Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

31
PENUGASAN PPK BLOK JIWA SKIZOFRENIA YANG TAK TERINCI (RS GRHASIA) KELOMPOK 2.3 Tutor : dr. Sunarto Tutorial : 2 Luna Litami (10711146) Angga Faletra (10711228) Sofi Aryani Sugih Rahayu (10711134)

Transcript of Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Page 1: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

PENUGASAN PPK BLOK JIWA

SKIZOFRENIA YANG TAK TERINCI

(RS GRHASIA)

KELOMPOK 2.3

Tutor : dr. Sunarto

Tutorial : 2

Luna Litami (10711146)

Angga Faletra (10711228)

Sofi Aryani Sugih Rahayu (10711134)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Gimin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 46 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh tani

Bangsa/suku : Jawa

Alamat : Kebon brajan, Banjar arum, Kalibawang, Kulonprogo

No. RM : 01 63 52

Tanggal masuk rumah sakit: 04 Juni 2012

II. ALLOANAMNESISAlloanamnesis diperoleh dari: rekam medis

Nara Sumber 1 2 3 4

Nama

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

Umur

Hubungan

Lama kenal

Sifat kenal

II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

- Pasien : Tidak tahu mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit, pada pagi hari tiba-tiba

pasien dipaksa masuk ke dalam mobil oleh adiknya (4 juni 2012)

- RM : jarang kontrol, tidak mau minum obat, pasien sering mondar-mandir, terlihat

gelisah, kurang lebih satu minggu tidak tidur, menganggu tetangga dan selalu bepergian

tanpa arah.

Page 3: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

(Meliputi onset perubahan tingkah laku, gejala yang muncul, sudah berapa kali diderita,

pengobatan yang sudah diberikan, dan sebagainya)

RM :

Pasien masuk rumah sakit kembali karena terlambat kontrol, menolak minum obat, pergi

tanpa tujuan dan menganggu tetangga (4 juni 2012). Pasien juga menagalami sulit tidur,

autisme, afek tumpul dan waham kebesaran. pasien sudah pernah mondok di rumah

sakit dengan keluhan serupa dimulai sejak tahun 2003 dan menjalani perawatan bolak-

balik dari rumah sakit karena muncul keluhan kembali pada tahun 2007, 2008, 2010,

2011 dan 2012.

Pengobatan yang pernah di berikan haloperidol, carbamazepin, tiropramide dan keluhan

pasien berkurang.

II.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan

Kemandirian)

Untuk Pasien tidak ada keluhan fisik sama sekali. Fungsi sosialnya mengalami

kemunduran karena pasien sering mengganggu tetangganya sehingga pasien

dikucilkan. Untuk kemandirian menurun karena pasien tidak bisa melakukan kegiatan

sehari-sehari seperti mandi, berpakaian dan menyisir rambut.

II.4. Grafik Perjalanan PenyakitGejala Klinis

Mental Health Line/Time

Fungsi Peran

II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

II.3.1.1. Faktor Organik

(Panas, kejang, trauma fisik, dan lain-lain)

Tidak ada panas, terdapat kejang pada tahun 2003 setelah mendengar

kabar ibunya sakit dan mulai berbicara kacau, trauma kepala di sangkal.

Page 4: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Pasien pernah di tolak oleh wanita yang di sukai saat dilamar. Ketika

melamar wanita lain berkali-kali pasien selalu ditolak. Sedangkan usia

pasien sudah meninginjak kepala 4 padahal adik-adik pasien semuanya

telah menikah. Ditambah lagi pasien tidak memiiliki pekerjaan yang tetap

dan desakan dari pihak keluarga pasien untuk segera menikah.

II.3.1.3. Faktor Predisposisi

Pasien adalah anak pertama yang lebih dekat pada ibu.

II.3.1.4. Faktor Presipitasi

Pasien berkepribadian introvert

II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu

II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Pasien pertama kali di bawa ke rumah sakit pada tahun 2003 kemudian

keluar di rawat jalan. Namun karena pasien sering tidak mau minum obat

rutin pasien sering kambuh dan kembali lagi ke RS pada tahun 2008,

2010, 2011 dan 2012. Pada tahun 2003 bulan februari saat pasien di

tanggerang, pasien mengalami demam, kejang dan mulai berbicara

kacau. Keluhan ini muncul saat pasien mendengar kabar kalau ibunya

sakit. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan sulit tidur baik saat memulai

tidur, berusaha tetap tidur dan ketika terbangun sulit tertidur lagi.

II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname

Sebelum masuk ke RS tahun 2003, pasien tidak pernah mengalami sakit

berat yang menyebabkan pasien sampai di opname

II.4. Riwayat Keluarga

II.4.1. Pola Asuh Keluarga

Demokrasi

II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Bapak pasien meninggal karena stroke

Page 5: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

II.4.3. Silsilah Keluarga

: meninggal : laki-laki

: sakit : perempuan

II.5. Riwayat Pribadi

II.5.1. Riwayat Kelahiran

Normal

II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Normal

II.5.3. Perkembangan Awal

Normal

II.5.4. Riwayat Pendidikan

Pasien pendidikan terakhir sampai SMP, namun pada saat kelas tiga

pasien pernah tidak naik kelas saru tahun.

II.5.5. Riwayat Pekerjaan

Pasien berprofesi sebagai petani dan pernah mengadu nasib mencari

pekerjaan di tanggerang.

II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual

Normal

Pak G

Page 6: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Pasien mengaku sebelum masuk rumah sakit pasien sering shalat

maghrib dan isya berjamaah di masjid.

II.5.8. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah.

II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian

Premorbid)

introvert

II.5.10. Hubungan Sosial

Buruk

II.5.11. Kebiasaan

Pasien memiliki hobi memancing dan bermain bola pimpong. Jarang

olahraga dan merokok apa bila ada yang memberi rokok.

II.5.12. Status Sosial Ekonomi

Menengah kebawah

II.5.13. Riwayat Khusus

Pengalaman militer : tidak ada

Urusan dengan polisi : tidak ada

II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

√ Dapat dipercaya

Kurang dapat dipercaya

Sangat diragukan kebenarannya

II.7. Kesimpulan Alloanamnesis

Alloanamnesis di ambil dari rekam medis. Untuk pemberi informasi adalah adik pasien yang

bernama ludyo. Pasien dibawa ke RS karena jarang kontrol, tidak mau minum obat, pasien

Page 7: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

sering mondar-mandir, terlihat gelisah, kurang lebih satu minggu tidak tidur, menganggu

tetangga dan selalu bepergian tanpa arah.Pasien masuk rumah sakit kembali karena

terlambat kontrol, menolak minum obat, pergi tanpa tujuan dan menganggu tetangga (4 juni

2012). Pasien juga menagalami sulit tidur, autisme, afek tumpul dan waham kebesaran.

pasien sudah pernah mondok di rumah sakit dengan keluhan serupa dimulai sejak tahun

2003 dan menjalani perawatan bolak-balik dari rumah sakit karena muncul keluhan kembali

pada tahun 2007, 2008, 2010, 2011 dan 2012.

Pengobatan yang pernah di berikan haloperidol, carbamazepin, tiropramide dan keluhan

pasien berkurang. Untuk Pasien tidak ada keluhan fisik sama sekali. Fungsi sosialnya

mengalami kemunduran karena pasien sering mengganggu tetangganya sehingga pasien

dikucilkan. Untuk kemandirian menurun karena pasien tidak bisa melakukan kegiatan

sehari-sehari seperti mandi, berpakaian dan menyisir rambut. Tidak ada panas, terdapat

kejang pada tahun 2003 setelah mendengar kabar ibunya sakit dan mulai berbicara kacau,

trauma kepala di sangkal.

Pasien pernah di tolak oleh wanita yang di sukai saat dilamar. Ketika melamar wanita lain

berkali-kali pasien selalu ditolak. Sedangkan usia pasien sudah meninginjak kepala 4

padahal adik-adik pasien semuanya telah menikah. Ditambah lagi pasien tidak memiiliki

pekerjaan yang tetap dan desakan dari pihak keluarga pasien untuk segera menikah.

Pasien adalah anak pertama yang lebih dekat pada ibu.

Pasien berkepribadian introvert

Pasien pertama kali di bawa ke rumah sakit pada tahun 2003 kemudian keluar di rawat

jalan. Namun karena pasien sering tidak mau minum obat rutin pasien sering kambuh dan

kembali lagi ke RS pada tahun 2008, 2010, 2011 dan 2012. Pada tahun 2003 bulan februari

saat pasien di tanggerang, pasien mengalami demam, kejang dan mulai berbicara kacau.

Keluhan ini muncul saat pasien mendengar kabar kalau ibunya sakit. Sebelumnya pasien

juga mengeluhkan sulit tidur baik saat memulai tidur, berusaha tetap tidur dan ketika

terbangun sulit tertidur lagi. Sebelum masuk ke RS tahun 2003, pasien tidak pernah

mengalami sakit berat yang menyebabkan pasien sampai di opname. Bapak pasien

meninggal karena stroke .Pasien pendidikan terakhir sampai SMP, namun pada saat kelas

tiga pasien pernah tidak naik kelas saru tahun. Pasien berprofesi sebagai petani dan pernah

mengadu nasib mencari pekerjaan di tanggerang.

Page 8: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

III. PEMERIKSAAN FISIK

III.1. STATUS PRAESENS

III.1.1. Status Internus

Keadaan Umum : E : 4 V : 5 M : 6

Bentuk Badan : lepticus

Berat Badan : 53

Tinggi Badan : 151

Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,8o

Kepala : konjungtiva mata tidak anemis

Leher : - arteri carotis tidak ada bruits

-tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thorax

Sistem Kardiovaskuler: suara jantung normal, tidak ada suara tambahan

Sistem Respirasi : suara vesikuler di kedua lapang paru

Abdomen

Sistem Gastrointestinal : suara peristaltik 16x/menit

Sistem Urogenital : tidak ada keluhan

Ekstremitas

Sistem Muskuloskeletal : tidak ada kelemahan sistem gerak

Sistem Integumentum : ada bekas luka di tangan pasien

Kelainan Khusus : (-)

Page 9: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

III.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher :

Tanda Meningeal : kaku kuduk (-), kernig sign (-), brudzinski I (-),

brudzinski II (-), brudzinksi III (-)

Nervi Kranialis

1. Nervus olfaktorius : normal

2. Nervus optikus :

- Visus : normal

- Tes buta warna : tidak dilakukan

- Tes konfrontasi : tidak dilakuakan

3. Nervus okulomotorius, nervus troklearis nervus abdusen : tidak dilakukan

4. Nervus trigeminus

- Pemeriksaan motorik : tidak dilakukan

- Pemeriksaan sensorik : tidak dilakukan

- Reflex kornea : normal

5. Nervus facialis : normal

6. Nervus akustikus : normal

7. Nervus glosofaringeus dan nervus vagus : tidak dilakukan

8. Nervus asesorius spinalis : tidak dilakukan

9. Nervus hipoglosus : tidak dilakukan

Kekuatan Motorik : Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas

1. Otot bahu : kanan (5), kiri (5)

2. Otot lengan : kanan (5), kiri (5)

3. Otot tangan : kanan (5), kiri (5)

4. Otot panggul : kanan (5), kiri (5)

5. Otot paha : kanan (5), kiri (5)

6. Otot kaki : kanan (5), kiri (5)

Sensibilitas :

1. Sensasi taktil:

- ekstremitas atas : kanan (normal), kiri (normal)

- ekstremitas bawah : kanan (normal), kiri (normal)

2. sensasi nyeri superficial :

Page 10: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

- ekstremitas atas : kanan (normal), kiri (normal)

- ekstremitas bawah : kanan (normal), kiri (normal)

Fungsi Saraf Vegetatif

Refleks Fisiologis :

- trisep kanan (+), kiri (+)

- bisep kanan (+), kiri (+)

- brachioradialis kanan (+), kiri (+)

- patella kanan (+), kiri (+)

- archiles kanan (+), kiri (+)

-

Refleks Patologis :

- Hoffmann dan tromner kanan (-), kiri (-)

- Babinski kanan (-), kiri (-)

- Chaddock kanan (-), kiri (-)

- Oppenheim kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Gordon kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Schaefer kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Rossolimo-mendel bechterew kanan (-), kiri (-)

- Mendel bechterew kanan (-), kiri (-)

Gerakan Abnormal : (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

Kesan Status Neurologis : normal

III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

Pemeriksaan Darah, EKG, EEG, CT Scan, Foto Rontgen, dll.

Kesan Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang:

Tidak pernah dilakukan pemeriksaan penunjang

Page 11: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

III.2. STATUS PSIKIATRI

Tanggal Pemeriksaan: 12 November 2012

III.2.1. Kesan Umum:

III.2.2. Kesadaran :

Kuantitatif

√ Compos mentis

Apatis

Somnolen

Sopor

Berkabut

Twilight state

Absence

Delirium

Koma

Kualitatif

√ Berubah

Tak Berubah

III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi:

√ Baik

Buruk

III.2.4. Penampilan/Rawat Diri:

Baik

Cukup

√ Kurang

III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku:

√ Dalam batas normal

Hipoaktif

Disaktif

Grimaseren

Manireren

Bizar

Katalepsi

Stereotipi

Page 12: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Ekhopraksi

Automasi perintah, sebutkan: __________

Negativisme

Kompulsi , sebutkan: ___________

Impulsif

Poriomania

Piromani

Stupor

Hiperaktif

Agitasi psikomotor

Gaduh gelisah

Hiperaktif

Merusak

√ Lain-lain, sebutkan: selalu menjabat tangan

III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka):

Tak ada kelainan

Indifferent

Banyak mimik

Sedikit Mimik

Curiga

Sedih

Marah

√ Gembira

III.2.7. Afek :

Tak ada kelainan

√ Tumpul

Datar

Indifferent

Euphoria

Elasi

Ectase

Page 13: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Panik

Tension

Ambivalensi

Takut

Susah

Depersonalisasi

√ Derealisasi

Inappropriate

Labil

Cemas

Curiga

Lain-lain, sebutkan: __________

III.2.8. Proses Pikir

III.2.8.1. Bentuk Pikir:

Realistik

√ Autistik

Dereistik

√ Pikiran tak logis

Gangguan fikiran formal

III.2.8.2. Isi Pikir :

Tak ada kelainan

Phobi

Obsesi

Idea of reference

√ Waham

Dikejar

Diancam

Curiga

Berdosa

Cemburu

√ Kebesaran

√ Seksual

Page 14: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Rendah Diri

Hipokondri

√ Bizarre

√ Sisip pikir

Siar pikir

Dikendalikan

Penyedotan pikiran

Magik mistik

Lainnya, sebutkan:

III.2.8.3. Progresi Pikir :

Kualitatif

Tak ada kelainan

Perseverasi

Verbigerasi

Ekholali

Ganser sindrom

Neologisme

Inkoherensi

Sirkumstansial

Flight of ideas

Flight into mysticism

Flight into intelectualisme

Gagap

Irelevansi

Tangensial

√ Lainnya, sebutkan : asossiasi longgar

Kualitatif

Tak ada kelainan

√ Logorrhoe

Remming

Blocking

Mutisme

Page 15: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

III.2.9. Mood dan Interest :

√ Dalam batas normal

Euforia

Sangat bahagia

Dalam kenikmatan luar biasa

III.2.10.Hubungan Jiwa :

√ Sukar

Mudah

III.2.11. Perhatian :

√ Mudah ditarik mudah dicantum

Mudah ditarik sukar dicantum

Sukar ditarik sukar dicantum

III.2.12. Persepsi :

Halusinasi

Dengar

Pandang

√ Penghidu

Peraba

Pengecap

Seksual

III.2.13. Memori :

Amnesia

Anterograd

Retrograd

Anteroretrograd

Hipomnesia

Hipermnesia

Paramnesia

Konfabulasi

Page 16: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

De ja vue

Jamais vue

De ja vacue

III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan

√ Tidak ada

Ada

IQ : 86 – 99 Normal

III.2.15. Insight :

Baik

√ Buruk

III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan:

- Sering bicara kotor tentang wanita

- Sering meraba-raba wanita

III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi

III.3.1. Kepribadian :

introvert

III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi

Pasien menganggap orang disekitarnya terlalu mendesak pasien untuk segera

menikah.

IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

IV.1. Tanda-Tanda (Sign)

Afek Tumpul, Derealisasi

Bentuk Pikir Autistik, Pikiran tak logis

Isi Pikir Waham Kebesaran, Seksual, Sisip pikir

Progresi Pikir Kualitatif asossiasi longgarLogorrhoe

Page 17: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Persepsi Halusinasi Penghidu

IV.2. Gejala (Simtom)

Roman Muka Gembira

IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Sindrom depresi

V. DIAGNOSIS BANDING

F20.4 depresi pasc-skizofrenia

F20.5 skizofrenia residual

VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

VII.1. Pemeriksaan Psikologi

Cenderung skizoid

VII.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

CT scan : dimungkinkan pada pasien skizofrenia akan di temuka

pembesaran ventrikel di otak. Di mungkin juga temuan ukuran otak pada pasien

skizofrenia lebih kecil dari volume individu normal dengan pengurangan volume terbesar

pada korteks serebral (Cowan & Kandel, 2001)

VIII. DIAGNOSISAKSIS I skizofrenia tak terinci F20.3

AKSIS II cenderung skizoid

AKSIS III tidak ada gangguan

AKSIS IV masalah keluarga

AKSIS V GAF scale 60-51

Page 18: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAANIX.1. Terapi Organobiologik

IX.1.1. PsikofarmakaHaloperidol, carbamazepin, tiropramide

IX.2. Psikoedukatif/PsikoterapiKonseling rutin

IX.3. Terapi SosiokulturalIX.3.1. Terapi Rehabilitatif

Konseling rutin

IX.3.2. Terapi SpiritualShalat, dan dzikir

IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga- Selalu kontrol dan rutin minum obat

- Rutin membawa pasien untuk konseling

- Mengusahakan agar tidak terlalu

X. PROGNOSISX.1. Faktor Premorbid

Riwayat Penyakit Keluarga : Ada √ Tidak ada

Pola Asuh Keluarga: √ Demokratis Over Protektif Liberal

Kepribadian Premorbid: √ Introvert Ekstrovert

Stressor Psikososial: √ Ada Tidak ada

Sosial Ekonomi: Tinggi Menengah √ Bawah

Status Perkawinan: Menikah √ Tidak menikah

X.2. Faktor MorbidUsia Onset: Anak Remaja √ Dewasa Tua

Jenis Penyakit: √ Psikotik Non Psikotik

Perjalanan Penyakit: Akut √ Kronik

Kelainan Organik: Ada √ Tidak ada

Regresi: Ada Tidak ada

Respon Terapi: √ Bagus Jelek

X.3. Kesimpulan Prognosis

Page 19: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Baik

Dubia ad bonam

Dubia ad malam

√ Jelek

XI. RENCANA FOLLOW UP

Perlu digali lebih lanjut tentang tanda psikotik pasien. Banyak yang ditutupi ketika

di anamnesis.

XII. PEMBAHASAN

1. Penegakan diagnosis

Menurut PPDGJ III untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada

sedikitnya satu gejala berikut :

(a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), da nisi pikiran ulang,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi pikir yang asing dari luar masuk

ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar darinya (withdrawal) ; dan

- “thought broadcasting” = isi pikirnya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar, atau

- “delusion of influence” = waham tentanng dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan, atau penginderaan khusus);

- “delusional perception”= pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermaksna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.

(c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap

perilaku pasien, atau

Page 20: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mamou mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

makhluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

(e) Halusinasi yang mebetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang

jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan terus-menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

atau stupor;

(h) Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja

social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejaa-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiasp fase nonpsikotik

prodromal);

Page 21: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (over quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diru sendiri (self-absorbed attitude),

dan penarikan diri secara sosial.

Pada pasien ini memiliki satu gejala yang jelas yakni “thought insertion or

withdrawal” = isi pikir yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion)

dan sertai dengan gejala-gejala lain seperti Afek Tumpul, Derealisasi bentuk pikir

autistik, pikiran tak logis; isi Pikir Waham Kebesaran, Seksual, Sisip pikir;

Progresi Pikir Kualitatif asossiasi longgar, logorrhoe; Persepsi Halusinasi

Penghidu. Dan gejala ini sudah menetap lebih dari bulan hingga pasien tidak

bisa menjalankan kewajiaban sosial atau tuntutan yang harus dia lakukan.

Sedangkan untuk subtipe nya pasien ini digolongkan pada skizofrenia yang tak

terinci karena selain memenuhi kriteria skizofrenia, gejala pasien tidak

mengarahkan ke tipe skizofrenia katatonik atau hebefrenik, paranoid.

2. Identitas pasien

Pasien ini merupakan pasien laki-laki dengan status belum menikah berusia 46

tahun dan bekerja sebagai buruh tani serabutan. Berdasarkan teorinya pasien ini

termasuk pasien yang beresiko mengalami gangguan jiwa. Dilihat dari pekerjaan

dan ekonomi pasien, menurut kaplan (2010) dari hipotesis aliran menurun

(downward drift) menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke atau gagal

berpindah dari, kelompok sosioekonomi lemah akibat penyakit ini. Dan hipotesis

penyebab sosia menyatakan bahwa stres yang di alami anggota kelompok

sosioekonomi lemah berperan dalam timbulnya skizofrenia. Status pernikahan

pasien juga yang masih belum menikah juga menjadi salah satu faktor resiko

untuk terkena skizofrenia.

3. Hubungan riwayat kejang dengan skizofrenia pasien

Salah satu penyebab skizofrenia adalah disebabkan karena terlalu banyaknya

aktivitas dopaminergik. Selain beberapa pasien skizofrenia

mengalami kehilangan neuron GABA nergik didalam hipokampus. K ehilangan

Page 22: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

GABAergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron

dopaminergik dan noradrenergik.

4. Hubungan dekat dengan ibuDisni hubungan pasien dengan ibunya dekat namun karena tuntutan si ibu pada

passien untuk meningkatkan taraf ekonomi pasien dan segera memiliki istri, di

mungkin kan sebagai suatu konflik antara pasien dengan si ibu. Menurut Sullivan

(1962) menekankan pentingnya hubungan ibu dan anak yang terganggu, dan

mengenukakan argumentasi bahwa hal tersebut dapat menetapkan tahapan

untuk penarikan diri secara perlahan-lahan dari orang lain. Pada masa kanak-

kanak awal, interaksi yang penuh kecemasan dan permusuhan antara anak dan

orang tua membawa anak untuk mencari perlindungan pada dunia fantasi yang

bersifat pribadi. Sehingga menjadikan kondisi ini sebagai lingkaran setan :

semakin anak menarik diri, semakin berkurang kesempatan yang ada untuk

membangun kepercayaan pada orang lain dan keterampilan sosial yang

dibutuhkan untk membangun keintiman. Kemudian ikatan yayang lemah antara

anak dan orang lain mendorong kecemasan sosial dan penarikan diri yang lebih

jauh.

5. Terapi

Disini pasien diberikan obat :

- Haloperidol : Haloperidol adalah suatu obat antipsikotik. Ia bekerja dengan

mengubah tindakan bahan kimia dalam otak. Haloperidol digunakan untuk

mengobati skizofrenia. Hal ini juga digunakan untuk mengontrol motor dan tics

pidato pada orang dengan sindrom Tourette. Oral: Dosis awal: 0,5 sampai 5 mg oral

2 sampai 3 kali sehari. Dosis pemeliharaan: 1 sampai 30 mg / hari dalam 2 sampai 3

dosis terbagi. Dosis harian hingga 100 mg telah digunakan. Jarang, haloperidol telah

digunakan dalam dosis di atas 100 mg untuk pasien sangat resisten, namun

penggunaan klinis yang terbatas belum menunjukkan keamanan administrasi

berkepanjangan dosis tersebut. parenteral: Haloperidol laktat: 2 sampai 5 mg IM

atau IV untuk kontrol cepat. Mungkin ulangi setiap 4 sampai 8 jam. Dosis sampai

dengan 8 sampai 10 mg dapat diberikan intramuskuler. Pasien akut gelisah mungkin

memerlukan suntikan per jam.

- Carbamazepin : Carbamazepine adalah suatu antikonvulsan. Ia bekerja dengan

mengurangi impuls saraf yang menyebabkan kejang dan nyeri. Carbamazepine

Page 23: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

digunakan untuk mengobati kejang dan nyeri saraf trigeminal neuralgia seperti dan

neuropati diabetes. Hal ini juga digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. Dosis

awal: 200 mg secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul setiap 12 jam atau 100 mg

larutan oral 4 kali sehari. Tablet dan solusi: Setelah autoinduction, dosis yang lebih

tinggi akan diperlukan untuk mempertahankan tingkat obat dalam kisaran terapeutik

6 sampai 12 mcg / mL. Dosis harian harus ditingkatkan dalam 100 sampai 200 mg

bertahap pada 1 sampai 2 minggu interval. Dosis pemeliharaan: sampai 1200 mg

sehari dalam 3 atau 4 dosis terbagi mungkin diperlukan untuk mempertahankan

tingkat plasma dalam kisaran terapeutik.

- Tiropramide : Tiropramide adalah antispasmodic dan bertindak dengan

meningkatkan tingkat intraselular cAMP dalam sel otot halus dan mengikat ion

kalsium ke retikulum sarkoplasma.

Page 24: Penugasan Ppk Blok Jiwa Kasus Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA

Sadock, BJ. Sadock, VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Jakarta, 2012.

Nevid, JS. Rathus, SA. Greene, B. Psikologi Abnormal, Edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta,

2005.

Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dan PPDGJ III. Penerbit

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Jakarta, 2003.

Maslim, R. Panduan Praktis Klinis Obat Psikotik, Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

Unika Atmajaya. Jakarta, 2007.

Margarita, A. Morozova, AG. Beniashvili, TA. Lepilkina, E. Georgiy, E. Rupchev. DOUBLE-

BLIND PLACEBO-CONTROLLED RANDOMIZED EFFICACY AND SAFETY TRIAL OF

ADD-ON TREATMENT OF DIMEBON PLUS RISPERIDONE IN SCHIZOPHRENIC

PATIENTS DURING TRANSITION FROM ACUTE PSYCHOTIC EPISODE TO

REMISSION. Psychiatria Danubina, 2012; Vol. 24, No. 2, pp 159-166.

Yamashita, Y. Tani, J. Spontaneous Prediction Error Generation in Schizophrenia. PLoS ONE.

May 2012, Vol. 7

Boyer, L. Caqueo-Urízar, A. Richieri, R. Lancon, C. Gutiérrez-Maldonado, J. Auquier, P. Quality

of life among caregivers of patients with schizophrenia: a cross-cultural comparison of

Chilean and French families. BMC Family Practice 2012, 13:42.