Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini menyebabkan pergeseran perilaku di dalam masyarakat dan bernegara yang semakin kompleks. Perilaku-perilaku yang demikian apabila ditinjau dari segi hukum, tentunya ada perilaku yang sesuai dengan norma hukum dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma hukum. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum yang berlaku tentunya tidak menjadi masalah di masyarakat, akan tetapi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma hukum dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan dapat merugikan masyarakat. Perilaku yang tidak sesuai norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati, ternyata menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan bermasyarakat. Penyelewengan yang demikian, biasanya oleh masyarakat dianggap sebagai suatu pelanggaran dan bahkan sebagai suatu kejahatan. Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat dan bahkan negara. Kenyataan yang telah membuktikan bahwa kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi, tetapi sulit diberantas secara tuntas.

Transcript of Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi...

Page 1: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

menyebabkan pergeseran perilaku di dalam masyarakat dan bernegara yang

semakin kompleks. Perilaku-perilaku yang demikian apabila ditinjau dari segi

hukum, tentunya ada perilaku yang sesuai dengan norma hukum dan ada

perilaku yang tidak sesuai dengan norma hukum. Terhadap perilaku yang

sesuai dengan norma hukum yang berlaku tentunya tidak menjadi masalah di

masyarakat, akan tetapi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma

hukum dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan dapat

merugikan masyarakat.

Perilaku yang tidak sesuai norma atau dapat disebut sebagai

penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati, ternyata menyebabkan

terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan bermasyarakat.

Penyelewengan yang demikian, biasanya oleh masyarakat dianggap sebagai

suatu pelanggaran dan bahkan sebagai suatu kejahatan. Kejahatan dalam

kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh

setiap manusia, masyarakat dan bahkan negara. Kenyataan yang telah

membuktikan bahwa kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi, tetapi

sulit diberantas secara tuntas.

Page 2: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

2

Perbuatan melanggar hukum dapat dilakukan oleh siapapun, tidak

terkecuali oleh anak. Dimaksud dengan anak menurut Pasal 1 ayat 1 UU RI

No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak adalah orang yang dalam perkara

Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai

umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Sedangkan menurut

UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan.

Anak yang kurang atau tidak memperoleh perhatian secara fisik,

mental maupun sosial sering berperilaku dan bertindak asosial dan bahkan

anti sosial yang merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat.

Walaupun seluruh segi struktur sosial masyarakat pada dasawarsa terakhir

dipengaruhi oleh atau menjalani perubahan-perubahan yang dahsyat, namun

problema-problema terutama timbul dalam lingkungan-lingkungan tertentu

pada masyarakat kita. Sejalan perkembangan ke arah modernisasi dan karena

keadaan ekonomi, tidak sedikit kedua orang tua turut serta dalam semua

gerak kemajuan masyarakat dan/atau mencari nafkah, hingga terpaksa kerap

kali meninggalkan rumah tangga. Akibatnya adalah anak-anaknya kurang

mendapat asuhan, bimbingan, pengawasan dan ada kalanya juga kasih

sayang, yang justru masih sangat mereka perlukan.1

Di Indonesia, anak adalah sumber daya manusia yang dilindungi oleh

Negara. Meskipun seorang anak melakukan tindak pidana atau melanggar

1 Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak dan Wanita Dalam Hukum, LP3ES, Jakarta,1989, hal.65

Page 3: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

3

hukum, tetap harus mendapat perlindungan dari hukum dan negara. Oleh

karena itu dalam menangani tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh

anak ini harus sesuai dengan peradilan anak yang sesuai dengan UU

Pengadilan Anak, UU Perlindungan Anak, Deklarasi Hak-hak Anak.

Pada penelitian ini timbul suatu pertanyaan bagi penulis mengenai

proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh hakim, dimana seorang

anak menjadi tersangka dalam suatu kasus pencurian di wilayah hukum

Pengadilan Negeri Salatiga yang dimana anak tersebut didakwa dengan

dakwaan tunggal melanggar pasal 363 KUHP dengan putusan pidana oleh

hakim selama 1 (satu) bulan penjara. Oleh penulis hal tersebut diwujudkan

dalam bentuk penelitian mengenai penanganan kasus tindak pidana pencurian

yang dilakukan oleh anak. Penulis juga menyadari dalam melaksanakan

tugasnya pihak pengadilan tidak dapat terlepas dari permasalahan yang timbul

dalam penanganan terhadap kasus pencurian yang dilakukan oleh anak.

Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas, maka penulis memilih judul:

“PENJATUHAN PIDANA PENJARA TERHADAP KEJAHATAN ANAK

(Studi terhadap Perkara No.08/PID.B/AN/2010/PN.SAL di Pengadilan

Negeri Salatiga)”.

Penulis memilih judul di atas karena penulis menganggap bahwa

putusan tersebut menarik untuk penulis teliti tentang putusan pemidanaannya,

bahwa perkara No.08/Pid.B/AN/2010/PN.SAL yang melanggar Pasal 363

KUH Pidana yang dijatuhi pidana 1 bulan, hakim dalam memutus perkara

mengacu pada pasal 22 UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, ini

Page 4: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

4

terlihat dari pertimbangan hakim yang menganggap bahwa terhadap diri

terdakwa terdapat kemampuan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya

dan tidak terdapat alasan pemaaf maupun pembenar yang dapat

menghapuskan sifat melawan hukum atas perbuatannya, oleh karenanya

hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, ini tidaklah sebanding dan

tidak sewajarnya untuk diberikan disebabkan reaksi masyarakat terhadap

keputusan hakim yang berupa pidana penjara dipandang tidak tepat. Selain itu

juga hakim kurang mempertimbangkan laporan dari Bapas yang dapat

mengacu pada pasal 24 UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

B. Latar Belakang Masalah

Putusan No.08/PID.A/AN/2010/PN.SAL tentang tindak pidana

pencurian yang melanggar pasal 363 KUHP dengan terdakwa bernama Nur

Rohman bin Sugiono, berusia 14 tahun 2 bulan, yang selama proses

penyidikan sampai dengan persidangan tidak di tahan, dengan didampingi

kuasa hukum bernama Ristiani Gani Mendofa,SH pada tanggal 31 Agustus

2010 oleh Wuryanti, SH selaku hakim memutus pidana penjara selama 1

bulan.

Undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak mengatur

secara khusus mekanisme pemidanaan dan pemberian tindakan terhadap anak

pelaku tindak pidana yang masih berusia kurang dari 18 (delapan belas)

tahun. Keberadaan Undang-undang ini memberikan harapan akan tersedianya

peraturan hukum yang mengkhususkan pengaturan terhadap anak nakal.

Page 5: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

5

Peraturan ini diharapkan mampu memberikan perlindungan terhadap anak

yang menjadi pelaku tindak pidana dan anak yang melakukan perbuatan yang

terlarang bagi anak menurut peraturan perundang-undangan dan menurut

peraturan hukum lain yang berlaku dimasyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan

Anak Pasal 1 ayat (2)

“Anak Nakal adalah: (a). anak yang melakukan tindak pidana; atau (b).

anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak,

baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan

hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan”.

Pertimbangan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak menyatakan:

“bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber

daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai cirri-ciri dan

sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan fisik, mental dan

sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang”.

Perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh anak adalah tindak

pidana pencurian, dimana delik pencurian tersebut telah diatur dalam Pasal

362-367 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Usaha pencarian solusi

terhadap permasalahan tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab negara

saja, tapi juga membutuhkan peran serta yang aktif dari seluruh lapisan

masyarakat. Dimana penyelesaian masalah tersebut harus selalu mengacu

pada pemenuhan hak dan pemberian perlindungan bagi anak.

Page 6: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

6

Perlindungan anak merupakan suatu usaha untuk mengadakan kondisi

dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.2

Dalam hal anak berhadapan dengan hukum, ada perlindungan khusus

bagi anak sesuai pasal 64 ayat (2) UU No.23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, adalah :

a. perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;

b. penyediaan petugas pendamping anak sejak dini;

c. penyediaan sarana dan prasarana khusus;

d. penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;

e. pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan

hukum;

f. pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga; dan

g. perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.

Dalam penyelesaian perkara tindak pidana pencurian yang dilakukan

oleh anak, sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak, “Sidang Anak berwenang untuk memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dalam hal perkara Anak Nakal”.

Anak yang melakukan tindak pidana dapat dijatuhi pidana atau tindakan

sesuai dengan pasal 22 UU No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Dalam persidangan perkara pidana dengan pelaku anak, hakim

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul

Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan

2 Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998, hal.6

Page 7: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

7

Tinggi sesuai Pasal 9 dalam UU No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

Penanganan tindak pidana yang dilakukan oleh anak perlu diselesaikan

melalui suatu badan yaitu lembaga peradilan khusus, agar ada jaminan bahwa

penyelesaian tersebut dilakukan benar-benar untuk kesejahteraan anak yang

bersangkutan dan kepentingan masyarakat tanpa mengabaikan terlaksananya

hukum dan keadilan.3 Anak nakal yang diajukan ke sidang anak, ditangani

oleh hakim khusus, yaitu hakim yang menangani perkara anak, penuntut

umum anak, penyidik anak dan petugas pemasyarakatan dari Balai

Pemasyarakatan. Tapi dalam pelaksanaannya harus pula diperhatikan

mengenai hak-hak anak dan seyogyanya kita lebih banyak membicarakan

tentang hak-hak anak daripada kewajibannya.

Anak yang menjadi pelaku kejahatan, diatur batasan umur anak yang

dapat diajukan ke pengadilan anak dan mengenai batas usia bagi pemidanaan

anak di Indonesia telah ditegaskan dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 Tentang Pengadilan anak, yang selengkapnya berbunyi seperti

berikut:4

(1) Batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adaah

sekurang-kurangnya 8 tahun tetap belum mencapai umur 18 tahun

dan belum pernah kawin.

(2) Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur

sebagaimana dmaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang

pengadilan, setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur

3 Agung Wajono dan Siti Rahayu, Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta,1993, hal.2 4 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.26

Page 8: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

8

tersebut tetapi belum mencapai umur 21 tahun, tetap dajukan ke

sidang anak.

Dalam kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak ini, hakim yang

memutus pidana kurungan terhadap anak harus mempertimbangkan beberapa

pertimbangan terlebih dahulu, apakah si anak harus dijatuhi pidana atau tidak.

Karena penjatuhan pidana dapat mengubah mental seorang anak. Menurut

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, ada dua alasan penahanan

terhadap para pelaku pidana yang masih di bawah umur, yaitu :

a. untuk kepentingan anak;

b. untuk kepentingan masyarakat.

Kedua alasan tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam surat perintah

penahanan.

Pada dasarnya penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan,

namun penahanan terhadap anak harus pula memperhatikan kepentingan anak

yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental

maupun sosial anak dan kepentngan masyarakat. Tempat tahanan anak harus

dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa. Hal dan dimaksudkan untuk

menghindarkan anak terhadap pengaruh-pengaruh buruk yang dapat diserap

melalui konteks kultural dengan tahanan lain.5

Dalam memberikan perintah penahanan bagi pelaku pidana yang

masih di bawah umur sangat diharapkan agar hati dan perasaan para penegak

hukum tergugah untuk lebih memperhatikan dan mempertimbangkan

5 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.42

Page 9: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

9

kepentingan serta perlindungan bagi anak. Namun, yang paling diharapkan

agar penegak hukum tidak ringan tangan dalam melakukan penahanan anak.6

Dalam kasus pidana anak tindakan yang dapat dijatuhkan kepada si

anak ditentukan dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak. Dan adapun pidana yang dapat dijatuhkan kepada

si anak terdapat dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997. ada

juga pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu dan/atau

pembayaran ganti rugi.

Dalam hal Hakim memutus untuk memberikan pidana pada anak,

maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan:7

a. sifat kejahatan yang dijalankan;

b. perkembangan jiwa si anak;

c. tempat dimana ia harus menjalankan hukumannya.

Dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif bagi

perkembangan jiwa seseorang tersangka yang masih dibawah umur, maka

diadakan suatu pembedaan-pembedaan dalam proses perlakuan hukum.

Berbeda dengan tujuan proses peradilan pidana terhadap tersangka dewasa

yang bertujuan untuk memberikan penghukuman, proses peradilan terhadap

seorang anak lebih dititik beratkan pada perbaikan kondisi, pemeliharaan dan

perlindungan anak serta mencegah terjadinya perlakuan yang kurang wajar

dalam proses peradilan. Pada anak-anak unsur pendidikanlah yang lebih

ditekankan, bukannya suatu pembalasan.

6 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.42 7 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.48

Page 10: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

10

Putusan Pengadilan Anak yang cenderung menjatuhkan pidana

penjara daripada tindakan terhadap anak nakal, sebenarnya tidak sesuai

dengan filosofi dari pemidanaan anak. Penjatuhan pidana secara tidak tepat

dapat mengabaikan pengaturan perlindungan, karena pemidanaan anak

seharusnya adalah jalan keluar terakhir (ultimum remedium/ the last resort

principle).8 Seperti halnya pada kasus yang penulis teliti, hakim memutus

pidana penjara, dengan pertimbangan bahwa perbuatan terdakwa meresahkan

masyarakat, dengan mengesampingkan rekomendasi dari Bapas tentang latar

belakang terdakwa.

Penulis menyadar bahwa dalam menjatuhkan pidana terhadap seorang

terdakwa, perbandingan berat atau ringannya putusan dikaitkan dengan Pasal

12 KUHP dan fakta hukum persidangan. Sehingga penulis tidak dapat

menganggap adil atau tidaknya pidana yang diterima oleh terdakwa tersebut

di atas, maka dari itu penulis ingin mengetahuinya dengan penelitian yang

dituangkan dalam penulisan hukum ini berdasarkan:

a. landasan Yuridis (kepastian hukum);

b. landasan Filosofis (keadilan);

c. landasan Sosiologis (kemanfaatan).

8 Bartollas, Clemens, Juvenile Delinquency,Sec ed, Mac Millan Publishing Company, New York,

1990, h.309

Page 11: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

11

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah sebagai berikut :

Apa dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap anak yang

melakukan tindak pidana dilihat berdasarkan landasan yuridis, filosofis, dan

sosiologis?

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji dan menganalisis Dasar Pertimbangan Hakim dalam

menjatuhkan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana

berdasarkan landasan yuridis, filosofis, dan sosiologis.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kasus (case

approach) yaitu dimana dalam menyelesaikan penulisan hukum ini,

penulis harus memahami tentang ratio decidendi, yaitu alasan-alasan

hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai pada putusannya.9

Selain pendekatan kasus penulis juga menggunakan pendekatan Undang-

undang (statute approach) yaitu pendekatan dengan menggunakan

legislasi dan regulasi, dimana permasalahan yang diteliti berkisar pada

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2007, hal.119

Page 12: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

12

peraturan perundang-undangan yaitu hubungan antara peraturan yang satu

dengan yang lainnya.10

2. Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dibedakan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder:

a. Bahan hukum primer yaitu:

1) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;

2) UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

3) KUHP;

4) KUHAP;

5) Deklarasi Hak-hak Anak;

b. Bahan hukum sekunder yaitu putusan hakim atas perkara

No.08/Pid.BB/AN/2010/PN.SAL.

3. Unit Amatan dan Unit Analisa

a. Unit amatan: Putusan No.08/Pid.B/AN/2010/PN.SAL, Undang-

Undang

b. Unit analisa: Argumentasi hukum dan dasar hukum yang dipakai oleh

hakim untuk memutus perkara No.08/Pid.B/AN/2010/PN.SAL.

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2007, hal. 97

Page 13: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

13

4. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

yuridis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengelompokkan dan

mensistematisir bahan hukum, kemudian dihubungkan dengan teori-teori,

asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan

sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan sehingga

dapat menjawab tujuan penelitian.

Page 14: Penjatuhan Pidana Penjara Terhadap Kejahatan Anak (Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6785/1/T1_312006025_BAB I.pdf · Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma hukum

14

Tabel perbandingan skripsi

Nama Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Sinta Wuri Septiyana

(312006025) Apa dasar

pertimbangan hakim

dalam penjatuhan

pidana terhadap anak yang melakukan

tindak pidana dilihat

berdasarkan landasan yuridis, filosofis, dan

sosiologis.

Untuk mengkaji dan

menganalisis dasar

pertimbangan hakim

dalam menjatuhkan pidana terhadap anak

yang melakukan

tindak pidana berdasarkan landasan

yuridis, filosofis, dan

sosiologis.

Case Approach dan

Statute Approach

Lucy Julnita Labulu (312008022)

Bagaimana pertimbangan hakim

dalam menjatuhkan

putusan terhadap tindak pidana yang

dilakukan oleh anak

Untuk mengetahui pertimbangan hakim

dalam penjatuhan

putusan terhadap tindak pidana yang

dilakukan oleh anak

dikaitkan dengan hak-hak anak.

Normatif

Novriyani Todaga

(312007037) Bagaimana peran

pemerintah dalam

pemenuhan hak-hak anak pasca konflik

poso. Apa kendala

pemerintah dalam pemenuhan hak-hak

anak pasca konflik

Poso

Untuk mengetahui

pemenuhan hak-hak

anak pasca konflik, untuk mengetahui

kendala-kendala dalam

pemenuhan hak-hak

anak di Poso.

Sosio Legal

Aris Ardiyanto

(312003088) Apa peran Komisi

Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI)

Untuk mengetahui dan

memahami tentang

pelaksanaan atau peran

KPAI terhadap kasus kekerasan anak.

Yuridis Sosiologis

Almin Rubut Sujono, SH Faktor apa saja yang

menjadi pertimbangan hakim dalam rangka

penjatuhan sanksi

terhadap anak nakal.

Untuk mengetahui

faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

hakim dalam rangka

menjatuhkan sanksi

terhadap anak nakal

Yuridis Sosiologis