PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN … · sekitar hutan adat di Kecamatan Kampar...
Transcript of PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN … · sekitar hutan adat di Kecamatan Kampar...
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT
KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI PERKEBUANAN,
TANAMAN PANGAN DAN TERNAK
Latifah Siswati1)
dan Anto Ariyanto2)
1)Staf pengajar Fahutan dan
2)Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning
ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani
perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di
sekitar hutan adat di Kecamatan Kampar Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan bagi petani
peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani peternak.
Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di analisis
dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software QM versi
2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani optimal di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh
luasan untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 ha, tanaman pangan
seluas 0.1575 ha, dan ternak sapi sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.
1.689.320 per bulan, Sedangkan pemanfaatan sumberdaya usahatani disekitar hutan adat Rumbio
diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet seluas 1.483
ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan Ternak (ST).
Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di
sekitar hutan adat Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.
Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi
ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation
of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest
in District Of Kampar Province Riau. intention of this research is to know diversification pattern
farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know usage of optimal
resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in purposive that is
taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming with diversified
pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by using method
Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of resource farming
is optimtion around Buluh Cina forest obtained by area for plantation of sawit for the width of
0.8875, plantation of rubber for the width of 0.6 ha, and field crop for the width of 0.1575 ha.
While optimal ox livestock is counted 4.6405 tail. This calculation also give consequence at
optimal earnings result a farmer of average of equal to Rp. 1.689.320 per month, by adding
plantation of sawit for the width of 0.2 ha and ox livestock about 3.14 tail.
While exploiting of farming resource about custom forest Rumbio obtained by optimal
area for plantation of sawit for the width of 2.029 ha, plantation of rubber for the width of 1.483
ha, field crop for the width of 0.387 ha and ox livestock counted 5.884 tail. From result which
obtained seen that for usahatani plantation of sawit, plantation of field crop and rubber have been
obtained by optimum condition. While for ox livestock needing addition about 1.701 tail. This
calculation also give consequence at optimal earnings result a farmer around custom forest
Rumbio average of equal to Rp. 7.169.970,per month.
Key word; diversivication, plantation, optimation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat di Kabupaten Kampar masih tergolong
miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah melaksanakan
program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan
Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi kepada
masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di
Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi
menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen
Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.
Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski
pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga
berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau
diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi
masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung
faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan
akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di
sekitar hutan adat Rumbio dan Buluh Cina Kabupaten Kampar.
Perumusan Masalah
Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Kampar khususnya
masyarakat hutan adat, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada
petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi
yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor
produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga
menghasilkan produk yang optimal.
Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-
pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola
usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;
1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di Kabupaten Kampar, khususnya
masyarakat sekitar hutan adat sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.
2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi
usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor
produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga
menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal
oleh petani peternak.
METODE PENELITIAN
Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini
adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan
kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara
purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha
tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih
diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan
usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.
Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana
metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,
aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang
menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk
memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.
Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi
dirumuskan secara matematik sebagai berikut :
Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3
Fungsi Kendala :
1. Kendala Lahan
- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11
- Lahan pangan a12X2 ≤ b12
2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13
3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14
Syarat X1, X2, dan X3 > 0
Keterangan :
Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan
pendapatan keluarga)
Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi
tujuan.
Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.
a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.
bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Petani Responden
Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah
terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Rumbio dan Buluh Cina relatif produktif .
Chamdi (2003) menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun)
umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi
semakin tinggi. Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP
(41,67%), sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik,
sehingga diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.
Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden
Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Rumbio dan Hutan adat Buluh Cina Kabupaten
Kampar keluarga petani mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan
tanaman pangan. Jenis perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas
lahan yang diusahakan berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 2,6 ha per kepala
keluarga di Kecamatan Kampar sedangkan di Kecamatan Siak Hulu 0,8875 ha, luas rata-rata
kebun karet 1,925 ha per kepala keluarga di Kecamatan Kampar dan hanya 0,6 ha di Kecamatan
Siak Hulu. Sedangkan luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,5025 ha di Kecamatan Kampar dan
0,1575 ha di Siak Hulu. Untuk ternak sapi rata – rata 5,525 Satuan Ternak (ST) di Kecamatan
Kampar dan di Siak Hulu 1,5 Satuan Ternak (ST) per kepala keluarga. Dari gambaran di atas
menunjukkan bahwa di lokasi penelitian Kecamatan Siak Hulu kepemilikan kebun masih lebih
rendah dari Kecamatan Kampar. Disamping itu di kedua kecamatan ini, usaha ternak sapi masih
berorientasi pada pola peternakan rakyat yaitu sebagai usaha tambahan untuk mengisi waktu
luang setelah petani selesai melakukan usahatani yang akhirnya dapat menambah pendapatan
keluarga.
Gambar 1. Perbandingan Kepemilikan Perkebunan, Tanaman Pangan
dan Ternak Sapi di Kecamatan Siak dan Kampar
Pendapatan Usahatani Keluarga
Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing– masing
Usahatani di dua Kecamatan, disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat di lihat bahwa
dari hasil perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Siak Hulu Rp. 614.080,- /ha per kepala
keluarga dan di Kecamatan Kampar Rp. 1.498.770,-/ha per kepala keluarga, hal ini disebabkan
petani di Kecamatan Kampar skala usahanya lebih besar dibandingkan dengan petani di
Kecamatan Siak Hulu. Selain itu harga kelapa sawit di Kecamatan Kampar sedikit lebih tinggi.
Tabel 1. Rata rata Penerimaan , Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak
pada Masing – masing Usahatani per Bulan.
No Uraian Penerimaan Biaya Pendapatan Kec. Siak hulu
Kec. Kampar
Kec. Siak hulu
Kec. Kampar
Kec. Siak hulu
Kec. Kampar
1 Kelapa
Sawit 757.750 2.091.990 143.660 593.220 614.080 1.498.770
2 Karet 766.670 1.044.940 220.830 255.340 545.830 789.610 3 Tanaman
pangan 1.666.670 1.887.100 163.490 791.61 1.503.170 1.095.480
4 Ternak
Sapi 203.330 618.050 78.330 187.500 125.000 430.550
Diversifikasi 680.550 3.385.630 Sumber : Diolah dari Data Primer
Dari tabel tersebut juga dapat di lihat bahwa dari hasil perkebunan karet di Kecamatan
Siak Hulu sebesar Rp. 545.830,- /ha per kepala keluarga, lebih rendah dari Kecamatan Kampar
yaitu Rp. 789.610,-/ha per kepala keluarga, hal ini disebabkan petani di Kecamatan Kampar
skala usahanya lebih besar dibandingkan dengan petani di Kecamatan Siak Hulu. Yang agak
berbeda adalah hasil dari tanaman pangan di Kecamatan Siak Hulu sebesar Rp. 1.503.170,-/ ha
per kepala keluarga, sedikit lebih tinggi dari Kecamatan Kampar yaitu hanya sebesar Rp.
1.095.48,-/ha per kepala keluarga, hal ini mungkin disebabkan harga komoditi tanaman pangan
sedikit lebih tinggi di Kecamatan Siak Hulu dibandingkan di Kecamatan Kampar. Hal ini
disebabkan Kecamatan Siak Hulu lebih dekat dengan kota Pekanbaru, Ibukota Propinsi Riau.
Pendapatan dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kepemilikan
sapi masih baru. Di Kecamatan Siak Hulu penerimaan baru diperoleh dari hasil penjualan
kotoran sapi dan urin untuk di jadikan pupuk, sedangkan di Kecamatan Kampar pendapatan dari
ternak sapi sedikit lebih tinggi dabandingan di Kecamatan siak Hulu, karena di daerah ini sudah
ada yang menjual sapi.
Optimalisasi Pola Usahatani
Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di
Kecamatan Siak Hulu dan Kecamatan Kampar merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa
sawit, perkebunan karet, tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk
mengoptimalkan penggunaan faktor produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan
dalam meningkatkan skala usahatani baik tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan.
Alternatif yang dapat dilakukan keluarga adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman
pangan, perkebunan dan pemeliharaan ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.
Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada
umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.
Disekitar hutan adat di Buluh cina dan Rumbio petani tidak semuanya memiliki perkebunan
karet tetapi semua responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan
petani sudah tinggi karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi
di daerah penelitian kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga
sudah memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga.
Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada
Tabel 2. dan Tabel 3.
Tabel 2. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar
Hutan Adat Buluh cina
Tabel 3. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar
Hutan Adat Rumbio
Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan
digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai
produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang
digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal. Hasil analisis menunjukkan
bahwa petani yang berada disekitar hutan adat Bulu Cina dengan pola diversifikasi usahatani.
Masih dapat mengoptimalkan tingkat pendapatan keluarga dengan penambahan perkebunan
kelapa sawit, karet, tanaman pangan dan ternak sapi.
Tabel 4. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan
Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Buluh Cina
Variabel
Keputusan
Jenis
Usahatani
Solusi
Optimal Basis
(Unit)
Kondisi
Aktual
(unit)
Selisih
(unit)
X1 Sawit 0.8875 0.6875 0.2
X2 Karet 0.6 0.6 0
X3 Tanaman
Pangan
0.1575 0.1575 0
X4 Sapi 4.6405 1.5 3.14
Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal
basis di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas
0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan
ternak sapi optimal adalah sebanyak 4.6405 ST (Satuan Ternak). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.
1.689.320 per bulan, dengan menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi
sekitar 3.14 Satuan Ternak (ST). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi aktual saat ini di
Kecamatan Siak Hulu sudah mendekati optimal, karena untuk perkebunan karet dan tanaman
pangan sudah mencapai kondisi optimal, dengan melihat sumberdaya yang dimiliki oleh
masyarakat di daerah tersebut.
Tabel 5. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan
Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Rumbio
Variabel
Keputusan
Jenis
Usahatani
Solusi
Optimal Basis
(Unit)
Kondisi
Aktual
(unit)
Selisih
(unit)
X1 Sawit 2.029 2.029 0
X2 Karet 1.483 1.483 0
X3 Tanaman
Pangan
0.387 0.387 0
X4 Sapi 5.884 4.183 1.701
Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal
basis di sekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029
ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak
5.884 Satuan Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan
sawit, perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk
ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat
Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan. Kondisi aktual saat ini di Kecamatan Siak
Hulu sudah mendekati kondisi optimal.
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal
Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan
tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya
dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola
Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.
Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi
ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang
sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis
terpakai.
Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan
untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.
213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,
singkong, jagung, padi dan lain-lain. Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan
bahwa untuk satu hektar lahan perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp. 1.345.864,-. Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan
tambahan keuntungan sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan
memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang
kedelai, kacang hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat Buluh
Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet
seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan ternak sapi optimal adalah
sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada
hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp. 1.689.320 per bulan, dengan
menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi sekitar 3.14 Satuan Ternak
(ST). Untuk perkebunan karet dan tanaman pangan sudah mencapai kondisi optimal
2. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat
Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet
seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan
Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan sawit,
perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk
ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat
Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.
3. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan
untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.
213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,
singkong, jagung, padi dan lain-lain.
4. Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-.
Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan
keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang
hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.
Saran/Rekomendasi
1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara
demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat.
2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut
peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model
pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel
mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di
pedesaan.
3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan
penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan
Kabupaten Kampar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem
Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.
Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor
29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.
Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.
Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola
Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.
Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral
Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..
Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.
Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola
Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian
Dosen Univ.Jambi.
------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di
Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.
-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru
-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi
di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.
Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan
Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –
Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.
DRAFT ARTIKEL ILMIAH II
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT BULUH
CINA DI KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI
PERKEBUANAN, TANAMAN PANGAN DAN TERNAK
Latifa Siswati1)
dan Anto Ariyanto2)
1)Staf pengajar Fahutan dan
2)Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning
ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani
perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di
sekitar hutan adat Buluh Cina di Kecamatan Siak Hulu Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan
bagi petani peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani
peternak. Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di
analisis dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software
QM versi 2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani optimal di sekitar hutan adat Buluh Cina
diperoleh luasan untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 ha, tanaman
pangan seluas 0.1575 ha, dan ternak sapi sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini
juga memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar
Rp. 1.689.320 per bulan,
Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi
ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation
of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest
Buluh Cina in District Of Siak Hulu Province Riau. intention of this research is to know
diversification pattern farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know
usage of optimal resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in
purposive that is taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming
with diversified pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by
using method Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of
resource farming is optimation around Buluh Cina forest obtained by area for plantation of sawit
for the width of 0.8875, plantation of rubber for the width of 0.6 ha, and field crop for the width
of 0.1575 ha. While optimation ox livestock is counted 4.6405 tail. This calculation also give
consequence at optimation earnings result a farmer of average of equal to Rp. 1.689.320 per
month, by adding plantation of sawit for the width of 0.2 ha and ox livestock about 3.14 tail.
Key word; diversivication, plantation, optimation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat Buluh Cina di Kabupaten Kampar masih
tergolong miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah
melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan,
Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi
kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di
Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi
menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen
Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.
Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski
pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga
berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau
diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi
masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung
faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan
akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di
sekitar hutan adat Buluh Cina Kabupaten Kampar.
Perumusan Masalah
Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak sekitar hutan adat Buluh Cina di
Kabupaten Kampar, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada
petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi
yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor
produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga
menghasilkan produk yang optimal.
Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-
pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola
usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;
1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di Kabupaten Kampar, khususnya
masyarakat sekitar hutan adat sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.
2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi
usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor
produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga
menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal
oleh petani peternak.
METODE PENELITIAN
Kajian ini dilaksanakan di Hutan adat Buluh Cina di Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini adalah
keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan kelapa
sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara
purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha
tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih
diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan
usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.
Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana
metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,
aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang
menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk
memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.
Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi
dirumuskan secara matematik sebagai berikut :
Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3
Fungsi Kendala :
1. Kendala Lahan
- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11
- Lahan pangan a12X2 ≤ b12
2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13
3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14
Syarat X1, X2, dan X3 > 0
Keterangan :
Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan
pendapatan keluarga)
Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi
tujuan.
Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.
a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.
bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Petani Responden
Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah
terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Buluh Cina relatif produktif . Chamdi (2003)
menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP (41,67%),
sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik, sehingga
diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.
Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden
Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Buluh Cina Kabupaten Kampar keluarga petani
mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan tanaman pangan. Jenis
perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas lahan yang diusahakan
berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 0,8875 ha, luas rata-rata kebun karet sebesar
0,6 ha, sedangkan luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,1575 ha. Untuk ternak sapi rata – rata
1,5 Satuan Ternak (ST) per kepala keluarga. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, usaha
ternak sapi masih berorientasi pada pola peternakan rakyat yaitu sebagai usaha tambahan untuk
mengisi waktu luang setelah petani selesai melakukan usahatani.
Pendapatan Usahatani Keluarga
Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing-masing
usaha tani yang dilakkan diversifikasi. Hasil dari perkebunan kelapa sawit sebesar Rp. 614.080,-
/ha per kepala keluarga, dari hasil perkebunan karet sebesar Rp. 545.830,- / ha per kepala
keluarga, hasil dari tanaman pangan sebesar Rp. 1.503.170,-/ ha per kepala keluarga. Pendapatan
dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kepemilikan sapi masih
baru. Penerimaan baru diperoleh dari hasil penjualan kotoran sapi dan urin untuk di jadikan
pupuk.
Optimalisasi Pola Usahatani
Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat Buluh
Cina di Kecamatan Siak Hulu merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa sawit,
perkebunan karet, tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan
penggunaan faktor produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan dalam meningkatkan
skala usahatani baik tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan. Alternatif yang dapat
dilakukan keluarga adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman pangan, perkebunan
dan pemeliharaan ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.
Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada
umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.
Disekitar hutan adat di Buluh cina, petani tidak semuanya memiliki perkebunan karet tetapi
semua responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan petani sudah
tinggi karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi di daerah
penelitian kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga sudah
memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga.
Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar
Hutan Adat Buluh cina
Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan
digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai
produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang
digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal. Hasil analisis menunjukkan
bahwa petani yang berada disekitar hutan adat Bulu Cina dengan pola diversifikasi usahatani.
Masih dapat mengoptimalkan tingkat pendapatan keluarga dengan penambahan perkebunan
kelapa sawit, karet, tanaman pangan dan ternak sapi.
Tabel 2. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan
Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Buluh Cina
Variabel
Keputusan
Jenis
Usahatani
Solusi
Optimal Basis
(Unit)
Kondisi
Aktual
(unit)
Selisih
(unit)
X1 Sawit 0.8875 0.6875 0.2
X2 Karet 0.6 0.6 0
X3 Tanaman
Pangan
0.1575 0.1575 0
X4 Sapi 4.6405 1.5 3.14
Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal
basis di sekitar hutan adat Buluh Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas
0.8875, perkebunan karet seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan
ternak sapi optimal adalah sebanyak 4.6405 ST (Satuan Ternak). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp.
1.689.320 per bulan, dengan menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi
sekitar 3.14 Satuan Ternak (ST). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi aktual saat ini di
Kecamatan Siak Hulu sudah mendekati optimal, karena untuk perkebunan karet dan tanaman
pangan sudah mencapai kondisi optimal, dengan melihat sumberdaya yang dimiliki oleh
masyarakat di daerah tersebut.
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal
Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan
tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya
dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola
Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.
Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi
ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang
sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis
terpakai.
Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan
untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.
213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,
singkong, jagung, padi dan lain-lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat Buluh
Cina diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 0.8875, perkebunan karet
seluas 0.6 Ha, dan tanaman pangan seluas 0.1575 ha. Sedangakan ternak sapi optimal adalah
sebanyak 4.6405 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga memberikan konsekuensi pada
hasil pendapatan optimal seorang petani rata-rata sebesar Rp. 1.689.320 per bulan, dengan
menambahkan perkebunan sawit seluas 0.2 ha dan ternak sapi sekitar 3.14 Satuan Ternak
(ST). Untuk perkebunan karet dan tanaman pangan sudah mencapai kondisi optimal
2. Petani di sekitar hutan adat Buluh Cina, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.384.825,-. Sedangkan
untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.
213.374,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp.1.150.767,- yang terdiri dari komoditi kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,
singkong, jagung, padi dan lain-lain.
Saran/Rekomendasi
1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara
demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat,
sebagai wadah sosialisasi kebijakan, uji coba penerapan teknologi dan pelatihan bagi petani
untuk berorganisasi.
2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut
peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model
pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel
mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di
pedesaan sebagai akibat dari pengembangan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di
pedesaan.
3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan
penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem
Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.
Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor
29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.
Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.
Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola
Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.
Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral
Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..
Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.
Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola
Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian
Dosen Univ.Jambi.
------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di
Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.
-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru
-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi
di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.
Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan
Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –
Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.
Lampiran 15.
DRAFT ARTIKEL ILMIAH III
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN ADAT RUMBIO
DI KABUPATEN KAMPAR MELALUI POLA DIVERSIFIKASI PERKEBUANAN,
TANAMAN PANGAN DAN TERNAK
Anto Ariyanto1)
dan Latifah Siswati2)
1)Staf pengajar Faperta dan
2)Staf pengajar Fahutan Univ. Lancang Kuning
ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari pola diversifikasi optimum untuk usahatani
perkebunan karet, perkebunan sawit, tanaman pangan dan ternak kepada petani yang tinggal di
sekitar hutan adat Rumbio di Kecamatan Kampar Propinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga menguntungkan bagi
petani peternak dan untuk mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani
peternak. Metode penelitian adalah survey, Penentuan kondisi optimal faktor-faktor usahatani di
analisis dengan menggunakan metode Programma Linier (PL), dengan menggunakan software
QM versi 2.1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani disekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan
optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman
pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat
Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.
Kata Kunci : Diversifikasi, perkebunan, optimasi
ABSTRACT. This research is for looking for optimum diversified pattern for farming plantation
of rubber, plantation of sawit, livestock and field crop to farmer who live in about custom forest
Rumbio in District Of Kampar Province Riau. intention of this research is to know
diversification pattern farming optimation, causing to the advantage of breeder farmer and know
usage of optimal resource by breeder farmer. Research method is survey, sample is taken in
purposive that is taken in intentionally. Farmer criterion which taken is farmer doing farming
with diversified pattern. Determination of optimal condition of farming factors in analysis by
using method Linier Programming ( LP), by using software QM version of 2.1. Exploiting of
farming resource about custom forest Rumbio obtained by optimal area for plantation of sawit
for the width of 2.029 ha, plantation of rubber for the width of 1.483 ha, field crop for the width
of 0.387 ha and ox livestock counted 5.884 tail. From result which obtained seen that for
usahatani plantation of sawit, plantation of field crop and rubber have been obtained by optimum
condition. While for ox livestock needing addition about 1.701 tail. This calculation also give
consequence at optimal earnings result a farmer around custom forest Rumbio average of equal
to Rp. 7.169.970,per month.
Key word; diversivication, plantation, optimation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Adat Rumbio di Kabupaten Kampar masih
tergolong miskin. Sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah
melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan,
Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi
kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di
Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Kampar, lahan telah banyak dikonversi
menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen
Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi.
Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski
pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga
berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau
diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi
masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung
faktor-faktor produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani yang tujuan
akhirnya adalah memaksimalkan pendapatan petani. Dalam hal ini penelitian difokuskan di
sekitar hutan adat Rumbio di Kabupaten Kampar.
Perumusan Masalah
Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Kampar khususnya
masyarakat hutan adat, dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada
petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi
yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor
produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga
menghasilkan produk yang optimal.
Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar-
pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola
usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;
1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di sekitar hutan adat Rumbio
Kabupaten Kampar, sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.
2. Besarnya pendapatan petani ternak pada pola diversifikasi .
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan pola diversifikasi
usahatani optimal perkebunan, tanaman pangan serta ternak dengan melihat faktor-faktor
produksi seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja dan modal usahatani. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal, sehingga
menguntungkan bagi petani peternak dan 2) Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal
oleh petani peternak.
METODE PENELITIAN
Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini
adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usaha tani berupa perkebunan
kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Pengambilan desa sampel dilakukan secara
purposive sampling yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu desa yang terdapat usaha
tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi. Dari desa yang terpilih
diambil sampel keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan
usaha tani perkebunan kelapa sawit, tanaman pangan dan peternakan sapi.
Analisis data untuk optimasi digunakan metode linear programming (LP). Dimana
metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif yaitu: fungsi tujuan,
aktivitas/proses mencapai tujuan sumber daya terbatas. Fungsi tujuan merupakan fungsi yang
menggambarkan tujuan yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk
memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.
Untuk memperoleh solusi rancangan linier optimasi penggunaan faktor-faktor produksi
dirumuskan secara matematik sebagai berikut :
Fungsi Tujuan : Maksimum Z = C1X1 + C2X2+ C3X3
Fungsi Kendala :
1. Kendala Lahan
- Lahan perkebunan a11X1 ≤ b11
- Lahan pangan a12X2 ≤ b12
2. Kendala Modal a21X1 + a22X2 + a23X3 ≤ b13
3. Kendala Tenaga Kerja a31X1 +a32X2 + a33 X3 ≤ b14
Syarat X1, X2, dan X3 > 0
Keterangan :
Z = fungsi tujuan (pola usahatani terpadu tanaman dan ternak sapi yang dapat memaksimalkan
pendapatan keluarga)
Cm= parameter kriteria optimasi atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi
tujuan.
Xm,n= kegiatan atau aktifitas masing-masing cabang usahatani.
a = koefisien aktifitas dalam kendala ke-i pada kegiatan ke – j.
bm,n = kendala lahan, modal dan tenaga kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Petani Responden
Sebagian besar petani berumur 30 – 50, dan umur 41 -50 tahun merupakan jumlah
terbesar (53,3%). Jadi petani di sekitar hutan adat Rumbio relatif produktif . Chamdi (2003)
menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
Diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani ternak sapi adalah SLTP (41,67%),
sedangkan tingkat SLTA (33,33 %). Dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup baik, sehingga
diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan.
Skala Usahatani dan Ternak Petani Responden
Di lokasi penelitian di sekitar hutan adat Rumbio di Kabupaten Kampar keluarga petani
mengusahakan dua jenis usahatani yaitu usahatani perkebunan dan tanaman pangan. Jenis
perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet.Luas lahan yang diusahakan
berbeda – beda. Luas rata-rata kebun kelapa sawit 2,6 ha per kepala keluarga, , luas rata-rata
kebun karet 1,925 ha per kepala keluarga, luas rata-rata tanaman pangan hanya 0,5025 ha, dan
ternak sapi rata – rata 5,525 Satuan Ternak (ST).
Pendapatan Usahatani Keluarga
Rata – rata Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada masing– masing
Usahatani di sekitar hutan adat Rumbio, diketahui bahwa dari hasil perkebunan kelapa sawit
sebesar Rp. 1.498.770,-/ha per kepala keluarga, dari hasil perkebunan karet sebesar Rp.
789.610,-/ha per kepala keluarga, hasil dari tanaman pangan sebesar Rp. 1.095.48,-/ha per kepala
keluarga. Pendapatan dari ternak sapi, relative masih lebih rendah, hal ini disebabkan oleh
kepemilikan sapi masih baru.
Optimalisasi Pola Usahatani
Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat Rumbio
di Kabupaten Kampar merupakan pola diversifikasi perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet,
tanaman pangan, dan ternak sapi. Keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan penggunaan faktor
produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan dalam meningkatkan skala usahatani baik
tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan. Alternatif yang dapat dilakukan keluarga
adalah dengan mengoptimalkan skala usaha tanaman pangan, perkebunan dan pemeliharaan
ternak sapi, dengan sumberdaya terbatas.
Pada umumnya petani menanam tanaman pangan di pekarangan rumah petani yang pada
umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas yang kurang dari 0,5 Ha per kepala keluarga.
Disekitar hutan adat Rumbio, petani tidak semuanya memiliki perkebunan karet tetapi semua
responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit, saat ini pendapatan petani sudah tinggi
karena harga kelapa sawit dan karet sudah merangkak naik. Peternakan sapi di daerah penelitian
kepemilikan rata-rata hanya 1 sampai 4 ekor per peternak. Hal ini juga sudah memberikan
kontribusi terhadap pendapatan keluarga.
Model optimasi aktivitas pola usahatani dengan sistem diversifikasi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Model Optimasi Pola Diversifikasi Usahatani Petani di Sekitar
Hutan Adat Rumbio
Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan
digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai
produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang
digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal.
Tabel 2. Pola Usahatani Aktual dan Solusi Optimal Basis Pengelolaan
Diversifikasi Usahatani di Sekitar Hutan Adat Rumbio
Variabel
Keputusan
Jenis
Usahatani
Solusi
Optimal Basis
(Unit)
Kondisi
Aktual
(unit)
Selisih
(unit)
X1 Sawit 2.029 2.029 0
X2 Karet 1.483 1.483 0
X3 Tanaman
Pangan
0.387 0.387 0
X4 Sapi 5.884 4.183 1.701
Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal
basis di sekitar hutan adat Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029
ha, perkebunan karet seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak
5.884 Satuan Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan
sawit, perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk
ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat
Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan. Kondisi aktual saat ini sudah mendekati
kondisi optimal.
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pola Usahatani Optimal
Faktor-faktor produksi seperti lahan, baik tanaman pangan maupun perkebunan dan
tenaga kerja keluarga merupakan sumberdaya yang pada skala optimal akan habis seluruhnya
dicapai. Sedangkan faktor produksi seperti modal untuk pembiayaan dan tenaga kerja Pola
Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Hutan adat di Kecamatan.
Untuk mencapai skala usahatani yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi
ini, apabila dalam satu tahun tersebut keluarga menyediakan 30 persen dari pendapatan yang
sekarang untuk modal usahataninya, maka jumlah tersebut sebagai modal tidak akan habis
terpakai.
Untuk petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-. Sedangkan
untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp.
640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayor,
singkong, jagung dan lain-lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Pemanfaatan sumberdaya usahatani menurut solusi optimal basis di sekitar hutan adat
Rumbio diperoleh luasan optimal untuk perkebunan sawit seluas 2.029 ha, perkebunan karet
seluas 1.483 ha, tanaman pangan seluas 0.387 ha dan ternak sapi sebanyak 5.884 Satuan
Ternak (ST). Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa untuk usahatani perkebunan sawit,
perkebunan karet dan tanaman pangan telah diperoleh kondisi optimum. Sedangkan untuk
ternak sapi perlu penambahan sekitar 1.701 Satuan Ternak (ST). Perhitungan ini juga
memberikan konsekuensi pada hasil pendapatan optimal seorang petani di sekitar hutan adat
Rumbio rata-rata sebesar Rp. 7.169.970,- per bulan.
2. Petani di sekitar hutan adat Rumbio, menunjukkan bahwa untuk satu hektar lahan
perkebunan sawit, akan memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.345.864,-.
Sedangkan untuk satu hektar perkebunan karet akan memberikan tambahan keuntungan
sebesar Rp. 640.383,- dan untuk satu hektar tanaman pangan akan memberikan tambahan
keuntungan sebesar Rp. 762.479,- yang terdiri dari komoditi padi, kacang kedelai, kacang
hijau, sayur mayor, singkong, jagung dan lain-lain.
Saran/Rekomendasi
1. Perlu dilakukan uji coba pengembangan usahatani dengan pola diversifikasi dengan cara
demonstration area untuk masing-masing satuan lahan atau kecamatan disekitar hutan adat.
2. Mengingat kompleksitas permasalahan ekonomi masyarakat pedesaan, terutama menyangkut
peningkatan kesejahteraan petani, perlu pengembangan penelitian lanjutan tentang model
pengembangan pertanian yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan variabel
mobilitas penduduk, alih fungsi lahan, tekanan penduduk, dan daya dukung lahan di
pedesaan.
3. Khususnya untuk menjamin kepastian lahan usaha pertanian tanaman pangan perlu dilakukan
penyusunan kebijakan tentang keberadaan hutan adat dan lahan abadi tanaman pangan
Kabupaten Kampar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem
Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.
Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor
29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.
Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.
Edwina, S,Cepriadi dan Zainina.2006. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler pola
Kemitraan di Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 3: 1-9.
Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral
Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..
Liwang , T. 2003. Palm Oil mill effluent Managemen. Burotrop Bull., 19 ; 38.
Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola
Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian
Dosen Univ.Jambi.
------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di
Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.
-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru
-----------. Enny Insusanty. 2009. Pola Diversivikasi Perkebunan , Tanaman Pangan, Ternak Sapi
di Sekitar Hutan Kab.Indragiri Hulu.Proceding International Confrence UIN SUSKA Riau.
Soekartawi. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Bidang Pertanian.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan
Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –
Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.