Penjenang Kesehatan E PKE 1

117
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA

description

menukar data dengan data informasi dengan informasi

Transcript of Penjenang Kesehatan E PKE 1

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIALDAN PERANAN WANITA

B A B XVIII

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIALDAN PERANAN WANITA

A. KESEHATAN

1. Pendahuluan

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara kebijaksanaan umum pembangunan kesehatan ditujukan untuk memperluas kesempatan bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Dalam rangka kebijaksanaan umum tersebut telah dirumuskan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pelayanan kesehatan di prioritas kan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bermukim baik di desa maupun di kota;

b. Pelayanan kesehatan ditekankan kepada usaha pencegahan dan pembinaan;

c. Cara pelayanan diutamakan kepada pengobatan jalan;

d. Sistem pelayanan kesehatan ditujukan untuk memberikan pe layanan kepada masyarakat secara merata- dengan meningkat kan peranan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pe ranan pengobatan tradisional yang telah terbukti efektif.

Pembangunan kesehatan adalah merupakan usaha yang menyeluruh dan terpadu untuk memanfaatkan sarana-sarana yang terbatas dan dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

a) Peningkatan Pelayanan Kesehatan, b) Pemberantasan Penyakit Menular, c) Perbaikan Gizi, d) Peningkatan Penyediaan Air Bersih, e) Penyehatan Lingkungan Pemukiman, f) Penyuluhan Kesehatan, g) Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya, h) Pendidikan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, i) Generasi Muda, j) Peranan Wanita, k) Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan, 1) Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah dan m) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan a. Pelayanan Kesehatan

Peningkatan pelayanan kesehatan terutama ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bermukim baik di desa maupun di kota. Pelaksanaannya diutamakan pada usaha pencegahan dan pembinaan, pelayanan orang sakit dengan obat jalan agar pelayanan kepada masyarakat dapat diberikan secara merata dengan peranan dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pengobatan traditional yang telah terbukti efektif.

Pelaksanaannya dilakukan oleh unit-unit pelayanan kesehatan yang diusahakan agar dapat bekerja secara serempak dan serasi. Unit-unit utama pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu sebagai unit penunjang, Puskesmas Keliling untuk masyarakat yang belum dapat dijangkau oleh Puskesmas, dan Rumah Sakit.

Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan agar dapat dirasakan lebih merata oleh masyarakat, maka jumlah Puskesmas maupun fungsinya terus ditingkatkan. Peningkatan fungsi diarahkan agar Puskesmas dapat melaksanakan dengan baik usaha-usaha kesehatan yang meliputi : pengobatan, kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular, hygiene sanitasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, perawatan kesehatan masyarakat, pencatatan dan laporan,

peningkatan gizi, kesehatan sekolah, kesehatan gigi, kesehatan jiwa dan laboratorium sederhana. Selain itu peranan dan partisipasi masyarakat ditingkatkan dalam bentuk pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).

Sehubungan dengan usaha peningkatan fungsi tersebut, maka terus dilaksanakan pemenuhan dan penataran tenaga-tenaga dokter agar mampu memimpin Puskesmas maupun tenaga paramedis seperti perawat, bidan, sanitarian dan lain-lain. Di samping itu disediakan faktor-faktor penting lainnya berupa sarana gedung, obat-obatan dan peralatan. Untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga dokter, dalam rangka Inpres Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan tahun 1979/80 telah disediakan dana untuk mengangkat/menempatkan 550 dokter dan 550 dokter lagi dalam tahun 1980/81. Dokter yang ditempatkan itu ditugaskan un

tuk memimpin Puskesmas yang baru dibangun, atau untuk menggantikan dokter yang habis masa dinasnya dan atau mengisi Puskesmas yang belum dipimpin oleh dokter.

Dengan penambahan dokter tersebut, maka jumlah Puskesmas yang dipimpin dokter dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam tahun 1974 dari 2.343 Puskesmas baru 796 buah di antaranya dipimpin dokter. Akhir Repelita II 3.897 buah dari 4.353 Puskesmas dan tahun 1980 meningkat lagi, yaitu 4.197 buah dari 4.753 Puskesmas telah dipimpin dokter.

Untuk mengisi kebutuhan tenaga paramedis di Puskesmas pada tahun 1980/81 diangkat/ditempatkan sejumlah 3.925 orang yang terdiri dari perawat, bidan, perawat gigi dan tenaga sanitasi.

Dalam usaha meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1979/80 telah dibangun 200 unit Puskesmas Baru dan pada tahun 1980/81 telah dibangun lagi 200 unit, setiap unit Puskesmas terdiri dari gedung Puskesmas lengkap dengan peralatan medis sederhana, alat non medis, obat-obatan, rumah dokter dan 2 buah rumah staf. Pembangunan Puskesmas tersebut diutamakan di kecamatan-kecamatan yang berpenduduk lebih dari 30.000 orang atau kecamatan yang Wilayahnya cukup luas, terpencil, daerah pemukiman baru atau daerah transmigrasi.

Untuk memperlengkapi Puskesmas dengan rumah dokter, baik yang sudah ada dokter, maupun yang akan ditempatkan dokter, maka dalam tahun 1980/81 telah dibangun lagi 250 buah rumah jabatan.

Agar jangkauan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dapat lebih luas dan merata, maka setiap Puskesmas akan ditunjang oleh dua sampai lima Puskesmas Pembantu. Selanjutnya Puskesmas Pembantu yang sudah ada dan belum memenuhi persyaratan akan ditingkatkan sarananya baik gedung maupun peralatan, di samping jumlahnya ditambah. Maka dalam tahun 1980/81 telah dibangun 1.000 buah Puskesmas Pembantu yang akan dilengkapi dengan seorang tenaga kesehatan atau lebih, peralatan medis sederhana dan peralatan non medis. Di samping itu untuk memperluas jangkauan pelayanan dalam kesehatan, khususnya bagi daerah-daerah yang luas dan terpencil, pada tahun 1979/80 dan tahun 1980/81 telah disediakan masing-masing 125 dan 250 buah Puskesmas keliling yang dapat berbentuk mobil maupun perahu

bermotor. Kegiatan pelaksanaan Inpres program bantuan sarana kesehatan, khususnya mengenai pelayanan kesehatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada Tabel XVIII-1.

Dengan demikian perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menunjukkan hal yang cukup menggembirakan. Apabila pada akhir Repelita I Puskesmas baru tercatat 2.343 buah, pada akhir Repelita II tahun 1978/79 berjumlah 4.353 buah dan pada akhir tahun kedua Repelita III tahun 1980/81 telah mencapai 4.753 buah. Hal ini berarti bahwa setiap Kecamatan telah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas.

Selanjutnya jumlah Puskesmas Pembantu dalam tahun 1979/80 hanya 7.342 buah telah bertambah menjadi 8.342 buah dalam tahun 1980/81 atau meningkat 13,6% jumlahnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebaliknya pembangunan Balai Pengobatan dan BKIA ditiadakannya karena telah diintegrasikan ke dalam Puskesmas Pembantu. Perkembangan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dapat dilihat pada Tabel XVIII-2.

Pada akhir tahun kedua Repelita III kunjungan pada Puskesmas menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan dengan rata-rata pengunjung Puskesmas per hari telah mencapai 57 orang lebih. Dalam rangka usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi dan anak dilakukan peningkatan jangkauan pelayanan/pemeriksaan ibu hamil, ibu nipas dan ibu yang sedang meneteki, di samping juga peningkatan pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih (baik bidan maupun dukun bayi). Apabila pada tahun 1979/80 jangkauan terhadap ibu-ibu hamil, bayi dan anak mencapai 30,6%, 36,3% dan 8,73% maka pada tahun 1980/81 masing-masing telah meningkat dengan 34,4%, 39,1% dan 10,1%.

Untuk meningkatkan ketrampilan para dukun bayi agar dapat menolong persalinan menurut persyaratan yang ditetapkan, telah dilakukan penataran dukun. Dalam tahun 1979/80 telah ditatar sejumlah 54.000 dukun bayi, dan dalam tahun 1980/81 jumlahnya telah meningkat menjadi 58.889 orang.

Perluasan pelayanan kesehatan anak sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) semakin ditingkatkan dengan sasaran angka kesakitan anak sekolah dapat dikurangi. Secara berkala tenaga Puskesmas mengadakan kunjungan dan pemeriksaan kese

TABEL XVIII -1PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAMBANTUAN SARANA KESEHATAN,1978/79 1980/81

Jenis ProgramSatuan1978/791979/801980/81

A.Pelayanan Kesehatan Masyarakat

1.Bantuan Obat-obatanrupiah per

penduduk70,o90,0160,0

2.Pembangunan Puskesmasunit300200200

3.Pembangunan Puskesmas

Pembantugedung7501.000

4.Pembangunan Rumah Dokterrumah338250250

5.Perbaikan Puskesmasgedung51)

6.Perbaikan Puskesmas

Pembantugedung208 2)

7.Pengadaan Puskesmas

B.Kelilingunit241125250

Sarana Penyediaan Air Bersih

1.Penampungan Mata Air

dengan Perpipaan (PP)buah150150150

2.Penampungan Air Hujan

(PAH)bak500500600

3.Perlindungan Mata Air

(PMA)buah200200200

4.Sumur Artetis (SA)sumur505050

5.Sumur Pompa Tangan

Dangkal (SPTDK)sumur25.00025.00026.000

6.Sumur Pompa Tangan

C.Dalam (SPTDL)sumur2.0002.0002.500

Sarana Kesehatan Perumahan

dan Lingkungan

Pembangunan Jamban Keluargabuah200.000150.000150.000

1) Akibat bencana alam

2) BP dan BKIA ditingkatkan untuk selanjutnya menjadi Puskesmas Pembantu.

TABEL XVIII 2

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU,PUSKESMAS KELILING, BALAI PENGOBATAN, DANBALAI KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK,

1978/79 1980/81 1)

Fasilitas Kesehatan1978/791979/801980/81

1.Puskesmas4.3534.5534.753

2.Puskesmas Pembantu7.342 2)8.342)

3.Puskesmas Keliling604729979

4. Balai Pengobatan (BP)4.180

5. Balai Kesejahteraan Ibu2.412

dan Anak (BKIA)

1) Keadaan pada akhir tahun fiskal

2) Termasuk BP dan BKIA yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Pembantu

hatan, imunisasi dan penyuluhan. Pada tahun 1979/80 telah dilakukan kegiatan UKS pada 68.948 SD Negeri dan Madrasah. Dan penataran sekitar 11.924 guru SD, selanjutnya dalam tahun 1980/81 kegiatan UKS mencakup pula tambahan 11.085 SD dan Madrasah, sehingga secara keseluruhan meliputi 80.035 buah SD, selain itu UKS juga dilaksanakan di SLTP dan SLTA masing-masing 1.725 dan 801 buah.

Kebijaksanaan pembangunan Rumah Sakit diarahkan untuk peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan kebijaksanaan tersebut dilaksanakan penambahan dan peningkatan mutu tenaga, pemantapan pengelolaan dan penggunaan tenaga, pemantapan sistem rujukan, peningkatan RS pendidikan, penyebaran dokter ahli, peningkatan jumlah dan penggunaan tempat tidur, peningkatan sarana penunjang seperti tersedianya obat-obatan, sarana peralatan medis dan non medis serta gedung.

Usaha tersebut meliputi pengembangan dan peningkatan RS Pendidikan dan atau RS Vertikal antara lain RSU dr. M. Jamil Padang, RSU Palembang, RSU Fatmawati, RSU Persahabatan,

GRAFIK XVIII 1

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, PUSKESMAS KELILING,

BALAI PENGOBATAN, DAN BALAI KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK,

1978/79 1980/81

925RSU dr. Cipto Mangunkusumo, RSU dr. Hasan Sadikin, RSU dr. Karyadi, dan RSU Denpasar. Kegiatan pengembangan antara lain meliputi peningkatan mutu tenaga, memperbesar penyediaan obat-obatan, penambahan dan perbaikan peralatan medis dan non medis, pembangunan penambahan sarana dan prasarana gedung, listrik, air bersih dan lain-lain. Selain itu sarana gedung poliklinik, laboratorium, ruang perawatan, ruang operasi, ruang darurat gawat dilengkapi dengan peralatannya juga terus ditingkatkan. Selanjutnya telah diselesaikan pembangunan RS dr. Sardjito agar dapat berfungsi sebagai RS Pendidikan dan RS yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Jawa Tengah bagian Selatan. Demikian pula RS dr. Soetomo Surabaya ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai RS Pendidikan dan RS Rujukan untuk Indonesia bagian Timur.

Sejalan dengan usaha-usaha tersebut di atas telah dilaksanakan pula peningkatan mutu tenaga serta peralatan bagi RS yang ditetapkan, sebagai pusat sub keahlian seperti RS dr. Cipto Mangunkusumo untuk sub keahlian penyakit kanker dan RS dr. Karyadi Semarang untuk sub keahlian penyakit jantung. Untuk dapat menampung perkembangan kemajuan teknologi telah dilaksanakan peningkatan ketrampilan bagi tenaga-tenaga dalam bidang-bidang medical record, radiologi emergency dan hospital manajemen.

Untuk peningkatan rumah sakit yang dilola Propinsi dilakukan melalui penambahan/penyediaan peralatan medis dan non medis, penambahan serta perbaikan sarana fisik, serta bantuan obatobatan Rp. 100,-/hari/tempat tidur. Jika pada rumah sakit terse-but ditempatkan dokter ahli, bantuan obat-obatan akan ditambah lagi dengan Rp. 50,0/hari/tempat tidur.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga dokter ahli, maka dalam tahun 19'79/80 telah disediakan dana untuk menempatkan 55 orang tenaga di 54 RS. Propinsi atau RS. Kabupaten/Kodya kelas.C atau di rumah-rumah sakit yang akan ditingkatkan dari kelas D ke C. Dokter-dokter ahli yang ditempatkan meliputi keahlian dalam bidang-bidang bedah, kandungan/kebidanan, kesehatan anak dan penyakit dalam. Selanjutnya disediakan dana lagi untuk menempatkan 52 dokter ahli di 49 rumah sakit dalam tahun 1980/81(Tabel XVIII-3). Begitu pula agar dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik, para dokter ahli yang diangkat/ditempatkan diperlengkapi dengan alat-alat kedokteran sesuai dengan keahliannya, dan disediakan gedung/sarana fisik, perumahan dan kendaraan.

TABEL XVIII3

HASIL USAHA PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATANMELALUI RUMAH SAKIT (RS).

1978/79 1980/81

Jenis UsahaSatuan1978/791979/801980/81

1. Pembangunan RSU 4)gedung13 1)13 2)

2. Pembangunan RSJ 5)gedung13 3)

3. Penempatan 4 dokter keah

lian pokok pada RSUorang625552

4. Rehabilitasi fisik, prasarana

dan peralatanrumah

sakit22224207

5. Bantuan kepada RS Swasta

(obat-obatan, peralatan, am-

bulans)rumah

sakit86

1) 10 RS dibangun Pemerintah Pusat,

3 RS dibangun Pemerintah Daerah

2) 12 RS dibangun Pemerintah Pusat (3 RS Pengganti).

1 RS dibangun Pemerintah Daerah

3) 1 RSJ pengganti

4) RSU = Rumah Sakit Umum

5) RSJ = Rumah Sakit Jiwa

Sejalan dengan itu sistem rujukan diteruskan dan ditingkatkan. Sistem rujukan tersebut berupa pengiriman/kunjungan dokter ahli ke rumah sakit yang belum mempunyai dokter ahli, pengiriman penderita dari puskesmas ke rumah sakit, dan pengiriman penderita dari rumah sakit ke rumah sakit yang lebih tinggi tingkatannya, kunjungan dokter dan para tenaga para medis rumah sakit

ke Puskesmas, dan dokter Puskesmas ke Puskesmas lain yang belum mempunyai dokter. Di samping itu penataran telah dilakukan bagi dokter dan tenaga paramedic dari RS Kabupaten/Kotamadya yang belum memiliki dokter ahli di rumah sakit yang telah memiliki dokter ahli.

Pembangunan RS Kabupaten yang sudah dimulai semenjak tahun pertama dan kedua Repelita III diteruskan dan dipercepat penyelesaiannya yang berlokasi di Meulaboh (Aceh), Muarabungo, Kualatungkal, Tanjungjabung, Sarolangun/Bangko (Jambi), Pangkal Pinang (Sumatera Selatan), Tanah Laut, Tapen, Barito Kuala (Kalimantan Selatan), Mamuju, Sinjai, Goa, dan Takalar (Sulawesi Selatan), Halmahera (Maluku), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Kupang, Sumba Timur, dan Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur). Di samping itu pembangunan RSU Dili, RSU Maliana dan RSU Baucau di Propinsi Timor Timur, diteruskan dan diselesaikan. Kecuali itu diteruskan dan diselesaikan pembangunan RSU Argamakmur (Bengkulu), RSU Polewali Mamasa (Sulawesi Selatan), RSU Arjawinangun (Jawa Barat) dan RSU Tamiang Layang (Kalimantan Tengah). Selain pembangunan baru, bagi RSU Kabupaten/Kotamadya yang telah ada dilakukan peningkatan fasilitasnya, berupa pembangunan serta perbaikan gedung-gedungnya khususnya gedung perawatan, poliklinik, laboratorium, roentgen, operasi dan lain-lain, serta penambahan daya listrik dan penyediaan air bersih. Guna memenuhi kebutuhan peralatan telah dilaksanakan pengadaan peralatan untuk 196 RSU Kabupaten/Kotamdya dan 17 RSU Pendidikan/RSU Propinsi. Selanjutnya guna memenuhi keperluan obat-obatan untuk RSU Kabupaten/Kotamadya dan Puskesmas, melalui Inpres bantuan sarana kesehatan telah disediakan bantuan obat-obatan sebesar Rp. 150,0/penduduk/dengan batas terendah Rp. 12,5 juta untuk setiap Kabupaten/Kotamadya.

Adapun peningkatan fasilitas bagi RS khusus telah dilaksanakan pula, antara lain RS Orthopedi dan Protese Solo, dengan pembangunan fasilitas perawatan dan bengkel Protese di Pabelan Solo. Di samping peningkatan perawatan, pengembangan dititik beratkan pada peningkatan produksi Protese agar dapat melayani masyarakat yang lebih luas dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat pemakai, khususnya yang berpenghasilan rendah. Peningkatan tersebut juga dimaksudkan agar fungsinya sebagai

Rumah Sakit Rujukan Puncak untuk rehabilitasi bagi penderita cacat dapat berjalan dengan baik. RS Kusta Sitanala Tangerang, RS Kusta Sungai Kundur dan RS Kusta lainnya, juga mendapatkan perhatian demi peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita kusta. Di samping itu RS Mata Cicendo ditingkatkan baik peralatan maupun gedungnya untuk dapat berfungsi sebagai RS pendidikan dokter ahli mata serta sebagai RS rujukan penyakit mata.

Untuk merangsang dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi RS Swasta telah diberikan bantuan berbentuk obat-obatan sebesar Rp. 100/tt/hari serta peralatan medis sesuai dengan kebutuhan dan urgensinya masing-masing kepada 86 RS Swasta. Dengan diberikannya bantuan tersebut RS Swasta yang bersangkutan diharuskan menyediakan lebih dari 25% tempat tidur untuk golongan masyarakat yang kurang mampu. Pembinaan dan bimbingan, baik mengenai manajemen maupun ketrampilan ketenagaan juga harus dilaksanakan sehingga memungkinkan RS Swasta mampu memberikan pelayanan kesehatan setinggi-tingginya. Di samping itu kepada Palang Merah Indonesia (PMI) diberikan bantuan pula untuk dapat meningkatkan pelayanannya. Bantuan tersebut berupa ambulance, peralatan transfusi darah, bahan laboratorium pemeriksaan darah dan lain-lain. Pembukaan cabang-cabang PMI di daerah Tingkat II yang belum memiliki nya, mendapatkan perhatian, sehingga apabila diperlukan dapat segera memberikan pertolongan dengan cepat.

Penyempurnaan organisasi manajemen rumah sakit, pengembangan sistem rujukan pengumpulan data untuk perbaikan laporan dan pencatatan, usaha standardisasi baik gedung, obatobatan, peralatan medis dan non medis dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga pelayanan melalui rumah sakit bertambah baik.

Pemerataan dan Peningkatan kesehatan gigi dilaksanakan melalui usaha pencegahan dan penyembuhan, dan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan gigi kepada rakyat.

Pada tahun 1980/81di dilakukan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, RS kelas D dan RS kelas C. Begitu pula dilakukan pelayanan kesehatan gigi bagi 15.000 murid Sekolah Dasar pada tahun 1979/80 dan sekitar 26.250 murid SD pada tahun 1980/81 yang meliputi usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) integrasi di 21 Propinsi, sekolah selektip di 5 Propinsi. Sementara itu dalam rangka

Program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan tahun 1980/81 untuk keperluan bimbingan dan pengawasan pelayanan/perawatan kesehatan gigi di Puskesmas-puskesmas, telah ditempatkan 60 dokter gigi dengan diperlengkapi peralatan sederhana (dental equipment). Usaha penempatan ini akan terus ditingkatkan untuk waktu-waktu mendatang. Pemenuhan kebutuhan tenaga perawat gigi beserta penyediaan alat kesehatan gigi sederhana pada Puskesmas dari tahun ke tahun mendapatkan perhatian yang seksama demi peningkatan pelayanan kesehatan gigi.

Pembinaan kesehatan jiwa diarahkan kepada usaha pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi bagi penderita. Kegiatan itu meliputi usaha pelayanan melalui RS Jiwa yang telah ada, pelayanan dengan integrasi melalui Puskesmas dan RS Umum, serta penyuluhan.

Pada tahun 1980/81 dilakukan pengintegrasian pembinaan kesehatan jiwa dengan 5.250 kunjungan dokter ahli jiwa (dalam bentuk team) untuk memberikan pelayanan, penyuluhan dan konsultasi di 161 Puskesmas, dan telah mulai dilaksanakan pula pelayanan kesehatan jiwa di 47 RS Umum. Dalam rangka rehabilitasi penderita dilakukan 2.184 kunjungan team dokter jiwa/psikolog kerumah-rumah untuk memberikan pengobatan dan konsultasi lebih lanjut untuk melayani 3.040 orang yang memerlukan konsultasi.

Selain melalui pelayanan integrasi, fasilitas pelayanan pada RS Jiwa yang ada juga ditingkatkan, dengan penambahan tempat perawatan khususnya gedung perawatan poliklinik, laboratorium, daya listrik, air bersih, peralatan medis khusus kesehatan jiwa. Sedangkan untuk rehabilitasi mental disediakan industri/bengkel ketrampilan industri, pertanian, tanah pertanian dan lain sebagainya. Peningkatan mutu petugas dengan penataran serta seminar/lokakarya juga dilaksanakan dalam tahun 1980/81. Pembangunan/penyelesaian RS Jiwa Palu (Sulawesi Tengah), Kendari (Sulawesi Tenggara) dan RS Jiwa Pakan Baru (Riau) diteruskan, dan pemindahan lokasi RS Jiwa yang sudah tidak memenuhi persyaratan, seperti RS Jiwa Mentok ke Sungai Liat, RS Banda Aceh, RS Jiwa Surabaya, RS Jiwa Medan, RS Jiwa Semarang telah mulai dilaksanakan dan sedang dalam tahap mendekati penyelesaian. Sampai tahun 1980/81 jumlah Rumah Sakit Umum (RSU) dan Ru

mah Sakit Khusus (RSK) serta daya tampungnya yang nampak dari jumlah tempat tidur, terus meningkat dari tahun ketahun. Secara keseluruhan dalam tahun 1979/80 jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur tercatat masing-masing 1.190 dan 96.739 buah dan pada tahun 1980/81 telah meningkat masing-masing menjadi 1.208 dan 98.543 buah. Dengan demikian jumlah rumah sakit dan tempat tidur masing-masing bertambah 18 buah dan 1.804 buah selama tahun 1980/81. Perkembangan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur dapat dilihat pada Tabel XVIII-4.

Guna menunjang peningkatan pelayanan kesehatan dilakukan peningkatan fasilitas laboratorium kesehatan melalui penambahan sarana, pemantapan rujukan specimen; peningkatan kemampuan pemeriksaan serta peningkatan kemampuan tenaga. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan perbaikan, penambahan laboratorium dan peralatan laboratorium, baik laboratorium Pusat, tingkat propinsi dan kabupaten/kotamadya serta penataran tenaga laboratorium. Khusus di daerah-daerah terpencil diutamakan peningkatan laboratorium mengingat fungsi penunjangnya yang mutlak dalam rangka pengobatan penderita.

Peranan dan partisipasi masyarakat dalam usaha memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sangat menentukan dan disalurkan antara lain melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dengan kegiatan-kegiatan promotor kesehatan desa yang sebagai sukarelawan atau tenaga sejenis, dana sehat, dan lain-lain. Kegiatan masyarakat dibimbing dan diawasi oleh tenaga perawat kesehatan yang berkedudukan di Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, staf tingkat kecamatan, dan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Seorang perawat kesehatan dari Puskesmas diharapkan dapat membimbing 20 - 60 prokesa/promotor

kesehatan desa. Pengembangan PKMD dari tahun ke tahun terus meningkat, dan pada tahun 1980/81 PKMD telah mencapai 12 Propinsi dengan 21 Kabupaten terdiri dari 154 Kecamatan dan 500 Desa serta sekitar 750 prokesa yang telah ditatar. Di samping itu juga terdapat kegiatan PKMD yang timbul secara spontan dari masyarakat, sehingga kegiatan PKMD diharapkan akan meluas dan lebih merata.

b. Pemberantasan Penyakit Menular

Pemberantasan penyakit menular diarahkan pada perbaikan kesehatan masyarakat termasuk lingkungan hidup dalam rangka

TABEL XVIII - 4

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),

1978/79 1980/81 )

menunjang pembangunan. Sasaran yang ingin dicapai pemberantasan penyakit menular adalah menurunkan serta mengurangi angka kesakitan, angka kematian dan jumlah penderita yang mengalami cacat tubuh akibat dari penyakit menular. Dalam menentukan prioritas pemberantasan dipergunakan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

GRAFIK XVIII 2

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),

1978/79 1980/81

933

1. Angka kesakitan dan atau angka kematian yang tinggi;

2. Menyerang golongan anak-anak dan tenaga kerja usia produktif;

3. Menyerang penduduk daerah pedesaan atau penduduk yang berpenghasilan rendah di daerah perkotaan;

4. Menyerang daerah-daerah pembangunan ekonomi;

5. Adanya metodologi yang berdayaguna dan berhasilguna untuk pemberantasan nya;

6.Adanya ikatan perjanjian dengan luar negeri, International Health Regulation (IHR) atau termasuk dalam ruang lingkup UU Wabah dan Karantina.

Pemberantasan penyakit menular pada tahun 1980/81 merupakan kelanjutan dari tahun yang lalu. Sasaran pemberantasan di kelompok kan dalam dua kategori sebagai berikut : Penyakit-penyakit yang termasuk dalam prioritas I adalah : malaria, kolera/gastroenteritis, TBC paru, immunisasi, penanggulangan wabah dan penyediaan air bersih, dan yang termasuk prioritas II adalah : demam berdarah, filariasis schistosomiasis, patek dan kelamin, pengamatan penyakit menular, serangga penyakit, kusta, usaha kesehatan haji dan karantina dan penyehatan lingkungan pemukiman. Upaya pemberantasan penyakit menular sejak Repelita I telah diintegrasikan dalam kegiatan Puskesmas, kecuali beberapa kegiatan yang masih memerlukan penanganan secara khusus sehingga perlu dilaksanakan oleh tingkatan yang lebih tinggi, seperti Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat. Pemberantasan penyakit malaria dititik beratkan kepada usaha menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi di Jawa Bali, melindungi penduduk yang telah kebal dan yang berpindah tempat tinggal dari Jawa Bali, menurunkan jumlah penderita di Daerah yang keadaan sosial ekonominya relatif rendah, Daerah transmigrasi serta Daerah pemukiman baru. Kegiatan pemberantasan serta pencegahan meliputi penyemprotan rumah, pengumpulan sediaan darah dan pengobatan penderita di daerah endemis. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pengumpulan dan pemeriksaan terhadap sekitar 9,0 juta sediaan darah dan pemberian obat kepada sekitar 9,0 juta penderita tersangka penderita malaria dan penyemprotan terhadap sekitar 3,7 juta buah rumah. Jumlah penderita malaria di Jawa Bali adalah sekitar 174.200 orang dan di luar Jawa Bali sekitar 57.000 orang. Apabila dibandingkan dengan tahun 1979/80

terdapat kenaikan jumlah penderita karena adanya peningkatan intensitas pengamatan, dan bertambahnya luas daerah yang diamati, namun angka kematian dapat dipertahankan persentase- nya, yaitu 0,14%.

Pada tahun 1980/81 usaha pemberantasan penyakit demam berdarah (arbovirosis), telah dilakukan dengan membersihkan sarang nyamuk di 140.096 rumah. Pemberantasan jentik nyamuk juga telah dilaksanakan di 416.629 rumah dengan menggunakan racun serangga abate (aplikasi abate) dan penyemprotan 318.554 buah rumah di daerah wabah. Jumlah penderita yang ditemukan sebanyak 4.725 orang dan yang meninggal 178 orang, yang berarti angka kematian sebesar 3,76%. Dengan demikian terdapat angka kematian yang relatif menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 145 orang meninggal dari 3.307 penderita atau 4,38%, hal ini karena intensipnya usaha pemberantasan.

Dalam rangka pemberantasan rabies dan pes, pada tahun 1980/81 telah dikumpulkan dan diperiksa 1.605 sediaan tersangka rabies dan telah diobati 12.948 orang yang digigit oleh hewan tersangka rabies. Di bidang pemberantasan penyakit pes telah diobati 248 orang tersangka pes dan dikumpulkan 3.902 sediaan untuk konfirmasi laboratorium. Penderita pes terakhir ditemukan pada tahun 1970. Setelah itu sampai sekarang belum pernah ditemukan penderita pes lagi. Meskipun demikian upaya pengamatan (survei l-lance) tetap dilaksanakan karena diperkirakan masih ada kuman penyebab penyakit pada hewan (tikus).

Dalam rangka pemberantasan penyakit kaki gajah (filariasis), pada tahun 1980/81 telah diperiksa 98.349 sediaan darah malam (diperiksa waktu malam) dan telah diobati 153.591 orang penderita. Dalam usaha pemberantasan penyakit demam keong (schistosomiasis), pada tahun 1980/81 telah diadakan survai serta penanggulangan di 13 daerah focus danau Lindu, propinsi Sulawesi Tengah dan pengobatan selektif terhadap 218 orang penderita. Kegiatan pemberantasan dititik beratkan pada pencegahan penyebaran ke tempat-tempat lain di luar Sulawesi Tengah.

Dalam usaha pemberantasan penyakit TBC paru, pada tahun 1980/81 telah diperiksa dahak dari 202.957 orang penduduk dan diobati 25.129 orang penderita. Jumlah penderita yang diobati tersebut belum termasuk penderita yang diobati di BP4 (Balai Peng

obatan Penyakit Paru-paru) dan di rumah sakit. Sejalan dengan itu maka telah dilakukan peningkatan BP4 dengan penambahan peralatan roentgen dan gedungnya.

Usaha pemberantasan penyakit kolera/muntah berak (gastroenteritis) dalam jangka pendek masih tetap ditujukan untuk mencegah sejauh mungkin kematian penderita kolera/muntah berak. Untuk itu telah ditingkatkan penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin melalui peningkatan kewaspadaan akan timbulnya wabah (surveillance) dan penanggulangan wabah. Agar Puskesmas yang merupakan unit terdepan dapat berfungsi sebagai pusat rehidrasi dalam usaha pelayanan kesehatan, maka Puskesmas dilengkapi dengan alat-alat. Dalam tahun 1979/80 hanya 160 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan alat-alat untuk memberikan pengobatan kepada penderita dengan cairan infus atau garam diare, dan dalam tahun 1980/81 ditambah dengan 169 Puskesmas lagi, secara keseluruhan telah ada 1.724 Puskesmas yang telah dilengkapi dengan alatalat untuk menjadi pusat rehidrasi. Dalam tahun 1979/80 dan 1980/81 telah diobati masing-masing sekitar 30.150 orang dan 61.768 orang penderita tersangka karena/muntah berak dan sejalan dengan kegiatan tersebut dalam tahun 1980/81 telah dikembangkan 169 Puskesmas menjadi RHC. Angka kematian penderita kolera menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Apabila pada tahun 1969 angka kematian tersebut tercatat 35,8%, telah turun pada tahun 1977, dan 1980, masing-masing menjadi 6,6% dan 3,2%. Angka penurunan tersebut disebabkan karena berbagai hal, antara lain adanya peningkatan sarana pencegahan dan pemberantasan, peningkatan penyuluhan dan yang tidak kalah pentingnya pula adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk segera melapor apabila terjadi wabah serta cepatnya meminta pengobatan bagi penderita. Di samping itu jumlah penduduk yang dapat menggunakan air bersih makin meningkat.

Dalam usaha pemberantasan penyakit frambusia pada tahun 1980/81 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 8,7 juta orang, dan ditemukan penderita sekitar 6.500 orang, baik yang bersifat menular maupun yang tidak menular. Usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit kelamin terutama diprioritaskan di kota-kota besar dan pelabuhan. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 179.000 sediaan darah dan 40.692 orang penderita penyakit kelamin telah mendapat pengobatan.

Pemberantasan penyakit kusta diarahkan ke daerah yang angka kesakitannya tinggi, misalnya di Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya. Dalam hubungan ini pada tahun 1980/81 telah diperiksa sekitar 401.629 orang kontak (orang yang mempunyai hubungan dengan penderita kusta), 4,6 juta anak sekolah dan dari hasil pemeriksaan ditemukan 7.425 orang penderita. Dari jumlah yang diperiksa tersebut telah diobati sebanyak 84.689 orang penderita. Di samping pengobatan jalan, bagi penderita yang memerlukan perawatan pada RSK diberikan perhatian khusus, yaitu kecuali perawatan kesehatan juga dipersiapkan untuk direhabilitasi sehingga yang bersangkutan dapat mencari nafkah hidup sendiri. Pengobatan penderita memakan waktu yang lama, kurang lebih 1,5 tahun. Oleh karena itu penemuan penderita baru merupakan hal yang paling penting di samping pengobatan secara teratur bagi penderita yang telah ditemukan.

Dalam usaha pemberantasan penyakit cacing dan penyakit perut lainnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap 17.366 sediaan darah untuk menentukan kadar hemoglobin, dan pemeriksaan tinja 17,366 sediaan untuk penentuan jenis parasit, serta pengobatan terhadap 103.000 penduduk. Prioritas sasaran pemberantasan meliputi 13 propinsi yang merupakan daerah yang tinggi angka kesakitannya, khususnya daerah-daerah pertambangan.

Dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit menular sedini mungkin dengan tindakan yang cepat dan tepat, telah dilaksanakan pengamatan melalui survai pola penyakit di lapangan dan di rumah-rumah sakit. Untuk itu dalam tahun 1980/81 telah dilaksanakan survai epidemiologi di 5.936 lapangan/lokasi kejadian luar biasa (KLB) dan survai khusus di 327 rumah sakit.

Sejak Januari 1972 di Indonesia tidak diketemukan penderita penyakit cacar lagi. Setelah WHO mengadakan penelitian selama 2 tahun, pada tahun 1974 Indonesia telah dinyatakan bebas dari ca-car. Untuk mempertahankan bebas cacar tersebut pada tahun 1980/81 telah dilakukan vaksinasi cacar pada 7.778.790 anak dibawah umur 14 tahun, vaksinasi pertama BCG pada 2.995.863 anak, Revaksinasi BCG pada sejumlah 1,2 juta anak. Di samping itu telah pula dilakukan vaksinasi TFT pada 827.077 ibu hamil untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru dilahirkan serta vaksinasi DPT

937

pada 646.114 anak. Perkembangan beberapa usaha pemberantasan dan pencegahan penyakit menular dapat dilihat pada Tabel XVIII-5.

Dalam usaha mencegah keluar masuknya penyakit dari dan ke dalam wilayah Republik Indonesia, pada tahun 1980/81 telah ditingkatkan fasilitas kerja kantor kesehatan pelabuhan. Terhadap para jemaah haji senantiasa diadakan pengamatan dan bila dipandang perlu dikarantinakan. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pengamatan/karantina terhadap 80.000 haji. Bagi calon transmigran diberikan pemeriksaan dan pengobatan sebelum diberangkatkan ke daerah baru. Di samping pengobatan penyakit lain, pemeriksaan/pengobatan tersebut diarahkan untuk pengobatan penyakit malaria agar para transmigran memperoleh kekebalan. Di samping itu bagi daerah-daerah yang akan ditempati oleh para transmigran telah diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengamankan para transmigran. Untuk itu pada tahun 1980/81 di 149 lokasi baru transmigrasi telah diadakan persiapan pengamanan terhadap terjangkitnya penyakit menular, khususnya penyakit malaria.

c. Perbaikan Gizi

Usaha perbaikan gizi diarahkan untuk melanjutkan dan memperbaiki usaha peningkatan status gizi masyarakat dan usaha pencegahan serta penanggulangan masalah gizi, khususnya kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi besi dan gondok endemik dengan peran-serta aktif masyarakat.

Sasaran utama kegiatan adalah untuk memulihkan anak yang menderita gizi buruk dari kematian atau cacat, dan menyelamatkan anak-anak yang menderita KKP tingkat ringan dan sedang, dengan sasaran kelompok penduduk berpenghasilan rendah serta penduduk di daerah rawan pangan.

Dalam usaha menurunkan jumlah penderita KKP melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang memerlukan kerja sama berbagai instansi dan dengan peran serta masyarakat, pada tahun 1980/81 telah dilakukan kegiatan yang mencakup 26 Propinsi, dan meliputi 9.917 desa. Sekitar 2.000.000 anak balita yang tercakup dalam program UPGK Terpadu dan UPGK Intensif, dan 70.165 di antaranya mendapat makanan tambahan. Ibu hamil dan ibu menyusui yang mendapat makanan tambahan masing-masing ber-

TABEL XVIII 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR,

1978/79 - 1980/81

Jenis UsahaSatuan1978/791979/801980/81

1.Pemberantasan Penyakit Malaria

- Pengumpulan dan pemeriksaan

Sediaan Darahsediaan8.595.0008.407.5008.978.416

- Pengobatan Penderitaorang8.948.3509.517.5009.031.482

- Penyemprotan rumahrumah5.589.7737.468.8303.734.764

2.Pemberantasan Arbovirosis

- Pembersihan sarang Nyamukrumah124.000204.000140.096

- Aplikasi Abaterumah189.000279.000416.629

- Penyemprotan Rumahrumah188.000283.000318.554

3.Pemberantasan Filariasis

- Survai Darahsediaan69.00057.00098.349

- Pengobatan massalorang22.000234.500153.591

4.Pemberantasan Penyakit TBC Parts

- Pemeriksaan Bacteriologiorang272.200273.800202.957

- Pengobatanorang28.82022.36225.129

6.Pemberantasan Penyakit Kolera/

Gastro Enteritis Acute

- Mencari danMengobatiPenderitaorang30.00030.15061.768

- Pengembangan Puskesmas menjadi RHCpuskesmas319178169

6.Pemberantasan Penyakit Kusta

- Pemeriksaan Kontakorang397.610418.500401.629

- Pemeriksaan anak sekolahorang5.135.7004.291.0004.619.934

- Penemuan Penderitaorang13.49010.3307.425

- Pengobatan teraturorang77.25094.03284.689

7.Pengamatan Penyakit Menular

- Survai EpidemiologiKLB1.8261.9975.936

- Survai Khususrumah sakit363358327

6Imunisasi

- Vaksinasi Cacaranak2.166.0452.350.6757.778.790

- Vaksinasi BCGanak2.652.7822.441.7402.995.863

- Vaksinasi TFTIbu hamil577.947899.860827.077

- Vaksinasi DPTanak545.472785.445646.114

- BCG Revaksinasianak446.677961.4071.209.122

- Revaksinasi Polioanak71.276

jumlah 3.580 dan 3.566 orang. UPGK terpadu dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan Departemen Agama serta swadaya masyarakat. UPGK Intensif sebagai proyek percobaan di daerah perintisan (pilot proyek) dalam rangka menyempurnakan UPGK yang pada tahun 1979/80 dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur dan Kabupaten Lombok Nusa Tenggara Barat, pada tahun 1980/81 diperluas ke Kabupaten Gianyar Bali, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.

Dalam usaha pencegahan kebutaan sebagai akibat kekurangan vitamin A, pada tahun 1980/81 telah didistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IX) melalui UPGK kepada 1.006.000 anak 1 - 4 tahun. Distribusi vitamin A dosis tinggi secara khusus di daerah rawan vitamin A, pada tahun 1980/81 berjumlah 559.500 anak 1 4 tahun berturut-turut dilaksanakan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh kepada 70.000 anak, di Propinsi Nusa Tenggara Barat kepada 135.000 anak, di Propinsi Sumatra Utara kepada 116.500 anak, di Propinsi Sumatra Selatan kepada 114.000 anak di Propinsi Sulawesi Selatan kepada 124.000 anak.

Usaha pencegahan dan penanggulangan gondok endemik pada tahun 1984/81 telah dilaksanakan di 21 propinsi dengan sasaran 1.900.000 penduduk dan jumlah yang mendapatkan penyuntikan lipiodol mencapai sekitar 1.620.000 penduduk. Lanjutan pemeriksaan kadar yodium dalam urine penduduk dilakukan di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat, di Sumatera Utara, di Jawa Tengah dan di Sulawesi Tengah. Pemetaan daerah gondok telah dilaksanakan di 11 propinsi.

Usaha pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi pada tahun 1980/81 telah dilakukan terhadap sekitar 450.000 ibu hamil dari target sebesar 900.000 ibu hamil - lewat kegiatan UPGK yang diintegrasikan dalam paket pertolongan gizi.

d. Peningkatan Penyediaan Air Bersih

Peningkatan penyediaan air bersih diprioritaskan pada daerah pedesaan yang sulit memperoleh air bersih, serta tempattempat di mana angka kesakitan penyakit wabah kolera dan penya

kit perut lainnya tinggi. Di samping tersedianya air yang cukup, pengawasan mutu air serta usaha melindungi masyarakat dari penggunaan air yang tidak memenuhi syarat terus ditingkatkan. Di samping penambahan jumlah sarana air minum yang tersebar di seluruh daerah, juga dilakukan penyuluhan akan arti hidup sehat dengan melalui pengadaan air bersih.

Pada tahun 1980/81 melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan disediakan dana untuk membangun sarana penyediaan air bersih yang terdiri dari 150 penampungan mata air dengan perpipaan (PP), 500 penampungan air hujan (PAH), 200 perlindungan mata air (PMA), 50 sumur artetis (SA), 25.000 sumur pompa tangan dangkal (SPTDK), dan 2.500 sumur pompa tangan dalam (SPTDL) (Tabel XVIII - 1). Di samping itu kepada 10 daerah pengembangan yaitu Madura, Indramayu, Gunung Kidul, Lombok, Taburana, Takalar, Goa, Pasaman, Way Abung dan Grobokan dilakukan penanganan penyediaan air secara terpadu. Agar pembangunan sarana air bersih tersebut mencapai daya guna yang setinggi-tingginya, khususnya untuk pembangunan PP, SA dan PAH telah diadakan penilaian/survai secara seksama sebelum dimulai pembangunannya.

Agar pembangunan tersebut dapat berjalan lancar, maka disediakan pula dana untuk pengadaan peralatan yang diperlukan misalnya alat pengebor (hydradril), alat survai disain perpipaan dan lain-lain. Partisipasi dari masyarakat pemakai adalah sangat menentukan, oleh karena itu sarana yang telah selesai dibangun menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat. Pembinaan organisasi masyarakat serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk mengelola sarana penyediaan air bersih yang telah dibangun terus ditingkatkan. Di samping itu untuk keperluan pemeliharaan agar sarana yang dibangun tetap baik dan berfungsi, petugas sanitasi di Puskesmas dilengkapi dengan alat perbaikan sederhana untuk mengadakan perbaikan bila terjadi kerusakan kecil.

e. Penyehatan lingkungan pemukiman

Penyehatan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat melalui peningkatan sarana kesehatan lingkungan yang kemudian digunakan, dipelihara dan dikembang

kan oleh masyarakat. Di samping itu peningkatan pengawasan mutu lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan manusia mendapatkan perhatian pula.

Kegiatan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama dilakukan dengan peningkatan sarana air bersih, peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan, peningkatan pengawasan pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan, serta peningkatan sanitasi lingkungan lainnya. Peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan dengan cara mendorong masyarakat, khususnya masyarakat desa dan kota yang berpenghasilan rendah untuk mewujudkan pengadaan dan cara pembuangan bahan buangan rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan. Langkah-langkah penanggulangan pencemaran lingkungan yang ada hubungannya dengan kesehatan yang timbul sebagai pemindahan penduduk, urbanisasi serta pengembangan industri mendapatkan perhatian secara seksama.

Untuk peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan telah dilakukan penyuluhan mengenai arti dan pentingnya jamban pembuangan kotoran bagi suatu keluarga. Melalui Inpres Program Bantuan Sarana Kesehatan pada tahun 1980/81 telah disediakan biaya untuk membangun 150.000 jamban keluarga (Tabel XVIII - 1). Dengan tersedianya biaya tersebut diharapkan masyarakat akan lebih banyak lagi membangun dart menggunakan jamban sebagai tempat pembuangan kotoran.

Dalam usaha meningkatkan lingkungan hidup sehat bebas dari bahaya pencemaran lingkungan dan penggunaan air bersih, dalam tahun 1980/81 telah dilakukan usaha pengawasan kwalitas air pada instalasi air bersih dengan pengambilan berkala contoh air minum dari 21 Propinsi, pemeriksaan specimen kesehatan lingkungan di wilayah DKI Jakarta dan Surabaya serta beberapa kota pusat pengembangan lainnya. Di samping itu telah dilakukan pemeriksaan pengawasan pada tempat pembuatan dan penjualan makanan (TP2M) tempat-tempat umum (TTU) misalnya kolam renang, tempat pembuatan, penyimpanan, penggunaan pestisida (TP2) sebanyak 30.720 tempat/pemeriksaan.

f. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk menjadikan cara hidup sehat sebagai kebiasaan hidup masyarakat sehari

hari, menggerakkan individu dan kelompok dalam masyarakat agar memanfaatkan fasilitas serta pelayanan kesehatan yang telah tersedia dan mengembangkan nya serta berperan serta dalam usahausaha kesehatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan edukatif, pembinaan metode, teknik dan sarana yang diterapkan oleh semua petugas kesehatan dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui Puskesmas, rumah sakit, media massa baik yang modern maupun yang tradisional dan alat/lembaga komunikasi lainnya.

Pada tahun 1980/81 telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan melalui 819 Puskesmas di sekitar 2.000 desa, melalui media massa TV, radio, pers yang meliputi sekitar 2.223 kegiatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pula melalui 17 rumah sakit. Di samping itu penyuluhan kesehatan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah umum dan sekolah (pendidikan) kesehatan.

Prasarana penyuluhan berupa selebaran, buku pegangan tenaga penyuluh, alat bantu atau alat peraga dan lain-lain ditingkatkan pula agar pelaksanaan penyuluhan kesehatan dapat berjalan dengan lancar.

g. Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Kebijaksanaan yang ditempuh adalah melanjutkan, meningkatkan dan memantapkan usaha-usaha pengawasan produksi, peredaran dan penggunaan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan serta pengawasan terhadap penyalahgunaan narkotika dan bahan obat berbahaya lainnya.

Dalam hubungan ini langkah dan sasaran yang ingin dicapai adalah :

a) Mengusahakan tersedianya obat-obatan yang cukup aman, efektif dan penyebarannya makin merata serta dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat banyak.

b) Meningkatkan usaha-usaha di bidang prasarana dan sarana pengawasan yang berupa peraturan perundang-undangan maupun pedoman pelaksanaan yang meliputi persyaratanpersyaratan badan produksi dan badan distribusi.

c) Meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pembinaan terhadap badan produksi dan badan distribusi.

d) Meningkatkan kegiatan pendaftaran obat, makanan dan sebagainya untuk mendapatkan kepastian mengenai keamanan, khasiat, nilai gizi atau kegunaan, serta standar mutu.

e) Meningkatkan usaha pencegahan penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika, obat berbahaya lainnya dari minuman keras.f) Pengembangan sistem pengendalian tentang akibat sampingan, keracunan dan hal-hal lain yang disebabkan oleh obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan alat-alat kesehatan serta narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

g) Meningkatkan jenis dan mutu tenaga, peningkatan laboratorium pemeriksaan serta sarana-sarana penunjang lainnya.

Di dalam melakukan pengawasan terhadap obat-obatan, makanan, kosmetika, alat kesehatan yang beredar agar tidak membahayakan bagi pemakainya, maka ditetapkan kebijaksanaan wajib daftar bagi obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan sebelum beredar serta diadakan pengambilan contoh obat-obatan, makanan, kosmetika dan alat kesehatan yang beredar untuk dilakukan pemeriksaan mutu dan khasiatnya.

Pada tahun 1980/81 telah dilakukan pendaftaran obat-jadi produksi dalam negeri sebanyak 7.518 produk/macam dan 80 produk/macam produksi impor, 10.688 makanan buatan dalam negeri dan 2.823 makanan buatan luar negeri, kosmetika 1.603 macam buatan dalam negeri dan 1.023 macam buatan luar negeri, obat tradisional dari 124 perusahaan. Di samping itu telah pula ditingkatkan pengambilan contoh dan pemeriksaan obat yang beredar sebanyak 7.210 sample, serta makanan 4.490 sample, kosmetika 2.225 sample, obat tradisional 1.465 sample dan narkotika 1.125 sample. Terhadap contoh tersebut dilakukan pemeriksaan dan analisa, dan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, telah diambil langkah-langkah pengamanan untuk melindungi si pemakai antara lain apabila hasil pemeriksaan sample menunjukkan basil di bawah standar yang telah ditetapkan dapat diambil langkah-langkah dengan memberikan peringatan, atau dapat ditarik dari peredaran/pencabutan izin produksi. Jika terdapat unsur kesengajaan dapat diajukan ke depan pengadilan.

Dalam usaha peningkatan penertiban dan pengawasan telah dikeluarkan beberapa peraturan, antara lain pengaturan dan pedoman persyaratan badan produksi dan distribusi obat, makanan dan sebagainya, pembakuan mutu, ketentuan pendirian apotik umum termasuk tata cara pengajuan izinnya, bahan tambahan makanan yang diizinkan, cara produksi ikan kaleng, daging yang baik dan cara produksi usaha catering dan lain-lain.

Untuk melindungi masyarakat terhadap penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya dilakukan usaha pengaturan penyimpanan, penunjukan laboratorium pemeriksaan, penggunaan dalam pengobatan, dan pengujian obat berbahaya/narkotika. Untuk itu telah dilakukan pengambilan contoh narkotika dan psikotropika sebanyak 61 unsur, dan evaluasi basil pemeriksaan laboratorium sebanyak 554 sample. Di samping itu telah dilakukan pemberian sertifikat obat narkotika dan psikotropika secara teliti dan terbatas.

Pembinaan bimbingan dan pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi mendapatkan perhatian. Jumlah 269 buah industri farmasi sampai dengan pada tahun 1980 dianggap sudah cukup. Perkembangan sarana distribusi sampai dengan pada tahun 1980 sudah dianggap cukup dengan jumlah 880 buah Pedagang Besar Farmasi (PBF), sedangkan jumlah apotik terus meningkat. Pada tahun 1978/79 tercatat 1.413 apotik dan pada tahun 1979/80 menjadi 1.532 apotik. Pada tahun 1980181 telah bertambah lagi menjadi 1.662 apotik. Perkembangan industri farmasi dan sarana distribusi obat-obatan dapat dilihat pada Tabel XVIII6.

TABEL XVIII 6PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSIOBAT-OBATAN,

1978/79 1980/81 *)

Unit kegiatanSatuan1978/791979/801980/81

1.Industri Farmasipabrik267269269

2. Pedagang Besar

Farmasipabrik880880880

3.Apotikapotik1.4131.5321.662

*) Keadaan pada akhir tahun fiskal

h. Pendidikan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Tujuan pokok pengembangan dan pembinaan tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan penyediaan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang dapat melakukan fungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dan meningkatkan pengembangan serta pelaksanaan proses pendidikan dan latihan yang sesuai dengan keperluan. Dalam usaha memenuhi kebutuhan terse-but komponen yang sangat penting meliputi kegiatan perencanaan, pendidikan dan latihan, serta penggunaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

Dalam usaha pengembangan pendidikan tenaga kesehatan diutamakan pengembangan tenaga perawat kesehatan, tenaga sanitasi, tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya antara lain pendidikan pengatur rawat gigi, pengatur analis, sekolah guru perawat, akademi perawat, akademi fisioterapi, akademi roentgen dan lain-lain.

Untuk dapat menyediakan tenaga perawat yang bermutu, dan jumlah yang mencukupi, maka dilakukan usaha peningkatan 33 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang tersebar di 19 Propinsi dengan menambah fasilitas gedung sekolah, asrama, perpustakaan dan fasilitas praktek. Di samping itu pengembangan kurikulum, peningkatan mutu pengajar dan penataran terus dilanjutkan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan guru perawat telah selesai dibangun Sekolah Guru Perawat di Ujung Pandang dan Jakarta.

Di dalam pengembangan sarana pendidikan tenaga sanitasi, telah dilakukan pembangunan/penambahan gedung, asrama, tem-pat praktek, dan penyediaan peralatan untuk 9 Sekolah Pembantu Penilik Hygiene Sanitasi (SPPH) di 9 Propinsi dan 2 Akademi Penilik Kesehatan (APK) di Jakarta dan Surabaya. Dengan selesainya 9 SPPH dan 2 APK tersebut diharapkan keperluan tenaga sanitasi akan dapat dipenuhi, dengan mutu yang cukup memadai. Untuk meningkatkan mutu para pengajar, dilakukan pengiriman tugas belajar bagi para pengajar, baik ke lembaga-lembaga pendidikan di dalam maupun di luar negeri.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga gizi, dilakukan pengembangan dan peningkatan Akademi Gizi dan Sekolah Menengah Gizi di Jakarta dengan meningkatkan pengetahuan para pengajar,

menambah fasilitas sarana gedung, asrama, peralatan serta memperbaiki sistem pengelolaan.

Pengembangan dan peningkatan pendidikan tenaga kesehatan lainnya, seperti Sekolah Pengatur Rawat Gigi di 8 tempat, Pendidikan Pengatur Analis, Akademi Pendidikan Perawat, Akademi Fisioterapi, Akademi Penata Roentgen dan lain-lain, dilakukan melalui usaha peningkatan mutu pendidikan, pelembagaan dan pengembangan sistem pengelolaan sekolah/akademi, penyusunan kurikulum, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para pengajar, serta peningkatan sarana fisik yang diperlukan. Dalam usaha peningkatan sarana, telah diadakan penambahan/perbaikan gedung, penambahan peralatan sekolah, tempat praktek, laboratorium dan lain-lain. Dengan peningkatan tersebut diharapkan tenaga-tenaga yang dihasilkan mempunyai mutu tinggi dan mampu mendorong usaha peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Perkembangan jumlah beberapa jenis tenaga kesehatan sampai pada tahun 1980/81 tercatat 12.931 orang dokter, 35.520 orang bidan dan perawat, dan 35.698 orang penjenang kesehatan lihat (Tabel XVIII7).TABEL XVIII 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,1978/79 1980/81(orang)

Jenis Tenaga1978/791979/801980/81

1.Dokter10.45611.6$112.931

2.Perawat

31.06132.85435.520

3.Bidan

4.Penjenang Kesehatan35.57735.361*)35.698

*) Mulai tahun 1979/80 Sekolah Tenaga Penjenang Kesehatan tidak lagi menerima murid baru, dan tenaga Penjenang Kesehatan ditingkatkan menjadi tenaga perawat

GRAFIK XVIII - 3

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,

1978/79 1980/81

948Selanjutnya usaha peningkatan mutu serta ketrampilan tenaga kesehatan juga dilakukan melalui 14 macam penataran berbagai jenis tenaga kesehatan yang meliputi sekitar 1.100 peserta antara lain SESPA Kesehatan, penataran pengelola barang, petugas pengolah data, pendidikan ahli kedokteran gigi, tenaga komputer, manajemen tenaga kesehatan Daerah Tingkat II, administrasi kepegawaian dan penataran bidang teknis kesehatan lainnya. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dilakukan pula pengiriman tugas belajar baik dalam negeri maupun ke luar negeri.

Peningkatan pendayagunaan kesehatan dilakukan dengan cara penyebaran tenaga kesehatan secara lebih merata, serta melalui peningkatan kemampuan dan produktivitas kerja. Dalam rangka pendayagunaan tenaga kesehatan dalam tahun 1980/81 telah diangkat dan ditempatkan 172 orang yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi dan sarjana farmasi 172 orang, dokter ahli 25 orang, tenaga paramedis 34 orang, selain itu telah dilakukan pemindahan dan alih tugas 324 orang/dokter umum/dokter gigi/sarjana farmasi/dokter ahli, dan 43 orang tenaga paramedis. Pengangkatan serta pemindahan tenaga kesehatan dititik beratkan pada usaha pemerataan dan penyebaran tenaga kesehatan ke rumahrumah sakit serta unit-unit kesehatan lainnya. Di samping itu dalam rangka Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah disediakan biaya pengangkatan 550 dokter, 60 dokter gigi dan 3.925 tenaga paramedis untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan Puskesmas.

Untuk meningkatkan dan mempercepat pengangkatan dan kenaikan pangkat pegawai negeri, disediakan biaya untuk 70 Team Penguji Kesehatan (TPK) yang berkedudukan di ibukota Propinsi di luar Jawa - Bali, dan bekas ibukota Keresidenan di Jawa - Bali, serta 879 Dokter Penguji Tersendiri (DPT) yang beranggotakan 3 orang untuk masing-masing Daerah Tingkat II. Di samping itu disediakan pula biaya untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi sekitar 5.400 orang pejabat teras dan anggota DPR.

i. Generasi Muda

Program Generasi Muda bertujuan untuk membentuk generasi muda yang sehat fisik, mental dan sosial sejak dalam kandungan sampai kira-kira berumur 30 tahun. Tujuan lainnya adalah agar

generasi muda berperan aktif dalam pembangunan dan mengikut sertakan golongan remaja dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat. Selain itu anak-anak remaja dilindungi dan dicegah dari bahaya narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya.

Pada tahun 1980/81 telah .dilaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di 8 propinsi yang mencakup 400 desa di 40 kecamatan dari 20 kabupaten di desa bagi balita penderita gizi buruk melalui Puskesmas. Dalam rangka meningkatkan kesadaran pemuda akan arti dan manfaat kesehatan telah dilaksanakan percontohan partisipasi anak sekolah dan pramuka memberikan penyuluhan kebersihan lingkungan, penyelenggaraan usaha kesehatan dari anak untuk anak, bantuan rehabilitasi korban narkotika pada remaja dari keluarga berpenghasilan rendah di RS. Fatmawati Jakarta, pengikut sertaan guru-guru sekolah dalam penanggulangan narkotika, dan pembinaan pendapat masyarakat terhadap bahaya narkotika.

j. Peranan Wanita

Tujuan dari Program Peranan Wanita adalah untuk meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan wanita khususnya wanita hamil dan menyusui, wanita pekerja terutama yang berpenghasilan rendah di desa maupun di kota. Selain itu program ini juga diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita dalam pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi keluarga, khususnya perawatan dan pemeliharaan bayi dan anak, dan organisasi wanita diikutsertakan dalam usaha peningkatan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1980/81 telah dilaksanakan kegiatan berupa pendirian Taman Gizi dengan penimbangan anak balita, penyuluhan kesehatan terutama mengenai higiene dan sanitasi dan immunisasi serta penyuluhan gizi di 26 propinsi yang mencakup 1.000 desa binaan serta pengembangan 1.000 desa baru. Pembinaan organisasi wanita dilaksanakan dengan menyelenggarakan Kursus Penyegar.

k. Penyempurnaan efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan

Dalam usaha mempertinggi daya guna dan hasil guna pelayanan kesehatan dilakukan usaha peningkatan serta penyem

purnaan sistem dan proses perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan kesehatan, penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, penyempurnaan administrasi keuangan serta peningkatan bimbingan dan pengawasan. Dalam hubungan ini telah diusahakan peningkatan dan perbaikan sistem dan proses perencanaan, peningkatan mutu staf perencana baik di pusat maupun di daerah, peningkatan pengumpulan data dan statistik sebagai bahan penyusunan rencana serta penyusunan sistem informasi kesehatan.

Di dalam penyempurnaan organisasi dan tatalaksana telah dilakukan usaha yang bertujuan meningkatkan kemampuan administrasi dan ketatalaksanaan bidang kesehatan, sesuai dan serasi dengan tingkat pertumbuhan pembangunan. Penyusunan, penyempurnaan dan penertiban di bidang kelembagaan di lingkungan Departemen Kesehatan seperti susunan organisasi dan tatakerja rumah sakit, unit pelaksana, dan penyesuaian struktur organisasi sehingga mampu menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan terus dilanjutkan. Dalam penyempurnaan administrasi keuangan telah diusahakan kegiatan yang mendorong kelancaran perbaikan administrasi keuangan.

Di samping itu dalam kegiatan pengawasan dan bimbingan telah dilakukan pemeriksaan di bidang kepegawaian terhadap 206 satuan kerja di 20 Propinsi, di bidang keuangan pada 402 proyek/bagian proyek dan di bidang perlengkapan terhadap 29 proyek. Titik berat pengawasan diarahkan kepada pencegahan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan. Penyuluhan/penerangan serta pengawasan terus ditingkatkan dan dilaksanakan secara lebih terpadu, agar dana yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya.

1. Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintahan

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja aparatur Pemerintahan diusahakan peningkatan sarana dan prasarana kerja antara lain penambahan/penyediaan tempat kerja, peralatan dan sarana penunjang lainnya. Dalam hubungan ini dalam tahun 1980/81 telah dilakukan pembangunan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Tingkat Propinsi lengkap dengan peralatannya untuk propinsi Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Di samping itu Kantor Wi

layah yang telah mulai dibangun tahun-tahun sebelumnya diselesaikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja, telah dimulai pembangunan Kantor Pusat Departemen Kesehatan sehingga unit-unit kerja yang sekarang menempati lokasi yang terpencar pada waktunya dapat berada pada satu tempat. Demikian juga tetap dilaksanakan secara bertahap penambahan peralatan kantor, dan fasilitas kerja lainnya seperti kendaraan untuk transpor pegawai.

m. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Usaha penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan untuk memberikan sarana cipta ilmiah dan teknologi bagi pelaksanaan program kesehatan dan bahan pengambilan keputusan untuk pengelolaan kebijaksanaan kesehatan serta penilaian mengenai dampaknya.

Langkah-langkah yang diambil dalam mencapai tujuan terse-but adalah : menyusun program penelitian dan pengembangan yang terarah kepada pelaksanaan program, meningkatkan kemampuan unit penelitian dan pengembangan kesehatan beserta pusat-pusatnya, dan meningkatkan kerjasama ilmiah di dalam dan di luar negeri.

Pada tahun 1980/81 telah dilakukan penelitian di bidang kesehatan meliputi 37 macam penelitian, antara lain : 3 penelitian farmasi dan obat-obatan, 4 penelitian di bidang pelayanan kesehatan, 8 penelitian bidang gizi, 22 penelitian penyakit menular dan lain-lain. Hasil-hasil penelitian tersebut sangat penting sebagai bahan untuk merumuskan kebijaksanaan yang tepat dan terarah dalam usaha pemerataan pelayanan kesehatan. Agar penelitian tersebut menghasilkan penelitian yang bermutu tinggi, telah dilaksanakan peningkatan kemampuan tenaga peneliti melalui penataran dan pengiriman tugas belajar ke lembaga-lembaga pendidikan baik di dalam dan maupun luar negeri.

Di samping itu telah dilaksanakan pemantapan pengelolaan dan tata laksana penelitian, pemantapan organisasi dan tata kerja serta penyusunan rencana jangka panjang penelitian dan pengembangan kesehatan yang berkaitan erat dengan Sistem Kesehatan dan Rencana Jangka Panjang Kesehatan.

Pusat jaringan serta unit-unit dokumentasi dan perpustakaan yang sangat berperan dalam usaha menyediakan informasi ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran, terus dibina dan ditingkatkan agar kebijaksanaan dapat diterapkan secara tepat, efisien serta efektif demi peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi : peningkatan pengadaan/memperlengkapi kepustakaan baik di pusat maupun di daerah, peningkatan tersedianya bukubuku ilmiah bidang kesehatan dan kedokteran, pengadaan informasi ilmiah untuk Puskesmas, pencetakan dan penyebaran buku petunjuk (manual), peningkatan sistem dokumentasi melalui penyusunan 2.000 buah Bibliografi karya ilmiah, penyusunan 2.000 indeks artikel majalah, serta penggunaan dan penyebaran 1.700 buku hasil-hasil dokumentasi. Di samping itu peningkatan mutu tenaga melalui penataran, seminar, tugas belajar di dalam dan di luar negeri terus dilanjutkan.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Pendahuluan

Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi anggota masyarakat yang mengalami masalah-masalah keterlantaran, kemiskinan, keterbelakangan serta ketunaan sosial. Usaha tersebut dilaksanakan dengan bekerjasama dengan masyarakat dan lembagalembaga sosial yang telah ada. Dalam kerangka itu ditempuh upaya untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta kemampuan setiap warga agar secara nyata aktif ikut serta dalam pembangunan.

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Kebijaksanaan utama dalam bidang kesejahteraan sosial diarahkan untuk membina dan meningkatkan pelayanan sosial kepada keluarga-keluarga yang dalam keadaan sangat miskin atau keserakat, anak-anak terlantar, para lanjut usia atau jompo terlantar, para cacat, para tuna sosial, kelompok masyarakat terasing serta masyarakat yang menderita akibat bencana alam atau korban lainnya. Untuk mencapai maksud tersebut, dalam tahun kedua pelaksanaan Pelita III, dilanjutkan usaha-usaha perluasan sistem

penyantunan dalam panti melalui rehabilitasi maupun membangun panti-panti sosial baru beserta perlengkapannya. Di samping itu sasaran sistem penyantunan di luar panti ditingkatkan melalui pembentukan tenaga-tenaga lapangan (Pembimbing Sosial Masyarakat) yang mampu menjangkau pelosok desa pada kecamatankecamatan rawan.

Selanjutnya diusahakan bimbingan sosial guna mengembangkan tingkat kesadaran sosial serta disiplin sosial masyarakat sehingga tercipta suatu suasana kehidupan kekeluargaan dan kegotong-royongan dalam masyarakat yang memungkinkan penggalian dan pemanfaatan sumber-sumber dana sosial masyarakat bagi kepentingan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial. Di samping itu diteliti kemungkinan-kemungkinan untuk penyelenggaraan suatu perintisan jaminan sosial yang berdasarkan asas gotong-royong sesuai dengan kemampuan negara dan masyarakat.Keseluruhan pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial tetap diusahakan menjadi salah satu unsur penunjang yang melengkapi pembangunan bidang-bidang lainnya secara serasi dalam rangka meningkatkan stabilitas aan ketahanan sosial masyarakat yang semakin mantap.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Program ini dimaksudkan untuk membina, mengembangkan, serta mendorong usaha-usaha kesejahteraan sosial terhadap lapisan masyarakat yang tergolong miskin terutama di daerah pedesaan, agar mereka dapat meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya menuju ke arah kesejahteraan sosial secara swadaya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sosial yang ada, sehingga mereka mampu berfungsi serta mendukung sepenuhnya kegiatan pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

Program tersebut di atas meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Bimbingan dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Kegiatan ini terutama dilaksanakan dalam rangka pembinaan potensi sosial masyarakat untuk meningkatkan kesanggupan dan kemampuan berusaha bagi keluarga-keluarga berpenghasilan

rendah di pedesaan. Mereka dibimbing dan dilatih, agar tumbuh dan berkembang kesadaran dan rasa tanggung jawab sosialnya serta mampu berusaha secara swadaya untuk meningkatkan pendapatan dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya secara wajar.

Perincian kegiatan tersebut meliputi antara lain :

a. Latihan Usaha Swadaya Sosial Masyarakat (USSM) untuk memberikan ketrampilan di bidang ekonomis produktif;

b. Pemberian bantuan stimulans berupa peralatan kerja dan bahan untuk melakukan usaha produktif, dan

c. Mengadakan pusat-pusat latihan kerja sebagai tempat kegiatan kelompok kerja produktif.

Dalam tahun 1980/81 telah diselenggarakan bantuan dan bimbingan/latihan kepada 46.040 keluarga miskin. Apabila dibandingkan basil yang telah dicapai tahun 1979/80 sebanyak 20.409 keluarga, basil jangkauan pembinaan terhadap populasi keluarga miskin tahun 1980/81 ini lebih dari 125% (lihat Tabel XVIII-8).

2. Pembinaan Swadaya Masyarakat Bidang Perumahan dan Lingkungan

Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan berswadaya golongan masyarakat miskin baik di daerah pedesaan maupun di kota-kota, terutama di daerah rawan sosial ekonomis untuk dapat mengatasi masalah perumahan anggota masyarakat tersebut secara bergotong-royong. Sehubungan dengan itu potensi lingkungan yang ada dimanfaatkan untuk mewujudkan suasana perumahan dan lingkungan yang sejahtera.

Perincian kegiatan tersebut meliputi :

a. Pemberian latihan-latihan bagi keluarga miskin dalam bidang usaha pembangunan perumahan secara gotong-royong dengan semaksimal mungkin, penggalian dan pemanfaatan bahanbahan bangunan yang tersedia di lingkungan setempat, dan pemberian pengetahuan serta ketrampilan dalam memelihara, serta pengembangan peranan dan fungsi lingkungan bagi kehidupan masyarakat yakni dengan menggalakkan penghijauan, pengaturan saluran pembuangan air, serta pengembangan dan pemeliharaan sumber-sumber alami lainnya untuk kepentingan kehidupan secara turun temurun.

TABEL XV III 8

PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1978/79 - 1980/81(KK)No.Daerah Tingkat I/

Propinsi1978/791979/801980/81

1.DKI Jakarta2401.1254.080

2.Jawa Barat6901.8404.440

3.Jawa Tengah6781.8804.350

4.D.I. Yogyakarta4901.2814.320

5.Jawa Timur6601.6952.970

6.Daerah Istimewa Aceh240 7451.365

7.Sumatera Utara2105951.715

8.Sumatera Barat2407551.620

9.Jambi2405251.035

10.Riau2105351.200

11.Sumatera Selatan1807551.725

12.Lampung2708551.590

13.Kalimantan Barat1254951.140

14.Kalimantan Tengah210273600

15.Kalimantan Selatan1804951.125

16.Kalimantan Timur2104601.185

17.Sulawesi Utara180450945

18.Sulawesi Tengah2405301.185

19.Sulawesi Selatan3009481.965

20.Sulawesi Tenggara1804971.050

21.M a l u k u300361780

22.Bali1801.1441.680

23.Nusa Tenggara Barat2146181.230

24.Nusa Tenggara Timur2405481.065

25.Irian Jaya241360

26.Bengkulu2405631.320

Jumlah:7.14720.40946.040

GRAFIK XVIII - 4

PELAKSANAAN BANTUAN DAN BIMBINGAN KEPADA KELUARGA MISKIN,1978/79 - 1980/81

957

b. Pemberian Latihan Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM) khusus bidang perumahan, dan

c. Pemberian stimulans berupa bahan bangunan non-lokal dan peralatan kerja.

Dalam tahun 1980/81 telah dilatih dan dibantu sebanyak 5.068 keluarga di dalam membangun rumah, serta memperbaiki lingkungan. Hal ini berarti pelayanan telah meningkat dibandingkan tahun yang lalu (1979/80) sebanyak 1.941 keluarga.

3. Pembinaan Pembimbing Sosial Masyarakat

Pelayanan kesejahteraan sosial pada umumnya diarahkan kepada masyarakat miskin di pedesaan secara luas. Untuk memacu tercapainya usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sangat diperlukan partisipasi anggota-anggota masyarakat yang mampu dan mau mengajak warga masyarakat melakukan secara bersama usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut dibentuk Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM) yang dipilih dari anggota masyarakat setempat melalui latihan dan praktek lapangan. Kemudian PSM ditugaskan sebagai penggerak kegiatan sosial di lingkungannya, dan sebagai tenaga pelaksana kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial yang sekaligus merupakan pendorong kegiatan yang semakin meluas secara swadaya di kalangan masyarakat.

Perincian kegiatan tersebut meliputi antara lain :

a. Pemberian latihan ketrampilan dalam bidang pendekatan serta bimbingan sosial terhadap masyarakat, dan

b. Pemberian paket peralatan kerja serta sarana pengangkutan.

Dalam tahun 1980/81 telah dibina Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM) sebanyak 11.640 orang terdiri dari 10.440 PSM utama dan 1.200 PSM pratama, yang bertugas membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial masyarakat. Hal ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan tahun 1979/80, yaitu sebesar 7.500 orang, yang terdiri 3.900 PSM Utama dan 3.600 PSM pratama.

4. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat

Pembinaan partisipasi sosial masyarakat dimaksudkan untuk dapat meningkatkan pengembangan, menyebar luaskan dan melembaga kan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang

kesejahteraan sosial pada khususnya dan bidang lain pada umumnya. Dengan semakin meluasnya kegiatan-kegiatan partisipasi sosial masyarakat dalam pembangunan secara melembaga dan berkesinambungan, maka di kalangan masyarakat sendiri diharapkan akan terwujud adanya prasarana dan sarana serta mekanisme pembangunan kesejahteraan sosial yang searah dan terpadu.

Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha-usaha :

a. Meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi sosial dengan jalan memberikan latihan-latihan kepada para pengurus atau anggota organisasi sosial mengenai bidang organisasi dan pekerjaan sosial serta bantuan peralatan kantor.

b. Membentuk Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKS) yang pada umumnya terdiri dari anggota organisasi sosial melalui latihan dan bimbingan sosial, agar semakin lebih memahami tata cara penyelenggaraan pekerjaan sosial serta dengan sadar mengabdi kepada kepentingan masyarakat.

c. Memantapkan keserasian dan kesetiakawanan antara kelompok masyarakat melalui berbagai pertemuan dan penyuluhan sosial, agar tercipta suasana keakraban serta saling membantu dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya yang dilakukan se cara gotong royong.

d. Menyebar luaskan pengertian kesejahteraan sosial dan masalah-masalah sosial serta cara-cara untuk mengatasi serta usaha-usaha pencegahannya.

Pada tahun 1980/81 ini, telah diberikan latihan/bimbingan kepada 1.600 orang pengurus/anggota organisasi; bantuan berupa peralatan/prasarana perkantoran kepada 1.242 organisasi; pengadaan 540 orang Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela, serta Pembinaan keserasian sosial terhadap 330 orang yang pada umumnya terdiri dari tokoh masyarakat. Di samping itu telah disebarluaskan buku-buku kesejahteraan sosial sebanyak 90.000 exsemplar.

5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan Remaja

Melalui bimbingan konsultasi baik secara perorangan maupun kekeluargaan, kegiatan ini ditujukan untuk menangani keluarga dan remaja yang mengalami permasalahan sosial psikologis antara lain sebagai akibat terjadinya perubahan/keresahan sosial. Me

reka mendapatkan bimbingan, nasehat dan pengarahan dalam rangka membantu mengatasi permasalahan nya, selain itu mereka dibina agar dapat menyadari kemampuannya untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan masyarakatnya. Kepada keluarga maupun remaja yang memerlukan bantuan yang bersifat material diberikan bantuan berupa paket untuk usaha yang bersifat produktif. Dalam tahun 1979/80 telah ditangani sebanyak 1.100 keluarga dan 2.608 remaja, dan dalam tahun 1980/81 ditangani sebanyak 1.778 keluarga dan 3.900 remaja.

6. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial kelompok-kelompok masyarakat terasing melalui kegiatan memukimkan mereka secara menetap agar dapat melaksanakan kehidupan yang layak, serta ber kemampuan pula untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam tahun 1980/81 telah dilakukan usaha-usaha guna memberikan bimbingan serta memukimkan sebanyak 2.550 KK ke daerah pemukiman baru, yang letaknya lebih menguntungkan bagi masa depan mereka, maupun bagi pergaulan mereka dengan sesama warga masyarakat lainnya. Perkembangan jumlah dan perincian lokasi tersebut, dapat dilihat pada Tabel XVIII9 dan Tabel XV III10.

TABEL XVIII 9

PERKEMBANGAN JUMLAH LOKASI DAN JUMLAHMASYARAKAT TERASING YANG DIBINA,

1978/79 1980/81

TahunDaerah

Tingkat I/PropinsiKabupatenKecamatanMasyarakat yang dibina

SukuKepala

Keluarga

1978/79151919181.350

1979/80172527251.995

1980/81192729242.550

TABEL XVIII 10

PERINCIAN LOKASI DAN JUMLAH MASYARAKAT TERASING YANG DIBINA, 1980/81

Masyarakat yang dibina

No.Daerah Tingkat I/

PropinsiKabupatenKecamatanSukuKepala

Keluarga

1.Jawa BaratLebakLeuwidamarBaduy75

2.Daerah Istimewa AcehAceh TimurSerbajadiGayoluas75

3.Sumatera UtaraKaroMardindingKaro100

4.Sumatera BaratPadang PariamanSiberut UtaraPaghai100

5.R i a uBengkalisBukit Batu

MandauSakai100

6.JambiTanjung JabungTungkal HuluAnak Dalam100

BatanghariJambi Luar KotaAnak Dalam50

7.Sumatera SelatanMud BanyuasinBayung LincirAnak Dalam100

&Kalimantan BaratSintangKayan HilirDayak Kayan100

PontianakMenyalinDayak Kendayan100

9.Kalimantan TengahKotawaringin TimurMentaya Hilir SelatanDayak Hulu100

Gunung MasKahayan Hulu UtaraDayak Kahayan50

10.Kalimantan SelatanTapir)lapin UtaraDayak Bukit76

Hulu Sungai TengahBatu BenawaDayak Bukit75

11.Kalimantan TimurBulunganMalinauDayak Punan100

12.Sulawesi UtaraGorontaloSuwawaGorontalo100

.13.Sulawesi TengahBuol TolitoliDampal UtaraPendau100

PosoUlu BongkaWana150

14.Sulawesi SelatanLuwuMasambeToranti150

BantaengBissappuTomapung50

15.Sulawesi TenggaraKendariLasuluBajo100

1&MalukuMaluku TengahBuru Utara BaratKaka53

Buru Utara TimurKaka75

17.Nusa Tenggara BaratSumbawaPlampangSemawa100

1&Nusa Tenggara TimurTimor TengahAmanatun UtaraAnas100

Selatan

Sumba BaratWalakakaGaura75

19.Irian JayaSorongSalawatiSamate100

Yapen' War openWar open BawahBotawa100

Jumlah2.550

961

Sementara itu 7 buah lokasi yang telah dibina selama kurang lebih 3 - 5 tahun dan dinilai sudah mampu berswadaya, pada tahun 1980/81 telah diserahkan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah setempat.

Ketujuh lokasi tersebut adalah :

1. Buluh Kasab, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau, dihuni oleh suku Sakai sebanyak 75 KK.

2. Talang Buluh, Kecamatan Babataman, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera. Selatan, dihuni oleh suku Anak Dalam sebanyak 100 KK.

3. Sambung Makmur, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, dihuni oleh suku Dayak Bukit sebanyak 100 KK.

4. Bonagan, Kecamatan Dampal Utara, Kabupaten Bual Tolitoli, Propinsi Sulawesi Tengah, dihuni oleh suku Pendau sebanyak 100 KK.

5. Rimbingalo, Kecamatan Rimbingalo, Kabupaten Tanah Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, dihuni oleh suku Topakalotong sebanyak 100 KK.

6. Selmae, Kecamatan Buru Utara Timur, Kabupaten Maluku Te ngah, Propinsi Maluku, dihuni oleh suku Rana sebanyak 100 KK.7. Roraya, Kecamatan Tambayo, Kabupaten Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara, dihuni oleh suku Tolaki sebanyak 100 KK.

b. Program Bantuan dan Penyantunan Sosial

Program ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan penyantunan/rehabilitasi, pemeliharaan serta usaha-usaha yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan sosial bagi golongan-golongan masyarakat, keluarga dan atau kelompok sosial tertentu yang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya karena faktor pathologis dan non pathologis. Melalui usaha pelayanan tersebut di atas diharapkan mereka akan mampu menolong dirinya sendiri/terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain sehingga dapat mengembangkan kehidupannya sendiri sesuai dengan kelayakan martabat manusia pada umumnya.

Pelayanan tersebut dilakukan melalui sistem panti dan non panti, antara lain :

1. Bantuan Penyantunan Anak Terlantar

Kegiatan pelayanan kepada anak-anak terlantar yang terhambat perkembangannya dilakukan melalui usaha peningkatan kehidupan sosial ekonomi serta bimbingan dan pendidikan praktis sebagaimana dibutuhkan oleh anak-anak pada umumnya. Kegiatan tersebut mencakup asuhan dalam Panti maupun bimbingan dan bantuan di luar Panti. Asuhan melalui Panti dilaksanakan dengan menyelenggarakan Panti Asuhan, Panti Karya Taruna, Panti Petirahan Anak dan Taman Penitipan Anak. Pelayanan di luar Panti diselenggarakan melalui asuhan keluarga.

Kebijaksanaan pelayanan diprioritaskan pada usaha membimbing anak terlantar, agar mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dapat menunjang kehidupan sehari-harinya. Sehubungan dengan itu telah diusahakan peningkatan jumlah Panti dan jumlah anak yang mendapatkan pelayanan, sekaligus dilakukan perbaikan mutu pembinaan. Jumlah Panti Asuhan dalam tahun 1980/81 sebanyak 501 buah dengan jumlah anak yang di asuh sebanyak 23.839 orang. Panti Penyantunan Anak berjumlah 27 buah dengan kapasitas 2.700 anak. Sasana Petirahan Anak berjumlah 7 buah dengan kapasitas 380 anak. Di samping itu sampai pada tahun 1980/81 telah dilatih sebanyak 1.045 orang Pengurus Panti agar kemampuan mengelola Panti yang dipimpinnya lebih meningkat. Panti Swasta juga diberikan bantuan berupa peralatan/perlengkapan dan sampai pada tahun 1980/81 telah diberikan bantuan bagi 32 buah Panti. Untuk pelayanan di luar Panti pada tahun 1980/81 telah dibantu sebanyak 49.970 anak.

2. Bantuan dan Penyantunan Lanjut Usia/Jompo

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membina para lanjut usia dan atau orang jompo. Melalui sistem pelayanan kesejahteraan sosial secara panti maupun secara non panti, orang jompo yang terlantar dan atau kurang terurus dibina selain itu dilaksanakan pula kegiatan-kegiatan pembinaan kerja bagi para lanjut usia yang masih potensial, serta kegiatan-kegiatan rekreasi, kemasyarakatan dan pembinaan mental spiritual.

Jumlah lanjut usia seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 6.350.866 orang. Dari jumlah tersebut diperkirakan ada sebanyak 760.000 orang, yang sangat miskin/kesrakat, yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan dan santunan sosial.

Pelayanan kepada mereka ini dilaksanakan dalam bentuk :

a. Pelayanan dalam panti

Pelayanan dalam panti (Sasana Tresna Werdha) dilaksanakan dengan membangun panti-panti di seluruh Indonesia. Untuk tingkat Propinsi direncanakan membangun satu unit panti dengan kapasitas 500 orang dan untuk tingkat Kabupaten dengan kapasitas 50 orang per unit.

Dalam tahun 1980/81 telah dapat dibangun 59 buah wisma untuk tingkat Propinsi dengan daya tampung sekitar 590 orang.

Pelayanan dalam panti diperuntukkan bagi para lanjut usia yang terlantar dan secara phisik sudah tidak mampu untuk mencari nafkah, pelayanan yang diberikan antara lain berupa jaminan makan, pakaian, perawatan kesehatan dan pengisian waktu terluang yang bersifat rekreatif produktif ringan.

b. Pelayanan di luar panti.

a) Pemberian bantuan usaha produktif yang terdiri dari peralatan, bahan kegiatan, dan modal usaha kepada lanjut usia yang kondisi phisik nya cukup mampu namun keadaan sosial ekonominya lemah.

b) Pelaksanaan kegiatan melalui bimbingan kelompok oleh Pembimbing Sosial Masyarakat.

c) Pemberian pelayanan di luar panti bagi lanjut usia yang dalam tahun 1980/81 berjumlah sekitar 50.000 orang. (Lihat Tabel XVIII-11).

3. Bantuan dan Penyantunan Tuna Sosial

Dalam usaha kesejahteraan sosial ini dilaksanakan rehabilitasi sosial bagi para pengemis, gelandangan dan orang terlantar baik melalui sistem panti dan non-panti, maupun dengan cara pemukiman setempat (baru), Rehabilitasi sosial bagi para tuna susila antara lain dilakukan melalui sistem panti dan non-panti, demikian pula dilaksanakan rehabilitasi sosial bagi para remaja korban narkotika, dan bagi anak-anak/remaja nakal serta rehabilitasi sosial bagi para bekas narapidana.

Dalam tahun 1980/81 telah diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang meliputi :

964

TABEL XVIII - 11

PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARALAN JUT USIA BERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI MENURUTDAERAH TINGKAT I,

1978/79 - 1980/81 (orang)

No.Daerah Tingkat I/1978/791979/801980/81

Propinsi

1.DKI Jakarta6001.3004.500

2.Jawa Barat6001.5004.500

3.Jawa Tengah6001.8004.500

4.Daerah Istimewa Yogyakarta3001.0001.500

5.Jawa Timur3001.2004.500

6.Daerah Istimewa Aceh-6001.500

7.Sumatera Utara6009001.800

8.Sumatera Barat3009001.800

9.Jambi-6001.500

10.Riau-6001.500

11.Sumatera Selatan3009001.800

12.Lampung-6001.500

13.Kalimantan Barat3006001.500

14.Kalimantan Tengah-3001.200

15.Kalimantan Selatan6009001 500

16.Kalimantan Timur3006001.200

17.Sulawesi Utara3006001.800

18.Sulawesi Tengah-3001.400

19.Sulawesi Selatan6009001.800

20.Sulawesi Tenggara-3001.200

21.Maluku3006001.200

22.Bali3009001.200

23.Nusa Tenggara Barat-9001.200

24.Nusa Tenggara Timur3006001.800

25.Irian Jaya--900

26.Bengkulu3006001.200

Jumlah:6.90020.00050.000

965

GRAFIK XVIII - 5PELAKSANAAN BANTUAN DAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIABERDASAR SISTEM DI LUAR PANTI,

1978/79 - 1980/81

966

a.Rehabilitasi Orang Terlantar/Gelandangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah sosial bagi orang terlantar. Untuk itu dilakukan suatu kegiatan penyantunan dengan jalan memberikan bimbingan untuk memulihkan kembali rasa bangga diri serta membangkitkan ke cintaan kerja. Selama dalam Panti Rehabilitasi orang-orang terlantar/gelandangan tersebut mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai pengolahan tanah pertanian, peternakan, pertukangan dan lain sebagainya agar mereka mampu berusaha mencukupi kebutuhannya.

Dalam rangka meningkatkan daya tampung sampai saat ini sudah dibangun 9 buah Panti di 9 Propinsi masing-masing DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat, selanjutnya dalam rangka usaha ini mereka disalurkan dengan beberapa cara yaitu melalui Transmigarasi Sosial, Penempatan Lokal, dan Swakarya. Dalam tahun 1980/81 telah disalurkan sebanyak 3.110 kepala keluarga.

a. Rehabilitasi Tuna Susila.

Kegiatan ini ditujukan untuk menanggulangi kehidupan yang sesat dari sekelompok wanita yang antara lain disebabkan oleh kemiskinan, keretakan keluarga dan penyesuaian yang tidak serasi terhadap perubahan lingkungan hidup yang berlangsung dengan cepat, sehingga mereka terdorong untuk mencari nafkah di luar norma kesusilaan. Mereka dibimbing agar menyadari peranan wanita dalam kehidupan yang wajar serta diberikan ketrampilan kerja yang diperlukan untuk memasuki sesuatu lapangan kerja pada waktu mereka disalurkan kembali kepada keluarganya atau ke dalam masyarakat.Untuk menunjang maksud tersebut telah dibangun Panti-panti Penyantunan sebanyak 8 buah asrama dan 6 buah Sasana Karya yang tersebar diberbagai Propinsi. Dalam tahun 1980/81 telah disantun sebanyak 350 orang wanita.

b. Rehabilitasi Sosial Bekas Hukuman

Kegiatan ini ditujukan kepada para bekas narapidana yang telah selesai menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, dan setelah ke luar ternyata tidak sedikit yang mengalami per

masalahan sosial maupun ekonomi. Terhadap mereka yang mengalami masalah sosial diberi bimbingan dan pengarahan, agar dapat memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi antara lain dengan jalan memberikan bantuan berupa bimbingan konsultasi maupun latihan-latihan ketrampilan praktis yang diperlukan serta bantuan material berupa paket peralatan kerja. Untuk menunjang usaha ini telah dibangun 4 buah Loka Bima Karya, yang untuk pertama kali dalam tahun 1979/80 telah menangani sebanyak 140 orang bekas hukuman, dan dalam tahun 1980181 ditangani sebanyak 330 orang.

d. Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika dan Anak Nakal

Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada remaja yang mengalami masalah sosial seperti penyala gunaan narkotika dan kenakalan remaja. Untuk maksud ini telah dibangun Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan. Selain itu untuk usaha Rehabilitasi sosial terhadap anak-anak nakal telah dibangun Panti Penyantunan di Jakarta, Palembang dan Jawa Tengah.

Penyantunan dalam Panti-panti tersebut dimaksudkan, agar mereka dapat kembali ke masyarakat serta mampu mengembangkan bakat dan pribadi nya sebagai pemuda yang wajar.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka rehabilitasi terhadap remaja tersebut dilaksanakan pembinaan mental, sikap dan tanggung jawab sosial serta diberikan pula latihan-latihan ketrampilan kerja, agar menjadi bekal kemampuan usaha setelah mereka keluar dari Pan-ti. Dalam tahun 1980/81 telah berhasil ditangani sebanyak 535 orang korban narkotika dan 90 orang anak nakal.

4. Rehabilitasi Penderita Cacat

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu para penderita cacat mengembalikan dan meningkatkan kemampuan jasmani maupun rokhaninya, agar dapat berdiri sendiri sehingga memungkinkan dapat hidup secara wajar. Penyantunan penderita cacat dilaksanakan melalui sistem dalam Panti maupun di luar Panti. Pada tahun 1980/81 telah dilakukan perluasan pada panti-panti penyantunan berupa bangunan : asrama 12 buah, lokal kerja 9 buah, lokal Protese 2 buah, ruang pendidikan 2 buah, rumah 8 buah, dan kantor 1 buah tersebar diberbagai propinsi.

Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan dalam lapangan kerja bagi penderita cacat yang telah selesai direhabilitasi kan telah dibangun 31 buah loka Bina Karya. Dalam Loka Bina Karya diberikan berbagai ketrampilan serta diperoleh bantuan guna mendapat memasarkan hasil produksinya. Bagi mereka yang tergolong ringan jenis kecacatan nya dan pada umumnya masih bisa tinggal di lingkungan keluarga, diberikan bimbingan dan bantuan berupa bahan serta peralatan kerja sebagai modal usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam tahun 1980/81 ini telah dapat diberikan bantuan penyantunan dengan sistem di luar Panti sebanyak 25.150 orang (Lihat Tabel XVIII-12).

5. Bantuan Sosial bagi Keluarga Pahlawan dan Perintis/Pejuang Kemerdekaan

Kegiatan ini diarahkan kepada pembinaan kesejahteraan sosial bagi para keluarga pahlawan, pembinaan kesejahteraan sosial para perintis/pejuang kemerdekaan dan keluarganya, dan pemeliharaan serta pembinaan Makam Pahlawan dan Taman Makam Pahlawan.

Dalam rangka ini telah diberikan bantuan berupa peralatan kerja kepada 425 orang keluarga pahlawan dan Perintis Kemerdekaan, agar dapat dipergunakan sebagai modal usaha untuk memenuhi keperluan keluarga yang mendesak. Untuk memelihara dan mengembangkan jiwa kepahlawanan bangsa, telah dilakukan pemugaran terhadap Taman-Taman Makam Pahlawan yang terse-bar di berbagai propinsi. Di samping itu untuk memelihara kelestarian semangat keperintisan, telah diusahakan untuk menerbitkan biografi serta buku Pergerakan k