Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

22

Click here to load reader

Transcript of Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Page 1: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia usaha adalah dunia yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Setiap individu yang menjalankan usaha, senantiasa mencari jalan untuk selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya. Demikian juga kiranya dalam mendirikan bentuk-bentuk usaha perdagangan.Banyak pelaku usaha melakukan kegiatan usahanya dalam bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT)1. Pemilihan badan hukum PT untuk menjalankan roda bisnisnya dikarenakan terdapatnya beberapa keuntungan dari karakteristik kebadanhukuman dari PT, seperti pertanggungjawaban yang terbatas terhadap para pemegang sahamnya, keharusan dalam urusan administratif dan lain-lainnya. Rudhi Prasetya dalam disertasinya mengemukakan teorinya mengenai alasan pemilihan badan hukum PT dalam lalu lintas bisnis sebagai berikut :

“Dalam kepustakaan banyak ditulis bahwa unsur pertanggungjawaban yang terbatas itulah yang dijadikan orang acap kali memilih bentuk PT. Dengan menggunakan konstruksi PT itu dapat memperkecil risiko kerugian yang mungkin timbul. Atas dasar motivasi ini dalam beberapa hal orang sengaja untuk satu jenis usaha memilih satu bentuk PT tersendiri. Bahkan kadang kala untuk satu jenis usaha diselenggarakan dalam dua atau tiga PT tersendiri. Keadaan seperti ini dapat mendatangkan kefaedahan. Sekalipun pada hakikatnya secara ekonomis PT-PT tadi merupakan satu kesatuan ekonomis, namun karena secara yuridis setiap badan hukum itu dipandang sebagai subjek hukum yang mandiri, maka suatu tagihan kepada PT tidak dapat dituntut kepada harta pribadi orang- orangnya, baik pengurusnya maupun pemegang sahamnya, atau kepada PT-PT lainnya, sekalipun saham-sahamnya berada dalam satu tangan pemegang saham.2

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 2: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14. 4 Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance, http://www.sinarharapan .co.id/berita/0402/12/nas09.html, diakses tgl. 5 Februari 2010. Kehadiran Perseroan Terbatas sebagai salah satu kendaraan bisnis memberikan kontribusi pada hampir semua bidang kehidupan manusia. Perseroan Terbatas telah menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit untuk pembangunan ekonomi dan sosial.4Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya (Pasal 1 butir (1) UUPT No. 40 Tahun 2007). Apabila diuraikan lebih lanjut, maka definisi PT harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut ini: a. Badan hukum

Setiap perseroan adalah badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain memiliki harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasalpun yang menyatakan perseroan sebagai badan hukum, tetapi dalam UUPT secara tegas menyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum.

Page 3: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

b. Didirikan berdasarkan perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian (kontrak), artinya harus ada dua orang atau lebih pemegang saham yang setuju mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat didepan notaris. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Dengan demikian tidak ada perseroan yang hanya didirikan oleh satu orang pemegang saham dan tanpa akta notaris. c. Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam bidang ekonomi (industri, dagang, jasa) yang bertujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Supaya kegiatan itu sah harus memperoleh izin usaha dari pihak yang berwenang d. Modal dasar

Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Modal dasar5merupakan harta kekayaan perseroan (badan hukum), yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan, atau pemegang saham. 5 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 234. Modal dasar adalah “ seluruh nilai nominal” saham perseroan yang disebutkan di dalam Anggaran Dasar (AD). Hal ini ditegaskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUPT No. 40 Tahun 2007. Modal dasar pada prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan. Berdasarkan Pasal 32 ayat (1) UUPT No. 40 Tahun 2007 modal dasar perseroan yang dibenarkan yaitu paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). e. Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan UUPT dan peraturan pelaksanaannya

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 4: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Ketentuan ini menunjukkan bahwa UUPT menganut sistem tertutup (closed system). Persyaratan yang wajib dipenuhi mulai dari pendiriannya, beroperasinya, dan berakhirnya. Diantara syarat mutlak yang wajib dipenuhi oleh pendiri perseroan adalah akta pendirian harus dibuat didepan notaris dan harus memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.6

Page 5: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 5-7. 7 Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 5. Setiap perseroan pasti terlibat dalam suatu transaksi, tiada satu perseroanpun yang tanpa transaksi. Karena hal tersebut sejalan dengan kegiatan perseroan yang secara terus menerus dan tanpa putus serta sifatnya terbuka, maka perseroan dalam berhubungan dengan pihak ketiga mengadakan suatu transaksi. Transaksi dilakukan karena transaksi itu sebagai tempat untuk menampung bertemunya suatu kesepakatan yang disebut perjanjian.7Salah satu perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian kredit. Perjanjian kredit sering digunakan dalam perseroan untuk memenuhi permodalan perseroan tersebut. Perjanjian kredit dilakukan antara kreditur (pihak yang memberikan pinjaman) dan debitur (pihak yang menerima pinjaman) untuk memenuhi kekurangan uang agar dapat melaksanakan kegiatan usahanya. Pemberian pinjaman atau kredit yang diberikan kreditur kepada debitur dilakukan karena adanya kepercayaan bahwa debitur dapat mengembalikan pinjaman tersebut kepada kreditur tepat pada waktunya. Tanpa adanya kepercayaan dari kreditur, tidaklah mungkin kreditur mau memberikan pinjaman kepada debitur. Pinjaman

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 6: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

ini disebut kredit (credit).8 Kredit mempunyai banyak arti, dimana dalam dunia bisnis pada umumnya kata “kredit” diartikan sebagai “kesanggupan akan pinjaman uang atau kesanggupan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa dengan perjanjian akan membayarnya kelak.”9Dengan demikian kredit dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontraprestasinya akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu).

Page 7: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

8 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Failissementverordening Juncto Undang-Undang No.4 Tahun 1998, (Jakarta: Pusat Utama Grafiti, 2002), hal.2. 9 Muhammad Djumhana, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung: Alumni, 1983), hal.21. 10 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Jaminan Dan Kepailitan, Makalah Pembanding dalam Seminar Sosialisasi Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, (Jakarta: 2000), hal.2 dikutip dalam Inggrid Kusuma Dewi, Tesis, Kedudukan Hukum Bank sebagai Pemegang Jaminan Kebendaan pada Perjanjian Kredit dalam Keadaan Debitur Pailit, Universitas Sumatera Utara, Medan,2007, hal. 4. Kredit merupakan tulang punggung bagi pembangunan di bidang ekonomi. Dengan demikian perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian, perumahan, transportasi, dan lain sebagainya. Sektor perkreditan merupakan salah satu sarana pemupukan modal bagi masyarakat bisnis. Bagi kaum pengusaha, mengambil kredit sudah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis. 10

Untuk melepaskan dunia bisnis tanpa pinjaman kredit sangatlah sulit. Namun setiap pemberian kredit yang disalurkan kepada pengusaha selalu mengandung risiko. Oleh karena itu perlu unsur pengamanan dalam pengembaliannya. Unsur pengamanan (safety) adalah salah satu prinsip dasar dalam peminjaman kredit selain unsur keserasiannya (suitability) dan keuntungan

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 8: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(profitability).11Bentuk pengamanan kredit dalam prakteknya dilakukan dalam pengikatan jaminan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan debitur tidak dapat membayar utangnya sehingga pihak kreditur, misalnya bank dalam memberikan kredit atau utang selalu mensyaratkan adanya jaminan.

Page 9: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

11 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar dan Teknik Management Kredit, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hal. 4. 12http://staff.blog.ui.ac.id/disriani.latifah/2009/06/09/kedudukan-guarantor-dalam-kepailitan, diakses tgl. 5 Februari 2010. Secara garis besar dikenal 2 (dua) macam bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan (borgtocht/personal guarantee) dan jaminan kebendaan. Pada jaminan kebendaan, debitur atau pihak yang menerima pinjaman, memberi jaminan benda kepada kreditur atau pihak yang memberi pinjaman sebagai jaminan atas utang yang dipinjam debitur. Jadi apabila debitur tidak membayar utangnya pada saat jatuh tempo maka pihak kreditur dapat menuntut eksekusi atas benda yang telah dijaminkan oleh debitur tersebut untuk melunasi utangnya. Sedangkan dalam jaminan perorangan (borgtocht/ personal guarantee) adalah jaminan yang diberikan oleh debitur bukan berupa benda melainkan berupa pernyataan oleh seorang pihak ketiga (penjamin) yang tidak mempunyai kepentingan apapun baik terhadap debitur maupun terhadap kreditur, bahwa debitur dapat dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan, dengan syarat bahwa apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak ketiga itu bersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur tersebut. Dengan adanya jaminan perorangan maka pihak kreditur dapat menuntut kepada penjamin untuk membayar utang debitur bila debitur lalai atau tidak mampu untuk membayar utangnya tersebut. 12

Universitas Sumatera Utara 16

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 10: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Keberadaan penjamin merupakan upaya guna memperkecil risiko, dimana jaminan adalah sarana perlindungan bagi keamanan kreditur yaitu kepastian hukum akan pelunasan utang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamin debitur.13

Page 11: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

13 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Kebendaan Lain yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsep Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hal.23. 14 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 84. Dalam KUH Perdata, penjaminan atau penanggungan diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Dari ketentuan-ketentuan dalam KUH perdata tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin atau penanggung adalah seorang debitur.14Mengenai penanggungan ditegaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: “Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.” Apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada kreditur, maka salah satu sarana hukum yang dapat dipergunakan bagi penyelesaian utang piutang adalah peraturan kepailitan. Pada asasnya setiap kreditur yang tidak terpenuhi piutangnya dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan terhadap seorang debitur dengan syarat-syarat yang telah diatur dalam peraturan kepailitan Stb.1095 No.217 jo Stb. 1906 No. 348 sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Universitas Sumatera Utara 17

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 12: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disingkat Undang-Undang Kepailitan).15Prinsip dasar hukum kepailitan sebenarnya berdasarkan pada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata. Pasal ini menyatakan bahwa semua barang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan perorangan debitur tersebut. Tanggung jawab debitur berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata inilah, yang kemudian bermuara pada lembaga kepailitan karena dalam lembaga kepailitan sebenarnya mengatur bagaimanakah halnya jika seorang debitur tidak dapat membayar utang-utangnya, serta bagaimanakah pertanggungjawaban debitur tersebut, dalam kewenangannya dengan harta kekayaan yang masih atau yang akan dimilikinya. Berkaitan dengan pemberian jaminan dalam perseroan yang biasanya dilakukan oleh penjamin dalam perjanjian pemberian kredit, maka dengan adanya perjanjian jaminan, penjamin dapat melakukan kewajiban debitur apabila debitur tidak dapat melakukan kewajibannya terhadap kreditur. Dan apabila penjamin tidak dapat melakukan kewajibannya maka penjamin dapat digugat pailit oleh kreditur.

Page 13: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

15 Inggrid Kusuma Dewi, Op Cit., hal. 6. Perseroan yang tidak dapat melakukan kewajibannya kepada kreditur, dapat dinyatakan pailit. Terjadinya kepailitan dalam perseroan, membawa akibat bahwa direksi tidak berhak dan berwenang lagi untuk mengurusi harta kekayaan Universitas Sumatera Utara 18

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 14: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

perseroan. Sebagai suatu badan hukum yang didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan perusahaan, kepailitan dapat mengakibatkan perseroan tidak dapat lagi melaksanakan kegiatan usahanya. Apabila perseroan tidak melaksanakan kegiatan usaha, tentunya akan menimbulkan kerugian, tidak hanya bagi perseroan itu sendiri, melainkan juga kepentingan dari pemegang saham perseroan, belum lagi kepentingan para kreditur yang tidak dapat dibayar lunas dari hasil penjualan seluruh harta kekayaan perseroan.16Dan juga kepailitan perseroan akan menyebabkan kerugian bagi penjamin dalam perseroan karena penjamin juga dapat dinyatakan pailit apabila debitur tidak dapat melakukan kewajibannya. Hal ini akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi penjamin selaku pemberi jaminan terhadap debitur kepada kreditur. 1. Bagaimana dasar hukum untuk mempailitkan penjamin?

BAB II

PEMBAHASAN

Selain penyelesaian dengan permohonan pailit, maka masalah utang piutang dapat

pula diselesaikan melalui mekanisme yang disebut penundaan kewajiban pembayaran utang

(PKPU). Diajukannya PKPU ini biasanya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi

seluruh tawaran pembayaran dari seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren.

Mekanisme seperti ini dilakukan oleh debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan

dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon penundaan kewajiban pembayaran utang , dengan maksud untuk mengajukan rencana

perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.

Selain dilakukan oleh debitor, mekanisme PKPU ini juga dapat dilakukan oleh kreditor yang

memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh

waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban

pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya.

Menurut Munir Fuady, istilah lain dari PKPU ini adalah suspension of payment atau

Surseance van Betaling, maksudnya adalah suatu masa yang dinerikan oleh undang-undang

melalui putusan hakim niaga di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditor dan debitor

diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran hutangnya dengan

memberikan rencana pembayaran seluruh atau sebagian hutangnya, termasuk apabila perlu untuk

merestrukturisasi hutangnya tersebut.

Page 15: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Menurut Fred BG Tumbuan pengajuan PKPU ini juga dalam rangka untuk

menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara dalam likuidasi harta kekayaan debitor.

Khususnya dalam perusahaan, penundaan kewajiban pembayaran utang bertujuan memperbaiki

keadaan ekonomi dan kemampuan debitor untuk membuat laba, maka dengan cara seperti ini

kemungkinan besar debitor dapat melunasi kewajibannya. Istilah Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang atau disebut juga moratorium harus dibedakan dengan gagalm bayar, karena

gagal bayar secara esensial berarti bahwa seorang debitur tidak melakukan pembayaran

utangnya. Gagal bayar terjadi apabila sipeminjam tidak mampu untuk melaksanakan pembayaran

sesuai dengan jadwal pembayaran yang disepakati baik atas bunga maupun atas utang pokok.

Istilah gagal bayar dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk

menggambarkan suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya

sesuai dengan perjanjian utang piutang yang dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran

angsuran ataupun pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan

pelanggaran atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontra. Kondisi ini dapat terjadi

pada semua kewajiban utang termasuk obligasi, kredit pemilikan rumah, pinjaman perbankan,

surat sanggup bayar, Medium Term Note , dan lain-lain perjanjian yang bersifat utang. Pada

kebanyakan perjanjian utang (termasuk utang perusahaan, KPR, pinjaman bank), utang pokok

dapat dengan seketika menjadi jatuh tempo pembayarannya apabila terjadi gagal bayar. Dan

umumnya, apabila seorang debitur mengalami gagal bayar atas suatu utang kepada kreditur

manapun juga maka dalam perjanjian yang mengandung ketentuan mengenai "gagal silang" atau

lebih dikenal dalam dunia keuangan dengan istilah persyaratan "cross default" seketika itu juga

seorang debitur akan dinyatakan juga gagal bayar atas utang lainnya. Dalam hal terjadinya gagal

bayar ini maka kreditur biasanya akan segera memproses kegagalan tersebut dengan proses

hukum yang berlaku ( misalnya mengajukan gugatan kepailitan atau permohonan eksekusi

penyitaan jaminan) guna mengamankan hak kreditur dalam menagih pelunasan utang tersebut.

Selain menghindari kepailitan tujuan PKPU juga membantu debitor yang beritikad baik. Jadi

dalam hal ini, integritas dari debitor benar-benar menjadi ujian apakah ia sungguh-sungguh ingin

melunasi utang yang sudah menjadi kewajibannya. Oleh karena itulah dalam dekade terakhir ini

muncul pemikiran bahwa tujuan utang tidak lagi semata-mata demi kepentingan debitor akan

tetapi juga untuk kepentingan kreditor. Undang-undang membedakan PKPU ini menjadi PKPU 1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 16: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

sementara dan PKPU tetap. PKPU sementara ini ditetapkan sebelum sidang dimulai, dan harus

dikabulkan oleh pengadilan setelah pendaftaran, sedangkan PKPU tetap ialah PKPU yang

ditetapkan setelah sidang berdasarkan persetujuan dari para kreditor. Dalam PKPU in tidak

tersedia upaya hukum apapun setelah putusan diucapkan.

B. Pihak-Pihak yang Terkait dalam PKPU

1. Pihak yang Dapat Mengajukan PKPU

Sama halnya dengan kepailitan, permohonan PKPU ini juga harus diajukan oleh pihak-

pihak yang memiliki kewenangan untuk itu. Permohonan PKPU diajukan oleh pihak-

pihak sebagai berikut :

a. Debitor

Debitor yang mempunyai lebih dari satu kreditor dapat mengajukan PKPU bila ia tidak

dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang

telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Maksud pengajuan oleh debitor ini ialah untuk

mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau

seluruh utang kepada kreditor. Debitor yang mengajukan ini dapat berupa debitor

perorangan ataupun debitor badan hukum

b. Kreditor

Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utang-

utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor

diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan debitor

mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau

seluruh utng kepada kreditornya.

c. Bank Indonesia

Dalam hal debitor bank, maka bank Indonesia yang berwenang mengajukan PKPU

d. Badan Pengawas Pasar Modal

Dalam hal debitor Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin,

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

e. Menteri Keuangan

Dalam debitor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, dan BUMN

yang bergerak di bidang kepentingan publik.

Page 17: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

2. Pengurus

Dalam PKPU dikenal yang namanya Pengurus, tugasnya hampir sama dengan

kurator dalam kepailitan. Begitu putusan PKPU sementara dikabulkan, pengadilan wajib

mengangkat pengurus yang akan membantu debitor menjalankan kegiatannya. Sama

halnya dengan kurator, pengurus pun harus independen, tidak mempunyai benturan

kepentingan dengan kreditor atau debitor. Bila terbukti pengurus tidak independen

dikenakan sanksi pidana dan/atau perdata sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan

tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta Debitor. Syarat untuk

menjadi pengurus ialah sebagai berikut :

a. orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus

yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit;

b. terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai tata cara

pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator

dan Pengurus.

Dalam PKPU ini tidak dikenal adanya pengurus sementara, dan pengurus ini pun hanya

dari pengurus swasta. Balai Harta Peninggalan tidak dapat menjadi pengurus dalam

PKPU. Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian dalam

melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitor.

Tentang imbalan jasa pengurus ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kehakiman RI No. M. 09-HT.05.10 Tahun 1998 tentang Pedoman Besarnya Imbalan

Jasa Kurator dan Pengurus.

Apabila diangkat lebih dari satu pengurus, untuk melakukan tindakan yang sah dan

mengikat, pengurus memerlukan persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah

pengurus. Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, tindakan tersebut harus

memperoleh persetujuan Hakim Pengawas. Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan

usul penggantian pengurus, setelah memanggil dan mendengar pengurus, dan

mengangkat pengurus lain dan atau mengangkat pengurus tambahan berdasarkan:1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14

Page 18: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

a. usul Hakim Pengawas;

b. permohonan Kreditor dan permohonan tersebut hanya dapat diajukan apabila

didasarkan atas persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir dalam

rapat Kreditor;

c. permohonan pengurus sendiri; atau

d. permohonan pengurus lainnya, jika ada.

3. Hakim Pengawas

Selain mengangkat pengurus, setelah putusan PKPU sementara dikabulkan oleh

pengadilan maka pada saat itu juga diangkat Hakim Pengawas. Tugas Hakim Pengawas

ini pada dasarnya juga sama dengan tugas Hakim Pengawas dalam kepailitan, yaitu

mengawasi jalannya proses PKPU. Apabila diminta oleh pengurus, Hakim pengawas dpat

mendengar saksi atau memerintahkan pemerinsaan oleh ahli untuk menjelaskan keadaan

yang menyangkut PKPU, dan saksi tersebut dipanggil sesuai dengan ketentuan dalam

Hukum Acara Perdata. Hakim Pengawas setiap waktu dapat memasukkan ketentuan yang

dianggap perlu untuk kepentingan Kreditor berlangsungnya penundaan kewajiban

pembayaran utang tetap, berdasarkan:

a. prakarsa Hakim Pengawas;

b. permintaan pengurus; atau

c. permintaan satu atau lebih Kreditor.

4. Panitia Kreditor

Menurut Pasal 231, Pengadilan harus mengangkat panitia kreditor apabila :

a. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang meliputi utang yang bersifat

rumit atau banyak kreditor; atau

b. Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor yang mewakili paling sedikit ½ (satu

per dua) bagian dari seluruh tagihan yang diakui.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pengurus harus meminta dan

mempertimbangkan saran dari panitia kreditor ini.

5. Ahli

Setelah PKPU dikabulkan Hakim Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk

melakukan pemeriksaan dan menyusun laporantentang keadaan harta Debitor dalam

jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas.

Page 19: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Laporan ahli harus memuat pendapat yang disertai dengan alasan lengkap tentang

keadaan harta Debitor dan dokumen yang telah diserahkan oleh Debitor serta tingkat

kesanggupan atau kemampuan Debitor untuk memenuhi kewajibannya kepada Kreditor,

dan laporan tersebut harus sedapat mungkin menunjukkan tindakan yang harus diambil

untuk dapat memenuhi tuntutan Kreditor. Laporan ahli harus disediakan oleh ahli tersebut

di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma dan

penyediaan laporan tersebut tanpa dipungut biaya.

DAFTAR BACAANMunir Fuady.1999.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung : Citra Aditya BaktiRudy A Lontoh & et. al (editor). 2001. Hukum Kepailitan: Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung : AlumniSentosa Sembiring, 2006. Hukum Kepailitan dan Peraturan PerUndang-Undangan yang Terkait dengan Kepailitan. Bandung : Nuansa Auliahttp://id.wikipedia.org/wiki/

1Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 1. 2Rudhi Prasetya, pada Disertasinya Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan menurut UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) dikutip dalam M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.14