Pentingnya NPWP Dalam Meraih Target Pajak 2015

13
Pentingnya NPWP dalam meraih target pajak 2015 Nama: m.taqwa

description

Pentingnya NPWP

Transcript of Pentingnya NPWP Dalam Meraih Target Pajak 2015

Pentingnya NPWP dalam meraih target pajak 2015

Nama: m.taqwa

Pendahuluan

Indonesia adalah negara berkembang yang dalam segala segi perkembangannya masih butuh pembangunan terutama dibidang infrastruktur. Seperti yang kita tahu negara berkembang butuh banyak dana untuk pembangunan tersebut dan semua itu hampir berasal dari pendapatan pajak.Sebenarnya indonesia memiliki potensi pajak yang sangat tinggi untuk mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan, namun dalam prakteknya baru sekitar 8 persen atau sekitar 800 milliar rupiah yang

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta agar target pencapaian pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2015 ditingkatkan Rp 600 triliun dari target sebelumnya.

Menurut Jokowi, jika dimaksimalkan, Indonesia sebenarnya memiliki tambahan potensi penerimaan pajak sebesar Rp 1.200 triliun. Data yang diberikan kepada saya, berpotensi kenaikan kira-kira angkanya ada Rp 1.200 triliun dari yang sekarang. Ada potensi sebesar itu, sudah saya sampaikan ke Menkeu," kata Jokowi saat memberikan sambutan pada pertemuan dengan pejabat eselon I dan II Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan di Istana Negara, Kamis (20/11/2014). Pada APBN 2015, target pencapaian pajak menecapai Rp 1.400 triliun. Jumlah itu meningkat Rp 200 triliun dari target pada tahun 2014. Kendati demikian, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan capaian target sampai 14 November 2014 mencapai Rp 812 triliun, atau sekitar 75 persen dari target pada APBN-P 2014.Dengan kondisi itu, Bambang memastikan realisasi target penerimaan pajak tak akan tercapai. Kondisi itu, sebut dia, sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir. Target tinggi yang dicanangkan Jokowi pun membuat Bambang menawar."Saya minta separuhnyanya saja, Rp 600 triliun untuk tahun depan. Tapi ditawar (Menteri Keuangan) jadi Rp 400 triliun. Saya belum putuskan," ungkap Jokowi menceritakan dialognya bersama Menteri Keuangan.Lantaran ingin menyusun APBN-P, Jokowi pun meminta masukan dari kantor-kantor wilayah. "Situasinya seperti apa, apa memang sulit, apa memang ada potensi hambatan," imbuh Jokowi.Jakarta, CNN Indonesia -- Ketidakpastian ekonomi global serta minimnya sumber daya manusia membuat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan pesimistis bisa mencapai target penerimaan pajak Rp 1.201 triliun seperti yang ditargetkan APBN 2015. Pesimisme tersebut dilontarkan Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany meskipun instansinya akan diperintahkan untuk lebih kreatif lagi dalam mengejar target tersebut.

Dalam APBN 2015, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah menetapkan penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.379,9 triliun. Dari angka tersebut, Ditjen Pajak mendapat target paling berat yakni Rp 1.201 triliun. Angka tersebut naik sekitar 19 persen sampai 20 persen dibandingkan dengan estimasi realisasi tahun ini yang kemungkinan hanya mencapai Rp 1.000 triliun dari target 1.072,3 triliun di APBNP 2014.

"Itu cukup berat. Saya tidak bilang tak akan tercapai, tapi berat," ujar Fuad, Selasa (30/9).

Fuad mengeluhkan naiknya target tersebut justru dibarengi dengan pemangkasan anggaran belanja Ditjen Pajak sebesar Rp 400 miliar, dari Rp 5,4 triliun pada 2014 menjadi Rp 5 triliun pada 2015. Hal ini dinilainya tidak sebanding dengan tanggungjawab yang dibebankan kepada instansinya. "Bagaimana penerimaan pajak bisa naik kalau anggarannya turun," keluh Fuad.

Dia memperkirakan kondisi perekonomian global tahun depan yang kemungkinan tidak lebih baik dari tahun ini akan menjadi faktor utama penghambat penerimaan pajak, karena akan berpengaruh kepada kinerja perusahaan yang menjadi target pajak. Selain itu, belum idealnya jumlah petugas pajak masih menjadi kendala untuk melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.

"Satu-satunya cara yang bisa kami lakukan adalah meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mendukung penerimaan pajak," kata Fuad.

Kerjasama antar-instansi pemerintah pusat dan daerah terutama dalam hal sinkronisasi data perizinan usaha dan pengurusan administrasi secara online. Upaya tersebut sudah dirintis oleh Ditjen Pajak sejak lama dengan sejumlah pemerintah daerah, seperti DKI Jakarta, Bali, Surabaya, dan Jawa Tengah.

"Data-data yang kita butuhkan seperti izin-izin usaha tambang, hotel, restoran, pengurusan STNK mobil, dan sertifikat tanah. Itu harus terkait dengan Ditjen Pajak sehingga akan mengoptimalkan kerja kami dalam menarik pajak," tuturnya.

Menurut Fuad, masih banyak instansi pemerintah yang belum siap secara infrastruktur untuk terkoneksi dengan Ditjen Pajak. Hal ini yang membuat upaya tersebut tidak bisa diharapkan meningkatkan penerimaan pajak.

Prioritas JokowiUntuk itu dia berharap Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla bisa memberikan perhatian yang lebih terhadap Ditjen Pajak. "Kalau pegawai pajak ditambah 10 ribu aja ini akan meningkatkan kinerja kami. Semoga rekrutmen pegawai baru bisa diizinkan mulai 2015," kata Fuad.

Dalam APBN 2015, sejumlah pos pajak ditargetkan memberikan kontribusi penerimaan yang besar terhadap kas negara. Pos-pos tersebut meliputi pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp 644,39 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) Rp 524,97 triliun, pajak bumi dan bangunan (PBB) Rp 26,68 triliun, dan pajak lainnya Rp 5,68 triliun.

Fungsi NPWP1. Sarana dalam administrasi perpajakan.2. Tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.3. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.4. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.Pendaftaran Untuk Mendapatkan NPWP Berdasarkan sistem penaksiran sendiri untuk setiap WP wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, untuk diberikan NPWP. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.Tata cara Pendaftaran NPWPUntuk mendapatkan NPWP Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan: 1. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing;2. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.3. Untuk WP Badan: 1. Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT;2. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif;3. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal kabupatenLurah atau Kepala Desa.1. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong: 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bendaharawan;2. Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan.2. Untuk Kerja Sama Operasi sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut: 1. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation;2. Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation;3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint operation.3. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat keterangan terdaftar.4. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.Wajib Pajak PindahDalam hal Wajib Pajak pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, Wajib Pajak melaporkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak lama maupun Kantor Pelayanan Pajak baru dengan ketentuan:1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala Desa)2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usaha, Surat keterangan tempat tinggal baru dari Lurah atau Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.3. Wajib Pajak Badan, Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha adalah surat keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.Penghapusan NPWP dan Persyaratannya1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang;2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris;4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP;6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.Penerbitan NPWP Secara JabatanKPP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila WP tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP maka terhadap wajib pajak yang bersangkutan dapat diterbitkan NPWP secara sepihak oleh Direktorat Jenderal Pajak.GHHSanksi yang berhubungan dengan NPWPSetiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. A.Berdasarkan PER-31 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pemotongan, Penyetoran PPh Pasal 21 Pasal 20;1)Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP 2)Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak 3)Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final 4)Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghaslan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terhutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

RIBUN-MEDAN.com, JAKARTA- WakilMenteri Keuangan,Mardiasmo, menilai sistem teknologi informasi pada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) masih lemah. Jika hal ini tetap dibiarkan, target penerimaanpajakpada 2015 diprediksi tidak akan tercapai."Tantangan kita ini IT, tidak mungkin target penerimaanpajaktahun depan bisa tercapai tanpa IT yang canggih," kataMardiasmo, Jakarta, Selasa (16/12/2014).MenurutMardiasmo, yang juga menjabat sebagai Plt Direktur Jenderal Pajak, dengan sistem IT yang memadai maka segala transaksi yang mencurigakan akan terditeksi dengan cepat. Sehingga nantinya, akan menekan pengemplanganpajak."Misalnya ada jual beli mobil mewah, ini ketahuan nantinya dibeli siapa, rumahnya di mana, dan bayarpajaknya berapa dia nanti ketahuan, cocok enggak bayarpajaknya," ujarnya.Sementara untuk pengembangan IT tersebut,Mardiasmomasih mengkaji lebih dalam terkait pendanaannya, bisa menggandeng perusahaan swasta atau menggunakan dana pemerintah sendiri."Tapi kalau capex sendiri kan, nanti perlu biaya perawatannya. Kemungkinan kita bisa outsourcing," ucap Mardiamo.Diketahui, pemerintah dalam APBN 2015 menargetkan pemerimaanpajaksebesar Rp 1.201 triliun. Namun, estimasi realisasi tahun ini diperkirakan hanya Rp 1.000 triliun dari target Rp 1.072,3 triliun.(*)[JAKARTA] Wakil Presiden Jusuf Kalla mewacanakan tindakan pencekalan terhadap para penunggak pajak sebagaimana telah diterapkan kepada sejumlah pihak yang diduga terlibat tindak pidana korupsi.

"Kalau para koruptor kita cekal, maka pembayar pajak yang melebihi waktu juga akan kita cekal," katanya saat memberikan sambutan dalam Rapimnas Kadin Indonesia di Jakarta, Senin (8/12).

Menurut Jusuf Kalla, pengusaha yang tidak membayar pajak, bila dia "plesiran" ke luar negeri, uang yang digunakan untuk bepergian itu adalah uang rakyat.

Untuk itu, Wapres juga menegaskan agar para pengusaha di berbagai sektor untuk dapat menaati kewajiban pajak sesuai dengan aturan pemerintah agar ke depannya tidak sampai dicekal.

Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengemukakan apresiasinya terhadap pemerintahan yang menargetkan peningkatan "tax ratio" dari 12 persen menjadi 16 persen.

Suryo Bambang Sulisto mengutarakan pendapatnya agar target peningkatan sektor pajak itu lebih diarahkan kepada ekstensifikasi wajib pajak daripada penambahan jumlah pajak baru.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengajak Komisi Pemberantasan Korupsi ikut mengawasi kebocoran pendapatan negara dari sektor pajak.

"Masih ada permasalahan di sektor pajak, kita ingin ke depan menggandeng KPK untuk upaya penerimaan perpajakan ini. Untuk jangka pendek kita ingin semacam ada tim gabungan dirjen keuangan, pajak. KPK untuk melihat kira-kira ke depan seperti apa," kata Mardiasmo di gedung KPK Jakarta, Senin (1/12).

Mardiasmo yang saat ini juga menjadi pelaksana tugas Dirjen Pajak mengaku bahwa target penerimaan negara dari sektor pajak pada 2015 mencapai Rp600 triliun.

Salah satu bentuk kerja sama lain adalah dengan kajian terkait usulan KPK untuk menggabungkan pengadilan pajak dengan pengadilan tindak pidana korupsi. Selanjutnya adalah pembentukan tim gabungan Dirjen Pajak dan penegak hukum terkait perusahaan pengemplang pajak.

"Kalau disinyalir betul-betul ada harus kita atasi. Kita libas, kalau ada mafia pajak. Seperti yang IUP (izin usaha pertambangan) kemarin dari beberapa persen yang tidak punya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), kita kejar," tegas Mardiasmo.

Berdasarkan data KPK, dari 3.826 pemegang Izin Usaha Pertambangan, hampir 25 persen atau 724 pengusaha tidak punya NPWP bahkan pemegang IUP yang statusnya "clean and clear" tidak punya NPWP. [Ant/L-8]

Melihat kontribusi penerimaan dari wajib pajak minim, maka pemerintah memutuskan untuk menerapkan aturan mengenai pembelian barang mewah yang wajib menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk bisa melihat kebenaran pembayaran pajak si pembeli.Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang perlunya transaksi pembelian barang dengan kisaran Rp 100 juta-Rp 200 juta ke atas harus menyerahkan NPWP. Aturan ini sendiri sedang digodok Kemkeu dan direncanakan akan berlaku pada tahun 2015.Alasan perlunya NPWP dalam transaksi pembelian adalah sebagai basis profiling yaitu profil data wajib pajak. Profil data wajib pajak menjadi sangat dibutuhkan agar bisa melihat pembayaran pajak yang selama ini dilakukan, lalu dibandingkan dengan transaksi pembelian.Kalau si pembeli tersebut ternyata pajak tahunannya rendah sedangkan transaksi pembeliannya mencapai ratusan juta, maka terjadi kesalahan dalam pembayaran pajak dan pemerintah akan mengambil tindakan. Langkah ini menjadi kebijakan penting bagi pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak yang naik tahun depan.Penerimaan negara dari pajak penghasilan (PPh) orang pribadi sangat minim. Pemerintah sendiri memberi outlook realisasi penerimaan perpajakan secara keseluruhan hingga akhir tahun akan sebesar Rp 1.100 triliun dari target Rp 1.246,1 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.

Dari realisasi Rp 1.100 triliun, PPh pribadi karyawan menyumbang Rp 93 triliun, sedangkan non karyawan hanya Rp 4 triliun. PPh non karyawan adalah kelompok pajak yang akan digenjot oleh pemerintah karena potensinya masih sangat besar. [teks @shintaasarass| foto bisnis.news.viva.co.id]