Penjas Adaptif

22
Penjaskes adaptif OLEH Nama : Supardi NIM :1105105002 Kelas :A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

description

materimata kuliah penjas adaptif

Transcript of Penjas Adaptif

Penjaskes adaptif

OLEH

Nama : Supardi

NIM :1105105002

Kelas :A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan

hidayahlah makalah ini diselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah ini berisi tentang

“Penjaskes Adaptif” dimana pelajaran adaptif ini mempunyai peran penting besar pada

kehidupan masyarakat Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penjaskes Adaptif.

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan yang luput dari

pengamatan saya, baik dari segi penulisan maupun dari segi makalah.

Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik maupun saran dari para pembaca.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda,

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Secara umum guru pendidikan jasmani dan olahraga memiliki pemahamanyang sama

tentang betapa pentingnya pembelajaran pendidikan jasmani danolahraga pada siswa reguler

dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas siswa. Pertumbuhan dan perkembangan

tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek seperti perkembangan pengetahuan, kerjasama,

penalaran,emosional, sikap sportif, menghargai perbedaan, saling menolong, keterampilandan

kesehatan. Namun perlu diingat bahwa dampak positif pendididkan jasmanidan olahraga tidak

akan diperoleh dalam waktu yang singkat seperti membalikantelapak tangan.

Oleh karena itu setiap guru atau insan olahraga yang terlibat didalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani dan olahraga seyogianya profesional dan memiliki sifat-sifat yang dapat

menyejukan suasana belajar.Rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga

jugadisebabkan oleh adanya pandangan yang keliru dari kepala sekolah dan gurulainnya bahwa

guru olahraga bertanggung jawab terhadap setiap keributanataupun permasalahan yang muncul

yang dilakukan oleh siswa. Hal ini memberikesan yang merendahkan figur guru pendidikan

jasmani dan olahraga. Selain itu pemahaman siswa tentang pentingnya pendidikan jasmani dan

olahraga dalamupaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masih rendah.

2. Rumusan Masalah

−Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa reguler diIndonesia.

−Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa adaptif diIndonesia.

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani

biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara

keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang

bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan

memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa

memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan

kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa

bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa

peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan

mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

A. Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang

menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut

adalah: Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan

siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan

berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang

memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat

berpartisipasi dengan sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa

yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan

jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan

jasmani dan mentalnya.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang

disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur,

sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani

adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk

keadaannya.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu

program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar.

Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman

sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas,

maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa

berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

B. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia

berjalan, baik pada siswa regular maupun pada siswa adaptif. Kemudian untuk mngetahui

seberapa jauh kualitas dan profesionalitas guru penjas adaptif dan kondisi lingkungan di sekolah

luar biasa, serta kualitas kebugaran siswa di sekolah luar biasa.

Oleh karena itu, dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani

adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc.

dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani

adaptif bagi ABK sebagai berikut:

Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki:

a.Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk

keadaannya melalui Penjas tertentu.

b.Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam

sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.

c.Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan

memiliki harga diri.

d.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap

mekanika tubuh yang baik.

e. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat

diminatinya sebagai penonton.

D. Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:

a. ABK yang memilik masalah dalam sensoris

b. ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya

c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar

d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya

penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan

modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

a. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.

b. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.

c. Modifikasi teknik mengajarnya.

d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK

yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain

mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin

yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat

dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat

kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

E. Pengertian dan Kerakteristik Tunagrahita

1.Pengertian

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti

merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti

terbelakang mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

-Lemah fikiran ( feeble-minded)

-Terbelakang mental (Mentally Retarded);

-Bodoh atau dungu (Idiot);

-Pandir (Imbecile);

-Tolol (moron)

-Oligofrenia (Oligophrenia);

- Mampu Didik (Educable);

-Mampu Latih (Trainable);

-Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;

-Mental Subnormal;

-Defisit Mental

-Defisit Kognitif;

-Cacat Mental;

-Defisiensi Mental;

-Gangguan Intelektual

Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli. Tunagrahita ialah istilah yang

digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata

(Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengan sebutan anak dengan

hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata

impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya

kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage

Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).

-Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau

tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat

fisik sehingga disebut cacat ganda (http//.panti.tripod.com/2-10-07). Misalnya, cacat intelegensi

yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga

yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat

intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda.

Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan

sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.

1. Karateristik Tunagrahita Tunagrahita Ringan

Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan.

Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak,

bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik

mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak

tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.

2. Tunagrahita Sedang

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak

berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan

berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab.

Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan

perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk

perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka

membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat

mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan

anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita

berat.

Dengan demikian, seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu:

- Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata

- Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif

- Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.

Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan

dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui

tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).

Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55

Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40

Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25

Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:

-Tunagrahita ringan IQnya 50 – 70

-Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50q

-Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Rencana pembelajaran Pendidikan Jasmani yang bisa dilaksanakan yaitu:

-Melakukan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi.

Dan nilai-nilai yang tergantung didalamnya.

-Melakukan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang

baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.

-Melakukan gerakan dasar salah satu permainan bola besar dengan koordinasi dan kontrol yang

baik dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.

-Melakukan koordinasi gerak dasar dalam teknik lari, lempar, dan lompat dengan peraturan yang

dimodifikasi serta nilai semangat, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran.

-Melakukan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana dan nilai-

nilai yang terkandung didalamnya.

-Melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas senam.

Pada waktu kegiatan olahraga guru tidak bisa memaksakan mereka untuk mengikuti olahraga

yang dilaksanakan, karena kemampuan mereka berbeda. Yang merasa dirinya bisa dia akan

bosan dan pergi mengikuti kegiatan lain yang dia suka. Sebaliknya yang tidak mampu

mengikutinya dia akan diam. Namun pada intinya olahraga yang dilakukan untuk kesenangan

mereka, Dan olahraga yang sering dilakukan dikelas tersebut adalah jalan-jalan.

F. Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa adaptif di Indonesia

Berbagai factor yang mempengaruhi kondisi pelaksanaan pendidikan jasmanidan

olahraga pada siswa adaptif di Indonesia antara lain kualitas dan profesionalitasguru penjas

adaptif, kondisi lingkungan di sekolah luar biasa dan kualitas kebugaransiswa sekolah luar biasa.

a.Kualitas dan Profesionalitas Guru Penjas Adaptif

Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategisdalam upaya

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,keterampilan gerak, social, dan

intelektual siswa cacat. Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa

sangat penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan mereka, baik

dari segi fisik maupun mentalnya.Pemberian layanan dan kesempatan untuk melakukan olahraga

seluas-luasnya merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajibanyang sama

dengan siswa normal. (Tarigan.2000).Mengenai kualitas dan profesionalitas guru pendidikan

jasmaniadaptif pada sekolah luar biasa ternyata jauh lebih parah di bandingkandengan sekolah

regular. Selain itu minimnya sarana dan prasarana di sekolah

b. luar biasa juga ikut mempengaruhi rendahnya kualitas proses pembelajaranyang

dilakukan. (Tarigan, 2000).Sebagai dampak lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan

olehguru-guru yang tidak professional yang ada kecenderungan bahwa pembelajaran pendidikan

jasmani tidak pernah memenuhi kebutuhan siswacacat akan gerak, sehingga untuk meningkatkan

kesehatan dan kebugarantentu sangat sulit.

c. Kondisi Lingkungan Di Sekolah Luar Biasa

Karena minimnya sarana dan prasarana olahraga bagi siswa adaptif, para siswa tidak akan dapat

melakukan aktifitas secara leluasa dan tidak dapat bergerak bebas. Pengadaan guru yang terkesan

“asal ada” tersebut, tidak mampu mengelola proses pembelajaran apalagi membina dan

meningkatkankesehatan serta kebugaran jasmani siswa sesuai dengan tujuan penjas disekolah

luar biasa (Tarigan, 2003).Hal lain yang menjadi catatan dan perlu mendapat perhatian adalah

pemilihan materi dan pelaksanaan pembelajaran yang harus disesuaikandengan kondisi dan

tingkat kecacatan pada siswa. Sebab kurikulum yangdigunakan sama dengan kurikulum sekolah

umum, padahal padakenyataannya tidak semua materi yang terdapat dalam kurikulum

padasekolah umum mampu dilaksanakan pada siswa luar biasa. Oleh karena itu,apabila

pemilihan materi tidak di lakukan secara cermat dan pelaksanaannyatidak disesuaikan dengan

kemampuan dan kecacatan setiap siswa, maka akanmenyebabkan cedera, karena beban yang

diberikan terlalu berat bagi merekayang memang tidak memiliki kekuatan otot dan daya tahan

yang baik.

d.Kualitas Kebugaran Siswa Sekolah Luar Biasa

Berkaitan dengan kondisi lingkungan sekolah dan sarana yang sangatminim yang

umumnya dialami oleh SLB akan berpengaruh terhadap derajatkebugaran jasmani ,khususnya

daya tahan jantung paru,sebab dari pengamatan lapangan. diketahui keterbatasan sarana dan

prasarana yangdimiliki SLB serta lingkungan yang tidak kondusif menyebabkan keterbatasan

gerak bagi mereka.Selain itu komponen fisik lain jugaterpengaruh akibat keterbatasan gerak

tersebut .antara lain kekuatan otot,kelentukan daya tahan otot.waktu reaksi dan keseimbangan

juga sangatrendah ,sebagai contoh: penyandang tuna netra biasanya berjalan mengandalkan

tuntunan orang lain,sehingga aktifitas geraknya tergantung pada bantuan orang lain.Winnick

(1990) mengemukakan bahwa kebugaran jasmani pada penyandang tuna netra biasanya di bawah

orang lain normal,yang disebabkan berkurangnya kesempatan dan kemauan untuk

bergerak.Mengetahui hal ini(Winnick.1990)dan (Powers&Howley 2001)menyatakan bahwa

kurangnya aktifitas fisik menyebabkan tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Rendahnya

kebugaran atau kualitas fisik siswa penyandang cacat tersebut akibat kurangnya aktifitas gerak

fisik yang mereka lakukan karena sikap over protektif dari keluarga,termasuk sering merasa

kasihan,tidak acuh,lingkungankurang mendukung.Semua ini mengakibatkan terbatasnya

aktivitas gerak fisik yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

menurunkanderajat kesehatan dan tingkat kebugaran jasmani mereka.

Berkaitan dengan informasi tentang rendahnya tingkat kebugaran jasmani siswa cacat

sebagai berikut,kebugaran jasmani siswa SLBTunanetra,Tunarungu,dan tunagrahita

dibandingkan siswa normal,datamenunjukan bahwa dari 30 sampel siswa Tunarungu,30 sampel

Tunagrahitadan 25 sampel Tunanetra semuanya memilki tingkat kebugaran yang sangatrendah

atau kurang sekali.Sedangkan dari 30 siswa normal yang dijadikansebagai pembanding

menunjukan 13 orang masuk kategori sedang dan 17orang masuk kategori kurang. Hal ini

menunjukan bahwa tidak hanya siswa cacat yang kebugarannya sangat kurang, tetapi siswa

normalpun umumnyamasih memiliki kebugaran yang rendah.

Untuk melihat sebaran rata-rata skor setiap komponen kebugaran jasmani dari Siswa SLB

Tunanetra, Tunarunggu, Tunagrahita dan SLTP Negeri dapat dilihat pada grafik 1.Berdasarkan

grafik 1 tersebut terlihat bahwa Siswa Tunanetramemiliki komponen kecepatan yang paling

rendah, kemudian disusulTunagrahita dan paling tinggi adalah Tunarunggu, tetapi bila

dibandingkandengan Siswa sekolah normal maka komponen kecepatan lebih tinggi padaSiswa

normal.Untuk power, Siswa Tunanetra dan Tunarunggu hampir sama besarnya, sedangkan Siswa

Tunagrahita paling rendah skornya. Sedangkanuntuk kekuatan dan daya tahan lengan, ketiga

jenis kecacatan tersebutmemiliki daya tahan lengan yang hampir sama. Mengenai

komponenkekuatan otot ternyata skor yang paling tinggi dicapai oleh SiswaTunarunggu,

kemudian disusul Siswa Tunagrahita dan yang paling rendahadalah Siswa Tunanetra.Untuk

komponen daya tahan otot perut ternyata Siswa Tunanetralebih besar skornya dibandingkan

dengan Siswa Tunagrahita, namun Siswa

Tunarunggu tetap memiliki skor yang paling besar. Selanjutnya untuk skor kelincahan

ternyata yang paling tinggi diperoleh oleh Siswa Tunarunggu danTunagrahita, sedangkan yang

paling rendah dicapai oleh Siswa Tunanetra.Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat

digambarkan bahwadari tujuh komponen kebugaran jasmani yang dinilai ternyata secara

umumkelompok Siswa Tunanetra yang paling rendah, hal ini dapat dipahami karenaaktivitas

mereka yang terbatas dan selalu memerlukan bantuan orang lain.Selanjutnya kelompok Siswa

Tunagrahita berada diurutan kedua, halini disebabkan disamping kurangnya kemauan, untuk

melakukan aktivitasgerak, orang tua juga terlalu over protective. Sedangkan kelompok

Tunarunggu aktivitasnya lebih baik dari Tunanetra dan Tunagrahita sebabmereka pada umumnya

dapat melakukan aktivitas seperti siswa normal,namun lemah dalam bahasa dan

komunikasi.Temuan ini juga pernah diungkapkan oleh Winnick (1990) yangmenegaskan bahwa

kebugaran jasmani pada penyandang Tunanetra biasanyadi bawah kecacatan yang lain dan orang

normal, yang disebabkan berkurangnya kesempatan dan kemauan untuk bergerak.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat

menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan

masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki

masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan

kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa

bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa

peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan

mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif yaitu:

- Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan

siswa

- Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan jasmani individu ABK.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang

disandang oleh siswa

- Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.

- Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk

keadaannya melalui Penjas tertentu.

- Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam

sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.

- Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

- Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan

memiliki harga diri.

- Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap

mekanika tubuh yang baik.

- Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat

diminatinya sebagai penonton.

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti

merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti

terbelakang mental, Klasifikasi tuna grahita diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi

menjadi 3 yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Keterbelakangan

mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat

kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi

yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).

Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55

Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40

Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25

Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:

- Tunagrahita ringan IQnya 50 – 70

- Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50q

- Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Saran

Melalui sedikit penjelasan tentang anak tunagrahita, semoga pembaca yang masih

menganggap semua anak tunagrahita itu anak idiot dan tidak memiliki kemampuan apa-apa tidak

lagi berpikiran semacam itu. Setelah mengetahui hal ini pula kiranya dapat disosialisasikan

kepada siapa saja yang masih belum tahu.