PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN...

11
1 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Industrialisasi, dan Pengembangan Sektor Pertanian sebagai Blue Print Visi Indonesia 2030 *) Krisis multidimensi yang saat ini dialami Indonesia, telah menjadi keprihatinan seluruh elemen bangsa. Lebih dari sewindu pasca reformasi, masyarakat belum pernah merasakan perubahan yang diharapkannya dulu. Bahkan, dikalangan masyarakat mulai berkembang pendapat-pendapat bernada minor mengenai masa depan Indonesia. 1 Parahnya lagi, tren Indonesia sebagai negara berkembang memang sampai sekarang belum menunjukan peningkatan yang berarti. Masih ada banyak hal yang harus diperbaiki. Meskipun di sisi lain, negara-negara yang mampu memanfaatkan peluang dan melompat jauh ke depan juga semakin banyak. Itu tidak lagi terbatas pada negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, atau Inggris, tetapi juga negara-negara bekembang seperti India dan Brasil. Jika menengok China 10 tahun yang lalu, kita bisa melihat perbedaan yang sangat tajam dibandingkan dengan kondisi sekarang. Dapat dikatakan, China saat ini telah menjadi salah satu negara super power. Arus global yang melanda negeri tirai bambu, secara bersamaan diiringi dengan membanjirnya produk mereka di pasar dunia. Harga yang lebih murah, membuat produk mereka banyak diminati oleh masyarakat internasional, bahkan oleh negara-negara yang memperkenalkan globalisasi itu sendiri. Apa yang diperoleh China sekarang, tentu tidak terlepas dari visi atau perencanaan yang sangat matang. Tanpa hal tersebut, mustahil suatu negara berkembang dapat menjadi negara maju sedemikian cepat seperti China. Kenapa visi menjadi penting? Di Guatemala, pertemuan secara intens yang dilakukan 45 warga negeri itu dengan melibatkan berbagai individu dari berbagai latar belakang, mampu menghasilkan apa yang disebut Vision Guatemala. Memang, perjalanan *) Esai Political Writing Competition (Potret), dengan tema: “Indonesia 2030: Blue Print Mahasiswa untuk Indonesia”. 1 Baca Paulus Mujiran, Kerikil-kerikil di Masa Transisi , Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 362.

description

Bagi Indonesia, visi juga sangat dibutuhkan agar potensi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki tidak sia-sia. Pada awal tahun 2007, Yayasan Indonesia Forum menyampaikan Visi Indonesia 2030 pada Presiden di Wisma Negara. Setidaknya ada empat target pencapaian utama dari Visi Indonesia 2030 tersebut, sebagai negara maju yang unggul dalam pengelolaan kekayaan alam. Pertama, masuknya Indonesia dalam 5 besar kekuatan ekonomi dunia. Kedua, terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan. Ketiga, terwujudnya kualitas hidup modern yang merata (shared growth). Keempat, masuknya paling sedikit 30 perusahaan Indonesia dalam daftar fortune 500 company. Sebagai langkah-langkah mewujudkan Visi Indonesia 2030, dalam esai ini akan disampaikan tiga pilar pokok yang menjadi blue print tercapainya visi tersebut. Secara runtut, yang pertama adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), selanjutnya Industrialisasi, dan yang terakhir yaitu pengembangan sektor pertanian. Dengan adanya ketiga pilar pokok itu diharapkan, penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan, serta implementasi yang akan dilaksanakan dapat menjadi semakin spesifik. Di samping itu, berkat kerangka kerja yang terperinci juga diharapkan, landasan berpijak untuk mewujudkan visi tersebut akan semakin kuat dan tangguh.

Transcript of PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN...

Page 1: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

1

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Industrialisasi, dan

Pengembangan Sektor Pertanian sebagai

Blue Print Visi Indonesia 2030*)

Krisis multidimensi yang saat ini dialami Indonesia, telah menjadi keprihatinan

seluruh elemen bangsa. Lebih dari sewindu pasca reformasi, masyarakat belum pernah

merasakan perubahan yang diharapkannya dulu. Bahkan, dikalangan masyarakat mulai

berkembang pendapat-pendapat bernada minor mengenai masa depan Indonesia.1 Parahnya

lagi, tren Indonesia sebagai negara berkembang memang sampai sekarang belum

menunjukan peningkatan yang berarti. Masih ada banyak hal yang harus diperbaiki.

Meskipun di sisi lain, negara-negara yang mampu memanfaatkan peluang dan melompat

jauh ke depan juga semakin banyak. Itu tidak lagi terbatas pada negara-negara maju, seperti

Amerika Serikat, Jepang, Jerman, atau Inggris, tetapi juga negara-negara bekembang

seperti India dan Brasil.

Jika menengok China 10 tahun yang lalu, kita bisa melihat perbedaan yang sangat

tajam dibandingkan dengan kondisi sekarang. Dapat dikatakan, China saat ini telah menjadi

salah satu negara super power. Arus global yang melanda negeri tirai bambu, secara

bersamaan diiringi dengan membanjirnya produk mereka di pasar dunia. Harga yang lebih

murah, membuat produk mereka banyak diminati oleh masyarakat internasional, bahkan

oleh negara-negara yang memperkenalkan globalisasi itu sendiri. Apa yang diperoleh China

sekarang, tentu tidak terlepas dari visi atau perencanaan yang sangat matang. Tanpa hal

tersebut, mustahil suatu negara berkembang dapat menjadi negara maju sedemikian cepat

seperti China.

Kenapa visi menjadi penting? Di Guatemala, pertemuan secara intens yang

dilakukan 45 warga negeri itu dengan melibatkan berbagai individu dari berbagai latar

belakang, mampu menghasilkan apa yang disebut Vision Guatemala. Memang, perjalanan

*) Esai Political Writing Competition (Potret), dengan tema: “Indonesia 2030: Blue Print Mahasiswa untuk Indonesia”. 1 Baca Paulus Mujiran, Kerikil-kerikil di Masa Transisi, Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 362.

Page 2: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

2

Guatemala untuk mensejajarkan diri menjadi negara maju masih membutuhkan waktu.

Namun, melalui visi tersebut, mereka telah memiliki arah yang jelas, dari mulai awal

melangkah, berjalan, hingga kapan harus berhenti untuk melakukan perencanaan visi

kembali. Secara sederhana dapat dikatakan, negara dengan visi yang matang akan semakin

cepat meningkatkan progressnya menuju ke arah yang lebih baik.

Bagi Indonesia, visi juga sangat dibutuhkan agar potensi kekayaan Sumber Daya

Alam (SDA) yang dimiliki tidak sia-sia. Pada awal tahun 2007, Yayasan Indonesia Forum

menyampaikan Visi Indonesia 2030 pada Presiden di Wisma Negara. Setidaknya ada empat

target pencapaian utama dari Visi Indonesia 2030 tersebut, sebagai negara maju yang

unggul dalam pengelolaan kekayaan alam. Pertama, masuknya Indonesia dalam 5 besar

kekuatan ekonomi dunia. Kedua, terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang

berkelanjutan. Ketiga, terwujudnya kualitas hidup modern yang merata (shared growth).

Keempat, masuknya paling sedikit 30 perusahaan Indonesia dalam daftar fortune 500

company.2

Sebagai langkah-langkah mewujudkan Visi Indonesia 2030, dalam esai ini akan

disampaikan tiga pilar pokok yang menjadi blue print tercapainya visi tersebut. Secara

runtut, yang pertama adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),

selanjutnya Industrialisasi, dan yang terakhir yaitu pengembangan sektor pertanian. Dengan

adanya ketiga pilar pokok itu diharapkan, penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan

strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan, serta implementasi yang akan

dilaksanakan dapat menjadi semakin spesifik. Di samping itu, berkat kerangka kerja yang

terperinci juga diharapkan, landasan berpijak untuk mewujudkan visi tersebut akan semakin

kuat dan tangguh.

PILAR POKOK PERTAMA

Penulis, sengaja menetapkan peningkatan SDM sebagai pilar pokok pertama blue

print Visi Indonesia 2030 karena melihat berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah dari

segi pentingnya kualitas SDM untuk mendukung kedua pilar pokok yang lain. Tanpa SDM

yang mumpuni, industrialisasi maupun pengembangan sektor pertanian tidak akan dapat

2 Lihat dalam Kerangka Visi Indonesia 2030, Yayasan Indonesia Forum, 2007.

Page 3: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

3

tercapai. Terlebih lagi, posisi SDM di sini merupakan subjek vital yang menentukan

mampu tidaknya Visi Indonesia 2030 diwujudkan. Analogi sederhananya, tentu kita semua

tahu Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan SDA, tetapi ketika SDM

Indonesia tidak dapat mengolahnya secara baik, hal itu juga menjadi percuma.

Berpotensi Saja Tidak Cukup

Indonesia tidak kekurangan manusia berbakat. Dalam praktiknya, banyak putra-

putri Indonesia yang berhasil menjuarai berbagai ajang Olimpiade Internasional di bidang

ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, dalam rekayasa industri maupun teknologi, putra-putri

Indonesia juga telah mampu menunjukkan kecakapannya. Contoh yang paling hangat dari

rekayasa industri tersebut adalah Mobil Esemka. Sebagai mobil yang dibuat oleh anak-anak

SMK, boleh dibilang kualitas Esemka tidak kalah dari mobil-mobil produsen pabrikan

ternama. Contoh lain yaitu munculnya berbagai macam produk-produk elektronik nasional

yang bisa bersaing dengan produk-produk elektronik dari luar negeri.

Namun, yang masih menjadi permasalahan sekarang terletak pada ketidaksetaraan

kualitas SDM Indonesia. Terkait hal tersebut, ada dua faktor yang mempengaruhi yakni

pemenuhan akses pendidikan dan kesehatan yang layak. Untuk yang pertama, pemenuhan

akses pendidikan yang layak hingga saat ini memang masih belum merata. Ada

kesenjangan aksesibilitas pendidikan yang begitu besar antara daerah perkotaan dengan

pedesaan. Meskipun, dalam UUD 1945 telah jelas disebutkan, “setiap orang berhak

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi.”3

Jadi semestinya, tidak dibenarkan adanya perlakuan diskriminatif terhadap orang-orang

tertentu, termasuk masyarakat pedesaan.

Kedua, kenapa kesehatan juga dikatakan mempengaruhi kualitas SDM? Jelas

berpengaruh, tidak mungkin suatu negara dengan kondisi SDM yang sakit-sakitan (tidak

sehat) bisa dianggap sebagai negara maju. Maupun dikatakan sebagai negara dengan

kualitas SDM yang tinggi. Itu sebabnya, kenapa kesehatan dikatakan mempunyai pengaruh

yang sangat erat terhadap kualitas SDM. Namun, hampir sama seperti masalah yang

dihadapi oleh dunia pendidikan, pelayanan kesehatan juga sering kali masih terbatas hanya

diberikan pada orang-orang yang mampu (berduit). Padahal, dalam UUD 1945 sudah jelas

3 Lebih lanjut, lihat pasal 28-c ayat (1) dan 31 ayat (1), UUD 1945.

Page 4: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

4

disebutkan, “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

layak.”4

Peningkatan “Kualitas”, bukan “Kuantitas”

Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 285 juta jiwa pada tahun 2030.

Jumlah penduduk yang besar ini, merupakan sumber tenaga kerja yang potensial jika

diimbangi oleh kualitas SDM yang unggul. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang

terus menurun, dari 1,3 persen di dekade 2000-2010, menjadi 1,1 persen di dekade 2010-

2020 memunculkan pertanyaan, “apa menyebabkan hal itu terjadi?”. Penurunan laju

pertumbuhan penduduk Indonesia sangat erat kaitannya dengan gencarnya pemerintah

dalam mensosialisasikan program-program penekanan laju pertumbuhan penduduk,

misalnya program Keluarga Berencana (KB). Di lain pihak, anggaran untuk bidang

pendidikan semakin ditingkatkan pemerintah hingga mencapai 20 persen dari APBN.

Dari penjelasan di atas, sebenarnya kita mampu menangkap bahwa yang menjadi

fokus pemerintah sekarang adalah peningkatan kualitas SDM, bukan kuantitas. Jumlah

penduduk Indonesia yang telah sedemikian besar, merupakan modal berharga jika salah

satu Visi Indonesia 2030, yaitu menciptakan kualitas hidup yang modern dan merata dapat

terwujud. Tetapi realitasnya, masih ada banyak hal yang perlu Indonesia lakukan dan

perbaiki. Peningkatan kualitas SDM Indonesia menjadi SDM yang unggul setidaknya

membutuhkan dua strategi. Kedua strategi tersebut nantinya saling interaktif satu sama lain,

sehingga tidak dapat dipisahkan.

Pertama, menciptakan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas. Hal itu

dimanifestasikan dengan pemerataan pendidikan, perluasan akses ke perguruan tinggi, dan

penyediaan infrastruktur pendidikan yang layak. Selanjutnya, peningkatan kompetensi

pendidik dan pemberian beasiswa tetap bagi anak-anak yang kurang mampu juga harus

selalu diperhatikan. Kualitas SDM yang secara merata telah dimiliki, baik dalam ilmu

pengetahuan maupun keterampilan, akan mendukung transformasi Indonesia sebagai

negara maju. Namun perlu ditekankan, semua hal itu harus dilaksanakan secara

berkelanjutan dan konsisten. Karena perencanaan yang matang tanpa palaksanaan yang

berkelanjutan dan konsisten akan menjadi percuma.

4 Lebih lanjut, lihat pasal 34 ayat (3), UUD 1945.

Page 5: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

5

Kedua, perbaikan status kesehatan untuk terwujudnya SDM Indonesia yang

produktif. Hal itu dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan mendasar yang

merata terhadap seluruh masyarakat Indonesia. Pelayanan kesehatan mendasar tersebut

meliputi peningkatan gizi, pencegahan wabah penyakit, penanganan terhadap penyakit, dan

penyediaan obat-obatan yang berkualitas dan memadai. Di sisi lain, kampanye pola hidup

sehat juga harus selalu diinformasikan kepada masyarakat luas agar mereka dapat terhindar

dari segala macam penyakit. Selanjutnya perbaikan-perbaikan lain yang masih harus

ditingkatkan adalah kualitas pelayanan kesehatan, sarana-prasana, dan biaya kesehatan

yang murah namun berkualitas.

PILAR POKOK KEDUA

Sebagai negara dengan sumber kekayaan alam yang melimpah, tentu tidak sulit bagi

Indonesia untuk menjadi sebuah negara industri. Namun, ada banyak tantangan yang harus

dihadapi Indonesia untuk mewujudkannya. Industrialisasi adalah suatu keniscayaan bagi

Indonesia jika ingin terpelas dari jerat hutang luar negeri. Selama ini, ada berbagai macam

industri di wilayah Indonesia. Tetapi, sebagian besar industri tersebut merupakan milik

negara asing. Indonesia belum mampu merebut kontrol lokal. Apalagi, kita juga masih

dihadapkan pada masalah ketidakmampuan SDM Indonesia dalam mengolah SDA secara

mandiri. Hal itu juga yang menjadi relevansi, antara SDM sebagai pilar pokok pertama

dengan Industrialisasi sebagai pilar pokok kedua.

Industri Nasional Masih Jalan di Tempat

Eksistensi Indonesia sebagai negara industri memang belum diakui dunia

internasional. Hal itu disebabkan, industri-industri yang ada di Indonesia sangat lambat dari

segi perkembangannya. Lebih lanjut, sebagian besar industri di Indonesia masih didominasi

oleh pihak luar atau asing. Namun ketika ada keinginan dan visi yang jelas, sebenarnya

hanya tinggal menunggu waktu saja Indonesia bisa mendapatkan predikat tersebut.

Indonesia sangat berpotensi untuk mendapatkannya karena ditunjang oleh kekayaan SDA

yang begitu melimpah. Lantas, kenapa industri nasional masih saja dikatakan jalan di

tempat? Apa yang menyebabkan hal itu?

Page 6: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

6

Secara umum, industri di Indonesia masih terbatas pada industri dengan tingkat

teknologi yang tidak kompleks seperti industri pakaian jadi, kulit, sepatu, kayu, dan industri

makanan yang semuanya tanpa kedalaman industri.5 Gambaran dari industri tersebut juga

tidak jauh-jauh dari seputar buruh murah, tenaga kerja berketerampilan rendah, dan industri

yang bersifat padat karya. Hal itu menyebabkan, nilai pemasukan yang diperoleh Indonesia

jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara yang memiliki industri teknologi tinggi,

misalnya Amerika Serikat, Jepang, bahkan China. Meskipun tidak dipungkiri, industri

dengan teknologi tidak kompleks tersebut juga memberikan sumbangan yang besar

terhadap pamasukan negara. Namun dari segi keuntungan dan prospek ke depan, industri

teknologi tinggi memang lebih menjanjikan.

Pengembangan industri Indonesia menjadi industri teknologi tinggi memang masih

membutuhkan waktu yang relatif lama. Tetapi, jika melihat keberhasilan China dan India

dalam mengembangakan industri teknologi tinggi, sebenarnya Indonesia juga mampu untuk

melakukannya. Dukungan dari pemerintah untuk mencapai hal itu mutlak diperlukan,

mengingat peran pemerintah di sini adalah sebagai pembuat kebijakan (policy maker).

Regulasi-regulasi yang menghambat industrialisasi nasional harus segera direvisi (dengan

tidak melupakan kontrol), khususnya terkait dengan industri teknologi tinggi. Industri di

Indonesia tidak boleh terus-menurus jalan di tempat, hanya terbatas pada teknologi yang

tidak kompleks. Kita perlu melakukan pengembangan-pengembangan agar tidak menjadi

negara yang terbelakang.

Urgensi dari Kemandirian dan Inovasi

Ketergantungan Indonesia terhadap pihak asing masih sangat besar, khususnya

terkait dalam bidang industri. Sebenarnya, yang dimaksud mandiri (kemandirian) di sini

bukan berarti Indonesia harus bersifat eksklusif terhadap investor asing. Mandiri di sini

adalah menjadi negara yang mampu mengolah berbagai kekayaan alamnya sendiri dengan

menghindari campur tangan asing semaksimal mungkin. Investor asing sebenarnya boleh-

boleh saja masuk ke Indonesia untuk menanamkan modal, tetapi proporsinya perlu diatur.

Tentu kita telah sering mendengar ucapan, “menjadi budak di negeri sendiri”. Apa yang

5 Baca Membongkar Budaya (Visi Indonesia 2030 dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia), Buku Kompas,

2007, hlm. 31.

Page 7: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

7

sekarang dialami Indonesia, kurang lebih seperti demikian meskipun kita semua juga tidak

menginginkannya.

Kemandirian menjadi sesuatu yang urgen dalam hal ini. „Penjajahan‟ investor asing

terhadap SDA yang kita miliki perlu mendapatkan perhatian yang serius. Pajak maupun

keuntungan lain yang diperoleh Indonesia sebagai daerah investor tidak ada apa-apanya

jika dibandingkan dengan pendapatan investor asing itu sendiri. Andaikan Indonesia dapat

mengolah dan memanfaatkan SDA secara mandiri, tentu mewujudkan salah satu Visi

Indonesia 2030 dengan menjadi 5 besar dalam kekuatan ekonomi dunia tidak akan menjadi

hal yang sulit. Begitu pula pelunasan hutang luar negeri Indonesia yang bisa semakin cepat

terealisasikan.

Selanjutnya, jika berbicara tentang inovasi, kita perlu melihat apa yang telah

dilakukan oleh China. Sebagai negara super power, China sangat agresif mendorong

berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D). Hal itu sejalan dengan ambisinya

menjadi The Fastest Growing Innovation Centre of the World, dengan tahapan, strategi,

dan implementasi yang sangat jelas untuk sampai ke sana.6 Hasilnya? bisa dikatakan, saat

ini China adalah salah satu negara yang paling pesat pertumbuhan ekonominya. Hal itu

dapat dilihat dari volume ekspor China yang hampir selalu naik setiap tahunnya. Volume

ekspor yang hampir selalu naik tersebut, memberikan income yang tidak sedikit terhadap

perekonomian negara.

Meningkatnya ranking berbagai TNCs (Perusahaan Transnasional) China dalam

daftar TNCs terbesar di dunia juga tidak menjadi hal yang mengherankan. Karena

belakangan ini, seperti kita ketahui bersama, China banyak menghasilkan produk-produk

dengan inovasi tinggi. Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan berbagai barang elektronik

yang berasal dari China, mulai dari handphone, televisi, sampai laptop. Meskipun secara

fisik barang-barang buatan China tersebut mirip dengan buatan negara-negara maju

lainnya, namun dari segi harga barang-barang dari China jauh lebih murah. China

memberikan warna yang berbeda terhadap pasar industri dunia. Tidak ada kata lain, semua

itu berkat inovasi.

6 Ibid, hlm. 9.

Page 8: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

8

Jika Indonesia mau belajar dari China, tentu sangat mungkin Indonesia mampu

mewujudkan salah satu Visi 2030, yaitu masuknya paling sedikit 30 perusahaan Indonesia

dalam daftar fortune 500 company. Industrialisasi, sebagai blue print Visi Indonesia 2030

hanya bisa diwujudkan dengan kerjasama dari berbagai pihak. Bagi Indonesia sendiri,

industrialisasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada industri teknologi tinggi maupun tidak

kompleks, tetapi juga industri kreatif yang bisa dikembangan melalui inovasi. Industri

kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat

individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan

pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.7

PILAR POKOK KETIGA

Siapa yang meragukan Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia.

Dengan luasan 40.000 kilometer area keliling khatulistiwa berada di Indonesia, negeri ini

mempunyai lahan pertanian paling luas jika dibandingkan negara-negara lain. Pertanian

Indonesia pernah mengalami masa-masa keemasan, yaitu pada tahun awal tahun 1980-an.

Pada saat itu, pembangunan sektor pertanian memang sangat gencar-gencarnya.8 Bahkan

pada tahun 1984, swasembada beras dapat dicapai. Namun sekarang, hal itu telah jauh

berubah. Tidak ada lagi swasembada beras. Ironisnya, sebagai negeri penghasil beras kita

justru mengimpor beras dari luar.

Diperlukan adanya suatu terobosan-terobosan dari pemerintah maupun pelaku

pertanian sendiri dalam upaya pengembangan sektor pertanian. Pada akhirnya, hal itu juga

yang sekaligus akan mewujudkan salah satu Visi Indonesia 2030, yaitu terwujudnya

pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan. Sektor pertanian memang perlu

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, tidak hanya sektor industri. Secara alamiah,

Indonesia memiliki modal lebih dari cukup untuk mengembangakan sektor pertanian.

Selanjutnya, tinggal bagaimana usaha kita dalam memanfaatkan modal tersebut supaya bisa

memberikan hasil yang maksimal.

7 Lihat Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008.

8 Ibid, hlm. 269.

Page 9: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

9

Lahan Pertanian Kita ke Mana?

Pembangunan tanpa kejelasan kontrol juga dapat menjadi bumerang bagi diri kita

sendiri. Itu terbukti dari banyaknya lahan pertanian yang sekarang beralih fungsi menjadi

bangunan-bangunan baru, baik itu perumahan, pabrik, pertokoan, dan lain sebagainya.

Pulau Jawa sudah tidak bisa lagi dijadikan tumpuan untuk sektor pertanian karena lahan

yang semakin sempit. Nasib yang hampir sama juga dialami oleh pulau-pulau lain di

Indonesia, namun dengan kadar yang lebih kecil. Pemerintah harus segara turun tangan

menghadapi permasalahan tersebut, yakni melalui kontrol berkesinambungan terhadap

pembangunan yang ada. Jangan sampai muncul suara-suara sumbang dari petani Indonesia

yang menanyakan, “lahan pertanian kita ke mana?”.

Pemerintah Jangan Berpaling

Ada beberapa pertimbangan yang membuat pemerintah lebih suka membeli

(mengimpor) produk pertanian luar negeri (utamanya beras). Namun, yang menjadi

pertimbangan utama pemerintah adalah harga produk pertanian luar negeri relatif lebih

murah ketimbang produk pertanian lokal. Meskipun secara tidak sadar, pemerintah telah

merampas sebagian besar pasar petani lokal untuk menjual hasil panennya. Sebenarnya,

pemerintah memang dituntut untuk tidak boleh berpaling (melakukan impor produk

pertanian) meninggalkan rakyatnya. Biar bagaimanapun, para petani Indonesia akan banyak

merugi jika kebijakan pemerintah tersebut terus-menerus dilestarikan.

Di sisi lain, petani-petani Indonesia juga harus mampu meningkatkan kualitas hasil

pertanian mereka. Dengan begitu, produk-produk pertanian impor tidak akan bisa secara

berlebihan membanjiri pasar lokal. Selain itu, sebagai upaya lain, para petani Indonesia

juga perlu melakukan penekanan harga supaya pemerintah lebih tertarik membeli produk

pertanian lokal ketimbang luar negeri. Hal tersebut, salah satunya bisa dilakukan melalui

perbaikan terhadap infrastruktur pendistribusian hasil pertanian, misalnya jalan-jalan desa.

Maupun melalui perbaikan lain, seperti fasilitas irigasi dan teknologi dalam pengolahan

hasil pertanian. Jika langkah-langkah yang tempuh dapat berjalan baik, masa keemasan

sektor pertanian Indonesia tidak lama lagi pasti akan segera kembali.

Page 10: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

10

Wajah Baru Dunia Penyuluhan

Arus perkembangan Teknologi Informasi yang semakin cepat, membuat batas-batas

wilayah menjadi sumir. Artinya, seseorang di manapun bisa berkomunikasi dengan orang

lain secara cepat tanpa harus terbentur jarak yang memisahkan. Melalui hal itu, sebenarnya

pemerintah dapat memanfaatkannya menjadi sebuah inovasi baru dalam penyuluhan

terhadap komunitas-komunitas petani. Sekarang, pemerintah tidak harus memberikan

penyuluhan dengan bertatap muka secara langsung bersama para petani. Pemerintah bisa

memberikan penyuluhan melalui cara online. Meskipun, penyuluhan secara konvensional

juga masih perlu dilakukan, sebagai wujud kedekatan pemerintah terhadap rakyatnya.

Setidaknya dengan inovasi tersebut, informasi-informasi penting dan aktual terkait

dunia pertanian bisa lebih cepat tersentuh oleh para petani. Lebih lanjut, berkat

kecanggihan Teknologi Informasi, persebaran informasi yang sedemikian cepat juga dapat

diimbangi oleh pemerataan informasi pada seluruh daerah di nusantara. Hanya saja, yang

masih menjadi kendala sekarang adalah akses komunitas-komunitas petani, terutama yang

tinggal di pedesaan, sebagian besar masih belum bisa menjangkau perkembangan

Teknologi Informasi tersebut. Itulah mengapa, penyuluhan konvensional oleh pemerintah

masih perlu diberikan. Di samping, sudah menjadi suatu kewajiban bagi pemerintah untuk

selalu dekat terhadap seluruh rakyatnya.

SIMPULAN

Visi, tanpa implementasi adalah nol besar. Ketiga pilar yang ada dalam esai ini

merupakan blue print dari Visi Indonesia 2030 yang harus diimplementasikan. Kita tidak

boleh hanya menggantungkan diri pada pemerintah, sebagai Warga Negara yang baik kita

juga perlu bersikap aktif untuk kemajuan bangsa kita sendiri. Substansi dari ketiga pilar

tersebut sebenarnya satu hal, yaitu konsistensi. Tanpa menjunjung tinggi konsistensi, bisa

saja semua itu hanya bersifat semu. Berapi-api di awal, tetapi loyo di tengah jalan. Jika hal

tersebut terjadi, bukan tidak mungkin krisis multidimensi yang sekarang melanda Indonesia

akan semakin bertambah parah. Meskipun demikian, dengan dukungan dari seluruh elemen

bangsa, penulis tetepa yakin Indonesia mampu melewati masa-masa krisis tersebut.

Semoga.

Page 11: PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), INDUSTRIALISASI, DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI BLUE PRINT VISI INDONESIA 2030

11

REFERENSI

_________. 2007. Kerangka Visi Indonesia 2030. Jakarta: Yayasan Indonesia Forum.

_________. 2007. Membongkat Budaya (Visi dan Tantangan Indonesia Menuju Raksasa

Dunia). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

_________. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Jakarta: Departemen

Perdagangan Republik Indonesia.

Mujiran, Paaulus. 2003. Kerikil-kerikil di Masa Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.