Penulis - Nasaruddin Umar...uraian lainnya. Rasulullah SAW mengajarkan pola hidup bersih. Sebagai...

111

Transcript of Penulis - Nasaruddin Umar...uraian lainnya. Rasulullah SAW mengajarkan pola hidup bersih. Sebagai...

  • Penulis:

    Faried F. Saenong, Saifuddin Zuhri,Hamka Hasan, Mas’ud Halimin, Moelyono Lodji,A. Muid Nawawi, Zainal Abidin, Amiruddin Kuba,Syahrullah Iskandar, Naif Adnan, Rosita Tandos,

    Cucu Nurhayati, Hasanuddin

    NUO PUBLISHING 2020

  • FIKIH PANDEMI: Beribadah di Tengah Wabah

    Hak Cipta Dilidungi Undang-undang.All Right Reserved.

    Penulis:Faried F. Saenong, Saifuddin Zuhri,Hamka Hasan, Mas’ud Halimin, Moelyono Lodji,A. Muid Nawawi, Zainal Abidin, Amiruddin Kuba,Syahrullah Iskandar, Naif Adnan, RositaTandos,Cucu Nurhayati, Hasanuddin

    Editor:Syahrullah Iskandar

    Layout dan Desain Sampul:T im NUO Publishing

    Cetakan I, April 2020ISBN 978-602-14770- 2- 1

    Diterbitkan oleh:NUO PUBLISHING

    Jl. Gaharu 1 N. 33 Cipete Selatan, CilandakJakarta Selatan

  • Alhamdulillah, merasa bersyukur dengankehadiran buku ini. Di tengah suasana yangmengkhawatirkan, buku ini memberipencerahan bagi masyarakat Muslim yangbingung dan gamang dalam melakukanibadah di masa wabah. Mereka bertanya-tanya tentang apa yang harus mereka lakukandi masa wabah seperti ini. Mereka sulitmemahami anjuran pemerintah bersamaulama agar tetap berada di rumah; tidakmelakukan shalat jamaah di masjid, termasukJumat, Tarawih dan Id.

    Suasana baru seperti ini akhirnyamenunjukkan perbedaan yang menyolokantara mereka yang berilmu dan merekayang hanya menjalankan ibadah. Yang

    Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.(Imam Besar Masjid Istiqlal dan Founder NUO)

    KATA PENGANTAR

    _iii_

  • berilmu seperti ulama kelihatan tenang dantidak terlihat panik sama sekali ketika adahimbauan untuk tidak melaksanakan shalatJumat, Rawatib, Tarawih dan Id secaraberjamaah di masjid atau lapangan. Merekapaham fleksibilitas hukum Islam; merekamenyelami sejarah Tasyri’ (legislasi Islam);mereka mengkaji penerapan dalil-dalil naqlidan ‘aqli dalam suasana tertentu.

    Fikih Pandemi yang ditawarkan dalam bukuini menjelaskan guidelines beribadah di masapandemik. Buku ini meng-cover beragam isuibadah mahdhah dan ghayru mahdhah,ritualagama dan sosial, yang melibatkan banyakorang yang ditengarai akan menjadi mediasinggah dan penyebaran Covid-19. Kita tentuberharap, buku ini dapat dikembangkanmenjadi buku akademik yang lebih serius,dengan menunjukkan perdebatan diskursifdan perbedaan pendapat di kalangan ulamatentang ibadah di masa wabah. Jika inidilakukan, masyarakat atau akademisi akan

    _iv_

  • melihat dinamika Fikih yang sangat intens danprogresif.

    Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakatMuslim. Kritik, catatan kritis, atau apa punnamanya, akan lebih baik jika dikembangkandalam diskusi yang konstruktif dan produktif.

    Jakarta, 17 April 2020

    _v_

  • BAB IFLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM ___ 1

    A. Pengantar ___ 1B. Tujuan Beragama ___ 4C. Meretas Fikih Pandemi ___ 6D. Memprioritaskan Keselamatan

    Bersama ___ 10

    BAB IIBERIBADAH DI MASA PANDEMICOVID-19 ___ 15

    A. Shalat Jumat ___ 151. Mengganti ___ 152. Meninggalkan Shalat Jumat ___ 17

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ___ iiiDAFTAR ISI ___ vi

    _vi_

  • B. Shalat di Masjid ___ 191. Azan Shalat Rawatib dari

    Masjid ___ 192. Shalat Berjamaah di Masjid ___ 223. Menutup Masjid ___ 244. Qunut Nazilah ___ 255. Mengenakan Masker dalam

    Shalat ___ 276. Menggunakan Hand

    Sanitizer ___ 29

    C. Ramadhan ___ 311. Syiar Ramadhan ___ 312. Buka Puasa Bersama ___ 333. Tarawih/Witir Berjamaah ___364. Iktikaf ___ 405. Zakat Fitrah dan Zakat Mal ___ 42

    D. Idul Fitri ___ 531. Shalat Idul Fitri di Rumah ___ 532. Tradisi Bermaafan ___ 55

    _vii_

  • BAB IIIMEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIMTERPAPAR COVID-19 ___ 55

    A. Memandikan ___ 55B. Mengafani ___ 57C. Menshalatkan ___ 58D. Menguburkan ___ 59E. Takziyah ___ 61F. Kremasi Jenazah Covid-19 ___ 63

    BAB IVPOLA INTERAKSI SOSIAL DI MASAPANDEMI ___ 67

    A. Menaati Pemerintah dan Ulama ___ 67B. Tetap Produktif dengan Work From

    Home (WFH) ___ 70C. Ketika Mudik Tidak Dianjurkan ___ 72D. Kedermawanan ___ 76E. Kas Masjid untuk Penanggulangan

    Covid-19 ___ 79

    _viii_

  • F. Menimbun sebagai Kejahatan Agamadan Sosial ___ 83

    G. Bahaya Hoaks ___ 87H. Akad Nikah ___ 90I. Suplemen dan Obat ___ 92

    BAB VPENUTUP ___ 97

    DAFTAR PUSTAKA ___ 99BIODATA PENULIS ___ 100

  • _ 1_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    BAB IFLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM

    A. Pengantar

    Pandemi Covid-19 adalah realitas globalyang menerjang tatanan kehidupan umatmanusia dari level internasional, hinggarumah tangga. Kemunculannya menyerangsiapa saja yang dapat terjangkiti, tanpamemandang negara, agama, suku, ataupunstrata sosial lainnya. Ia menjadi musuhbersama yang harus dilawan dengan cara,salah satunya, memutus mata rantaipenyebarannya. Tidak elok jika masih adayang selalu merespons penanganan Covid-19 ini dengan “kecurigaan politis”. Tidaklayak juga jika ada yang mencobamengeruk keuntungan dalam situasipandemi seperti ini.

  • _2_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Covid-19 ini adalah musibah yangmengglobal. Ia tidak akan memilihsasarannya berdasarkan pertimbangankeagamaan ataupun aliran. Siapapunberpotensi terpapar jika daya tahantubuhnya tidak kuat, tidak menerapkan polahidup sehat, ataupun tidak menerapkanphysical distancing. Covid-19 bukanlah“tentara Allah SWT” yang tidak akanmenargetkan hamba-Nya yang menjalankankesalehan spiritual normatif. Kesalehanbukan jaminan terhindar dari virusmematikan ini. Allah SWT. memperingatkansiapapun dalam QS. al-Anfal [8]: 25, “Danpeliharalah dirimu dari siksa yang sekali-kalitidak hanya menimpa secara khusus orang-orang yang zalim di antara kamu. Danketahuilah bahwa Allah SWT sangat keraspembalasan-Nya”.

    Memahami karakter virus ini yangmenyebar sangat mudah di keramaian danmedia singgahnya. Umat Islam dan masjid

  • _3_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    bahkan dapat dengan mudah terpaparCovid-19. Virus ini berpindah dan mencariinang baru dalam tubuh manusia melaluidroplet yang keluar dari mulut dan hidungorang yang terjangkiti. Setelah keluar, iadapat bertahan hidup hingga beberapa jamdi media singgahnya seperti metal (gagangpintu, rel tangga), garmen (baju, mukena,sajadah, karpet), lantai, kulit manusia, dansebagainya. Masjid adalah salah satu tempatberkumpulnya umat Islam yang menjalankansilaturrahmi, pengajian, shalat jamaah, shalatJumat, shalat ‘Ied, buka puasa Bersama, dansebagainya. Karenanya, virus ini dapatdengan mudah menulari umat Islam yangberjamaah di masjid. Umat agama lain punyang berkarakter sama juga berpotensi samaterjangkiti virus ini.

    Pandemi ini akhirnya mempengaruhicara pandang dan strategi keagamaan Islamuntuk mengatur bagaimana umat Islammenjalankan ibadahnya di masjid. Ini juga

  • _4_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    memaksa para ulama untuk meretas sebuahFikih baru di masa pandemi. Buku saku inihadir untuk memberikan pencerahankepada umat Islam tentang berfikih di masapandemi dengan penjelasan singkat tetapisarat makna. Karena karakter “saku”-nya,buku ini hanya akan menawarkan produkpemikiran Fikih sebagai guidelines bagi umatIslam menjalankan berbagai ibadah wajib dansunnah di masa wabah sebagai “new nor-mal”, keadaan normal baru yang bersifatsementara. Karena itu pula, buku ini tidakmenghadirkan perdebatan dan dalil-dalilyang spesifik.

    B. Tujuan Beragama

    Maqashid al-Syari‘ah menegaskanbahwa semua aktivitas dan ibadah tanpaterkecuali dilaksanakan dalam rangkamenjaga agama, akal, diri, keturunan danharta. Secara sederhana, apa pun yangpotensial mengganggu kelima hal ini mesti

  • _5_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    dihindari terlebih dahulu melebihikepentingan ibadah. Karena itu pula, ulamamenyajikan sebuah pakem “menghindaribahaya selalu lebih diprioritaskan darimencari maslahat.” Dalam konteks ini,memakan yang haram sekalipun,dibolehkan, bahkan diperintahkan untukmenyelamatkan hidup manusia.

    Maqashid al-Syari‘ah bahkan telahmemunculkan dinamika berf ikih yangsangat produktif untuk segala situasi. Fikihkemudian menjadi sangat lentur jikaberhadapan dengan situasi yang berbeda,tanpa mengurangi pahala dan kualitasibadah sedikitpun. Dengan pemahamanFikih yang baik, seseorang boleh jadimendapatkan pahala tambahan karena telahmenggunakan pengetahuannya.

    Kita dapat belajar dari beberapa contohdi masa Nabi. Rasulullah SAW pernahmenegur salah seorang sahabat karenamembiarkan ontanya tidak tertambat

  • _6_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    dengan dalih tawakkal kepada Allah SWT,sementara ia masuk masjid hendak shalat.Kita juga teringat hadits lainnya, “Jika kalianmendengar kabar tentang merebaknyawabah Tha’un di sebuah wilayah, janganlahkamu memasukinya. Dan, jika kalian tengahberada di dalamnya, maka janganlah kamukeluar darinya”. (HR. al-Bukhari & Muslim).Nabi pernah menganjurkan tinggal di rumahdaripada ke masjid hanya karena hujan lebatyang menakutkan. Nabi pernah berujar agaryang sakit tidak bercampur dengan yangsehat (HR. al-Bukhari dan Muslim). Rasatakut dan sakit juga diyakini sebagai uzur(alasan) untuk tidak shalat jamaah di masjid.Contoh-contoh seperti ini sejatinya dapatmenjadi preseden yang baik bagi umat Is-lam untuk beribadah di masa wabah.

    C. Meretas Fikih Pandemi

    Fikih pada dasarnya telah memberiruang fleksibilitas yang sangat terbuka. Di

  • _7_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    mana dan kapan saja bahaya mengintai, atauada potensi membahayakan orang lain, makasebuah ibadah yang dilakukan secara normaldapat berubah sedemikian rupa. Jika tidakmampu berdiri, orang dapat shalat denganduduk, berbaring dan seterusnya. Salah satusyarat wajib haji adalah perjalanan yangdijamin aman. Jika ada peperangan di suatuwilayah yang menghalangi kita sampai keMekah, maka kewajibannya gugur. Karenaitu pula, haji ditiadakan di masa wabahkarena potensi bahaya yang mengancam.

    Jika semua Fikih yang “new normal” inidikompilasi dan dikontekstualisasi dengankeadaannya masing-masing, maka akan munculFikih-fikih baru yang aktual dan kontekstualtanpa mereduksi yang konvensional. MuncullahFiqh al-Aqalliyah bagi minoritas Muslim, Fiqh al-Awlawiyah untuk menetapkan prioritas, Fiqh al-Maqashid untuk mempertimbangkan tujuanFikih, dan sebagainya. Dalam konteks wabahyang mengglobal, dibutuhkan sebuah Fikih

  • _8_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Pandemi yang mengatur ibadah umat Islamdi masa wabah seperti ini. Secara sederhana,buku ini hadir menawarkan Fikih Pandemiyang bersifat guidelines saja. Buku ini jugaakan ditindaklanjuti dengan Fikih Pandemiyang lebih kompleks dengan menghadirkanperdebatan diskursif seputar isu ini.

    Masalah kebersihan misalnya, F ikihPandemi dapat menghadirkan perspektifFikih tentang thaharah atau kebersihanseperti mencuci tangan. Imbauan ahlikesehatan untuk sering mencuci tangan itumerupakan penegasan akan tradisi thaharahdalam Islam. Islam identik dengan kebersihan,bahkan diposisikan sebagai bagian dari iman.Kitab-kitab Fikih selalu diawali dengan uraiantentang thaharah (bersuci), disusul denganuraian lainnya. Rasulullah SAW mengajarkanpola hidup bersih. Sebagai contoh, setelahbangun dari tidur, kita diminta untuk selalumencuci tangan tiga kali sebelum mulaiberwudhu, dengan dalih orang tidur tidak

  • _9_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    mengetahui posisi tangannya ketika tidur.Selain itu, umat Islam disunnahkanmemotong kuku secara berkala, terutama dihari Jumat, karena kuku yang panjang dantidak dibersihkan berpotensi menjadi habitatbakteri yang menyebabkan penyakit. Anjuranuntuk selalu bersiwak (membersihkan gigi),bahkan seandainya tidak memberatkan,maka Rasulullah memerintahkan umatnyauntuk bersiwak setiap hendak melaksanakanshalat.

    Ada anjuran Nabi untuk isbagh al-wudhu’, yaitu melakukan wudhu dengansempurna, termasuk mencuci tangan.Anggota tubuh yang dibersihkan ketikaberwudhu pun adalah yang frekuensiaktivitasnya lebih dominan berpotensibersentuhan dengan virus, seperti tangan,muka (termasuk mulut dan hidung), kepala(termasuk telinga), dan kaki. Pakaian dantempat yang digunakan juga harus terbebasdari najis. Bahkan, ulama kita menganjurkan

  • _10_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    untuk sering dalam kondisi dawam atau adawudhu, meski hanya sekadar mauberaktivitas keseharian. Berwudhu ini adalahsalah satu ritual dan kebiasaan yang dapatberfungsi preventif terhadap tertularnyapenyakit.

    D. Memprioritaskan Keselamatan Bersama

    Ulama telah merumuskan sebuahpakem “la dharar wa la dhirar” yangmenegaskan bahwa ibadah tidak bolehberbahaya bagi dirinya atau membahayakanorang lain. Apa pun yang melanggar pakemini, mesti diatur lagi sedemikian rupa. Di masapandemi seperti ini, dengan karakter Covid-19, maka shalat berjamaah di mesjid, dapatmenjadi potensi besar tersebarnya virusmematikan ini. Karena potensi yangmembahayakan diri dan orang lain, makaulama dan pemerintah menganjurkan untukshalat di rumah. Anjuran beribadah di rumahmenjadi new normal yang sama sekali tidak

  • _11_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    menggugurkan pahala dan keutamaanberjamaah dalam ibadah. Ia bahkanmendapatkan kelebihan pahala karenakebersamaan turut menghindarkan oranglain dari bahaya.

    Musibah Covid-19 ini meniscayakankebersamaan dan solidaritas segenap pihakuntuk mengatasinya. Pemerintah menjalankanperannya sebagai pengambil kebijakan,masyarakat mematuhi dan menjalankannyadengan baik adalah peran kewargaan yangsangat dibutuhkan. Terbentuknya GugusPenanganan Covid-19 hingaa tingkat RW danRT adalah wujud kebersamaan warga. Yangberpunya memberi bantuan, berupasembako, makanan, uang, dan selainnyakepada yang terdampak Covid-19.

    Kebersamaan juga dapat diwujudkandengan saling membantu mereka yangterdampak, bukan dengan memberi stigmayang justru lebih menyakitkan. Belum lagikebersamaan dapat diwujudkan dengan

  • _12_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    memberi perhatian dan perlindungansecara mental kepada keluarga yang adaanggota keluarganya berstatus PDPataupun ODP. Betapa banyak yang anggotakeluarga terkucilkan secara sosial karenaada anggota keluarganya yang PDPataupun ODP. Bahkan, orang yang sembuhtotal pun terkadang mengalami isolasisecara sosial karena ketidakpahaman akanCovid-19. Mengucilkan mereka adalahtindakan tidak berprikemanusiaan. Merekayang merasa punya gejala semisal flu, batuk,bersin, dan semisalnya, dapat mengisolasidiri di rumah dan menjaga jarak fisik dengananggota keluarga dan ataupun orangterdekatnya. Terkhusus orang yangmengalami gejala terpapar Covid-19, makadengan kesadaran diri melaporkan dirikepada pihak terkait untuk memperolehpananganan secepatnya.

    Kebersamaan dalam menanganiCovid-19 ini semoga menjadi perekat

  • _13_

    FLEKSIBILITAS HUKUM ISLAM: Meretas Fikih Pandemi

    solidaritas berbangsa dan bernegara. Sifatkegotongroyongan yang menjadi karakteristikmasyarakat Indonesia harus semakin mewujuddalam kesehariannya.

  • _14_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

  • _15_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    BAB IIBERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    A. SHALAT JUMATa. Argumen Mengganti Jumatan dengan

    Shalat Dhuhur di Rumah

    Melaksanakan shalat Jumat bagi umat Is-lam yang berjenis kelamin laki-laki, baligh,berakal, sehat (tidak sakit atau tidak terhalanguzur), muqim (bukan dalam perjalanan)hukumnya fardhu ‘ain. Ketika ada uzur sepertisakit, hujan lebat, ataupun pandemi makakewajiban shalat Jumat gugur. Terkaitmerebaknya Covid-19, diharamkan bagi yangterpapar Covid-19 menghadiri shalat Jumat(termasuk shalat jamaah) dengan dalil hadits,“Jangan yang sakit bercampur-baur denganyang sehat” (HR. al-Bukhari & Muslim). Haditslain, “Jika kalian mendengar kabar tentangmerebaknya wabah Tha’un di sebuah wilayah,

  • _16_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    janganlah kamu memasukinya. Dan, jika kaliantengah berada di dalamnya, maka janganlahkamu keluar darinya”. (HR. al-Bukhari & Mus-lim). Bagi yang berhalangan shalat Jumat, iamenggantinya dengan shalat dhuhur empatrakaat. Adapun menggantinya dengan shalatJumat di rumah itu tidak dibolehkan denganpertimbangan bahwa tujuan shalat Jumatadalah berkumpulnya banyak orang di sebuahtempat (masjid), sebagaimana maknasemantik dari kata jum’ah yang berarti“berkumpulnya banyak orang” (ijtima’ al-nas). Jumatan di rumah juga tidak dibolehkanmenurut Imam Abu Hanifah karena rumahbukanlah tempat umum. Imam Malik jugatidak membolehkan jumatan di rumah denganmensyaratkan jumatan harus di masjid. Imamal-Syaf i’i dan Imam Ahmad juga tidakmembolehkan jumatan di rumah karenamensyaratkan jumlah yang hadir minimal 40orang yang berkategori wajib jumatan.

    Dengan begitu, yang berhalangan shalatJumat karena ada uzur seperti Covid-19 ini

  • _17_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    menggantinya dengan shalat dhuhur empatrakaat di rumah. Pahalanya sama denganpahala shalat Jumat. Dalilnya adalah hadits,“Jika seorang hamba tertimpa sakit, atautengah bepergian, maka ia dicatatmemperoleh (ganjaran) serupa ketika iamelakukannya dalam kondisi muqim dansehat”. (HR. al-Bukhari).

    b. Meninggalkan Shalat Jumat Berkali-kaliSelama Merebaknya Pandemi

    Tidak jumatan bagi yang wajib Jumattanpa uzur yang dibenarkan oleh syariatadalah tergolong dosa. Sejumlah riwayathadits menyebutkan tentang itu, diantaranya “Siapa yang meninggalkan tigakali shalat jumat karena meremehkan, niscayaAllah SWT menutup hatinya”. (HR. al-Turmudzi, al-Thabarani, dan al-Daruquthni).Hadits lain menyebutkan, “Siapa yangmeninggalkan shalat Jumat tiga kali tanpauzur, niscaya ia tergolong orang munafiq”(HR. al-Thabarani). Kita perlu mencermati

  • _18_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    redaksi kedua hadits tersebut terutama padakata tahawunan biha dan bila udzr. Keduanyamenggariskan bahwa meninggalkan shalatJumat yang dimaksudkan adalah karena“meremehkan” dan “tanpa uzur”. Ketikatidak jumatan bukan karena meremehkanatau karena adanya uzur, maka itu bukanyang dimaksud dalam hadits tersebut.

    Beberapa uzur yang membolehkan tidakjumatan adalah hujan lebat yang sekiranya dapatmembasahi pakaiannya dan menghalanginyamelakukan shalat, salju, cuaca yang sangatdingin, sakit yang menyulitkannya ikutberjamaah di masjid, kekhawatiran adanyagangguan keselamatan jiwa, kehormatan diri,dan harta bendanya jika ia ikut jumatan. Covid-19 tergolong salah satu uzur karenakekhawatiran menulari atau tertular virusnyaketika ikut jumatan yang notabenemengharuskan dilaksanakan berjamaah.Jangankan tiga kali, lebih dari itu pun jikamemang kondisi merebaknya Covid-19 belum

  • _19_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    berubah ke situasi yang aman, maka tidakmelaksanakan jumatan diganti dengan shalatdhuhur empat rakaat di rumah masing-masing. Ini adalah keringanan atau dispensasi(rukhshah) dalam syariat Islam jika terdapatuzur.[]

    B. SHALAT DI MASJIDa. Azan Shalat Rawatib dari Masjid

    Pada dasarnya, mengumandangkan azandan iqamah merupakan syiar Islam, disamping sebagai pemberitahuan tandamasuknya waktu shalat fardhu bagi umat Is-lam. Hukum dasarnya adalah sunnah. Bahkan,menurut Mazhab al-Syafi’i dan Hanbali, azandan iqamah pun dianjurkan ketika hendakshalat sendirian (munfarid), meski dengansuara pelan yang cukup didengarkan oleh dirikita sendiri. Persoalannya adalah bagaimanamengumandangkan azan di saat adanyapandemi semisal Covid-19 saat ini, di manaterdapat imbauan dari Pemerintah ataupun

  • _20_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas masukandari ahli kesehatan untuk menerapkanpengaturan jarak fisik ataupun sosial (physical/social distancing) agar dapat memutus rantaipenyebaran Covid-19. Di satu sisi, kumandangazan adalah panggilan untuk shalat berjamaah(hayya ‘ala shalah). Di lain sisi, kita dilarangberjamaah di masjid karena tentu akanmengumpulkan banyak orang yang melanggarpenerapan physical distancing.

    Sebenarnya, bagian tertentu di lafalazan pada masa pandemi dapat sajaberubah, misalnya lafal “hayya ala shalah”diganti dengan redaksi shallu fi buyutikumatau shallu fi rihalikum yang artinya“shalatlah di rumah atau kediaman kalian”,sebagaimana diriwayatkan sahabat Ibn‘Abbas. Adapun sahabat Ibn ‘Umarmengumandangkan azan sebagaimanabiasanya kemudian menambahkan denganlafal shallu fi buyutikum atau shallu firihalikum di akhir azan.

  • _21_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    Tentu saja, perlu pemakluman kepadamasyarakat tentang ini secara cermat.Kontroversi alias komentar ketidaksetujuandari yang belum mengetahui kebolehanazan seperti ini akan muncul. Perlupemakluman juga bahwa kumandang azandalam kondisi pandemi Covid-19 seperti inihanya berfungsi sebagai penanda masuknyawaktu, bukan panggilan untuk berjamaah dimasjid. Karena tujuan utama penambahanlafal demikian adalah agar tetap shalat dirumah, masyarakat atau jamaah masjidsekitar yang sudah memahami dan patuhuntuk tidak shalat berjamaah di masjid, azantetap dikumandangkan seperti biasanyatanpa perubahan ataupun penambahan lafalseperti di atas. Kita diminta untuk shalat dirumah masing-masing secara berjamaahdengan anggota keluarga. Dalam kondisidarurat seperti ini, kebiasaan berjamaah danniat tulus kita untuk shalat berjamaah dimasjid akan dihitung berjamaah di masjid oleh

  • _22_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Allah SWT, meski kita hanya melakukannya dirumah.[]

    b. Shalat Berjamaah di Masjid

    Pada dasarnya, hukum dasar shalatberjamaah adalah sunnah mu’akkadah.Adapun menjaga jiwa dari tertularnya virusyang mematikan hukumnya wajib.Memprioritaskan yang wajib daripada yangsunnah adalah lebih baik. Jika ada yang tetapmelaksanakan shalat berjamaah di masjiddengan jarak makmum berjauhan denganniat menghindari kontak f isik, itu dapatmengurangi keutamaan shalat jamaah kita.Shalat berjamaah mensyaratkan rapih danrapatnya shaf (taswiyah al-shufuf). UlamaHanaf i, Maliki, Syaf i’i, dan Hanbalimenyatakan hukum taswiyah shufuf adalahmustahab, bukan wajib, sehingga sehinggameninggalkan kerapihan dan rapatnya shafdalam shalat jamaah tidak membatalkanshalat. Salah satu argumentasinya adalah lafalhadits “kerapihan shaf adalah bagian dari

  • _23_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    kesempurnaan shalat” (HR. al-Bukhari). Katatamam yang berarti “kesempurnaan” adalahbersifat tambahan, di luar dari yangsemestinya, sehingga tidak membatalkanshalat jika meninggalkannya. Meski ada ulamayang membolehkan shaf jamaah yangrenggang dalam kondisi darurat, namun sikaphati-hati kita harus lebih diutamakan. Banyakfaktor lain yang harus dipertimbangkansemisal belum adanya jaminan siapa yangsudah atau tidak tertular dari jamaah yanghadir, dan adanya pengidap yang tanpa gejala,dan selainnya. Kita perlu memahami denganbaik maksud hadits “Hindarilah wabahpenyakit seperti larimu (menghindari) kejaranmacan” (HR. al-Bukhari). Kita dimintamenghindari semaksimal secara seriuspenyakit, terlebih virus Covid-19 yang sangatmudah menular dan mematikan ini. Hadits lainmenyebutkan “Bagi yang makan bawangmerah atau bawang putih, hendaknya iamenjauhi kami atau menjauhi masjid kami”(Muttafaq ‘Alaih). Maksudnya, bukan makan

  • _24_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    bawang merah atau bawang putih yangterlarang, tetapi baunya yang dapatmengganggu jamaah yang lain.[]

    c. Menutup Masjid

    Di sejumlah negara, pemerintahsetempat atas masukan ulama mengimbaumenutup masjid untuk menghindaripenyebaran Covid-19. Tentu saja, kebijakantersebut tidak bermaksud merendahkanwibawa masjid sebagai rumah Allah SWT dantempat ibadah umat Islam, apalagi menstigmamasjid sebagai tempat penyebaran virus,karena jamaahnya berwudhu sebelummemasukinya, kebersihannya terjaga, danselainnya. Poinnya bukanlah melarang shalatataupun beribadah di masjid, tetapimencegah berkumpulnya banyak orangataupun menghindari kontak fisik di masamerebaknya pandemik Covid-19 ini. Ini sejalandengan hadits “Janganlah yang sakitdicampurbaurkan dengan yang sehat” (HR.

  • _25_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).Rasulullah SAW juga bersabda, “Siapapunyang mendengar seruan, tidak ada yang bisamencegahnya kecuali uzur. Seseorangbertanya apa aja uzur itu? Rasulullahmenjawab, “Rasa takut dan sakit” (HR. AbuDawud).

    Merujuk pada sejarah, Masjidil Harampernah ditutup pada 827 H akibat wabahyang melanda Mekkah yang menelan korbanjiwa sebanyak 1.700. Ibn Hajar al-‘Asqalanijuga mencatat persitiwa merebaknya wabahTha’un di Damaskus pada 749 H yangmengkritisi praktik warga dan pemukamasyarakat yang berkumpul untukmelaksanakan doa bersama karena justeruyang terjangkiti wabah Tha’un punmeningkat tajam setelahnya.

    d. Qunut Nazilah

    Secara semantik, qunut berarti “ketaatan”,“shalat”, “diam”, “berdiri”, dan “berdoa”.

  • _26_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Dalam arti “doa” inilah yang lebih dikenal.Secara syariat, qunut berarti “nama darisebuah doa yang dibacakan di waktu berdiridalam shalat pada waktu tertentu”. Adapunarti nazilah yaitu musibah yang menimpa,seperti adanya pandemi, kekeringan,bahaya yang meliputi kaum Muslimin, baiksecara keseluruhan maupun di kawasantertentu. Pembacaan doa qunut nazilah ditengah merebaknya Covid-19 yangmenyerang banyak kaum muslimin di banyaknegara sangat baik untuk dilaksanakan setiapwaktu shalat, terlebih telah dianjurkan olehMUI atas pertimbangan Covid-19 ini sudahmasuk kategori musibah besar yangmenimpa kaum Muslimin.

    Qunut Nazilah pertama kali dicontohkanRasulullah SAW setelah peristiwapembantaian 70 sahabat dari kalanganAnshar yang diutus ke Najd di Bi’r Ma’unahtahun IV H. Hukumnya Sunnah menurutMazhab Syaf i’i. Dalilnya adalah hadits,

  • _27_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    “Sungguh Rasulullah SAW membaca doaqunut (nazilah) selama sebulan karena(tragedi) terbunuhnya para Qurra’ (ahli al-Qur’an)”. (HR. al-Bukhari & Muslim). Adapunbacaan doa qunut nazilah tidak ada bacaantertentu, sehingga dapat dibacakan doasesuai konteksnya. Namun, lebih baik jikamembaca doa qunut shalat subuh yangpopuler. Dalam shalat berjamaah, baik shalatdengan bacaan jahr (subuh, magrib, dan isya)maupun sirr (zhuhur dan ashar) imammembaca doa qunut nazilah secara jahr(suara yang terdengar), sedangkanmakmum mengaminkan tanpa perlumembaca doa qunut secara mandiri.[]

    e. Mengenakan Masker dalam Shalat

    Dalam shalat, terutama saat sujud,terdapat tujuh anggota badan yang merapatke lantai tempat shalat. Ketujuh anggotabadan tersebut adalah dahi termasukhidung, kedua telapak tangan, kedua lutut,

  • _28_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    dan kedua jari kaki. Terkait hidung, ada yangmemasukkannya sebagai bagian dari dahidan ada juga yang tidak memasukkannya.Imam al-Nawawi dalam al-Majmu’menyatakan makruh shalat menggunakanlitsam (atau bahasa kekinian kimamah/masker), dengan dalil bahwa “RasulullahSAW melarang seseorang shalat denganmenutup mulut” (HR. Abu Daud).

    Dalam situasi pandemi Covid-19,penggunaan masker sangat pentingdilakukan untuk mencegah masuknya viruske dalam mulut dan hidung. Sementara itu,lantai tempat shalat terkadang tidak bisadipastikan apakah terdapat virus di atasnyaatau tidak. Dalam kaidah fiqhiyah ditegaskanbahwa pencegahan bahaya terhadapbahaya lebih diprioritaskan. Atas dasar itu,penggunaan masker saat shalat di tempatyang tidak bisa dipastikan steril dapatdibenarkan. Kondisi darurat membolehkanpenggunaannya. Adapun jika dipastikan

  • _29_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    bahwa tempat shalat tersebut steril, makapenggunaan masker tidak perlu dan tidakdianjurkan. Karena masker tidak termasukhiasan (zinah) yang dianjurkan saatmenghadiri atau melaksanakan shalat.[]

    f. Menggunakan Hand SanitizerHand sanitizer adalah cairan atau gel

    yang biasa digunakan untuk mengurangiagen infeksi pada tangan. Penggunaan handsanitizer merupakan opsi karena carakerjanya mirip dengan mencuci tangandengan sabun. Kedua cara ini sangatdianjurkan untuk menghindari paparan virus,bakteri, dan kuman.

    Salah satu bahan aktif yang digunakandalam sanitizer adalah alkohol. Terdapatbeberapa kalangan yang mempertanyakanhukum shalat dengan wewangian,termasuk hand sanitizer, yang mengandungalkohol. Ulama berbeda pendapat tentangalkohol, sebagian menganalogikan (qiyas)

  • _30_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    dengan khamr, sebagian lainnya tidakmenganalogikannya demikian. Kenajisankhamr juga diperselisihkan ulama. Al-Syawkani menyatakan bukan najis. Dalamhal ini, MUI sudah memberikan fatwa padatahun 2009 bahwa pada prinsipnya hukumalkohol bergantung pada prosespembuatannya. Jika dibuat atau dihasilkandari bahan-bahan najis, maka hukumnyaharam untuk digunakan. Adapun jikaterbuat dari bahan-bahan yang bukan najis,maka boleh digunakan.

    Atas dasar itu, dibolehkan menggunakanhand sanitizer saat hendak melaksanakanshalat. Bahkan sangat dianjurkan jika terdapatkekhawatiran adanya virus yang menempel ditangan. Hanya saja, penggunaan yangberlebihan terhadap sanitizer ini tidakdianjurkan karena memiliki efek samping padakulit. Kebanyakan pakar lebih mengutamakanpenggunaan sabun biasa dengan air yangmengalir untuk menjaga kebersihan tangandari virus.[]

  • _31_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    C. RAMADHANa. Syiar Ramadhan

    Ramadhan adalah bulan yang palingmeriah dan paling ditunggu-tunggu olehumat Islam. Beberapa keistimewaan bulanRamadhan sebagaimana termaktub dalamal-Qur’an dan al-Sunnah adalah penghulusegala bulan (sayyid al-syuhur), bulan al-Qur’an (syahr al-Qur’an), bulan rahmat,ampunan, dan pembebasan dari neraka(rahmah, magfirah, ‘itqun min an-nar),terbukanya pintu-pintu surga dantertutupnya pintu-pintu neraka, setanterbelenggu, kesempatan mendapatkantiket pintu surga untuk yang berpuasa (Babal-Rayyan), ganjaran pahala yang tidakterbatas), pahala ibadah fardhu berlipat mini-mal 10 kali dan ibadah sunnah berpahalaseperti fardhu, serta hal yang mubahmendapatkan pahala sunnah, dan terdapatLailatul Qadar yang kemuliaannya melebihi1000 bulan.

  • _32_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Khusus di Indonesia, Ramadhanmembawa suasana semarak dengan berbagaikegiatan ibadah dan pernik budaya. Ada ziarahkubur menjelang Ramadhan, buka puasabersama, tarwih keliling, pawai bedugtakbiran, yang diakhiri dengan silaturahmisetelah berlebaran.

    Namun, Ramadhan 1443 H/2020 M tahunini, pandemik Covid-19 yang melanda dunia,termasuk Indonesia, telah merusak pelbagaitatanan kehidupan, baik sosial, politik, budaya,bahkan keagamaan. Tahun ini, segalakesemarakan dan syiar Ramadhan harusdiredam. Kita berharap semoga hanya tahunini umat Islam menjalani Ramadhan denganlebih banyak di rumah (stay at home). Pasalnya,prinsip Islam mendudukkan posisi keselamatanjiwa manusia di posisi tinggi dan prioritas.Akibatnya, setiap hal yang berpotensimembahayakan keselamatan jiwa manusiaharus dihindari, termasuk syiar Ramadhan yangmelibatkan partisipan dan kerumunan massa.

  • _33_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    Terlepas dari itu, syiar Ramadhan tidak berartimenghentikan ghirah Ramadhan kita.Kerinduan kita akan Ramadhan sepertibiasanya akan semakin terasa denganPandemi Covid-19 ini. Suasana berpuasadengan banyak di rumah akan memberibanyak waktu untuk memperbanyak bacaanal-Qur’an, zikir, belajar, bekerja dari rumah,shalat sunnat, dan semakin dekat dengankeluarga, berbagi takjil, bersedekah kepadaorang yang berkekurangan, terutama yangterdampak Covid-19 ini. Semoga pandemiCovid-19 ini segera berlalu.[]

    b. Buka Puasa Bersama

    Buka puasa bersama adalah momentumberbuka puasa di mana kaum musliminberkumpul di suatu tempat, baik di masjid,rumah, kantor, ruang terbuka, dan selainnyasecara bersama. Biasanya penyediaansuguhan berbuka puasa berupa makanandan minuman dilakukan oleh perorangan,

  • _34_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    beberapa orang, ataupun institusi. Ini sejalandengan tuntunan syariat Islam yang muliadan pelakunya akan memperoleh banyakpahala dan kebajikan. Rasulullah SAWbersabda, “Siapa memberi makan orangyang berpuasa, maka baginya pahala sepertiorang yang berpuasa, tanpa mengurangipahala orang yang berpuasa itu sedikit punjuga.” (HR. Turmudzi)

    Dalam kondisi normal, kegiatan bukapuasa bersama atau buka bersama merupakanagenda tahunan umat Islam, baik secaraindividu maupun instansi. Individu ataukeluarga yang berkecukupan danberkemampuan berusaha untuk mengadakanacara buka bersama di rumahnya denganmengundang tetangga, kerabat, kolega, danterutama kaum dhuafa’.

    Dalam masa pandemik Covid-19,kegiatan buka bersama ditiadakan ataudilarang oleh pemerintah, karenaberkumpulnya banyak orang dalam

  • _35_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    kegiatan tersebut. Pelarangannya bukanlahpada berbuka puasa bersama, melainkanpada konteks berkumpunya banyak orang.Hal ini untuk menyelematkan umat daripenularan virus. Prinsip Islam adalahmencegah bahaya lebih utama daripadamengusahakan kebaikan atau pahala.

    Pada Ramadhan tahun ini, umat Islamdapat menyelenggarakan buka puasabersama tanpa harus mengumpulkan orangberpuasa (sha’imun). Caranya adalah denganmenyiapkan makanan dan minumansebagaimana biasanya, dan dikirimkan kerumah orang yang berpuasa. Insya Allah,cara ini tidak dilarang asalkan memerhatikanprotokol kesehatan dan keselamatan yangberlaku. Dengan begitu, keutamaan dankebaikan yang diniatkan dapat tercapai.Tentu saja, cara ini tidak sesemarak bukabersama pada kondisi normal. Namun, niatdan pahala akan diperoleh oleh orang-orangyang ikhlas melakukannya.[]

  • _36_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    c. Tarwih/W itir Berjamaah

    Ibadah shalat tarwih berjamaah di masjidmerupakan salah satu ibadah unggulan dibulan suci Ramadhan. Umumnya, parapengurus masjid (DKM) telah menyiapkanimam dan penceramah pilihan. Masyarakatatau jamaah dapat mengikuti shalat tarwihdengan mudah, khusyu, dan mendapatkannasihat atau pencerahan dari para ustadataupun kiai yang memberikan ceramahdengan topik-topik yang menarik.

    Pada situasi pandemik Covid-19 ini,kegiatan shalat tarwih berjamaahkemungkinan ditiadakan. Karena itu, umatIslam dianjurkan untuk shalat tarwih dirumah masing-masing, meski tidak semuaumat Islam terbiasa melakukan shalat tarwihsecara mandiri di rumah, baik individumaupun berjamaah dengan keluarga.Berikut ini beberapa tuntunan shalat tarwih:1. Dilakukan secara berjamaah jika

    memungkinkan. Imam oleh laki-laki

  • _37_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    yang sudah baligh. Bisa juga diimamioleh perempuan jika makmumnyaperempuan atau anak kecil. Niat sebagaiimam (imaman) atau sebagai makmum(ma’muman).

    2. Posisi shalat sebagaimana shalat berjamaahpada umumnya. Imam di depan, disusulmakmum laki-laki, kemudian makmumperempuan.

    3. Jumlah rakaat sebanyak 8 (delapan) rakaatditambah witir 3 (tiga) rakaat, sehinggaberjumlah 11. Atau, 20 (dua puluh) rakaatditambah witir 3 (tiga) rakaat, sehinggaberjumlah 23 rakaat.

    4. Salam setiap 2 rakaat, kecuali witir terakhiryang hanya 1 rakaat. Ada juga yangmelakukan salam setiap 4 rakaat dan atauwitir sekaligus 3 rakaat. Ini tidak masalahkarena masing-masing ada dalil yangmendasarinya.

    5. Jika ada di antara anggota keluarga yangdapat memberikan nasihat (tausiyah),maka itu lebih baik. Kegiatan tarwih di

  • _38_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    rumah ini dapat menjadi ajang latihandan keakraban sesama anggotakeluarga.

    6. Dibolehkan jeda setelah salam. Jadikalau ada yang memiliki hajat, ataumakan-minum di sela-sela tarwih dapatdilakukan. Ini salah satu kelebihanshalat tarwih di rumah daripada dimasjid.

    7. Jika shalat sendiri (munfarid), makaberlaku tata cara sebagaimana shalatmalam: mengeraskan suara (jahr) padabacaan surah al-Fatihah dan ayat/surahlainnya bagi laki-laki, dan menyamarkan(sirr) bagi perempuan.

    8. Untuk penanda bilangan rakaat setelahsalam, ganjil dan genap bisamenggunakan lafal doa tertentu.Contoh pada rakaat ganjil:

    فضال من هللا و نعمة و مغفرة و رمحة تواب واسع املغفرة أرحم الرامحني

  • _39_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    Contoh pada rakaat genap:

    ال إله إال هللا وحده ال شريك له . له امللك وله احلمد حيىي ومييت وهو على كل شيئ قدير

    9. Doa setelah shalat tarwih.Adapun shalat witir merupakan rangkaiandalam pelaksanaan qiyaamullail di bulanRamadhan. Berbeda dengan shalattarwih yang khusus di bulan Ramadhan,shalat witir terdapat tuntunan dalamsyariat untuk melaksanakannya setiapmalam, baik di bulan Ramadhan maupundi luar Ramadhan. Beberapa tuntunanshalat witir adalah:1. Shalat witir hukumnya sunnah

    mu’akkadah dengan banyakkeutamaan.

    2. Shalat witir selalu berjumlah ganjilminimal 1 (satu) rakaat dan maksimal11 (sebelas) rakaat.

    3. Umumnya shalat witir dilaksanakan

  • _40_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    3 rakaat diselingi salam pada rakaatkedua, atau tiga rakaat sekaligus.

    4. Shalat witir adalah shalat yang terakhirsetiap malam. Bagi yang hendakmenambah shalat tahajjud setelahshalat tarwih, maka shalat witirnyasetelah tahajjud, dan tidak shalat witirsetelah shalat tarwih.

    5. Disunnahkan membaca doa qunutpada malam ke-16 (enam belas) dibulan Ramadhan.

    6. Bila hendak shalat tahajjud setelahshalat witir, maka tidak perlu witir lagisesudah tahajjud.

    7. Doa setelah shalat witir.

    d. Iktikaf

    Iktikaf bermakna “berdiam”. Ibadahiktikaf adalah kegiatan berdiam di masjid untukjangka waktu tertentu. Iktikaf dimaksudkansebagai media seseorang meninggalkanaktivitas duniawi dan memfokuskan diri untukberibadah. Waktu untuk beriktikaf tidak

  • _41_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    dibatasi. Boleh hanya beberapa saat, beberapajam, atau berhari-hari. Selain dari ibadah shalat,zikir, dan membaca al-Qur’an, unsur pentingdalam iktikaf adalah merenungkan hakikatkehidupan dan kehambaan (muhasabah).

    Rasulullah SAW mencontohkan iktikafsetiap bulan Ramadhan pada 10 (sepuluh)malam terakhir di bulan Ramadhan. Iktikafharus dilakukan di masjid dan dalam kondisi sucidari hadas besar. Dalam keadaan iktikaf,seseorang hanya boleh meninggalkan masjiduntuk urusan yang urgen, misalnya makan atauke kamar kecil.

    Dalam masa pandemi Covid-19 ini,kemungkinan masjid ditutup untuk iktikaf,untuk menghindari kerumunan orang yangberpotensi menyebabkan penularan penyakit.Artinya, tidak mungkin beriktikaf di tempatselain masjid, karena kehilangan salah saturukunnya.

    Jika hendak memperoleh manfaatiktikaf, maka mengondisikan rumah seolah-

  • _42_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    olah sebagai tempat iktikaf dapat sajadilakukan. Tetapi, ini tidak bisa disebut iktikaf,meski manfaatnya dapat saja diperoleh,terutama dengan muhasabah, bertafakkurmerenungkan dosa-dosa, beristigfar, berzikir,memperbanyak bacaan al-Qur’an, danmelakukan shalat-shalat sunnah. Shalatsunnah dapat berupa shalat sunnah rawatib,shalat hajat, shalat sunnah wudhu, ataupunshalat sunnah saja (muthlaq).

    Jadi, meskipun tidak dapat disebut sebagaiiktikaf, namun pengondisian jiwa dan rumahtinggal seperti itu dapat mendatangkanmanfaat iktikaf, terutama dalam aspekpensucian diri (tazkiyah nafs).[]

    e. Zakat Fitrah dan Zakat Mal

    Secara bahasa, zakat fitrah terdiri daridua kata, zakah dan fithr. Kata zakah berarti“sesuatu yang tumbuh, suci, berkah”.Adapun fithrah berarti “berbuka”, atau“awal penciptaan”. Sesuai namanya, zakat

  • _43_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    fitrah dimaksudkan membawa kesucian dandan pertumbuhan jiwa yang baik.

    Zakat Fitrah merupakan rangkaian yangtidak terpisahkan dengan amaliyah Ramadhan,karena salah satu fungsinya adalahmembersihkan sisa-sisa dosa yang masih adasetelah pelaksanaan puasa dan amaliyahRamadhan. Selain itu, zakat f itrah jugaberfungsi pembersihan jiwa setiap insan. ZakatFitrah mensyaratkan berakhirnya bulanRamadhan sebagai penanda waktu (haul).Dengan begitu, orang yang meninggalsebelum selesainya bulan Ramadhan tidakterkena kewajiban zakat fitrah. Sebaliknya,seorang anak bayi yang baru lahir dipenghujung Ramadhan, terkena kewajibanzakat fitrah.

    Dalil diwajibkannya zakat fitrah hadits dariAbdullah ibn ‘Umar bahwa “Nabi saw.mewajibkan zakat fitrah, berupa satu sha’kurma atau gandum kepada kaum Muslimin,budak atau merdeka, laki-laki atau perempuan,

  • _44_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    anak kecil atau dewasa. Beliau memerintahkanagar ditunaikan sebelum orang-orang keluaruntuk shalat ‘Ied”. (HR. al-Bukhari dan Mus-lim). Hadits ini menjelaskan bahwa setiap or-ang Islam wajib menunaikan zakat fitrah. Zakatanggota keluarga dibayarkan oleh kepalakeluarga atau yang menanggung nafkah. Bagiseseorang yang masih memiliki kelebihanmakanan sampai esok hari sebanyak 1 (satu)sha’ (sekitar 2,5 kg) bahan makanan pokok,wajib membayar zakat fitrah.

    Mustahiq (penerima) zakat fitrah adadelapan golongan sebagaimana disebutkandalam QS. al-Taubah [9]: 60, yaitu fakir, miskin,amil, muallaf, budak, orang yang berutang,untuk jalan Allah, dan orang yang dalamperjalanan. Golongan yang kedelapan inidisebutkan secara umum tanpa menyebutkanpengkhususan orang Muslim. Oleh karena itu,non-muslim dapat diberikan zakat—dengan dalilkeumuman ayat ini—atau dimasukkan dalamkategori mu’allaf, yaitu yang dibujuk hatinya

  • _45_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    untuk memeluk atau menetap dalam agama Is-lam. Imam al-Syawkani dalam Nayl al-Awthar-nya menjelaskan bahwa dalam sebuah riwayatdisebutkan bahwa Rasululah SAW memberikanbagian zakat kepada non-Muslim, lalu orang itukembali kepada kaumnya dan berkata, “Wahaikaumku, masuklah ke dalam Islam, karenasesungguhnya Muhammad memberi tanpatakut miskin”.

    Zakat fitrah dibayarkan dengan bahanmakanan pokok yang sama dengan konsumsisehari-hari. Zakat fitrah juga dapat dibayarkandengan uang tunai yang senilai dengankuantitas dan kualitas bahan makanan pokoktersebut. Untuk masyarakat Indonesia,pembayaran zakat dengan uang senilai lebihpraktis dan mudah daripada dengan berassebagai makanan pokok. Hanya saja, hargaberas sewaktu-waktu dapat berubah, sehinggamemengaruhi jumlah ketika dikonversi.

    Perbedaan zakat fitrah dengan zakatmal adalah pada penentuan waktunya. Zakat

  • _46_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    fitrah sudah ditentukan waktunya yaknibulan Ramadhan dan hari pertama Syawal(sebelum khatib ‘Ied Fitri naik ke mimbar)setiap tahunnya. Adapun zakat malbergantung pada kecukupan jumlah nisab(nishab). Nisab zakat mal adalah 85 gramemas dan nishab zakat f itrah adalahpersedian makanan untuk 1 hari kedepan.Waktu penyaluran zakat f itrah adalah diakhir Ramadhan atau di awal bulan Syawal,dan waktu penyaluran zakat mal disesuaikandengan masa setahun (haul) sejak mencapainisab. Meski demikian, banyak umat Islamyang memilih bulan Ramadhan untukmengeluarkan zakat mal.

    Idealnya, pembayaran dan pembagianzakat f itrah dilakukan pada masa-masaterakhir bulan suci Ramadhan. KarenaRasulullah SAW menginginkan tidak ada or-ang yang tidak memiliki sesuatu untukdimakan pada hari raya Idul Fitri. Akan tetapi,dalam masa-masa tertentu ketika kebutuhan

  • _47_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    mendesak maka bisa saja pengumpulan danpenyaluran sebagian zakat fitrah didahulukandi awal atau pertengahan Ramadhan.Sehingga tidak terjadi penumpukan zakatf itrah di akhir Ramadhan, sementarakebutuhan sudah ada di awal ataupertengahan Ramadhan. Demikian jugadengan zakat harta (mal). Meskipun belummencapai haul, pembayaran zakat mal dapatdipercepat jika sudah mencapai nishab. Inisemata-mata untuk memberikan manfaatyang maksimal kepada masyarakat.

    Dalam masa pandemik Covid-19 ini,bisa jadi sebagian masyarakat kehilangankesempatan untuk bekerja, mencarinafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Zakatdari para muzakki akan sangat membantukehidupan mereka yang terdampak secaraekonomi. Di sinilah kesempatan emas bagiumat Islam yang berkecukupan untukmenyegerakan pembayaran zakat harta,memperbanyak infaq dan sedekah sebagai

  • _48_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    bukti kasih sayang antara sesama Muslimatau sesama manusia.[]

    D. Idul Fitria. Shalat Idul Fitri di Rumah

    Sebagai akhir dari perjalanan spiritualRamadhan, Allah swt., mensyariatkanShalat Sunnah Idul Fitri. ‘Ied berarti hari rayadan juga seakar dengan makna kata“kembali.” Fitri berarti “suci”, “berbuka”,dan “awal penciptaan”. Merayakan IdulF itri berarti merayakan kesucian diri,kembali ke awal penciptaan seperti bayiyang baru lahir. Idul F itri juga berartibergembira karena sudah boleh makan danminum di siang hari bahkan dilarangberpuasa pada hari itu.

    Hukum shalat Idul Fitri adalah sunnahmu’akkadah. Umumnya, shalat Idul Fitrilebih ramai dari shalat Jumat karena dihadirijuga oleh perempuan muslimah. Bahkan,muslimah yang dalam kondisi haid juga

  • _49_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    dianjurkan untuk menghadiri khotbah ‘Iedyang sunnah diadakan di lapangan terbuka.

    Shalat Idul Fitri dilakukan sebanyak 2(dua) rakaat dengan tata cara yang agakberbeda. Perbedaannya dengan shalatbiasa adalah penambahan takbir sebanyak7 (tujuh) kali di rakaat pertama dan 5 (lima)kali di rakaat kedua. Shalat ‘Ied jugadirangkai dengan khotbah. Bedanyadengan shalat Jumat adalah khotbah padashalat ‘Ied dilakukan setelah pelaksanaan 2rakaat shalat ‘Ied.

    Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini,kemungkinan besar shalat dan khotbah IdulFitri tidak dilaksanakan di lapangan atau dimasjid. Ini untuk menghindari penularanCovid-19. Dalam kondisi seperti ini, Shalat‘Ied dapat dilakukan di rumah sebanyak 4(empat) rakaat, bisa sendiri-sendiri(munfarid) atau berjamaah. Pendapat inidipegangi oleh Imam Ahmad dan al-Tsauri.Pendapat ini mengqiyaskan shalat ‘Ied

  • _50_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    seperti shalat Jumat, dengan menganggap2 (dua) khotbah sebagai pengganti 2 (dua)rakaat. Adapun al-Syafi’i menyatakan bahwapelaksanaan shalat ‘Ied secara sendiriandilakukan hanya sebanyak 2 rakaat denganbertakbir pada dua rakaatnya. Pendapattidak mengqiyaskan shalat ‘Ied sebagai shalatJumat.[]

    b. Tradisi Bermaafan

    Sejalan dengan imbauan Pemerintahuntuk pembatasan sosial berskala besar, makatradisi bermaafan dalam rangkaian hari raya,dengan kontak fisik bersalaman langsung,ditiadakan. Kegiatan bermaafan dapatdilakukan dengan isyarat dari jarak aman, yaituminimal satu setengah meter. Lebih baik lagibila jaraknya lebih dari itu. Saat merebaknyapandemik ini, muncul istilah “salam korona”yang ditandai dengan tidak berjabat-tanganlangsung, tetapi sekadar mengangkat tangankanan dan meletakkannya di dada atau

  • _51_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    mengakat tangan setinggi bahu sebagaipertanda salam kepada orang lain. Kegiatanberkumpul-kumpul secara fisik sebaiknyaditiadakan. Kelebihan rezeki yang sedianyadisiapkan untuk acara semacam itu dapatdisalurkan untuk bakti sosial atau membantuaksi menanggulangi pandemi Covid-19.Kegiatan semacam itu mendapatkankemuliaan lebih dari sekadar silaturrahim,tetapi ada sedekah dan infak. Kegiatanbermaafan juga dapat dilakukan melalui me-dia komunikasi. Seperti telepon, telepongenggam, SMS, percakapan melalui mediasosial dan semisalnya.

    Dalam rangkaian hari raya, ada pulakelompok-kelompok yang senang mengadakanacara khusus dengan varian bentuk, semisalhalal bi halal, silaturahmi, ataupun reuni. Dibeberapa daerah di Tanah Air, ada yangmengadakan hari lebaran khusus untukmerayakan puasa sunat enam hari di bulanSyawal. Inti dari acara semacam itu ialah

  • _52_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    menyegarkan silaturahmi yang hukumnyaadalah wajib dengan kemasan yang bermacam-macam.

    Inti atau substansi (maqashid) perayaan‘Ied adalah Pertama, memperdalamhubungan di antara umat dan memperkuatikatan iman satu sama lain; Kedua, keluarsejenak dari kebiasaan atau rutinitas hidupyang monoton; Ketiga, menggembirakankeluarga, orang tua, sanak saudara, dansahabat, terlebih bila sebelumnya berpisahatau berjauhan tempat tinggal; Keempat,berekreasi, menunjukkan kegembiraan,kesenangan, dan kebersamaan. Kelima,mengingatkan hak para fakir-miskin, oranglemah, dan orang yang berkebutuhan,termasuk mereka yang terdampak pandemiCovid-19.

    Agama Islam tidak melarang umatnyamengekspresikan kegembiraan merayakan‘Ied sesuai kebiasaan di tempat tinggalmasing-masing. Tentu, ekspresi kegembiraan

  • _53_

    BERIBADAH DI MASA PANDEMI COVID-19

    dapat disesuaikan sesuai porsi dan situasinya.Semoga Covid-19 ini segera berlalu danperilaku bermaafan tidak surut olehnya.[]

  • _54_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

  • _55_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    BAB IIIMEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM

    TERPAPAR COVID-19

    A. Memandikan

    Secara umum, memandikan jenazahyang terpapar Covid-19 adalah memandikanjenazah tanpa membuka pakaian jenazah.Jika tidak memungkinkan, maka yangdilakukan adalah menayamumkan(tayammum). Jika hal tersebut tidakmemungkinkan lagi, maka jenazah tidakdimandikan atau ditayammumkan. Petugasyang memandikan wajib berjenis kelaminyang sama dengan jenazah. Akan tetapi, jikatidak ada petugas yang berjenis kelaminsama, maka petugas yang ada tetapmemandikan dengan syarat jenazah tetapmemakai pakaian. Kalau tidak, maka jenazahditayammumkan.

  • _56_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Bagaimana jika ada najis pada tubuhjenazah sebelum jenazah terpapar Covid-19dimandikan? Langkah yang harus diambilpetugas adalah dengan membersihkan najistersebut terlebih dahulu sebelummemandikannya. Petugas kemudianmemandikan jenazah dengan caramengucurkan air secara merata ke seluruhtubuh jenazah. Jika atas pertimbangan ahliterpercaya bahwa jenazah tidak mungkindimandikan, maka proses memandikan jenazahdapat diganti dengan tayammum sesuaiketentuan syariah dengan cara mengusapwajah dan kedua tangan jenazah dengan debu.Untuk menjaga keselamatan diri, petugas tetapmenggunakan Alat Pelindung Diri (APD).Adapun jika membahayakan petugas, makajenazah tidak perlu dimandikan atauditayamumkan berdasarkan ketentuandharurat syar’iyyah. []

  • _57_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    B. Mengafani

    Kewajiban lain yang harus dilaksanakanbagi orang yang meninggal dunia adalahmengafani jenazah. Tahap mengafani inidilakukan setelah jenazah telah dimandikansesuai tuntunan syariat. Meskipun terlihatsederhana, namun belum tentu setiap orangdapat melaksanakannya. Menurut Dr.Musthafa Sa’id al-Khin dalam kitabnya al-FiqhulManhaji a’la Madzahib al-Imam Asy-Syafi’imenjelaskan bahwa mengafani jenazah mini-mal membungkusnya dengan kain putih yangdapat menutupi seluruh anggota badan danmenutup kepala, jika jenazah bukan orangyang sedang ihram. Rasulullah SAW bersabda,“Pakailah pakaianmu yang berwarna putih,karena itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafanijenazah kalian dengannya”. (HR. al-Turmudzidari sahabat Ibnu Abbas)

    Secara umum, tata cara mengafanijenazah yang terpapar Covid-19 dapat dilakukansebagai berikut: Setelah jenazah dimandikan

  • _58_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    atau ditayamumkan, atau karena dharurahsyar’iyyah tidak dimandikan atau tidakditayamumkan, maka jenazah terpapar Covid-19 tersebut dapat dikafani denganmenggunakan kain yang menutup seluruhtubuh. Jenazah dimasukkan ke dalam kantongjenazah yang aman dan tidak tembus air demimenjaga keselamatan petugas dan mencegahpenyebaran virus. Setelah proses pengafananjenazah selesai, jenazah kemudian dimasukkanke dalam peti jenazah yang tidak tembus airdan udara dengan dimiringkan ke kanan.Jenazah terpapar Covid-19 harus menghadapke arah kiblat saat dikuburkan. Dalam halseandainya setelah proses pengafananjenazah masih ditemukan najis, maka petugasdapat mengabaikan najis tersebut.[]

    C. MenshalatkanMenshalati jenazah adalah fardhu

    kifayah. Adapun tata cara pelaksanaan shalatjenazah untuk jenazah terpapar Covid-19adalah dengan menyegerakan shalat setelah

  • _59_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    jenazah dikafani karena ini disunnahkan.Shalat jenazah terpapar Covid-19 sebaiknyadilakukan di tempat yang aman daripenularan Covid-19 dan dilakukan oleh mini-mal satu orang. Dalam hal jika kondisi tidakmemungkinkan, maka jenazah terpaparCovid-19 boleh dishalatkan di kuburansebelum atau sesudah dimakamkan. Jikatidak memungkinkan, maka jenazah bolehdishalatkan dari jauh atau yang disebutdengan “shalat ghaib”. Namun, yang tidakkalah penting diperhatikan adalah orang ataupihak yang melakukan shalat jenazahterpapar Covid-19 wajib waspada danmenjaga diri dari penularan Covid-19 denganmemperhatikan protokol kesehatan yangtelah ditetapkan pemerintah.

    D. Menguburkan

    Tata cara menguburkan jenazah terpaparCovid-19 sudah diatur dalam Fatwa MUI Nomor18 Tahun 2020 dan edaran Direktorat JenderalBimbingan Masyarakat Islam Kementerian

  • _60_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Agama RI. Protokol menguburkan jenazahini sedikit berbeda dari penguburan biasa.

    Berdasarkan Fatwa MUI tersebut,penguburan jenazah terpapar Covid-19 harusdilakukan sesuai ketentuan syariat danprotokol medis. Jenazah yang sudah melaluiproses sebelumnya sesuai aturan medis.Setelah itu, langsung dimasukkan bersamadengan peti ke dalam liang kubur tanpa harusmembuka peti, plastik, dan kafan dari jenazahCovid-19 tersebut. Penguburan beberapajenazah dalam satu liang lahat diperbolehkankarena sudah termasuk dalam ketentuan al-dharurah al-syar’iyyah atau kondisi darurat.Lokasi penguburan jenazah terpapar Covid-19 harus berjarak setidaknya 50 meter darisumber air tanah yang digunakan untukminum. Lokasi penguburan juga harusberjarak setidaknya 500 meter daripemukiman terdekat. Jenazah Covid-19 harusdikubur pada kedalaman 1,5 meter lalu ditutupdengan tanah setinggi satu meter. Jika semua

  • _61_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    prosedur dilaksanakan dengan baik, makapihak keluarga dapat turut dalam penguburanjenazah. 

    E. TakziyahMelayat, dalam bahasa agama ialah

    “takziah”. Takziah artinya “menghibur”,“menyampaikan belasungkawa”, “turutberduka”, dan “mengupayakan bersabarnyakeluarga yang ditinggal almarhum”. Hukumtakziah ialah sunnah. Takziah mengandungunsur amar makruf, yaitu mengajak bersabar.Takziah juga termasuk yang diperintahkan Al-lah SWT dalam QS. al-Ma’idah [5]: 2, “Tolong-menolonglah kalian dalam mengerjakankebajikan dan takwa”. Demikian kurang lebihmenurut al-Nawawi dalam al-Adzkar-nya.Secara umum, ayat ini memuat perintah wajibmaupun sunnah, dengan disokong dalil lain dariRasulullah SAW dan sahabat, maka takziahmasuk ke dalam perintah saling tolong dalamurusan yang hukumnya sunnah.

  • _62_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Takziah tidak sekadar menengok ataumelayat orang yang meninggal. Takziahharus dibarengi dengan memotivasikeluarga yang ditinggalkan untuk bersabar,berteguh hati, dan menerima musibahkematian orang terdekatnya. Tujuan takziahuntuk menghibur dan membesarkan hatikeluarga almarhum. Bentuk takziah bisabervariasi, dari membantu mengurusjenazah almarhum, menyiapkan keperluankeluarga yang ditinggal, baik dalam wujudmateri maupun non-materi.

    Bagi keluarga almarhum akibat Covid-19,diingatkan kemuliaan yang diraih oleh orangyang meninggal semacam itu, yakni meraihkedudukan seperti orang yang gugur syahid.Suatu kedudukan yang cukup langka padazaman ini. Dapat pula dibesarkan hatinyadengan mengingatkan bahwa di antarasahabat Nabi SAW ada yang meninggalnyakarena penyakit pandemi. Kegiatan takziahjuga berisi doa memohon kasih sayang dan

  • _63_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    ampunan Allah SWT bagi almarhum ataualmarhumah semoga mendapat tempat yanglayak di alam sana.

    Dalam kondisi pandemi Covid-19, bentuktakziah dapat disesuaikan, misalnya dengantetap menjaga jarak fisik satu sama lain mini-mal satu setengah meter. Itu jika memangharus menghadiri secara fisik acara takziahdimaksud. Adapun jika tidak menghadiri,maka dapat dengan mendoakan secara ver-bal dalam pesan singkat, atau melalui mediasosial, atau melalui sambungan telepon.Sebaiknya, itu ditambah dengan mendoakansecara sirr, yakni tanpa sepengetahuan or-ang yang ditakziahi.[]

    F. Kremasi Jenazah Covid-19

    Manusia adalah makhluk mulia, baik hidupdan matinya. Rasulullah SAW mencontohkanpenghormatannya kepada jenazah dengancara berdiri ketika jenazah diangkat dan berlaludi hadapan kita, menjadi fardhu kifayah dalam

  • _64_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    urusan penyelenggaraan jenazah, baikmemandikan, mengafani, menshalatkan,maupun menguburkannya. Terkait jenazahpositif Covid-19, banyak warga yang menolakpenguburan di wilayahnya dnegan alasan takutterjangkiti.

    MUI mengeluarkan Fatwa MUI No. 18Tahun 2020 tentang Pedoman PengurusanJenazah Muslim yang Terpapar Covid-19ataupun Surat Edaran Dirjen BimasKemenag RI Nomor: P-003/DJ.III/Hk.00.7/04/2020 tentang Penanganan Covid-19 pada AreaPublik yang di antara poinnya adalah tetapdilaksanakan sesuai ketentuan syariah danprosedur medis, jenazah dimasukkan ke lianglahad tanpa harus membuka peti, plastik,ataupun kapannya, ataupun penguburannyadapat dilakukan di tempat umum. Dalam halini, kremasi jenazah tidak perlu dilakukan,karena penguburan jenazah sesuai proseduryang ditetapkan tidaklah membahayakanwarga sekitar.

  • _65_

    MEMPERLAKUKAN JENAZAH MUSLIM TERPAPAR COVID-19

    Kremasi adalah pengabuan ataupembakaran jenazah, biasanya dilakukan dikrematorium. Beberapa negara telahmelakukannya dan dijadikan sebagaialternatif cara penguburan karenaketerbatasan lokasi pemakaman. Dalamtinjauan Islam, penguburan di tanah menjadicara yang diatur dalam syariat, selainpenguburan di laut bagi jenazah yangmeninggal di laut. Untuk mengatasiketerbatasan lahan pemakaman dilakukandengan cara “tumpang”, yaitu jenazahdiletakkan di atas jenazah lain dalam lubangkubur yang sama. Kremasi jenazah dilarangdalam Islam dengan dalil kecaman RasulullahSAW terhadap orang yang menggalikuburan kemudian mengeluarkan tulangjenazah dan mematahkannya denganungkapan, “Mematahkan tulang orang yangtelah mati sama dengan mematahkannyapada waktu hidup” (HR. Malik, Abu Dawud,dan Ibn Majah).[]

  • _66_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

  • _67_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    BAB IVPOLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA

    PANDEMI COVID-19

    A. Menaati Pemerintah dan Ulama

    Saat ini, pemerintah kita sedang berjuangdengan sungguh-sungguh menangani wabahCovid-19. Berbagai upaya sudah dilakukan baikyang bersifat penanganan medis ataupunnon-medis. Sebagai warga negara, wajib bagikita untuk mendukung dan menaatipemerintah dalam semua upayanyamengatasi wabah mematikan ini, selama tidakbertentangan dengan syariat agama kita.Kebijakan pemerintah tentu bertujuanmewujudkan kemaslahatan. Ketaatan kitapada pemimpin selaku ulil amri adalah salahsatu bentuk ketaatan kita juga kepada Allahdan Rasul-Nya, sebagaimana tersebut dalamQS. al-Nisa’ [4]: 59, “Hai orang-orang yang

  • _68_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu”.Rasulullah SAW juga bersabda, “Siapa yangmenaatiku, sungguh dia telah menaati Allah.Siapa memaksiatiku (melanggar sunnah/ajaran Nabi), sungguh dia telah bermaksiatkepada Allah. Siapa menaati pemimpin,sungguh dia telah menaatiku. Siapabermaksiat (tidak menaati) kepadapemimpin, sungguh dia telah bermaksiatkepadaku.” (HR. al-Bukhari)

    Dalam menghadapi wabah penyakityang menular sangat cepat ini, diperlukanpersatuan dan kekompakan di bawahkomando pemerintah. Pemerintah denganmasukan dan arahan dari tenaga dan ahlimedis/kesehatan, telaah mendalam majelisulama dari tinjauan keislaman, dan masukanpihak berkompeten lainnya merupakanjaminan yang harus dipatuhi. Kita tidak bisaberjalan sendiri-sendiri. Arahan pemerintahsaat ini adalah menerapkan physicaldistancing dan  social distancing, memakai

  • _69_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    masker saat keluar rumah, sering mencucitangan dengan sabun, menghindarikerumunan atau kumpulan banyak orangmerupakan ikhtiar memutus mata rantaipenyebaran Covid-19.

    Sangat disayangkan jika ada sebagianwarga masyarakat, terutama yang beragamaIslam, yang tidak menghargai upayapemerintah. Mereka berbuat seenaknyasendiri dan abai terhadap imbauan dan instruksipemerintah. Alasan yang dilontarkan punkadang bermacam-macam. Tak jarang, balasanyang mereka berikan justru umpatan, protes,hinaan, dan cacian. Saatnya kita semua bersatudi bawah komando dan kebijakan pemerintahdalam menghadapi wabah Covid-19 untukkeselamatan kita bersama. Merebaknyawabah Covid-19 ini adalah musuh bersamamanusia. Kita singkirkan prasangka yangberbau politik ataupun tendensi lainnya dalamupaya merespons Covid-19 ini. Ini adalahpersoalan kemanusiaan. Bersama kitamelawan Covid-19.[]

  • _70_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    B. Tetap Produktif dengan Work FromHome (WFH)

    Bekerja dari rumah yang lebih seringdisebut Work From Home (WFH) menjadi trenglobal beberapa waktu terakhir ini. PemerintahIndonesia pun sudah mengeluarkankebijakan untuk meniadakan pertemuanface to face dan melakukan segala aktivitasdi rumah, baik untuk Aparatur Sipil Negara(ASN) maupun pekerja swasta, termasukbekerja, belajar, bahkan beribadah. WFHadalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh,lebih tepatnya bekerja dari rumah. Pekerjatidak perlu datang ke kantor untuk bertatapmuka dengan para pekerja lainnya. Kini, WFHsedang menjadi solusi karena adanya wabahCovid-19. Hal ini bertujuan mengurangi risikopenularan Covid-19 dan menjagakeselamatan bersama. Bagi yang diharuskanWFH, maka menjalankannya dengan baiksesuai tugas dan kapasitas kita karena ituadalah kewajiban keseharian kita.

  • _71_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    Dalam suasana WFH, produktivitas danetos kerja tetap harus terjaga. Bagi seorangMuslim, etos kerja adalah semangat untukselalu mengikuti jalan yang lurus, dan hal iniharus dijadikan pedoman oleh siapapun,bekerja sebagai apa pun dan bekerja di manapun, termasuk bekerja dari rumah. Dalam Is-lam, terdapat beberapa tuntunan agar dapatbekerja yang produktif. Pertama, perbuatanberlandaskan pemikiran atau kesadaran(mabniyyun ‘ala al-fikr); Kedua, mempunyaitujuan tertentu (min ajli ghayatin mu’ayyanah);dan Ketiga, berlandaskan keimanan (mabniyun‘ala al-iman). Hal ini tersirat dalam QS. al-Taubah[9]: 105: “Dan Katakanlah, “Bekerjalah kamu,maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orangmukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dankamu akan dikembalikan kepada (Allah) yangmengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yangtelah kamu kerjakan.” Riwayat hadits yangdisumberkan dari Ibn ‘Umar bahwa RasulullahSAW bersabda, “Sesungguhnya Allah

  • _72_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    mencintai orang yang beriman yang berkarya(produktif menghasilkan berbagai kebaikan).”(HR. al-Thabarani dan al-Bayhaqi).[]

    C. Ketika Mudik Tidak Dianjurkan

    Setiap menjelang Ramadhan, biasanyakita tidak hanya disibukkan oleh Ramadhanitu sendiri, tetapi juga oleh Idul Fitri, terutamadalam urusan mudik. Tidak mengherankanjika jauh sebelum Ramadhan tiba, tiket mudiksudah menjadi urusan penting. Itu bukanberarti mudik lebih penting dari Ramadhan,tetapi lebih merupakan tanda betapa orangIndonesia sangat mementingkan hubungansilaturahmi, terutama dengan keluargabesarnya.

    Namun lebaran tahun ini sepertinyaharus ada yang berbeda. Mudik tidak lagiharus menjadi prioritas karena adanya wabahyang sudah menjadi pandemi, yaitu Covid-19. Kita semua tahu betapa bahayanya virusini dan yang paling penting dari bahayanya

  • _73_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    itu adalah gampangnya virus ini menular darisatu manusia ke manusia lain.

    Memang penyebaran virus ini sangatdiuntungkan oleh kemudahan transportasidan ketinggian lalu lintas manusia berpindahdari satu tempat ke tempat lainnya. Kita tahu,kemudahan transportasi melambungkantingkat perjalanan manusia dan menjadikanturisme sebagai primadona ekonomi dunia.Namun, semua itu justeru menjadi kendaraanpaling mudah bagi virus untuk menyebar keseluruh dunia.

    Mudik adalah salah satu fenomena yangdimudahkan fasilitasnya oleh transportasi.Kendaraan diperbarui, jalan raya diperlebar dandiperbaiki, fasilitas dalam perjalanan pundiperbanyak dan dipercanggih. Jadilah mudikmenjadi persitiwa yang semakin menyenangkan.Sekali lagi, tahun ini sepertinya harus ada yangberbeda. Mudik untuk sementara tidak bisamenjadi prioritas dalam hubungannya denganpenyebaran Covid-19.

  • _74_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Risiko penyebaran virus melalui mudiksangat rentan karena dua hal. Pertama, mudikmeniscayakan kerumunan orang yang tidaksedikit. Orang banyak dari berbagai wilayahberkerumun di sebuah tempat dalam waktuyang tidak sebentar dan tidak bisa dipastikanapakah semuanya fit atau ada di antara merekayang sakit, bahkan sudah terpapar Covid-19.Kedua, mudik sudah pasti mementingkanpertemuan dengan keluarga. Dapatdibayangkan keluarga dari berbagai wilayahberkumpul di sebuah tempat. Sangat besarkemungkinan di antara keluarga yang datangada yang terpapar Covid-19, baik disadarimaupun tidak. Atau sebaliknya, tuan rumahitulah yang sudah terpapar sehingga bisamenulari tamu-tamunya.

    Barangkali saatnya kita kembali kepadainti mudik. Mudik adalah bukti cinta dansilaturahmi dengan keluarga. Denganmewabahnya Covid-19, bukti cinta lewatpertemuan f isik dengan keluarga besar

  • _75_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    justeru dapat membahayakan keselamatandan kesehatan mereka. Bukankah dengandemikian cinta dan silaturahmi dengan caramudik menjadi mengingkari cinta dansilaturahmi yang sesungguhnya?

    Meski tidak mudik tahun ini, kita masihmempunyai minimal dua keuntungan.Pertama, teknologi komunikasi yang semakinbaik membuat kita bisa tetap menjagasilaturahmi dengan keluarga tanpa harusbertemu mereka secara fisik. Kini sudah adapanggilan video untuk menuntaskan rasarindu dan silaturahmi yang bahkan bisadilakukan oleh lebih dari dua orang lewataplikasi-aplikasi tertentu. Kedua, dengan tidakmudik tahun ini, maka kita bisa berharaplebaran tahun depan kita bisa kembali mudik.Sebaliknya, jika kita memaksakan mudiktahun ini, jangan-jangan lebaran tahun depan,meski pandemi Covid-19 sudah lewat, kitatetap tidak bisa lagi mudik. Bisa karena kitayang terpapar Covid-19 dan menulari orang

  • _76_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    lain. Atau orang lain yang terpapar Covid-19dan menulari kita. Semoga upaya kita untuktidak mudik lebaran kali ini berbuah mudikyang lebih indah di lebaran tahun depan.[]

    D. Kedermawanan

    Manusia adalah makhluk sosial. Artinya,kita tidak bisa hidup sendiri dan pasti selalumembutuhkan kehadiran orang lain dalamkehidupan. Orang lain yang dimaksud di sinibisa keluarga kecil, tetangga, hingga wargayang lebih luas di sekitar kita. Kenyataan itudipertegas dengan semakin terkoneksinyaantara satu dengan yang lain, antara satukeluarga dengan keluarga lain, antara satuwarga dengan warga lain, bahkan antara satuwilayah dengan wilayah lain.

    Koneksi yang erat antara satu denganyang lain sering melibatkan kepentingan danjuga kebutuhan. Yang satu berbekepentingankepada yang lain dan yang satu berkebutuhanterhadap yang lain. Semua itu terjadi karena

  • _77_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    tidak ada seseorang maupun kelompok or-ang di dunia ini yang mampu memenuhikebutuhannya sendiri. Mungkin ada orangatau kelompok orang yang mampu memenuhikebutuhan sayurannya karena mereka adalahkelompok petani sayuran, tapi bagaimanadengan kebutuhan protein hewani mereka?Dari mana mereka mendapatkannya?

    Situasi pandemi Covid-19 semakinmempertegas koneksi kita antara satudengan yang lain. Atas dasar itu, penimbunanmasker dan cairan pembersih tangan adalahfenomena yang sulit dipahami oleh akal sehat.Penimbunan itu membuat harga masker dancairan pembersih tangan melonjak hinggatidak mampu dibeli oleh sebagian besar or-ang. Bagaimana jika yang tidak mampumembeli masker dan cairan pembersihtangan itu lalu mengalami sakit? Apakah tidakakan berimbas kepada para penimbun itu?Pastilah akan berimbas secara langsung, bisadalam bentuk penularan yang semakin tinggi

  • _78_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    dan bisa pula dalam bentuk berhentinyaperputaran ekonomi akibat banyaknya yangsakit karena tidak mampu membeli maskerdan cairan pembersih tangan.

    Karena itu, di saat-saat seperti ini, di saatketerancaman tidak hanya menyangkutindividu tertentu atau kelompok masyarakattertentu, maka upaya menolong orang lainsama pentingnya dengan menolong dirisendiri. Pasti kita tidak akan mampu menolongsemuanya, tetapi kita bisa melakukan hal-halkecil dengan bergotong royong menyediakanmasker dan cairan pembersih tangan yangdibuat bersama-sama atau dibeli bersama-samauntuk lingkungan bersama.

    Bisa juga dengan memberikansumbangan langsung tunai kepada tetanggayang secara ekonomi sangat terpukul olehpandemi Covid-19. Kita tahu, ketahananekonomi setiap keluarga tidak sama. Merekayang bekerja dengan upah harian pastilahmenjadi pihak yang paling rentan terdampak

  • _79_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    oleh pandemi ini. Tanpa bantuan orang-orangyang lebih mampu, keluarga rentan ini tidakakan mampu bertahan akibat kekuranganpangan yang membuat imunitas tubuh merekamenurun dan dampak terbesarnya adalahmereka sakit. Selanjutnya bisa kita tebak,penularan virus ini akan semakin bertambah.

    Jika kita bersama-sama saling membantu,maka virus ini bisa kita lawan. Mari kita bayangkansuatu hari yang cerah nanti di kala virus ini sudahbisa dikendalikan dan yang tertinggal adalahkenangan indah bahwa kita pernah bahu-membahu dan saling bantu sesama tetanggauntuk melawan sebuah musibah kemanusiaanberbentuk Covid-19 dan kita menjadipemenangnya karena kedermawanan kita danrasa kemanusiaan kita.[]

    E. Kas Masjid untuk PenanggulanganCovid-19

    Dalam operasional keseharian, masjidmendapatkan sumber dana yang berasal dari

  • _80_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    masyarakat antara lain, dari zakat, infaq,sedekah, wakaf, donatur, sumbangan daripemerintah ataupun swasta, dan sebagainya.Banyak masjid yang saldo kasnya berlebih,tetapi ada juga yang seadanya karena hanyamengandalkan kotak amal jumatan atau infakdalam jumlah terbatas lainnya. Sumber danatersebut dikelola masjid untuk kesejahteraanmasjid dan jamaahnya, sesuai tujuan dasar daripenyumbang atau donaturnya. Namun,pemanfaatannya sering kali tidak efektifdikarenakan sebagian besar dana yang dimilikimasjid hanya diorientasikan untuk kegiatanoperasional masjid, pembangunan fisik, sertapemeliharaannya. Adapun pemanfaatannyapada kegiatan selain itu masih terbilang minim.

    Pandemi Covid-19 ini sangat memengaruhikegiatan ibadah keagamaan di masjid.Pemerintah dalam imbauannya menghendakiagar masyarakat menghindari keramaian.Shalat rawatib berjamaah, pengajian atautaklim, ibadah jumatan, dan Peringatan Hari

  • _81_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    Besar Islam (PHBI) adalah beberapa bentukkegiatan yang menimbulkan keramaian.Padahal, masyarakat diharapkan patuh denganpengaturan jarak sosial (social distancing).

    Ketika terjadi bencana alam danpermasalahan sosial lainnya di tengahmasyarakat, peran masjid selama ini jarang hadiruntuk menjadi salah satu elemen yang solutif.Peran beberapa lembaga filantropi justru lebihbanyak terlihat aksinya dibandingkan peranmasjid. Penyebabnya bukan karena tidakadanya uang kas, tetapi masjid terlalutersandung oleh dimensi fiqhiyah, yaitukebolehan menyalurkan bantuan denganmenggunakan uang kas masjid.

    Sebenarnya, ada dua strategi yang dapatditempuh agar dana masjid dapat disalurkanuntuk penanggulangan bencana. Pertama,agar sistem keuangan dan akad ikrar keuangankas masjid yang selama ini digunakan untukmasjid diperbaharui dan segera dibuatkan pro-gram strategis sehingga uang kas yang ada

  • _82_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sistemkeuangan baru juga harus diikrarkan kepadaseluruh donatur dengan menjelaskan bahwadana yang masuk ke masjid akan digunakanuntuk kemakmuran masjid dan kemaslahatanumat. Kedua, membentuk kepanitiaan untukpenanggulangan Covid-19. Laiknya kepanitiaanIdul Qurban ataupun pembangunan masjid,kepanitiaan Penanggulangan Covid-19 ini harusdapat melaporkan keuangan dengan jelas danakuntabel, baik terkait penerimaan,pengolahan, maupun penyalurannya.Dibutuhkan koordinasi dengan pihak terkaitseperti pengurus RT/RW setempat agarmemperoleh database mustahiq yang akurat.

    Merespons Covid-19, uang kas masjidjuga bisa dipakai untuk pencegahan misalnyamelakukan penyemprotan desinfektan kebangunan masjid dan sekitarnya, pembelianmasker dan handsanitizer, alat pengecekansuhu tubuh juga sangat penting dimilikimasjid.[]

  • _83_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    F. Menimbun sebagai Kejahatan Agamadan Sosial

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), ihtikar berarti “penimbunan barangkeperluan umum dalam keadaan masyarakatsangat membutuhkannya dengan maksudmenjualnya kembali dengan harga lebihtinggi sehingga memperoleh keuntunganbesar”. Kata ihtikar berasal dari akar katahakara kemudian menjadi ihtakara-ihtikaryang berarti “memonopoli” atau“menguasai”. Bentukan kata—atau wazandalam bahasa Arab—ini mengandung maknakesengajaan atau kesungguhan dari orangyang melakukannya, sehingga dapatdipahami bahwa ihtikar adalah “upayasecara sengaja dari seseorang untukmenimbun atau menguasai suatu barangyang sangat dibutuhkan oleh masyarakat”.

    Al-Syaukani mendef inisikan ihtikarsebagai “penimbunan atau penahananbarang dagangan dari peredarannya.”

  • _84_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Adapun al-Ghazali mendefinisikannya sebagai“penyimpanan barang dagangan oleh penjualmakanan untuk menunggu melonjaknyaharga dan penjualannya ketika harganyamelonjak.” Adapun ulama Mazhab Malikimendefinisikannya dengan “penyimpananbarang oleh produsen baik makanan, pakaiandan segala barang yang merusak pasar.”Menimbun barang tertentu ketika barangtersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakatdemi meraup keuntungan pribadi jelasmerupakan perbuatan yang dilarang dalamagama. Barang-barang yang dimaksud tidaksebatas barang kebutuhan pokok.

    Dalam situasi mewabahnya Covid-19,menimbun masker, alat pelindung diri (APD),ataupun hand sanitizer adalah termasukperbuatan ihtikar yang tercela bahkan dapatdikategorikan sebagai perbuatan aniaya. PrinsipIslam adalah “muyassir” (memudahkan), bukan“mu’assir” (menyulitkan). (QS. al-Baqarah [2]:185). Islam juga sangat memperhatikan

  • _85_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    “pemeliharaan jiwa” (hifzh an-nafs) sehinggamenimbun masker dan lain-lain bisamenyebabkan terhalangnya orang lain darimemperoleh kebutuhan utama untukmelindungi diri dan jiwanya.

    Selain prinsip-prinsip agama di atas,penimbunan barang yang dibutuhkanmasyarakat lalu menjualnya dengan hargatinggi ketika permintaan melonjak jugasangat berdampak buruk bagiperekonomian masyarakat. Ketimpanganharga pasar dan—dalam kondisi seperti saatini—daya beli masyarakat sedang rendahkarena dampak Covid-19 menjadi persoalanbesar yang mencekik masyarakat. Tidakheran jika Nabi SAW mengancam merekayang mempermainkan harga pasar denganancaman neraka, sebagaimana dalamsabdanya, “Siapa yang merusak harga pasarhingga harga itu melonjak tajam, maka Allahakan menempatkannya di dalam neraka padahari kiamat.” (HR. Thabarani)

  • _86_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Dari segi moral sosial, menimbun baranguntuk memperoleh keuntungan pribadiadalah bentuk egoisme yang secaralangsung berhadap-hadapan dengan sikapaltruisme (kedermawanan/kepekaan sosial)yang seharusnya dikedepankan dalamkondisi sosial seperti saat ini. Egoisme adalahsikap mementingkan diri sendiri namun abaiterhadap kepentingan orang lain.

    Masyarakat Indonesia dikenal sebagaimasyarakat yang memiliki moral sosial dalambentuk gotong-royong yang bermaknasaling mendukung satu sama lain untukmencapai kebaikan bersama atau untukmengutamakan kepentingan kelompok/masyarakat. Oleh karena itu, egoismedengan menimbun barang seperti masker,APD, atau hand sanitizer dalam kondisiseperti saat ini tidak saja bertentangandengan nilai-nilai agama, tetapi juga nilai-nilaiekonomi dan moral sosial masyarakat,khususnya Indonesia.[]

  • _87_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    G. Bahaya Hoaks

    Hoax (hoaks) atau berita bohong ataupalsu beredar begitu masif di tengahmasyarakat seiring meningkatnya penggunaanteknologi dewasa ini. Ia dapat menyebar dalambentuk teks tertulis, meme, foto, ataupunvideo. Sebuah studi mengungkapkan bahwaberita hoaks berdampak terhadap kesehatanmental orang yang terpapar olehnya sepertipost-traumatic stress syndrome (PTSD),menimbulkan kecemasan, hingga melakukantindakan kekerasan. Oleh karena itu, belajarmenilai informasi yang diterima, misalnyamencerna apakah info itu masuk akal, menjadicara tepat dalam mempersiapkan diri dalammenangkal berita hoaks.

    Dalam kaitan perilaku bermedia sosial yangbaik, seseorang haruslah memerhatikan teoriAISAS (Attention, Interest, Search, Action, danSharing). Sebuah berita atau informasi yangditerima seharusnya disaring terlebih dahuludengan mencari kebenaran berita tersebut

  • _88_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    (search) sebelum melakukan tindakan ataumengambil sikap (action). Yang tidak kalahpentingnya adalah tidak semua informasi yangditerima—bahkan seandainya informasi itubenar sekalipun—harus di-share (dibagi) ke or-ang lain. Perlu mempertimbangkan waktu,kemaslahatan atau kemanfaatan, dan perasaanorang lain yang menerimanya sebelum sebuahinformasi dibagikan atau tidaknya.

    Penyebar hoaks melanggar UU Informasidan Transaksi Eletkronik (UU-ITE). Pasal 28ayat 1 Undang-Undang Nomor 11/2008 tentangInformasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)menyebutkan bahwa penyebar berita hoaks,yaitu “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpahak menyebarkan berita bohong danmenyesatkan yang mengakibatkan kerugiankonsumen dalam Transaksi Elektronik”. Adapunsanksi bagi penyebar hoaks disebutkan dalampasal 45a ayat 1 yang berbunyi “Setiap orangyang dengan sengaja dan tanpa hakmenyebarkan berita bohong dan menyesatkan

  • _89_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    yang mengakibatkan kerugian konsumendalam Transaksi Elektronik sebagaimanadimaksud dalam pasal 28 ayat 1 dipidana denganpidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar”.

    Di tengah situasi pandemi corona sepertisaat ini, kita masih menemukan ada saja or-ang-orang yang menyebarkan berita-beritapalsu yang menyebabkan ketakutan dankepanikan dalam masyarakat. Penyebaranberita hoaks ini sulit dibendung karena terkaitperilaku orang-orang yang mencarikeuntungan, entah bermotif sosial, politik,ekonomi, bahkan keagamaan, dalam situasitertentu. Sikap kita sebagai penerimainformasi harus lebih selektif ketika menerimasebuah informasi.

    Beberapa sikap yang perlu dikedepankanketika menerima sebuah informasi agar tidak“termakan” berita hoaks: Pertama, melihatsumber beritanya, apakah dari sumber yangdapat dipercaya atau tidak, dari media main-

  • _90_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    stream atau media abal-abal; Kedua, melakukanpengecekan ke sumber beritanya danmenyaringnya melalui pencarian berita hoaksatau bertanya kepada orang lain yang lebihtahu; Ketiga, menilai sebuah berita apakahlayak “dikonsumsi” atau tidak; dan Keempat,bereaksi positif terhadap berita hoaks dantetap berpikir logis dan positif. Semoga kitasemua tetap berperpikir dan berperilaku positifdi tengah merebaknya wabah Covid-19 ini dantidak menjadi produsen, penyebar, ataupunkonsumen berita hoaks.[]

    H. Akad Nikah

    Di tengah merebaknya pandemi Covid-19,pemerintah senantiasa mengimbau untukmelakukan pembatasan sosial dan fisik. Salahsatu caranya adalah dengan tetap berada dirumah. Kementerian Agama RI jugamengimbau agar sebaiknya calon pengantinmenunda akad nikahnya dengan sejumlahpertimbangan. Persoalannya adalah jika masihada berkeinginan kuat untuk tetap

  • _91_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    melangsungkan akad nikah di tengah pandemiCovid-19 ini. Tentu saja, hal itu tidak dilarang,karena pernikahan adalah ibadah yang sakral.Kalaupun tetap hendak melangsungkannya,diharapkan agar tetap memerhatikanbeberapa hal dalam pelaksanaannya, diantaranya:

    a. Kedua calon pengantin harus sehat. Jikamemungkinkan kedua calon pengantinmelakukan tes untuk mengetahui positifatau negatif dari Covid-19. Sebelumberlangsung akad nikah, kedua calonpengantin harus menjaga kesehatandan banyak berada di rumah untukmenghindari terpapar virus mematikantersebut.

    b. Tempat pelaksanaan akad nikah tidakperlu luas, mengingat tempat yang luasakan mengundang orang banyak, cukupdi rumah atau di aula Kantor UrusanAgama (KUA).

    c. Undangan harus dibatasi. Akad nikah

  • _92_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    cukup dihadiri dua orang calon pengantin,satu orang wali, dan dua orang saksi.Jangan mengundang orang banyakkarena ini melawan imbau pemerintahuntuk tidak membuat keramaian. Semuapihak yang hadir harus menjalankanprotokol pencegahan Covid-19. Mencucitangan sebelum akad nikah. Baik waliataupun penghulu berikut calonmempelai laki-laki harus memakai maskerdan sarung tangan.

    d. Tidak mengadakan resepsi atau pesta.Selesai akad nikah sebaiknya tidakberlama-lama berkumpul di suatutempat.[]

    I. Suplemen dan Obat

    Agar tidak tertular dengan Covid-19, kitajuga harus memerhatikan asupan dan nutrisidi dalam tubuh, karena sebagian besarpenyakit akibat virus bersifat self-limiting,dapat sembuh sendiri (Krinsky, 2016), takterkecuali Covid-19. Dengan masa hidup yang

  • _93_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    diperkirakan sekitar 14 hari, tindakan yangdapat dilakukan adalah menjaga daya tahantubuh. Kita mengaktifkan sistem imun alamitubuh melalui penerapan pola hidup sehat.Beberapa hal yang dapat dilakukan:

    Pertama, pola makan yang teratur,dengan gizi yang mencukupi dan seimbangserta memilih nutrisi yang tepat. Kedua,minum air putih sedikitnya 6 gelas per hari,dan sebaiknya air hangat. Ketiga, olahragasecara teratur. Keempat, menjagakebersihan tubuh secara keseluruhan, yaitumandi setiap hari, mencuci tangan dengansabun atau hand sanitizer setiap kali akanmakan/minum dan setiap dari luar rumah.Kelima, istirahat yang cukup. Keenam,menghindari stress akibat kepanikan dalammenyikapi wabah Covid-19. Pesan Ibn Sina,“Kepanikan adalah separuh penyakit,Ketenangan adalah separuh obat, kesabaranadalah permulaan kesembuhan”. Ketujuh,memperbanyak doa dan mendekatkan dirikepada Yang Maha Kuasa.

  • _94_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    Sampai saat ini, belum ada obat khususyang disarankan untuk mencegah danmengobati virus Covid-19 ini. Sampai akhir Maret2020, belum tersedia vaksin untuk virus Covid-19. Vaksin yang beredar saat ini adalah untukpneumonia akibat infeksi mikroorganismepatogen lain dan vaksin untuk influenza. Tetapi,beberapa industri farmasi melakukan penelitianuntuk pembuatan vaksin ini dan sudah adakandidatnya, hanya saja masih banyak tahappengujian sebelum dirilis dan digunakan olehmanusia.

    Persoalan terkait adalah jika (seandainya)ditemukan obatnya, tetapi terbuat dari bahanyang najis atau sesuatu yang diharamkan.Bagaimanakah tinjauan Islam tentang itu?Pengobatan merupakan syariat Islam karenamenjadi bagian dari perlindungan danperawatan kesehatan yang menjadi bagian daridharuriyyat al-khams. Oleh karena itu, upayapenyembuhan wajib menggunakan metodeyang tidak melanggar syariat. Obat yangdipakai harus suci dan halal. Adapun jika

  • _95_

    POLA INTERAKSI SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

    berobat dengan bahan yang najis atau haramitu terlarang, kecuali dalam kondisi darurat,dengan syarat sebagai berikut:

    1. Dalam kondisi terpaksa (dharurat),mengancam keselamatan jiwa jika tidakmelakukannya, atau dalam kondisiterdesak yang setara dengan ondisidarurat (al-hajah allati tanzilu manzilahal-dharurah).

    2. Bahan yang halal dan suci belumditemukan

    3. Berdasarkan arahan atau petunjukparamedis yang berkompeten danterpercaya.Dalil bolehnya berobat dengan sesuatu

    yang berbahan najis adalah hadits bahwaNabi SAW membolehkan berobat denganmeminum air kencing unta. “Diriwayatkanoleh Qatadah dari Anas RA, ada saturombongan dari dari suku Ukl dan Uraynahyang mendatangi Nabi SAW dan berbincangseputar agama Islam. Lalu mereka terkena

  • _96_

    FIKIH PANDEMI: Beribadah di Masa Wabah

    penyakit perut Madinah. Kemudian NabiSAW memerintahkan mereka untuk mencarigerombolan unta dan meminum air susu danair kencingnya.”(HR Muslim).[]

  • _97_

    PENUTUP

    BAB VPENUTUP

    Buku Saku Fikih Covid-19 ini mencobamengurai persoalan keislaman kekinian ditengah merebaknya Covid-19. Bentuknyayang ringkas dengan uraian yang simpel tentutidak akan memuaskan semua pembaca,terutama bagi yang hendak menyelaminyasecara mendetial. Ini hanya sebuah panduanringkas yang bertujuan memberi keterangankehadiran fikih Islam dalam menjawab realitaskekinian yang tengah digelayuti Covid-19.

    Tuntunan agama Islam meminta kita untukberikhtiar hidup sehat, menjaga keselamatanjiwa, dan “cermat dalam beragama”. Uraianbuku saku ini didasari oleh prinsip kecermatanberagama dan fungsinya yang memanusiakanmanusia. Agama tidak identik dengan

  • _98_

    PENUTUP

    pembekuan logika, melainkan mengoptimalkanakal dalam beragama secara proporsional.Dinamika persoalan yang menyertai kesehariankita dapat terjawab dengan baik jika logikaberagama tidak ditanggalkan. Dengan begitu,agama tetap selalu hadir dalam kelabu musibahCovid-19 ini.

    Dalam situasi ini, kita diminta untukmemperbanyak istighfar, shalawat, zikir, bacaanal-Qur’an. Kita semua berdoa semoga musibahini segera berlalu dan situasi kembali normal danlebih baik lagi. Kita mengambil hikmah darimusibah ini bahwa kita semakin dekat kepadaAllah SWT, lebih banyak waktu bersamakeluarga di rumah, lebih luang waktuberkomunikasi dengan orang terdekat, kolega,dan tetangga kita.

    Kami yakin bahwa buku ini masih banyakkekurangan, terutama karena aspek ringkasnyasementara uraiannya adalah persoalan fiqhiyah.Semoga kehadiran buku ini memberi manfaattersendiri bagi pembacanya.[]

  • _99_

    PENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA

    al-‘Asqalani, Ibn Hajar, Fath Al-Bari bi SyarhShahih Al-Bukharial-Daruquthni, Sunan al-DaruquthniIbn Rusyd, Bidayah al-Mujtahidal-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab_________, Syarh Shahih Muslimal-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’anShabri, Mas’ud, Fatawa al-‘Ulama’ hawlaFirus Kurunaal-Shan’ani, Subul al-Salamal-Syawkani, Nayl al-Awthar Syarh Muntaqaal-Akhbaral-Turmudzi, Sunan al-Turmu