PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin,...

95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Oleh: IKA SETYANINGSIH X7107035 SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

Transcript of PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin,...

Page 1: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010 2011

Oleh

IKA SETYANINGSIH

X7107035

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

i

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRAK

Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN

SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan

yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek

adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak

Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan

dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011

iv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRACT

Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN

SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN

ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and

Educational FacultySebelas Maret University 2011

The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving

the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten

Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach

Variable as the target of the change of this research in improving the

students capability in doing fraction story problem while the action variable used

is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is

classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases

planning observation action realization and reflection The subjects of this

research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar

Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques

of this research are observation test and documentation The data was analyzed

by using an interactive model with three components data reduction data

presentation and conclucion or verification

Conclucion can be drawn based on the result of the research

Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach

can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth

grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition

before the action where the average grade was 4718 with the percentage of

classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is

7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it

increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718

Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using

Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students

capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten

karanganyar in 20102011 academic year

v

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 2: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRAK

Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN

SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan

yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek

adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak

Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan

dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011

iv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRACT

Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN

SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN

ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and

Educational FacultySebelas Maret University 2011

The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving

the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten

Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach

Variable as the target of the change of this research in improving the

students capability in doing fraction story problem while the action variable used

is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is

classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases

planning observation action realization and reflection The subjects of this

research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar

Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques

of this research are observation test and documentation The data was analyzed

by using an interactive model with three components data reduction data

presentation and conclucion or verification

Conclucion can be drawn based on the result of the research

Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach

can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth

grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition

before the action where the average grade was 4718 with the percentage of

classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is

7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it

increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718

Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using

Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students

capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten

karanganyar in 20102011 academic year

v

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 3: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRAK

Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN

SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan

yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek

adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak

Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan

dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011

iv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRACT

Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN

SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN

ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and

Educational FacultySebelas Maret University 2011

The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving

the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten

Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach

Variable as the target of the change of this research in improving the

students capability in doing fraction story problem while the action variable used

is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is

classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases

planning observation action realization and reflection The subjects of this

research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar

Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques

of this research are observation test and documentation The data was analyzed

by using an interactive model with three components data reduction data

presentation and conclucion or verification

Conclucion can be drawn based on the result of the research

Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach

can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth

grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition

before the action where the average grade was 4718 with the percentage of

classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is

7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it

increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718

Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using

Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students

capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten

karanganyar in 20102011 academic year

v

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 4: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRAK

Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN

SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan

yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek

adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak

Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan

dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal

sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011

iv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRACT

Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN

SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN

ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and

Educational FacultySebelas Maret University 2011

The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving

the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten

Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach

Variable as the target of the change of this research in improving the

students capability in doing fraction story problem while the action variable used

is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is

classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases

planning observation action realization and reflection The subjects of this

research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar

Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques

of this research are observation test and documentation The data was analyzed

by using an interactive model with three components data reduction data

presentation and conclucion or verification

Conclucion can be drawn based on the result of the research

Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach

can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth

grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition

before the action where the average grade was 4718 with the percentage of

classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is

7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it

increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718

Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using

Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students

capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten

karanganyar in 20102011 academic year

v

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 5: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

ABSTRACT

Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN

SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN

ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and

Educational FacultySebelas Maret University 2011

The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving

the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten

Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach

Variable as the target of the change of this research in improving the

students capability in doing fraction story problem while the action variable used

is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is

classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases

planning observation action realization and reflection The subjects of this

research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar

Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques

of this research are observation test and documentation The data was analyzed

by using an interactive model with three components data reduction data

presentation and conclucion or verification

Conclucion can be drawn based on the result of the research

Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach

can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth

grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition

before the action where the average grade was 4718 with the percentage of

classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is

7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it

increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718

Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using

Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students

capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten

karanganyar in 20102011 academic year

v

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 6: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu

bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

( Anatole France)

Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus

(Harry Emerson Fosdick )

Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk

mengejarnya

( Penulis)

vi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 7: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur

kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang

yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai

mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk

lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat

kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup

Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat

menggapai cita-cita dan masa depanku nanti

Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan

dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga

vii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 8: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini

diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada

1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian

8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya

untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian

viii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 9: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami

Surakarta April 2011

Penulis

ix

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 10: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN ABSTRAK iv

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Perumusan Masalah 5

C Tujuan Penelitian 5

D Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A Kajian Pustaka 7

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18

B Hasil Penelitian yang Relevan 32

C Kerangka Berfikir 33

D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODE PENELITIAN 35

A Tempat dan Waktu Penelitian 35

B Subjek dan Objek Penelitian 35

C Bentuk Penelitian 35

D Sumber Data 36

E Teknik Pengumpulan Data 36

x

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 11: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

F Validitas Data 38

G Teknik Analisis Data 38

H Prosedur Penelitian 40

I Indikator Ketercapaian 45

BAB IV HASIL PENELITIAN 46

A Diskripsi Lokasi Penelitian 46

B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47

1 Diskripsi Pra Siklus 47

2 Diskripsi Siklus I 49

3 Diskripsi Siklus II 60

C Diskripsi Hasil Penelitian 73

D Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78

A Simpulan 78

B Implikasi 78

C Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

LAMPIRAN 85

xi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 12: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47

Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55

Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57

Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67

Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69

Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71

Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76

xii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 13: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 34

Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41

Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48

Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57

Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59

Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69

Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72

Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77

xiii

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87

Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119

Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126

Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133

Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140

Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143

Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144

Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148

Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152

Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156

Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160

Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162

Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164

Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166

Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176

xiv

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan

nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan

informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi

yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga

berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat

diperlukan

Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan

lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan

berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk

membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik

disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik

apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu

komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk

materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing

aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang

abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika

dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya

dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada

aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar

dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)

1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

2

tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta

mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar

yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata

pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di

setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit

Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu

ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar

siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu

berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa

kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas

oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam

memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini

terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru

kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas

IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash

tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan

dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan

siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau

6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil

pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten

rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang

terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan

yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

3

yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah

penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari

kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang

memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya

langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang

disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan

soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan

senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau

pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan

menyenangkan bagi siswa

Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang

membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa

tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun

motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau

pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran

Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam

menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang

digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi

belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai

karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan

materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus

bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan

materi yang diajarkan

Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal

dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut

Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu

teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep

matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

4

meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya

nalar

Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan

harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)

bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika

bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa

tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat

oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa

tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain

itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan

pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah

konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan

(Suwarsono 2001 5-7)

RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai

fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan

mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa

untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat

ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika

perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam

Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran

yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

5

dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu

cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic

Education)

Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo

B Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

tahun pelajaran 2010 2011 rdquo

C Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut

Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011

D Manfaat Penelitian

1 Teoretis

a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis

2 Praktis

a Bagi Kepala Sekolah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

6

Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru

supaya mempraktekkannya

b Bagi Guru

1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran

Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan

2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau

pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif

sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran

c Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan

soal cerita pokok bahasan pecahan

d Bagi Sekolah

Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui

penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A Kajian Pustaka

1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata

dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup

(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan

ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid

diakses pada 4 Januari 2011)

Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi

potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki

(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari

2011)

Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda

dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi

yang ada dalam diri individu

Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan

dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir

menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp

7

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

8

diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang

telah dimulainya

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi

suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk

dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk

mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika

yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-

soal berbentuk cerita (verbal)

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita

adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau

masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi

panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang

diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan

Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang

dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan

Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan

yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal

cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika

yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang

diajarkan pada mata pelajaran Matematika

Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk

mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus

dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator

ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

seperangkat tes soal cerita

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

9

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa

untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan

awal yaitu kemampuan untuk

1) menentukan hal yang diketahui dalam soal

2) menentukan hal yang ditanyakan

3) membuat model matematikanya

4) melakukan perhitungan

5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita

sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika

Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu

1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan

yang ada dalam soal

2) menuliskan kalimat matematika

3) menyelesaikan kalimat matematika dan

4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama

dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu

masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang

ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)

memberikan petunjuk

1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut

2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat

3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut

4) identifikasikan apa yang hendak dicari

5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan

6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya

menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi

dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

10

Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-

langkah

1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat

2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa

yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang

diperlukan

3) membuat model Matematika dari soal

4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga

mendapatkan jawaban dari model tersebut dan

5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak

mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka

hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah

Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan

kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam

suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya

terdahulu atau sebelumnya

b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk

mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi

bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar

juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang

berguna bagi dirinya

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk

memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam

Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

11

terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)

berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp

hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)

Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu

lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien

2) Pengertian Matematika

Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika

berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau

ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif

dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan

tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui

deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang

mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi

eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp

q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

12

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman

(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan

mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology Mathematics is pervanding

every study and technique in our modern world Bringing ever more

sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is

to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting

an interdisciplinary approach so that one professional group may

benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap

pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan

pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan

interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu

para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain

(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda

abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia

serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa

belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah

(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-

model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata

Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola

pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

13

sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http

wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29

Desember 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan

untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika

4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan

kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka

perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika

menurut para ahli

Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa

dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik

c) Simbolik

a) Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-

atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara

aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam

tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan

sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata

b) Ikonik

Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman

yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan

kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

14

c) Simbolik

Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-

lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi

tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan

dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan

kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik

simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang

abstrak yang lain

Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari

konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks

5) Hakikat Pecahan

a) Pengertian Pecahan

Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul

Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan

untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua

bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)

bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati

(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam

bentuk

dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a

disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut

Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan

bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai

berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang

utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash

kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan

pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu

pecahan tidak selalu di notasikan dengan

(pecahan biasa) tetapi

dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

15

campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan

biasa

Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-

bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk

dengan a dan

b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut

b) Operasi Hitung Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan

Contoh

Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya

meter Marbun

juga mempunyai seutas tali dengan panjang

meter Jika kedua

tali tersebut disambung berapakah panjangnya

Jawab

Panjang tali Abid

meter

Panjang tali Marbun

meter

Panjang semua tali adalah

meter +

meter =

meter

Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah

meter

Contoh

Adi mempunyai

keju di beri oleh Nenek

keju Berapa jumlah

keju Adi sekarang

Jawab

Keju Adi

Keju Nenek

Total keju Adi adalah

+

=

Jadi total keju Adi adalah

Contoh

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

16

Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat

kue Ema membeli

kg gula dan

kg tepung Berapa berat gula

dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut

Jawab

Berat gula

kg

Berat tepung

kg

Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20

+

=

( ) ( )

=

=

kg

berat total belanjaan Ema adalah

kg

Contoh

Ema mempunyai pita sepanjang

meter Diberi Menik

meter

Berapa meter pita ema sekarang

Jawab

Pita Ema

meter diberi Menik

Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12

+

=

( )

+

=

=

meter

Jadi panjang pita Ema adalah

meter

Ingat

(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

17

(2) Pengurangan Pecahan

Contoh

Pedagang beras itu mempunyai

ton persediaan beras Dalam sehari telah

terjual sebanyak

ton beras berapa beras yang belum terjual

Jawab

ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak

ton beras

berapa beras yang belum terjual

-

=

ton

Jadi sisa beras yang belum terjual adalah

ton

Contoh

Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya

meter dengan warna hijau

dan kuning Sepanjang

meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang

kayu yang dicat kuning

Jawab

Panjangnya kayu

meterdi cat warna hijau

meter sisanya kuning

Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10

-

=

ndash

( )

=

( )

=

meter

Jadi kayu yang di cat kuning adalah

meter

Contoh

Abid dan Marbun memetik

keranjang buah mangga Sebanyak

keranjang

mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga

yang masih ada

Jawab

Abid dan Marbun memetik

keranjang Sebanyak

buah keranjang mangga

telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang

masih ada

Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

18

-

=

( ) ( )

=

=

keranjang

Jadi buah mangga yang masih ada adalah

keranjang

Ingat

(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak

dikurangkan

(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda

1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk

pecahan yang senilai)

2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan

berpenyebut sama

2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

a Hakikat Pendekatan

Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)

pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung

dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret

2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir

baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk

memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-

pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

19

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan

dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan

pembelajaran

b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)

Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia

dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar

PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah

dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini

sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di

Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar

Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan

matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai

tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang

dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat

diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik

lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat

(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-

pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)

DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam

International Journal of Mathematics education RME theory is a

promising direction to improve and enhance learnersrsquo

understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-

2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

20

yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar

di bawah klasemen dalam matematika

Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori

pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata

atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika

dapat mencapai tujuan secara lebih baik

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic

Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang

pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun

1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada

anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa

matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan

aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan

relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini

kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika

dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep

Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak

dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan

guru

Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan

suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara

Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam

kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit

dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh

siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan

berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti

pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang

berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

21

Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad

(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di

Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity

dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah

selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan

siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam

konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi

penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks

dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan

nyata dalam alam fikiran siswa

Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai

titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa

dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal

world is the world outside mathematics such as subject matter other than

mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah

segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain

Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita

Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah

kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas

mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas

mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu

membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil

keputusan tentang ide terbaik untuk mereka

RME has played a role in eliciting and addressing

alternative conceptions of learners in this intervention This has been

done firstly through the application of the principle of guided

reinvention in the design of contextual problems

(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas

konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih

dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam

perancangan masalah kontekstual

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

22

Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik

menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa

mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa

terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat

ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan

pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru

harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus

memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada

proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam

menafsirkan persoalan real

Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)

mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan

(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh

siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan

yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis

atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas

Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang

mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu

membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika

sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga

siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing

c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga

prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and

progressive mathematization didactical phenomenology serta self -

developed models

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

23

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan

Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa

dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak

dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya

diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau

realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik

Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan

kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran

Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi

atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap

pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan

masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran

sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba

memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada

awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang

digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan

berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan

yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi

cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik

Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan

memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka

akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi

berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada

pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan

berorientasi pada masalah

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

24

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa

mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri

oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun

vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan

masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah

buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam

pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi

nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr

rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan

merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo

Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah

amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai

berikut

1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia

Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam

pembelajaran Matematika

2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa

3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi

suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai

mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal

4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika

jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah

tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan

antara materi-materi itu secara lebih baik

5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas

sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

25

untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan

strateginya menemukan itu serta menanggapinya

6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing

untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika

d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)

karakteristik RME mencakup

1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia

nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata

bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai

dengan pengalaman mereka

2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep

Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di

sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa

seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal

siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan

yang juga ada di sekitar siswa

3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa

Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam

proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata

yang diberikan oleh guru

4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam

pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama

dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi

pekerjaan mereka

5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

26

Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu

lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan

yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah

Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto

dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa

2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika

melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

atau temannya

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

mereka temukan

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang

memang ada hubungannya

6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok

dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa

hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas

adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik

1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika

dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo

2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

27

3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip

Matematika

4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari

dunia siswa

5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk

menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan

masalah dan diskusi

Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara

prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan

konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa

untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan

konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)

e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)

1) Kelebihan RME

a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika

dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika

pada umumnya bagi manusia

b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang

kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh

siswa

c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah

tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa

bahkan dengan gurunyapun

d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

28

sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut

pembelajaran tidak akan bermakna

e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai

pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti

pendekatan pemecahan masalah dll

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai

berikut

a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa

meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan

memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar

b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

tidak takut belajar matematika

c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya

d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan berpikir alternatif

e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi

antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat

yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa

g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti

perkembangan matematika sebagai suatu disiplin

h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari

UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be

dan learning to live together

2) Kelemahan RME

Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)

kelemahan RME adalah sebagai berikut

a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME

membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

29

sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini

mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena

paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar

b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk

setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa

c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan

cara penyelesaian tiap soal

d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan

memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal

dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu

yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan

e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias

membantu proses berpikir siswa

f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam

pembelajaran konvensional

g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi

secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa

berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME

f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME

Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara

umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya

2) Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata

Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara mereka sendiri

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

30

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain

dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil

kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya

diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat

itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi

dalam bentuk Matematika formal

Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-

langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

1) Persiapan

a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan

b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan

2) Pembukaan

a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa

b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri

3) Proses Pembelajaran

a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun

kelompok

b) Memberi bantuan jika diperlukan

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja

mereka dan mengomentari hasil kerja temannya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

31

d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk

menyelesaikan masalah

e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang

bersifat umum

4) Penutup

a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah

mereka lakukan dan pelajari

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah

g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME

1) Peran Guru

Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang

mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan

Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan

evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa

untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka

sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki

aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya

guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks

tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah

baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik

dapat dirumuskan sebagai berikut

a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar

b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif

c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi

sumbangan pada proses belajarnya

d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia

nyata baik fisik maupun sosial

2) Peran Siswa

Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

32

interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini

pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri

pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi

berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah

Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam

bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)

konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut

a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika

yang mempengaruhi belajar selanjutnya

b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan

itu untuk dirinya sendiri

c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi

penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan

penolakan

d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam

pengalaman yang dimilikinya

e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan

Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin

B Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu

pada penelitian yang telah ada sebelumnya

Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi

Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas

VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh

hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

33

dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi

siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus

Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II

Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil

pembelajaran Matematika

Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan

Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic

Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan

Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang

C Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas

hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang

ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang

konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika

mengikuti pelajaran

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas

IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan

antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan

seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata

tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan

sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan

demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

34

Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan

Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan

penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1 Kerangka Berpikir

D Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat

diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar

Kondisi Awal Guru belum menggunakan

Pendekatan Realistic

Mathematic

Education(RME) dan masih

menggunakan metode

konvensional

metode konvensional

Kemampuan

menyelesaikn

soal cerita

pecahan

di kelas IV

rendah

rendah

Siklus I Tindakan

Dalam pembelajaran guru

menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematic

Education(RME) Siklus II

Diduga melalui Pendekatan Realistic

Mathematic Education(RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal ceita

pecahan

Kondisi Akhir

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu

Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA

Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki

hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di

sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang

Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita

pokok bahasan pecahan yang masih rendah

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember

2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1

B Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri

03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri

dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

C Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

35

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

36

D Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah

1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan

3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas

E Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah

1 Observasi

Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran

Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang

dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan

sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru

difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar

aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika

yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

37

2 Tes

Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa

jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan

kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39

Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan

indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat

dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19

3 Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan

bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik

Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV

(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV

semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar

sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education

(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)

4 Wawancara

Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan

soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics

Education (RME)

Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA

SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara

terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

38

F Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan

adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan

hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam

penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan

triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah

1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang

kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam

mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya

diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik

dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV

SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa

teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya

G Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari

dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau

verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

39

1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi

siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes

kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03

Jaten Karanganyar Tahun 2011

2 Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid

Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar tahun 2011

3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya

merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari

Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

40

Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman (200920)

H Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut

1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang

digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara

2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk

segera dipecahkan

3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah

teridentifikasi

4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic

Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan

pecahan

5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas

6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun

7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan

(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut

dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(verivikasi) Reduksi Data

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

41

Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto dkk (200916)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut

1 Siklus I

a Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap

selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada

tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan

Pelaksanaan SIKLUS 1

Pengamatan

SIKLUS 2

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Dan seterusnya

Perencanaan

Perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

42

yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan

Adapun perinciannya yaitu

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu

kelompok saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas

siswa dalam pembelajaran

3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)

sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi

individu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

43

b Tahap Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi

1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

membagi siswa secara kelompok

2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah

itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi

memecahkan persoalan pada LKS

c Tahap PengamatanObservasi

Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang

dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang

memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap EvaluasiRefleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi

secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif

perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah

perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti

serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus

satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

44

2 Siklus II

a Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME)

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar

dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran

b Tahap Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)

yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I

2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan

Realistic Mathematic Education (RME)

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan percahan

c Tahap PengamatanObservasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan

pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok

bahasan soal cerita pecahan

2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung

d Tahap Evaluasi Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan

untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education

(RME)

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

45

I Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang

diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada

siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan

mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum

mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut

dicapai

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Diskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak

awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali

pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj

Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan

Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada

di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan

Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2

dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m

2 Bangunan yang ada

diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang

laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3

ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1

ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1

laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai

sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun

ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus

satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana

kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler

Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten

Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya

kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki

dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd

B Diskripsi Permasalahan Penelitian

1 Diskripsi Pra Siklus

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

46

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

47

nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada

bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih

terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa

kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran

Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum

tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 9 ndash 18 3 769

2 19 ndash 28 4 1026

3 29 ndash 38 4 1026

4 39 ndash 48 6 1538

5 49 ndash 58 9 2307

6 59 ndash 68 8 2051

7 69 ndash 78 3 769

8 79 ndash 88 2 513

Jumlah 39 100

Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan

dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

48

Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa

yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26

siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60

Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa

yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan

suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya

pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan

sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus

siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

49

Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus

Keterangan Pra Siklus

Nilai terendah 10

Nilai tertinggi 85

Rata-rata nilai 4718

Siswa belajar tuntas 3333

Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas

diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan

benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata

nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu

sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada

materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra

siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk

materi pecahan

Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan

bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas

IV SDN 03 Jaten masih kurang

2 Diskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada

tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

50

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran

b Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan

pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus

ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan

RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

51

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa

bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan

dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara

heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai

dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok

maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta

media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar

tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa

mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru

bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah

dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk

menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari

kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam

menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

52

ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui

penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan sederhana

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan

pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan

untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan

mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa

blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan

kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

53

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil

dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di

depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja

temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh

strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru

membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu

untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada

hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan

pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini

difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi

aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian

pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk

mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

54

(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai

berikut

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi

25

3 Pengelolaan kelas 2

4 Penggunaan Bahasa 2

5 Ketepatan dan daya tarik media 3

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

2

7 Penggunaan strategi bertanya 25

8 Pemberian umpan balik 2

9 Penguasaan bahan ajar 25

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa

2

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 3

Total skor 28 31

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup

baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup

berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik

perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik

pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

55

dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata

keterampilan guru pada siklus I ini cukup

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Uraian Tindakan

Skor Rata

-

Rata

I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

25

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

2

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

3

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

25

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

25

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

3

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

3

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

3

Total skor 27 28

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

56

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam

memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada

materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman

saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah

bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup

rendah

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

57

Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 46 ndash 55 11 2821

2 56 ndash 65 0 0

3 66 ndash 75 16 4103

4 76 ndash 85 7 1794

5 86 ndash 95 5 1282

Jumlah 39 100

Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai

berikut

Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

58

Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55

sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75

sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85

sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95

sebanyak 5 siswa atau 1282

d) Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi

sebagai berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1

yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau

2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28

siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa

atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa

tiap kelompok

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

59

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan

siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini

Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra Siklus Siklus I

Nilai terendah 10 45

Nilai tertinggi 85 95

Rata-rata nilai 4718 7052

Ketuntasan Klasikal 3333 7179

Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I

pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai

berikut

Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

60

Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada

tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus

hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan

pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan

dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal

sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128

Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa

dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD

Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran

matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman

pada hasil refleksi siklus I

3 Diskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal

10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut

a Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang

dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

61

diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang

cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama

Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA

SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru

kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011

dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran

Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)

sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada

pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut

1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap

kelompok

2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap

mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan

waktu

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar

benar atau lanjutkan

Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada

siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru

selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian

pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

62

pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic

Mathematics Education (RME) sebagai berikut

1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME

yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan

dilaksanakan dalam satu minggu dengan

Standar Kompetensi (SK)

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar (KD)

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator

Kognitif

a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan sederhana

b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Afektif

c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok

saat melaksanakan diskusi

d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan soal cerita

Psikomotor

e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan

f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan

benar

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok

pecahan dan gambar

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

63

b Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah

sebagai berikut

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan

media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman

siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan

pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran

dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias

untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru

menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan

dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari

guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada

masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa

mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru

mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

64

Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas

hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta

wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan

mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari

hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk

memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada

ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada

masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang

telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

2) Pertemuan kedua

Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung

pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks

Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru

menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan

pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru

memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic

Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan

2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

65

Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk

kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu

guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok

Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya

Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami

kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa

membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru

meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil

temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain

mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan

siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan

masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas

II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan

materi yang telah dipelajarinya

Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari

Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru

memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran

c Observasi

Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pendekatan RME

1) Hasil observasi bagi guru

Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran

Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan

lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

66

Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Kategori Keterampilan Mengajar

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Membuka Pelajaran 3

2 Kejelasan dan sistematika penyampaian

materi 3

3 Pengelolaan kelas 3

4 Penggunaan Bahasa 35

5 Ketepatan dan daya tarik media 5

6 Kemampuan menggunakan pendekatan

RME

35

7 Penggunaan strategi bertanya 35

8 Pemberian umpan balik 35

9 Penguasaan bahan ajar 35

10 Tuntutan pencapaian ketercapaian

kompetensi siswa 25

11 Ketepatan strategi pembelajaran 3

12 Menutup pelajaran 35

Total skor 36 41

Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342

Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam

menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang

digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik

penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan

baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru

sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah

baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

67

sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan

peningkatan dari cukup menjadi baik

2) Hasil observasi bagi siswa

Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2

berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel

8 sebagai berikut

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Tindakan

Skor Rata-

Rata I II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran

yang disampaikan guru

3

2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35

3 Keterlibat siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4

4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan

media yang digunakan

3

5 Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat

35

6 Kerjasama antar siswa dalam proses

pembelajaran

4

7 Kesungguhan siswa mengerjakan

tugas individu maupun kelompok

3

8 Kemauan untuk menerapkan hasil

pelajaran

35

9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran

4

10 Kesungguhan siswa dalam

mengerjakan evaluasi

35

Total skor 33 37

Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37

Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )

Keterangan

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

68

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama

siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan

baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah

terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan

media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang

kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi

kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran

siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi

Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari

pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang

disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang

disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran

siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan

mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan

teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan

bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat

kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal

evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan

peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi

baik

3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan

lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian

dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data

yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

69

Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II

Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 56 ndash 64 8 2051

2 65 ndash 73 4 1026

3 74 ndash 82 3 769

4 83 ndash 91 11 2821

5 92 ndash 100 13 3333

Jumlah 39 100

Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah

menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang

telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai

berikut

Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

70

Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah

melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60

sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak

4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3

siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11

siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100

sebanyak 13 siswa atau 3333

d Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah

menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai

berikut

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil

evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1

yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513

2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan

1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau

2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30

siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa

yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282

dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa

atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus

II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)

yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3

siswa tiap kelompok

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

71

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan

bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan

tidak menghabiskan waktu

5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada

siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata

ya bagus pintar benar atau lanjutkan

Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini

Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas

IV SDN 03 Jaten

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 55

Nilai tertinggi 95 100

Rata-rata nilai 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 7179 8718

Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II

pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai

berikut

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

72

Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV

SDN 03 Jaten

Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes

siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes

siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa

yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I

hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada

siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik

menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128

naik pada tes siklus II menjadi 8154

Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara

cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan

menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah

berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi

apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang

belum tuntas

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

73

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran

matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics

Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai

target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics

Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011

C Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut

1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang

mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai

20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa

mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai

50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa

mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa

mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang

mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333

2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui

bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

74

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2

siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa

mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa

mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan

mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang

diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60

(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7

siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa

mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa

yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan

siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60

(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai

ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)

sebanyak 28 siswa atau 7179

3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa

nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang

terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut

a Pertemuan 1

Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1

siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa

mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat

nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90

ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

75

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang

mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa

yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692

b Pertemuan 2

Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1

siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa

siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa

mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12

siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513

Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282

dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau

8718

c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)

sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak

34 siswa atau 8718

Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran

dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan

Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat

Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV

SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal

cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah

dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap

cukup dan diakhiri pada siklus ini

D Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

76

terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 10 45 55

Nilai tertinggi 85 95 100

Rata-rata nilai 4718 7052 8154

Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama

naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus

pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100

b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154

c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes

siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa

dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa

yang belum tuntas

Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang

memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

77

melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri

03 Jaten Karanganyar

Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan

dalam Grafik 6 di bawah ini

Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I

dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME

Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-

peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas

Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi

bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah

Dasar lain pada umumnya

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F

R

E

K

U

E

N

S

I

N

I

L

A

I

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun

pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi

peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada

siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)

pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua

siswa belajar tuntas mencapai 8718

B Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis

1 Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus

menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain

itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

78

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

79

menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat

2 Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika

melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa

khususnya pada materi soal cerita pecahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan

kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai

Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping

itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau

menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah

kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas

dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita

C Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran

20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

80

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut

1 Kepada Kepala Sekolah

a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan

hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap

diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam

pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan

metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa

b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama

dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan

pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana

semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada

pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

lebih efektif dan optimal

2 Kepada Guru

a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa

tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih

pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa

secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)

b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang

kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa

perpustakaanunsacid digilibunsacid

commit to user

81

3 Kepada Siswa

a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi

pelajaran yang sedang diajarkan

b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan

mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari

Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam

mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan

yang dipresentasikan oleh kelompok lain

c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal

d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari

Page 14: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 15: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 16: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 17: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 18: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 19: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 20: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 21: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 22: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 23: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 24: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 25: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 26: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 27: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 28: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 29: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 30: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 31: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 32: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 33: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 34: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 35: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 36: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 37: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 38: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 39: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 40: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 41: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 42: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 43: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 44: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 45: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 46: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 47: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 48: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 49: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 50: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 51: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 52: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 53: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 54: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 55: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 56: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 57: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 58: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 59: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 60: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 61: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 62: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 63: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 64: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 65: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 66: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 67: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 68: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 69: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 70: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 71: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 72: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 73: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 74: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 75: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 76: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 77: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 78: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 79: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 80: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 81: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 82: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 83: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 84: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 85: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 86: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 87: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 88: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 89: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 90: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 91: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 92: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 93: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 94: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap
Page 95: PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin, menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup. Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap