Penugasan Blok Respirasi Dwi Dan Luna-1

download Penugasan Blok Respirasi Dwi Dan Luna-1

of 20

Transcript of Penugasan Blok Respirasi Dwi Dan Luna-1

BAB I BERKAS KESEHATAN KELUARGA

A. IDENTITAS I. KEPALA KELUARGA 1. Nama : Bpk. Muktisna 2. Umur : 43 tahun 3. Jenis kelamin : Lelaki 4. Status perkawinan : Menikah 5. Agama : islam 6. Suku bangsa : Jawa 7. Pendidikan : SLTA 8. Pekerjaan : wiraswasta (pekerja lepas) 9. Alamat lengkap : Ngemplak, Ngrajek, Mungkid, Magelang II. PASANGAN Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat lengkap

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

: Ibu Muktamiroh : 37 tahun : perempuan : Menikah : islam : jawa : SLTA : ibu rumah tangga : Ngemplak, Ngrajek, Mungkid, Magelang

PROFIL KELUARGA No 1 2 3 4 5 Nama Muktisna Muktamiroh Lulu ulmutaqo Zora Fatwa Nazar Aza Maula Umur 43 thn 37 thn 16 thn 12 thn 1 thn Pendidikan Pekerjaan SLTA SLTA SLTA SD wiraswasta Ibu RT Pelajar Pelajar Hub. Status Keluarga perkawinan KK/suami Menikah istri Menikah Anak keLajang 1 Anak keLajang 2 Anak keLajang 3 Ket. kesehatan Sehat Sehat Sehat Asma sehat

GENOGRAM

Amtolkah

Sulaimah

Samhadi

Parini

Muktisna

Muktamiroh

Lu lu ulmuttaqo

Zora Fatwa N.

Aza MaulaSatu rumah

Catatan :

meninggal

Asma

Merokok

B. DENAH RUMAH DARI PUSKESMAS

Rumah Bp. Muktisna

Balai desa 2 Km

3 Km

2 Km

pasar

PUSKESMAS MUNGKID

TRAFFIC LIGHT

C. EKONOMI KELUARGA 1. 2. 3. 4. Rumah (permanen, semi darurat, temlan) Barang mewah (TV, Video, AC, Kulkas, setrika, listrik, dll) Daya listrik Lain-lain y Penghasilan keluarga perbulan y Pengeluaran keluarga perbulan D. PERILAKU KESEHATAN KELUARGA Pelayanan promotif dan preventif bayi dan balita Pembunanaan kesehatan anggota keluarga Pelayanan kesehatan Jaminan kesehatan E. POLA MAKAN KELUARGA Bayi Balita Anak Dewasa Usia lanjut Permanen TV, Kulkas, setrika, listrik, mesin jahit 900 volt Rp. 1.500.000/bulan Rp. 1.500.000/bulan

1. 2. 3. 4.

Baik Baik Baik Jamkesmas

Baik, teratur dan sesuai dengan kebutuhan masingmasingTidak ada yang usia lanjut dalam satu rumah

F. AKTIVITAS KELUARGA / PENGISIAN WAKTU LUANG 1. 2. Aktivitas fisik Aktivitas mental Bermain, olahraga, tamasya ke objek wisata Kumpul bersama keluarga, ikut penyuluhan posyandu

G. LINGKUNGAN 1. Lingkungan fisik rumah asal 2. 3. 4. Luas bangunan Ventilasi dan cahaya Limbah dan jamban Tempat bermain Sumber air bersih 6x9 cm Baik Baik Baik Baik Baik Baik PAM

Lingkungan sosial rumah asal Lingkungan fisik tempat kerja Lingkungan sosila tempat kerja

H. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Alm. Amtolkah (kakek Zora dari ibu) menderita asma. I. DAFTAR PERMASALAHAN DALAM KELUARGA No 1. Jenis permasalahan Hutang karena membayar pengobatan asma zora Waktu terjadi Sejak bulan oktober 2011 Rencana Penatalaksanaan - Kami menyarankan untuk menjual salah satu perabotan rumah tangga yang berharga - menyarankan ibu muktamiroh untuk mengambil upah jahit baju - Short-acting -2 agonis -> salbotamol jika perlu - vitamin B komplek - paracetamol jika perlu -Memberi edukasi tentang bahaya rokok bagi yang merokok dan orang sekitar si perokok Sasaran Orang tua zora

2.

Penyakit asma zora yang kambuhan

Sejak umur 1 tahun

zora

3.

Pak muktisna seorang perokok aktiv sebungkus sehari

Dari sebelum menikah sampai sekarang

Pak Muktisna

J. DIAGNOSIS KELUARGA Hutang karena untuk membayar pengobatan asma zora.

K. PENATALAKSANAAN KELUARGA Menjual salah satu perabotan rumah tangga yang berharga. L. PROGNOSIS Baik jika hutang tersebut mulai dilunasi.

M. MEDIKAMENTOSA / TINDAKAN No Permasalahan keluarga 1. Hutang karena membayar pengobatan asma zora Tindakan penyelesaian Kami menyarankan untuk menjual salah satu perabotan rumah tangga yang berharga Memberi edukasi tentang bahaya rokok bagi yang merokok dan orang sekitar si perokok Orangtua zora Kemungkinan Baik jika bisa menutupi hutang Pak Muktisna Sedang dalam proses hutangnya mulai dilunasi Uang untuk membeli rokok bisa disimpan untuk keperluan lain yang lebih berguna dan bisa keluarga tidak terkena efek buruk dari rokok Sasaran Hasil Keterangan

2.

Pak Muktisna perokok aktif sebungkus sehari

BERKAS KESEHATAN PASIEN

IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Zora Fatwa Azhara 12 tahun Perempuan Islam Jawa 6 SD Pelajar Belum menikah

Pasien datang sendiri / rujukan Waktu kunjungan awal Alamat RIWAYAT PENYAKIT Keluhan utama Riwayat Penyakit Sekarang

Diantar orangtua Hari ini Ngemplak, Ngerajek, Mungkid, Magelang

Sesak napas disertai mengik Sesak napas sejak tadi malam, dan dirasakan kambuhkambuhan serta kadang muncul kadang hilang. Muncul ketika malam hari dan pada saat bermain. Lamanya sesak nafas kadang dirasakan sekitar 5 menitan. Pasien sering terbangun ketika sesak nafas dan merasa nyaman apabila posisi tidur seperti orang sujud. Sesak nafas dirasakan terasa berat sehingga sewaktu

bernafas dadanya ikut terangkat. Sesak nafas dirasakan agak berkurang apabila dibawa istirahat dan kambuh lagi saat beraktifitas berat. Sesak nafas disertai demam dan batuk. Untuk prestasi si pasien terlihat tidak ada penurunan belajar. Sehingga, aktivitas sekolah ia masih terlihat teratur. Untuk mengatasi keluhan yang ada orangtua si pasien membawa pasien ke dokter sekitar 2 minggu sebelum tanggal 28 Desember 2011 untuk

mengobatinya dan diberi obat paracetamol, camoxil, OBH, vitamin B komplek dan CTM. Dan keluhan dirasakn berkurang. Namun kembali lagi karena pasien mengeluh sesak nafas dan batuk kembali.

Anamnesis sistem

-

Sistem cerebrospinal

: demam kadang-

kadang (+), pusing (-), nyeri kepala (-), pingsan ( - ) Sistem kardiovaskuler Sistem respirasi nyeri dada (-), batuk (+) Sistem digesti : mual (-), : berdebadebar (-) : sesak nafas (+),

muntah (- ), penurunan nafsu makan (+), BAB normal Sistem uropoetika : BAK normal

-

Sistem integumentum luka (-), keringat malam (-)

: bengkak (-),

-

Sistem muskuloskeletal

: nyeri otot (-),

Riwayat Penyakit Dahulu

Orangtua

pasien

mengatakan

bahwa

anaknya

menderita asma sejak umur 1 tahun. Sewaktu kecil si pasien pernah menderita plak (TBC) namun sudah dinyatakan sembuh. Dan si pasien juga pernah di opname selama 10 hari karena operasi amandel.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga orang tua si pasien mengatakan bahwa alm. Bpk. Amtolkah mengalami hal serupa.

PEMERIKSAAN FISIK Tinggi badan Berat badan Nadi Nafas Suhu Tekanan darah Keadaan umum Status gizi 133 cm 28 kg 70 x/ menit 20 x/ menit 36, 6 C normal normal

normal normal

100 / 80 mmHg

Compos mentis, Tampak sesak napas Kurus Tinggi pasien 133 cm dan berat badan 28 kg, 1,33 x 1,33 hasilnya 1,7689 lalu 28 : 1,76 hasilnya 15,82 hasilnya BMI pasien dibawah nilai ideal yaitu 19

Mata Mulut THT

Konjungtiva: anemis (-), sklera ikterik (-) Tonsil hiperemis (-), Telinga : nyeri tekan (-) Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rinorea(-), Tenggorokan : tonsil hiperemis (-)

Leher Jantung

Pembesaran limfonodi : (-) Normal Ictus cordis tidak terlihat Batas jantung kanan : SIC 5 linea sternalis dextra Batas jantung kiri : SIC 5 linea midclavicularis sinistra Batas jantung atas : SIC 2 linea sternalis sinistra Pinggang jantung : SIC 3 linea parasternalis sinistra

Auskultasi : apex Trikuspidalis Septal

SIC 5 linea midclavicularis sinistra

SIC 4 linea sternalis sinistra

SIC 3 linea sternalis sinistra SIC 2 linea strenalis sinistra

Pulmonal Aorta

SIC 2 linea sternalis dextra tidak ada

Arteri carotis comunis dextra sinistra penjalan bising Paru Torax posterior Inspeksi : ada retraksi dinding dada

Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), masa/benjolan (-) Garakan nafas kanan dan kiri teratur Fokal frenikus kiri=kanan Batas pengembangan paru 4 cm Auskultasi : terdengar ronki kering, Ekspirasi

memanjang daripada inspirasi Torax anterior Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, tidak ada retraksi dinding dada Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), masa/benjolan (-) Garakan nafas kanan dan kiri teratur Fokal frenikus kiri=kanan Auskultasi : terdengar ronki kering, Ekspirasi

memanjang daripada inspirasi Abdomen Ekskremitas Palpasi arteri radialis Hasil pemeriksaan penunjang Tidak ada nyeri tekan, hepatomegali (-), spenomegali (-) Tidak ada nyeri tekan, krepitasi (-), deformitas (-) Normal -

DAFTAR MASALAH PASIEN MASALAH SAAT TIMBUL RENCANA TINDAKAN Asma + batuk Aktivitas dan pada musim dingin Salbutamol, paracetamol dan vit. B kompleks Salbutamol diberikan pada saat serangan asma. Vit B kompleks diberikan KETERANGAN

hingga pasien membaik nafsu makannya. Paracetamol diberikan apabila pasien demam saja.

DIAGNOSIS KERJA Prognosis : Baik

Catatan Tindakan / pengobatan / konseling Masalah Asma Tindakan Salbutamol, paracetamol dan vit. B kompleks Hasil Berkurang Keterangan Bisa relaps pada musim hujan dan polusi udara

Instruksi penatalaksanaan pasien selanjutnya Untuk penatalaksanaan selanjutnya adalah memberikan salbutamol, paracetamol dan vit. B kompleks untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis Identitas Pasien Umur Dilihat dari data diatas dari umur pasien adalah anak-anak yang memiliki faktor resiko terhadap penyakit. Karena anak-anak lebih rentan terhadap penyakit yang disebabkan sistem imun mereka yang belum berkembang begitu sempurna. Sehingga pasien memiliki resiko sekitar 40 % untuk mengalami penyakit asma ( Ikawati Z, 2011 ).

Jenis kelamin Untuk jenis kelamin pada pasien diatas yaitu pasien berjenis kelamin perempuan. Pada penyakit asma jenis kelamin merupakan faktor resiko berikutnya, dimana jenis kelamin pria merupakan faktor resiko untuk penyakit asma pada anak-anak. Pada anak-anak

dibawah umur 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki hampir 2 kali lipat daripada anak perempuan. Namun demikian, pada usia dewasa, kejadian asma lebiih banyak pada wanita daripada pria. Belum diketahui penyebabnya secara pasti mengenai perbedaan akibat jenis kelamin ini. Diduga, hal ini karena ukuran paru / saluran napas pada pria lebih kecil daripada pada wanita pada saat kanak-kanak, tetapi menjadi lebih besar pada usia dewasa ( Ikawati Z, 2011 ).

Alamat Dilihat dari alamat pasien yang bertempat tinggal di Ngemplak, Ngrajek, Mungkid, Magelang yang mana memiliki faktor pencetus untuk kambuhnya asma si pasien itu sendiri. seperti yang sudah diketahui bahwa daerah mungkid memiliki cuaca yang cukup dingin, dan daerah mungkid berdekatan dengan obyek wisata sehingga banyak dilewati kendaraankendaraan antar kota yang dapat menyebabkan bertambahnya polusi udara serta di daerah tersebut juga masih banyak abu-abu vulkanik pasca erupsi merapi yang mana dapat memperberat keadaan pasien itu sendiri.

B. Analisis RPS, RPD, RPK B.I. Analisis Riwayat Penyakit Sekarang Dispnea Dispnea terjadi bila kerja napas berlebihan. Pada asma diameter bronkiolus lebih berkurang selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat.

Suara wheezing saat ekspirasi Ini menunjukkan adanya obstruksi jalan napas parsial, yang dapat disebabkan karena sekresi mukus, jaringan infalamasi, atau adanya benda asing. Pada pasien asma bronkus mengalami bronkokonstriksi sehingga aliran udara yang masuk itu menjadi turbulen yang menyebabkan getaran mukus yang disekresi dari hasil inflamasi yang nantinya akan menimbulkan suara wheezing (Price & Wilson, 2006).

Bahu terangkat berat sewaktu bernapas Bahu terangkat berat sewaktu bernapas karena usaha untuk bernapas itu sendiri susah yang dimana di bronkus terjadi obstruksi sehingga memberatkan pasien untuk berinspirasi.

Batuk Disini pasien mengeluh kadang-kadang batuk tanpa dahak. Batuk merupakan suatu refleks vagal dimana sebagai efektor utamanya adalah otot-otot serat lintang yang mencakup otot pernafasan dan diafragma dan mungkin juga otot polos saluran pernafasan. Akseptor dari batuk tersebar sengat luas bukan saja di sepanjang saluran pernafasan yakni laring, trakea, dan bronkus, akan tetapi jugja pada faring, sinus paranasalis, perikardium, diafragma, dan mungkin juga pula pada viseral lainnya. Makin ke arah bronkiolus respiratorius, akan makin sedikit jumlah reseptornya, dan makin ke arah proksimal, akan makin banyak jumlahnya. Batuk dibagi atas 5 fase, yakni inspirasi, glotis tertutup, kontraksi otot-otot ekspirasi, glotis terbuka secara tiba-tiba, dan fase yang terakhir adalah udara dikeluarkan secara tiba-tiba (Rab,T. 2010). Pasien mengeluh batuk tanpa dahak di mungkinkan pada penderita asma yang intermitten mukus yang dihasilkan dari proses inflamasi tidak terlalu banyak, sehingga reaksi yang ditimbulkan hanya batuk sebagai usaha pembersihan jalan nafas dari si pasien. Batuk membantu mengeluarkan sektret yang berkumpul (Price & Wilson, 2006).

B.II. Analisis Riwayat Penyakit Dahulu Untuk riwayat penyakit dahulu, pasien pernah menderita asma dari umur 1 tahun sehingga kemungkinan bisa kambuh kembali. Untuk riwayat sakit TBC, pasien sudah dinyatakan sembuh, dan untuk sekarang pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuahan TBC kembali serta tidak ada riwayat kontak dengan orang yang terkena TBC.

Pasien memiliki riwayat tonsilektomi, sehingga beresiko terkena infeksi saluran nafas lainnya. Karena tonsil sendiri memeliki fungsi sebagai pertahanan tubuh.

B.III. Analisis Riwayat Penyakit Keluarga Pada riwayat keluarga pasien, kakek si pasien memliki penyakit asma yang sama, sehingga pasien memliki resiko terkena asma bronkial. Hal ini dapat dijelaskan karena penyakit asma memliki komponen herediter, dimana banyak gen terlibat dalam perkembangan patogenesis penyakit ini, penelitian mengenai unsur genetika yang terlibat pada patogenesis asma berfokus pada 4 area besar, yaitu : produksi IgE spesifik, ekspresi hiperresponsivitas saluran napas, pembentukan mediator inflamasi seperti sitokin, chemokin, dan faktor pertumbuhan, serta penentuan rasio respon imun limfosit Th1 dan Th2( Ikawati Z, 2011 ).

B.IV. Analisis Kondisi Lingkungan Faktor lingkungan lebih berperan dalam memicu kekambuhan asma. Beberapa diantaranya adalah alergen, infeksi, obat / bahan sensitizer, asap rokok, dan polusi udara, baik didalam maupun di luar ruangan. Selain itu, ada faktor lain, yang dapat meningkatkan keparahan asma ( Ikawati Z, 2011 ). Pada kondisi lingkungan pasien, pasien tinggal di daerah yang terdapat banyak abu vulkanik pasca erupsi merapi, serta polusi kendaraan yang cukup banyak dan ditmabah lagi dengan cuaca yang dingin. Sehingga lingkungan pasien dapat berperan sebagai pencetus kekambuhan dari asma pasien.

C. Analisis Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang Keadaan umum pasien tampak sesak nafas terlihat dari gerakan nafasnya yang berat. Berat badan pasien termasuk kurus, menurut perhitungan BMI. Tinggi pasien 133 cm dan berat badan 28 kg, 1,33 x 1,33 hasilnya 1,7689 lalu 28 : 1,76 hasilnya 15,82 hasilnya BMI pasien dibawah nilai ideal yaitu 19. Pada pemeriksaan vital sign didapatkan hasil nadi 70x/menit, nafas 20x/menit, suhu 35 C, dan tekanan darahnya 90/60 mmHg. Dari hasil semua itu pemeriksaan vital sign pasien tersebut normal. Pada pemeriksaan fisik jantung pada pasien normal, seperti batas jantung kana nada di SIC 5 linea perasternalis dexter, lalu batas jantung kiri ada di linea midclavicula sinister SIC 6, batas jantung atas ada di SIC 2 linea parasternalis sinister dan batas jantung pinggang di linea midclavicula sinister SIC 3. Bunyi jantung 1 dan 2 normal tidak ada bising/bunyi tambahan Pemeriksaan fisik paru yang didapatkan dari pasien, pada inspeksi ditemukan bentuk dada Barrel Chest atau dada tong, bentuk dada ini terjadi karena hasil hiperinflasi paru.o

Proses hiperinflasi terjadi karena pada penderita asma terjadi penyempitan area bronkus akibat proses inflamasi yakni terjadi spasme otot, edema mukosa dan infiltrasi sel-sel radang serta hipersekresi mukus, maka perlu usaha yang lebih untuk mengeluarkan udara setelah proses inspirasi karena pengosongan alveoli yang tidak lengkap. Proses tersebut menyebabkan hiperinflasi toraks yang perogresif yang nanti bermanifestasi pada dada yang berbentuk seperti tong atau barrel chest (Price & Wilson, 2006). Tidak ditemukan kelainan yang lain pada inspeksi pemeriksaan fisik paru. Lalu palpasi tidak ada nyeri , tidak ada ketinggalan gerak, dan vocal fremitus normal tidak ada getaran abnormal. Perkusi tidak ditemukan kelainan perbandingan paru-paru kiri dan kanan normal dan batas pengembangan paru yang ditemukan adalah 4 cm, pada pemeriksaan auskultasi adanya suara wheezing (mengi). Untuk proses dari suara mengi sendiri sudah diterangkan di atas pada analis riwayat penyakit sekarang. Pada pemeriksaan mata, mulut, THT, leher, abdomen, ekstremitas, dan palpasi radialis pada pasien normal. D. Analisis diagnosis Dengan gejala-gejala yang dimiliki pasien, kita dapatmendiagnosis bahwa pasien terkena asma bronkial. Gejala-gejala yang jelas ialah sesak nafas apabila terpajan alergan atau saat udara dingin suara mengi (wheezing) saat ekspirasi dada berbentuk tong atau barrel chest memiliki riwayat asma memliki riwayat keluarga yang menderita asma

E. Analisis Terapi Sebelum kepuskesmas mungkid pasien berobat ke tempat lain. Dan oleh dokter tersebut pasien diberi obat : OBH sirup Paracetamol 500 mg Camoksil 500 mg Vitamin B complex CTM OBH adalah obat batuk hitam yang berisi succus liqiritiae, amonium klorida, SASA (solutio ammonii spirituosa anisata), water. OBH sendiri diberikan sebagai ekspektoran. Paracetamol diberikan mengingat pasien memiliki keluhan demam. Camoksil 500 mg berisi amoxilin 500 mg adalah antibiotik spektrum luas. Vitamin B complex sebagai suplemen tambahan karena pasien kurus dan kemungkinan vitamin yang diperlukan tubuhnya kurang.

-

CTM adalah antihistamin kostokosteroid, digunakan untuk meredakan inflamasi dari asma ini. Tapi sebenarnya penggunaan obat ini kurang disarankan untuk anak, karena efeknya yang sistemik.

Lalu oleh dokter puskesmas diberikan sirup cotrimoxazole 60 ml. Cotrimoxazole adalah bakterisidal yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif. Diberikan karena pasien mengeluh batuk yang disertai demam. Karena pasien punya riwayat tonsilektomi jadi kemungkinan disebabkan infeksi dari bakteri sehingga diberikan antibiotik spektrum luas.

Rencana terapi ( dari kelompok ) Sebelum menentukan terapi dari pasien, kita harus mengklasifikasikan pasien dalam klasifikasi apa. Menurut National Astma Education and Prevention Program (NAEPP) asma pada kategori umur 5-11tahun dan 12 tahun diklasifikasikan menjadi 2, yaitu intermiten dan persisten. Intermiten jika gejala 2hari/ minggu sedangkan persisten dibagi lagi menjadi 3 yaitu ringan dengan gejala 2 hari/minggu, tetapi tidak setiap hari ; sedang dengan gejala

setiap hari ; dan berat dengan gejala sepanjang hari. Sehingga dari hasil anamnesis dapat diambil kesimpulan bahwa pasien ini termasuk dalam klasifikasi yang asma intermiten. Sumber lain mengelompokan asma dengan modifikasi CAS (Woods

dan Downes) skor asma. Untuk anak umur 2 tahun atau lebih yang memiliki riwayat mengik (wheezing) dan disesuaikan dengan kelihan pasien pada skor.

Modifikasi CAS (Woods dan Downes) Skor Asma*: Clinical Cyanosis Inspiratory breath sounds Accessory muscle used No Moderate (subcostal retraction) No Normal Score 0 Score 1 In room air Unequal Score 2 In FiO2 0.4

Decreased or absentMaximal (suprasternal + subcostal retraction and/or flaring ala nasi)

Wheezing

No

Moderate (expiratory wheezing) Depressed or agitate

Marked (inspiratory + expiratory wheezing) Coma

Cerebral function

Normal

*Wood DW, Downes JJ, Lecks HI. A clinical scoring system for the diagnosis of respiratory failure. Am J Dis Child. 1972; 123: 227-8. Untuk pasien zora bisa dimasukkan kedalam skor yang 1. Skor ini yang nanti akan digunakan untuk menentukan terapi pasien.

Farmakologi Untuk pasien dengan klasifikasi intermitten atau pun dengan penggunaan skor 1 tahapan yang terapi yang sama. Terapi famakologi dapat diberikan short-acting 2-agonis seperti

salbutamol dengan dosis 2 mg 3 kali sehari setiap delapan jam bila perlu atau saat sesak nafas pasien kambuh . Dipilih salbutamol karena efeknya sampingnya sedikit dan dipilih sediaan yang tablet karena harganya terjangkau untuk si pasien. sebenarnya untuk terapi asma intermitten pada anak, pemberian salbutamol lebih baik dalm sediaan inhaler atau nebulizer. Tetapi berhubung sediaan inhaler dan nebulizer cukup mahal, maka kami memberi pasien yang sediaan tablet saja. Karena pasien disertai keluhan batuk, demam, dan pilek maka untuk keluhan simptomatis demam bisa diberikan paracetamol 3 kali 500 mg jika perlu. Untuk batuk keringnya tidak perlu diberikan obat, karena batuknya akibat dari asmanya. Karena pasiennya termasuk asma yang intermiten maka kortikosteroid kurang disarankan. Karena pasien memiliki berat badan yang rendah, dan nafsu makannya juga menurun maka kami memutuskan untuk memberi pasien vitamin B kompleks untuk memenuhi kebutuhan vitamin pasien dengan pemakaian satu kali sehari 100 mcg.

Nonfarmakologi Edukasi : Edukasi tidak hanya diberikan hanya pada pasien tetapi juga diberikan juga pada orang tua si pasien. Edukasi untuk orang tua diberikan tentang faktor pencetus dari asma, seperti debu, udara dingin, dan kegitan yang berlebihan. Sehingga orang tua dapat mengontrol untuk menghindari pasien dari pasien terhadap faktor pencetus. Orang tua pasien juga dianjurkan untuk mengawasi makanan si anak, dan tidak memberikan makanan pedas, manis yang pekat, dan minuman dingin. Karena pasien diberikan antibiotik, orang tua diberikan edukasi untuk menghabiskan antibiotik. Untuk pasiennya dianjurkan untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan, dan stress. Menggunakan masker saat bepergian, mengurangi makan manis dan minuman dingin untuk mencegah batuk si pasien. Karena pasien punya riwayat tonsilektomi, maka pertahanan tubuhnya sedikit berkurang, jadi orangtua pasien juga harus menjaga makanan yang dikonsumsi pasien yakni mengawasi jajanan yang pasien makan. Menganjurkan pasien untuk olahraga renang, Karena dengan renang, pasien dapat terlentang atau tengkurap dan paru akan memperoleh tekanan secara sama. Kemudian, karena dilakukan di dalam air maka akan lebih banyak tenaga yang dikeluarkan, namun dengan kelembaban yang sama. Dengan renang akan terlatih menggunakan pernapasan secara efisien. Selain itu, dianjurkan pula untuk melakukan senam asma. F. Analisis Prognosis Dilihat dari keadaan pasien saat ini, prognosis dari penyakit asma nya cukup baik. Seperti yang diketahui bahwa asma sendiri tidak bisa sembuh sepenuhnya. Tetapi bisa dikurangi gejalanya Meningat dari kepedulian dari orang tua pasien untuk tetap kontrol dan ketaatan si pasien minum obat. Dan untuk pengetahuan orang tua tentang faktor pencetus cukup baik. Sehingga dapat ikut andil mencegah kambuhnya asma.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Pada kasus ini kami dapat menyimpulkan bahwa pasien yang bernama Zora Fatwa Nazar yang berumur 12 tahun telah menderita asma sejak umur 1 tahun yang dimana penyakit ini diturunkan oleh kakek Zora yang bernama alm. Amtolkah. Kami dapat menyimpulkan ini karena pada saat di lapangan kita mendapatkan beberapa bukti yang dapat memperkuat diagnosis untuk pasien. seperti faktor faktor yang dapat menyebabkan pasien menderita asma diantaranya seperti rinitis alergi yang dimana rinitis alergi ini sendiri dapat menyebabkan 80% asma. Selain itu, kita juga mendapatkan faktor-faktor resiko seperti genetik yang dapat menyebkan pasien terkena asma.

Saran y Perlunya edukasi orang tua pasien terhadap faktor pencetus yang dapat menimbulkan gejala pada pasien. y Pengawasan orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Seperti makanan yang dikonsumsi setiap harinya apakah sudah cukup untuk tumbuh kembang. y Mengetahui hal-hal yang memperberat gejala dari pasien, untuk mengurangi resiko gejala pada pasien. y Ketaatan pasien dan orang disekitarnya untuk kontrol dan mengkonsumsi obat demi kebaikan pasien.

LAMPIRAN

Terapi yang diberikan sebelum ke Puskesmas Mungkid

Gambar 1.01. obat yang diberikan dokter sebelumnya

Terapi yang diberika di Puskesmas Mungkid

Gambar 1.01. obat yang diberikan dokter Puskemas Mungkid

Lingkungan rumah pasien

Gambar 2.01. kondisi rumah pasien

DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Z., 2011 Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta.

Rab, T., 2010 Ilmu Penyakit Paru, Trans Info Media, Jakarta.

Wilson, L.M., Price, S.A., 2006. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes (6th ed.). Hartanto, H ... [et al.]. 2005 (Alih Bahasa), ECG, Jakarta.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, Marcellus.Simadibrata., Setiati, S.,2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5th ed.), Internal Publishing, Jakarta.

A,P. Norman., 1965. Asthma, British Medical Journal.

Abramson.H, A., 1949, Therapy of Asthma with Reference to Its Psychodynamic Pharmacology, New York.

Division of Pediatric Emergency Medicine, 2008. Asthma Care in the EmergencyDepartment Clinical Practice Guideline. Direkwatanachai, C., Teeratakulpisarn, J., Suntornlohanakul, S., Trakultivakorn, M., Ngamphaiboon, J., Wongpitoon, N., Vangveeravong, M., Comparison of salbutamol efficacy in children- via the metered-dose inhaler (MDI) with Volumatic spacer and via the dry powder inhaler, Easyhaler, with the nebulizer - in mild to moderate asthma exacerbation: a multicenter, randomized study, Asian Pac J Allergy Immunol 2011;29:25-33.