PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI … · bangun datar melalui model pembelajaran...
Transcript of PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI … · bangun datar melalui model pembelajaran...
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI PAJANG 1 NO.93 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
MEVIA WINDA HAPSARI
K7106031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI PAJANG 1 NO.93 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh
MEVIA WINDA HAPSARI
NIM: K7106031
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN
DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010” , oleh:
NAMA : MEVIA WINDA HAPSARI
NIM : K 7106031
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra, Yulianti, M.Pd. Drs. Samidi, M.Pd
NIP. 1954 1116 198203 2 002 NIP. 19511108 198803 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN
DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 No.93 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010”, oleh:
NAMA : MEVIA WINDA HAPSARI
NIM : K 7106031
telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ...............................
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd ..............................
Anggota I : Dra. Yulianti, M.Pd ...............................
Anggota II : Drs. Samidi, M.Pd ................................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universias sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Mevia Winda Hapsari, K7106031. PENINGKATAN PENGUASAAN
BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD ( Student Teams Achievement Division ) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap
bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas
V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian PTK. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan dan
refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta dengan jumlah siswa 50 yang terdiri dari 28
siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan meliputi wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Pada penelitian
ini analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Data diolah sejak
tindakan pembelajaran dilaksanakan dan dikembangkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada
setiap siklus diakhiri dengan pelaksanaan tes sehingga dapat diketahui ada
tidaknya peningkatan penguasaan bangun datar pada pelajaran Matematika. Data
yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang berupa hasil tes,
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan siswa terhadap bangun datar. Pada kondisi awal nilai
rata-rata siswa adalah 52,5 , pada siklus I nilai rata-rata siswa 71,26 dan nilai rata-
rata yang diperoleh pada siklus II adalah 75,24. Sebelum dilaksanakan penelitian
siswa yang memperoleh nilai 63 sebanyak 5 siswa (10%). Pada siklus I siswa
yang memperoleh nilai 63 sebanyak 35 siswa (70%), dan pada siklus II siswa
yang memperoleh nilai 63 sebanyak 43 siswa (86%). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri
Pajang 1 No. 93 Surakarta sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran Matematika dan dapat disarankan kepada guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena dapat
meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep matematika.
ABSTRACT
Mevia Winda Hapsari, K7106011. THE IMPROVEMENT OF PLAIN
STRUCTURE THROUGH STAD (Student Teams Achievement Division) TYPE
COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FIFTH GRADE OF SD
NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA YEAR OF 2009/2010. A Minithesis.
Surakarta: Teaching and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University of
Surakarta. 2010.
This research is aimed to improve the students‟ comprehension on plain
structure through STAD type cooperative learning model on the fifth grader of SD
Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta year of 2009/2010.
Method used in this research is Class Action Research type. This
research procedure consists of four steps, they are action planning, action
implementation, observation or monitoring and reflection. Subject used in this
research is the fifth grader of SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, with 50
amount of students in which 28 male students and 22 female students existed.
While the data collection technique conducted includes interview, observation,
tests and documentation. In this research, the data analysis is descriptive
qualitative. Data is processed since the implementation of learning action and
developed during the learning process takes place. This research is conducted in
two cycles and in each cycle is ended with the test implementation so that there
can be known whether or not the improvement of plain concrete comprehension
on mathematics achieved. The obtained data are quantitative and qualitative data,
which are formulated in test, observation, interview and documentation results.
Based on the results of this research, there can be concluded that the
mathematic learning thorugh STAD type cooperative learning model can improve
the students‟ comprehension on plain structure. On the prelimiary condition, the
average mark of students is 52.5. In the first cycle, the average mark is of 71.26
and the average mark in second cycle is of 75.24. Before the implementation of
this research, the students whose the mark of > 63 is of 5 students (10%). In the
first cycle, students whose the mark of > 63 is of 30 students (70 %) . In the
second cycle, students whose the mark of > 63 is of 43 students (86%). Based on
the results of this research, it shows that the STAD type cooperative learning
model can improve the plain concrete comprehension on the fifth grader of SD
Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, so that it can be used as one of mathematics
learning method alternative and it can be suggested for the teacher to implement
the STAD type cooperative learning model because it can improve the students‟
comprehension on mathematics concepts.
MOTTO
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras
adalah kemenangan yang hakiki.
(Gandhi)
Aku adalah seorang guru : dari teladanku, orang lain belajar mengenai
pntingnya kebulatan tekad, pengabdian, dan kerja keras.
Aku dalah seorang ahli matematika : memastikan bahwa aku dapat
menyelesaikan setiap soal yang kuhadapi dengan penyelesaian yang benar.
( Amy Yerkes )
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun ini dipersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, berkat, dan penyertaanNya.
Ayah dan ibuku tercinta, yang selalu mendoakan dan memberikan segala
yang terbaik baik material maupun spiritual serta membuatku mengerti
akan makna kehidupan.
Patrick Subiyanto, atas ketulusan, pengertian, kesabaran dan motivasi
yang tiada henti.
Lunar Sabitku yang senantiasa memberikan dukungan.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Mahasiswa PGSD „06
FKIP UNS, almamater tercinta.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdianto Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas
Maret Surakarta.
5. Ibu Yulianti, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Samidi, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Semua Dosen Program Studi PGSD UNS yang membimbing dan
mengarahkan penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. Keluarga besar SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk melaksanakan penelitian.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat
disebut satu persatu.
Semoga kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari tuhan
Yang Maa Esa.
Walaupun disadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan,
namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan
dan dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta,
2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ..............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
ABSTRACT.......................................................................................................vi
MOTTO .........................................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xiii
BAB I PENDAHULAUN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A Tinjauan Pustaka .........................................................................
1. Tinjauan tentang Penguasaan Bangun Datar ...................... 6
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika .................... 17
3. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif ........ 24
4. Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif Tioe STAD ... 31
B Penelitian Yang Relevan ......................................................... 36
C Kerangka Berpikir .................................................................. 37
D Hipotesis ................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian 39
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 41
C. Subyek Penelitian 41
D. Sumber Data 41
E. Teknik Pengumpulan Data 42
F. Validitas Data 42
G. Teknik Analisis Data 43
H. Indikator Kerja 43
I. Prosedur penelitian 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………47
B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 51
1. Siklus I ………………………………………….... . . …… 51
2. Siklus II …………………………………………. ……….. 59
C. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………...66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………. 74
B. Implikasi ………………………………………………………. 74
C. Saran ………………………………………………………..75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan
Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional
Tabel 2. Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Tabel 3. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD
Tabel 4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 5. Perolehan nilai latihan kelompok
Tabel 6. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1
Tabel 7. Daftar Nilai Hasil Belajar dan Kemajuan Individu Siklus I Berdasarkan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tabel 8. Skor Kelompok Siklus I Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD
Tabel 9. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-2
Tabel 10. Perolehan Nilai Latihan Kelompok
Tabel 11. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1
Tabel 12. Daftar Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas V Siklus I dan
Siklus II
Tabel 13. Skor Kelompok Siklus II
Tabel 14. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1
Tabel 15. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD
Negeri Pajang 1 sebelum Tindakan.
Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD
Negeri Pajang 1 pada Siklus I
Tabel 17. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri
Pajang I Siklus II.
Tabel 18. Nilai Rata-rata Sebelum dan sesudah Tindakan
Tabel 19. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan
siklus II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2. Gambar Bagan Teknik Analisis Data: Model Interaktif
Gambar 3. Gambar Bagan Strategi Penelitian
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang I pada pra siklus
Grafik 2. Nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada
siklus I
Grafik 3. Nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada
siklus II
Grafik 4. Besar perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadual penelitian tindakan kelas.
2. Hasil Wawancara Dengan Guru Sebelum Diterapkan
Pembelajaran dengan Metode STAD
3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93
Surakarta Sebelum Diadakan Tindakan
4. Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran
Siklus I
5. Lembar Kegiatan Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
6. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93
Surakarta Pada Siklus I
7. Daftar Skor Kemajuan Individu Siklus I
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SIKLUS I
9. Lembar Hasil Observasi Kinerja Guru Dalam Kegiatan
Pembelajaran Siklus II
10. Lembar Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran
Siklus II
11. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93
Surakarta Pada Siklus II
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
13. Skor Perkembangan Individu Siklus II
14.
15. Gambar Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan ilmu
pengetahuan lain ialah matematika. Menurut Farida Ika Rahmadhani ”Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern,mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia.(http://blog.math.uny.ac.id /farida ikarahmadhan i/2009/12/22
/kontribusi -matematika- dalam -teknologi- informasi/ diunduh 20 September
2009).perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya SD disusun sebagai landasan pembelajaran
untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,analisis,sistematis,kritis dan
kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh,mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti dan kompetitif. Selain itu
dimaksudkan pula mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol,tabel,diagram dan media lain.
Mata pelajaran matematika dianggap oleh sebagian orang sebagai mata
pelajaran yang masih ditakuti dan dirasa sulit. Hal ini sejalan dengan pendapat
Cockroft (Siti Ummu kultsum dalam http //matematika up : edu / indek. Php
diunduh 20 September 2009) bahwa “ mathematics is a difficult subject both to
teach and learn.” Matematika bagi sebagian orang hanyalah rumus-rumus yang
sukar yang harus dihafalkan untuk mengerjakan permasalahan matematika.
Matematika merupakan ilmu yang mengikuti model spiral (Erman
Suherman, 2003: 68-69). Dalam setiap memperkenalkan konsep dan
bahan yang baru perlu memperhatikan konsep/ bahan yang dipelajari siswa
sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah
dipelajarinya dan sekaligus untuk mengingatkannya kembali.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/0da7ab8
6.dir/doc.pdf ( diunduh 25 September 2009).
Sutriyono (2007:8), mengatakan bahwa pembelajaran matematika di
tingkat Sekolah Dasar (SD), dipelajari rumus-rumus dan metode-metode
penjumlahan,pengurangan,pembagian dan perkalian. Di sekolah menengah
mereka mempelajari rumus-rumus yang lebih kompleks. Selanjutnya di perguruan
tinggi mereka hanya memanfaatkan sebagian kecil matematika,hanya seperti
mempelajari rumus-rumus rumit dan sukar untuk dihafal Akibatnya,muncul
anggapan matematika itu sulit. Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajari matematika sebagai sarana memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) kelas rendah, siswa
dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan matematika.
Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami kesulitan dalam pelajaran
matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas tinggi yang dirasa sulit bagi
siswa adalah materi bangun datar. Materi bangun datar harus dikuasai oleh siswa
karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa sebelum
siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun ruang
yang merupakan materi yang saling berkesinambungan.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting
dalam pendidikan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika di SD masih
banyak dijumpai kesulitan-kesulitan. Sehingga penguasaan siswa pada materi
kurang. Hal ini berakibat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
rendah. Demikian pula yang terjadi di SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta,
khususnya kelas V. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V , para
siswa kurang menguasai materi bangun datar sehingga prestasi belajar matematika
khususnya pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan antara lain : 1)
siswa belum menguasai materi bangun datar pada kelas sebelumnya , 2) cara
mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar dengan
metode ceramah 3) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika,
khususnya materi bangun datar. Data yang diambil dari Standar Kompetensi 6.1
tentang pemahamani sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa yang telah
mencapai kriteria KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 63 sebanyak 10 siswa
dari 50 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui pembelajaran
yang menarik.
Menurut Degeng (Sugiyanto 2008: 5 ) daya tarik suatu mata pelajaran
(pembelajaran) ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri,
kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas professional guru adalah
menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik, yang dirasakan sulit
menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.
Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru
harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai
dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan
adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum
mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena
metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang
masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok
siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta
nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa
masih merasa kurang tertarik dengan matematika. Melihat kondisi ini penulis
tertarik untuk dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model
pembelajaran ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:143). STAD
merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari
Universitas John Hopkins. Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah peserta didik di dalam kelas
dibentuk tim, masing-masing 4-5 anggota kelompok. Tiap tim menggunakan
lembar kerja, dan kemudian tanya jawab atau diskusi untuk saling membantu.
Secara periodik guru memantau perkembangan tim atau individu. Tim atau
individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi penghargaan (Nurhadi,
Yasin, dan Senduk:2003)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ( STAD ) Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division ) dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa
kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/ 2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Achievement Division Team ) pada siswa kelas V
SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis serta dapat dijadikan
bahan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
1) Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga proses
dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan.
2) Sebagai wahana meningkatnya profesionalitas guru.
3) Diperolehnya wawasan yang luas dalam mengembangkan materi bangun
datar.
b. Bagi peserta didik
1) Meningkatnya prestasi belajar.
2) Tumbuhnya rasa percaya diri peserta didik.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya mutu kualitas pembelajaran.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntutan zaman.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Penguasaan Bangun-bangun Datar
a. Pengertian Penguasaan Bangun-bangun Datar
Penguasaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kemajuan prestasi belajar peserta didik. Penguasaan dalam bahasa
Inggris berarti mastery . Dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi
penguasaan dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi. http://katakunci.com/indonesia/penguasaan-kamus.html diunduh 10
April 2010.
Kurangnya penguasaan konsep, dalam hal ini bangun datar akan berdampak
pada hasil atau prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Kurangnya penguasaan
konsep suatu materi pelajaran merupakan dampak dari kurang tepatnya
metode yang digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran.
Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah bangun datar.
Bangun datar perlu dipelajari dalam matematika sebelum mempelajari bangun
ruang, karena bangun datar adalah materi dasar sebelum siswa dapat mempelajari
bangun ruang. Dalam bangun datar dipelajari tentang sifat-sifat bangun datar serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis
lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997 : 17) dalam www.wikipedia.com diunduh
15 Oktober 2009
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai
dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal
(Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996:68) dalam
www.wikipedia.com diunduh 15 Oktober 2010.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar
merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang
dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
b. Fase-fase Pembelajaran Bangun Datar
Menurut Van Hiele ( Nyimas Aisyah 2007:4.9), fase-fase pembelajaran
bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Fase informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan
kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari dalam tahap berpikir siswa.
2) Fase Orientasi
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat
telah disiapkan oleh guru..
3) Fase Penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang
muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk
membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru
memberi bantua sesedikit mungkin.
4) Fase Orientasi Bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang
memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan bamyak cara,
dan tugas yang open-ended.
5) Fase Integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, untuik mempelajari bangun datar perlu
memperhatikan fase-fase pembelajaran bangun datar. Hal ini bertujuan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan guru, kelima fase pembelajaran
itu dimulai dari fase informasi. Pada fase ini guru dan siswa saling bertanya jawab
untruk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa. Kemudian pada fase
orientasi, guru menyiapkan alat yang dapat membantu siswa menggali informasi
mengenai topik yang akan dipelajari.
Setelah fase orientasi, adalah fase penjelasan. Pada fase ini siswa menyatakan
pandangannya mengenai bahan yang diobservasi. Kemudian guru memberikan
latihan-latihan yang membutuhkan banyak cara pada fase orientasi bebas. Fase
yang terakhir yaitu fase integras, pada fase ini siswa meringkas hal-hal yang telah
dipelajari. Pada tahap ini pila siswa siap untuk mengulangi fase-fase pada tahap
sebelumnya.
c. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya
Bangun datar di kelas V SD terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran (M. Khafid
2008 : 143). Uraian lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai
berikut.
1) Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan
4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-siku. Diagonalnya sama panjang
dan saling memotong sama panjang sehingga membagi dua sama panjang.
2) Segitiga memiliki berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segitiga
memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi.
3) Trapesium memiliki sepasang sisi yang sejajar. Jumlah besar sudut yang
berdekatan di antara sisi sejajar pada trapesium adalah 1800.
4) Jajar Genjang memiliki sisi yang berhadapan sejajar sama panjang, sudut
yang berhadapan sama besar. Kedua diagonalnya saling membagi sama
panjang.
5) Belah ketupat memiliki empat sisi sama panjang, kedua diagonalnya
merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan sama besar, diagonalnya
saling berpotongan tegak lurus.
6) Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi
yang sama panjang, terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama
besar.
7) Lingkaran memiliki sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang
panjangnya dua kali jari-jari, banyak sumbu simetri lingkaran tidak terbatas.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan macam-macam bangun datar di
antaranya persegi, persegi panjang. Belah ketupat, segitiga, lingkaran, jajar
genjang dan layang-layang.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2004:18), materi bangun
datar masuk materi pelajaran kelas V pada semester II. Adapun Standar
Kompetensi materi ini adalah 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun
ruang serta hubungan antarbangun.sedangkan Kompetensi Datarnya adalah 6. 1
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Adapun materi bangun datar kelas V
adalah sebagai berikut:
d. Sifat-sifat Bangun Datar
Bangun datar masing-masing memiliki sifat serta ciri yang berbeda. Hal
ini menjadikan orang lebih mudah mengenal bangun datar dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh masing-masing bangun datar tersebut. Menurut Munawati Fitriyah (
2007:126-135 ), sifat-sifat bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis
yang berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi.
Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan
dengan Δ. Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu:
a) Segitiga Sama Sisi
Sifat-sifat segitiga sama sisi :
(1) Ketiga sisinya sama panjang, yaitu
KL=LM=KM
(2) Ketiga sudutnya sama besar, yaitu:
< K = < L = < M = 60˚.
b) Segitiga Sama Kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki :
(1) Mempunyai dua sisi sama panjang, pada gambar di atas
QP = QR
(2) Mempunyai dua sudut yang sama besar, pada gambar di samping
< Q = < R
Segitiga sama kaki ada 2 macam yaitu segitiga sama kaki lancip dan segitiga
sama kaki tumpul.
(1) Segitiga Sama kaki lancip
(a) ∆GHJ adalah segitiga sama kaki lancip karena ketiga sudutnya
lancip atau < 90˚
(b) < G = < H dan JG = JH : < G, < J, <H adalah sudut lancip
(2) Segitiga Sama Kaki Tumpul
(a) ∆ LMN adalah segitiga sama kaki tumpul. Karena salah satu
sudutnya adalah sudut tumpul
(b) <L =<M , NL = NM dan , N adalah sudut tumpul.
c) Segitiga Siku-siku
Sifat-sifat segitiga siku-siku :
(1) Mempunyai sisi tegak = AC, sisi datar =AB, dan sisi miring = BC
(2) Mempunyai sudut siku-siku yaitu < A = 90˚
d) Segitiga Sembarang
Sifat-sifat segitiga sembarang :
(1) Ketiga sisinya tidak sama panjang yaitu PR ≠ PQ ≠ PR
(2) Ketiga sudutnya tidak sama besar, yaitu < P ≠ < Q ≠ < R.
2) Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi.
Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Sifat-sifat bangun persegi panjang :
a. Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar
b. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
c. Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/besarnya 90˚.
Perhatikan gambar di bawah ini :
(a) AB = DC dan AB // DC
(b) AD = BC dan AD // BC
(c) <A = B = C = D = 90
(d) AB BC ; BC DC ; DA AB
Jika persegi panjang dibagi menjadi dua menurut diagonalnya, maka akan
terbentuk sepasang segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. Seperti tampak
pada gambar di bawah ini :
(a) BD =diagonal
(b) Δ DAB = Δ DBC
(c) < BDA = DBC
(a) AC = diagonal
(b) < ABC = ACD
(c) < CAD = ACB
Kedua diagonal saling memotong sama panjang.
(a) AE = CE = DE = BE
(b) Δ AEB = Δ DEC
(c) Δ AED = Δ BEC
3) Persegi
Persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi.
(a) AB = BC = CD = DA
(b) Diagonal AC dan Bd membentuk 4 segitiga siku-siku yang sama
dan sebangun.
(c) ∆AEB = ∆BEC = ∆CED = ∆DEA adalah segitiga siku-siku sama
kaki
4) Trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat
bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
(a) Trapesium Sembarang
Trapesium sembarang ABCD
(1) AB // DC
(2) AD // BC, // artinya tidak sejajar.
(3) AD ≠ BC, ≠ artinya tidak sama
(b) Trapesium Siku-siku
Trapesium EFGH adalah Trapesium siku-siku.
Trapesium siku-siku mempunyai 2 sudut siku-siku, yakni < E = < H = 90˚, dan EF // HG
(c) Trapesium Sama Kaki
Trapesium KLMN adalah trapesium sama kaki.
(1) Trapesium sama kaki mempunyai sepasang sisi sama panjang, dua
pasang sudut sama besar, dan dua diagonal sama panjang.
(2) KL // NM
(3) KN= LM
(4) <K= <L dan< N = < M
(5) KM = LN ( diagonal)
4) 5) Jajar Genjang
5)
Jajar genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan
empat sudut yang tidak siku-siku.
Sifat-sifat bangun jajar genjang :
(a) Jajar genjang mempunyai 4 sisi, sisi yang berhadapan sama panjang dan
sejajar.
(b) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut
tumpul
Jajar genjang ABCD
(1) AB = DC dan AB // DC
(2) AD = BC dan AD // BC
(3) < A = < C dan < B = < D
(1) Jajar genjang ABCD
(2) AC dan BD adalah diagonal jajar genjang.
(3) E adalah titik potong kedua diagonal itu.
(4) AE = CE dan BE = DE
6) 6) Lingkaran
7)
Lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik.
Satu titik itu disebut titik pusat.
Sifat- sifat lingkaran :
(a) Jarak dari titik pusat ke sisi lingkaran dilambangkan dengan r
(radial )
(b) Garis lurus dari sisi limngkaran ke sisi lingkaran lain melalui titik
pusat disebut garis tengah, dilambangkan dengan d ( diameter )
d = 2 r atau gais tengah = 2 x jari-jari.
Gambar di atas adalah lingkaran P diberi lambang O P
(1) PA = r = radius = jari-jari lingkaran
(2) PA = PB = PC = jari- jari lingkaran
(3) BC = garis tengah = diameter lingkaran
(4) BC = d = 2 x r atau d = 2r.
8) 7) Belah Ketupat
9)
Sifat-sifat belah ketupat :
(a) Segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
(b) Kedua diagonalnya saling tegak lurus.
(c) Setiap diagonal belah ketupat membentuk sepasang segitiga sama
kaki yang sama dan sebangun.
(d) Kedua diagonalnya yang berpotongan dapat membentuk 4 ∆ siku-
siku yang sama dan sebangun.
Pada belah ketupat di atas :
AB = BC = CD = DA
(1) Diagonal AC BD membentuk sudut 90˚ dan berpotongan di E.
(2) ∆ABC = ∆ADC dan ∆ DAB = ∆ DCB (3) Pada diagonal AC , AE = EC
(4) Pada diagonal BE, BE = ED
(5) Dari perpotongan dua diagonal, ∆ AEB = ∆ BEC = ∆ CED = ∆
DEA.
(6) Keempat segitiga itu adalah segitiga siku-siku.
10) 8) Layang-layang
11)
Sifat layang-layang :
(a) Mempunyai dua pasang sisi sama panjang,
sisi AB = sisi AD
sisi BC = sisi CD
(b) Mempunyai sepasang sudut sama besar
Sudut ABC = sudut ADC
Layang-layang ini diberi nama layang-layang ABCD
(1) AB = BC dan AD = CD tapi AB =AD
(2) < BAD = < BCD
(3) AC ≠ BD
(4) AE = EC
(5) ∆ ABC dan ∆ ADC adalah segitiga sama kaki yang alasnya berimpit
pada AC
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Pada Umumnya
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada tingkat
penguasaan suatu materi oleh siswa. Melalui guru dapat belajar dan mengerti
materi pelajaran yang disampaikan. Oleh sebab itulah penjelasan dari guru sangat
penting dan bermakna bagi siswa.
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.(www.wikipedia.com diunduh
8 oktober 2009)
Sedangkan mengajar memiliki pengertian :
· Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong
seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)
·Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar. (Hasibuan
J.J,1992)
· Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku. (Gagne) (www.wikipedia.com diunduh 8 oktober 2009)
Pembelajaran menurut Corey ( Tim Penyusun SBM 2008:43) adalah suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon dan terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subjek khusus dalam pendidikan.
William H Burrton ( Tim Penyusun SBM 2008:44) mengatakan
pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Dimyati dan Mudjiono ( Tim Penyusun SBM 2008: 45) adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam design instruksional untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut UUSPN
No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas,
bahwa pembelajaran adalah proses yang sengaja dikelola untuk mendorong
peserta didik belajar secara aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
b. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi
besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan
entitas (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20 Oktober 2009).
James and James dalam kamus matematikanya dalam Russefendy
(http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20 Oktober 2009) mengatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnyadengan jumlah
yang layaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisi, dan geometri.
Ruseffendi dalam Karso (1998:1.33) menyatakan bahwa matematika itu
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,
aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah metematika sering disebut ilmu deduktif.
Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa matematika itu
bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya sendiri,
tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasai permasalahan sosial ekonomi dan alam.
Bourne dalam (http://www.smun4-ptk.sch.id .diunduh 15 September 2009)
mengemukakan bahwa matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan
menekankan pada knowing how artinya pembelajar dipandang sebagai makhluk
yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Menurut
Menurut Jonson & Rising dalam Aji Apriyanto (http:// www. Ajiapriyanto
.co.cc.html.) diunduh 15 September 2009) Matematika adalah pengetahuan
struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif
berdasarkan pada unsur yang didefinisikan, aksioma, teori yang telah
dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain matematika merupakan suatu
bahasa yang dilukiskan dengan bilangan atau simbol tertentu yang
didefinisikan dengan cermat dan jelas.
Dalam pembahasan ini yang dimaksud matematika adalah salah satu ilmu
dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari
c. Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika di sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5)
Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta
mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu
memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika menurut para ahli.
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:1.5) menyatakan, bahwa
dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3)
Simbolik.
1) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang
dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginary), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret
atau situasi konkret pada tahap Enaktif
3) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur- struktur matematika. Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya
berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks.
Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru
adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat terjadi
proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami
konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan
kelompoknya.
Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran matematika sangat
menunjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah
memahami konsep matematika yang abstrak.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003:8) menyatakan bahwa
potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses
belajar matematika siswa dituntut untuk mampu; a) Melakukan kegiatan
penelusuran pola dan hubungan; b) Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi,
intuisi dan penemuannya; c) Melakukan kegiatan pemecahan masalah; d)
Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.
Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar
matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun
pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang
mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang
memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas,
2003:5).
Selain itu di dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan
situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk: 1)
menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media
pembelajaran yang menarik perhatian siswa; 2) memberikan kesempatan
belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan; 3)memberikan
kesempatan menggunakan metematika untuk berbagai keperluan; 4)
mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk
memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah; 5) menghargai
sumbangan tradisi, budaya dan seni di dalam pengembangan matematika; 6)
membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. (Depdiknas,
2003:6)
Berdasarkan pengertian di atas, untuk mempelajari matematika diperlukan
peranan guru, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa
merasa nyaman, dan mudah serta aktif dan senang belajar matematika.
Metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika dapat
merangsang siswa untuk akatif dan senang dalam mengikuti pelajaran matematika
yang selama ini berkesan menakutkan dan membosankan. Sedangkan penggunaan
media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran, khususnya
matematika dapat menumbuh kembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa selama
mengikuti pelajaran. Pembelajaran yang selama ini berkesan monoton dan
membosankan akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
d. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu :
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional,
kritis, cermat, jujur dan efektif.
2) Mempersiakan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahian.
3) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
4) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
5) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
6) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
7) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah ( Depdiknas, 2006 )
Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di sekolah dasar ( SD
) adalah sebagai berikut :
1) Menumbuh kembangkan keterampilan berhitung ( menggunakan
bilangan ) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan
melalui kegiatan matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di Sekolah LanjutanTingkat Pertama ( SLTP )
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin
(Depdikbud, 1999:31)
Berdasarkan tujuan-tujuan di atas, menurut penulis tujuan matematika
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran matematika
adalah memberi bekal pada siswa agar dapat menggunakan ilmu yang didapat
khususnya matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan pengetahuan dasar matematika agar dapat berguna dan
digunakan sebagai bekal belajar di tingkat lebih tinggi.
Lebih lanjut, tujuan umum pembelajaran matematika adalah agar siswa
memiliki sikap ulet, tekun, dan percaya diri saat menggunakan ilmu matematika
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat
mengaplikasikan tiap konsep yang dipelajari di sekolah untuk kehidupannya
kelak. Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika adalah
menumbuhkembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat dijadikan bekal
untuk memepelajari matematika di tingkat yang lebih tinggi.
e. Fungsi Pembelajaran Matematika
Fungsi Matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan bilangan serta mengembangkan
ketajaman penilaian yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari(Asep Jihad, 2008:153)
(Depdikbud, 2004:35) menyebutkan bahwa pelajaran matematika
mempunyai fungsi sebagai berikut: mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan melalui latihan
bertindak atas dasar penilaian secara rasional, cermat, jujur, logis, kritis, dan
efektif; serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253).
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu digunakan dalam segi
kehidupan, (b) Semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai, (c)
Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (d) Dapat digunakan
untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (e) Meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa fungsi pembelajaran matematika
adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan,
menggunakan matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, siswa diharapkan dapat berpikir
cermat, kritis, efektif namun tetap logis.
3. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar
kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa
fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau
kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam
individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas
berbentuk kooperatif.
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam
banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa
yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha
untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang
dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama
lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu,
banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat
mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan
ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalarn situasi kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja.
Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang
disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun
dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan
tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Menurut Lundgren dalam (http://ipotes.wordpress.com) diunduh 20
September 2009, Keterampilan keterampilan kooperatif antara lain :
Keterampilan kooperatif tingkat awal
Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c)
mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e)
berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain
untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i)
menghormati perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: (a) menunjukkan
penghargaan dan simpati; (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e)
membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h)
menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: (a) mengelaborasi; (b)
memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan
tujuan; (e) berkompromi
Tingkah Laku mengajar ( Sintaks) terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembeiajaran kooperatif,
pelajaran di mulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan
memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi,
seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru
pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama
mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentase hasil
akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok maupun
individu.
b. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (Sugiyanto, 2008:38) Unsur-unsur dasar yang perlu
ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif
adalah sebagai berikut :
1) Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hal inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan
positif.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka
dalam kelompok sehingga mereka dapat melaksanakan percakapan.
3) Akuntabilitas individu
Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Sedangkan nilai kelompok
didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Penilaian
kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota
kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas
individual.
4) Keterampilan menjalin hubungan
Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang
rasa, sopan dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman,
berpikir logis, mandiri, dan tidak mendominasi teman.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai beberapa
tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim (http://anwarhalil. blogspot.
com diunduh 14 September 2009) adalah:
1) Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akademik.
2) Memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.
3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Depdiknas dalam (http://ipotes.wordpress.com diunduh 14 September 2009)
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan hasil akademik melalui kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi
siswa yang kurang mampu.
2) Memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu antara lain perbedaan
suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan ini
meliputi keterampilan berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, menjelaskan ide atau pendapat, serta bekerja dalam
kelompok.
Beberapa pendapat di atas dapat dismpulkan bahwa tujuan utama dalam
penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar dalam bentuk
kelompok dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya secara
kelompok.
d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model
yang diterapkan (Isjoni, 2009:50) Model tersebut adalah:
1) Student Team Achievement Division (STAD)
STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto ( 2008: 42)
STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan
materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal
maupun tertulis.
Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima
langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d)
perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok
(Slavin dalam Isjoni, 2009: 51)
2) Jigsaw
Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru
memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam
mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang
memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama.
Arends dalam (http://ipotes.wordpress.com diunduh 18 September 2009)
menyatakan langkah-langkah penerapan model kooperatif jigsaw, yaitu: a)
membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang b) masing-
masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas
topik, wakil ini disebut kelompok ahli (expert group) c) kelompok ahli
berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu
untuk menguasai topik tersebut d) Setelah memahami materi, kelompok ahli
menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing (kelompok asal atau
home teams), kemudian menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya.
1) 3) Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan
pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI
menuntut siswa untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelmpok (group process
skills).
Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan
dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru
merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian
siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa
menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan
hasil belajar mereka di depan kelas.
4)Rotating Trio Exchange
Dalam model rotataing trio exchange kelas dibagi dalam kelompok-
kelompok yang terdiri dari tiga orang, kelas ditata sehingga setiap orang dapat
melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, pada setiap trio diberikan
pertanyaan yang sama utuk didiskusikan. Setelah selesai, diberi nomor untuk
setiap anggota trio tersebut misalnya 1,2,3. Nomor 1 berpindah searah jarum jam,
nomor 2 sebaliknya dan nomor 3 tetap barada di tempat. Kemudian memberikan
pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan pada setiap trio, tambahkan
sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang
telah disiapkan.
5)Group Resume
Model ini dapat menjadikan interaksi antar siswa lebih baik. Penerapannya
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) kelas dibagi dalam kelompok-
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang b) berikan penekanan bahwa
mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di kelas
c) biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya
terdapat data latar belakang pendidikan, pengetahuan isi kelas, pengalaman kerja,
kedudukan, keterampilan, dan bakat d) setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.
e. Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2008:38) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Pengelompokan
Guru sering membagi siswa dalam beberapa kelompok secara homogen
berdasarkan prestasi mereka dan juga secara heterogen. Hal ini dapat
memudahkan guru untuk meningkatkan interaksi siswa dalam
pembelajaran.
2) Semangat gotong royong
Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat
siswa dalam melaksanakan kerjasama dengan siswa yang lain. Niat
siswa dapat dibina melalui beberapa kegiatan yaitu melalui kesamaan
kelompok, identitas kelompok, serta sapaan dan sorak kelompok.
3) Penataan ruang kelas
Dalam penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip tertentu.
Bangku ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat
papan tulis atau guru dengan jelas, dapat melihat rekan kelompoknya
dengan baik, dan berada pada jangkauan kelompoknya secara merata
namun tidak mengganggu kelompok yang lain.
f. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif, siswa memperoleh nilai pribadi
dan nilai kelompok. Siswa saling menolong dalam mempersiapkan diri untuk
melaksanakan tes. Tetapi pada pelaksanaan tes mereka mengerjakan soal sendiri-
sendiri dan memperoleh nilai pribadi. Nilai kelompok dapat diperoleh melalui
beberapa cara, yakni: 1) dapat diambil dari nilai siswa yang terendah dalam
kelompok 2) diambil dari rata-rata nilai anggota semua kelompok, dari partisipasi
setiap anggota.(Anita Lie, 2008:88)
g. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Pembelajaran
Konvensional
Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok
(Sugiyanto, 2008:39). Namun ada beberapa perbedaan antara kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar konvensional, yaitu:
Tabel1. Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan
Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional
Kelompok belajar model
pembelajaran kooperatif
Kelompok belajar model
pembelajaran konvensional
Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu, dan saling
memberikan motivasi
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok
Akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota kelompok
sedangkan yang lain hanya pasif saja
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademis, jenis
kelamin, ras, etnik dan sebagainya
Kelompok belajar biasanya heterogen
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir agar setiap
anggota kelompok mendapat
pengalaman
Pimpinan kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
memilih pemimpinnya dengan cara
masing-masing
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, berkomunikasi, dan
mengelola konflik secara langsung
Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung
Pada saat belajar kooperatif
berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama kelompok
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering dilakukan guru pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal
Penekanan sering hanya pada
terselesainya tugas
4. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin ( Slavin, 2008 : 143) merupakan salah satu metode
dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Slavin ( 1982 ) as ". .
. instructional methods in which students of all levels of performance work
together in small groups toward a common goal." Journal article by Lawrence W.
Sherman, Mary Thomas; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986
(http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010. Menurut Slavin
metode instruksional di mana siswa dengan berbagai kemampuan bekerja sama
dalam kelompok kecil untuk mencapai hasil bersama.
Menurut Isjoni (2010 : 52 ), pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran
dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa
mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes
berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan
kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan
bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami
materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok,
siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak
diperkenankan saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota
kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e)
Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi,
diberikan penghargaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Lawrence W. Sherman dan Mary Thomas
( 1986 : 79 ) yang mengatakan bahwa :
The TGT and STAD use four-member groups in which each group reflects
section of the available academic ability within the classroom, that is,
teams are all academically heterogeneous. Representation of different
racial/ ethnic groups and both sexes is also a relevant dimension for
maintaining heterogeneity in the teams. "The function of these teams is to
prepare members, through peer tutoring, for participation the next day in
a learning-game-tournament by rehearsing subject matter presented
earlier by the teacher.Journal article by Joe D. Nichols, School of
Education, Neff Hall, Indiana/Purdue University at Ft. Wayne ; Journal of
Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www. sciencedirect.com
/science?) diunduh 12 April 2010.
Pendapat Lawrence dan Mary tersebut menyatakan bahwa dalam metode
TGT dan STAD menggunakan empat anggota kelompok yang tiap-tiap kelompok
mewakili campuran golongan dari kemampuan akademik yang ada di dalam kelas,
yaitu kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Kelompok
yang mewakili perbedaan ras/etnis dan keduanya mempunyai bagian yang sangat
relevan dalam memelihara keanekaragaman yang ada dalam kelompok. Manfaat
kelompok adalah untuk mempersiapkan anggota, sampai belajar dengan teman
sebaya, untuk berpartisipasi di kemudian hari pada kompetisi belajar dengan
latihan bahan mata pelajaran yang disampaikan terlebih dulu oleh guru.
Langkah-langkah penyekoran dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menurut Isjoni (2010 : 53) adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor test individu yang
lalu.
2. Menghitung skor test individu terkini
Siswa memperoleh skor untuk test yang berkaitan dengan materi pokok
terkini.
3. Menghitung skor perkembangan: siswa mendapat point
Perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor test individu
terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan
menggunakan skala.
Skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan penghargaan dalam
kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 2 dan tabel 3 berikut:
Tabel 2. Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
No Keterangan Skor
1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 30 poin
5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 30 poin
Isjoni 2010 : 53
Tabel 3. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD
Skor rata-rata tim Penghargaan
Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik
Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super
Isjoni 2010 : 54
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu cara yang dipilih dan digunakan guru untuk memperbaiki pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima komponen tahapan utama,
yaitu : penyajian materi, kerja kelompok, tes individu, penghitungan skor
kelompok, dan pemberian penghargaan kelompok.
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa,
seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat memaksimalkan
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi bangun
datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain itu, pemilihan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran bangun
datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif
yang paling bsederhana. Sehingga metode ini cocok digunakan oleh guru yang
baru pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
a. Kekurangan dan Kelebihan Tipe STAD
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk jangka
pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi
materi pelajaran yang sedang dibahas.
2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh
anggota kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan
bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH35d7/8e2e4251.dir
/doc.pdf. diunduh 6 Juni 2010.
Sampai saat ini tipe STAD belum banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini
karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas yaitu :
1. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar
jika mereka diterapkan dalam grup.
2. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau
belajar dalam kelompok.
3. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
4. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup
mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan
dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
5. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang
saja pada hasil jerih payah mereka.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca
bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi.
Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Matematika di SD
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor
perkembangan, dan penghargaan kelompok (Isjoni 2010 : 51). Selain itu STAD
juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut:
1) Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi
pelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
2) Pembukaan
a) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal
itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan
nyata, atau cara lain.
b) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
“menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka pada
pelajaran tersebut.
c) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang
merupakan syarat mutlak.
3) Pengembangan
a) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah.
e) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami
pokok masalahnya.
4) Latihan Terbimbing
a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang
diberikan.
b) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau
menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu
siap mempersiapkan diri sebaik mungkin.
c) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu
lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal)
dan langsung diberikan umpan balik.
5) Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai
materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok
untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang
dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan
untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.(
www.wikipedia.com diunduh 12 Agustus 2009).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
terdiri dari lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis,
skor perkembangan, dan penghargaan kelompok.
Setiap awal pembelajaran dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD
selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan,
pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan
dalam penyajian materi pelajaran meliputi, pembukaan, pengembangan, latihan
terbimbing, dan belajar kelompok.
B. Penelitian yang Relevan
Karismawati,Indah.2009:78.Dalam skripsi yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Student Teams Achievement Division ( STAD )
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA
Negeri Malang. Bahwa hasil dari penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar
siswa meningkat dengan pembelajaran kooperatif model STAD.
Tugimin.2008:9. Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
Efektivitas Pembelajaran Materi Pelajaran Bangun Datar dengan metode STAD
dan Alat Bantu Belajar MBDW ( Media Bangun Datar Warna-warni ) pada
Peserta Didik Kelas V SD 1 Pulosaren, Kepil, Wonosobo Tahun 2008. Hasil dari
penelitian ini adalah efektivitas pembelajaran tinggi, indikator kerja yang
diharapkan dapat dipenuhi, rata-rata perolehan nilai dari siklus 1 dan siklus 2
berturut-turut mengalami peningkatan yaitu dari 81,58% meningkat menjadi 86,
32%, secara individual tinggal 1 orang anak yang belum tuntas, secara klasikal
telah dinyatakan tuntas dengan indikator kerja 80%.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, siswa belum memiliki penguasaan bangun datar yang
rendah pada pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru masih
menggunakan cara mengajar yang konvensional dan apabila menggunakan
metode diskusi, guru masih menerapkan diskusi kelompok konvensional-
tradisional. Pemilihan metode yang tepat dapat meningkatkan penguasaan bangun
datar pada pembelajaran matematika. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui model
pembelajaran ini diharapkan siswa akan tertarik sehingga dapat meningkatkan
penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Gambar bagan 1
Bagan kerangka berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Belum diterapkan model
pembelajaran kooperatif
tipe STAD
Penerapan model
pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Kelebihan
tipe ini antara lain :
membantu siswa
mempelajari isi materi,
Siswa yang lambat
berfikir dapat dibantu .
Penguasaan siswa
terhadap konsep sifat-
sifat bangun datar
meningkat
Siklus I
d
Siklus II
Penguasaan siswa
terhadap konsep sifat-
sifat bangun datar rendah
Diharapkan penguasaan
siswa terhadap konsep
sifat-sifat bangun datar
meningkat
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, diajukan hipotesis sebagai berikut :
Penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat meningkat jika pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD ).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah SD Negeri Pajang 1 No.
93 Surakarta. Lokasi penelitian ini dipilih antara lain karena :
a. Lokasi ini merupakan tempat peneliti dulu melakukan PPl sehingga sedikit
banyak peneliti mengenal subyek penelitian. Hal ini memudahkan peneliti
mengadakan penelitian.
b. Tersedianya buku-buku yang relevan.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini waktu penelitian adalah dari bulan April 2010 -
Juni 2010. Bulan April adalah waktu peneliti mulai menulis proposal,
mengadakan observasi, serta mengurus perizinan. Pada bulan April pertengahan,
peneliti mulai melakukan penelitian sampai Mei awal. Mei akhir peneliti mulai
menyusun laporan, dan di bulan Juni akhir peneliti selesai mengerjakan laporan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Karena data yang akan diperoleh/dikumpulkan berupa data yang langsung
tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk model yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas (PTK).
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi
tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu
sekolah. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan.
b. Tindakan.
c. Pengamatan
d. Refleksi.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Paiang 1 No.93
Surakarta sebanyak 50 siswa, yang terdiri dari 23 siswa perempuan dan 17 siswa
laki-laki. Sedangkan obyeknya adalah penguasaan bangun datar siswa kelas V.
Penguasaan bangun datar yang harus dikuasai siswa meliputi sifat-sifat bangun
datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah
ketupat, dan layang-layang.
D. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang prestasi
belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun datar.
Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri pajang 1
No. 93 Surakarta.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran matematika dan
aktivitas lain yang bertalian.
3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan
pembelajaran, angket wawancara siswa, dan buku penilaian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara
singkat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengamatan/observasi
Pengamatan / observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa
perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini
dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar matematika siswa.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data ini untuk menggali data terutama mengenai latar
belakang, dan kondisi siswa dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
F. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat dijadikan
dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan , teknik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data antara lain validitas isi dan trianggulasi.
1. Validitas isi, sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalam nya mengukur
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi dan isi pelajaran yang
diberikan guru. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas
isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan
bangun datr siswa dengan materi yang diajarkan di kelas V, maka pada
penyusunn dilakukan dengan cara memerinci kurikulum atau materi
pelajaran. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum
maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.
2. Trianggulasi Data ( sumber ) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari
sumber berbeda. Dengan teknik ini di harapkan dapat memberikan informasi
yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.
3. Trianggulasi Metode. Jenis metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunalan teknik pengumpulan data yang berbeda.
Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada
sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasi.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah model interaktif, untuk menganalisis
data yang telah berhasil dikumpulkan , dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi
data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan
yang dilakukan melalui seleksi, penyeleksian, dan pengabstraksian data mentah
menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data
secara sederhana dalam bentuk paparan naratif,representatif tabular, termasuk
format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan data adalah
prose pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam
bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat, tetapi
mengandung pengertian yang luas.
Untuk memperjelas proses analisis interaktif digambarkan sebagai berikut:
Gambar bagan 2
Bagan Teknik Analisis Data
Sumber : H. B. Sutopo (2006: 120)
H. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2008:70), indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah meningkatnya penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SDN
Pengumpulan
data
Sajian Data
Reduksi data Penarikan
Kesimpulan
Pajang 1 Surakarta melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student
Teams Achievement Division ). Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum
dan silabus KTSP matematika kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 63.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan bangun
datar siswa mencapai rata-rata kelas 63 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63
mencapai 70 % .
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan bangun
datar siswa mencapai rata-rata kelas 63 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63
mencapai 86 %.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus. Tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk memperoleh data
tentang nilai matematika kelas V dilakukan observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat ditentukan tindakan
yang tepat dalam rangka meningkatkan pembelajaran matematika. Berdasarkan
penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka didapat hasil refleksi awal.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan,
observasi dan refleksi dalam setiap siklus.
Adapun model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut
Siklus Pelaksanaan PTK
Gambar Bagan 3: Riset Aksi Model John Elliot
1. Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang dikumpulkan melalui teknik observasi terhadap
siswa saat pembelajaran dan pencatatan arsip.
b.Menganalisis data.
c.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
d.Membuat lembar observasi
2. Tahap Pelaksanaan
a.Pelaksanaan pembelajaran matematika sesuai rencana.
b.Siswa belajar matematika baik secara perorangan maupun kelompok dengan
bimbingan guru pada jam pelajaran.
3. Tahap Observasi
a. Guru mengamati dan memonitor siswa dalam belajar
b.Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c.Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati siswa.
d.Menilai hasil belajar siswa.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini guru/peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi.
Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam
kegiatan pembelajaran matematika. Sehingga dapat untuk menentukan tindakan
kelas pada siklus berikutnya.
Bila hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I belum menunjukkan adanya
peningkatan prestasi belajar yang signifikan, perlu dilanjutkan dengan siklus II
yang meliputi : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap
refleksi. Demikian juga untuk siklus berikutnya sampai penguasaan bangun datar
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010 meningkat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar
Penelitian ini diadakan di SD Negeri Pajang I No. 93 Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Saat ini SD Negeri Pajang I No. 93
merupakan kelompok sekolah inti di Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta. Selain itu, SD Negeri Pajang I No. 93 merupakan salah satu sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi di Surakarta.
SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada tahun 2009/2010
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, memiliki 10 guru yang telah berstatus
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang tenaga pengajar serta 2 karyawan yang
masih Wiyata Bakti. Jumlah guru kelas 6 orang yang mengajar kelas I-VI, 1 guru
Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Agama Katholik, 1 guru Penjaskes,
1 guru Bahasa Inggris, dan 2 guru tari. Selain itu juga terdapat guru pembimbing
khusus (GPK) yang bertugas membimbing siswa berkebutuhan khusus. Hal ini
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya yaitu sarjana Pendidikan Luar Biasa
(PLB). Di sekolah ini juga terdapat tenaga admininstrasi/tata usaha atau tenaga
perpustakaan tersendiri. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-
masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya.
Jumlah seluruh siswa di SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta
pada Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 277 siswa yang terdiri dari 133 siswa
laki-laki dan 144 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I
sebanyak 42 siswa, kelas II sebanyak 42 siswa, kelas III sebanyak 46 siswa, kelas
IV sebanyak 50 siswa, kelas V sebanyak 50 siswa dan kelas VI sebanyak 47
siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial serta ekonomi yang
berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai karyawan swasta.
Pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Pajang 1 No.93 Surakarta masih
bersifat konvensional. Guru belum mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada
umumnya, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan
pasif atau DDCH (Duduk, Diam, Catat, Hafal). Selain itu, guru masih cenderung
hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah,
yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu
permasalahan. Hal tersebut menyebabkan penguasaan siswa dalam mata pelajaran
cenderung rendah khususnya pada mata pelajaran matematika kelas V pada pokok
bahasan bangun datar yang sangat memerlukan kejelasan secara kongkrit. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka peneliti mangadakan penelitian di kelas V
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan penguasaan bangun datar siswa.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
Tindakan siklus 1 dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan yaitu selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 21 Mei 2010 – 28
Mei 2010.
Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, dilakukan pengamatan pada proses
pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V. pelaksanaan ini
dilakukan untuk mengetahui kesulitan pemahaman belajar siswa, serta untuk
mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan terhadap proses
pembelajaran dan hasil belajar tersebut, diperoleh informasi sebagai data awal
bahwa siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta berjumlah 50 siswa.
Sebagian besar siswa belum memahami dan menguasai sifat-sifat bangun datar.
Hal ini dibuktikan dengan nilai tentang sifat-sifat bangun datar yang dikerjakan
siswa sebagian besar kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ≤ 63 yaitu
sebanyak 5 siswa atau sebesar 10 %.
Peneliti mengadakan konsultasi dengan guru kelas V SD Negeri Pajang 1
No. 93 Surakarta, mengenai alternatif pemecahan permasalahan. Hambatan-
hambatan atau permasalahan yang ada secepat mungkin dapat dipecahkan dan
diatasi. Alternative pemecahan masalah ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) pada
materi sifat-sifat bangun datar, agar penguasaan bangun datar siswa dapat
meningkat.
Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
2006 kelas V tentang sifat-sifat bangun datar, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Memilih kompetensi dasar atau indicator yang sesuai dengan dengan sifat-
sifat bangun datar. Adapun alasan memilih kompetensi dasar atau indicator
tersebut adalah :
a) Kompetensi dasar / indicator tentang sifat-sifat bangun datar harus
dikuasai siswa, karena hal tersebut untuk mempermudah penguasaan
materi matematika yang lebih mendalam di kelas selanjutnya.
b) Kompetensi dasar maupun indicator tentang sifat-sifat bangun datar
tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemilihan kompetensi dasar sifat-sifat bangun datar didasarkan pada
kurikulum yang berlaku yaitu KTSP yang diterbitkan dari Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah oleh ketua BNSP, Jakarta 2006. Serta harapan masyarakat
luas terhadap prestasi belajar matematika , karena mata pelajaran
matematika salah satu mata pelajaran yang termasuk UASBN baik SD,
SLTP, SLTA.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) berdasarkan indikator
yang telah dipilih atau dibuat. ( Lampiran 1). Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran disusun 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan dengan waktu 2
jam pelajaran.
3) Menyiapkan pembelajaran untuk menanamkan konsep sifat-sifat bangun
datar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika kelas V.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).
Pelaksanaan ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun pada siklus 1, yaitu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan ( lampiran 6 )
1) Pertemuan Pertama
Pelajaran matematika adalah pada materi sifat-sifat bangun datar segitiga,
persegi, dan persegi panjang dengan indicator menyebutkan sifat-sifat bangun
datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Sebagai kegiatan awal kurang lebih
10 menit, guru mengkondisiksn siswa agar siap mengikuti pelajaran.
Kegiatan awal diakhiri dengan penyajian cerita yang berkaitan dengan
bangun datar agar siswa tertarik mengikuti pelajaran.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, peneliti menyajikan materi
tentang sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang.
Sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang termasuk
bagian yang terpenting, oleh sebab itu konsep sifat-sifat bangun datar harus benar-
benar dikuasai oleh siswa.
Setelah dirasa siswa telah menguasai konsep bangun datar, peneliti
membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok, tiap kelompok beranggota 5 orang
siswa. Tugas kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua
anggota kelompok dapat memahami materi bangun datar segitiga, persegi, dan
persegi panjang.
Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan
hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan
membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan
latihan soal secara, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap
kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas.
Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, siswa diminta mempelajari materi yang
telah dipelajari serta materi yang akan dipelajari di rumah.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan ke-2 materi matematika yang dipelajari sesuai dengan rencana
adalah tentang trapesium dan jajar genjang.
Sebagai kegiatan awal, guru memotivasi siswa agar tertarik dengan materi yang
akan disampaikan. Kemudian guru memberikan cerita yang berkaitan dengan
materi bangun datar jajar genjang dan trapezium.
Kemudian dilanjutkan inti pelajaran, yaitu guru menjelaskan sifat-sifat
bangun datar jajar genjang dan trapesium.
Peneliti kemudian membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok, tiap
kelompok beranggota 5 orang siswa. Tugas kelompok adalah saling membantu di
antara anggota agar semua anggota kelompok dapat memahami materi bangun
datar jajar genjang dan trapesium.
Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan
hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan
membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan
latihan soal, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap
kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas.
Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, guru memberikan lembar soal yang harus
dikerjakan secara individu. Pembelajaran diakhiri setelah siswa selesaj
mengerjakan latihan individu.
c. Observasi
Dalam tahap observasi dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran menggunakan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ( Student Teams Achievement Division ). Observasi ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar perubahan prestasi belajar
siswa, partisipasi, kerjasama antar teman dalam pembelajaran setelah diadakan
tindakan. Pengamatan ini tidak hanya ditujukan pada siswa dalam proses
pembelajaran , tetapi juga observasi pada aspek tindakan peneliti dalam
melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan.
Observasi dalam siklus 1 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pertemuan 1
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi
panjang.
Hasil Observasi :
a) Kegiatan Siswa (lihat tabel 8 )
(1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 54 %.
(2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 58 %.
(3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 34 %.
(4) Inisiatif siswa belum meningkat 46 %.
(5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 58 %.
b) Kegiatan Guru
(1) Menyampaikan informasi secara jelas.
(2) Menggunakan berbagai sumber belajar.
(3) Waktu sesuai dengan perencanaan.
(4) Penuh perhatian terhadap siswa.
(5) Memotivasi individu dan kelompok.
(6) Menggunakan multi media
(7) Sudah melakukan penilaian proses belajar.
(8) Melakukan penilaian hasil belajar.
(9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
1. Pertemuan ke-2
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar trapesium dan jajar
genjang.
Hasil Observasi :
a) Kegiatan Siswa
(1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 86 %.
(2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 50 %.
(3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 60 %.
(4) Inisiatif siswa belum meningkat 60 %.
(5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 60 %.
b) Kegiatan Guru
(1) Menyampaikan informasi secara jelas.
(2) Menggunakan berbagai sumber belajar.
(3) Waktu sesuai dengan perencanaan.
(4) Penuh perhatian terhadap siswa.
(5) Memotivasi individu dan kelompok.
(6) Menggunakan multi media
(7) Sudah melakukan penilaian proses belajar.
(8) Melakukan penilaian hasil belajar.
(9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, selama proses pelaksanaan
tindakan, materi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang,
trapesium, dan jajar genjang mulai menunjukkan adanya peningkatan.
1) Pertemuan pertama
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus
pertama pertemuan pertama, siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru
sebanyak 27 anak, menjawab pertanyaan 29 anak, maupun berdiskusi dalam
kelompok. Penguasaan siswa dalam materi bangun datar segitiga, persegi, dan
persegi panjang dalam diskusi kelompok mulai meningkat, sehingga nilai diskusi
kelompok pada pertemuan pertama menunjukkan nilai latihan diskusi kelompok
yang cukup bagus. Nilai latihan diskusi kelompok ini dijadikan indicator dalam
latihan individu pada pertemuan kedua.
Tabel 7. Perolehan nilai latihan kelompok
Nama kelompok Nomor absen anggota
kelompok
Perolehan nilai latihan
kelompok
The Winner 1-5 75
Boys and Girls Smart 6-10 70
The Rubbick 11-15 75
Meteor Garden 16-20 80
Bintang Kelas 21-25 85
Sponge Bob Square Pants 26-30 77,5
The Great Eksodia Great 31-35 75
Fresh Children 36-40 65
Star Five 41-45 75
Avatar King 46-50 60
Hasil pengamatan terhadap siswa menggunakan lembar observasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 8. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1
No. Aspek yang Diamati Jml siswa Persentase
1. Aktif memperhatikan penjelasan guru 27 54%
2. Aktif menjawab pertanyaan 29 58%
3. Rasa ingin tahu 17 34%
4. Inisiatif 23 46%
5. Aktif mengerjakan tugas-tugas 29 58%
2) Pertemuan kedua
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus
pertama pertemuan kedua, siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru,
menjawab pertanyaan, maupun berdiskusi dalam kelompok. Penguasaan siswa
dalam materi bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang mulai
meningkat, sehingga prestasi belajar pada pertemuan pertama menunjukkan
perubahan berarti karena rata-rata kelas mencapai 73, 5.
Tabel 9. Daftar Nilai Hasil Belajar dan Kemajuan Individu Siklus I
Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No. Pra
Siklus
Siklus
I
Skor
Kemajuan
Individu
No. Pra
Siklus
Siklus
I
Skor
Kemajuan
Individu
1 75 90 20 26 50 65 20
2 50 70 20 27 40 55 10
3 40 55 5 28 50 75 20
4 60 65 10 29 45 60 10
5 60 80 20 30 60 70 20
6 60 75 20 31 45 50 20
7 50 65 20 32 50 65 20
8 60 85 30 33 45 55 20
9 50 65 30 34 60 70 20
10 50 65 20 35 50 60 20
11 50 75 30 36 40 50 20
12 60 80 20 37 60 75 20
13 50 60 30 38 50 60 20
14 50 65 20 39 45 50 5
15 40 55 10 40 60 80 20
16 45 55 20 41 45 60 10
17 60 75 10 42 75 90 10
18 35 50 30 43 60 60 20
19 50 60 20 44 50 60 20
20 45 65 30 45 65 80 30
21 50 60 30 46 45 60 20
22 60 80 20 47 35 50 10
23 45 55 10 48 65 85 30
24 80 90 30 49 60 85 20
25 45 65 30 50 60 80 30
Tabel 10. Skor Kelompok Siklus I Berdasarkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
No. Nama Kelompok Skor Kelompok Penghargaan Kelompok
1 The Winner 18 Tim Baik
2 Boys and Girls Smart 20 Tim Hebat
3 The Rubbick 24 Tim Hebat
4 Meteor Garden 24 Tim Hebat
5 Bintang Kelas 24 Tim Hebat
6
Sponge Bob Square
Pants 24 Tim Hebat
7
The Great Eksodia
Great 28 Tim Super
8 Fresh Children 28 Tim Super
9 Star Five 20 Tim Baik
10 Avatar King 22 Tim Hebat
Tabel 11. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-2
No. Aspek yang Diamati Jml siswa Persentase
1. Aktif memperhatikan penjelasan guru 43 86%
2. Aktif menjawab pertanyaan 25 50%
3. Rasa ingin tahu 30 60%
4. Inisiatif 30 60%
5. Aktif mengerjakan tugas-tugas 30 60%
Setelah selesai melaksanakan tindakan pada siklus 1 yang terdiri dari dua
pertemuan, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
diperoleh hasil penguasaan bangun datar siswa meningkat meski belum
signifikan.
Oleh sebab itu harus dilanjutkan pada siklus kudua dengan materi yang
sama yaitu bangun datar.
C. Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu
tanggal 29 Mei -5 April 2010
Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I
diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sudah ada peningkatan nilai,
tetapi untuk penguasaan bangun datar masih kurang, terbukti nilai rata-rata belum
tinggi. Oleh karena itu disusun rencana pelaksanaan pembelajaran seperti pada
siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Langkah-langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan materi yang sama, yaitu bangun datar. Pembelajaran direncanakan
dalam dua kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan ke-1
Kegiatan awal yang dilakukan adalah Tanya jawab tentang bangun datar.
Guru bertanya pada siswa tentang bangun datar yang dibentuk guru menggunakan
kertas lipat warna-warni. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkondisikan siswa
agar siap mengikuti kegiatan belajar.
Setelah kegiatan awal dikira cukup, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
inti. Guru menyampaikan materi tentang bangun datar lingkaran dan belah ketupat
Peneliti membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok baru yang berbeda
dengan kelompok pada siklus pertama, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa.
Pembentukan kelompok baru ini berdasarkan perolehan nilai individu saat
mengerjakan soal pada siklus pertama serta atas saran dari guru kelas V. Tugas
kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi bangun datar lingkaran dan belah ketupat. Tiap
kelompok bertanya jawab serta berdiskusi mengerjakan latihan soal dan
mempresentasikan hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing
kelompok dan membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa
mengerjakan latihan soal secara, guru bersama siswa membahas tentang lembar
kerja tiap-tiap kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada
yang belum jelas. Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, siswa diminta
mempelajari materi yang telah dipelajari serta materi yang akan dipelajari di
rumah.
Tabel 11. Perolehan Nilai Latihan Kelompok
Nama kelompok Nomor absen anggota
kelompok
Perolehan nilai latihan
kelompok
Age Of Empire 22, 42, 27, 44, 23 90
Are You Smarter Than a
5th
Grader?
8, 25, 15, 49, 40 60
Eloquent Bullient 28, 29, 43, 47, 50 90
G-Five is Smart People 37, 48, 24, 12,6 80
Little Star 9,4,20 35, 7 100
Magic Blue Eyes Heart 17, 32, 38, 39, 46 100
The Legend Of Dragon 2,13, 3, 19, 33 85
The Strom Warrior 45, 34, 1, 31, 16 95
The star Blue 14, 36, 11, 21, 5 85
Universal Castle 18, 10, 30, 41, 26 75
Hasil pengamatan terhadap siswa menggunakan lembar observasi
adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1
No. Aspek yang Diamati Jml siswa Persentase
1. Aktif memperhatikan penjelasan
guru
43 86%
2. Aktif menjawab pertanyaan 30 60%
3. Rasa ingin tahu 25 50%
4. Inisiatif 35 70%
5. Aktif mengerjakan tugas-tugas 42 84%
Pertemuan ke-2
Pada pertemuan kedua sebagai kegiatan awal, guru memotivasi siswa agar
tertarik dengan materi yang akan disampaikan. Kemudian guru memberikan
pertanyan mengenai bangun datar yang harus dibentuk siswa dengan kertas lipat
warna-warni.
Selanjutnya adalah inti pelajaran, yaitu guru menjelaskan sifat-sifat
bangun datar layang-layang.
Peneliti meminta siswa bergabung dengan kelompok yang telah dibentuk
pada pertemuan pertama, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa. Tugas
kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi bangun datar layang-layang.
Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan
hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan
membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan
latihan soal, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap
kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas.
Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, guru memberikan lembar soal yang harus
dikerjakan secara individu. Pembelajaran diakhiri setelah siswa selesai
mengerjakan latihan individu.
Tabel 13. Daftar Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas V Siklus I
dan Siklus II
No. Siklus I Siklus II No. Siklus
I
Siklus
II
1 90 95 26 65 75
2 70 80 27 65 85
3 55 50 28 55 60
4 65 65 29 75 85
5 80 85 30 60 75
6 75 80 31 70 80
7 65 65 32 50 65
8 85 80 33 65 70
9 65 65 34 55 75
10 65 70 35 70 75
11 75 90 36 60 80
12 80 80 37 50 60
13 60 65 38 75 90
14 65 85 39 60 80
15 55 60 40 50 85
16 55 80 41 80 80
17 75 85 42 60 65
18 50 60 43 90 85
19 60 75 44 60 70
20 65 70 45 60 75
21 60 65 46 80 95
22 80 75 47 60 70
23 80 75 48 50 50
24 55 60 49 85 85
25 90 95 50 85 80
Tabel 14. Skor Kelompok Siklus II
Nama kelompok Skor Predikat
Age Of Empire 24 Tim Hebat
Are You Smarter Than a 5th
Grader? 20 Tim Hebat
Eloquent Bullient 26 Tim Super
G-Five is Smart People 20 Tim Hebat
Little Star 22 Tim Hebat
Magic Blue Eyes Heart 22 Tim Hebat
The Legend Of Dragon 26 Tim Super
The Strom Warrior 18 Tim Baik
The Star Blue 26 Tim Super
Universal Castle 28 Tim Super
Tabel 15. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-
1
No. Aspek yang Diamati Jml siswa Persentase
1. Aktif memperhatikan penjelasan guru 45 90%
2. Aktif menjawab pertanyaan 40 80%
3. Rasa ingin tahu 35 70%
4. Inisiatif 42 84%
5. Aktif mengerjakan tugas-tugas 46 92%
c. Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus kedua, dilaksanakan pemantauan
terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, serta untuk mengetahui
seberapa besar perubahan prestasi belajar siswa, partisipasi, kerjasama antar
teman dalam pembelajaran setelah diadakan tindakan. Pengamatan ini tidak hanya
ditujukan pada siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga observasi pada aspek
tindakan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan.
Observasi dalam siklus 2 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pertemuan ke-1
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang.
Hasil Observasi :
a) Kegiatan Siswa
(1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 86%.
(2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 60 %.
(3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 50 %.
(4) Inisiatif siswa belum meningkat 70 %.
(5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 84 %.
b) Kegiatan Guru
(1) Menyampaikan informasi secara jelas.
(2) Menggunakan berbagai sumber belajar.
(3) Waktu sesuai dengan perencanaan.
(4) Penuh perhatian terhadap siswa.
(5) Memotivasi individu dan kelompok.
(6) Menggunakan multi media
(7) Sudah melakukan penilaian proses belajar.
(8) Melakukan penilaian hasil belajar.
(9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
2. Pertemuan ke-2
Indicator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang.
Hasil Observasi :
a) Kegiatan Siswa
(1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 90 %.
(2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 80 %.
(3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 70 %.
(4) Inisiatif siswa belum meningkat 84 %.
(5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 92 %.
b) Kegiatan Guru
(1) Menyampaikan informasi secara jelas.
(2) Menggunakan berbagai sumber belajar.
(3) Waktu sesuai dengan perencanaan.
(4) Penuh perhatian terhadap siswa.
(5) Memotivasi individu dan kelompok.
(6) Menggunakan multi media
(7) Sudah melakukan penilaian proses belajar.
(8) Melakukan penilaian hasil belajar.
(9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
d. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat
diuraikan sebagai berikut :
Pertemuan ke-1
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang.
Media: Kertas lipat warna-warni
Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, dalam diskusi
kelompok pun, siswa juga sudah mulai berani memberikan usulan atau inisiatif.
Jika dilihat dari nilai ulangan harian sudah ada peningkatan dari 52,5 Menjadi
71,26.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≤ 63 sebanyak 45 siswa menjadi
15 siswa, dengan demikian hasil belajar menunjukkan peningkatan.
Pertemuan ke-2
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang
Media : kertas lipat warna-warni
Pada pertemuan kedua, siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan guru.
Pihak guru sudah memberikan penjelasan dengan tepat, memotivasi dan
mem,berikan penilaian. Nilai rata-rata 52,5 menjadi 71,24. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai < 63 sebanyak 45 siswa menjadi 15 siswa. Dengan demikian
ada peningkatan penguasaan bangun datar yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa.
Dari penelitian ini, pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan
bangun datr meningkat. Hasil ini dapat dilihat dari hasil nilai siswa yang
mengalami peningkatan. Atas dasar tersebut, dan melihat hasil nilai bangun datar
yang diperoleh pada tiap siklus, maka penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta meningkat. Namun guru harus tetap
melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan bagi siswa yang mendapat nilai
di bawah KKM dan memberikan pengayaan kepada siswa yang sudah mendapat
nilai datas KKM.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada materi bangun datar membuat siswa merasa senang, aktif dan
mudah menguasai konsep bangun datar.
2. Karena pembelajaran menyenangkan disertai dengan penggunaan alat
peraga, siswa belajar sambil bermain dalam kelompok sehingga kehabisan
waktu.
3. Penguasaan siswa pada materi bangun datar yang diperoleh siswa setiap
siklus setelsh pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD selalu meningkat.
Sedangkan perkembangan penguasaan bangun datar siswa yang
memperoleh nilai diatas 63 seperti yang tercantum dalam tabel frekuensi nilai
penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 sebelum tindakan,
sesudah tindakan Siklus I dan sesudah tindakan Siklus II .
Tabel 16 . Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V
SD Negeri Pajang 1 sebelum Tindakan.
No Interval nilai Frek (fi) Xi Fi* xi Prosentase (%) Kategori
1. 35-41 6 38 228 12 Amat Kurang
2. 42-48 10 45 450 20 Kurang Sekali
3. 49-55 15 52 780 30 Kurang
4. 56-62 14 58 812 28 Cukup
5. 63-69 2 66 132 4 Lebih dari Cukup
6. 70-76 2 73 146 4 Cukup Baik
7. 77-83 1 80 80 2 Baik
Jumlah 50 2625 100
Rata-rata = fi * xi = 2625 = 52,5
fi 50
Ketuntasan Klasikal = 5 *100% = 10%
50
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan ada
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori amat kurang 6 siswa atau 12%.
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali sebanyak 10 siswa
atau 20%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 15
siswa atau 30%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 14
siswa atau 28%. siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup
sebanyak 12 siswa atau 24%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup
sebanyak 2 orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik
sebanyak 2 siswa atau 4%, dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup
baik sebayak 1 siswa atau 2%. sebanyak 20 siswa atau 40%, sedangkan siswa
yang mendapat nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 0 siswa atau 0%.
Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 8 siswa atau
32%. Rata-rata nilai hasil tes sebelum tindakan adalah sebesar 52,5.
Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri
Pajang I pada pra siklus dapat ditunjukkan dengan grafik pada grafik 1 berikut ini
:
Grafik 1. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang I pada pra siklus.
Setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I dengan menerapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran bangun datar diperoleh data hasil penilaian penguasaan bangun
datar siswa Kelas V SD Negeri Pajang I seperti terlihat pada tabel 17.
Tabel 17. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V
SD Negeri Pajang 1 pada Siklus I
N
o
Interval
nilai
Frek (fi) Xi Fi* xi Prosentase
(%)
Kategori
1. 42-48 0 45 0 0 Kurang Sekali
2. 49-55 5 52 520 10 Kurang
3. 56-62 10 58 348 20 Cukup
4. 63-69 15 66 528 30 Lebih dari Cukup
5. 70-76 10 73 730 20 Cukup Baik
6. 77-83 6 80 480 12 Baik
7. 84-90 4 87 957 8 Amat Baik
Jumlah 50 3563 100
Rata-rata = fi * xi = 3563 = 71,26
fi 50
Ketuntasan Klasikal = 35 : 50 X 100 % = 70 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada
Siklus I tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali
atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 5 siswa
atau 10%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 10 siswa
atau 20%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup
sebanyak 15 atau 30%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik
sebanyak 10 siswa atau 20%, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
baik sebanyak 6 siswa atau 12%, siswa yang memperoleh nilai amat baik
sebanyak 4 siswa atau 8 %. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63
sebanyak 35 siswa atau 70% . Rata-rata nilai hasil tes siklus I adalah sebesar
71,26.
Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri
Pajang I pada siklus I dapat ditunjukkan dengan grafik pada grafik 2 berikut ini.
Grafik 2. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang I pada siklus I
Untuk data nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri
Pajang I pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang I Siklus II.
No Interval
nilai
Frekuensi
(fi)
Xi Fi* xi Prosentase
( % )
Kategori
1. 49-55 2 52 104 4 Kurang
2. 56-62 5 59 295 10 Cukup
3 63-69 7 66 462 14 Lebih dari Cukup
4. 70-76 13 73 949 26 Cukup Baik
5. 77-83 10 80 800 20 Baik
6. 84-90 10 87 870 20 Amat Baik
7. 91-97 3 94 282 6 Amat Baik Sekali
50 3762 100
= fi * xi = 3563 = 75,24
fi 50
Ketuntasan Klasikal = 43 : 50 X 100 % = 86 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada
Siklus I tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali
atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 2 siswa
atau 4%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 5 siswa
atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup
sebanyak 7 atau 14%, ssiswa yang memperoleh kategori cukup baik sebanyak 13
siswa atau 26%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 10
siswa atau 20%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori amat baik
sebanyak 10 siswa atau 20%, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
amat baik sekali sebanyak 3 siswa atau 6%. Jumlah keseluruhan siswa yang
memperoleh nilai ≥63 sebanyak 43 siswa atau 86% . Rata-rata nilai hasil tes siklus
II adalah sebesar 75,24.
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan
pada Siklus II jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 43
siswa atau 84% dan tinggal 7 siswa yang belum memperoleh nilai ≥63.
Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada grafik 3:
Grafik 3. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang I pada siklus II.
Tabel 19. Nilai Rata-rata Sebelum dan sesudah Tindakan
No Sebelum
tindakan
Sesudah
Tindakan
Keterangan
I II
1. 52,5 71,26 75,24 Meningkat
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan yaitu
pembelajaran biasa, siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 52,5.
Melihat kenyataan di lapangan, peneliti melakukan tindakan dengan
menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
.Dengan penggunaan metode ini, siswa lebih senang menerima pelajaran serta
mudah menerima konsep-konsep bangun datar yang diberikan guru. Ternyata
penguasaan bangun datar siswa yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa meningkat
yaitu rata-rata siklus I adalah 71,26.
Tindakan selanjutnya yaitu siklus II, peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD serta memakai alat peraga yang mudah
didapat dan menyenangkan siswa, yaitu dengan menggunakan kertas lipat warna-
warni. Dengan penggunaan alat peraga ini, siswa lebih senang menerima pelajaran
serta mudah menerima konsep-konsep bangun datar yang diberikan guru.
Ternyata penguasaan bangun datar siswa yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa
meningkat yaitu rata-rata siklus II adalah 75,54.
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata kelas tiap siklus, peneliti
merefleksikan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dilaksanakan pada materi bangun datar ternyata meningkat. Hal ini
tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa
baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada
tabel. Secara garis besar perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan
siklus II ditunjukkan pada grafik 4 berikut :
Grafik 4. Perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
Tabel 20. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I
dan siklus II
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 5 10 35 70 43 86
2. Tidak Tuntas 45 90 15 30 7 14
Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, penguasaan bangun datar siswa kelas V SD
Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta Tahun 2009/2010 meningkat.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (
Student Teams Achievement Division ) dalam pembelajaran bangun datar pada
siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri
Pajang 1 Surakarta. Peningkatan penguasaan bangun datar tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya nilai atau hasil belajar siswa pada setiap
siklusnya yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata penguasaan bangun datar siswa
52,72 ,siklus I nilai rata-rata penguasaan bangun datar siswa 71,26 dan siklus II
nilai rata-rata penguasaan bangun datar siswa 75,24. Tingkat ketuntasan belajar
siswa pada siklus I sebanyak 35 siswa atau 70%. Sedangkan pada siklus II
sebanyak 43 siswa atau 86%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 16%. Sedangkan peningkatan ketuntasan dari pra siklus sampai
siklus II sebesar 76%. Dengan demikian secara klasikal, pembelajaran telah
mencapai ketuntasan belajar.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
efektif untuk meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V Sekolah
Dasar.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Pemanfaatan dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi
bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
2. Adanya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang
dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan bangun datar siswa
meningkat.
3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan penguasaan
bangun datar, maka dapat disampaikan saran-saran:
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pembelajaran menjadi lebih
optimal dan hasil belajar menjadi meningkat lebih baik..
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa secara aktif
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar siswa
merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan perilaku
belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi
untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam
konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya. Guru dalam mengajar hendaknya
berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan
pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam
melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari
pada di sekolah.
Tanpa bantuan orang tua, apapun usaha guru tidak akan berhasil secara
maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan, informasi
tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut, sangatlah diperlukan guru
guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan
jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina.
DAFTAR PUSTAKA
Aji Apriyanto dalam http//:www.ajiapriyanto.co.cc.html diunduh 20 Oktober
2010.
Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press
Anita Lie. 2008. Cooperatif Learning.Jakarta: Pt Grasindo
Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan
Belajar. Surakarta: UNS Press
Anwar Holil. 2007. Pembelajaran Kooperatif.
http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html
diakses tanggal 07 Oktober 2009
Asep Jihad.2008.Pengembangan Kurikulum Matematika.Yogyakarta: Multi
Presindo
Buchori,dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 5. Semarang: Aneka Ilmu
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sisdiknas 20/2003.
Solo:Pendidikan Dasar.
___________. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Pendidikan Dasar.
___________. 2006. Kurikulum 2006. Jakarta : Pendidikan Dasar.
Dirjen Dikti.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2006.Jakarta:Dirjen Dikti
Erman Suherman dalam
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/0da7ab8
6.dir/doc.pdf diunduh 25 September 2009.
Farida Ika Rahmadhani dalam http:// blog.math .uny.ac.id /faridaikarahmadhani/
2009/12/22/kontribusi-matematika-dalam-teknologi-informasi/
diunduh 20 September 2009.
Hasibuan JJ dalam www.wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010.
Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.
Indah Karismawati.2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student
Team Achievement Division ( STAD ) Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Malang.Malang: UNM
Imam Roji. 1997. Materi Penataran Guru Pemandu Matematika. Semarang:
Proyek SD Jateng (www. Wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010 )
James dan James dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20
Oktober 2009.
Jonson dan Rising dalam (http://www.smun4-ptk.sch.id .diunduh 15 September
2009.
Julius Hambali, Iskandar, dan Mohamad Rohmad. 1996. Materi Pokok
Matematika Modul 1 – 9. Jakarta: Universitas Terbuka (
www.wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010. )
Karso.1998.Pendidikan Matematika 1.Jakarta:Depdikbud Proyek Peningkatan
Mutu Guru Kelas SD Setara D II
Kata Kunci dalam http://katakunci.com/indonesia/penguasaan-kamus.html
diunduh 10 April 2010.
Mulyono Abdurahman.2003.Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.Jakarta:
Rineka Cipta
Munawati Fitriyah.2007.Progresif Matematika Kelas V SD. Jakarta:
M. Khafid. Matematika. 2008. Jakarta : Erlangga
Nichols D. Joe, School of Education, Neff Hall, Indiana/Purdue University at Ft.
Wayne ; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www.
sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010.
Nyimas Aisyah.2007.Pengembangan Pembelajaran Matematika.Jakarta:Dirjen
Dikti
Nurhadi, Yasin B., dan Senduk GS. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang dalam www.wikipedia.com diunduh 10
September 2009
Tim.2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta:UNS
Tugimin.2008. Efektivitas Pembelajaran Materi Pelajaran Bangun Datar Dengan
metode STAD dan alat bantu belajar MBDW pada Peserta Didik Kelas V
SD 1 Pulosaren, Kepil, Wonosobo Tahun 2008.
Sarwiji Suwandi.2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Setyono dalam http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-i-pendahuluan_09.html
diunduh 5 Maret 2010
Sherman W Lawrence , Mary Thomas; Journal of Educational Research,Vol.79,
1986 (http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April
2010.
Siti Ummu Kultsum dalam http//matematika.edu.php.Diunduh 15 September 2010
Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik. Jakarta:Nusa Media
Soewarso dalam
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH35d7/8e2e425
1.dir/doc.pdf. diunduh 6 Juni 2010
Sugiyanto,M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13
Sutriyono. Skripsi. Keefektifan model Pembelajaran Kooperatif STAD ( Student
Teams Achievement Division) Terhadap Pemahaman Konsep Materi
Pokok Bangun Datar Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Dempet Tahun
Pelajaran 2006/2007.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Standar Isi (Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk Tingkat SD dan MI. Jakarta: Depdiknas
Rocman Nata Wijaya dalam www.wikipedia.com diunduh 15 Oktober 2010
Lampiran 1
Jadual Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1-2 3-4 3 4
1 Penyusunan proposal
Seminar proposal x
Penyempurnaan
proposal x x
2 Persiapan Penelitian x
a. mengurus perizinan x
b. koordinasi dg Guru x x
c. menyediakan
peralatan x
d. memberi pelatihan x
e. mendiskusikan
masalah teknik
pelaksanaan tindakan
x x
2 Pelaksanaan tindakan x
a. penyiapan media
pembelajaran x
b. penyusunan RPP dan
pelaksanaan siklus I –
II
x
c. penganalisisan data
x
d. diskusi membahas
hasil analisis data
x
e. revisi hasil analisis x
3 Penyusunan laporan x x
4 Seminar untuk validasi
hasil x
x
5
Penggandaan,
penjilidan dan
pengiriman laporan
x
Lampiran 2
Hasil Wawancara Dengan Guru Sebelum Diterapkan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Peneliti : “Selamat siang, Bu.”
Guru : ”Ya, selamat siang. Ada yang mau dibantu?”
Peneliti : Maaf Bu saya mengganggu, saya ingin mengetahui beberapa
informasi tentang seluk-beluk pembelajaran di kelas V.”
Guru : “ O ya, silakan saja.”
Peneliti : “Baik Bu, terima kasih sebelumnya karena sudah bersedia
meluangkan waktu.”
Guru : “Ya, mbak tidak apa-apa. Kebetulan saya juga baru tidak ada
kerjaan”
Peneliti : “Berapa jumlah siswa di kelas V ini, Bu”
Guru : “Di kelas V ini jumlah siswanya banyak mbak, jadi kurang ideal
memang. Ada 50 siswa diantaranya 17 laki-laki dan 23
perempuan.”
Peneliti : “Lalu bagaimana dengan pembelajarannya terutama pada
matematika mengenai sifat-sifat bangun datar selama ini, apakah
pernah dibut kelompok-kelompok?”
Guru : “Kalau waktu pembelajaran Matematika ya seperti biasa mbak.
Saya terangkan materinya lalu siswa mengerjakan LKS atau soal
yang ada dalam buku paket tetapi terkadang juga ada diskusi
kelompok kalau menemui soal-soal yang sulit saya suruh diskusi
dengan teman sebangkunya.”
Peneliti : “Dengan pembelajaran yang demikian, bagaimana dengan
pemahaman siswa, Bu? Apakah mereka sudah meenguasai konsep-
konsep yang telah diajarkan?”
Guru : “Ada yang sudah, tetapi sebagian belum dapat menguasai materi
yang diajarkan karena mereka asyik mengobrol dengan teman dan
tidak memperhatikan guru saat pelajaran.”
Peneliti : “Lalu dalam pembelajaran yang ibu laksanakan selama ini apakah
sudah ada interaksi antara guru dengan siswa dan juga siswa
dengan siswa?”
Guru : “Dalam pembelajaran Matematika selama ini sudah ada interaksi
antara saya sebagai guru dengan siswa karena terkadang di tengah-
tengah pembelajaran saya melakukan tanyajawab kepada siswa.
Kalau interaksi antara siswa dengan siswa terutama pada
pembelajaran Matematika jarang terjadi, hanya kalau ada soal-soal
yang sulit saja saya suruh diskusi itu saja dengan teman sebangku.”
Peneliti : “Dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan, bagaimanakah
dengan nilai yang diperoleh siswa, Bu?Apakah sebagian besar
siswa memperoleh hasil yang baik?”
Guru : “ Ya ada yang baik tetapi sebagian juga masih ada yang jelek
karena perhatian mereka terhadap pelajaran terutama Matematika
pada sifat-sifat bangun datar rendah.”
Peneliti : “O, begitu. Terima kasih atas informasi-informasi yang ibu
berikan. Hal ini memberikan masukan bagi saya untuk
melaksanakan pembelajaran Matematika nantinya.”
Guru : “Ya, mbak. Sama-sama. Saya juga berharap anda dapat
memperbaiki pembelajaran yang saya lakukan selama ini sehingga
siswa dapat mencapai hasil yang maksimal.”
Peneliti : “Baik, Bu. Saya akan berusaha namun saya juga memohon
kerjasama dengan ibu sebagai guru kelas di sini agar pembelajaran
tetap berjalan dengan baik.”
Guru : “Saya pasti akan membantu selama saya mampu yang penting
siswa-siswa saya nantinya mampu menguasai konsep-konsep yang
diajarkan dalam pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga menjadi lebih bermakna.”
Peneliti : “Itulah yang saya harapkan juga. Sekali lagi terima kasih atas
waktunya.”
Guru : “Ya, sama-sama.”
Lampiran 3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1
No. 93 Surakarta Sebelum Diadakan Tindakan.
No. NIS Pra Siklus Keterangan
1 2427 75 Tuntas
2 2428 50 Tidak Tuntas
3 2429 40 Tidak Tuntas
4 2430 60 Tidak Tuntas
5 2431 60 Tidak tuntas
6 2432 60 Tidak Tuntas
7 2433 50 Tidak Tuntas
8 2434 60 Tidak Tuntas
9 2435 50 Tidak Tuntas
10 2436 50 Tidak Tuntas
11 2437 50 Tidak Tuntas
12 2438 60 Tidak Tuntas
13 2439 50 Tidak Tuntas
14 2440 50 Tidak Tuntas
15 2441 40 Tidak Tuntas
16 2442 45 Tidak Tuntas
17 2443 60 Tidak Tuntas
18 2444 35 Tidak Tuntas
19 2445 50 Tidak Tuntas
20 2446 45 Tidak Tuntas
21 2447 50 Tidak Tuntas
22 2448 60 Tidak Tuntas
23 2449 60 Tidak Tuntas
24 2450 45 Tidak Tuntas
25 2451 80 Tuntas
26 2452 45 Tidak Tuntas
27 2453 50 Tidak Tuntas
28 2454 40 Tidak Tuntas
29 2455 50 Tidak Tuntas
30 2456 45 Tidak Tuntas
31 2457 60 Tidsak Tuntas
32 2458 45 Tidak Tuntas
33 2459 50 Tidak Tuntas
34 2460 45 Tidak Tuntas
35 2461 60 Tidak Tuntas
36 2462 50 Tidak Tuntas
37 2463 40 Tidak Tuntas
38 2464 60 Tidak Tuntas
39 2465 50 Tidak Tuntas
40 2466 45 Tidak Tuntas
41 2467 60 Tidak Tuntas
42 2468 45 Tidak Tuntas
43 2469 75 Tuntas
44 2470 60 Tidak Tuntas
45 2471 50 Tidak Tuntas
46 2472 65 Tuntas
47 2473 45 Tidak Tuntas
48 2474 35 Tidak Tuntas
49 2475 65 Tuntas
50 2476 60 Tidak Tuntas
RATA-RATA 52,5
Lampiran 4
Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran Bangun Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I Pertemuan I
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Persiapan guru memulai
kegiatan pembelajaran
2 50 C Cukup
2. Kemampuan guru
mengelola kelas
1 25 D Kurang
3. Kemampuan mengelola
waktu pembelajaran
2 50 B Cukup
4. Memberikan apersepsi 2 50 B Cukup
5. Menyampaikan materi
(eksplorasi)
2 50 B Cukup
6. Kemampuan guru
memberikan pertanyaan
3 75 B Baik
7. Diskusi dan penjelasan
Konsep
3 75 B Baik
8. Perhatian guru terhadap
Siswa
3 75 B Baik
9. Pengembangan aplikasi 2 50 C Cukup
10. Kemampuan menutup
Pelajaran
4 100 A Sangat
baik
Jumlah rata-rata 24 60 C Cukup
Lampiran 5
Pengamatan terhadap Guru dalam pembelajaran bangun datar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus I
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Persiapan guru
memulai
kegiatan pembelajaran
3 75 B Baik
2. Kemampuan guru
mengelola kelas
3 75 B Baik
3. Kemampuan mengelola
waktu pembelajaran
3 75 B Baik
4. Memberikan apersepsi 4 100 A Sangat
baik
5. Menyampaikan materi
(eksplorasi)
4 100 A Sangat
baik
6. Kemampuan guru
memberikan pertanyaan
3 75 B Baik
7. Diskusi dan penjelasan
Konsep
3 75 B Baik
8. Perhatian guru terhadap
Siswa
3 75 B Baik
9. Pengembangan aplikasi 3 75 B Baik
10. Kemampuan menutup
Pelajaran
4 100 A Sangat
baik
Jumlah rata-rata 33 82,5 B Baik
Lampiran 6.
Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93
Surakarta Pada Siklus I.
No. NIS Nilai Keterangan
1 2427 90 Tuntas
2 2428 70 Tuntas
3 2429 55 Tidak Tuntas
4 2430 65 Tidak Tuntas
5 2431 80 Tuntas
6 2432 75 Tuntas
7 2433 65 Tuntas
8 2434 85 Tuntas
9 2435 65 Tuntas
10 2436 65 Tuntas
11 2437 75 Tuntas
12 2438 80 Tuntas
13 2439 60 Tidak Tuntas
14 2440 65 Tuntas
15 2441 55 Tidak Tuntas
16 2442 55 Tidak Tuntas
17 2443 75 Tuntas
18 2444 50 Tidak Tuntas
19 2445 60 Tidak Tuntas
20 2446 65 Tuntas
21 2447 60 Tidak Tuntas
22 2448 80 Tuntas
23 2449 80 Tuntas
24 2450 55 Tidak Tuntas
25 2451 90 Tuntas
26 2452 65 Tuntas
27 2453 65 Tuntas
28 2454 55 Tidak Tuntas
29 2455 75 Tuntas
30 2456 60 Tidak Tuntas
31 2457 70 Tuntas
32 2458 50 Tidak Tuntas
33 2459 65 Tuntas
34 2460 55 Tidak Tuntas
35 2461 70 Tuntas
36 2462 60 Tidak Tuntas
37 2463 50 Tidak Tuntas
38 2464 75 Tuntas
39 2465 60 Tidak Tuntas
40 2466 50 Tidak Tuntas
41 2467 80 Tuntas
42 2468 60 Tidak Tuntas
43 2469 90 Tuntas
44 2470 60 Tidak Tuntas
45 2471 60 Tidak Tuntas
46 2472 80 Tuntas
47 2473 60 Tidak Tuntas
48 2474 50 Tidak Tuntas
49 2475 85 Tuntas
50 2476 85 Tuntas
RATA-RATA 71,26
Lampiran 7
Penghargaan Kelompok siklus I
No. Nama Kelompok
No Absen
Anggota
Skor
Kelompok
Penghargaan
Kelompok
1 The Winner 1 - 5 18 Tim Baik
2
Boys and Girls
Smart 6 - 10 20 Tim Hebat
3 The Rubbick 11 - 15 24 Tim Hebat
4 Meteor Garden 16 - 20 24 Tim Hebat
5 Bintang Kelas 21 - 25 24 Tim Hebat
6
Sponge Bob Square
Pants 26 - 30 24 Tim Hebat
7
The Great Eksodia
Great 31 - 35 28 Tim Super
8 Fresh Children 36 - 40 28 Tim Super
9 Star Five 41 - 45 20 Tim Baik
10 Avatar King 46 - 50 22 Tim Hebat
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP SIKLUS I
Nama Sekolah : SD N Pajang 1 No. 93 Surakarta
Kelas / Semester : V / II
Mata pelajaran : Matematika
Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal :
I. Standar Kompetensi :
6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar bangun.
II. Kompetensi Dasar
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
III. Indikator
6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi,
trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, layang-layang.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar
segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang .
2. Melalui contoh-contoh, siswa dapat menggambar bangun datar segitiga, persegi
panjang, persegi, trapesium dan jajar genjang.
3. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga,
persegi panjang, persegi, trapesium, dan jajar genjang.
V.Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun datar.
Pertemuan Pertama ( 2 X 35 Menit )
VI. Materi Pelajaran
A. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang
berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah
ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ.
Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu:
1. Segitiga Sama Sisi
Sifat-sifat segitiga sama sisi :
a. Ketiga sisinya sama panjang, yaitu
KL=LM=KM
b. Ketiga sudutnya sama besar, yaitu:
< K = < L = < M = 60˚.
2. Segitiga Sama Kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki :
a. Mempunyai dua sisi sama panjang, pada gambar di atas
QP = QR
b. Mempunyai dua sudut yang sama besar, pada gambar di samping
< Q = < R
Segitiga sama kaki ada 2 macam yaitu segitiga sama kaki lancip dan segitiga
sama kaki tumpul.
(1) Segitiga Sama kaki lancip
(a) ∆GHJ adalah segitiga sama kaki lancip karena ketiga sudutnya
lancip atau < 90˚
(c) < G = < H dan JG = JH : < G, < J, <H adalah sudut lancip
(2) Segitiga Sama Kaki Tumpul
(a) ∆ LMN adalah segitiga sama kaki tumpul. Karena salah satu
sudutnya adalah sudut tumpul
(b) <L =<M , NL = NM dan , N adalah sudut tumpul.
3. Segitiga Siku-siku
Sifat-sifat segitiga siku-siku :
(3) Mempunyai sisi tegak = AC, sisi datar =AB, dan sisi miring = BC
(4) Mempunyai sudut siku-siku yaitu < A = 90˚
4. Segitiga Sembarang
Sifat-sifat segitiga sembarang :
(3) Ketiga sisinya tidak sama panjang yaitu PR ≠ PQ ≠ PR
(4) Ketiga sudutnya tidak sama besar, yaitu < P ≠ < Q ≠ < R
B. Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi.
Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Sifat-sifat bangun persegi panjang :
1. Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar
Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
2. Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/besarnya 90˚.
Perhatikan gambar di bawah ini :
(e) AB = DC dan AB // DC
(f) AD = BC dan AD // BC
(g) <A = B = C = D = 90
(h) AB BC ; BC DC ; DA AB
Jika persegi panjang dibagi menjadi dua menurut diagonalnya, maka akan
terbentuk sepasang segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. Seperti tampak
pada gambar di bawah ini :
(d) BD =diagonal
(e) Δ DAB = Δ DBC
(f) < BDA = DBC
(d) AC = diagonal
(e) < ABC = ACD
(f) < CAD = ACB
Kedua diagonal saling memotong sama panjang.
(d) AE = CE = DE = BE
(e) Δ AEB = Δ DEC
(f) Δ AED = Δ BEC
C. Persegi
Persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi.
(d) AB = BC = CD = DA
(e) Diagonal AC dan Bd membentuk 4 segitiga siku-siku yang sama dan
sebangun.
(f) ∆AEB = ∆BEC = ∆CED = ∆DEA adalah segitiga siku-siku sama kaki
D. Trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat
bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
1. Trapesium Sembarang
Trapesium sembarang ABCD
(1) AB // DC
(2) AD // BC, // artinya tidak sejajar.
(3) AD ≠ BC, ≠ artinya tidak sama
2. Trapesium Siku-siku
Trapesium EFGH adalah Trapesium siku-siku.
Trapesium siku-siku mempunyai 2 sudut siku-siku, yakni < E = < H = 90˚,
dan EF // HG
3. Trapesium Sama Kaki
Trapesium KLMN adalah trapesium sama kaki.
(6) Trapesium sama kaki mempunyai sepasang sisi sama panjang, dua
pasang sudut sama besar, dan dua diagonal sama panjang.
(7) KL // NM
(8) KN= LM
(9) <K= <L dan< N = < M
(10) KM = LN ( diagonal)
5) E. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan
empat sudut yang tidak siku-siku.
Sifat-sifat bangun jajar genjang :
(c) Jajar genjang mempunyai 4 sisi, sisi yang berhadapan sama panjang dan
sejajar.
(d) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut
tumpul
Jajar genjang ABCD
(4) AB = DC dan AB // DC
(5) AD = BC dan AD // BC
(6) < A = < C dan < B = < D
a. Jajar genjang ABCD
b. AC dan BD adalah diagonal jajar genjang.
c. E adalah titik potong kedua diagonal itu.
d. AE = CE dan BE = DE
VII. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal (10 ‘)
1. Berdoa dan presensi
2. Guru mengkondisikan kelas.
3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun
datar.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
secara sederhana.
5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen (
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll )
B. Kegiatan Inti (40’)
1. Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru,
kegiatannya antara lain :
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat
umum bangun datar.
b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar segitiga,
persegi, dan persegi panjang.
c. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk
saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan
materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami
materi.
2) Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain :
a. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan
dipelajari bersama anggota kelompok.
b. Siswa berdiskusi mengenai materi bangu datar segitiga, persegi,
dan persegi panjang.
c. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam
membimbing diskusi siswa.
d. Salah satu perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
C. Kegiatan Akhir ( 20 ‘ )
1. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pembelajaran.
Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Awal ( 10 ‘ )
1. Berdoa dan presensi
2. Guru mengkondisikan kelas.
3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun
datar.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
secara sederhana.
5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen (
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll )
B. Kegiatan Inti ( 40 ‘ )
1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru,
kegiatannya antara lain :
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat
umum bangun datar.
b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar
trapesium dan jajar genjang.
c. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk
saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan
materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami
materi.
2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain :
a. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan
dipelajari bersama anggota kelompok.
b. Siswa berdiskusi mengenai materi bangun datar trapesium dan
jajar genjang.
c. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam
membimbing diskusi siswa.
d. Salah satu perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
3) Tahap tes individu, kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Guru membagikan soal tes individu mengenai materi yang telah
dibahas.
b. Siswa mengerjakan soal tes dengan kemampuan sendiri.
4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu.
a. Guru menilai hasil tes individu lalu menghitung skor
perkembangan individu berdasarkan nilai hasil evaluasi pra siklus.
b. Guru melakukan penghitungan skor kelompok dengan cara
menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
C. Kegiatan akhir ( 20 ‘)
1. Tahap pemberian penghargaan kelompok.
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata
yang kemudian dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat,
dan kelompok super.
2. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pelajaran.
VIII. Metode, Media, dan Sumber belajar
A. Metode
1. Tanya jawab
2. Diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
B. Media
a. Gambar bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium
dan jajar genjang.
b. Lembar hasil kerja kelompok.
C. Sumber Belajar
1. Silabus BNSP Kelas V Sekolah Dasar
2. Buku Progresif V
3. Buku Matematika V SD, M. Khafid, halaman , Jakarta: Erlangga.
IX. Evaluasi
i. Prosedur : Tes dan non tes
ii. Teknik : Tertulis dan perbuatan
iii. Bentuk : Uraian
iv. Alat Tes : Soal tes, Kunci jawaban, dan prosedur penilaian.
Kriteria Penilaian Tes Individu :
Nilai Akhir =jawaban benar X
Nilai Tertinggi = 100
Kriteria penghitungan Skor Perkembangan Individu
No Keterangan Skor
1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 30 poin
5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 30 poin
Isjoni 2010 : 53
Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Skor rata-rata tim Penghargaan
Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik
Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super
Isjoni 2010 : 54
Lampiran 9
Pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran bangun datar melalui
model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II Siklus II
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Kedisiplinan siswa 4 100 A Sangat baik
2. Kesiapan siswa menerima
Pelajaran
4 100 A Sangat baik
3. Keaktifan siswa 4 100 A Sangat baik
4. Kemampuan siswa
melakukan diskusi
4 100 A Sangat baik
5. Kemampuan siswa
menjawab pertanyaan
3 75 B Baik
6. Keadaan siswa dengan
lingkungan belajar
4 100 A Sangat baik
7. Kemampuan siswa
mengerjakan tes
3 75 B Baik
Jumlah rata-rata 26 92,8 A Sangat Baik
Lampiran 10
Pengamatan terhadap Guru dalam penguasaan bangun datar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus II
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Persiapan guru memulai
kegiatan pembelajaran
4 100 A Sangat baik
2. Kemampuan guru
mengelola kelas
4 100 A Sangat baik
3. Kemampuan mengelola
waktu pembelajaran
4 100 A Sangat baik
4. Memberikan apersepsi 4 100 A Sangat baik
5. Menyampaikan materi
(eksplorasi)
4 100 A Sangat baik
6. Kemampuan guru
memberikan pertanyaan
4 100 A Sangat baik
7. Diskusi dan penjelasan
Konsep
4 100 A Sangat baik
8. Perhatian guru terhadap
Siswa
4 100 A Sangat baik
9. Pengembangan aplikasi 4 100 A Sangat baik
10. Kemampuan menutup
Pelajaran
4 100 A Sangat baik
Jumlah rata-rata 40 100 A Sangat Baik
Lampiran 11
Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93
Surakarta Pada Siklus II.
No. NIS Nilai Keterangan
1 2427 95 Tuntas
2 2428 80 Tuntas
3 2429 50 Tidak Tuntas
4 2430 65 Tuntas
5 2431 85 Tuntas
6 2432 80 Tuntas
7 2433 65 Tuntas
8 2434 80 Tuntas
9 2435 65 Tuntas
10 2436 70 Tuntas
11 2437 90 Tuntas
12 2438 80 Tuntas
13 2439 65 Tuntas
14 2440 85 Tuntas
15 2441 60 Tidak Tuntas
16 2442 80 Tuntas
17 2443 85 Tuntas
18 2444 60 Tidak Tuntas
19 2445 75 Tuntas
20 2446 70 Tuntas
21 2447 65 Tuntas
22 2448 75 Tuntas
23 2449 75 Tuntas
24 2450 60 Tidak Tuntas
25 2451 95 Tuntas
26 2452 75 Tuntas
27 2453 85 Tidak Tuntas
28 2454 60 Tidak Tuntas
29 2455 85 Tuntas
30 2456 75 Tuntas
31 2457 80 Tuntas
32 2458 65 Tuntas
33 2459 70 Tuntas
34 2460 75 Tuntas
35 2461 75 Tuntas
36 2462 80 Tuntas
37 2463 60 Tidak Tuntas
38 2464 90 Tuntas
39 2465 80 Tuntas
40 2466 85 Tuntas
41 2467 80 Tuntas
42 2468 65 Tuntas
43 2469 85 Tuntas
44 2470 70 Tuntas
45 2471 75 Tuntas
46 2472 95 Tuntas
47 2473 70 Tuntas
48 2474 50 Tidak Tuntas
49 2475 85 Tuntas
50 2476 80 Tuntas
RATA-RATA 75,26
Lampiran 12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP SIKLUS II
Nama Sekolah : SD N Pajang 1 No. 93 Surakarta
Kelas / Semester : V / II
Mata pelajaran : Matematika
Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal :
I. Standar Kompetensi :
6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar bangun.
II. Kompetensi Dasar
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
III. Indikator
6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi,
trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, layang-layang.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun
lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang.
2. Melalui contoh-contoh, siswa dapat menggambar bangun datar lingkaran,
belah ketupat, dan layang-layang.
3. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar
lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun datar.
Pertemuan Pertama ( 2 X 35 Menit )
A. Materi Pelajaran
6) 1. Lingkaran
7)
Lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik.
Satu titik itu disebut titik pusat.
Sifat- sifat lingkaran :
( a ) Jarak dari titik pusat ke sisi lingkaran dilambangkan dengan r
( radial )
( b ) Garis lurus dari sisi limngkaran ke sisi lingkaran lain melalui titik
pusat disebut garis tengah, dilambangkan dengan d ( diameter )
d = 2 r atau gais tengah = 2 x jari-jari.
Gambar di atas adalah lingkaran P diberi lambang O P
( 1 ) PA = r = radius = jari-jari lingkaran
( 2 ) PA = PB = PC = jari- jari lingkaran
( 3 ) BC = garis tengah = diameter lingkaran
( 4 ) BC = d = 2 x r atau d = 2r.
8) 7) Belah Ketupat
9)
Sifat-sifat belah ketupat :
( a) Segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
( b ) Kedua diagonalnya saling tegak lurus.
( c ) Setiap diagonal belah ketupat membentuk sepasang segitiga sama
kaki yang sama dan sebangun.
( d ) Kedua diagonalnya yang berpotongan dapat membentuk 4 ∆ siku-
siku yang sama dan sebangun.
Pada belah ketupat di atas :
AB = BC = CD = DA
(1) Diagonal AC BD membentuk sudut 90˚ dan berpotongan di E.
(2) ∆ABC = ∆ADC dan ∆ DAB = ∆ DCB
( 3) Pada diagonal AC , AE = EC
( 4) Pada diagonal BE, BE = ED
( 5) Dari perpotongan dua diagonal, ∆ AEB = ∆ BEC = ∆ CED = ∆ DEA.
( 6) Keempat segitiga itu adalah segitiga siku-siku.
10) 8) Layang-layang
11)
Sifat layang-layang :
(a) Mempunyai dua pasang sisi sama panjang,
sisi AB = sisi AD
sisi BC = sisi CD
(b) Mempunyai sepasang sudut sama besar
Sudut ABC = sudut ADC
Layang-layang ini diberi nama layang-layang ABCD
(1) AB = BC dan AD = CD tapi AB =AD
(2) < BAD = < BCD
(3) AC BD
(4) AE = EC
(5) ∆ ABC dan ∆ ADC adalah segitiga sama kaki yang alasnya berimpit
pada AC
B. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
D. Kegiatan Awal (10 ‘)
4. Berdoa dan presensi
5. Guru mengkondisikan kelas.
6. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun
datar.
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
secara sederhana.
8. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
9. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen (
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll )
E. Kegiatan Inti (40’)
1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru,
kegiatannya antara lain :
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat
umum bangun datar.
b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar
lingkaran dengan media kertas lipat warna-warni.
c. Guru membagikan kertas lipat pada siswa agar siswa dapat
mengetahui lebih jelas tentang sifat-sifat bangun datar melalui
kertas lipat yang mereka bentuk menjadi berbagai macam bangun
datar.
d. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk
saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan
materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami
materi.
2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain :
c. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan
dipelajari bersama anggota kelompok.
d. Siswa berdiskusi mengenai materi bangu datar lingkaran.
e. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam
membimbing diskusi siswa.
f. Salah satu perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
F. Kegiatan Akhir ( 20 ‘ )
1. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pembelajaran.
Pertemuan Kedua
D. Kegiatan Awal ( 10 ‘ )
1. Berdoa dan presensi
2. Guru mengkondisikan kelas.
3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun
datar.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
secara sederhana.
5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen (
campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll )
E. Kegiatan Inti ( 40 ‘ )
1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru,
kegiatannya antara lain :
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat
umum bangun datar.
b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar belah
ketupat dan layang-layang dengan media kertas lipat warna-warni.
c. Siswa bersama guru membentuk kertas lipat menjadi belah ketupat
dan layang-layang.
d. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk
saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan
materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami
materi.
2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain :
e. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan
dipelajari bersama anggota kelompok.
f. Siswa berdiskusi mengenai materi bangun datar belah ketupat dan
layang-layang.
g. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam
membimbing diskusi siswa.
h. Salah satu perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
5) Tahap tes individu, kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Guru membagikan soal tes individu mengenai materi yang telah
dibahas.
b. Siswa mengerjakan soal tes dengan kemampuan sendiri.
6) Tahap penghitungan skor perkembangan individu.
a. Guru menilai hasil tes individu lalu menghitung skor
perkembangan individu berdasarkan nilai hasil evaluasi siklus I.
b. Guru melakukan penghitungan skor kelompok dengan cara
menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
F. Kegiatan akhir ( 20 ‘)
1. Tahap pemberian penghargaan kelompok.
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata
yang kemudian dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat,
dan kelompok super.
2. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pelajaran.
C. Metode, Media, dan Sumber belajar
D. Metode
1. Tanya jawab
2. Diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
E. Media
a. Gambar bangun datar lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang.
b. Kertas lipat warna-warni.
c. Lembar hasil kerja kelompok.
F. Sumber Belajar
1. Silabus BNSP Kelas V Sekolah Dasar
2. Buku Progresif V
3. Buku Matematika V SD, M. Khafid, halaman , Jakarta: Erlangga.
X. Evaluasi
A. Prosedur : Tes dan non tes
B. Teknik : Tertulis dan perbuatan
C. Bentuk : Uraian
D. Alat Tes : Soal tes, Kunci jawaban, dan prosedur penilaian.
Kriteria Penilaian Tes Individu :
Nilai Akhir =jawaban benar X
Nilai Tertinggi = 100
Kriteria penghitungan Skor Perkembangan Individu
No Keterangan Skor
1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 30 poin
5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 30 poin
Isjoni 2010 : 53
Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Skor rata-rata tim Penghargaan
Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik
Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super
Isjoni 2010 : 54
Lampiran 13
Skor Perkembangan Individu I
No. NIS
Pra
Siklus Siklus I
Skor Kemajuan
Individu I
1 2427 75 90 30
2 2428 50 70 30
3 2429 40 55 30
4 2430 60 65 20
5 2431 60 80 30
6 2432 60 75 30
7 2433 50 65 30
8 2434 60 85 30
9 2435 50 65 30
10 2436 50 65 30
11 2437 50 75 30
12 2438 60 80 30
13 2439 50 60 30
14 2440 50 65 30
15 2441 40 55 30
16 2442 45 55 20
17 2443 60 75 30
18 2444 35 50 30
19 2445 50 60 20
20 2446 45 65 30
21 2447 50 60 20
22 2448 60 80 30
23 2449 60 80 30
24 2450 45 55 20
25 2451 80 90 20
26 2452 45 65 30
27 2453 50 65 30
28 2454 40 55 30
29 2455 50 75 30
30 2456 45 60 30
31 2457 60 70 20
32 2458 45 50 20
33 2459 50 65 30
34 2460 45 55 20
35 2461 60 70 20
36 2462 50 60 20
37 2463 40 50 20
38 2464 60 75 20
39 2465 50 60 20
40 2466 45 50 20
41 2467 60 80 30
42 2468 45 60 30
43 2469 75 90 30
44 2470 60 60 20
45 2471 50 60 20
46 2472 65 80 30
47 2473 45 60 30
48 2474 35 50 30
49 2475 65 85 30
50 2476 60 85 30
Lampiran 14
Tabel Skor Perkembangan Individu II
No.
NIS
Siklus
I
Siklus
II
Skor Kemajuan Individu
II
1 2427 90 95 20
2 2428 70 80 30
3 2429 55 50 10
4 2430 65 65 20
5 2431 80 85 20
6 2432 75 80 20
7 2433 65 65 20
8 2434 85 80 20
9 2435 65 65 20
10 2436 65 70 20
11 2437 75 90 30
12 2438 80 80 20
13 2439 60 65 20
14 2440 65 85 30
15 2441 55 60 20
16 2442 55 80 30
17 2443 75 85 20
18 2444 50 60 20
19 2445 60 75 30
20 2446 65 70 20
21 2447 60 65 20
22 2448
80 75 30
23 2449
80 75 30
24 2450
55 60 20
25 2451
90 95 20
26 2452
65 75 20
27 2453
65 85 30
28 2454
55 60 20
29 2455
75 85 20
30 2456
60 75 30
31 2457
70 80 20
32 2458
50 65 30
33 2459
65 70 30
34 2460
55 75 30
35 2461
70 75 20
36 2462
60 80 30
37 2463
50 60 20
38 2464
75 90 30
39 2465
60 80 30
40 2466
50 85 30
41 2467
80 80 20
42 2468
60 65 20
43 2469
90 85 10
44 2470
60 70 20
45 2471
60 75 30
46 2472 80 95 30
47 2473 60 70 30
48 2474 50 50 20
49 2475 85 85 20
50 2476 85 80 10
Lampiran 15
Penghargaan Kelompok siklus II
Nama kelompok Anggota Kelompok Skor Predikat
Age Of Empire Alisa sekar, Alifian,
Annas, Eka, Novita S
24
Tim Hebat
Are You Smarter
Than a 5th
Grader? Adelia, argi, Etiza,
Nabila, Alfira
20
Tim Hebat
Eloquent Bullient Agung K, Anisa D,
Ferry, Nimas, Bimo
26
Tim Super
G-Five is Smart
People
Adnan, Arum,
Ihzayesya, Olivera,
Tri U
20
Tim Hebat
Little Star Berta, Alfarian,
Immanuella,
Reyvaldo, Amelia
22
Tim Hebat
Magic Blue Eyes
Heart
Erlangga, Aga, Muh
Ihza, Kesumadewi,
Rista
22
Tim Hebat
The Legend Of
Dragon
Hanida, Varent,
Gilang, Khadija,
Satria
26
Tim Super
The Strom Warrior Muh Riza, Judith,
Lutfan, Sandra, Muh
Affan
18
Tim Baik
The Star Blue Novia Eksi, Theo,
Denny, Muh Anton,
Yudha
26
Tim Super
Universal Castle Rosavino, David,
Rafaella, Mahendra,
Satriya
28
Tim Super
Lampiran 16
Pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran bangun datar melalui
model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II Siklus II
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Kedisiplinan siswa 4 100 A Sangat baik
2. Kesiapan siswa menerima
Pelajaran
4 100 A Sangat baik
3. Keaktifan siswa 4 100 A Sangat baik
4. Kemampuan siswa
melakukan diskusi
4 100 A Sangat baik
5. Kemampuan siswa
menjawab pertanyaan
3 75 B Baik
6. Keadaan siswa dengan
lingkungan belajar
4 100 A Sangat baik
7. Kemampuan siswa
mengerjakan tes
3 75 B Baik
Jumlah rata-rata 26 92,8 A Sangat Baik
Lampiran 17
Pengamatan terhadap Guru dalam penguasaan bangun datar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus II
No Variabel Skor Presentase
(%) Kategori Kriteria
1. Persiapan guru memulai
kegiatan pembelajaran
4 100 A Sangat baik
2. Kemampuan guru
mengelola kelas
4 100 A Sangat baik
3. Kemampuan mengelola
waktu pembelajaran
4 100 A Sangat baik
4. Memberikan apersepsi 4 100 A Sangat baik
5. Menyampaikan materi
(eksplorasi)
4 100 A Sangat baik
6. Kemampuan guru
memberikan pertanyaan
4 100 A Sangat baik
7. Diskusi dan penjelasan
Konsep
4 100 A Sangat baik
8. Perhatian guru terhadap
Siswa
4 100 A Sangat baik
9. Pengembangan aplikasi 4 100 A Sangat baik
10. Kemampuan menutup
Pelajaran
4 100 A Sangat baik
Jumlah rata-rata 40 100 A Sangat Baik