PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)...

12
1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Oktariani Indri Safitri, Yayu Zurriyati, Salfina Nurdin dan Dahono Loka Pengkajian Teknoogi Pertanian (LPTP) Kepri Jl. Sungai Jang No. 38 Tanjungpinang Kepulauan Riau Email : [email protected] ABSTRAK Rumah pangan merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) telah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pola pangan harapan (PPH) yang dicapai rumah tangga dari kegitan MKRPL tersebut, maka dilakukan analisis pada 2 kabupaten/kota yaitu Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan yang mewakili wilayah kota dan perdesaan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner pada responden pelaksana kegiatan M-KRPL di 2 kabupaten tersebut pada awal dan diakhir kegiatan. Jumlah responden pada masing-masing kabupaten/kota tersebut adalah 20 orang. Kuisioner konsumsi yang digunakan mengikuti kuisioner konsumsi Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data yang didapat selanjutnya dianalisis meggunakan metode penghitungan PPH. Hasil kegiatan menunjukkan terdapat peningkatan nlai PPH kooperator MKRPL di Kota Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di Kabupaten Bintan sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2). Kata Kunci: Pola Pangan Harapan, Pekarangan PENDAHULUAN Lahan pekarangan merupakan areal disekitar rumah yang dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketahanan pangan. Ketahanan pangan selalu identik dengan kemandirian pangan yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan baik secara nasional atau kawasan secara mandiri dengan memberdayakan modal,

Transcript of PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)...

Page 1: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

1

PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA

DARI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

Oktariani Indri Safitri, Yayu Zurriyati, Salfina Nurdin dan Dahono

Loka Pengkajian Teknoogi Pertanian (LPTP) Kepri

Jl. Sungai Jang No. 38 Tanjungpinang –Kepulauan Riau

Email : [email protected]

ABSTRAK

Rumah pangan merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan

pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk mendukung ketahanan

pangan nasional. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

telah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk

mengetahui seberapa besar peningkatan pola pangan harapan (PPH) yang dicapai

rumah tangga dari kegitan MKRPL tersebut, maka dilakukan analisis pada 2

kabupaten/kota yaitu Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan yang mewakili

wilayah kota dan perdesaan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan

wawancara terstruktur menggunakan kuesioner pada responden pelaksana

kegiatan M-KRPL di 2 kabupaten tersebut pada awal dan diakhir kegiatan. Jumlah

responden pada masing-masing kabupaten/kota tersebut adalah 20 orang.

Kuisioner konsumsi yang digunakan mengikuti kuisioner konsumsi Survey Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data yang didapat

selanjutnya dianalisis meggunakan metode penghitungan PPH. Hasil kegiatan

menunjukkan terdapat peningkatan nlai PPH kooperator MKRPL di Kota

Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di Kabupaten Bintan

sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).

Kata Kunci: Pola Pangan Harapan, Pekarangan

PENDAHULUAN

Lahan pekarangan merupakan areal disekitar rumah yang dapat

dimanfaatkan sebagai penopang ketahanan pangan. Ketahanan pangan selalu

identik dengan kemandirian pangan yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan baik

secara nasional atau kawasan secara mandiri dengan memberdayakan modal,

Page 2: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

2

manusia, sosial dan ekonomi yang ada dan berdampak positif bagi kehidupan

sosial maupun ekonomi masyarakat.

Untuk menunjang ketahanan pangan ditingkat rumah tangga tersebut,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat mandat untuk

mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang

dimulai sejak tahun 2011. Pengembangan KRPL ini diimplementasikan melalui

pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif, baik di perkotaan maupun di

perdesaan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman

pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan, dan ternak.

Potensi lahan pekarangan cukup besar di Indonesia mencapai 10,3 juta ha

atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian (Badan Litbang, 2011). Di

Provinsi Kepulauan Riau luas lahan pekarangan mencapai 44,092 ha yang

tersebar di 5 kabupaten dan 2 kota (BPS Kepulauan Riau, 2011). Potensi yang

cukup besar ini merupakan salah satu sumber penyedia bahan pangan yang

bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Salah satu indikator keberhsilan kegiatan KRPL adalah terjadi peningkatan

Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan

beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan

energinya, terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi

pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-

aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui nilai PPH awal dan akhir

dari kegatan M-KRPL di dua kabupaten yaitu Kota Tanjung Pinang dan Kaupaten

Bintan sebagai lokasi pelaksana kegiatan MKRPL di Provinsi Kepulauan Riau

yang mewakili kawasan perkotaan dan perdesaan.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan

Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang dan di Kelurahan Sei Lekop,

Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

(Kepri) mulai Januari – Desember 2013. Responden yang dilibatkan dalam

Page 3: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

3

kegiataan adalah kooperator kegiatan M-KRPL. Kegiatan M-KRPL di kedua

lokasi tersebut merupakan kegiatan M-KRPL ditahun pertama. Jumlah responden

yang terlibat dimasing-masing lokasi adalah 20 orang. Metode yang digunakan

adalah metode survey menggunakan kuisioner konsumsi pangan berdasarkan

Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data

konsumsi pangan yang dicatat dari responden adalah konsumsi pangan yang

dilakukan pada satu hari sebelum pendataan. Data rata-rata konsumsi perkapita

per hari dinyatakan dalam satuan gram/kap/hari yang kemudian dikonversikan

kedalam bentuk satuan energy kkal/kap/hari.

Data konsumsi pangan dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan

yang ada didalam Pola Pangan Harapan. Pengelompokkan tersebut

disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan yaitu kelompok :

1 Padi : Beras, jagung, terigu

2. Umbi-umbian : Ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas,

sagu dan umbi lainnya

3. Pangan Hewani : Daging, telur, susu dan ikan

4. Minyak dan lemak : Minyak kelapa, minyak lainnya

5. Buah biji berminyak : Kelapa, kemiri, jambu mete dan

coklat

6. Kacang-kacangan : Kedelai, kacang tanah, kacang hijau,

kacang merah dan kacang lainnya

7. Gula : Gula pasir dan gula merah

8. Sayur dan Buah : Semua jenis sayuran dan buah-buahan

9. Lain-lain : Bumbu-bumbuan, makanan dan

minuman yang mengandung alkohol,

teh, kopi, sirup, dll.

Data yang didapat sesuai dengan pengelompokkan tersebut selanjutnya

dibandingkan antara skor konsumsi pangan aktual dengan sasaran PPH Nasional

dan dilakukan analisis secara deskriptif

Page 4: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan M-KRPL di wilayah kota Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung

Pinang Timur, mewakili wilayah perkotaan dengan luas lahan pekarangan rat-rata

< 200 M2

, dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjung

Pinang Timur. Sementara kegiatan M-KRPL di wilayah Kabupaten Bintan

dilaksanakan di Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur mewakili

wilayah perdesaan dengan luas lahan pekarangan antara 200 - >400 m2

. Sehingga

digolongkan dalam pengelompokan M-KRPL strata sedang sampai luas.

Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis

berada pada 0051’ sampai dengan 0

059’ Lintang Utara dan 104

023’ sampai

dengan 104034’ Bujur Timur. Kota Tanjungpinang beriklim tropis dengan

temperatur udara sekitar 26,8 derajat celsius, kelembaban udara sekitar 86

persen dan rata‐rata curah hujan 324,4 mm per hari. Sub sektor pertanian

khususnya tanaman pangan yang cukup berpotensi diwilayah Tanjung Pinang

yaitu jagung, ubi kayu dan ubi jalar. (BPS Kota Tanjung Pinang, 2011)

Kabupaten Bintan terletak antara 1o15 Lintang Utara – 0

o 48 Lintang

Selatan dan antara 109o dan 103

o 11 Bujur Timur. Pada umumnya daerah

Kabupaten Bintan beriklim tropis basah dengan curah hujan tertinggi terjadi pada

bulan September sampai dengan bulan Februari. Sedangkan musim kemarau

terjadi antar bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Temperatur rata-rata

bulanan berkisar antara 24,8°C sampai dengan 26,6°C dengan temperatur udara

maksimum antara 29,0°C - 31,3°C, sedangkan temperatur udara minimum

berkisar antara 22,2°C - 23,3°C (BPS Kabupaten Bintan, 2011). Kegiatan

pertanian yang banyak ditekuni oleh penduduk Bintan Timur adalah pertanian

tanaman pangan dan hortikultura.

Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan

Harapan (PPH) Kota Tanjungpinang

Kegiatan MKRPL di Kota Tanjungpinang dilaksanakan di Kelurahan

Melayu Kota Piring. Luas lahan perkarangan kooperator di Kota Tannjung Pinang

rata-rata < 200 m² yang berada pada kategori lahan sempit. Seluruh responden

Page 5: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

5

merupakan warga salah satu komplek perumahan di Kota Tanjung Pinang. Jumlah

responden yaitu 20 orang. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga, dengan usia

rata-rata 42 tahun. Jumlah anggota keluarga responden rata-rata 4 orang. Tingkat

pendidikan responden sebagian besar adalah SMA. Pada Tabel 1. disajikan

karakteristik responden dalam penghitungan PPH di Kelurahan Melayu Kota

Piring, Kota Tanjung Pinang.

Tabel 1. Karakteristik Responden di Kelurahan Melayu Kota Piring

Kota Tanjung Pinang

No Nama Jumlah Anggota

Keluarga (orang

Pendidikan Umur

(Thn)

Pekerjaan

Kooperator Kelurahan Melayu Kota Piring

1 Katminah 4 SD 50 IRT

2 Liberti 5 DIII 40 IRT

3 Aisyah 4 SMA 38 IRT

4 Dewi 4 DIII 45 Karyawan

5 Halijah 4 SMA 42 Karyawan

6 Ria

Yuliana 3

SMA 41

IRT

7 Ika 4 SMA 38 IRT

8 Yanti 4 SMP 37 Karyawan

9 Pepti 4 SMA 39 IRT

10 Daswati 4 SMA 48 Wiraswasta

11 Ria Verta 4 SMA 33 IRT

12 Sri hayati 4 SMA 44 IRT

13 Masni 4 SMA 38 Karyawan

14 Siti 4 SMA 36 IRT

15 Ita 4 DII 34 Karyawan

16 Sri

Mumpuni 4

SMA 42

Karyawan

17 Rifah 4 SMA 48 IRT

18 Nurhayati 4 SMA 49 IRT

19 Latifah

Anum 3

SMP 50

IRT

20 Sri Lestari 4 DIII 48 IRT

Keterangan : IRT = ibu rumah tangga

Pola pangan harapan (PPH) menjadi salah satu indikator tingkat

keberhasilan kegiatan M-KRPL. Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi tahun 1998 yang menggunakan bobot (rating) FAO RAPA

(1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan Harapan (PPH) tahun

Page 6: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

6

2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk hidup sehat bagi

penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan

dan Gizi (WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan Nasional

disajikan pada Tabel 2.:

Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional

No. Kelompok

Pangan/

Jenis Pangan

Berat

(gr/Kap/

Hr)

Energi

(Kkal/Kap/Hr)

%

AKE

Bobot Skor

PPH

1. Padi-padian 275 1.000 50.0 0.5 25.0

2. Umbi-umbian 100 120 6.0 0.5 2.5

3. Pangan Hewani 150 240 12.0 2.0 24.0

4. Minyak dan

Lemak

20 200 10.0 0.5 5.0

5. Buah/biji

berminyak

10 60 3.0 0.5 1.0

6. Kacang-

kacangan

35 100 5.0 2.0 10.0

7. G u l a 30 100 5.0 0.5 2.5

8. Sayur dan buah 250 120 6.0 5.0 30.0

9. Lain-lain - 60 3.0 0.0 0.0

J u m l a h - 2.000 100 - 100

Keterangan : AKE= angka kecukupan energi

Hasil perhitungan rataan PPH di Kelurahan Melayu Kota Piring pada awal

dan akhir kegiatan M-KRPL disajikan berturut-turut pada Tabel 3 dan Tabel. 4.

Pada awal kegiatan M-KRPL, skor rataan PPH responden adalah 82,4. skor ini

masih dibawah skor ideal yang direkomendasikan secara nasional, skor PPH 100.

Rataan konsumsi energi responden terbesar berasal dari padi-padian. yaitu

1.440,50 kkal/kap/hari dengan persentase AKE 72 %. Hal ini menunjukkan

konsumsi padi-padian melebihi dari rekomendasi nasional yang hanya 50%.

Sementara konsumsi sayur dan buah responden dibawah rekomendasi nasional

dengan AKE 4,86%, sementara anjuran nasional adalah 6%.

Kegiatan M-KRPL dimaksudkan dapat meningkatkan diversifikasi pangan

responden, melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman

sayuran dan hortikultura. Peningkatan konsumsi sayur dan buah dari kooperator

M-KRPL dapat meningkatkan skor PPH dari kooperator tersebut.

Page 7: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

7

Tabel 3. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan

MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang

No. Kelompok Pangan/

Jenis Pangan

Energi Aktual

(Kkal/Kap/Hr)

% AKE Bobot Skor

PPH

1. Padi-padian 1.440,5 72,03 0,5 25,0

2. Umbi-umbian 120 ,0 7,50 0,5 2,50

3. Pangan Hewani 125,0 6,25 2,0 12,5

4. Minyak dan Lemak 300,0 15,00 0,5 5,0

5. Buah/biji berminyak 25,0 1,25 0,5 0,6

6. Kacang-kacangan 150,4 7,52 2,0 10,0

7. G u l a 255,7 12,79 0,5 2,5

8. Sayur dan buah 97,2 4,86 5,0 24,3

9. Lain-lain 65,0 3,25 0,0 0.0

J u m l a h 2.608,8 130,44 - 82,4

Penghitungan skor PPH akhir dilaksanakan diakhir kegiatan MKRPL di

Kelurahan Melayu Kota piring pada tahun 2013. Hasil penghitungan tersebut

didapatkan skor PPH akhir sebesar 85,6. Terjadi peningkatan skor PPH

dibandingkan pada awal kegiatan. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 3,8 %.

(dari skor PPH 82.4 menjadi 85,6). Peningkatan ini sebagian besar karena adanya

peningkatan konsumsi sayuran dari kooperator dan keluarganya.

Kegiatan M-KRPL, memberikan andil yang cukup besar dalam

peningkatan konsumsi sayuran bagi rumah tangga. Sebelum kegiatan M-KRPL,

sebagian besar responden harus mengeluarkan biaya untuk membeli sayuran

seperti sayuran bayam, kangkung, sawi, terong, cabe rawit, tomat dan seledri. Hal

ini menyebabkan minat responden untuk mengkonsumsi sayuran tersebut

menurun. Responden lebih memilih menggunakan dana yang ada untuk

keperluan lain dibandingkan harus membeli sayuran (terutama sayuran berdaun

lebar). Walaupun mereka mengetahui bahwa mengkonsumsi sayuran bermanfaat

bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi keadaan menjadi berbeda setelah adanya

kegiatan M-KRPL, dimana responden mengakui lebih mudah mendapatkan

sayuran untuk dikonsumsi dari pekarangan sendiri tanpa harus mengeluarkan

biaya.

Page 8: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

8

Tabel 4. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan

MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang

No. Kelompok Pangan/

Jenis Pangan

Energi Aktual

(Kkal/Kap/Hr)

% AKE Bobot Skor PPH

1. Padi-padian 1.490,0 74,50 0.5 25,0 0

2. Umbi-umbian 125 ,8 6,29 0.5 2,50

3. Pangan Hewani 130,7 6,54 2.0 12,5

4. Minyak dan Lemak 155,6 7,78 0.5 5,0 0

5. Buah/biji berminyak 35,7 1,79 0.5 0,60

6. Kacang-kacangan 125,5 6,28 2.0 10,0 0

7. G u l a 275,0 13,77 0.5 2,5

8. Sayur dan buah 110,8 5,54 5.0 24,3

9. Lain-lain 65,00 3,25 0.0 0.0

J u m l a h 2.514,5 125,73 - 85,6

Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan

Harapan (PPH) Kabupaten Bintan

Responden dalam penghitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop,

Kecamatan Bintan Timur berasal dari kelompok wanita tani (KWT) Mekarsari.

Rataan umur kooperator adalah 42 tahun , dengan kisaran anggota keluarga 3-6

orang. Tingkat pendidikan responden rata-rata adalah tamatan Sekolah Dasar

(Tabel 5).

Hasil penghitungan skor PPH diawal kegiatan M-KRPL adalah 75,5

(Tabel 6). Skor PPH responden pada awal kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bintan

lebih kecil dibandingkan skor PPH responden di Kota Tanjung Pinang pada saat

yang sama. Hal ini diduga karena masyarakat perkotaan mempunyai pola

konsumsi pangan yang lebih bervariasi/beragam dibandingkan masyarakat di

wilayah perdesaan. Disamping itu juga tingkat pengetahuan responden terhadap

nilai gizi makanan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Walaupun

demikianm sama dengan responden di Kota Tanjung Pinang, persentase AKE dari

jenis pangan padi-padian yang didapat melebihi rekomendasi nasional yaitu 57%

(rekomendasi nasional 50%). Hal ini menandakan bahwa konsumsi padi-padian

dari responden cukup tinggi. Sementara persentase AKE dari sayur dan buah

hanya 3%, secara nasional direkomendasikan sebesar 6%. Jika dikaitkan dengan

tersedianya lahan yang cukup luas d lahan pekarangan responden yang dapat

ditanami sayuran, keadaan ini sungguh bertolak belakang. Pemanfaatan lahan

pekarangan dengan tanaman sayuran dan hortikultura selain dapat meningkatkan

Page 9: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

9

gizi keluarga juga merupakan peluang sebagai sumber pendapatan karena

kelebihan produksi dari tanaman sayuran dapat dijual.

Tabel 5. Karakteristik Kooperator Kegiatan MKRPL Kecamatan Bintan Timur

Kabupaten Bintan

No Nama Jumlah Anggota

Keluarga (orang)

Pendidikan Umur

(Thn)

Pekerjaan

KWT Mekar Sari

1 Munifah 4 SD 53 IRT

2 Misdiati 4 SD 45 IRT

3 Asnidar 6 SD 45 IRT/Tani

4 Sri Wahyuni 5 SLTP 35 IRT/Tani

5 Sawiyah 4 SD 48 IRT

6 Eva Zariani 3 SLTP 33 IRT

7 Elvi Sumarni 4 SLTA 40 Karyawan

8 Nur Azizah 6 SD 32 IRT

9 Nani Utami 4 SLTP 36 Karyawan

10 Tusinah 4 SD 46 IRT

11 Rosmini 4 SD 44 IRT/Tani

12 Sunarti 4 SD 44 IRT//Tani

13 Juminah 6 SD 73 IR/Tani

14 Sukatmi 2 SD 50 IRT/Tani

15 Eka Purwati 3 SLTA 29 IRT

16 Halijah 5 SLTP 34 IRT

17 Roswati 5 SD 53 IRT/Tani

18 Hindun 7 SLTP 33 IRT

19 Martini 3 SLTP 40 IRT

20 Rohimah 3 SLTA 35 IRT

Rataan 42.4

Hasil perhitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop pada akhir kegiatan

M-KRPL didapatkan sebesar 80,2. Terjadi peningkatan skor PPH dibandingkan

pada awal kegiatan aebesar 6,2% (dari skor PPH 75,5 menjadi 80,2). Sama hal

nya dengan responden di Kota Tanjung Pinang, peningkatan skor PPH ini

sebagian besar karena adanya peningkatan konsumsi sayuran dari responden yang

menjadi kooperator kegiatan M-KRPL. Peningkatan konsumsi sayuran secara

perhitungan akan meningkatkan skor PPH.

Page 10: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

10

Tabel 6. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan

MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan

No. Kelompok Pangan/

Jenis Pangan

Energi Aktual

(Kkal/Kap/Hr)

% AKE Bobot Skor PPH

1. Padi-padian 1.150,70 57,54 0,5 25

2. Umbi-umbian 118,80 5,94 0,5 2,5

3. Pangan Hewani 150,50 7,53 2,0 15,1

4. Minyak dan Lemak 180,20 9,01 0,5 4,5

5. Buah/biji berminyak 20,50 1,03 0,5 0,5

6. Kacang-kacangan 85,70 4,29 2,0 8,6

7. G u l a 150,30 7,52 0,5 2,5

8. Sayur dan buah 67,50 3,38 5,0 16,9

9. Lain-lain 85,95 4,30 0,0 0

J u m l a h 2.010,15 100,51 - 75,5

Pada Tabel 3, 4, 6 dan 7, terlihat skor Skor aktual PPH yang dicapai

responden diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL lebih rendah dari target skor

nasional yaitu sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman

konsumsi dan mutu pangan responden di Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten

Bintan relatif masih rendah dan komposisi pangan yang dikonsumsi belum

berimbang antara kelompok pangan sumber gizi (karbohidrat, protein, vitamin

dan mineral). Konsumsi pangan sumber karbohidrat masih didominasi

kelompok padi-padian.

Tabel 7. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan

MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan

No. Kelompok Pangan/

Jenis Pangan

Energi Aktual

(Kkal/Kap/Hr)

% AKE Bobot Skor PPH

1. Padi-padian 1.250,50 62,53 0.5 25

2. Umbi-umbian 100,00 5,00 0.5 2,5

3. Pangan Hewani 175,00 8,75 2.0 17,5

4. Minyak dan Lemak 190,50 9,53 0.5 4,8

5. Buah/biji berminyak 40,00 2,00 0.5 1

6. Kacang-kacangan 55,50 2,78 2.0 5,6

7. G u l a 100,00 5,00 0.5 2,5

8. Sayur dan buah 85,50 4,28 5.0 21,3

9. Lain-lain 217,18 10,86 0.0 0

J u m l a h 2.214,18 110,71 - 80,2

Page 11: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

11

Walaupun demikian dengan semakin berkembangnya kegiatan M-KRPL

diharapkan terjadi peningkatan PPH dimasa-masa yang akan datang.

Hasil penghitungan skor PPH diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL di

Kabupaten Bintan pada kegiatan ini menunjukkan peningkatan lebih besar

dibandingkan di Kota Tanjung Pinang (6,2% VS 3,8%). Hal ini diduga

berhubungan dengan tingkat pelaksanaan kegiatan M-KRPL, dimana cenderung

lebih baik pelaksanaanya di Kabupaten Bintan.

KESIMPULAN

Pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring , Kota

Tanjung Pinang dan Kelurahan Sei Lekop, Kabupaten Bintan berdampak pada

peningkatan PPH pelaksana kegiatan tersebut. peningkatan nlai PPH kooperator

MKRPL di Kota Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di

Kabupaten Bintan sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau. 2011. Kepri Dalam angka 2011. Provinsi

Kepulauan Riau.

Badan Pusat Statistik Kabuapten Bintan. 2011. Bintan Dalam angka 2011.

Kabupaten Bintan.

Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Pinang. 2011. Tanjung pinang Dalam angka

2011. Kota Tanjung Pinang.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari.

Badan Litbang Pertanian Jakarta.

Page 12: PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) …kepri.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdfinfo/makalah_sumsel... · 1 PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA DARI PEMANFAATAN

12