Penulisan Naskah Untuk Radio

24
PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO A. PENGANTAR Memasuki arena penulisan naskah radio, berarti memasuki sebuah dunia yang memadukan kemampuan “Wawasan” dan “Keterampilan” secara seimbang. Sama seperti tuntutan media cetak dan televisi, penulisan di medium radio siaran juga mempunyai beberapa spesifikasi. Memang ada hal-hal yang berlaku global dan berlaku di semua format media massa. Tapi tak terpungkiri, tetap ada hal-hal yang spesifik dan membutuhkan pemahaman secara khusus. Baik wawasan maupun keterampilan. Berbicara tentang radio siaran, berarti kita bicara sebuah medium untuk massa yang hanya mengeluarkan suara. Spesifikasi ini mempunyai beberapa akibat dan konsekuensi alamiah yang harus dihayati setiap orang yang berkecimpung di dalamnya. Yaitu bagaimana radio ditajamkan ke penulisan naskah untuk radio. Tuntutan dan rambu-rambunya terasa lebih rumit. Karena penanganan produksinya juga menuntut pemahanan atas spesifikasi produksi radio. Selain itu penulisan di radio juga tidak lepas dari disiplin ilmu lainnya. Karena itu dalam pengajaran tentang “Penulisan Naskah Di Radio” dilaksanakan secara bertahap, termasuk mempelajari materi-materi pendukung untuk mencapai penulisan yang baik di radio. Seperti : - Karakter Medium Radio - 5 Prinsip Menulis Untuk Radio - Menulis Untuk Telinga - Menulis Singkatan, Nama, Gelar dan Angka - Tanda Baca dan Tanda Kutip - Bimbingan Ejaan Fonetik B. HUBUNGAN PENULISAN DAN KARAKTERISTIK 1

Transcript of Penulisan Naskah Untuk Radio

Page 1: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

A. PENGANTARMemasuki arena penulisan naskah radio, berarti memasuki sebuah dunia yang memadukan kemampuan “Wawasan” dan “Keterampilan” secara seimbang. Sama seperti tuntutan media cetak dan televisi, penulisan di medium radio siaran juga mempunyai beberapa spesifikasi. Memang ada hal-hal yang berlaku global dan berlaku di semua format media massa. Tapi tak terpungkiri, tetap ada hal-hal yang spesifik dan membutuhkan pemahaman secara khusus. Baik wawasan maupun keterampilan.Berbicara tentang radio siaran, berarti kita bicara sebuah medium untuk massa yang hanya mengeluarkan suara. Spesifikasi ini mempunyai beberapa akibat dan konsekuensi alamiah yang harus dihayati setiap orang yang berkecimpung di dalamnya. Yaitu bagaimana radio ditajamkan ke penulisan naskah untuk radio. Tuntutan dan rambu-rambunya terasa lebih rumit. Karena penanganan produksinya juga menuntut pemahanan atas spesifikasi produksi radio. Selain itu penulisan di radio juga tidak lepas dari disiplin ilmu lainnya. Karena itu dalam pengajaran tentang “Penulisan Naskah Di Radio” dilaksanakan secara bertahap, termasuk mempelajari materi-materi pendukung untuk mencapai penulisan yang baik di radio. Seperti :- Karakter Medium Radio- 5 Prinsip Menulis Untuk Radio- Menulis Untuk Telinga- Menulis Singkatan, Nama, Gelar dan Angka- Tanda Baca dan Tanda Kutip- Bimbingan Ejaan Fonetik

B. HUBUNGAN PENULISAN DAN KARAKTERISTIKPemahaman karakteristik medium radio, merupakan pengetahuan awal sebelum seorang penulis naskah melatih kemampuan menulisnya sesuai syarat-syarat radio sebagai medium “Auditif”.Apa hubungan antara pemahaman karakteristik radio dengan penulisan naskah ?a. Karateristik radio siaran memiliki keunggulan sekaligus kelemahan. Penting

bagi penulis naskah mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahannya, karena menjadi rambu untuk penulisan. Misalnya, penulis akan tahu tabu-tabu dalam penulisan. Misalnya, penulis akan tahu apa yang harus diprioritaskan dengan memahami kekuatan karakter radio.

b. Dengan memahami karakteristik radio, penulis naskah dapat menentukan cara pendekatan terhadap khalayak pendengar. Sehingga informasi yang disampaikan tepat pada sasaran seperti yang diharapkan.

1

Page 2: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

c. Secara global, penulisan yang tepat sesuai karakteritik, radio akan menempatkan radio sebagai medium yang memiliki karakter khusus, dan punya kedudukan yang sama dengan media cetak dan TV, dalam peran informasi, edukasi dan hiburannya.

Mengurai karakteristik medium radio, berarti harus mengupas “Kekuatan” dan “Kelemahan”. Meski bagian ini tidak membandingkan langsung karakter Radio dengan Media Cetak dan Televisi, tapi dari beberapa butir “Kekuatan” dan “Kelemahan” dapat ditengarai perbandingan tersebut sebagai upaya membuat tulisan yang sesuai dengan tuntutan model produksi siaran dan kemudahan bagi pendengar radio menyerap pesan yang disiarkan.

Mengamati “Kekuatan” dan “Kelemahan” Radio, ada banyak sumber dan referensi yang menjelaskan hal tersebut. Tapi dari sekian banyak sumber tersebut, dapat dirangkum sebagai berikut

C. KEKUATANa. Menjaga Mobilitas

Radio tetap menjaga mobilitas pendengar tetap tinggi. Dia dapat didengar tanpa harus menghentikan aktifitas. Misalnya, sambil mengemudikan kendaraan, belajar, bekerja dan sebagainya. Keberadaan radio dalam setiap kesempatan dirasakan tidak menggangu. Tantangannya, bagaimana dalam mobilitas pendengar yang tinggi, tulisan naskah yang disiarkan mampu memikat dan sampai hanya dalam sekali ucap.

b. Sumber Informasi TercepatAda yang menyebut radio dengan – Radio is The “Now” medium-. Pengertian “Now” di sini adalah kesegeraannya. Dibandingkan media Cetak dan Televisi, radio selain lebih murah dalam proses operasionalnya, dimungkinkan untuk menyebarkan informasi seketika. Contoh, apa yang sedang terjadi saat ini, maka saat ini pula radio dapat menyampaikan ke khalayak pendengar, langsung dari lokasi kejadian berupa “Reportase”. Tentu saja modal reportase seperti ini sulit dilakukan Media Cetak karena harus melalui proses mencetak. Kalaupun TV bisa melakukannya, biaya operasionalnyan relatif mahal ketimbang radio. Memenuhi tuntutan kecepatan ini bagaimana penulis naskah mampu menulis dengan cepat agar dengan cepat pula disiarkan.

c. Auditif Meski produksi radio hanya suara, bukan visual seperti Media Cetak atau “visual bergerak” seperti Televisi, tetap dianggap sebagai keunggulan. Alasannya, proses operasional relatif lebih mudah, biaya operasional juga lebih murah dan komunikasi dengan suara punya kelebihan dalam pendekatan

2

Page 3: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

dengan khalayak pendengar. Tantangannya, bisakah fakta-fakta visual ditransformasikan ke dalam tulisan untuk dibunyikan menjadi hanya suara?

d. Menciptakan “Theatre of Mind”Di atas sudah dijabarkan produksi radio berupa suara. Keuntungan lain dari penampilan suara, tanpa gambar, justru menciptakan “ imajinasi” yang sering menggoda rasa penasaran khalayak pendengar. Misalnya, ketika mendengar suara penyiar, maka di benak pendengar akan muncul imajinasi tentang sosok sang penyiar sesuai dengan batasan fantasinya sendiri dengan mengolah karakter suara penyiar tersebut.

Kekuatan imajinasi sering juga diistilahkan dengan “Theatre of Mind”. Dimana dengan warna bunyi tertentu, intonasi dan aksentuasi dalam teknik “Announcing” sudah mampu membawa imajinas khalayak pendengar untuk mengidentifikasi suasana dan situasi berdasarkan suara tadi. Padahal belum tentu identifikasi itu sama persis dengan kenyataan. Imajinasi berdasarkan suara tidak mungkin dicapai lewat media cetak, atau televisi yang sudah gamblang menayangkan gambar. Tantangan penulis naskah, bagaimana mampu membuat tulisan yang menggugah imajinasi pendengar melalui pilihan kosa kata dan kalimat yang mengandung “rasa bahasa” dan “imajinasi” yang kuat.

e. Komunikasi Personal Sifat radio dengan komunikasi personalnya, sangat menguntungkan untuk menciptakan keakraban antara media dengan khalayak. Sehingga ikatan kebutuhan dan ketergantungan satu dengan yang lain jadi kuat. Tantangan penulis naskah, mampukah naskahnya mengesankan pendekatan komunikasi personal sebagaimana layaknya kekuatan surat pribadi yang ditujukan kepada pribadi tertentu.

f. Murah Tidak dapat disangkal, dibandingkan media cetak dan televisi, radio merupakan medium komunikasi massa yang murah dalam beberapa hal. Seperti :- Biaya penyelenggaraan siaran yang relatif murah dibandingkan koran dan

TV- Radio penerima juga relatif murah, terutama sesudah era transistor.

Sehingga dimungkinkan produksi radio berukuran saku dan dapat dibawa kemanapun.

- Murah, karena khalayak pendengar pada umumnya tidak perlu membayar untuk mendengarkan radio. Beda dengan media cetak yang harus dibeli.

3

Page 4: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

Tantangan penulis naskah, bagaimana dapat membuat proses dan produksi naskah siaran tidak terkesan rumit dan justru menjadi masalah bagi radio karena biayanya lebih mahal dibandingkan biaya operasional siaran sendiri.

g. Bersifat “Mass Distributor”Radio memiliki kekuatan sebagai distributor informasi, edukasi dan hiburan yang simultan. Dia bisa dinikmati sejumlah pendengar sekaligus. Bandingkan media cetak yang hanya nikmat dibaca satu orang saja dalam kesempatan yang sama. Karena itu radio menjadi efektif untuk raih khalayak pendengar. Tantangan penulis naskah, mampukah dia mengetengahkan hal-hal yang menyentuh nilai universal dan melayani kebutuhan mayoritas pendengar.

h. Format dan Segmentasi TajamDalam perkembangan keradioan modern, kecenderungan sebuah radio harus menajamkan “Format” dan “Segmentasi Pendengar” semakin menjadi keharusan. Konsep radio melayani seluruh lapisan sosial masyarakat dan mengudarakan segala macam format siaran dianggap sudah kuno dan mustahil meraup khalayak pendengar secara maksimal. Apalagi dalam rangka memenangkan kompetisi antar radio yang jumlahnya makin besar, hanya ketajaman “Format-Segmentasi” inilah yang bisa jadi jalan keluar. Keuntungan lain penajaman ini, radio mudah membentuk citra diri. Sehingga identitasnya mudah ditengarai khalayak pendengar. Dan memberi pilihan beragam pada pendengar. Termasuk tantangan bagi penulis naskah untuk menciptakan komuniksi naskah yang “segmented” dan komunikatif sesuai kebutuhan segmentasi tersebut.

i. Daya Jangkau LuasDalam hal distribusi produksi, radio punya keunggulan untuk meraih areal sasaran yang luas. Teknologinya dimungkinkan untuk mengatasi hambatan-hambatan geografis, cuaca dan sistim distribusinya. Dibandingkan media cetak, proses distribusi siaran radio terasa lebih unggul. Bisakan keserempakan seperti ini dimanfaatkan penulis naskah melalui tulisan yang juta serempat dimengerti pendengar ketika disiarkan.

j. Menyentuh Kepentingan Lokal dan RegionalMeski siaran radio memungkinkan mencapai radius yang luas, seperti melintasi samudra dan benua, tapi umumnya siaran radio bersifat lokal dan regional saja. Keuntungannya, radio bisa mengidentifikasikan kebutuhan khalayak pendengar secara jelas dan pasti. Paling tidak kebutuhan mengetahui situasi dan kondisi lokal dan regionalnya. Pelayanan untuk hal-hal diluar itu sering terbentur pada masalah khalayak pendengar yang merasa tidak butuh, karena tidak punya kepentingan. Kecuali bila naskah siaran mampu menjembataninya dengan tepat.

4

Page 5: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

D. KELEMAHANa. Hanya Suara

Meski suara dalam butir “Keunggulan” punya kharisma besar, dalam beberapa hal kemampuan radio yang hanya mengeluarkan suara merupakan kelemahan. Suara tidak mampu menjelaskan gambar, grafik data, dan atau hal-hal teknis tanpa menimbulkan salah paham. Bandingkan dengan televisi dan media cetak, yang sangat mudah menjelaskan sesuatu dengan bantuan gambar, data atau petunjuk instruksional. Dalam beberapa hal, gambar lebih mampu mengkonsumsikan sesuatu ketimbang rangkain kata dan kalimat sebanyak apapun. Mampukah penulis naskah menemukan hal-hal yang mungkin ditulisnya dan hal-hal yang justru harus melalui gambar.

b. SelintasKelemahan menonjol dari produksi radio yang hanya suara, adalah sifat selintasnya. Artinya, semua suara tersebut tidak terdokumentasi khalayak pendengar. Beda dengan media cetak yang tertulis dan tercetak. Sehingga dalam kesempatan apapun pembaca dapat mengulang atau menunda membaca informasinya. Beda dentgan radio yang mau tak mau harus pada saat materi diudarakan itulah khalayak pendengar dipaksa mendengarkan. Selain itu khalayak pendengar tidak bisa minta materi diulang apabila ada sesuatu yang tidak jelas. Penting bagi penulis naskah menyadari, setiap kata dan kalimatnya harus mampu mengalihkan perhatian pendengar ke siaran radio dan mengerti pesan yang disampaikan hanya dengan sekali pengudaraan.

c. Anti DetilAkibat dari kelemahan “Hanya Auditif” dan “Selintas”, radio tidak mungkin menyajikan sesuatu secara detil. Contoh, apa yang terjadi kalau radio menyiarkan jejeran angka, atau menjelaskan hal-hal yang sangat teknis ? Pasti khalayak pendengar merasakan lelah dan tak sanggup menyerap semua itu. Tapi pengertian “Anti Detil” bukan berarti radio tidak bisa menyajidkan sesuatu secara “Depth”. Karena di radio dimungkinkan untuk menyajikan sesuatu dari tinjauan analisa prediksi atau ulasan latar belakang. Penulis naskah harus belajar bagaimana membuat tulisan yang tidak terjebak ke paparan detil yang sulit diingat pendengar, kecuali dengan membacanya.

5 PRINSIP MENULIS UNTUK RADIO

1. Untuk BicaraSegala sesuatu yang diproduksi oleh radio, elemen utamanya adalah suara. Jadi apapun sumber dan wujud materi siaran radio, muaranya selalu berupa presentasi suara, bukan gambar. Karena itu karakter komunikasinya terbatas pada “Komunikasi Lisan” atau “Komunikasi Tutur”. Dengan demikian bisa disimpulkan, seluruh materi tertulis yang akan disiarkan harus memenuhi

5

Page 6: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

tuntutan penampilan auditif. Jadi, konsep penulisannya pun harus bertolak dari naskah bercorak “Bicara” bukan “Tulis”. Karena itu hindari penulisan naskah radio yang modelnya “Literatur Tertulis”. Dianjurkan juga, untuk menggunakan kalimat dan kata yang mudah dimengerti, yaitu yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

2. Komunikasi LangsungKonsekuensi dari tuntutan tulisan untuk “Bicara”, maka alur penulisan di radio harus bersifat langsung. Pengertian langsung di sini, segera menuju pokok permasalahan. Alur yang berbelit-belit sangat tidak menguntungkan untuk radio. Khalayak pendengar akan merasa gerakan komunikasi jadi lamban dan tidak menarik. Apalagi karakteristik medium radio punya keampuhan karena komunikasi yang dimungkinkan akrab, berupa suara. Karena itu kesegaran menjadi kunci utama penulisan naskah radio.

3. Individu ke individuPola komunikasi radio siaran adalah hubungan antar individu, meskipun pelaksanaan siaran radio ditujukan kepada orang banyak secara serentak. Tapi karena tampilan auditifnya membuat radio bercitra medium komunikasi personal. Terasa komunikasi penyiar, Newscaster, Reporter dengan khalayak pendengar menjadi komunikasi langsung antar individu Komunikator dan Komunikan.

Akibatnya, penulisan naskah radio harus juga mempertimbangkan pola komunikasi individu ke individu ini. Tulisan yang tidak beratmosfir komunikasi antar individu, pasti tidak cocok untuk radio. Karena tidak tercipta “sambung rasa”nya.

Maka untuk mencapai keakraban komunikasi personal ini,a. Hindari bentuk tulisan sepertin pidato tertulis. Karena menulis di radio

memang bukan “Orasi Spektakuler”b. Bunyi tulisan harus membentuk suasana “informal”c. Tulisan harus mengesankan suasana yang bersahabat. Untuk itu jangan

ada kalimat-kalimat yang “Birokratis”d. Tulisan yang komunikatif secara personal, bukan berarti harus bertele-tele

berputar atau menghamburkan kata dan kalimat. Tuntutan untuk tetap ringkas dan padat harus dipenuhi

4. Sekali Ucap, Langsung DimengertiIngat, “Selintas” adalah salah satu kelemahan karakter radio. Karena itu sudah bisa dibayangkan, apabila penyampaian pesan tidak jelas ditangkap khalayak pendengar dalam sekali ucap, maka pesan tidak akan sampai untuk selamanya. Apalagi penyampaian pesan di radio tidak mungkin diminta

6

Page 7: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

mengulang oleh khalayak pendengar, ketika pesan yang disampaikan tadi tidak jelas. Untuk itu kunci yang harus dihayati penulis naskah di radio.

Untuk mencapai tulisan yang sekali ucap langsung dimengerti,a. Rumuskan kalimat dan penyataan secara sederhana. Apabila anda

menyampaikan ide anda dengan kalimat yang sulit dicerna, dikuatirkan kalimat berikutnya sudah tidak dapat ditangkap khalayak pendengar, karena sedang sibuk memikirkan kalimat yang tidak jelas tadi

b. Kalau informasi harus disajikan dalam kalimat yang panjang, jangan paksakan diri untuk menjelaskannya dalam kalimat yang panjang. Dianjurkan untuk menjabarkan informasi tadi dalam beberapa kalimat. Misalnya menjadi 2 atau 3 kalimat.

c. Untuk menghindarkan kalimat yang panjang, biasakanlah untuk tidak menjejalkan seluruh data di satu kalimat. Pemecahannya bisa dirumuskan dengan

5. Radio Hanya SuaraSudah berulang kali dijelaskan, produk radio hanya suara. Karena itu, elemen kata dan kalimat dengan merupakan “Jembatan” antara penulis naskah dengan khalayak pendengar. Kata dan kalimat menjadi alat utama dalam komunikasi di radio. Karena produksi radio hanya suara, maka gangguan –gangguan dalam proses penyerapan suara tadi juga besar. Malah lebih besar dari karakter media cetak.

Kelemahan karakteristik suara dan gangguan dalam proses komunikasinya, bisa diperkecil dengana. Gunakan kata – kata yang tepat dan mengandung arti kongkritb. Hindari hal-hal yang abstrak dan sulit dilukiskan dengan kata-katac. Jangan gunakan kata-kata yang bunyinya saling berbenturan. Perkaya

dengan kata-kata lain atau kata yang padanannya sama. Contoh :- Bangunan itu dibangun oleh perusahaan bangunan lokal- Gedung itu dibangun developer lokal

d. Hati-hati dengan hal-hal yang bunyinya hampir sama, tapi beda arti. Contoh :- Ronde dalam pertandingan tinju- Ronde dalam arti jenis minuman

7

CLARITY HAS TOP PRIORITY

SATU IDE SATU KALIMAT

Page 8: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

MENULIS UNTUK TELINGA

Sesudah anda memahami karakteristik medium radio, termasuk kelebihan dan kekurangannya, maka rumusan penulisan untuk radio bermuara pada produk yang auditif. Tepatnya, penulisan di radio diarahkan untuk konsumsi telinga. Bukan untuk mata seperti konsep penulisan di media cetak.

Karena buka untuk konsumsi mata, atau dibaca, maka filosofi penulisan di radio berbunyi, “Tulis seperti apa yang hendak anda bicarakan”. Atau “Tulis seperti apa yang hendak didengar”. Pola ini populer dengan rumusan

Jadi apa yang hendak anda katakan itulah yang muncul berupa tulisan di naskah, tentu saja tidak sama persis seperti cara dan gaya anda berbicara sehari-hari, tetapi sudah melalui tahap pemolesan bahasa Indonesia yang menuntut “Baik” dan “Benar”.

4 TAHAP PENULISAN BERTUTUR

Untuk memudahkan penulisan gaya auditif, gunakan langkah-langkah1. PIKIRKAN

Dalam tahap ini, penulis harus membaca dulu dan memahami apa yang hendak ditulis. Baik materi yang hendak ditulis ulang (rewrite) maupun materi yang didapat waktu meliput di lapangan. Pada tahap ini penulis harus memilih topik apa yang akan jadi inti informasinya. Bersamaan dengan itu, ditentukan juga dampak apa yang hendak dicapai tulisan tersebut terhadap khalayak pendengar. Penetapan topik dan dampak penting, karena keduanya merupakan kerangka utama alur penulisan. Semakin tajam topik yang dipilih, semakin mudah khalayak pendengar menangkap kehendak penulis. Sebaliknya, makin lebar topik yang dipilih, maka penulis membuat khalayak pendengar semakin tidak bisa menangkap maksud tulisan yang disiarkan.

2. PERKATAANSesudah tahap pertama selesai, yaitu menentukan topik, dampak dan menghimpun data yang dianggap penting unuk memperkuat tulisan, penulis dengan bersuara kemudian menceritakan tentang hal yang hendak ditulisnya. Dalam keadaan ini seakan-akan penulis tengah berhadapan dengan seseorang. Tahap ini sebenarnya merupakan proses bagi penulis untuk membuat tulisannya mencapai kondisi “bertutur”, sebagai tuntutan karya tulis untuk konsumsi telinga. Apabila penulis tidak melaksanakan

8

WRITE THE WAY YOU TALK

Page 9: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

tahap “Perkatakan” ini, sudah bisa dipastikan tulisannya berbelok menjadi naskah tulisan untuk kebutuhan mata, bukan telinga.

3. TULISSesudah tahap “Perkataan” maka sekarang giliran penulis untuk menulis apa yang diperkatakan tadi. Jadi apa yang diceritakan kepada seseorang secara imajinatif tadi, secara lengkap dijadikan tulisan. Mudahnya, apa yang diceritakan dengan suara keras tadi, sekarang diubah menjadi tulisan tanpa perubahan apapun. Sehingga kalau kita baca ulang hasil tulisan ini, kesan dan isinya sama dengan apa yang diperkatakan tadi. Juga bunyi tulisan itu sama seperti orang yang sedang berbincang-bincang.

4. PERBAIKANTahap ini merupakan langkah akhir untuk membawa naskah ke ruang siaran. Sesudah apa yang diperkatakan tadi ditulis apa adanya, giliran penulis untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Terutama perbaikan di bahasa. Karena tulisan hasil perkataan tadi yang bunyinya sama dengan percakapan sehari-hari, boleh jadi memuat kata-kata yang tidak lazim di umum. Seperti istilah, siang dan ungkapan yang hanya dimengerti segelintir orang di sekitar kita, dimana gaya percakapan itu dipakai. Karena itu pada tahap ini, penulis punya kesempatan mengubah kata-kata yang ditengarai tidak akan dimengerti khalayak pendengar. Sekaligus berupaya menampilkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Apabila ke 4 tahap ini sudah dilakukan penulis naskah, dijamin karya tulis yang dibacakan untuk siaran radio, mencapai konsep karya yang auditif. Jadi waktu naskah itu dibacakan oleh penyiar, reporter, atau “newscaster”, kesan akrab, dan personal serta merta bisa dirasakan khalayak pendengar. Dan yang lebih penting, membaca naskah. Tapi lebih terkesan seperti sedang menceritakan sesuatu dengan spontan. Padahal apa yang disampaikan itu semuanya tertulis dalam naskah.

Kesan “tanpa naskah” dan seperti “sedang bercerita” spontan merupakan keungguilan radio yang harus dipenuhi penulis naskah. Penulisan semacam ini juga akan mencapai target tulisan yang “mengalir”. Hal semacam ini tidak mungkin dilakukan di media cetak, dengan pertimbangan kolom dan halaman yang terbatas. Sehingga gaya tulisan di media cetak cenderung lebih pendek, lebih kaku dan kalau dibaca dengan suara keras tidak enak karena tidak mengalir.

9

Page 10: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

BIMBINGAN EJAAN FONETIK

Tugas penulis naskah ternyata tidak cuma menulis naskah, lantas merasa selesai waktu sudah diserahkan ke pembaca. Masih ada satu tugas penting lainnya, yaitu membantu dan memudahkan pembaca naskah dengan memberikan bimbingan “Ejaan Fonetik” pada kata-kata yang sulit dan belum dikenal. Bentuknya berupa tulisan cara membaca kata-kata sulit tersebut.

1. PELAKSANAANNYAa. Tulis cara membaca kata sulit dalam tanda kurung, dibelakang kata

sulit itu.Misal : GUANTANAMA (GWAHN-TAH-NAH-MOH)

RIO DE JANEIRO (RIYO-DE-HENEIROU)b. Untuk kemudahan, tulis cara membaca kata sulit dalam huruf besar

atau kapital.c. Tulis bimbingan ejaan itu sesuai bunyi ucapan yang sesungguhnya.

Sehigga siapapun yang membaca kata sulit itu tidak mendapat masalahd. Garis bawahi bagian-bagian kata yang perlu ditekan pengucapannyae. Patokan yang digunakan radio siaran untuk bimbingan ejaan fonetik,

adalah sistem teleks kantor berita Associated Press

2. KENDALABanyak kendala yang mungkin terjadi ketika penulis naskah harus memberi bimbingan ejaan fonentik. Boleh jadi dia sendiri belum pernah mendengar kata sulit itu, apalagi kemudian harus mengeja dan membacanya. Berikut ini beberapa jalan keluar.a. Gunakan kamus yang mencantumkan keterangan cara membacab. Hubungi beberapa sumber yang bisa dipertanggung jawabkan, untuk

mengetahui cara mengeja dan membaca dengan benar. Seperti kantor kedutaan, konsulat, pusat kebudayaan atau perwakilan asing dari mana kata sukar itu berasal. Sumber lainnya bisa menghubungi ahli bahasa.

Penting untuk dihayati, pengucapan yang benar merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari penulis naskah, pembaca hingga lembaga radio dalam kaitan dengan citra. Karena cara membaca yang benar, mencerminkan tuntutan akurasi yang harus diterapkan. Apalagi yang menyangkut nama, dijamin tidak satupun bersedia disebut bukan seperti seharusnya. Karena itu biasakanlah untuk selalu mengkonfirmasikan ke sumber yang tepat. Mereka-reka dan menyebut dengan asal-asalan, menggambarkan kebijakan lembaga radio yang tidak teliti, cermat dan bersungguh-sungguh.

10

Page 11: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

MENULIS SINGKATAN, NAMA, GELAR, DAN ANGKA

1. SINGKATAN DAN PENULISAN SINGKATANIngat, produksi auditif radio siaran punya banyak kelemahan. Salah satunya mengenai singkatan-singkatan. Masalah yang sering timbul dalam penulisan singkatan.a. Apakah singkatan yang diudarakan itu sudah dikenal khalayak

pendengar atau belumb. Kalau singkatan tersebut dibaca, apakah ada kata-kata yang bunyinya

serupa tapi punya makna atau arti yang berbedac. Lebih penting mana, memilih singkatan supaya lebih ringkas tapi

dengan resiko tidak dimengerti, atau lebih baik dipanjangkan tapi jelas tertangkap maksudnya meski butuh waktu yang lebih panjang

PENULISAN SINGKATANa. Prinsip awal ketika penulis naskah menghadapi singkatan, tulis

kepanjangannya.Jangan memberi kesempatan singkatan tampil

b. Peluang singkatan hanya dimungkinkan untuk yang sudah sangat lazim. Dengan dugaan, semua orang pasti kenal singkatan tersebut.Misal : Ir (Insinyur), dr (Dokter) , Prof (Professor)

c. Untuk nama organisasi, lembaga dan institusi, sebaiknya di awal dibaca lengkap dulu baru kemudian dibaca “Designasi Alfabetis”nya.Misal : Perserikatan Bangsa-bangsa atau P-B-B

Golongan Karya atau Golkard. Jangan singkat nama negara, negara bagian, propinsi, bulan, hari, hari-

hari besar, gelar militer, pemerintahan dan keagamaan, dan sebagainyaMisal : US atau USA untuk Amerika Serikat

OH untuk OhioX’MAS untuk ChristmasJR atau SR untuk Junior atau Senior

e. Jangan pakai simbol sebagai pengganti kataMisal : & untuk DAN

# untuk NOMOR/URUTANf. Dalam penulisan pisahkan huruf-huruf yang digunakan dalam

singkatan atau designasi alfabetis dengan tanda penghubung (-) waktu setiap huruf disebutkanMisal : Partai Demokrasi Indonesia dengan P-D-I

Partai Persatuan Pembagunan dengan P-P-Pg. Untuk penulisan singkatan yang menjadi satu kata, maka penulisannya

harus disatukan, tidak dipisahkan tanda penghubungMisal : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

Asuransi Tenaga Kerja dengan ASTEK

11

Page 12: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

2. NAMA DAN GELARHal yang sering dilupakan atau tidak diperhatikan penulis naskah adalah Nama dan Gelar seseorang. Kecermatan untuk dua hal ini sering dijadikan ukuran untuk menilai profesionalisme penulis naskah. Penulisan yang salah, sehingga menjadi salah baca atau salah penguapan, sering menggangu khalayak pendengar, kalau tidak mengganggu yang empunya nama dan gelar tersebut.

3. PENULISAN NAMAa. Hindarkan penulisan nama orang di awal naskah. Karena dalam

keadaan itu, khalayak pendengar belum siap betul mencerna informasi yang disampaikan. Sehingga sering nama kemudian tidak tertangkap khalayak.

b. Tulis nama lengkap dan gelarnya untuk orang yang belum dikenalc. Sebaliknya, tidak perlu menulis gelar dan nama lengkap untuk

seseorang yang sudah sangat terkenal. Karena penulisan nama lengkap dan gelarnya menjadi mubasir, ketika semua orang sudah tahu hal itu.

d. Tentang pencantuman gelar, kalau memang diperlukan maka tulislah gelar di muka nama. Bukan sebaliknya.

e. Penulisan pencantuman gelar sebaiknya untukn gelar yang berlaku umum di masyarakat. Karena pada beberapa institusi dan organisasi profesi, anggotanya memiliki gelar yang hanya berlaku internal dan untuk kelompok itu saja. Dalam hal semacam ini, penulisan gelar tidak dibutuhkan karena khayak pendengar juga tidak dimengerti.Misal : Dunia Fotografi, Organisasi Sosial

f. Menyangkut nama seseorang yang terdiri dari beberapa kata, cukup ditulis nama yang biasa dipakai untuk memanggilnya. Dan selanjutnya nama tersebut disambung dengan nama keluarga. Mengenai nama tengah tidak perlu ditulis.

4. ANGKAPenulisan angka merupakan bagian yang sangat rumit. Apalagi dalam karakteristik medium radio sudah dibahas, salah satu kelemahan radio adalah ‘Anti Detil” sementara angka selalu menampilkan sifat detilnya. Tapi karena angka-angka itu disiarkan lewat radio siaran, diperlukan strategi khusus untuk bisa dipahami khalayak pendengar.a. Penulisan angka hanya dibutuhkan untuk angka yang perlu-perlu sajab. Tidak direkomendasikan menulis daftar angka atau urutan angka

Misal : Daftar harga, Daftar anggaran proyekc. Untuk angka yang besar dan terinci, buat pembulatannya. Pembulatan

ini merupakan usaha penyederhanaan, supaya teliga bisa bisa menangkapnya. Untuk itu bisa menggunakan kata-kata seperti

12

Page 13: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

“sekitar”, “kurang lebih”, “hampir”, “sedikitnya”, “lebih dari”, “sebanyak” dan sebagainyaMisal : Rp. 3.122.555.890,- (lebih dari Rp. 3,1 Milyar)

Rp. 156.775.289,- (Sekitar 156 juta orang)d. Untuk angka yang lebih dari 3 desimal, bisa ditulis dengan angka itu,

bukan ejaan. Misal : angka 0 sampai 999e. Untuk angka yang lebih dari 3 desimal, maka penulisannya sudah

harus dieja. Karena tulisan angka yang besar dan panjang menyulitkan pembaca naskahMisal : 120.000.000 menjadi (Satu Koma Dua Juta)

10.000 menjadi (Sepuluh Ribu atau 10 Ribu)f. Eja setiap angka pecahan

Misal : ¾ menjadi (Tiga Perempat), 1,2 menjadi (Satu Koma Dua)g. Mengenai keterangan uang jangan gunakan simbol-simbol

Misal : $ untuk (Dollar)h. Untuk menyebutkan prosentase jangan menulis tanda (%)

Misal : 5% menjadi (Lima Persen)i. Gunakan awal “ke” di depan angka yang akan dibacakan menunjukkan

bilangan urutan.Misal : Ulang Tahun X menjadi (Ulang Tahun ke 10)

TANDA BACA DAN TANDA KUTIP

Dalam penulisan naskah radio ada elemen-elemen lain yang dibutuhkan di luar penulisan itu sendiri. Yaitu “tanda baca” dan “tanda kutip”. Banyak penulis naskah radio yang mengabaikan kegunaan kedua hal ini. Padahal aksentuasi produksi auditif juga ditentukan oleh penempatan tanda-tanda tersebut.

1. TANDA BACADalam penulisan naskah peran tanda baca sangat penting. Karena tanda baca adalah rambu-rambu, dimana kita berhenti, berhenti sebentar, menggunakan nada tanya, nada seru dan sebagainya. Bagaimana spesifikasi penggunaanya di radio ?Khusus untuk radio siaran terdapat beberapa ketentuan penggunaan tanda-tanda baca, tapi tidak ada yang sangat baku. Untuk itu bisa kita bagi menjadi,a. Tanda Baca Tradisional

Yaitu menggunakan tanda-tanda baca yang berlaku umum selama ini. Seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), kolon (:) dan sebagainya

13

Page 14: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

b. Tanda Baca KhususYaitu menggunakan tanda-tanda baca khusus, yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Artinya tidak bersifat baku, dan bisa hanya berlaku di kalangan tertentu saja.Misal : Garis miring satu (/) sebagai KOMA

Garis miring dua (//) sebagai TITIKGaris miring tiga (///) sebagai AKHIR NASKAHGaris bawah (_) sebagai PENEKANAN NASKAHDeretan titik (…) sebagai ISYARAT STOP SEJENAK

2. TANDA KUTIPPengutipan dan pemakaian tanda kutip sering dijumpai dalam penulisan naskah media cetak. Tanda kutip sering digunakan untuk memagari pernyataan nara sumber. Pemakaian ini terasa sangat dibutuhkan media cetak, untuk memberi gambaran keadaan dan fakta. Tetapi lain di radio, penggunaan tanda kutip tidak sebebas dan semaksimal media cetak.Alasan-alasannya,a. Naskah di radio bukan untuk dibaca, tapi untuk diperkatakan atau

dituturkan. Maka untuk kutipan-kutipan dengan tanda kutip sering sulit untuk diekspresikan suara. Masalahnya, apakah kutipan itu kalau disuarakan langsung apakah bisa seekspresif yang empunya kutipan. Apa tidak mungkin terjadi bias fakta kerena ekspresi yang beda antara pembaca dan kutipan sumber ?

b. Dikuatirkan, pemakaian simbol-simbol tanda kutip (“........”) mendorong pembaca naskah terjerumus kesalahan dan kutipan sumber ?

c. Secara auditif sulit untuk menandai kapan kutipan berakhir. Apakah kalimat setelah kutipan itu masih termasuk kutipan, ataukah sudah muk kalimat baru.dalam hal ini lebih jelas media cetak.

Anjuran,a. Untuk menghindari masalah seperti yang dipaparkan diatas,

dianjurkan kepada penulis naskah radio, berusaha menjadikan pernyataan-pernyataan langsung tadi menjadi kutipan “tidak langsung”. Dimana bentuk kalimatnya menjadi menerangkan. Sehingga dimungkinlah menyederhanakan pernyataan langsung tadi dengan hanya mengutip esensinya saja.

b. Ketika melaksanakan penyederhanaan pernyataan, harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Tujuannya supaya tidak terjadi pergeseran makna pernyataan, apalagi mengubah maksud isi pernyataan.

14

Page 15: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

Radio harus diubah dari alat distribusi menjadi sistem komunikasi. Radio menjadi alat komunikasi kehidupan masyarakat yang paling besar yang dapat dipikirkan, Sistem saluran yang besar. Artinya radio bertugas tak hanya mengirim/menyiarkan tetapi juga menerima. Ini mengundang implikasi bahwa radio akan membuat pendengar tak hanya mendengar tapi juga berbicara dan tidak membuat pendengar terisolasi tetapi menghubungkannya dengan proses perubahan negara dan masyarakat. (Bertolt Brecht, 1932)

15

Page 16: Penulisan Naskah Untuk Radio

PENULISAN NASKAH UNTUK RADIO

Oleh: Hamdar Damang

16