Penjelasan Materi Dari Kakak Kelas

7
Penjelasan dari kakak kelas Bayu dwi putranto: Bayu dwi putranto, 2013 Pengaruh kesadaran wajib pajak , kualitas pelayanan, sanksi denda, dan efektivitas system perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di wilayah KPP Pratama purwokerto, skripsi: Kesadaran wajib pajak: Menurut muliari (2011), kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi Negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Suyatmin, 2004). Hal senada juga dikemukakan oleh sutrisno (1994) yang menyatakan bahwa mambayar pajak merupakan sumbangan wajib pajak bagi terciptanya kesejateraan bagi diri sendiri dan bangsa secara keseluruhan. Suyatmin (2004) berpendapat bahwa kesadaran perpajakan ditunjukkan dari sikap yang positif mengenai pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pembangunan; pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pembangunan; pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pengeluaran umum pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah; dan percaya bahwa pajak yang sudah dibayar wajib pajak benar-benar digunakan untuk pembangunan. Kesadaran perpajakan menurut karim (2008) ditunjukkan dari kebijakan yang diambil seseorang dalam perpajakan (pembayaran pajak tepat waktu dan menghindari denda karena keterlambatan) dan memahami arti penting pajak bagi pembangunan. Kualitas Pelayanan Pajak

description

Materi Kakak kelas

Transcript of Penjelasan Materi Dari Kakak Kelas

Penjelasan dari kakak kelasBayu dwi putranto:Bayu dwi putranto, 2013 Pengaruh kesadaran wajib pajak , kualitas pelayanan, sanksi denda, dan efektivitas system perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di wilayah KPP Pratama purwokerto, skripsi: Kesadaran wajib pajak:Menurut muliari (2011), kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi Negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Suyatmin, 2004). Hal senada juga dikemukakan oleh sutrisno (1994) yang menyatakan bahwa mambayar pajak merupakan sumbangan wajib pajak bagi terciptanya kesejateraan bagi diri sendiri dan bangsa secara keseluruhan.Suyatmin (2004) berpendapat bahwa kesadaran perpajakan ditunjukkan dari sikap yang positif mengenai pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pembangunan; pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pembangunan; pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pengeluaran umum pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah; dan percaya bahwa pajak yang sudah dibayar wajib pajak benar-benar digunakan untuk pembangunan. Kesadaran perpajakan menurut karim (2008) ditunjukkan dari kebijakan yang diambil seseorang dalam perpajakan (pembayaran pajak tepat waktu dan menghindari denda karena keterlambatan) dan memahami arti penting pajak bagi pembangunan.Kualitas Pelayanan PajakPelayanan merupakan cara melayani (membantu, mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Fiskus adalah petugas pajak. Pelayanan fiskus dapoat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak. Tingkat keberhasilan penerimaan pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga dipengaruhi oleh tax policy, tax administration, dan tax law (Prastiantono, 1994). Tiga faktor ini muncul dari fiskus sendiri sedangkan faktor tax payer didominasi dari dalam diri wajib pajak itu sendiri. Petugas pajak (fiskus) dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat atau wajib pajak sangat dipengaruhi oleh adanya tax policy, tax administration, dan tax law. Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan Sistem Informasi Perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima kepada masyarakat Wajib Pajak akan terpenuhi bilamana SDM melaksanakan tugasnya secara professional, disiplin, dan transparan. Dalam kondisi Wajib Pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, maka mereka cenderung akan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan yang dibuat sederhana, mudah dipahami oleh Wajib Pajak, maka pelayanan perpajakan atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.Fiskus yang bertanggungjawab dan mendayagunakan SDM sangat dibutuhkan guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Secara empiris hal ini telah dibuktikan oleh Pandiagan (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara pembayaran wajib pajak dengan mutu pelayanan public untuk wajib pajak di sector perkotaan. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal kebijakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.Efektifitas Sistem PerpajakanPersepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas individu sehingga merupakan aktivitas yang menyatu dalam diri individu. Sementara pengertian efektivitas menurut Arrens dan Loebbecke (1997):Effectiveness refers to accomplishment of objective whereas efficiency refers to resources use to achive those objectives.Selama ini wajib pajak masih mempersepsikan pajak adalah pungutan wajib bukan sebagai wujud peran serta dalam pembangunan karena mereka belum merasakan dampak secara nyata pajak bagi Negara dan masyarakat, apalagi ditambah persepsi mereka terhadap petugas pajak. Selain itu masih banyak wajib pajak yang berpersepsi negative terhadap perugas pajak yang terlihat dari rendahnya pelayanan petugas pajak (Supriyati dan Handayani, 2008).Efektivitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai. Hal-hal yang mengindikasikan efektivitas system perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain pertama, adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-Filing. Wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. Kedua, pembayaran lelalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dapat melakukan pembayaran di mana saja dan kapann saja. Ketiga, penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar. Keempat adalah bahwa peraturan perpajakan dapat diakses melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Kelima, adalah pendaftaran yang dapat dilakukan secara online melalui e-register dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat (Widayati dan Nurlis, 2010). Adanya persepsi yang baik dari wajib pajak bahwa sistem perpajakan yang sudah ada sekarang lebih efektif dan lebih memudahkan para wajib pajak dalam memenuhi kewaajiban perpajakannya, maka akan meningkat pula kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.Kepatuhan Wajib PajakKondisi perpajakan yang menuntut keikutserrtaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung dari self-assessment system, dimana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan kemudian secara akrurat dan tepat waktu dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Safri Nurmantu yang dikutip oleh Rahayu (2010:138), menyatakan bahwa:Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.Pemberlakuan perubahan system pemungutan pajak menjadi Self Assesment System, mewajibkan wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar, lengkap dan tepat waktu. Dengan demikian Wajib pajak telah menunaikan kewajiban membayar pajakny jika telah memenuhi prinsip Self Assesment System.Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.03?2007 tentang tata cara penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam pasal 1 disebutkan bahwa wajib pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan;b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pajak;c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.d. Tidak pernah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap dalam 5 (lima) tahun terakhir.Sehubungan dengan penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2/PJ./2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu. Dalam surat edaran tersebut tertera definisi wajib pajak patuh dan juga kriteria wajib pajak patuh yang tertuang dalam bagian I nomor 1 dan 2 sebagai berikut:a. Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.b. Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak adalah:1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, meliputi:(a) Penyampaian Surat Pemberitahuan tepat waktu dalam 3 (tiga) tahun terakhir.(b) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.(c) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada butir 2 telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak, meliputi keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai wajib pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhirn pelunasan.3) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengaawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3(tiga) tahun berturut-turut, dengan ketentuan:(a) Laporam keuangan yang diaudit harus disusun dalam bentik panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal bagi wajib pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan; dan(b) Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudiit ditandatangani oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dalam pembinaan oleh lembaga pemerintah pengawas Akuntan Publik; dan(c) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap dalam jangka waktu 5(lima) tahun terakhir.

Tambhan untuk di scan :1. Modelhal 27-292. Perumusan hipotesis hal 29-333. Model pen &analisis datahal 34-364. Def konseptual & operasional var penelitianhal 37-405. Teknik analisis data hal 41-496. HASIL & PembahasanHsl 50-727. Kesimpulan sd elesaiHal 73- selesai