Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagian 1
Click here to load reader
-
Upload
futurum2 -
Category
Economy & Finance
-
view
314 -
download
1
Transcript of Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagian 1
www.futurumcorfinan.com
Page 1
PENTINGNYA MELAKUKAN NORMALISASI
DALAM PENGERJAAN PROYEKSI DAN VALUASI
BAGIAN 1
“The best way to predict the future is to study the past, or prognosticate. Robert Kiyosaki”
Pendahuluan
Untuk melihat masa depan maka anda perlu juga berkaca pada masa lalu. Hal ini tidak hanya
berlaku dalam kehidupan sehari-hari tetapi hal ini juga berlaku dalam dunia bisnis. Ketika
membuat suatu financial model, melakukan proyeksi untuk melihat kinerja keuangan
perusahaan di masa depan, ataupun melakukan valuasi. Dalam analisa semacam ini
dibutuhkan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan perusahaan yang akan dianalisa,
misalnya:
Muhammad Putrawal
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Latar belakang perusahaan.
Informasi mengenai industri dan kompetitor.
Kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Ekspetasi manajemen terhadap masa depan perusahaan.
Informasi finansial (historis) dan data serupa yang berkaitan dengan perusahaan.
Untuk kepentingan valuasi dari kelima informasi diatas, data yang berkaitan dengan informasi
finansial merupakan sumber utama yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk valuasi yang
akan dilakukan. Informasi finansial yang dimaksudkan disini adalah laporan keuangan, baik
neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Laporan keuangan ini nantinya akan menjadi
titik awal proyeksi yang akan dilakukan. Meski begitu perlu diperhatikan bahwa laporan
keuangan ini tidak bisa ditelan mentah-mentah begitu saja, perlu ada analisa lebih mendalam
untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dari laporan keuangan ini.
Pada praktiknya seringkali terdapat anggapan bahwa laporan keuangan yang sudah diaudit dan
resmi dikeluarkan oleh perusahaan sudah cukup untuk digunakan untuk melakukan valuasi. Ini
tidak sepenuhnya tepat, YA benar bahwa laporan keuangan ini dapat digunakan, tetapi
merupakan hal yang keliru jika kita hanya menyalin angka-angka yang terdapat dalam laporan
keuangan ini ke dalam kertas kerja kita. Perlu diketahui bahwa suatu laporan keuangan
walaupun sudah disusun berdasarkan ketentuan akutansi yang berlaku (PSAK/IFRS) terkadang
memberikan gambaran yang berbeda dengan realita yang ada.
Untuk itu sebelum melakukan valuasi ada baiknya untuk terlebih dahulu menghabiskan waktu
memahami data pada laporan keuangan. Mengetahui darimana angka-angka ini berasal dan
juga melakukan penyesuaian agar nantinya laporan keuangan ini bisa digunakan untuk
keperluan valuasi. Proses penyesuaian ini dalam valuasi dikenal juga dengan sebutan
normalisasi. Sayangnya terkadang pengerjaan normalisasi ini tidak menjadi fokus dalam
pengerjaan valuasi. Analis lebih suka menghabiskan waktunya untuk menganalisa hal-hal yang
berkaitan dengan angka dimasa depan, misalnya berapa besarnya asumsi pertumbuhan
penjualan yang akan dipakai, tingkat diskonto, inflasi dan sebagainya. Analis lebih fokus kepada
hal yang belum terjadi, ini tidak salah tetapi ada baiknya untuk juga fokus kepada transaksi
yang sudah terjadi di masa lalu dimana hal ini tercermin dalam laporan keuangan. Tentunya
angka dalam laporan keuangan ini lebih mudah untuk dipertanggungjawabkan dibandingkan
angka-angka proyeksi masa depan yang belum diketahui kebenarannya.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
Apa tujuan dilakukan normalisasi?
Terdapat beberapa tujuan dilakukannya normalisasi, tetapi jika ingin disederhanakan dapat kita
kutip pernyataan dari National Association of Certified Valuators and Analysts (NACVA) yang
menyebutkan tujuan normalisasi adalah:
“To adjust the financial statements or income tax returns of a business to more
closely reflect its true economic financial position and results of operations on a
historical and current basis.”
Jadi intinya adalah agar laporan keuangan yang didapatkan benar-benar mencerminkan posisi
riil dari keuangan perusahaan (dilihat dari neraca) dan hasil riil dari kegiatan operasional yang
telah dilakukan (dilihat dari laporan laba rugi). Yang ingin diketahui adalah kinerja perusahaan
yang “normal” atau “rill” bukan kinerja yang terjadi pada kondisi tidak normal (anomali/luar
biasa). Jika kinerja perusahaan pada kondisi “normal” sudah diketahui barulah laporan
keuangan ini dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan.
Dengan melakukan proses normalisasi analis juga akan lebih memberikan perhatian terhadap
data yang disajikan laporan keuangan dan mengidentifikasi darimana saja angka-angka dalam
laporan keuangan berasal. Hal ini akan membantu analis untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan bisnis serta melihat tren bisnis dari waktu ke waktu. Dua hal ini nantinya akan
bermanfaat ketika analis ingin menentukan berapa tingkat asumsi yang ingin dipakai dalam
proyeksi.
Tujuan normalisasi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menyelaraskan laporan keuangan
yang dimiliki mengikuti ketentuan yang dipakai oleh perusahaan pesaing dalam industri sejenis.
Misalnya dengan menyamakan metode akuntansi untuk pencatatan persediaan (LIFO atau
FIFO) dan juga penyusutan. Dengan melakukan hal ini analis dapat melakukan perbandingan
yang lebih “apple to aple” terhadap perusahaan pesaing.
Seberapa pentingkah melakukan normalisasi?
www.futurumcorfinan.com
Page 4
Apakah data dari laporan keuangan tidak bisa langsung digunakan? Seberapa besar dampak
yang ditimbulkan jika tidak melakukan normalisasi? Seperti disebutkan diawal, data dari laporan
keuangan ini akan menjadi titik awal proyeksi yang dilakukan. Apabila titik awal yang dipakai
sudah tidak tepat maka hasil ke depannya juga akan menjadi kurang tepat. Contoh di bawah
dapat memberikan sedikit gambaran dari hal ini.
Gambar diatas menunjukkan proyeksi penjualan untuk tiap tahunnya dengan asumsi
pertumbuhan per tahun sebesar 10%. Terlihat bahwa kesalahan menentukan nilai penjualan di
tahun ke-0 akan memberikan kesalahan yang terus menggulung ke tahun-tahun berikutnya.
Angka penjualan antara sebelum dinormalisasi dan setelah dinormalisasi akan berbeda setiap
tahunnya. Hal ini juga berlaku untuk komponen biaya, jika nilai biaya yang dijadikan patokan
awal sudah salah maka ke depanya hasilnya juga akan salah. Pada akhirnya ini akan
mempengaruhi perhitungan dalam valuasi. Contohnya bisa dilihat dibawah, untuk contoh
dibawah penentuan nilai suatu perusahaan dilakukan melalui pendekatan mengalikan arus kas
dengan efek multiple. Arus kas didapatkan setelah dilakukan proyeksi terhadap semua
komponen di laporan keuangan. Disini terlihat perbandingan jika sebelumnya telah dilakukan
normalisasi dan tidak dilakukan normalisasi. Terdapat perbedaan arus kas sebesar $ 500.000
dan jika dikalikan dengan efek multiple (x5) maka perbedaan nilai perusahaan sebesar
$ 2.500.000. Tentu anda tidak ingin kecolongan menilai suatu perusahaan lebih tinggi
$ 2.500.000 dari nilai wajarnya. Untuk itu berikanlah fokus yang lebih pada pengerjaan
normalisasi ini.
Sales Growth Assumption per Year 10%
Before Normalize
Year 0 1 2 3 4 5
Sales ($) 8,000 8,800 9,680 10,648 11,713 12,884
After Normalize
Year 0 1 2 3 4 5
Sales ($) 6,500 7,150 7,865 8,652 9,517 10,468
Effect of wrong starting point will be accumulated thru the forecasting period
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Dengan melakukan normalisasi akan memastikan bahwa data keuangan yang diterima sudah
siap digunakan untuk analisa. Hal ini juga sesuai dengan paradigma GIGO “Garbage In
Garbage Out”, jika data yang digunakan salah maka hasilnya pasti akan salah. Jika data yang
digunakan benar maka hasil analisa akan benar (dengan catatan model proyeksi yang
dilakukan juga benar).
Bagaimana cara melakukan normalisasi?
Sesuai dengan arti katanya, normalisasi adalah untuk membuat normal. Jadi hal yang perlu
dikerjakan adalah mengembalikan angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi nilai yang
normal sesuai kegiatan operasional perusahaan dan sesuai dengan ketentuan di market. Untuk
penyesuaian neraca tampilkanlah angka yang sesuai nilai pasar terkini, baik dari sisi aset
maupun liabilitasnya. Sedangkan untuk laporan laba rugi tunjukkanlah angka yang normal
sejalan dengan kegiatan operasional yang telah dijalankan. Ada banyak contoh penyesuaian
www.futurumcorfinan.com
Page 6
yang bisa dilakukan dalam normalisasi tetapi pada dasarnya penyesuaian ini terkait dengan
empat hal, yaitu:
Kebijakan akuntansi (Accounting policy).
Kejadian luar biasa & tidak berulang (Extraordinary & Non-recurring item).
Kompensasi yang terkait dengan pemilik perusahaan, pemegang saham, manajeman
dan pihak terkait lainnya (Owners, shareholers, family members or management
compensation).
Aset/Liabilitas non-operasional (Non-operating assets/liabilities) dan Pendapatan/biaya
non-operasional (Non-operating income/expense).
Kebijakan akuntansi (Accounting policy)
Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan laporan keuangan berdasarkan kebijakan
akuntansi yang ingin dipakai untuk tujuan valuasi dan dengan tujuan mempermudah
perbandingan dengan industri/kompetitor perusahaan. Contoh penyesuaian yang bisa
dilakukan:
Memeriksa apakah pencatatan dilakukan dengan metode cash basis atau accrual basis.
Melakukan penyesuaian pengakuan pendapatan, pengakuan pendapatan harus
konsisten. Contohnya untuk keperluan pajak terdapat beberapa perusahaan yang
menunda pengakuan pendapatan ke tahun berikutnya. Hal ini juga berlaku untuk biaya,
apakah ada biaya yang dibebankan terlalu cepat?
Memeriksa bagaimana untuk pengakuan pendapatan pada kontrak jangka panjang?
Apakah dilakukan amortisasi terhadap pendapatan?
Melakukan penyesuaian metode perhitungan persediaan antara FIFO atau LIFO agar
sesuai dengan yang umumnya berlaku di industri.
Penyesuaian metode penyusutan agar sesuai dengan yang umumnya berlaku di
industri.
Melakukan penyesuaian terhadap kebijakan terkait terkait kapitalisasi versus
pembebanan. Perlu diperiksa apakah kebijakan yang dipakai konsisten atau tidak.
Kebijakan ini biasanya terkait dengan aset tetap, persediaan, dan biaya riset.
Mengidentifikasi apakah ada aset dan liabitias yang belum dicatat (off-balance sheet
items)? Apakah ada asset yang perlu diappraisal ulang? Aset tak berwujud (Intangible)
perlu disesuaikan dengan harga market? Apakah ada piutang yang perlu diwrite-off?
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Memeriksa pencatatan terhadap capital lease dan operating lease, perlu diperhatikan
kembali apakah penggolongan yang dilakukan sudah tepat.
Memeriksa pencatatan untuk pajak (actual vs deffered tax).
Kejadian luar biasa (Extraordinary & Non-recurring item)
Kejadian luar biasa lebih ditekankan kepada kejadian yang sifatnya berbeda jika dibandingkan
dengan kegiatan operasional utama perusahaan, sedangkan tidak berulang berkaitan dengan
kejadian yang hanya sesekali terjadi dan diperkirakan tidak akan terulang kembali di masa
mendatang. Dikarenakan karateristik yang tidak normal maka kejadian seperti ini dikeluarkan
dari perhitungan. Contoh – contohnya kejadian luar biasa & tidak berulang antara lain:
Penjualan yang menurun karena dampak dari mogok kerja buruh atau kekurangan
bahan baku.
Keuntungan/kerugian yang disebabkan penjualan aset tetap.
Suatu ketika sebuah perusahaan security mendapatkan satu kali project untuk
mengamankan event konser musik internasional.
Pendapatan yang didapatkan dari kompensasi atas tuntutan hukum yang sifatnya sekali
Biaya terkait kerusakan pabrik yang disebabkan oleh bencana alam.
Kompensasi yang terkait dengan pemilik perusahaan, pemegang saham, manajeman dan pihak
terkait lainnya (Owners, shareholers, family members or management compensation)
Ada kalanya pemilik perusahaan bisa menentukan aliran kas untuk beberapa transaksi yang
kecil. Untuk kepentingan valuasi transaksi-transaksi seperti ini perlu disesuaikan karena
beberapa alasan: (i) hal ini tidak berkaitan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan,
(ii) suatu saat kebijakan ini bisa dirubah oleh pemilik perusahaan/manajemen, dan (iii) bisa jadi
kebijakan ini akan dirubah oleh pemilik perusahaan yang baru. Contoh penyesuaian yang dapat
dilakukan:
Semua pembayaran yang terkait dengan keperluan pribadi pemilik
perusahaan/pemegang saham perlu dikeluarkan dari perhitungan. Misalnya:
Pendapatan perusahaan yang dikompensasikan untuk kepentingan pemilik
perusahaan/pemegang saham, gaji untuk pemilik perusahaan /keluarga, asuransi
www.futurumcorfinan.com
Page 8
pribadi, biaya konsultasi keuangan/pajak/hukum/ untuk keperluan pribadi, kendaraan
pribadi, dan sebagainya.
Melakukan penyesuaian terhadap biaya sewa aset pemilik perusahaan yang dipakai
oleh perusahaan. Contoh: Perusahaan biasanya akan mendapatkan potongan biaya
sewa ketika menyewa gedung milik owner. Untuk keperluan valuasi harga sewa gedung
perlu disesuaikan mengikuti harga market.
Melakukan penyesuaian untuk transaksi jual-beli dengan pihak afiliasi.
Aset/Liabilitas non-operasional (Non-operating assets/liabilities) dan Pendapatan/biaya non-
operasional (Non-operating income/expense)
Aset/Liabilitas non-operasional merupakan aset yang tidak bersifat essential untuk
keberlangsungan operasional bisnis, tapi masih dapat menghasilkan pendapatan atau
menghasilkan pengembalian investasi. Aset non-operasional dimiliki oleh perusahaan karena
beberapa alasan diantaranya: (i) merupakan aset yang terkait dengan pemilik perusahaan, (ii)
aset yang mungkin dijual di masa depan dan (iii) Diversifikasi risiko operasional (misalnya
dengan memiliki beberapa real estate atau paten). Beberapa contoh aset/liabilitas non-
operasional
Tanah atau bangunan yang tidak memiliki manfaat bisnis atau milik pribadi pemegang
saham.
Pinjaman untuk pemegang saham/manajemen.
Pendapatan/biaya non operasional merupakan pendapatan/biaya yang berasal dari kegiatan
yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional utama perusahaan. Contoh:
Pendapatan dari dividen.
Keuntungan (atau kerugian) dari investasi di pasar saham.
Keuntungan (atau kerugian) yang timbul akibat selisih kurs.
Dalam valuasi baik aset/liabilitas non-operasional dan pendapatan/biaya non-operasional dinilai
secara terpisah dari aset/liabilitas operasional dan pendapatan/biaya operasional. Untuk itu
ketika melakukan normalisasi semua hal di atas dikeluarkan dari perhitungan.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
Setelah semua kategori diatas sudah dinormalisasi barulah data dari laporan keuangan
bisa dipakai untuk proyeksi. Artikel ini akan dilanjutkan ke bagian kedua dimana akan
ditunjukkan contoh normalisasi untuk neraca dan laporan laba rugi.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 10
Daftar Bacaan :
Gabehart Valuation Services. Normalization Process Summary/Extended Analysis. 2003.
Halaman 1-16.
GBQ Consulting. Normalization Adjustments and Their Effec on Business Valuation. 2011.
Halaman 1-4.
National Association of Certified Valuators and Analysts (NACVA). Chapter Three: Generating
Economic/Normalized Financial Statements. 2012. Halaman 1-22.
www.futurumcorfinan.com
Page 11
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been
compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from
the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not
intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors
for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved