PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI -...

35
UIN SUSKARIAU PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI PENYUSUN ZULFAHMI, S.Hut,M.Si ROSMAINA, SP, M.Si LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2013

Transcript of PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI -...

Page 1: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

UIN SUSKARIAU

PENUNTUN PRAKTIKUM

KEANEKARAGAMAN HAYATI

PENYUSUN

ZULFAHMI, S.Hut,M.Si

ROSMAINA, SP, M.Si

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 1 | P a g e

KATA PENGANTAR

Buku penuntun praktikum ini disusun untuk keperluan praktikum mata

kuliah Keanekaragaman Hayati mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas

Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau. Penuntun praktikum ini disusun

berdasarkan kurikulum mata kuliah dan ketersediaan peralatan di laboratorium

Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN Suska Riau.

Buku ini merupakan bahan pedoman praktikum mahasiswa di lapangan

atau di laboratorium dalam rangka untuk memberikan pengetahuan tambahan

tentang materi-materi yang telah diajarkan di kelas, disamping itu juga dengan

adanya praktikum ini mahasiswa memiliki keterampilan kerja seperti analisis

vegetasi suatu ekosistem, eksplorasi jenis-jenis tumbuhan maupun hewan.

Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan

masih perlu perbaikan dan penambahan berbagai materi. Segala saran dan kritikan

yang positif sangat kami harapkan dari semuanya, semoga buku penuntun ini

bermanfaat. terima kasih.

Pekanbaru, Oktober 2013

Tim Penyusun.

Page 3: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 2 | P a g e

DAFTAR ISI

Hal

MATERI 1 : Analisis Vegetasi …………………………………………….. 3

MATERI II : Teknik Pembuatan Herbarium ……………………………….. 12

MATERI III : Inventarisasi Serangga ……………………………………….. 20

MATERI IV : Inventarisasi Kupu-Kupu ……………………………………. 25

MATERI V : Konservasi Sumberdaya Daya Genetik ……………………… 29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 34

Page 4: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 3 | P a g e

MATERI 1

ANALISIS VEGETASI HUTAN

A. PENDAHULUAN

Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh

bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu

penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan

maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan

tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-

individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-

individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut juga sebagai suatu

komunitas tumbuh-tumbuhan.

Data dan informasi mengenai vegetasi atau potensi tumbuhan di suatu

kawasan sangat diperlukan dalam upaya mendokumentasikan biodiversitas

atau sumber daya genetic yang ada sekaligus untuk mencari/mengidentifikasi

nilai ekonomi dari plasma nutfah tersebut di masa mendatang. analisis

vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi jenis atau

populasi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

(Soerianegara dan Indrawan (1998) dalam Bakri (2009)).

Menurut Andre (2009), vegetasi tersusun oleh beberapa komponen-

komponen penyusun sebagai berikut:

1. Belukar (Shrub)

Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai

yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit (Epiphyte)

Page 5: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 4 | P a g e

Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan

palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern)

Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti

akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.

4. Palma (Palm)

Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi;

tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter

dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber)

Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun

merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.

6. Terna (Herb)

Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.

Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang

menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut

yang kadang-kadang keras.

7. Pohon (Tree)

Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau

tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,

yaitu :

a. Semai (Seedling): anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi

< 1,5 meter.

Page 6: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 5 | P a g e

b. Pancang (Sapling): anakan pohon yang tingginya ≥ 1,5 cm dan

diameter < 7 cm.

c. Tiang (Poles): Pohon muda yang diameternya mulai 7 cm sampai

diameter < 20 cm.

Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 199 bahwa Hutan

didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuanalam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan

menyimpan koleksi plasma nutfah yang sangat banyak, mulai dari

mikroorganisme sampai pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi. Plasma nutfah

tersebut memiliki manfaat ekonomi dan ekologi yang sangat tinggi. Oleh karena

analisis vegetasi hutan harusdilakukan sebagai langkah awal dalam usaha

pengelolaan kawasan hutan.

Menurut Latifah (2005), analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk

mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatan anlisis vegetasi pada dasarnya

ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan

petak yang banyak digunakan adalah antara metode jalur (untuk risalah pohon)

dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan). Di bidang ekologi hutan

terdapat dua tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang diinginkan.

Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak

(destructive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non destructive

measure). Untuk keperluan penelitian agar datanya dianggap sah (valid) secara

statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus

menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila dengan sampling seorang

Page 7: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 6 | P a g e

peneliti dapat memperoleh informasi data yang diinginkan lebih cepat dan lebih

teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi

penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi.

B. TUJUAN

Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat komposisi jenis dan struktur

tegakan hutan.

C. ALAT DAN BAHAN

- Peta lokasi,

- Tali plastic (60 m per regu)

- Meteran 10 m atau 20 m

- Kompas

- Tally sheet dan Alat tulis

- Pengenal pohon

D. METODE

Kegiatan di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Kegaiatan analisis dilakukan secara berkelompok. Kelompok ini terdiri dari

pembersih areal, penunjuk arah, pengukur pohon, pengukur semai, pengukur

tiang, pengukur pancang, pengenal pohon, pembawa perbekalan,

2. Menentukan lokasi jalur yang akan disurvey (unit contoh) di atas peta,

panjang masing-masing jalur ditentukan berdasarkan lebar hutan (dalam

Page 8: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 7 | P a g e

survey ini panjang jalur 500 meter per regu). Jalur dibuat dengan arah tegak

lurus garis kontur (memotong garis kontur.

3. Membuat contoh unit jalur seperti Gambar 1.

4. Mengidentifikasi jenis, jumlah serta mengukur diameter (DBH) dan tinggi

(tinggi total dan bebas cabang) untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan

untuk tingkat semai dan pancang hanay mengidentifikasi jenis dan jumlahnya

saja. Data hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet. Dalam kegiatan survey

ini digunakan criteria pertumbuhan sebagai berikut:

a. Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi <1.5 m

b. Pancang adalah anakan pohon yang tingginya ≥ 1.5 m dan diameter < 7

cm

c. Tiang adalah pohon muda yang diameternya ≥ 7 cm sampai diameter < 20

cm

d. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm

b

b

c

d

a

c

b

Gambar 1. Model traksek/petak dalam analisis vegetasi

Page 9: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 8 | P a g e

5. Penentuan langsung daerah sampel di kawasan kampus UIN SUSKA Riau

dengan cara mengeksplorasi areal tersebut dengan tujuan untuk mengetahui

homogenitas nepenthes.

6. Menentukan jumlah plot atau petak contoh agar mewakili daerah penelitian

dengan cara menetapkan ukuran plot 5 x 5 diambil secara zig-zag pada

masing-masing lokasi.

7. Melakukan pencatatan spesies dan jumlah spesies nepenthes yang ditemukan

pada masing-masing plot.

8. Pengambilan gambar dengan kamera digital bagian seluruh tanaman, seperti

batang, daun, kantung dan bunga (jika ada).

9. Data yang diperoleh diolah dengan dengan menggunakan formulasi metode

petak kuadrat untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/ha), frekuensi

dan dominasi (m2/ha) dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing

jenis sebagai berikut:

1) Kerapatan Jenis

Kerapatan (K) = ∑ Individu

Luas petak contoh

Kerapatan relatif (KR)K Suatu jenis

K Total seluruh jenis

2) Frekuensi

Frekuensi (F) = ∑ Sub petak yang ditemukan suatu spesies

∑ Seluruh sub petak contoh

F Relatif (FR) = F Suatu jenis

F Total seluruh jenis

3) Dominasi

Dominasi (D) = Luas bidang dasar suatu spesies

Luas petak contoh

X 100%

X 100%

Page 10: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 9 | P a g e

D relatif = D suatu jenis

D total seluruh jenis

4) Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR

Volume Pohon

Untuk menghitung volume pohon digunakan rumus sebagai berikut:

V = 1/4. π.d2.t.f

Dimana:

V = volume pohon bebas cabang (m3)

π = konstanta (3,141592654)

d = diameter pohon setinggi dada/130 cm atau 20 cm di atas banir (cm2)

t = tinggi pangkal tajuk dikurangi tinggi banir(m)

f = angka bentuk pohon (0,6)

Untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi di areal hutan digunakan

beberapa indeks sebagai berikut:

a. Indeks Simpson’s

Formula yang digunakan untuk melihat indeks keragaman Simpson’s

adalah:

Keterangan:

D = Indeks Simpson’s

Pi = Kelipatan relative dari spesies ke-I

Pi2 = (Ni/Nt)

2

X 100%

D = 1 - ∑ Pi

2

Page 11: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 10 | P a g e

Ni = Jumlah individu spesies

Nt = Jumlah total untuk semua individu

b. Indeks Shannon_Wienner

Formula yang digunakan untuk melihat indeks keragaman

Shannon_Wienner adalah:

Keterangan:

D = Indeks Shannon_Wienner

Pi = Kelipatan relative dari spesies ke-I

Pi2 = (Ni/Nt)

2

Ni = Jumlah individu spesies

Nt = Jumlah total untuk semua individu

s D = - ∑ Pi

2 (Log e Pi)

1=1

Page 12: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 11 | P a g e

Tabel 1. Tally Sheet Analisis Vegetasi nepenthes sp. Di kawasan kampus UIN

SUSKA Riau

Tanggal pengamatan : Azimut :

Lokasi : No Petak :

Ukuran Petak :

No

Spesies

Nama Jenis Lokal Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan

1.

2.

3.

4.

n

E. TUGAS

Olah data dari lapangan dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Nilai

Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominasi,

Dominasi relatif, Indeks Simpson’s, dan Indeks Shannon_Wienner dimaknai

dengan mengkaitkannya terhadap pengolahan dan kelestarian hutan

Page 13: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 12 | P a g e

MATERI II

TEKNIK PEMBUATAN HERBARIUM

A. PENDAHULUAN

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani

yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi

spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi.

Fungsi herbarium secara umum antara lain:

1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi

tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani

jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam

konservasi alam.

2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai

sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan

yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.

3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk

mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan

ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.

Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan

herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan

identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga

dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun

muda dan tua, kuncup muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua.

Page 14: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 13 | P a g e

Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasanya

disebut dengan herbarium fertile, sedang material herbarium tanpa bunga dan

buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan

agar dibuat material herbarium fertile dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat

beberapa specimen sebagai duplikat (tiga specimen atau lebih per nomor koleksi).

Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam

praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan

informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata

lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan

harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak

pada spesimen herbarium.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi tumbuhan antara lain:

1. Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya.

2. Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan

panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya

3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu

tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ

generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan

hewan, misalnya beruk.

3. Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi

kuncup (daun baru)karena kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan

brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.

4. Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar

seperti Araceae.

Page 15: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 14 | P a g e

5. Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan

rumah kaca. Contoh:

a. Epifit, anggrek; akarnya dibungkus dengan lumut, akar-akar paku,

serat kelapa

b. Biji-biji tumbuhan air disimpan dalam air

c. Biji-biji kapsul kering jangan diambil dari kapsulnya.

Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi

keterangan-keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat

setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara

lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau

ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya. Bersamaan dengan

pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu juga dibuatkan segera label gantung

yang diikatkan pada material herbarium. Satu label untuk satu specimen. Pada

setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama), kolektor (pengumpul), nomor

koleksi, nama local (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan

dan tanggal. Dianjurkan pula untuk penulisan pada label gantung tersebut

menggunakan pensil agar tulisan tidak larut bila terkena siraman alcohol atau

spritus.

Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium di lokasi

pengumpulan, yaitu cara basah dan cara kering. Cara basah, yaitu material

herbarium yang telah dikoleksi dimasukan dala lipatan kertas Koran dan disiram

dengan alcohol 75%. Sedangkan cara kering dapat dilakukan dengan dua proses,

yaitu:

Page 16: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 15 | P a g e

a. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak

terlalu tebal dipres di dalam sasak, kemudian dikeringkan di atas

tungku pengeringan dengan panas yang diatur. Pengeringan harus

segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material

herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.

b. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium terlebih dahulu

dicelupkan di dalam air mendidih sekitar 3 menit, kemudian dirapikan

lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas Koran. Selanjutnya ditumpuk

dan dipres, dijemur dan dikeringkan diatas tungku pengeringan.

Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering

diperiksi dan diupayakan agar pengeringan merata.

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan herbarium.

C. ALAT DAN BAHAN

a. Alat untuk mengambil material herbarium: pisau, parang, kampak, gunting

stek, galah berpisau, skop (untuk terna).

b. Alat pembungkus material herbarium: kertas Koran, karung plastic besar,

kantong plastic berukuran 40 x60 cm, tali plastic dan hekter, serta sasak

kayu dari bambu ukuran 30 x 50 cm untuk pengepresan

c. Alat tulis: kertas label gantung (dari kertas manila ukuran 3 x 5 cm), tally

sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lainnya.

Page 17: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 16 | P a g e

d. Alkohol 70% atau spritus (1 liter untuk ±30 specimen)

e. Alat pelengkap lainnya, kamera digital, pita ukur.

D. METODE

1. Pengambilan spesimen di lapangan

Specimen yang diambil sebaiknya dalam kondisi fertile, yaitu semua

organ-organ tumbuhan terwakili mulai umbi, akar, batang, daun, buah dan

bunga. Apabila tidak memungkinkan cukup diwakili oleh batang, daun,

dan bunga. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut:

a. Dipilih specimen yang masih segar dan sedang berbunga.

b. Untuk jenis rumput dan tumbuhan herba, tanah disekitar

specimen digali untuk memudahkan pengambilan specimen

serta supaya akar-akarnya tidak patah.

c. Beri label gantung dan rapikan material herbarium, kemudian

dimasukkan ke dalam lipatan kertas Koran. Satu lipatan kertas

Koran untuk satu specimen (contoh). Tidak dibenarkan

menggabungkan beberapa specimen di dalam satu lipatan

kertas.

d. Selanjutnya, lipatan kertas Koran yang berisi material

herbarium tersebut ditumpuk satu diatas yang lainnya. Tebal

tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastic

(40x60 cm) yang akan digunakan.

e. Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastic dan

kemudian disiram dengan alcohol 70% atau spiritus sampai

seluruh bagian tumpukan tersiram secara merata, kemudian

Page 18: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 17 | P a g e

kantong plastic ditutup rapat dengan solatip atau hekter supaya

alcohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong.

f. Catat ciri spesifik masing-masing jenis dan dikumpulkan pada

buku catatan.

2. Pengepresan

Pengepressan adalah proses pengaturan specimen pada alat pengepresan

yang terdiri dari kertas Koran, karton, sasak. Langkah kerjanya:

a. Specimen yang telah terkumpul dikeluarkan dari kantong

plastic dan lipatan Koran

b. Specimen kembali diatur diantara kertas Koran

c. Untuk specimen yang terlalu panjang, batang dipatahkan

membentuk huruf N atau A

d. Pada saat pengepressan, kondisi tumbuhan harus utuh, tidak

diperbolehkan adanya bagian-bagian yang dikurangi.

e. Atur posisi sebagian daun, sehingga daun tampak bagian

permukaan atas dan bawah.

f. Atur kertas-kertas Koran yang telah berisi specimen tadi

menjadi tumpukan sebanyak 10-15 specimen.

g. Lapisi antar specimentersebut menggunakan triplek dan ikat

kuat-kuat.

3. Pengeringan, dan identifikasi

a. Tumpukan specimen yang telah disusun dalam sasak dijemur

dibawah sinar matahari selama 3 hari atau dioven dengan suhu

80oC selama 48 jam.

Page 19: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 18 | P a g e

b. Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya.

Biasanya secara berturut-turut material tersebut termasuk suku

apa, marga dan jenis apa (nama local ataupun nama ilmiah),

lokasi tempat pengambilan, tanggal pengambilan, nama

kolektor, ketinggian lokasi pengambilan.

c. Hasil identifikasi ini dituliskan pada label identifikasi yang

telah disiapkan. Dalam hal ini harus diperhatikan agar nomor

koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan

nomor koleksi pada label gantung.

4. Pengawetan.

Material herbarium yang telah diidentifikasi kemudian diawaetkan dengan

cara sebagai berikut:

a. Material dicelupkan ke dalam larutan sublimat, yakni campuran

alcohol 96% dan tepung sublimat dengan perbandingan50 gram

sublimat dalam 1 liter alcohol. Pada proses pengawetan ini

dianjurkan agar menggunakan sarung tangan dan kain kasa

penutup hidung untuk menghindari cairan dan uap sublimat.

b. Material yang sudah dicelup (sekitar 2 menit) di dalam larutan

sublimat dimasukkan ke dalam lipatan kertas Koran, kemudian

beberapa material ditumpuk menjadi satu dan ditaruh di antara

2 sasak, lalu diikat kencang.

c. Sasak yang berisi material tersebut dimasukkan ke dalam

tungku pengeringan atau dijemur sampai material menjadi

kering.

Page 20: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 19 | P a g e

5. Pengeplakan

a. Material herbarium yang telah kering kemudian diplak atau

ditempelkan pada kertas gambar/karton yang kaku dan telah

disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan dilakukan pula

pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini

perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label

identifikasi dengan nomor koleksi herbarium yang

bersangkutan.

b. Material herbatium kering yang sudah diplak dan memiliki

label identifikasi selanjutnya bisa disimpan di ruangan

herbarium.

Page 21: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 20 | P a g e

MATERI III

INVENTARISASI SERANGGA

A. PENDAHULUAN

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dalam

mendukung keanekaragaman flora dan fauna. Salah satu sumber daya hutan

adalah serangga tanah. Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik

yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Serangga

permukaan tanah, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, tetapi juga

memakan tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Serangga permukaan tanah

berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan

mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan serangga permukaan

tanah.

Keberadaan serannga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung

pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya,

seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran

siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi serangga

permukaan tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas serangga permukaan

tanah akan berlangsung baik. Secara garis besar proses perombakan berlangsung

sebagai berikut : pertama perombak yang besar atau makrofauna meremah-remah

substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan

akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Feses juga dapat juga dikonsumsi

lebih dahulu oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam

saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil

ekskresi fauna ini dihancurkan serangga pemakan bahan organik yang mambusuk,

Page 22: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 21 | P a g e

membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana.

Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah.

Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan

dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah

menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi

dan tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik

tanah dan menambah kandungan bahan organiknya

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan,

adalah, struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi, kelembaban tanah

dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup, suhu

tanah mempengaruhi peletakan telur,cahaya dan tata udara mempengaruhi

kegiatannya.

Hutan larangan Adat Kecamatan Kampar adalah salah satu kawasan hutan

hujan tropis yang menyediakan sumber kehidupan bagi satwa yang terdapat di

dalamnya, termasuk serangga permukaan tanah. Kondisi hutannya yang memiliki

kelembaban tinggi merupakan salah satu habitat yang disukai oleh serangga

permukaan tanah.

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan

1. untuk melihat komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah

pada hutan sekunder UIN SUSKA RIAU dan Hutan Alam Larangan Adat

Kecamatan Kampar.

2. Untuk melihat indeks kesamaan jenis serangga yang ada di kedua habitat.

Page 23: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 22 | P a g e

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkap jebak yaitu gelas

plastik (luas permukaan 51,5 cm2), lidi, styrofoam, sekop, alat tulis, kertas

label, alkohol 70% dan larutan asam asetat 5%. Untuk mengukur faktor

lingkungan digunakan pH meter, higrometer, termometer (Yenaco)dan mistar.

Dalam pengumpulan sampel, alat yang digunakan yaitu pinset, kantung

plastik dan karet. Dalam identifikasi sampel serangga digunakan mikroskop

dengan perbesaran 20 x. Untuk dokumentasi digunakan kamera digital.

D. METODE

1. Penentuan Lokasi

Lokasi pengambilan sampel dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat yang

berbeda yaitu hutan sekunder UIN SUSKA RIAU dan hutan Alam

Larangan Adat Kecamatan Kampar.

2. Pengambilan dan Identifikasi Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasang sepuluh

perangkap jebak pada kedua habitat. Perangkap diisi dengan larutan

alcohol 70% dan ditambahkan larutan asam asetat 5% sebanyak 1 tetes

pada masing-masing perangkap. Perangkap dipasang secara random dan

dibiarkan selama 3 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan.

Untuk kepentingan identifikasi, sampel yang diperoleh kemudian dibawa

ke laboratorium.

Page 24: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 23 | P a g e

Gambar 1. Pemasangan Perangkap Jebak

3. Analisis data

a. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks

Keanekaragaman Shannon-Wiener :

dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah jenis yang didapat

N = Total jumlah jenis yang didapat

Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong

rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong

sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.

Page 25: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 24 | P a g e

b. Indeks kesamaan jenis serangga pada dua habitat dihitung dengan Uji

Sorenson :

IS = [2 C / (A + B)] x 100%

Keterangan :

IS = indeks kesamaan.

C = jumlah jenis serangga yang ada di kedua habitat, dimana Jumlah nilai

yang sama dan nilai terendah dari jenis-jenis yang terdapat dalam

dua habitat yang dibandingkan

A = jumlah jenis serangga yang hanya ada di habitat pertama

B = jumlah jenis serangga yag hanya ada di habitat kedua

E. TUGAS

Identifikasilah jumlah serangga yang terperangkap, kelompokkan mereka dan

hitung indek keragaman dan indek kesamaan serangga pada kedua habitat.

Page 26: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 25 | P a g e

MATERI IV

INVENTARISASI KUPU-KUPU

A. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sumberdaya alam hayati yang sangat tinggi, hampir

sekitar 10% dari semua species makhluk hidup yang ada di dunia ini terdapat di

Indonesia. Kekayaan faunanya meliputi sekitar 400.000 species, 7800 species

merupakan kelompok vertebrata yang terdiri dari 1500 species burung, 800

species mammalia, 2500 species ikan, 200 species reptil, dan 1000 species

amphibia (Ditjen PHPA, 1993).

Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki

Indonesia. Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera, yakni serangga yang

sayapnya ditutupi oleh sisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil (sekitar 10%)

dari 170.000 jenis Lepidoptera yang ada di dunia dan jumlah jenis kupu-kupu

yang telah diketahui di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 13.000 jenis, dan

mungkin beberapa ribu jenis lagi yang belum dideterminasi (Peggie 2004). Arti

kupu-kupu bagi manusia tidak hanya sebagai obyek yang memiliki keindahan,

namun dalam banyak hal kupu-kupu memiliki arti penting lain. Penyebaran

geografi yang mantap dan keanekaragaman kupu-kupu dapat memberikan

informasi yang baik dalam studi lingkungan sebagai indikator lingkungan, serta

perubahan yang mungkin terjadi. Kupu-kupu juga memberi andil yang sangat

berarti dalam mempertahankan keseimbangan alam dengan bertindak sebagai

penyerbuk pada proses pembuahan bunga bersama hewan penyerbuk lainnya

(Hamidun 2003).

Page 27: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 26 | P a g e

Kupu-kupu merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus

dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman

jenisnya. Kupu-kupu telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan

manusia,seperti estetika atau keindahan, budaya pendapatan ekonomi, penelitian,

petunjuk mutu lingkungan, dan penyebaran tumbuhan (Achmad 2002).

Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat

yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta

adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi

areal hutan, sawah, dan perkebunan yang menjadi habitat bagi kupu-kupu , dapat

menyebabkan penurunan jumlah maupun jenis kupu-kupu di alam.

Hutan banyuwindu terletak di desa Limbangan, Kecamatan Limbangan,

Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Hutan banyuwindu termasuk salah satu

kawasan hutan yang diperkirakan memiliki keanekaragaman satwa liar termasuk

kupu-kupu yang cukup tinggi. Lokasi hutan banyuwindu terletak di kawasan

perbukitan dan termasuk kawasan yang masih dijumpai berbagai macam tipe

habitat seperti tegakan pohon, vegetasi semak berumput, semak belukar, alang-

alang, berdekatan dengan ladang, kebun, sawah, dan pekarangan penduduk. Hutan

banyuwindu saat ini mengalami tekanan dari berbagai aktivitas masyarakat di

sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tekanan tersebut

berupa pengambilan sumber daya hutan seperti penebangan kayu dan reklamasi

hutan untuk dijadikan sebagai area perkebunan. Kondisi tersebut dapat berdampak

buruk bagi keberadaan kupu-kupu di hutan banyuwindu, karena kupu-kupu akan

kehilangan habitat yang menjadi tempat hidupnya. Berbagai upaya telah

dilakukan termasuk adanya peraturan desa yang menetapkan area desa tersebut

Page 28: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 27 | P a g e

sebagai area konservasi, namun pada pelaksanaan di lapangan tetap saja terjadi

pelanggaran walaupun sudah mulai berkurang.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan tersebut, maka salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

setempat melalui pemanfaatan potensi kupu-kupu di hutan banyuwindu sebagai

ekoturisme. Untuk mengetahui potensi kupu-kupu di hutan banyuwindu perlu

dilakukan berbagai penelitian, terutama penelitian mengenai kekayaan jenis kupu-

kupu. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data awal

untuk pengembangan kawasan hutan banyuwindu sebagai kawasan Ekoturisme.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang ada di

hutan Banyuwindu, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa

Tengah.

C. ALAT DAN BAHAN

Materi pengamatan adalah jenis-jenis kupu-kupu yang dijumpai di

sepanjang jalur pengamatan, sedangkan alat yang digunakan adalah teropong

binokuler, jaring kupu-kupu, kaca pembesar, kamera digital dan buku panduan

lapangan tentang identifikasi kupu-kupu.

D. METODE

1. Pengambilan data jenis kupu-kupu dilakukan pada saat aktivitas kupu-

kupu tinggi pada pukul 08.00-11.00 dan 13.00-16.00 dengan

Page 29: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 28 | P a g e

menggunakan metode eksplorasi. Inventarisasi jenis kupu-kupu yang hadir

pada hutan larangan Adat dan kampus UIN SUSKA RIAU dilakukan

dengan mencatat semua jenis kupu, kemudian diidentifikasi dengan

menggunakan buku identifikasi yang ada.

2. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis

Deskriptif.

Page 30: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 29 | P a g e

MATERI V

KONSERVASI SUMBERDAYA GENETIK

A. PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki

keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Keanekaragaman hayati tersebut

meliputi keanekaragaman ekosistem, spesies, dan variabilitas genetik dari

tumbuhan, hewan, serta jasad renik. Indonesia yang secara geografis terletak

di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan

Pasifik), jumlah pulau yang sangat banyak (lebih dari 17.000), serta sifat

geografisnya yang unik memungkinkan Indonesia memiliki keanekaragaman

plasma nutfah yang sangat tinggi dengan tingkat endemisme yang tinggi pula.

Keanekaragaman ekosistem telah melahirkan keanekaragaman spesies.

Walaupun Indonesia hanya memiliki luas daratan bumi sekitar 1,3%, tetapi

memiliki 17% dari jumlah spesies dunia. Dari segi fauna Indonesia memiliki

fauna dari kawasan Indo-Malaysia sebanyak 17% dari mamalia dunia, 15%

amfibi dan reptilia, 17% dari semua burung, dan 37% dari ikan dunia.

Pertambahan penduduk yang cukup tingggi akan berdampak pada

peningkatan kebutuhan pangan. Ketersedian pangan dan kebutuhan lain

sangat dipengaruhi salah satunya adalah ketersediaan lahan. Akhir-akhir ini

untuk mendukung penyediaan lahan pertanian, maka lahan hutan yang

merupakan tempat hidup plasma nutfah cenderung dikonversi menjadi lahan

pertanian, akibatnya banyak plasma nutfah yang terganggu keberadaannya dan

tidak jarang juga mengalami kepunahan/hilang. Oleh karena itu, upaya

konservasi atau pengamanan plasma nutfah tersebut harus dilakukan segera

Page 31: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 30 | P a g e

karena plasma nutfah tersebut memiliki berbagai manfaat yang tidak ternilai,

meskipun kadang kala saat ini belum teridentifikasi manfaatnya secara jelas

tetapi harus tetap kita jaga dan pertahankan keberadaannya.

Di masa depan, plasma nutfah akan lebih penting peranannya dalam

pembangunan mengingat kebutuhan dunia akan bahan-bahan hayati untuk

obat, varietas baru tanaman pertanian dan ternak, proses industri, dan

pengolahan pangan semakin meningkat. Tetapi prospek ini tidak akan dapat

diraih apabila erosi plasma nutfah yang diawali dengan kerusakan sebagian

ekosistem dan kepunahan beberapa spesies masih berlanjut seperti yang terjadi

sekarang ini apabila tidak dilakukan usaha pencegahan secara lebih serius.

Fokus dari pengelolaan plasma nutfah adalah melestarikan, mengembangkan,

dan memanfaatkannya secara berkelanjutan, baik pada ekosistem darat

maupun laut, kawasan agroekosistem dan kawasan produksi, serta program

konservasi ex siu. Upaya pengelolaan ini harus disertai dengan pemeliharaan

sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan plasma

nutfah yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil. Unsur utama dari

pengelolaan plasma nutfah adalah pelestarian in situ dan ex situ dari plasma

nutfah yang kita miliki.

Konservasi in-situ adalah upaya pengawetan jenis tumbuhan dan

satwa liar di dalam habitat alaminya. Upaya konservasi in-situ cukup efektif

karena perlindungan dilakukan di dalam habitat aslinya sehingga tidak

diperlukan lagi proses adaptasi bagi tanaman yang bersangkutan. Namun

demikian, suatu kelemahan akan terjadi jika suatu jenis yang dikonservasi

secara in-situ tersebut memiliki penyebaran yang sempit, kemudian tanpa

Page 32: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 31 | P a g e

diketahui terjadi perubahan habitat, maka akan sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup jenis tersebut. Dan begitu pula jika di daerah konservasi

terjadi kebakaran atau bencana, dapat dipastikan seluruh jenis yang terdapat di

dalamnya akan terancam musnah. Oleh karena iru, selain upaya konservasi

in-situ perlu dilengkapi dengan upaya konservasi eks-situ.

Konservasi eks-situ merupakan upaya pengawetan jenis flora dan

fauna di luar habitat aslinya. Kegiatan konservasi eks-situ dilakukan untuk

menghindari adanya kepunahan suatu jenis dengan menyimpan variasi

genetik yang ada di habitat alaminya. Hal ini perlu dilakukan mengingat

tingginya tekanan terhadap habitat dan populasinya akibat prilaku manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami melakukan konservasi

eks-situ suatu species.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan merupakan alat untuk mengambil

tanaman atau bagian tanaman dari lapangan seperti parang, sekop, kotak/box,

alat tulis menulis dan lain-lainnya.

D. METODE

1. Eksplorasi

Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan

nara sumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi

Page 33: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 32 | P a g e

utama (key informan) maupun data kepustakaan. Dalam kaitan ini

dilakukan penggalian informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan

contoh tanaman dan deskripsi tanaman, konservasi contoh tanaman hasil

eksplorasi. Eksplorasi didukung oleh keterangan petani tentang preferensi

mereka terhadap plasma nutfah. Keterangan dari petani berupa tempat

tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi

dan deskripsi.

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna

mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk

mengamankan dari kepunahan. Plasma nutfah yang ditemukan diamati

sifat fisik asalnya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi

tanaman. Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi tanaman / species

tertentu yang ditetapkan, baik yang sudah dibudidayakan maupun spesies

liarnya.

Langkah pertama praeksplorasi adalah mencari informasi ke dinas-

dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi tentang

jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada

saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan

penyebaran jenis tanaman. Plasma nutfah tanaman hasil eksplorasi

dipelihara di kebun koleksi. Tanaman koleksi diamati pertumbuhannya,

diukur semua organ tanaman, dan dicatat sifat-sifat morfologinya. Bahan

yang dikumpulkan berupa bibit, biji, dan umbi.

Page 34: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 33 | P a g e

2. Konservasi

Untuk mempertahankan sumber daya genetic yang ada dilakukan

usaha pelestarian plasma nutfah secara ex situ dalam bentuk kebun koleksi,

visitor plot, dan pot-pot pemeliharaan.

3. Karakterisasi dan Evaluasi

Hasil eksplorasi tanaman kemudian dibuat karakterisasinya

meliputi bentuk tanaman, letak daun, bentuk daun, warna daun, tepi daun,

permukaan daun, warna bunga, letak bunga, bentuk buah, bagian tanaman

yang bermanfaat, dan khasiatnya. Karakterisasi tanaman berada dalam

kondisi lingkungan optimal agar dapat tumbuh dengan baik. Sifat-sifat

kuantitatif yang diamati antara lain adalah tinggi tanaman, hasil dan

komponen hasil. Karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi sifat

fisik dan sifat fisiologi spesifik dari tanaman yang ditemukan, termasuk

potensial hasilnya.

4. Deskripsi

Karakterisasi lanjutan atau evaluasi dilakukan dengan skala

prioritas untuk mendapatkan deskripsi tanaman.

Page 35: PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI - …epuspeduli.com/penuntun_praktikum_keanekaragaman_hayati.pdf · Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan masih perlu

Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati 34 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Baluran. 2004. Pembuatan Herbarium. Laporan Kegiatan

Pengendalian Ekosistem. Baluran. Jawa Timur.

Krismawati, A. dan M. Sabran. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Genetik

Tanaman Obat Spesifik Kalimantan Tengah. Bulletin Plasma Nutfah,

12(1): 16-23.

Kusumo, S., M. Hasanah, S. Moeljoprawiro, M.Thohari, Subandrijo, A.

Hardjamulia, A. Nurhadi, dan H. Kasim. 2002. Pedoman Pembentukan

Komisi Daerah Plasma Nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor.

Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan. Laporan Penelitian Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Patrio Sekolah Rakyat. 2010. Inventarisasi Kupu-Kupu di hutan Bayuwindu

Limbangan. Kendal.

Ruslan, H. 2009. Komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan Tanah

pada habitat hutan homogen dan heterogen Di pusat pendidikan konservasi

alam PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. VIS VITALIS, 02(1):43-53.