PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin,...
Transcript of PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA … · 2013. 7. 22. · kekuatan lahir batin,...
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Oleh
IKA SETYANINGSIH
X7107035
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
i
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRAK
Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek
adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak
Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan
dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif
yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011
iv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRACT
Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN
SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN
ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and
Educational FacultySebelas Maret University 2011
The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving
the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten
Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach
Variable as the target of the change of this research in improving the
students capability in doing fraction story problem while the action variable used
is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is
classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases
planning observation action realization and reflection The subjects of this
research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar
Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques
of this research are observation test and documentation The data was analyzed
by using an interactive model with three components data reduction data
presentation and conclucion or verification
Conclucion can be drawn based on the result of the research
Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach
can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth
grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition
before the action where the average grade was 4718 with the percentage of
classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is
7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it
increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718
Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using
Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students
capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten
karanganyar in 20102011 academic year
v
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRAK
Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek
adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak
Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan
dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif
yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011
iv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRACT
Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN
SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN
ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and
Educational FacultySebelas Maret University 2011
The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving
the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten
Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach
Variable as the target of the change of this research in improving the
students capability in doing fraction story problem while the action variable used
is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is
classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases
planning observation action realization and reflection The subjects of this
research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar
Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques
of this research are observation test and documentation The data was analyzed
by using an interactive model with three components data reduction data
presentation and conclucion or verification
Conclucion can be drawn based on the result of the research
Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach
can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth
grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition
before the action where the average grade was 4718 with the percentage of
classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is
7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it
increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718
Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using
Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students
capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten
karanganyar in 20102011 academic year
v
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRAK
Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek
adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak
Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan
dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif
yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011
iv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRACT
Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN
SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN
ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and
Educational FacultySebelas Maret University 2011
The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving
the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten
Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach
Variable as the target of the change of this research in improving the
students capability in doing fraction story problem while the action variable used
is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is
classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases
planning observation action realization and reflection The subjects of this
research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar
Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques
of this research are observation test and documentation The data was analyzed
by using an interactive model with three components data reduction data
presentation and conclucion or verification
Conclucion can be drawn based on the result of the research
Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach
can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth
grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition
before the action where the average grade was 4718 with the percentage of
classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is
7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it
increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718
Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using
Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students
capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten
karanganyar in 20102011 academic year
v
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRAK
Ika Setyaningsih PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS IV SD
NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011
Skripsi Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi Sebagai subjek
adalah siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39 anak
Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi tes wawancara dan
dokumentasi Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif
yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data sajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) efektif
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 4718 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 3333 siklus I nilai rata-rata kelas 7052 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 7179 dan siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 8154 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 8718
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011
iv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRACT
Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN
SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN
ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and
Educational FacultySebelas Maret University 2011
The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving
the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten
Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach
Variable as the target of the change of this research in improving the
students capability in doing fraction story problem while the action variable used
is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is
classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases
planning observation action realization and reflection The subjects of this
research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar
Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques
of this research are observation test and documentation The data was analyzed
by using an interactive model with three components data reduction data
presentation and conclucion or verification
Conclucion can be drawn based on the result of the research
Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach
can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth
grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition
before the action where the average grade was 4718 with the percentage of
classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is
7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it
increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718
Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using
Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students
capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten
karanganyar in 20102011 academic year
v
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
ABSTRACT
Ika Setyaningsih IMPROVING THE STUDENTS CAPABILITY IN
SOLVING STORY PROBLEM OF FRACTION THROUGH REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME) APPROACH IN THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF SDN O3 JATEN KARANGANYAR IN
ACADEMIC YEAR 20102011 Minithesis Surakarta Teacher Training and
Educational FacultySebelas Maret University 2011
The purpose of this research is to improve students capabiltiy in solving
the story problem of fraction topic in fourth grade students of SDN 03 Jaten
Karanganyar by using Realistic Mathematics Educational (RME) Aproach
Variable as the target of the change of this research in improving the
students capability in doing fraction story problem while the action variable used
is Realistic Mathematics Education (RME) approach This research approach is
classroom action research with two cycles Each cycle is conducted 4 phases
planning observation action realization and reflection The subjects of this
research is students ( 39 students ) of fourth grade of SDN 03 Jaten Karanganyar
Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques
of this research are observation test and documentation The data was analyzed
by using an interactive model with three components data reduction data
presentation and conclucion or verification
Conclucion can be drawn based on the result of the research
Mathematic learning through Realistic Mathematics Education (RME) aproach
can improve the students capability to finish the fraction story problem of fourth
grade students of SDN 03 Jaten Karanganyar It is proven on the condition
before the action where the average grade was 4718 with the percentage of
classical completeness is 3333 cycle 1 indicated the averaged grade of class is
7052 with the classical completeness precentage of 7179 and cycle II it
increased become 8154 with the classical completeness precentage of 8718
Therefore a recommendation can be addressed that mathematic learning by using
Realistic Mathematics Education (RME) approach can improve the students
capability to finish the fraction story problem in fourth grade of SDN 03 Jaten
karanganyar in 20102011 academic year
v
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
MOTTO
Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak tapi juga perlu
bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya
( Anatole France)
Membenci orang lain sama seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus
(Harry Emerson Fosdick )
Semua mimpi kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki keberanian untuk
mengejarnya
( Penulis)
vi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta kasih teriring doa dan ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ayah dan Ibunda Tercinta
Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang
yang Ayah dan Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti untukku sampai
mengantarku menjadi seperti sekarang ini Ayah menjadi inspirator hidupku untuk
lebih maju lagi Ibu seorang motivator hidupku yang selalu memberi semangat
kekuatan lahir batin menguatkan hati dan mentalku menghadapi cobaan hidup
Doa-doa Ayah dan Ibu tulus terucap penuh harap agar aku dapat
menggapai cita-cita dan masa depanku nanti
Semua sahabat sejatiku dan keluarga besar SIBO7
Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat dorongan
dan motivasi semoga silaturahmi kita tetap terjaga
vii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011 ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada
1 ProfDrHM Furqon Hidayatullah MPd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Drs Rusdiana Indianto MPd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3 Drs Kartono MPd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4 Drs Hasan Mahfud MPd selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
5 Dr Peduk Rintayati MPd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
6 Dra Sularmi MPd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
7 Hj Endang Widowati SPd selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian
8 Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA yang telah merelakan waktunya
untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian
viii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami
Surakarta April 2011
Penulis
ix
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Perumusan Masalah 5
C Tujuan Penelitian 5
D Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI 7
A Kajian Pustaka 7
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan 7
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) 18
B Hasil Penelitian yang Relevan 32
C Kerangka Berfikir 33
D Pengajuan Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A Tempat dan Waktu Penelitian 35
B Subjek dan Objek Penelitian 35
C Bentuk Penelitian 35
D Sumber Data 36
E Teknik Pengumpulan Data 36
x
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
F Validitas Data 38
G Teknik Analisis Data 38
H Prosedur Penelitian 40
I Indikator Ketercapaian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 46
A Diskripsi Lokasi Penelitian 46
B Diskripsi Permasalahan Penelitian 47
1 Diskripsi Pra Siklus 47
2 Diskripsi Siklus I 49
3 Diskripsi Siklus II 60
C Diskripsi Hasil Penelitian 73
D Pembahasan Hasil Penelitian 75
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 78
A Simpulan 78
B Implikasi 78
C Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 85
xi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Nilai Pra Siklus 47
Tabel 2 Hasil Tes Pra Siklus 49
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 54
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 55
Tabel 5 Hasil Evaluasi Nilai Siklus I 57
Tabel 6 Perkembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Tabel 7 Hail Observasi Aktiviyas Guru Siklus II 66
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 67
Tabel 9 Hasil Evaluasi Nilai Siklus II 69
Tabel 10 Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II 71
Tabel 11 Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan Siklus II 76
xii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir 34
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 40
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 41
Gambar 4 Grafik Data Nilai Pra Siklus 48
Gambar 5 Grafik Data Nilai Siklus I 57
Gambar 6 Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I 59
Gambar 7 Grafik Data Nilai Siklus II 69
Gambar 8 Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II 72
Gambar 9 Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus Siklus I dan siklus II 77
xiii
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Waktu Penelitian 85
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan RME 86
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan RME 87
Lampiran 4 Silabus Kelas IV 89
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 91
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 115
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 119
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 122
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 126
Lampiran 11 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 133
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 136
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 140
Lampiran 15 Tes Pra-Siklus 143
Lampiran 16 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 1 144
Lampiran 17 LKS dan Tugas Siklus I Pertemuan 2 148
Lampiran 18 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 1 152
Lampiran 19 LKS dan Tugas Siklus II Pertemuan 2 156
Lampiran 20 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Pra-Siklus 160
Lampiran 21 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I 162
Lampiran 22 Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II 164
Lampiran 23 Kisi-Kisi soal 166
Lampiran 24 Foto Kegiatan Pembelajaran 169
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian 176
xiv
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat) pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga) Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Dengan
berpartisipasi siswa akan mengalami menghayati dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran Hasil belajar yang demikian akan lebih baik
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa Oleh karena itu
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika
dan pembahasannya Pentingnya belajar Matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur Menghitung mengarah pada
aritmatika dan mengukur mengarah pada geometri merupakan fondasi atau dasar
dari MatematikaMenurut GBPP mata pelajaran Matematika di SD (199470)
1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
2
tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan dan mengembangkan
ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan dasar Matematika untuk bekal belajar lebih lanjut
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
yang masih rendah kemampuan berhitungnya Berbagai persepsi mengenai mata
pelajaran Matematika menjadi beban psikologis yang menjangkiti para siswa di
setiap jenjang pendidikan Matematika menjadi ditakuti karena dianggap sulit
Hampir semua pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika selalu
ada soal cerita Sebuah model soal sering menjadi momok bagi sebagian besar
siswa Oleh karena itu maka setiap guru mata pelajaran Matematika perlu
berusaha mencari gagasan guna mencari solusinya agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berbentuk cerita
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita Mereka mengalami kesulitan dalam
memahami soal dan membuat kalimat Matematikanya Fenomena semacam ini
terjadi di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dari hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD Negeri 03 Jaten dan dikuatkan oleh hasil observasi peneliti di kelas
IVA menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan tergolong masih rendah Hal ini teridentifikasi dari tahunndash
tahun sebelumnya yang menunjukkan nilai yang dicapai siswa masih rendah dan
dikuatkan oleh hasil tes awal yang diberikan guru yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan mencapai 4718 dan
siswa yang tuntas hanya 13 siswa atau 3333 dari 39 siswa jadi 26 siswa atau
6667 masih mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru di SD Negeri 03 Jaten
rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang
terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal pecahan
yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
3
yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah
penyelesainya (b) kesulitan membuat kalimat Matematika yang terdiri dari
kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang
memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya
langsung hitung saja (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan yang
disebabkan siswa kurang memahami konsep pecahan (d) kesulitan menyelesaikan
soal pecahan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep pecahan
senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode atau
pendekatan yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan
menyenangkan bagi siswa
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang
membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa
tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan di jenjang kelas selanjutnya Salah satu cara untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode atau
pendekatan yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran
Metode atau pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam
menyebabkan guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang
digunakan Metode atau pendekatan yang efektif untuk mengajarkan suatu materi
belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain Setiap materi mempunyai
karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi tersebut Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita pecahan guru harus
bisa memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan
materi yang diajarkan
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Menurut
Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu
teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
4
meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
nalar
Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan
harapan bagi peningkatan hasil pembelajaran matematika Pendekatan ini
didasarkan pada anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3)
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan
dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini kelas Matematika
bukan merupakan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa
tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep Matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat
oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa Siswa
tidak dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru Selain
itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti pemecahan masalah
konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan
(Suwarsono 2001 5-7)
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai
fasilisator motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan Setiap siswa bebas mengemukakan dan
mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain RME sangat membantu siswa
untuk berpikir dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak Hal ini membuat
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu konsep matematika dapat
ditingkatkan sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan soal cerita Matematika juga akan lebih meningkat
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika
perlu diperbaiki guna peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Mengingat pentingnya Matematika dan kompleksitas permasalahan dalam
Matematika Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran
yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
5
dapat lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran pada umumnya dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada khususnya Salah satu
cara menerapkan pendekatan pembelajaran realistik (RME Realistic Mathematic
Education)
Sehubungan dengan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ldquoPeningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011rdquo
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ldquoApakah penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan di kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
tahun pelajaran 2010 2011 rdquo
C Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut
Untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010 2011
D Manfaat Penelitian
1 Teoretis
a Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis
2 Praktis
a Bagi Kepala Sekolah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
6
Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sehingga dapat mengarahkan pada guru
supaya mempraktekkannya
b Bagi Guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
Matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan pecahan
2) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
c Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan
d Bagi Sekolah
Memberika sumbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A Kajian Pustaka
1 Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan
a Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Sesuai dengan pembentukan kata kemampuan berasal dari kata
dasar ldquomampurdquo yang berarti bisa atau sanggup
(httpwwwartikatacomarti-mampuphp diakses pada 1 Maret 2011)
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan Menurut Chaplin ability (kemampuan kecakapan
ketangkasan bakat kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins
kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek (httpwwwdigilibpetraacid
diakses pada 4 Januari 2011)
Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan Kecakapan ini mempengaruhi
potensi yang ada dalam diri individu tersebut Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki
(httpwwwakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 4 Januari
2011)
Jadi kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda ndash beda
dalam melakukan suatu tindakan Kemampuan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu
Menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan
dsb menyempurnakan (kalimat dsb) (2) menjadikan berakhir
menamatkan (httpwwwartikatacomarti-377303-menyelesaikanphp
7
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
8
diakses pada 1 Maret 2011) Menyelesaikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri suatu pekerjaan yang
telah dimulainya
Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya
diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi
suatu persoalan (permasalahan) Soal cerita merupakan salah satu bentuk
dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk
mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa Permasalahan matematika
yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-
soal berbentuk cerita (verbal)
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal cerita
adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek Cerita yang
diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi
panjang pendeknya cerita tersebut Makin besar bobot masalah yang
diungkapkan memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan
Sementara itu menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) soal yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan ceritasoal hitungan
Dalam hal ini soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal perhitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal Matematika
yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang
diajarkan pada mata pelajaran Matematika
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus
dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator
ketidakmampuankesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
seperangkat tes soal cerita
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
9
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 2) mengungkapkan bahwa
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan
awal yaitu kemampuan untuk
1) menentukan hal yang diketahui dalam soal
2) menentukan hal yang ditanyakan
3) membuat model matematikanya
4) melakukan perhitungan
5) menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika
Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009 2) yaitu
1) membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
yang ada dalam soal
2) menuliskan kalimat matematika
3) menyelesaikan kalimat matematika dan
4) menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama
dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu
masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009 3)
memberikan petunjuk
1) baca dan bacalah ulang masalah tersebut
2) pahami kata demi kata kalimat demi kalimat
3) identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut
4) identifikasikan apa yang hendak dicari
5) abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan dan
6) jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi
dalam Marsudi Raharjo (2009 3) bahwa untuk menyelesaikan soal
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
10
Matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-
langkah
1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat
2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal apa
yang dimintaditanyakan dalam soal operasi pengerjaan apa yang
diperlukan
3) membuat model Matematika dari soal
4) menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut dan
5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampusalah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka
hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah
Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan
kecakapan kekuatan atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengakhiri persoalan dalam Matematika yang tersembunyi didalam
suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya
terdahulu atau sebelumnya
b Hakikat Pecahan dalam Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar merupkan kegiatan untuk
mengubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi
bisa baik perubahan dari segi kognitif afektif dan psikomotorik Belajar
juga untuk memproleh pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (200713) Pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
11
terhadap situasi tertentu Menurut Oemar Hamalik (199957)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Suprapto (20039)
berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(httpwwwgooglecoidgwtnq=pengertian+pembelajaranamp
hlfrustantihtml diakses pada 5 Januari 2011)
Dari pengertianndashpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien
2) Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005251) Istilah Matematika
berasal dari bahasa Yunani ldquoMathematikosrdquo secara ilmu pasti atau
ldquoMathesisrdquo yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidahndashkaidah tertentu melalui
deduksi Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang
mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi
eksperimen coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain
Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat
dibuktikan secara deduktif (http wwwgooglecoid gwtneos r= on amp
q= Hakikat +Belajar+Matematika diakses pada 5 Januari 2011)
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoratisnya adalah untuk memudahkan berfikir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
12
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenahi elemen dan kuantitas
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology Mathematics is pervanding
every study and technique in our modern world Bringing ever more
sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is
to tech it Most prominent among these is the difficulty of presenting
an interdisciplinary approach so that one professional group may
benefit from the experience of others Matematika mencakup setiap
pelajaran dan teknik di dunia modern ini Matematika memfokuskan
pada teknik pengerjaan tugastugasnya Hal yang sangat mencolok
yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan) oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain
(wwwtandfcouk0020739xasp diakses pada 29 Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia
serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelassekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar Matematika di sekolah Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007215) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur Matematika itu Sistem matematika berisikan model-
model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola
pikir orang yan mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
13
sistematis logis kritis dengan penuh kecermatan (http
wwwgooglecoid gwt nu=http wwwbanjar-goid diakses pada 29
Desember 2010)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika
4) Teor Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (200714) pembelajaran matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka
perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika
menurut para ahli
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (200715) menyatakan bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu a) Enaktif b) Ikonik
c) Simbolik
a) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata) Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata
b) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary) gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
14
c) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek nyata Pembelajaran direprentasikan
dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan
kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan baik
simbol verbal lambang-lambang matematika maupun lambang
abstrak yang lain
Dari teori pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari
konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks
5) Hakikat Pecahan
a) Pengertian Pecahan
Pecahan menurut Moch Ichsan dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Pecahan di SD adalah (1) bilangan yang digunakan
untuk menyatakan bagian-bagian benda utuh yang dibagi menjadi dua
bagianndashbagian yang sama besar (panjang luas dan besar) (2)
bilangan untuk menyatakan suatu bilangan Menurut Sukayati
(20031) pecahan yang dipelajari anak ketika di SD sebetulnya
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dinotasikan dalam
bentuk
dengan a dan b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a
disebut sebagai pembilang dan b sebagai penyebut
Menurut Kennedy dalam Sukayati (20031) menyebutkan
bahwa makna dari pecahan dapat muncul dari situasindashsituasi sebagai
berikut (1) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang
utuhkeseluruhan (2) Pecahan sebagai bagian dari kelompokndash
kelompok yang beranggotakan sama banyakjuga menyatakan
pembagian (3) pecahan sebagai perbandingan Bentuk dari suatu
pecahan tidak selalu di notasikan dengan
(pecahan biasa) tetapi
dapat dinyatakan pula dengan desimal persen dan ada pula pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
15
campuran Pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan
biasa
Dari pendapatndashpendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-
bagian benda yang biasanya dinotasikan dalam bentuk
dengan a dan
b bilangan bulat b tidak sama dengan 0 a disebut sebagai pembilang
dan b sebagai penyebut
b) Operasi Hitung Pecahan
(1) Penjumlahan Pecahan
Contoh
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter Marbun
juga mempunyai seutas tali dengan panjang
meter Jika kedua
tali tersebut disambung berapakah panjangnya
Jawab
Panjang tali Abid
meter
Panjang tali Marbun
meter
Panjang semua tali adalah
meter +
meter =
meter
Jadi panjang tali Mabid dan Marbun adalah
meter
Contoh
Adi mempunyai
keju di beri oleh Nenek
keju Berapa jumlah
keju Adi sekarang
Jawab
Keju Adi
Keju Nenek
Total keju Adi adalah
+
=
Jadi total keju Adi adalah
Contoh
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
16
Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat
kue Ema membeli
kg gula dan
kg tepung Berapa berat gula
dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut
Jawab
Berat gula
kg
Berat tepung
kg
Penyebut pecahan adalah 5 dan 4 dengan KPK 20
+
=
( ) ( )
=
=
kg
berat total belanjaan Ema adalah
kg
Contoh
Ema mempunyai pita sepanjang
meter Diberi Menik
meter
Berapa meter pita ema sekarang
Jawab
Pita Ema
meter diberi Menik
Penyebut pecahan adalah 4 dan 12 dengan KPK 12
+
=
( )
+
=
=
meter
Jadi panjang pita Ema adalah
meter
Ingat
(a) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya Sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2 Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan
berpenyebut sama
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
17
(2) Pengurangan Pecahan
Contoh
Pedagang beras itu mempunyai
ton persediaan beras Dalam sehari telah
terjual sebanyak
ton beras berapa beras yang belum terjual
Jawab
ton persediaan beras Dalam sehari telah terjual sebanyak
ton beras
berapa beras yang belum terjual
-
=
ton
Jadi sisa beras yang belum terjual adalah
ton
Contoh
Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya
meter dengan warna hijau
dan kuning Sepanjang
meter dicat berwarna hijau Berapa meter panjang
kayu yang dicat kuning
Jawab
Panjangnya kayu
meterdi cat warna hijau
meter sisanya kuning
Penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 2 dengan KPK 10
-
=
ndash
( )
=
( )
=
meter
Jadi kayu yang di cat kuning adalah
meter
Contoh
Abid dan Marbun memetik
keranjang buah mangga Sebanyak
keranjang
mangga telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga
yang masih ada
Jawab
Abid dan Marbun memetik
keranjang Sebanyak
buah keranjang mangga
telah dibagikan kepada para tetangga Berapa bagian buah mangga yang
masih ada
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 9 dengan KPK 18
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
18
-
=
( ) ( )
=
=
keranjang
Jadi buah mangga yang masih ada adalah
keranjang
Ingat
(a) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan
(b) Pecahan yang penyebutnya berbeda
1 Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk
pecahan yang senilai)
2 Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
berpenyebut sama
2 Hakikat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a Hakikat Pendekatan
Menurut Sanjaya dalam Supinah amp Agus DW (200925)
pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum Strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan tertentu Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum (httpakhmadsudrajatwordpresscom diakses pada 8 Maret
2001) Pendekatan adalah Sebuah cara yang telah diatur dalam berfikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud dam merupakan cara kerja untuk
memudahkan pendididk atau fasilitator agar peserta dididk ingin belajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(httpprari007luckwordpresscom20081008pendekatan-dalam-
pendidikan-luar-sekolah diakses pada 8 Maret 2011)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
19
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
dan merupakan suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran
b Hakikat Realistic Mathematic Education (RME)
Pada pembelajaran matematika istilah realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Menurut Supinah amp Agus DW (200971) secara garis besar
PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah
dikembangkan khusus untuk matematika Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar
Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan
matematika realistik Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu Yang
dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat
(httpprari007luckwordpresscom20080913pendekatan-
pembelajaran-matematika-realistik diakses pada 8 Maret 2011)
DevrimldquoUzel and Sevincedilc Mert UyangrdquoOR (2006) dalam
International Journal of Mathematics education RME theory is a
promising direction to improve and enhance learnersrsquo
understandings in mathematics (httpm-hikaricomimf-37-40-
2006uzel diakses 28 Januari 2011) Teori RME merupakan arah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
20
yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar
di bawah klasemen dalam matematika
Jadi Realistic Mathematic Education (RME) adalah teori
pembelajaran yang mengaitkan antara matematika dengan dunia nyata
atau kongret siswa sehingga dalam proses pembelajaran matematika
dapat mencapai tujuan secara lebih baik
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas dkk (20077-3) Realistic
Mathematics Education (RME) diterjemahkan sebagai pendidikan
matematika realistik yaitu sebuah pendekatan belajar matematika yang
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institute Freudenthal Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudental dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-3) bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari Menurut pendekatan ini
kelas Matematika bukan merupakan tempat memindahkan Matematika
dari guru kepada siswa tetapi tempat siswa menemukan kembali konsep
Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata Siswa tidak
dipandang sebagai penerima pasif tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru
Pendekatan Realistic Mathemathic Education (RME) merupakan
suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan antara
Matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam
kehidupan seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit
dilihat oleh mata tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh
siswa Selain itu dalam penerapannya RME (PMR) memadukan
berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul seperti
pemecahan masalah konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang
berbasis lingkungan (Suwarsono 2001 5-7)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
21
Menurut pandangan matematika realistik dalam Asep Jihad
(2008149) matematika merupakan lawan dari matematika mekanistik di
Belanda suatu proses kegiatan manusia yang aktif atau a human activity
dan bukan merupakan teori pendidikan matematika yang statis dan sudah
selesai serta berkaitan dengan dunia siswa atau realita menekankan
siswa melakukan reinvention melalui penyajian situasi masalah dalam
konteks Istilah realistik tidak selalu terkait dengan dunia nyata tetapi
penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa konteks
dapat dunia nyata dunia fantasi atau dunia matematika formal asalkan
nyata dalam alam fikiran siswa
Dalam RME dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai
titik awal pengembangan konsep dan ide Matematika Blum dan Nissa
dalam Sutarto (20102) dikutip oleh Fadjar Shadiq menyatakan ldquoReal
world is the world outside mathematics such as subject matter other than
mathematics or our daily life and environmentrdquo Dunia nyata adalah
segala sesuatu di luar Matematika seperti pada pelajaran lain selain
Matematika adalah kehidupan seharindashhari dan lingkungan sekitar kita
Pendekatan dalam PMR bertolak dari masalah-masalah
kontektual siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator anak bebas
mengeluarkan idenya siswa sharing ide-idenya siswa dengan bebas
mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain Guru membantu
membandingkan ide-ide tersebut dan membimbing siswa mengambil
keputusan tentang ide terbaik untuk mereka
RME has played a role in eliciting and addressing
alternative conceptions of learners in this intervention This has been
done firstly through the application of the principle of guided
reinvention in the design of contextual problems
(httpupaczadspacebitstream diakses pada 22 Januari 2011)
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan membahas
konsep-konsep alternatif dari siswa Hal ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam
perancangan masalah kontekstual
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
22
Titik awal proses belajar dengan pendekatan Matematika realistik
menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa Setiap siswa
mempunyai konsep awal tentang ide-ide Matematika Setelah siswa
terlibat secara bermakna dalam proses belajar maka proses tersebut dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi Pada proses pembentukan
pengetahuan baru tersebut siswa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri Peran guru hanya fasilitator belajar Idealnya guru
harus mampu membangun pengajaran yang interaktif Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada
proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan real
Upaya mengaktifkan siswa dapat diwujudkan dengan cara (1)
mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses mengajar belajar dan
(2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa Pengoptimalan seluruh
siswa sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan
yang dimunculkan guru dalam kelas baik respon secara lesan tertulis
atau bentuk-bentuk representasi lain seperti demonstrasi Selain itu untuk
mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan komunitas
Matematika yang kondusif dalam arti bahwa lingkungan belajar yang
mempercakapkan tentang Matematika tersebut harus mampu
membangkitkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang matematika
sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas sehingga
siswa dapat melakukan proses penemuan kembali secara terbimbing
c Prinsip Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Marpung (20092) dalam Fadjar Shadiq (201010) Tiga
prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and
progressive mathematization didactical phenomenology serta self -
developed models
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
23
1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
Matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh tetapi dimulai dengan masalah kontekstual atau
realnyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat definisi teorema ataupun aturan oleh siswa sendiri
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Topik-topik Matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi perkembangan Matematika Pembelajaran
Matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan memakai Matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya Dengan masalah kontekstual yang diberikan pada
awal pembelajaran dimungkinkan banyakberaneka ragam cara yang
digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
Dengan demikian siswa mulai dibiasakan untuk bebas berpikir dan
berani berpendapat karena cara yang digunakan siswa satu dengan
yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya juga benar ini suatu fenomena didaktik
Marpaung dalam Supinah amp Agus DW (200937) Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas maka
akan terbentuk proses pembelajaran Matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran Matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
24
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual siswa
mengembangkan suatu model Model ini diharapkan dibangun sendiri
oleh siswa baik dalam proses matematisasi horisontal ataupun
vertikal Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan
masalah secara mandiri atau kelompok dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah
buatan siswa Soedjadi dalam Supinah amp Agus DW (200974) dalam
pembelajaran Matematika realistik diharapkan terjadi urutan rdquosituasi
nyatardquo rarr rdquomodel dari situasi iturdquo rarr rdquomodel kearah formalrdquo rarr
rdquopengetahuan formalrdquo Inilah yang disebut rdquobottom uprdquo dan
merupakan prinsip RME yang disebut rdquoSelf-delevoped Modelsrdquo
Prinsip RME menurut Van Den Heuvel-panhuizen dalam Supinah
amp Agus DW (200975) yang dikutip oleh Fadjar Shadiq adalah sebagai
berikut
1) Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia
Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran Matematika
2) Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa
3) Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati
berbagai jenjang pemahaman yaitu dari mampu menemukan solusi
suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal sampai
mampu menemukan solusi suatu masalah matematik secara formal
4) Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika
jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan
antara materi-materi itu secara lebih baik
5) Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
25
untuk ditanggapi dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya
6) Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing
untuk menemukan (re-invention) pengetahuan Matematika
d Karakteristik Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut De Lange dalam Marpaung dikutip Fadjar Shadiq (201011)
karakteristik RME mencakup
1) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia
nyata Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata
bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai
dengan pengalaman mereka
2) Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa Di
sini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa
seperti cerita-cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal
siswa Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan
yang juga ada di sekitar siswa
3) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Siswa dapat menggunakan strategi bahasa atau simbol mereka sendiri dalam
proses Matematika Artinya siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata
yang diberikan oleh guru
4) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus interaktif Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran Matematika Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama
dengan siswa lain bertanya dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi
pekerjaan mereka
5) Kesaling terkaitan ( intertwinement) antar aspekunit Matematika
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
26
Hubungan di antara bagian-bagian dalam Matematika dengan disiplin ilmu
lain dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah
Beberapa karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Suryanto
dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) adalah sebagai berikut
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep Matematika kepada siswa
2) Siswa menemukan kembali ide konsep dan prinsip atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran Matematika yang
memang ada hubungannya
6) Siswa diajak mengembangkan memperluas atau meningkatkan hasil-hasil
dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang
lebih rumit
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai Mempelajari Matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)
Menurut Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah dkk (20077-7) Beberapa
hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan Matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran Matematika realistik
1) termasuk ldquocara belajar siswa aktifrdquo karena pembelajaran Matematika
dilakukan melalui rdquobelajar dengan mengerjakanrdquo
2) termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi mereka
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
27
3) termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep dan prinsip
Matematika
4) termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
Matematika adalah masalah kontekstual yaitu masalah yang diambil dari
dunia siswa
5) termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan Matematika mereka dengan memecahkan
masalah dan diskusi
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan pendekatan
konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa
untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan
konsep matematika melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual)
e Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan RME( PMR)
1) Kelebihan RME
a) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara Matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan Matematika
pada umumnya bagi manusia
b) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa Matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa
c) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian sesuatu masalah
tidak harus tunggal dan tidak perlu sama antara sesama siswa
bahkan dengan gurunyapun
d) Pendekatan RMEPMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa proses pembelajaran merupakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
28
sesuatu yang utama Tanpa kemauan menjalani proses tersebut
pembelajaran tidak akan bermakna
e) RMEPMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap ldquounggulrdquo seperti
pendekatan pemecahan masalah dll
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008150) keuntungan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) antara lain sebagai
berikut
a) Melalui penyajian masalah kontekstual pemahaman konsep siswa
meningkat dan bermakna mendorong siswa melek matematika dan
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar
b) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika
c) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya
d) Memberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan berpikir alternatif
e) Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda
f) Melalui belajar kelompok terjadi pertukaran pendapat dan interaksi
antar guru-siswa dan antar siswa saling menghormati pendapat
yang berbeda dan menumbuhkan konsep diri siswa
g) Melalui matematisasi vertical siswa dapat mengikuti
perkembangan matematika sebagai suatu disiplin
h) PMRI memberikan peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
UNESCO yaitu learning to know learning to do learning to be
dan learning to live together
2) Kelemahan RME
Menurut Suwarsono dalam Muhamad Toyib (200921)
kelemahan RME adalah sebagai berikut
a) Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME
membutuhkan paradigma yaitu perubahan pandangan yang
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
29
sangat mendasar mengenai berbagai hal Perubahan paradigma ini
mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar
b) Pencarian soal-soal yang kontekstual tidak selalu mudah untuk
setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa
c) Adanya tantangan dalam mendorong siswa untuk menemukan
cara penyelesaian tiap soal
d) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan
memulai soal-soal kontekstual proses matematisasi horizontal
dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sestuatu
yang sederhana sehingga kecermatan guru sangat diperlukan
e) Perlunya kecermatan dalam memilih alat peraga yang bias
membantu proses berpikir siswa
f) Penilaian (assessment) dalam RME lebih rumit daripada dalam
pembelajaran konvensional
g) Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi
secara substansial agar proses pembelajaran siswa bisa
berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME
f Langkah ndash Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan RME
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (20077-20) Secara
umum langkah-langkah pembelajaran Matematika realistik dapat
dijelaskan sebagai berikut
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
30
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil
kerja siswa atau kelompok penyaji Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa
untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau
prinsip yang bersifat lebih umum
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui
diskusi kelas siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat
itu Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi
dalam bentuk Matematika formal
Sedangkan menurut Nyimas Aisyah dkk (2007 727) langkah-
langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
1) Persiapan
a) Menentukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan diajarkan
b) Mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan
2) Pembukaan
a) Memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa
b) Meminta siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
a) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok
b) Memberi bantuan jika diperlukan
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerja
mereka dan mengomentari hasil kerja temannya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
31
d) Mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah
e) Mengarahkan siswa untuk menentukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
4) Penutup
a) Mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
b) Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
g Peran Guru dan Siswa dalam Pendekatan RME
1) Peran Guru
Dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai pemegang otoritas yang
mencoba memindahkan pengetahuannya kepada siswa dalam pendekatan
Matematika realistik ini guru dipandang sebagai fasilitator moderator dan
evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika dengan cara mereka
sendiri Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain Akibatnya
guru tidak boleh hanya terpaku pada materi dalam kurikulum dan buku teks
tetapi harus terus menerus memutakhirkan materi dengan masalah-masalah
baru dan menantang Peran guru dalam pendekatan Matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut
a) Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c) Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi
sumbangan pada proses belajarnya
d) Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum Matematika dengan dunia
nyata baik fisik maupun sosial
2) Peran Siswa
Dalam pendekatan Matematika realistik siswa dipandang sebagai individu
(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
32
interaksinya dengan lingkungan Selanjutnya dalam pendekatan ini diyakini
pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Matematika Melalui eksplorasi
berbagai masalah baik masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah
Matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam
bidang matematika Menurut Hadi dalam Supinah amp Agus DW (200976)
konsepsi siswa dalam pendekatan RME adalah sebagai berikut
a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide Matematika
yang mempengaruhi belajar selanjutnya
b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri
c) Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi
penambahan kreasi modifikasi penghalusan penyusunan kembali dan
penolakan
d) Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari beragam
pengalaman yang dimilikinya
e) Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan
Matematika tanpa memandang ras budaya dan jenis kelamin
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya
Frida Mayferani dalam skripsinya berjudul Keefektifan Implementasi
Model Pembelajaran RME Pada Pokok Bahasan Segi Empat Bagi Siswa Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 4 Kudus Tahun Siswaan 2006 2007 Memperoleh
hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran RME lebih baik dibandingkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran
menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam metode discovery maupun
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
33
dengan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan segi empat bagi
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 4 Kudus
Ari Munarsih (2008) dalam penelitian yang berjudul ldquoUpaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) (PTK pembelajaran matematika kelas III SDN karangnongko II
Boyolali)rdquo menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan hasil
pembelajaran Matematika
Rina Natalia (2010) dalam penelitian yang berjudul ldquo Peningkatan
Pemahaman Konsep JaringndashJaring Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan
Colomadu Karanganyarrdquo Menyimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
pemahaman konsep jaring ndash jaring bangun ruang
C Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas IV SDN 03 Jaten mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan terbukti dari tes awal yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 4718 dan siswa yang tuntas
hanya 13 atau 3333 dari 39 siswa Hal ini masih jauh dari KKM yang
ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang
konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika
mengikuti pelajaran
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas
IV beserta siswanya adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu adanya pengkaitan
antara matematika dengan realitas yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan
seharindashhari Masalah ini bukan masalah yang selalu kongkrit dilihat oleh mata
tetapi termasuk halndashhal yang mudah di bayangkan oleh siswa RME dijadikan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dengan
demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan pendekatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
34
Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
Bertolak dari kerangka berpikir tersebut maka pembelajaran dengan
penerapan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar
Kondisi Awal Guru belum menggunakan
Pendekatan Realistic
Mathematic
Education(RME) dan masih
menggunakan metode
konvensional
metode konvensional
Kemampuan
menyelesaikn
soal cerita
pecahan
di kelas IV
rendah
rendah
Siklus I Tindakan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic
Education(RME) Siklus II
Diduga melalui Pendekatan Realistic
Mathematic Education(RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal ceita
pecahan
Kondisi Akhir
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
beralamat di Jalan Solo-Tawangmanggu Km 09 Sekolah ini dipimpin oleh Ibu
Hj Endang Widowati SPd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas IVA
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Widodo AMaPd selaku guru kelas IVA di
sekolah tersebut Kedua sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang
Ketiga siswa kelas IVA memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan pecahan yang masih rendah
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Desember
2010 hingga April 2011 Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
B Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas IVA dan siswa kelas IVA SD Negeri
03 Jaten Karanganyar tahun pelajaran 20102011 sebanyak 39 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan Objek penelitiannya adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
C Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto (2009 3) penelitian tindakan kelas
adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
35
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
36
D Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
1 Hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari guru kelas IV dan
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
2 Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan
3 Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
E Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah
1 Observasi
Menurut Supardi (2009127) observasi adalah kegiatan pengamatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
Matematika dan perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang
dilakukan siswa dan guru Pengamatan dilakukan sebelum selama dan
sesudah siklus penelitian berlangsung Dalam kegiatan ini peneliti bertindak
sebagai pengajar sedangkan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
bertindak sebagai pengamat atau observer Pengamatan terhadap guru
difokuskan pada kemampuan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
(yang diperankan oleh peneliti) dalam mengelola dan menerapkan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang dinilai menggunakan lembar
aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 7 9 11 dan 13 Observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan atau kegiatan siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam mengikuti pembelajaran Matematika
yang dapat dilihat pada lampiran 8 10 12 dan 14
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
37
2 Tes
Sarwiji Suwandi (200959) tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pecahan Dalam penelitian ini tes diberikan
kepada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar yang berjumlah 39
Tes yang diberikan yakni tes tertulis yang berbentuk uraian ( sesuai dengan
indikator yang akan dicapai pada masing-masing pertemuan) format tes dapat
dilihat pada lampiran 16 17 18 dan 19
3 Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Lexy J Moleong (2010216) mendifinisikan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
Dokumen yang dikumpulkan diantaranya Silabus Matematika kelas IV
(lampiran 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV
semester II (lampiran 5 dan 6) daftar nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar
sebelum dan setelah penerapan pendekatan Realistics Mathematics Education
(lampiran 20 21 dan 22) dan foto proses pembelajaran (lampiran 24)
4 Wawancara
Menurut Lexy J Moleong (2010186) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan pendekatan Realistics Mathematics
Education (RME)
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar untuk memperoleh informasi mengenai kondisi siswa kelas IVA
SDN 03 Jaten Karanganyar Selain itu juga untuk memperoleh data mengenai
kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan Pedoman wawancara
terhadap guru dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
38
F Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (201064) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah
1 Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda misalnya dat tentang
kesulitan-kesulitan guru kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam
mengajarkan soal cerita pecahan kelas IV dan data nilai siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
2 Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar serta tes
untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal certa pada siswa kelas IV
SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Dari data yang diperoleh ldari beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan
dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya
G Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu reduksi data sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
39
1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 03 Jaten tahun 2011 serta data hasil tes
kemampuan menyelesaikan sola cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03
Jaten Karanganyar Tahun 2011
2 Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid
Pada penelitian ini data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar tahun 2011
3 Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya kekokohannya
merupakan validitasnya Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dari
Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
40
Gambar 2 Model Analisis Data Kualitatif
Miles dan Huberman (200920)
H Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut
1 Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara
2 Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan
3 Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah
teridentifikasi
4 Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RMEPMR) dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan
pecahan
5 Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas
6 Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun
7 Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap yakni (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan
(3) pengamatanobservasi dan (4) refleksi Secara jelas langkah - langkah tersebut
dapat digambarkan seperti Gambar 3 di bawah ini
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verivikasi) Reduksi Data
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
41
Gambar 3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto dkk (200916)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut
1 Siklus I
a Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya Tahap ini bersifat diagnostis untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan Pada
tahap ini juga disusun rencana observasimonitoring terhadap perubahan
Pelaksanaan SIKLUS 1
Pengamatan
SIKLUS 2
Pengamatan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Dan seterusnya
Perencanaan
Perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
42
yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan
Adapun perinciannya yaitu
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu
kelompok saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran
3) Mendesain alat evaluasi meliputi ldquoLKSrdquo (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan ldquoTugasrdquo sebagai alat evaluasi
individu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
43
b Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan Rincian dalam tahap meliputi
1) Guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
membagi siswa secara kelompok
2) Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa Setelah
itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota kemudian mengumpulkan data informasi dan berdiskusi
memecahkan persoalan pada LKS
c Tahap PengamatanObservasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan Pengamatan ini diikuti dengan pencatatanrekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap EvaluasiRefleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan sebarapa efektif
perubahan tersebut kendala pendorong perubahan dan langkah
perbaikan Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti
serta tolok ukur putaran selanjutnya Kelemahan yang timbul pada siklus
satu akan disempurnakan pada siklus berikutnya
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
44
2 Siklus II
a Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
2) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b Tahap Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME)
4) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan percahan
c Tahap PengamatanObservasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan soal cerita pecahan
2) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan pecahan dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran berlangsung
d Tahap Evaluasi Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru
dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
dengan mengguanakan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
45
I Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 60 Capaian target pada siklus pertama 70 dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 27 anak) dengan mendapat nilai ge 60 dan pada
siklus kedua 80 dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 31 anak) dengan
mendapat nilai ge 60 Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar Sejak
awal berdiri sampai sekarang SD Negeri 03 Jaten sudah mengalami beberapa kali
pergantian Kepala Sekolah Kepala SD Negeri 03 Jaten saat ini adalah Ibu Hj
Endang Widowati SPd Secara geografis SD Negeri 03 Jaten terletak di jalan
Solo-Tawangmanggu km 09 Letak SD Negeri 03 sangatlah strategis dan berada
di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan
Sekolah Dasar Negeri 03 Jaten berdiri di atas tanah seluas 4350 m2
dengan luas bangunan 2082 m2 luas halaman 2000 m
2 Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah 1 ruang guru 18 ruang kelas 1 ruang
laboratorium IPA botani 1 laboratorium bahasa 1 laboratorium komputer 3
ruang agama 1 ruang perpustakaan masjid 1 aula 4 rumah penjaga sekolah 1
ruang UKS SD Mart 3 kantin 4 tempat parkir kamar mandi guru dan siswa 1
laboratorium MIPA yang terdapat banyak media yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperlancar proses pembelajaran antara lain berbagai jenis bangun
ruang macam-macam pengaris bij albakus bangun datar kartu bilangan kubus
satuan dan masih banyak lagi jenis media lainnya SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana
kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler
Pada tahun pelajaran 2010 2011 jumlah siswa SD Negeri 03 Jaten
Karanganyar sebanyak 657 siswa yang terbagi menjadi 18 kelas salah satunya
kelas IV A Kelas IV A berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki
dan 20 siswa perempuan sedangkan guru kelas IV A adalah Widodo AMaPd
B Diskripsi Permasalahan Penelitian
1 Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
46
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
47
nyata yang ada di lapangan Berdasarkan data hasil observasi langsung pada
bulan Januari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi pecahan di kelas IV SDN 03 Jaten Karanganyar masih
terdapat banyak kekurangan antara lain guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang) aktivitas siswa
kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil evaluasi matematika siswa sebelum
tindakan berdasarkan lampiran 20 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 9 ndash 18 3 769
2 19 ndash 28 4 1026
3 29 ndash 38 4 1026
4 39 ndash 48 6 1538
5 49 ndash 58 9 2307
6 59 ndash 68 8 2051
7 69 ndash 78 3 769
8 79 ndash 88 2 513
Jumlah 39 100
Dari Tabel 1 hasil evaluasi matematika sebelum diterapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Karanganyar yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
48
Grafik 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan siswa kelas IV SDN 03 Jaten sebanyak 39 siswa hanya 13 siswa
yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal Sebanyak 26
siswa atau 6667 memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60
Berdasarkan nilai evaluasi Matematika yang masih rendah dan banyak siswa
yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah Maka dari itu diperlukan
suatu inovasi pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Dengan RME diharapkan kemampuan siswa khususnya
pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai Data awal nilai pra siklus
siswa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9 ndash 18 19 ndash 28 29 ndash 38 39 ndash 48 49 ndash 58 59 ndash 68 69 ndash 78 79 ndash 88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
49
Tabel 2 Hasil Evaluasi Tes Pra Siklus
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 4718
Siswa belajar tuntas 3333
Analisis hasil evaluasi dari tes pra siklus pada Tabel 2 di atas
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan
benar adalah 4718 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata
nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu
sebesar 60 (KKM) Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
materi soal cerita pecahan sebesar 3333 Dari hasil analisis tes pra
siklus tersebut maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita khususnya untuk
materi pecahan
Dari hasil tes awal pada Tabel 2 di atas sementara dapat disimpulkan
bahwa kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas
IV SDN 03 Jaten masih kurang
2 Diskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada
tanggal 28 Januari dan 4 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
50
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam lampiran
b Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus
ada 2 kali pertemuan yang masing-masing 2 x 35 menit sesuai dengan
RPP yang telah disusun Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-
masing pertemuan adalah sebagai berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
51
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan penjumlahan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru Selanjutnya guru menginformasikan pada siswa
bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan
dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara
heterogen Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai
dengan indikator pada siklus I pertemuan 1 Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti perwakilan dari masing-masing kelompok
maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas ldquoLKS Irdquo beserta
media pembelajaran berupa blok pecahan Siswa mengerjakan lembar
tugas ldquoLKS Irdquo dengan kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga
blok pecahan Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru
bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah
dikerjakan Guru meminta wakil dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil temuan mereka di depan kelas dan siswa dari
kelompok lain mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru
mengarahkan siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam
menyelesaikan masalah pada LKS I Guru membagikan soal evaluasi
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
52
ldquoTugas Irdquo kepada masing- masing individu untuk mengetahui
penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan sederhana
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan Guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan
untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan 2
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas ldquoLKS IIrdquo beserta media pembelajaran berupa
blok pecahan Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan
kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga blok pecahan Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
53
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta wakil
dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan mereka di
depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari hasil kerja
temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk memperoleh
strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada ldquoLKS IIrdquo Guru
membagikan soal evaluasi ldquoTugas IIrdquo kepada masing-masing individu
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Observasi tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru aktivitas siswa dan dokumentasi dengan foto dan video
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran Matematika materi soal cerita pecahan dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran Matematika yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
54
(RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 7 dan lampiran 9 dapat ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai
berikut
Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi
25
3 Pengelolaan kelas 2
4 Penggunaan Bahasa 2
5 Ketepatan dan daya tarik media 3
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
2
7 Penggunaan strategi bertanya 25
8 Pemberian umpan balik 2
9 Penguasaan bahan ajar 25
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa
2
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 3
Total skor 28 31
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 23 258
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 24 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru masih belum bisa mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi cukup jelas bahasa yang digunakan sudah cukup
baik penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah cukup
berjalan dengan baik sudah menggunakan media yang cukup menarik
perhatian siswa guru sudah menguasai bahan ajar dengan baik
pemberian umpan balik sudah cukup baik penggunaan strategi belajar
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
55
dan keterampilan menutup pelajaran sudah cukup baik rata ndash rata
keterampilan guru pada siklus I ini cukup
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 8 dan lampiran 10 dapat ditunjukkan pada Tabel
4 sebagai berikut
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Uraian Tindakan
Skor Rata
-
Rata
I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 3
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
25
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
2
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
25
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
25
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
3
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
3
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
3
Total skor 27 28
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 27 28
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 27 ( cukup )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
56
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
cukup terlibat dalam pembelajaran siswa sudah cukup aktif dalam
memanfaatkan media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada
materitugas yang kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman
saat diskusi kelompok siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah cukup aktif dalam memanfaatkan media siswa telah
bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa cukup bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah cukup baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I tergolong masih cukup
rendah
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 21 pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
57
Tabel 5 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus I
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 ndash 55 11 2821
2 56 ndash 65 0 0
3 66 ndash 75 16 4103
4 76 ndash 85 7 1794
5 86 ndash 95 5 1282
Jumlah 39 100
Dari Tabel 5 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2 sebagai
berikut
Grafik 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
46 ndash 55 56 ndash 65 66 ndash 75 76 ndash 85 86 ndash 95
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
58
Dari data pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus I siswa memperoleh nilai 45 50 dan 55
sebanyak 11 atau 2821 siswa mendapat nilai 70 dan 75
sebanyak 16 siswa atau 4103 siswa mendapat nilai 80 dan 85
sebanyak 7 siswa atau 1794 siswa mendapat nilai 90 dan 95
sebanyak 5 siswa atau 1282
d) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus I pertemuan 1
yaitu 6667 dan pada pertemuan 2 yaitu 7436
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus I pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 11 siswa atau
2826 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 28
siswa atau 71 73 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 10 siswa atau 2564
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 29 siswa
atau 7435 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
I yaitu 7052 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 28 siswa atau ketuntasan klasikal 71 79
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa
tiap kelompok
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
59
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada Table 6 di bawah ini
Tabel 6 Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra Siklus Siklus I
Nilai terendah 10 45
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata nilai 4718 7052
Ketuntasan Klasikal 3333 7179
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 6 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut
Grafik 3 Perkembangan Hasil Pra Siklus dan Tes Siklus I Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
60
Dari hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada
tes pra siklus dengan tes siklus I pada Tabel 6 di atas dapat
disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
3846 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa yang tuntas
belajar di siklus I sebesar 7179 yang semula pada tes pra siklus
hanya terdapat 3333 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 10 dan
pada siklus I menjadi 45 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan
dari 85 naik menjadi 95 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 4718 naik pada tes siklus I menjadi 7128
Dari hasil penelitian siklus I maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
dengan menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sudah berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD
Negeri 03 Jaten Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 11 siswa yang belum tuntas Hal ini
dikarenakan oleh beberapa faktor maka dari itu pembelajaran
matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus I
3 Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal
10 Februari dan tanggal 11 Februari 2011 Penelitian dilakukan dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut
a Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan RME yang
dilaksanakan pada siklus I pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
61
diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan yang
cukup signifikan Hal ini ditunjukkan masih ada 11 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran matematika Oleh karena itu peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
pendekatan RME dengan indikator yang sama dengan siklus pertama
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan di ruang kelas IVA
SD Negeri 03 Jaten pada tanggal 7 Februari 2011 Peneliti dan Guru
kelas IVA mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011
dan hari Jumat tanggal 11 Februari 2011
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan Realistic Mathematics Education (RME)
sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada
pertemuan sebelumnya adalah sebagai berikut
1) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap
kelompok
2) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap
mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan
jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan
waktu
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward atau ucapan kata ya bagus pintar
benar atau lanjutkan
Mengingat hasil analisis terhadap aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
selam proses pembelajaran Matematika Meskipun demikian
pembelajaran Matematika pada siklus I dikatakan belum berhasil
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
2007 Kelas IV peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
62
pembelajaran matematika pada siklus II dengan menggunakan Realistic
Mathematics Education (RME) sebagai berikut
1) Menyusun Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Matematika pokok bahasan pecahan menggunakan pendekatan RME
yang disusun 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu dengan
Standar Kompetensi (SK)
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (KD)
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Indikator
Kognitif
a) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Afektif
c) Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok
saat melaksanakan diskusi
d) Bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan soal cerita
Psikomotor
e) Menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan
pecahan
f) Membangun pemahaman cara menyelesaikan soal cerita dengan
benar
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti blok
pecahan dan gambar
4) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
63
b Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun Pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan
langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah
sebagai berikut
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan yang lebih kompleks Dengan menggunakan
media gambar guru memberikan tanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan penjumlahan
pecahan untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran
dengan Realistic Mathematics Education (RME) Siswa antusias
untuk menjawab pertanyaan guru Selanjutnya guru
menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan
dilaksanakan secara berkelompok yang terdiri dari 2-3 siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus II pertemuan 1 Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada kegiatan inti guru membagikan ldquoLKS I1rdquo kepada
masing-masing kelompok yang beranggotakan 2 siswa Siswa
mengerjakan lembar tugas ldquoLKS I1rdquo dengan kelompoknya Guru
mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
64
Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa membahas
hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru meminta
wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil temuan
mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain mengomentari
hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk
memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah pada
ldquoLKS I1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas I1rdquo kepada
masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang
telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah operasi hitung
pecahan dengan indikator menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan yang lebih kompleks
Kegiatan diawali dengan berdorsquoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi
dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan Guru
menentukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan Dengan menggunakan media gambar guru
memberikan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pengurangan pecahan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran dengan Realistic
Mathematics Education (RME) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan
2 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
65
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok sesuai kelompok pada pembelajaran sebelumnya lalu
guru membagikan ldquoLKS II1rdquo kepada masing-masing kelompok
Siswa mengerjakan lembar tugas ldquoLKS IIrdquo dengan kelompoknya
Guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan Setelah waktu yang ditentukan habis guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan Guru
meminta wakil dari beberapa kelompok untuk menyajikan hasil
temuan mereka di depan kelas dan siswa dari kelompok lain
mengomentari hasil kerja temannya Setelah itu guru mengarahkan
siswa untuk memperoleh strategi terbaik dalam menyelesaikan
masalah pada ldquoLKS II1rdquo Guru membagikan soal evaluasi ldquoTugas
II1rdquo kepada masing-masing individu untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah dipelajarinya
Sebagai kegiatan penutup guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari
Siswa kemudian mengumpulkan hasil kerja kelompok dan individu
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang kurang jelas Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pekerjaan rumah Guru menutup pembelajaran
c Observasi
Peneliti melakukan observasi aktivitas belajar siswa selama
melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
RME Serta hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan RME
1) Hasil observasi bagi guru
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 berdasarkan
lampiran 11 dan lampiran 13 dapat ditunjukkan pada Tabel 7 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
66
Tabel 7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Kategori Keterampilan Mengajar
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Membuka Pelajaran 3
2 Kejelasan dan sistematika penyampaian
materi 3
3 Pengelolaan kelas 3
4 Penggunaan Bahasa 35
5 Ketepatan dan daya tarik media 5
6 Kemampuan menggunakan pendekatan
RME
35
7 Penggunaan strategi bertanya 35
8 Pemberian umpan balik 35
9 Penguasaan bahan ajar 35
10 Tuntutan pencapaian ketercapaian
kompetensi siswa 25
11 Ketepatan strategi pembelajaran 3
12 Menutup pelajaran 35
Total skor 36 41
Rata-rata Skor (Total Skor 12) 3 342
Nilai rata ndash rata skor aktivitas guru = 321( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
dan kedua guru dapat mengelola kelas dengan baik dalam
menyampaikan materi jelas pengeloloan kelas cukup baik bahasa yang
digunakan sudah baik media yang digunakan sudah cukup menarik
penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran sudah berjalan dengan
baik guru telah menggunakan strategi bertanya dengan baik guru
sudah menguasai bahan ajar dengan baik pemberian umpan balik sudah
baik penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
67
sudah baik ratandashrata keterampilan guru pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan dari cukup menjadi baik
2) Hasil observasi bagi siswa
Berikut ini tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2
berdasarkan lampiran 12 dan lampiran 14 dapat ditunjukkan pada Tabel
8 sebagai berikut
Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Tindakan
Skor Rata-
Rata I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
yang disampaikan guru
3
2 Kemauan untuk menerima pelajaran 35
3 Keterlibat siswa dalam kegiatan
pembelajaran
4
4 Keaktifan siswa dalam memanfaatkan
media yang digunakan
3
5 Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat
35
6 Kerjasama antar siswa dalam proses
pembelajaran
4
7 Kesungguhan siswa mengerjakan
tugas individu maupun kelompok
3
8 Kemauan untuk menerapkan hasil
pelajaran
35
9 Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran
4
10 Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan evaluasi
35
Total skor 33 37
Rata-rata Skor (Total Skor 10) 33 37
Nilai rata ndash rata skor aktivitas belajar siswa = 35 ( baik )
Keterangan
1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
68
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama
siswa sudah memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan
baik siswa menerima pelajaran yang disampaikan guru dan sudah
terlibat dalam pembelajaran siswa sudah aktif dalam memanfaatkan
media pembelajaran bertanya kepada guru bila ada materitugas yang
kurang jelas siswa telah bekerjasama dengan teman saat diskusi
kelompok siswa sudah baik dalam membuat kesimpulan pembelajaran
siswa sudah dalam mengerjakan soal evaluasi
Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa jauh lebih baik dari
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru sudah baik siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru dengan baik dan sudah terlibat dalam pembelajaran
siswa sudah aktif dalam memanfaatkan media siswa telah bertanya dan
mengeluarkan pendapat siswa sangat baik dalam bekerjasama dengan
teman kelompok siswa mengerjakan tugas dari guru dengan
bersungguh-sungguh siswa sudah sangat baik baik dalam membuat
kesimpulan pembelajaran siswa sudah baik dalam mengerjakan soal
evaluasi Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang pada siklus I cukup rendah pada siklus II menjadi
baik
3) Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi individu berdasarkan
lampiran 22 pada siklus II pertemuan 1 dan 2 dikumpulkan kemudian
dianalisis Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti memperoleh data
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
69
Tabel 9 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Siklus II
Nomor Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 56 ndash 64 8 2051
2 65 ndash 73 4 1026
3 74 ndash 82 3 769
4 83 ndash 91 11 2821
5 92 ndash 100 13 3333
Jumlah 39 100
Dari Tabel 9 di atas hasil evaluasi Matematika materi soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar setelah
menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus II yang
telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4 sebagai
berikut
Grafik 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
14
56 ndash 64 65 ndash 73 74 ndash 82 83 ndash 91 92 ndash 100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
70
Dari data pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa setelah
melaksanakan siklus II siswa memperoleh nilai 55 dan 60
sebanyak 8 atau 2051 siswa mendapat nilai 65 dan 70 sebanyak
4 siswa atau 1026 siswa mendapat nilai 75 dan 80 sebanyak 3
siswa atau 769 siswa mendapat nilai 85 dan 90 sebanyak 11
siswa atau 2821 dan siswa yang mendapat nilai 95 dan 100
sebanyak 13 siswa atau 3333
d Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siklus II secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat diatasi Hal ini dapat dilihat sebagai
berikut
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran matematika Hasil
evaluasi ratandashrata matematika siswa pada siklus II pertemuan 1
yaitu 7795 dan pada pertemuan 2 yaitu 8513
2) Berdasarkan hasil evaluasi Matematika pada siklus II pertemuan
1 siswa yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 9 siswa atau
2308 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 30
siswa atau 7692 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa
yang memperoleh nilai lt 60 (KKM) ada 5 siswa atau 1282
dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM) yaitu 34 siswa
atau 8718 Jadi rata-rata hasil evaluasi matematika pada siklus
II yaitu 8154 dan siswa yang memperoleh nilai ge 60 (KKM)
yaitu 34 siswa atau ketuntasan klasikal 8718
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3
siswa tiap kelompok
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
71
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan
bertahap mengarahkan dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban sehingga pemebelajaran lebih efektif dan
tidak menghabiskan waktu
5) Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada
siswa yaitu dengan cara memberikan reward atau ucapan kata
ya bagus pintar benar atau lanjutkan
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Table 10 di bawah ini
Tabel 10 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas
IV SDN 03 Jaten
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 45 55
Nilai tertinggi 95 100
Rata-rata nilai 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 7179 8718
Dari hasil perkembangan tes evaluasi siklus I da siklus II
pada Tabel 10 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
berikut
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
72
Grafik 5 Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas IV
SDN 03 Jaten
Dari hasil analisa data perkembangan nilai evaluasi siswa pada tes
siklus II Tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes
siswa yang tuntas naik 1539 dengan nilai batas tuntas 60 ke atas siswa
yang tuntas belajar di siklus II sebesar 8718 yang pada tes siklus I
hanya terdapat 7179 siswa mencapai batas tuntas Besarnya nilai
terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 45 dan pada
siklus II menjadi 55 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 95 naik
menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 7128
naik pada tes siklus II menjadi 8154
Dari hasil penelitian siklus II maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Matematika siswa dengan
menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sudah
berhasil Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten Tetapi
apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal masih ada 5 siswa yang
belum tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
73
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi
yang diperoleh pada masing-masing pertemuan maka pembelajaran
matematika materi operasi hitung pecahan melalui Realistic Mathematics
Education (RME) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai
target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui Realistic Mathematics
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun pelajaran 20102011
C Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut
1 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Diterapkan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa hasil evaluasi matematika sebelum tindakan yaitu siswa yang
mendapat nilai 10 ada 2 siswa mendapat nilai 15 ada 1 siswa mendapat nilai
20 ada 2 siswa mendapat nilai 25 ada 2 siswa mendapat nilai 30 ada 3 siswa
mendapat nilai 35 ada 1 siswa mendapat nilai 40 ada 5 siswa mendapat nilai
50 ada 4 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 6 siswa
mendapat 65 ada 2 siswa mendapat 70 ada 2 siswa mendapat 75 ada 1 siswa
mendapatnilai 80 ada 1 siswa dan mendapat nilai 85 ada 1 siswa Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 4718 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 26 siswa atau 6667 dan siswa yang
mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 13 siswa atau 3333
2 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui
bahwa nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus I yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
74
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 2 siswa mendapat nilai 45 ada 2
siswa mendapat nilai 50 ada 6 siswa mendapat nilai 55 ada1 siswa
mendapat nilai 60 ada 1 siswa mendapat nilai 70 ada 19 siswa
mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 2 siswa dan
mendapat nilai 90 ada 5 siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 6667 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 28 21 dan siswa yang mendapat nilai ge 60
(KKM) sebanyak 28 siswa atau 71 79
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 45 ada 1 siswa mendapat nilai 50 ada 7
siswa mendapat nilai 55 ada 2 siswa mendapat nilai 60 ada 1 siswa
mendapat nilai 70 ada 8 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa siswa
yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 3 siswa dan
siswa yang mendapat nilai 100 ada 7 siswa Dengan demikian nilai rata-
rata yang diperoleh siswa yaitu 7590 Siswa yang mendapat nilai lt 60
(KKM) sebanyak 10 siswa atau 1564 dan siswa yang mendapat nilai
ge 60 (KKM) sebanyak 29 siswa atau 7436
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus I pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 7052 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 11 siswa atau 2821 dan mendapat nilai ge 60 (KKM)
sebanyak 28 siswa atau 7179
3 Data Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
Dari daftar nilai yang terdapat pada lampiran dapat diketahui bahwa
nilai evaluasi matematika materi soal cerita pecahan pada siklus II yang
terdiri atas 2 pertemuan yaitu sebagai berikut
a Pertemuan 1
Siswa yang mendapat nilai 40 ada 1 siswa mendapat nilai 45 ada 1
siswa mendapat nilai 50 ada 2 siswa mendapat nilai 55 ada 5 siswa
mendapat nilai 60 ada 3 siswa mendapat nilai 70 ada 2 siswa mendapat
nilai 80 ada 9 siswa mendapat nilai 85 ada 2 siswa mendapat nilai 90
ada 5 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 11 siswa Dengan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
75
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 7795 Siswa yang
mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 2308 dan siswa
yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 30 siswa atau 7692
b Pertemuan 2
Siswa yang mendapat nilai 55 ada 5 siswa mendapat nilai 60 ada 1
siswa mendapat nilai 75 ada 1 siswa mendapat nilai 80 ada 9 siswa
siswa yang mendapat nilai 85 ada 1 siswa mendapat nilai 90 ada 9 siswa
mendapat nilai 95 ada 1 siswa dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 12
siswa Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 8513
Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 1282
dan siswa yang mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak 34 siswa atau
8718
c Nilai rata-rata siswa dari hasil evaluasi pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 adalah 8154 Siswa yang mendapat nilai lt 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 1282 dan mendapat nilai ge 60 (KKM) sebanyak
34 siswa atau 8718
Dari observasi dan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran
dari siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan yang signifikan
Prosentase rata-rata klasikal dan ketuntasan klasikal menunjukkan peningkat
Hal ini terbukti dari hasil nilai evaluasi individu yang diperoleh siswa kelas IV
SDN 03 Jaten menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
soal cerita pecahan Berdasarkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal
cerita yang ditandai dengan peningkatan hasil nilai evaluasi yang telah
dicapai siswa maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini
D Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Peningkatan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
76
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11 Perkembangan Hasil Pra Siklus Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SDN 03 Jaten
Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai terendah 10 45 55
Nilai tertinggi 85 95 100
Rata-rata nilai 4718 7052 8154
Ketuntasan Klasikal 3333 7179 8718
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 10 pada siklus pertama
naik menjadi 45 dan pada siklus kedua naik lagi menjadi 55 Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 85 pada siklus
pertama naik menjadi 95 dan pada siklus kedua menjadi 100
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar
4718 siklus pertama 7052 dan pada siklus kedua 8154
c) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 3333 tes
siklus I 7179 setelah dilakukan refleksi terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60) namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa
dan pada tes siklus II meningkat menjadi 8718 dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas
Berdasarkan perkembangan nilai evaluasi siswa pada Tabel 7 siswa yang
memperoleh nilai ge 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
77
melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SD Negeri
03 Jaten Karanganyar
Adapun peningkatan nilai evaluasi siswa pada materi soal cerita pecahan
melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat digambarkan
dalam Grafik 6 di bawah ini
Grafik 6 Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Matematika Pra Siklus Siklus I
dan Siklus II Setelah Menggunakan Pendekatan RME
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-
peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada Tabel dan Grafik diatas
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri 03 Jaten Karanganyar khususnya dan siswa kelas IV Sekolah
Dasar lain pada umumnya
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F
R
E
K
U
E
N
S
I
N
I
L
A
I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
2010 2011 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut melalui pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri 03 Jaten tahun
pelajaran 20102011 Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 4718 siklus pertama 7052 dan pada
siklus kedua naik menjadi 8154 Untuk ketuntasan klasikal (nilai ketuntasan 60)
pada tes awal 3333 tes siklus pertama 7179 dan pada tes siklus kedua
siswa belajar tuntas mencapai 8718
B Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan baik secara teoretis maupun secara praktis
1 Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
Dengan penerapan pendekatan RME siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang
dipelajari Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk
belajar Matematika Keberanian siswa meningkat karena siswa harus
menjelaskan jawabannya Kerjasama dalam kelompok juga meningkat Selain
itu siswa menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
78
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
79
menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan menyelesaikan soal cerita
pecahan siswa kelas IV SDN 03 Jaten meningkat
2 Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran matematika
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
khususnya pada materi soal cerita pecahan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan
kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa yang akan dicapai
Kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis Di samping
itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME
pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi masalah
kesulitan menyelesaikan soal cerita yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin Oleh karena itu kreativitas
dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita
C Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) pada siswa kelas IV SDN 03 Jaten tahun pelajaran
20102011 maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
80
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SDN 03 Jaten pada khususnya sebagai berikut
1 Kepada Kepala Sekolah
a Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya Sehingga dalam
pembelajaran guru dapat lebih inovatif kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa
b Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan pengembangan
pendekatan dan metodel-model pembelajaran yang kreatif misalnya
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
c Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
lebih efektif dan optimal
2 Kepada Guru
a Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dimana siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari Cara yang dilakukan antara lain memilih
pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal misalnya Realistic Mathematics Education (RME)
b Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi serta masalah-masalah yang
kongkrit sehingga pembelajaran mudah dipahami oleh siswa
perpustakaanunsacid digilibunsacid
commit to user
81
3 Kepada Siswa
a Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan
b Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain
c Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal
d Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari