Penulisan Referensi Dan Daftar Pustaka
-
Upload
kewin-harahap -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
Transcript of Penulisan Referensi Dan Daftar Pustaka
PENULISAN REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA
DALAM KARYA ILMIAH
A. Pendahuluan
Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai
hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu
selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk
teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil
penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah.
Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung, pemeliharaan ikan
bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah.
Sedangkan istilah tulisan (karya tulis) dimasukkan, untuk menyatakan
karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta
pernyataan dan gagasan orang lain. Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun
berdasarkan metode ilmiah ialah keobyektifan pandangan yang dikemukakan, dan
kedalaman makna yang disajikan.
Sebuah tulisan akan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung
kebenaran secara obyektif, karena didukung oleh informasi yang sudah teruji
kebenarannya (dengan data pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara
mendalam, berkat penalaran dan analisa yang mampu menukik ke dasar masalah.
Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya apabila yang dikemukakan ilmu (teori
dan fakta) pengetahuan saja yang sudah diketahui oleh umum dan berulang kali
dikemukakan.
Penulisan ilmiah menuntut adanya keterampilan khusus dari penulisannya,
karena di samping harus mengumpulkan data, menganalisa data, dengan
menggunakan metode ilmiah juga menyajikan dalam bentuk tulisan. Bahasa dalam
karya ilmiah dituntut lugas/harfiah makna kata-katanya. Atau boleh dikatakan
pembaca tidak menafsirkan arti kata-katanya satu persatu. Itulah sebabnya tulisan
ilmiah mengandung makna denotataif.
1
B. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Menurut Munawar Syamsudin, tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas
suatu masalah tertentu, atas dasar konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode
penyajian tertentu secara utuh, teratur dan konsisten.1 Menurut Suhardjono, tidak
semua karya tulis merupakan karya tulis ilmiah. Ilmiah artinya mempunyai sifat
keilmuan. Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku, maupun
terjemahan, baru dapat disebut ilmiah apabila memenuhi tiga syarat, yakni :2
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
2. Menggunakan metode ilmiah atau cara berpikir ilmiah.
3. Sosok penampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu
tulisan keilmuan.
Selanjutnya, yang dimaksud pengetahuan ilmiah adalah segala sesuatu yang
kita ketahui (pengetahuan) yang dihimpun dengan metode ilmiah). Pengetahuan
ilmiah ini selanjutnya disebut dengan “ilmu”. Para filsuf memiliki pemahaman yang
sama mengenai ilmu, yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang
tersusun secara sistematis.
Selanjutnya berpikir ilmiah mengandung makna bahwa orang yang berpikir
ilmiah selalu memiliki sikap skeptis, analitis, dan kritis dalam menghadapi
fenomena masyarakat yang terjadi. Sementara itu, dengan metode ilmiah berarti
bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan prosedur atau langkah-langkah dan
struktur yang rasional (The Liang Gie, 1997). Dalam kegiatan ilmiah tercermin
adanya proses kerja yang menggunakan metode keilmuan yang ditandai dengan
adanya argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan, serta dukungan fakta
empirik. Di samping itu juga ada analisis kajian yang mempertautkan antara
argumentasi teoretik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
Kegiatan ilmiah dapat berupa : (1) Penelitian (research), (2) Pengembangan
(development), dan (3) Evaluasi (evaluation).3
1Munawar Syamsudin, Dasar-dasar dan Metode Penultsan Ilmiah,. (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994), hlm. 12.
2Suhardjono, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Dikgutentis, 1995), hlm. 45.
3The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi ke dua, (Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm. 25.
2
C. Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam naskah karya
ilmiah mengikuti ketentuan berikut:4
1. Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir kutipan terdiri atas
nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma
digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua
di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara
tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
2. Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis di
antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana untuk menyampaikan
pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang
lain.
D. Penulisan Daftar Pustaka
Bibliografi atau yang umumnya disebut sebagai daftar pustaka turut menjadi
bagian yang penting. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan
referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam
penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya
mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti
tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara
bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli
daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus
dilakukan sewajar dan seperlunya saja.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka:
1. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
2. Daftar pustka disusun secara alfabetis (menurut abjad),
4J.D Parera, Menulis Tertib dan Sistematis, (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 30
3
3. Gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan buku, penulisan artikel, dan penulisan
publikasi lain.5
1. Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5)
nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara
tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku
dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata
depan.
Contoh penulisan buku dengan seorang pengarang
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende:
Nusa Indah.
Contoh penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Contoh penulisan buku lebih dari tiga orang
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
2. Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume
atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7) nama penerbit.
Judul artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di
antara satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama
majalah, di antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda
“koma”; di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik
dua”.
Contoh penulisan artikel dalam majalah
5Effendi, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian,. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987), hlm. 23.
4
Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi,
No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
3. Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-lembaga
ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang
bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul
tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
E. Kesimpulan
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama
penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara tempat
penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku dicetak miring
dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan.
Penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume atau
halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul
artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara
satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di
antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara
tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.
5
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Effendi. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian,. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987.
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi ke dua, Yogyakarta: Liberty, 1997.
Parera, J.D. Menulis Tertib dan Sistematis, Jakarta: Erlangga, 1982.
Suhardjono. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Dikgutentis, 1995.
Syamsudin, Munawar. Dasar-dasar dan Metode Penultsan Ilmiah,. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994.
6