg bolus dilanjutkan 200 mg drip dalam 2 – 4 jam

3. Sangstoken Blackemore (SB) tube Penderita pindah ruangan bila : Aspirasi lambung tidak mengandung darah dalam waktu 24 jam (Lavas lambung

negatif 4x berturut-turut).

2

Page 3: PENYAKIT DALAM

Tabel : Protokol Pengobatan Medik Intensif pada perdarahan SMBA.

Protokol pengobatan perdarahan saluran makanan bagian atas di RS Darmo

Terapi Umum :1. Resusitasi : D-5%, Pz, RL, Dextran, Hemacel, Darah.2. Lavas air : tiap 2,4 atau 6 jam.3. Sterilisasi usus : lactulose 4x15 30 ml, kanamycin atau neomysin 4x2

kaps/tab.4. Hemostatika : Vit K 4X1 amp. Kalau perlu plasma segar atau tranexamic

acid.5. Antasida : tiap 2,4 atau 6 jam atau drip intragastrik.6. Cimetidine : 4x200 mg.7. Klisma tinggi : tiap 12 jam.

Terapi Khusus :1. Lavas air + vasopressin.

Noradrenalin 2 amp dalam 50 ml air. Aramine 1-2 amp dalam 50 ml air.

2. Vasopressin : 0,5 unit per menit selama 20 menit, IV.3. Sangstaken – Blackemore tube (SB tube).

3

Page 4: PENYAKIT DALAM

PROTAP PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKSIS

Definisi :Syok anafilaksis adalah syok/renjatan karena suatu reaksi alergi yang terjadi akut, segera dan hebat sebagai akibat kontak dengan alergen.

Tujuan :Mengatasi syok anafilaksis berikut akibatnya yang fatal.

Prosedur :1. Hentikan pemberian obat penyebab anafilaksis2. Upayakan segera mendapat bantuan tenaga.3. Penderita tidurkan terlentang dengan kaki lebih tinggi. Bebaskan jalan nafas, periksa

orofaring, bila ada gigi palsu, segera dilepas.4. Berikan adrenalin larutan 1 : 1000, 0,2 – 0,5 subkutan.5. Berikan oksigen : menggunakan “oksigen mask”, flow 4-6 I/menit.6. Pasang infus dengan larutan “Ringer Laktat” atau PZ,

bila tekanan darah tak terukur : digrojok (20 ml/kg BB).bila tekanan darah sistole < 100 mmHg - > 500 ml RL (PZ) dalam ½ jam.bila tekanan darah sistole > 100 mmHg - > 500 ml RL (PZ) dalam 1 jam.

7. Bila tekanan darah tak terukur atau sisitole < 100 mmHg langsung berikan : adrenalin 1 : 1000 1 ml diencerkan dengan PZ menjadi 10 ml digunakan 2-3 ml diberikan iv perlahan-lahan. Pemberian ini dapat diberikan ulang dengan dosis sama setelah 10 menit.

8. Bila gagal memasang infus berikan adrenalin 1 : 1000, 0,2 – o,5 ml intra muskuler.9. Setelah infus terpasang diberikan :

- Diphenhydramin 60 – 80 mg/iv- Solu cortef 200 mg/iv atau Oradexon 0,25 mg/iv

10. Bila terdapat “Wheezing” pada pemeriksaan dada berikan :Aminophylin 1 amp (240 mg)/iv perlahan-lahan dalam 20 menit.

11. Bila sampai tahap ini infus belum dapat terpasang sedangkan tekanan darah tetap rendah atau tidak terukur upayakan untuk segera dipindahkan ke ICU.

12. Bila tekanan darah dapat normal dan keadaan klinis penderita membaik perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital secara ketat selama 6 jam berturut-turut, setelah itu dapat dilakukan berkala tiap 2 jam bila keadaan tetap baik dan stabil.

Perhatikan : Sisa obat dalam ampul atau semprit jangan dibuang.

4

Page 5: PENYAKIT DALAM

PROTAP DIAGNOSIS KERACUNAN

Definisi :Pada setiap penderita yang sebelumnya tampak sehat, kemudian mendadak timbul gejala-gejala : koma, kejang-kejang, syok, sianosis, psikosis akut, gagal ginjal akut atau gagal hati akut, tanpa diketahui penyebabnya, pikirkan kemungkinan terjadinya keracunan akut.

Tujuan :Segera dapat mendiagnosis dan mengatasi gejala dan penyulit yang ditimbulkan oleh keracunan.

Prosedur :I. Anamnesis

a. Usahakan mendapatkan nama, jumlah bahan, serta saat penderita meminum obat.b. Tanya bekas-bekas bungkus, tempat atau botol obat, resep terakhir, serta surat-

surat yang mungkin baru saja ditulis.c. Tanya riwayat perselisihan dengan keluarga, teman dekat, teman sekantor atau

ada tidaknya masalah ekonomi yang berat.d. Tanyakan usaha pengobatan yang telah dilakukan.

II. Pemeriksaan fisika. Ukurlah tekanan darah, nadi, suhu dan frekwensi pernafasan.b. Tentukan tingkat serta sifat-sifat gangguan kesadaran penderita.c. Lakukan pemeriksaan fisik yag teliti dan cari gejala-gejala keracunan yang mungkin

timbul.

Sebagai contoh :a. Koma yang tenang (kalem) : golongan sedativa-hipnotika.b. Koma dengan gelisah sampai kejang-kejang : alkohol, INH, maupun insektisida

hidrokarbon klorin.c. Adanya luka-luka sekitar mulut : bahan korosif.d. Adanya hipersalivasi, hiperhidrosis, pupil miosis : insektisida fosfat organik (IFO).

III. Pemeriksaan laboratorium

a. Laboratorium rutin (darah / urin / feses lengkap) tidak banyak membantu.b. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu

diagnosi keracunan IFO (kadarnya menurun sampai dibawah 50%). Kadar meth-Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan berbiturat.

c. Pemeriksaan toksikologi1. Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”.2. Bahan diambil dari :

Muntahan penderita/bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml). Urine sebanyak 100 ml. Darah tanpa koagulan sebanyak 10 ml.

3. Disamping itu : sisa obat/bahan kimia lain yang diduga menjadi penyebab keracunan.

IV. Pemeriksaan patologi/otopsiPemeriksaan ini dipakai utuk membantu kepastian diagnostik bila dengan ke 3 cara diatas diagostik masih sulit untuk ditegakkan. Pemeriksaan ini juga sering dibutuhkan utuk menyingkap dugaan keracunan karena pembunuhan (homicide).

5

Page 6: PENYAKIT DALAM

PROTAP PENATALAKSANAAN PENDERITA KERACUNAN OBAT

A. Perawatan Umum1. Resusitasi (ABC)

A (Airway = jalan nafas), usahakan jalan nafas tetap terbuka, bebas dari sumbatan bahan muntahan, darah, lendir, pangkal lidah, gigi palsu dll, kalau perlu gunakan oropharyngeal-airway dan aspirator (suction).

B (Breathing = pernafasan), usahakan agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik, bila perlu dengan bantuan ambubag, respirator atau pernafasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth breathing).

C ( Circulation = peredaran darah), pertahankan agar tensi dan nadi penderita tetap terjaga baik, bilamana perlu segera pasang infus dextrose 5%, PZ atau RL ; bila hipotensi tetap bertahan, dapat ditambahkan cairan koloid (haemacel).

2. Eliminasi

a. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang masih sadar.

b. Katarsis, dengan laksans MgSO4, bila diduga racun telah sampai usus halus atau tebal.

c. Kumbah lambung (KL) pada penderita yang kesadarannya mulai menurun atau tidak kooperatif : KL dilakukan dengan NG tube atau pipa Ewald ; jangan lupa menyebutnya jumlah air yang dipakai untuk KL.

d. Diuresis paksa (forced diuresis = FD), pada dugaan racun telah berada dalam darah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal ; diuresis paksa ada 2 macam : Diuresis paksa alkali (FDA) Diuresis paksa netral (FDN)

e. Dialisis (hemo/peritoneal-dialisis), terutama pada keracunan bahan-bahan yang dapat didialisis.Emesis, katarsis dan KL tidak boleh dikerjakan bila : Keracunan lebih dari 6 jam Pada keracunan bahan korosif Keracunan minyak tanah/bensin Pada koma derajat sedang sampai berat (tk. III – V)Pada dua yang terakhir ini, KL dapat dikerjakan dengan bantuan pipa endotrakeal berbalon.

3. SupportiveDikerjakan dengan memperhitungkan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan kalori.

4. AntidotumBaru diberikan bila ada (atropin sulfat untuk keracunan insektisida fosfat organik atau nalorphine untuk keracunan morphine).

B. Perawatan Khususa. Keracunan insektisida fosfat organik (IFO)

1. Infus dextrose 5%, hisap lendir oksigenasi yang baik.2. Sulfat atropin 2,5 mg bolus intravena, diteruskan ½ - 1 mg setiap 5 – 10 – 15

menit tergantung beratnya keracunan.3. KL seefektif mungkin, kataris, keramas rambut dengan sabun, juga mandikan

seluruh tubuh dengan sabun, ganti pakaian baru yang bersih.4. SA diberikan secara intravena dengan monitor pupil penderita, sampai tercapai

atropinisasi, yaitu : mulut kering, muka merah, pupil dilatasi, jantung berdebar-debar suhu tubuh meningkat, penderita gelisah mirip psikosis.

5. Setelah atropinisasi, SA dijarangkan untuk dosis pemeliharaan (maintenance) : ½ - 1 mg setiap 1 – 2 – 4 atau 6 jam tergantung betuk dan reflek pupil penderita.

6. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2x24 jam.7. Jangan lupa konsultasi dengan psikiater sebelum memulangkan penderita.

6

Page 7: PENYAKIT DALAM

b. Keracunan sedativa-hipnotika, analgetika1. Penderita sadar : emesis, pemberian norit dan laksans MgSO4, kala dosis rendah,

dapat langsung pulang. Bila ragu-ragu, observasi selama 6 – 24 jam.2. Koma derajat I – II : KL dengan NG tube tanpa endotrakheal, kemudian diuresis

paksa selama 12 jam bila ada keragu-raguan tentang penyebab keracunan, caranya : Berikan 1 ampul kalsium glukonas intravena. Infus dextrose 5% + 10 ml KCI 15% (untuk setiap 500 ml) diberikan dengan

kecepatan 3 liter dalam 12 jam. Furosemide 1 ampul (40 mg) iv setiap 6 jam Untuk keracunan salisilat dan fenobarbital, dapat ditambahkan 10 mg Na-

bicarbonat untuk setiap 50 m D 5% (= ½ ampul meylon) – diuresis paksa alkali.

Bila perlu diuresis paksa dapat diulang setiap 12 jam sampai penderita sadar.3. Koma derajat III – V : KL dengan pipa endotrakheal berbalon, selanjutnya diuresis

paksa netral/alkali atau dialisa, tergantung jenis serta dosis obat yang diminum penderita.

4. Bila koma berlangsung dalam jangka lama, lakukan terapi supportif untuk mempertahankan alat-alat vital tubuh, sementara menunggu eliminasi seluruh obat, hasil metabolisme, maupun efeknya dari tubuh penderita.

5. Bila timbul gejala-gejala ekstrapiramidal (akibat largactil, stemetil, plasil dsb), dapat diberikan diphenhydramin (delladryl) 50 – 100 mg intravena.

6. Pada penderita yag gelisah/konvusi, dapat diberi valium 5 – 10 mg atau luminal 50 – 100 mg intravena.

c. Keracunan pestisida lain (DDT, endrin, racun tikus dll)1. Infus dextrose 5%, O2 kalau perlu.2. Emesis, katarsis, KL bila penderita sadar atau sedikit apati (somonolence).3. Valium 5 – 10 mh bila penderita gelisah/konvulsi.4. Terapi supportif sampai efek racun menghilang.5. Furosemida 40 mg i.v bila terdapat tanda-tanda penurunan diureisis (terutama

pada keracunan fosfid/racun tikus).

d. Keracunan bahan korosif (air accu, asam keras, soda kaustik dll)

1. Jangan lakukan emesis, katarsis maupun KL.2. Segera penderita disuruh minum air susu sebanyak mungkin untuk

mengencerkan bahan tersebut.3. Pengenceran terus dilakukan walaupun penderita muntah-muntah.4. Infus dextrose 5%, kalau perlu dengan cairan koloid atau tranfusi darah bila

terdapat tanda-tanda perdarahan (hematemasis melena) atau penderita syok-presyok.

5. Tindakan selanjutnya tergantung bahan yang diminum.- Asam kuat (H2SO4, HCI) diberikan susu tiap 1 – 2 jam sebanyak 100 – 200 ml

sampai secukupnya.- Basa kuat (KOH, NaOH) dengan air buah atau HCI ecer (Yulapium) sebanyak

kira-kira 2 liter untuk setiap 30 gram alkali yang diminum.6. Kortikosteroid diberikan secara intravena selama 4 hari pertama (Oradexon 4x2

ampul sehari), kemudian dosis dapat diturunkan dan diberikan secara oral bila penderita sudah diperbolehkan makan sampai 3 minggu dari saat penderita masuk rumah sakit.

7. Sebaiknya diberikan antibiotika, untuk mencegah infeksi sekunder yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka : dimulai dengan intravena, selanjutnya dapat peroral.

8. Usahakan hari itu juga menghubungi bagian THT untuk pemeriksaan laringoskopi indirekta/esofagoskopi.Bila lesi ringan, diet oral dapat segera dimulai dan pemberian steroid/amtibiotika dapat dipercepat.Bila lesi cukup luas, masukkan NG tube dengan tuntunan esofagoskop ke dalam lambung, selanjutnya pemberian makanan dilakukan lewat NG tube.Pada lesi yang sangat luas/sirkuler, pemasangan NG tube sebaiknya dihindari, pederita dipuasakan dan semua obat/makan diberikan secara parental, sampai penyembuhan luka pada saluran makanan.

9. Pada keadaan yang terakhir ini, ada baiknya menghubungi bagian bedah untuk membicarakan kemungkinan pemasangan sonde lewat gastrostomi.

7

Page 8: PENYAKIT DALAM

e. Keracunan antiseptik luar (lisol, creolin dll)1. Pada konsentrasi yang pekat dapat dianggap bahan korosif ringan, karena itu

penderita disuruh minum air hangat sebanyak mungkin untuk mengencerkan bahan.

2. Bila kesadaran penderita agak menurun, KL dilakukan dengan NG tube ukuran kecil.

3. Selanjutnya berikan antasida untuk mencegah timbulnya ulkus di kemudian hari.

f. Keracunan isoniazide (INH)1. Vitamin B6 intravena, 1500 mg sehari selama 5 hari.2. Valium 10 mg intravena bila timbul konvulsi.3. Dapat dicoba FDN dalam 12 jam.

8

Page 9: PENYAKIT DALAM

PROTAP PENATALAKSANAAN UMUM KERACUNAN AKUT

A. Pertolongan PertamaSangat tergantung pada cara racun masuk ke dalam tubuh penderita.1. Racun yang tertelan

a. Baringkan penderita di tempat datar.b. Usahakan untuk memutahkan racun dengan cara :

Merangsang faring dengan ujung telunjuk, pangkal sendok. Atau dengan memberi minum 15 – 30 ml sirup ipeac diikuti setengah gelas air

minum. Pada anak lebih dari 1 tahun diberikan 150 cc, sedang pada anak 6 bulan – 1 tahun dan tidak boleh diulang.

c. Selanjutnya berikan karbon aktif (norit) sebanyak 25 – 40 gram. Pada anak : 1 gram/kg BB.Kontraindikasi :a. Kejang-kejangb. Komac. Tetelan bahan korasif (asam atau basa kuat)d. Tertelan minyak (minyak tanah, bensin, minyak cat atau tiner).

2. Racun yang dihirupa. Bawa penderita segera ke udara bebas.b. Beri oksigen secepatnya, kalau perlu dilakukan pernafasan buatan.

3. Keracunan melalui kulita. Bersihkan kulit yang terkena dengan air mengalir (air kran) atau air pancuran.b. Selama melepas pakaian, tubuh penderita tetap diguyur dengan air.c. Kulit yang terkena disabuni sebersih mungkin.d. Jangan lupa mengeramasi rambut penderita.

4. Keracunan melalui mataa. Lipat kelopak mata keluar.b. Segera bersihkan mata dengan air sekitar 15 menit.

B. Penatalaksanaan Darurat Umuma. Dikerjakan bersama-sama dengan tindakan diagnostik, setelah pertolongan

pertama selesai dikerjakan.b. Tujuan penatalaksanaan umum :

Tindakan dasar untuk menyelamatkan kehidupan penderita. Mecegah penyerapan racun dengan cara menghambat absorpsi dan

menghilangkan racun dari dalam tubuh. Menawarkan racun dengan antidotum (bila ada).

1. Resusitasi (ABC)a. A (Airway = jalan nafas), usahakan jalan nafas tetap terbuka, bebas dari

sumbatan bahan muntahan, darah, lendir, pangkal lidah, gigi palsu dll, kalau perlu gunakan oropharyngeal-airway dan aspirator (suction).

b. B (Breathing = pernafasan), usahakan agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik, bila perlu dengan bantuan ambubag, respirator atau pernafasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth breathing).

c. C ( Circulation = peredaran darah), pertahankan agar tensi dan nadi penderita tetap terjaga baik, bilamana perlu segera pasang infus dextrose 5%, PZ atau RL ; bila hipotensi tetap bertahan, dapat ditambahkan cairan koloid (haemacel). Bila terjadi “cardiac arrest” dilakukan pijat jantung ekstema atau RKP (Resusitasi Kardio Pulmoner).

9

Page 10: PENYAKIT DALAM

2. EliminasiBertujuan menghambat penyerapan racun, kalau dapat menghilangkan bahan racun atau hasil metabolismenya dari tubuh penderita.a. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang masih

sadar, dengan cara : Merangsang faring degan ujung telunjuk, pangkal sendok. Atau dengan memberi minum 15 – 30 ml sirup ipeac diikuti setengah gelas air

minum. Pada anak lebih dari 1 tahun diberikan 150 cc, sedang pada anak 6 bulan – 1 tahun dan tidak boleh diulang.

Kontraindikasi :- Kesadaran menurun- Keracunan bahan korosif- Keracunan minyak tanah- Obat-obatan konvulsan

b. Katarsis, dengan laksans MgSO4, bila diduga racun telah sampai usus halus atau tebal.Kontraindikasi :- Keracunan bahan korosif- Ada dugaan kelainan elektrolitBahan laksans yang berbahaya untuk dipakai rutin :- Laksans iritan (aloes, cascara).- Cairan hipertonik (pada kelainan ginjal)- MgSO4 (pada kelainan ginjal atau keracunan bahan nefrotoksik/

myoglobinuria/ hemoglobinuria)Beberapa laksans yang dapat dipakai dengan aman :- Na-sulfat : 30 gram dalam 200 – 250 ml air (1 gelas)- Na-fosfat : 15 – 60 ml diencerkan sampai seperempatnya- Sorbitol/manitol (20-40%) : 100 – 200 ml- Castor oil (kontraindikasi pada chlorinated insecticides)

c. Kumbah lambung (KL) Indikasi :- Emesis tidak berhasil- Kesadaran menurun- Tidak kooperatifPaling aktif bila KL dalam 4 jam setelah keracunan.Kontraindikasi :- Keracunan bahan korosif- Keracunan minyak tanah- Keracunan bahan konvulsan- Ada gangguan elektrolitKL dilakukan dengan pipa lambung besar no. 22, 32 atau pipa levine no. 12. Pada anak dengan ukuran Fr 8-12. Pemberian cairan untuk KL tidak boleh terlalu banyak, karena dapat menambah kecepatan penyerapan obat yang telah masuk.Komplikasi KL :- Aspirasi pneumoni- Perforasi- Perdarahan- Trauma psikis- Gagging dan cardiac arrest

d. Diuresis paksa (forced diuresis = FD), pada dugaan racun telah berada dalam darah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal ; diuresis paksa ada 2 macam : Diuresis paksa alkali (FDA) Diuresis paksa netral (FDN)

10

Page 11: PENYAKIT DALAM

e. Dialisis (hemo/peritoneal-dialisis), terutama pada keracunan bahan-bahan yang dapat didialisis.

f. Mandi dan keramas dengan sabun, dilakukan pada keracunan bahan yang dapat masuk tubuh lewat kulit misal : insektisida fosfat organik.

Catatan :Emesis, katarsis dan KL hanya dilakukan pada keracunan kurang dari 4 jam. Pada koma derajat sedang sampai berat (tingkat III – V), juga pada keracunan minyak tanah atau bensin, KL dikerjakan dengan bantuan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah pneumonia aspirasi.

3. Supportive (Terapi penunjang)Bertujuan mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh, sementara menunggu aliminasi seluruh bahan tosik dan hasil metaboliknya, maupun efeknya dari tubuh penderita. Dikerjakan dengan memperhitungkan : keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan kalori setiap harinya. Termasuk dalam tindakan ini, pengobatan terhadap komplikasi.

4. AntidotumHanya kurang dari 10% bahan beracun yang mempunyai antidotum. Antidotum tidak dapat dipakai sebagai pengganti ketiga cara pengobatan lainnya. Juga tidak dibenarkan pemberian antidotum ini sebagai bahan profilaksis keracunan.Beberapa contoh antidotum : Nallorphine untuk keracunan morphine. Atropin sulfat untuk keracunan insektisida fosfat organik. Biru-metilen untuk keracunan nitrit.

C. Perawatan Jiwaa. Bila penderita bangun dan keracunan diduga akibat usaha bunuh diri, jangan lupa

segera mengirim penderita ke Psykiater, sebelum memulangkan penderita.b. Kalau perlu perawatan kejiwaan dapat dilanjutkan secara poliklinik.

11

Page 12: PENYAKIT DALAM

PROTAP PERAWATAN PENDERITA GASTRO ENTERITIS AKUT

Definisi :Gastroenteritis akut adalah keluarnya tinja cair >3x dalam 24 jam.

Tujuan :Mengatasi dan mencegah timbulnya penyulit akibat Gastroenteritis akut.

Diagnosis :1. Klinik : muntah, berak, tanda dehidrasi/syok.2. Etiologik : biakan feses, rectal swab mikroskopik.

Prosedur :1. Masuk rumah sakit bila :

Dehidrasi berat Muntah berak profus Syok Komplikasi lain

2. Timbang BB.3. Rehidrasi :

Oral Intra vena/infus : rehidrasi initial > rehidrasi maintenance : mengganti yang hilang

di rumah sakit. Cairan pilihan : ringer laktat. Jumlah : tergantung :

- Derajat dehidrasi- Kecepatan : rehidrasi initial selesai 2 jam- Lanjutkan pemberian infus dengan cairan maintenance

4. Ukur suhu, tensi, nadi.5. Beri obat pada jam 6 – 12 – 18 – 24 yaitu :

Antibiotik :- Pilihan : tetracyclin 4x500 mg minimal 2 hari.- Obat lain : kotrimoksasol (Bactrim, Septrim dll), chloramphenicol.

Terapi lain tergantung :- Komplikasi- Penyakit lain yang menyertai- Simtomatik

6. Ukur balance cairan tubuh pada jam 6 – 12 – 18 – 24 dan catat dilembar observasi.7. Lakukan EKG pada penderita yang umumnya diatas 50 tahun.8. Infus dilepas, bila penderita sudah dapat kencing dan tidak BAB lagi.9. Tulis semua tindakan dalam lembar observasi.

Follow Up :1. Evaluasi penyebab : rectal swab, biakan.2. Evaluasi komplikasi yang terjadi : faal ginjal, elektrolit, EKG dll.3. Evaluasi terapi :

Jumlah cairan masuk : jumlah infus, minum. Jumlah cairan keluar : muntah, berak, kencing. Vital sign : tensi, nadi, respirasi, kesadaran, perfusi jaringan.

Waspada :a. GEA + Febris : bukan cholerab. GEA pada orang tua : kemungkinan ada gangguan pada organ tubuh yang lain.c. GEA pada wanita muda : ginekologik

P.K.M.R.S :1. Kesehatan individu : kebersihan makanan dan minuman, cuci tangan sebelum makan,

penyimpangan makanan dan sebagainya.2. Kesehatan lingkungan : pembuatan WC, tempat sampah, pemberantasan lalat dsb.3. Tindakan pada muntah berak : pertolongan pertama dsb.

12

Page 13: PENYAKIT DALAM

PROTAP PERAWATAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD)

Definisi :Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis berupa demam disertai gejala perdarahan, bila timbul renjatan maka angka kematiannya cukup tinggi.

Tujuan :Mengatasi dan mencegah timbulnya penyulit akibat DBD.

Prosedur :1. Timbang BB.2. Ukur suhu, nadi, tensi dan rumpel leede.3. Tulis di curve list penderita.4. Awasi penderita bila terjadi perdarahan hidung, gusi, berak darah segera melapor.5. Siapkan penderita untuk pemeriksaan darah : Hb, PVC, Trombosit tiap hari.6. Siapkan infus bila diperlukan :

DBD derajat 1 dengan keluhan nyeri epigastrium, mual muntah : infus RL 500 cc/8 jam.

DBD derajat 2 : infus RL 500 cc/6jam. DBD derajat 3 : infus RL 500 cc/4 jam atau digrojok, bila gagal dapat ditambah

dextran 40 (max. 1 I/hari). DBD derajat 4 : pasang 2 infus, RL grojok dan dextran 40 (max 1 I/hari).

7. Ambil darah 5 cc untuk pemeriksaan serologi I.8. Siapkan dan isi formulir serologi.9. Laporkan ke Puskesmas setempat/Dinkes, untuk mendapatkan penyemprotan di rumah

penderita.10. Ambil darah 5 cc pemeriksaan serologi II, sebelum penderita pulang.

Catatan :1. Infus RL digrojok sampai ada kecenderungan penurunan hematokrit/Hb.2. Infus RL dihentikan dalam waktu 1 x 24 jam setelah keadaan klinis penderita membaik,

tidak timbul perdarahan spontan dan terdapat kecenderungan peningkatan trombosit pada pemeriksaan 2 kali berturut-turut.

3. Dextran diberikan maksimal 1 liter/hari.4. DBD derajat 3 dan 4 yang gagal dengan terapi diatas, dapat diberi infus plasma segar

atau darah segar.5. Penderita dengan asidosis (Ph darah kurang/sama dengan 7.00 atau bikarbonat kurang

dari 12 meq/liter dapat diberi 44 – 132 meq/I bikarbonat (30 – 80 tetes permenit dalam 500 cc dextrose 5%).

6. Tranfusi darah segar diberikan apabila terjadi perdarahan profus atau pada penderita dengan Hb < 10 gr%.

7. Antibiotika hanya diberikan bila ada tanda-tanda infeksi bakterial atau atas dasar indikasi.

8. DBD derajat 1 tanpa keluhan : observasi dan minum banyak.

13

Page 14: PENYAKIT DALAM

PROTAP PEMBERIAN DIURESIS PAKSA

FD ada 2 :1. Diuresis Paksa Netral.2. Diuresis Paksa Alkali.

I. Diuresis paksa netral : Mulai dengan suntikan Calsium Glukonas 1 amp IV (Intra Vena) Dextrosa 5% / 10% + KCI 10 ml 15% atau 20 ml 7,46% untuk setiap 500 ml dextrose

5% / 10% dengan kecepatan 3 liter dalam waktu 12 jam, setiap 6 jam diberi 40 mg Furosemid iv.

Bila perlu diuresis paksa netral dapat diulang setiap 12 jam sampai penderita sadar.

II. Diuresis paksa alkali : Idem diuresis paksa netral Ditambahkan 10 meq Na-Bicarbonas untuk setiap 500 ml Dextrose 5% / 10%.

14

14

Page 15: PENYAKIT DALAM

15

Page 16: PENYAKIT DALAM

16