penjelasan judul skripsi

10
Problem Solving Dalam hal ini pembelajaran dengan metode mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma) dari sebuah permasalahan. Problem Solving juga adalah metode pembelajaran berbasis masalah. Problem Solving juga dapat membuat seorang siswa menjadi kreatif dan kritis. Problem Solving sangat cocok untuk pelajaran non matematik, karena di dalamnya terdapat unsur penyelesaian masalah, pencarian pemecahan masalah terbaik dan bukan ilmu pasti seperti matematika misalnya (M.Tanthowi; S1 PTE A 2010; Universitas Negeri Malang). Sintaknya adalah : sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. Terus tujuannya apa pembelajaran ini ?? Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa diharapkan mampu berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam menghadapi setiap masalah,menurut Sudjana model pemecahan masalah ialah model yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi informasi dan anak sebagai apresiator, mampu berpartisipasi mengenai informasi yang diberikan guru. Model pemecahan masalah menekankan pada aktifitas interaksi manusia untuk mendapatkan solusi dari masalah yang di dapat. Prosedur penggunaannya seperti apa ?? 1. Kegiatan Pra-instruksional Kegiatan prainstruksional dimaksudkan untuk mengondisikan kesiapan belajar dan memotivasi belajar siswa. 2. Kegiatan Instruksional Dalam kegiatan instruksional ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

description

Pembahasan Judul Skripsi

Transcript of penjelasan judul skripsi

Page 1: penjelasan judul skripsi

Problem Solving Dalam hal ini pembelajaran dengan metode mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma) dari sebuah permasalahan. Problem Solving juga adalah metode pembelajaran berbasis masalah. Problem Solving juga dapat membuat seorang siswa menjadi kreatif dan kritis. Problem Solving sangat cocok untuk pelajaran non matematik, karena di dalamnya terdapat unsur penyelesaian masalah, pencarian pemecahan masalah terbaik dan bukan ilmu pasti seperti matematika misalnya (M.Tanthowi; S1 PTE A 2010; Universitas Negeri Malang). Sintaknya adalah : sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

Terus tujuannya apa pembelajaran ini ??

Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa diharapkan mampu berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam menghadapi setiap masalah,menurut Sudjana model pemecahan masalah ialah model yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi informasi dan anak sebagai apresiator, mampu berpartisipasi mengenai informasi yang diberikan guru. Model pemecahan masalah menekankan pada aktifitas interaksi manusia untuk mendapatkan solusi dari masalah yang di dapat.

Prosedur penggunaannya seperti apa ??

1. Kegiatan Pra-instruksional

Kegiatan prainstruksional dimaksudkan untuk mengondisikan kesiapan belajar dan memotivasi belajar siswa.

2. Kegiatan Instruksional

Dalam kegiatan instruksional ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Guru menyiapkan bahan-bahan sebagai sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi masalahnya.

Siswa bergabung dalam satu kelompok, satu kelompok terdiri atas 5-6 orang. Setiap kelompok kemudian mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan

jawaban yang telah disusun oleh masing-masing siswa. Setiap kelompok harus menyajikan atau membacakan hasil diskusinya di muka

kelas untuk ditanggapi oleh kelompok atau siswa lainnya. Setelah semua siswa selesai membacakan atau menyajikan hasil diskusinya, siswa

mengambil kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah.

Page 2: penjelasan judul skripsi

Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):

1. Mendifinisikan Masalah

Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:

a)Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.

b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan – perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua.

2. Mendiagnosis masalah

Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah

3. Merumuskan Altenatif Strategi

Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi

4. Menentukan dan menerapkan Strategi

Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen

5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :

(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?

(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-masalah-problem.html#ixzz2uQrPjCvo

Page 3: penjelasan judul skripsi
Page 4: penjelasan judul skripsi

TPS (pemahaman)

Tahap utama dalam pembelajaran Think-Paire-Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut:Tahap 1. Thinking (berpikir)Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2. Pairing (berpasangan)Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan.

Tahap 3. Sharing (berbagi)Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Page 5: penjelasan judul skripsi

TTW(pemecahan masalah)

Aktivitas berfikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.

Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “ talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Menurut Huinker & Laughlin dalam Martinis (2008:86), pada umunya berkomunikasi dapat berlangsung alami, tatapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.

Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta. Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami sendiri.

Fase ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang siswa tentang materi yang dipelajari (Martinis Yamin, 2008: 87). Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa selama tahap (write) ini adalah (1) menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, (2) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, (3) mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, (4) meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu legkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin, 2008: 87-88).

Page 6: penjelasan judul skripsi

LC

Menurut Piaget (1989) model pembelajaran LC (Learning Cycle (5 E)) pada dasarnya memiliki lima fase yaitu:

1. Engagement (Undangan)

Bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

2. Exploration (Eksplorasi)

Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

3. Explanation (Penjelasan)

Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.

4. Elaboration (Pengembangan)

Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.

5. Evaluation (Evaluasi)

Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi pelajaran.

CTL

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

Page 7: penjelasan judul skripsi

2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Page 8: penjelasan judul skripsi