PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IX MELALUI …
Transcript of PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IX MELALUI …
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IXA MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BENTUK
SMP NEGERI 1 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana PendidikanPada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
A. MAPPIJANCI
K 10541067113
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
JANUARI 2016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : A. MAPPIJANCI
NIM : K10541067113
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah diperiksa dan diteliti secara seksama, maka skripsi ini sudah layak
memenuhi persyaratan untuk diajukan dalam ujian skripsi.
Makassar, Januari 2016
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn Muh. Faisal, S. Pd., M.Pd.
NBM: 431 879 NIDN: 0927027904
Diketahui :
Dekan FKIP Ketua Prodi
UNISMUH Makassar Pendidikan Seni Rupa
Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn.
NBM. 858 610 NBM. 431 879
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iv
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : A. MAPPIJANCI
Stambuk : K10541067113
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui
Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Dalam Pembelajaran
Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone
Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi
ini. Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2,
dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebanarnya dan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2016
Yang Membuat Perjanjian
A. MAPPIJANCI NIM : K10541067113
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : A. MAPPIJANCI
Stambuk : K10541067113
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui
Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL)
Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP
Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2016
Yang Membuat Pernyataan
A. MAPPIJANCI NIM: K10541067113
vi
Motto
Jangan batasi dirimu dengan kata 'menyerah'. Kegagalan hanya sementara.
Percaya diri, terus berusaha dan katakan 'aku bisa!
Sukses berarti melakukan yg terbaik yg kita bisa dengan apa yg kita
miliki. Bukan dengan menginginkan apa yg orang lain miliki.
Hidup ini pilihan. Kamu yg sekarang adalah pilihan yg kamu ambil di masa
lalu. Bijaklah dalam memilih langkahmu selanjutnya.
Dalam Perjalanan mungkin anda akan Merasakan Kepahitan , tapi
ingatlah tujuan akhir anda adalah Kebahagiaan
vii
ABSTRAK
A. MAPPIJANCI. 2016. Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui
Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Dalam Pembelajaran
Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Bapak Andi Baetal Mukaddas, S. Pd., M. Sn dan pembimbing II
Bapak Muh. Faisal, S. Pd., M.Pd.
Dalam proses belajar mengajar seni budaya sangat diperlukan kreatifitas.
Proses di dalam kreatif berada di dalam benak, yang pada awalnya banyak
melibatkan intuisi dan bawah sadar, imajinasi , dan emosi, selanjutnya melibatkan
logika dan tindakan untuk solusi dan realisasinya. Dari temuan pra ahli
neuropsikologi setiap orang memiliki kapasitas kreatif hanya kadarnya yang berbeda
oleh karenanya dapat dikembangkan atau dimaksimalkan melalui berbagai
pendekatan, salah satunya adalah pendekatan Kontextual Teaching Learning (CTL)
melalui latihan yang terstruktur.
Pendekatan kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) yang lebih
terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja
Kab. Bone tahun ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IXA SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa
perempuan.
Dari Siklus I diketahui bahwa nilai rata-rata siswa masih rendah dan belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini terlihat dari rendahnya
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 69,50. Jumlah siswa
memperoleh nilai 70 hanya 13 orang atau 54,17% dari jumlah siswa secara
keseluruhan dan siswa yang belum berhasil sebanyak 11 orang atau 45,83% dari
jumlah siswa keseluruhan, artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari Siklus II diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah
mengalami peningkatan dari siklus I. Ini dapat diketahui dari hasil belajar siklus II
yang diikuti oleh 24 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 54,17
pada siklus I menjadi 72,50pada siklus II. Dan jumlah siswa memperoleh nilai 70
sebanyak 18 orang, ini berarti keberhasilan klasikal telah mencapai 75%.
viii
Sedangkan siswa yang belum berhasil 6 orang sekitar 25% maka tindakan
dilanjutkan pada siklus III.
Dari Siklus III diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus III sudah
mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari siklus I yang diikuti oleh 24 orang
siswa, nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 69,6 pada siklus I menjadi
72,5pada siklus II dan meningkat menjadi 77,6 pada siklus III. Siswa yang
memperoleh nilai 70 sebanyak 23 orang. Ini berarti keberhasilan klasikal
mencapai 95,83% sedangkan siswa yang belum berhasil sebesar 4,17%. Angka
keberhasilan ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat dikatakan
berhasil.
Keywords: Kreativitas Siswa, Contekstual Teaching Learning (CTL),
Menggambar Bentuk
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik
Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya
jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Peningkatan
Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning
(CTL) Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja
Kabupaten Bone”.
Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh
ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera
kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa
adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik
untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah
SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang
selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.
x
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang
tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa,
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya
yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis,
semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di
bidang pendidikan Seni Rupa.
Amin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalam
Makassar, Januari 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... v
MOTTO .............................................................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
E. Definisi Istilah .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kreativitas ................................................................................................ 8
B. Kerangka Pikir ......................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 39
xii
B. Jenis Penelitian ......................................................................................... 41
C. Tempat Penelitian .................................................................................... 41
D. Subyek Penelitian ..................................................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 42
F. Pengumpulan Data ................................................................................... 42
G. Cara Pengambilan Data ............................................................................ 42
H. Analisis Data ............................................................................................ 43
I. Indikator Keberhasilan ............................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 45
B. Pembahasan .............................................................................................. 54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 5 disebutkan
dengan jelas bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan Bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia dan undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II pasal 2 dan pasal 3 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan
Pendidikan Nasional serta untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun dan
menyongsong kurikulum 2004 yang populer dengan nama kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).
Pembelajaran merupakan unsur penting dalam kegiatan pendidikan.
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan dimasa yang akan datang, telah mendorong
berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat, seperti yang
tercantum dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 “Manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan
usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui masyarakat”.
(www.Depdiknasgo.2003)
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebab pendidikan merupakan jalur yang
1
2
sangat strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya pendidikan
adalah untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah prilaku,
serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.
Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat,
namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil
yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Salah satu kepedulian
pemerintah tentang pendidikan adalah setiap 10 tahun merevisi kurikulum
sebagai acuan bagi para penyelenggara pendidikan agar tujuan pendidikan
nasional tercapai. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 2004
pemerintah melakukan revisi kurikulum yang kita kenal Kurikulum Berbasis
Kompetensi ( KBK ) kemudian disempurnakan menjadi KurikulumTingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ) dimana seni budaya termasuk salah satu mata
pelajaran utama yang siswa harus pelajari.
Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan pelaksanaan
pembelajaran menjadi kebutuhan yang signifikan. Tujuan dari keseluruhan
pembelajaran ditunjukkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Namun kenyataannya dalam proses belajar mengajar untuk dapat mencapai
tujuan pembelajaran tidaklah mudah. Dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah sering dijumpai beberapa masalah yaitu masih banyak dijumpai
siswa yang mempunyai nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran,
khususnya pembelajaran seni budaya. Prestasi belajar yang dicapai belum
3
memuaskan mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai seni
budaya di bawah standar yang ditetapkan.
Dalam proses belajar mengajar seni budaya sangat diperlukan
kreatifitas. Proses di dalam kreatif berada di dalam benak, yang pada
awalnya banyak melibatkan intuisi dan bawah sadar, imajinasi , dan emosi,
selanjutnya melibatkan logika dan tindakan untuk solusi dan realisasinya.
Hal ini sesuai dengan temuan para ahli neuropsikologi, bahwa kemampuan
intuisi, kreatifitas dan emosi yang berada pada hemisphere otak sebelah
kanan berinteraksi dengan kemampuan logika, analitis yang berada pada
hemisphere otak sebelah kiri. Oleh karena itu kemampuan kreatif tidak
dapat berdiri sendiri tanpa melibatkan kemampuan logika analitis dan
tindakan nyata untuk merealisasikannya. Dari temuan pra ahli
neuropsikologi setiap orang memiliki kapasitas kreatif hanya kadarnya yang
berbeda oleh karenanya dapat dikembangkan atau dimaksimalkan melalui
berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan Kontextual Teaching
Learning (CTL) melalui latihan yang terstruktur.
Metode pembelajaran yang dipakai guru juga akan berpengaruh pula
terhadap cara belajar siswa, yang mana setiap siswa yang mempunyai cara
belajar yang berbeda antar siswa satu dengan yang lain. Oleh karena itu
metode belajar yang dipilih sebaiknya metode yang dapat mendorong siswa
untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Biasanya gagasan kreatif muncul
secara intuitif berupa gambaran sepintas yang belum jelas, kemudian
dihubungkan dengan persepsi sadar, sejak itu gagasan bukan lagi besifat
4
intuitif tetapi sudah merupakan pengalaman alam sadar. Untuk memperoleh
gagasan kreatif perlu aktif, tidak ada gagasan muncul tanpa suatu upaya
Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh metode
pembelajaran tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif
siswa. Siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar dimungkinkan
memiliki prestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti
pembelajaran sedangkan siswa yang pasif cenderung lebih sulit mengikuti
pembelajaran. Pada kenyataannya tidak sedikit dijumpai siswa berprestasi
tinggi namun memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah. Ini dikarenakan
banyak siswa mencapai keberhasilan akademis tetapi hanya sedikit
menunjukkan kemampuan kreatifitas dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud mengankat judul
penelitian “Peningkatan Kreativitas siswa kelas IXA melalui Pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL) dalam pembelajaran Menggambar
Bentuk SMP Negei 1 Lappariaja Kabupaten Bone”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana kesiapan siswa menentukan posisi melihat objek
benda?
b. Bagaimana pemanfaatan benda dalam objek bentuk?
c. Bagaimana penentuan gelap terang objek sehingga dapat lebih
hidup?
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas yang ingin diteliti dan informasi
yang diharapkan maka penelitian ini bertujuan yaitu:
a. Untuk mengetahui kesiapan siswa menentukan posisi melihat objek
benda
b. Untuk mengetahui pemanfaatan benda dalam objek bentuk
c. Untuk mengetahui penentuan gelap terang objek sehingga dapat
lebih hidup
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diharapkan hasil penelitian
memberikan manfaat kepada pihak :
1. Siswa
a. Meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar bentuk pada
khususnya dan mata pelajaran Seni Budaya pada umumnya
b. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir
aktif dan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang kreativitas siswa melalui
pendekatan CTL dalam pembelajaran menggambar bentuk .
b. Mengembangkan profesionalisme guru dalam mengajar sebagai upaya
mewujudkan pembelajaran berpusat pada siswa melalui inovasi dan
kreativitas.
6
3. Kepala Sekolah
a. Merupakan informasi yang dapat dijadikan bahan pembanding dalam
pelaksanaan pembelajaran.
b. Memberikan konstribusi untuk meningkatkan mutu sekolah.
4. Dinas Pendidikan
a. Dapat dijadikan rekomendasi kepada guru seni budaya dalam
pembelajaran menggambar bentuk
b. Dapat dijadikan rekomendasi untuk lebih mengaktifkan pelaksanaan
MGMP
E. Definisi Istilah
Penegasan istilah dari judul skripsi dimaksudkan untuk memperjelas
istilah-istilah dan memberi batasan ruang lingkup penelitian sehingga tidak
menimbulkan penafsiran lain. Adapun penegasan istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Kreativitas
Kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang
relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
2. Contextual Teaching Learning
Pendekatan kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah
dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata
atau masalah-masalah yang disimulasikan.
7
3. Seni Lukis ( Gambar )
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari obyek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan
film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan
4. Menggambar bentuk
Menggambar bentuk merupakan proses perekaman obyek di atas bidang
dua dimensi melalui media dengan ketentuan ketepatan/kemiripan
bentuk, dan warna dengan memperhatikan perspektif, proporsi,
komposisi, gelap terang, serta bayang-bayang.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan
paling tinggi bagi manusia (Maslow dalam Munandar, 2009). Pada dasrnya,
setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas
dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang
tepat. Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas
namun hingga kini hanya sedikit sekali penemuan yang telah dilakukan. Hal
ini disebabkan adanya kesulitan metodoli dan karena adanya keyakinan
bahwa kerativitas adalah suatu faktor baeaan individu sehingga hanya
sedikit yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya.
a. Pengertian kreativitas
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and
Cultural Education) dalam (Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas
imaginatif yang menghasilakan hasil yang baru dan bernilai. Menurut
Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selain itu
Csikszentmihalyi dalam (Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai
suatu tindakan, ide, atau produ yang mengganti sesuatu yang lama menjadi
sesuatu yang baru.
8
9
Menurut Utami Munandar (1995:25) menyatakan kreativitas adalah
suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang suah ada
sebelumnya. Sedangkan Sterberg (1988), menyatkan bawhwa kreativitas
merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu
intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Selanjutnya Clark
Moustakis (1967) ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas
adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan
alam,dan denganorang lain.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk
menjelaskan makna dari kreativitas adalah kemampuan seseorang
menciptakan sesuatu produk yang baru atau kombinasi dari hal-hal yang
sudah ada sebelumnya yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi melalui proses konsruksi ide yang berguna, serta dapat
dimengerti.
Adapun definisi kreativitas ditinjau dari segi penekanannya dapat
dikategorikan kedalam empat jenis dimensi (Four P’s Creativity) yaitu
dimensi person, dimensi proses, dimensi press dan dimensi product
a. Kreativitas dalam dimensi person
Definisi kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinikan
kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang
10
disebut kreatif. Menurut Guilford menerangkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan atau kecakapan yang adam diri seseorang, hal ini
erat sekali kaitannya dengan bakat. Sedangakn Hulbeck menerangkan
bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungan. Definisi kreativitas dari dua pakar
tersebut diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
b. Kreativitas dalam dimensi proses.
Definisi kreativitas dalam dimensi proses adalah upaya mengdefinisikan
kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-
ide unik atau kreatif. Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas
adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, ( fleksibilitas ), dan orisinalitas dalam berpikir, sera kemampuan
untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu
gagasan.
c. Kreativitas dalam dimensi press
Definisi kreativitas dalam dimensi press adalah pendekatan kreativitas
yang menekankan faktor press atau dorongan baik dorongan internal diri
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara
kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial psikologis.
d. Kreativitas dalam dimensi product
Definisi kreativitas dalam dimensi product merupakan upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang
dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
11
elaborasi/ penggabungan yang inovatif. Definisi ini berfokus pada produk
kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukan oleh Baron
(1969) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Dari berbagai definisi
kreativitas yang dikemukakan diatas sehingga peneliti menyimpukan bahwa
: Kreativitas adalah proses konstruksi ide yan orisinil (asli), bermanfaat,
variatif ( bernilai seni ) dan inovatif (berbeda/lebih baik)
b. Ciri-Ciri Kreativitas
Guilford dalam (Munandar,2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas
antara lain:
1. Kelancaran berpikir ( fluency of thinking) , yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang
secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah
kualitas, dan bukan kualitas.
2. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untu
memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-
pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat sesuatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari altenatif atau arah yang
berbeda-beda, serta manpu menggunakan bermacam-macam
pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang
yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
mreninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara
berpikir yang baru.
12
3. Elaborasi (elaboration) , yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detai-detail dari suatu
obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
4. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Rogers dalam (Munandar, 2009) , faktor-faktor yang dapat
mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya :
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Rogers dalam (Munandar, 2009) setiap individu memiliki
kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk
berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini
merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu
membentuk hubngan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam
upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Hal ini didukung oleh pendapat
Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki
motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari
dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian , dorongan dan
pelathan dari lingkungan. Adapun kondisi internal (interal press)
yang dapat mendorong seseorang untukberkreasi diantaranya :
1) Keterbukaan terhadap pengalaman
13
2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan
pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
3) Kemampuan untuk bereksperimen atau ”bermain” dengan
konsep-konsep.
2. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik )
Munandar (2009)mmengemukakan bahwa lingkungan yang dapat
mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan
kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama
dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah,
pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke
perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat,
kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga
turut mempengaruhi kreativitas individu. Adapun kondisi
lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan
adanya :
1) Kemampuan psikologis
Kemampuan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang
saling berhubungan, yaitu :
a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya
14
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat
evauluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat
atau mempunyai efek mengancam).
c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat
dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2) Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan
kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan
secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Menurut Munandar dalam (Zulkarnain, 2002) menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa
kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi
dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri
dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir
berupa pengalaman dan ketrampian. Sedangkan faktor
kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan
diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat
berbagai faktor lain yang dapat menyebabkan munculnya variasi
atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, menurut
Hurlock (1993) yaitu : jenis kelamin, status sosial ekonomi,
15
urutan kelahiran, ukuran keluarga, lingkungan kota vs
lingkungan pedesaan serta inteligensi.
d. Tahap-Tahap Perkembangan Kreativitas
Menurut Cropley (1999) terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas
diantaranya :
a. Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi padausia 6 – 8 tahun. Pada tahap ini, individu
menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu
karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan
menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa
memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b. Tahap konvensional (Comventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9 – 12 tahun. Pada tahap ini
kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada
sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selai itu, pada tahap ini
kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c. Tahap poskonvensional (Posconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun sampai dewasa. Pada tahap
ini individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah
disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai
komvensional yang ada di lingkungan.
16
2. Contextual Teaching And Learning (CTL)
Istilah intruction pembelajaran) seperti yang dikemukakan oleh
Romiszoowski (1981:4) merujuk pada proses pengajaran berpusat pada
tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat di
rencanakan sebelumnya (pre planed) karena sifat dari proses tersebut, maka
proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks
yang memang sebagian besar telah dirancang. Sedangkan dari sudut
pandang Gagne (19:…) berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua
hal yakni variable dari diri individu dan diluar individu yang saling
berinteraksi. Dan John Dewey pada awal abad 20 menyatakan bahwa
kurukulum dan metode mengajar terkait dengan pengalaman dan minat
siswa yang dikenal dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
kontekstual mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan
multi dimensi yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya
berorientasi pada latihan dan Stimulus – Respon. Berdasarkan teori
pembelajaran kontekstual belajar hanya terjadi jika siswa memproses
informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai
kerangka berfikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan).
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah dan luar sekolah
agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.
17
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lebih
terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan
pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
1. Proses Belajar.
1. Belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola – pola
bermagna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru.
3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencermingkan pemahaman yang mendalam
tentang sesuatu persoalan (subject matter)
4. Pengetahuan tidak dapat dipisah –pisahkan menjadi fakta – fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
18
6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide – ide.
2. Transfer Belajar
1. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
2. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas (sempit) ,sedikit demi sedikit.
3. Penting bagi siswa tahu “ untuk apa “ ia belajar, dan “ bagaimana “
ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
3. Siswa Sebagai Pembelajar.
1. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal – hal baru.
2. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu
yang baru. Akan tetapi untuk hal – hal yang sulit,strategi belajar
sangat penting.
3. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang
baru dan yang sudah diketahui.
4. Tugas guru menfasilitasi : agar informasi baru bermakna,memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi
mereka sendiri.
19
4. Pentingnya Lingkungan Belajar.
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada
siswa. Dari “ guru akting di depan kelas, siswa menonton “ ke “
siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.”
b. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya.
c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses
penilaian (assessment) yang benar.
d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu
penting.
Menurut Zahorik dalam Departemen Pendidikan Nasional (2003 : 8)
ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran
kontekstual :
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu,kemudian memperhatikan
detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan
cara menyusun konsep sementara (hipotesis),melakukan sharing
kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar
tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan .
20
4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
Ada tujuh komponen utama dalam penerapan pendekatan CTL dalam
kelas yaitu :
a) Konstruktivisme (Constructivism)
1. Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman –
pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal.
2. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman –
pengalaman belajar bermakna.
b) Inquiry (Menemukan)
1. Pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka
untuk memahami suatu konsep
2. Siklus yang tediri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,
menganalisa dan merumuskan teori baik secara individu maupun
bersama – sama dengan teman lainnya.
3. Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan
berpikir kritis.
c) Questioning (Bertanya)
1. Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa
2. Digunakan oleh siswa selama melakukan kegiatan berbasis inquiri
21
d) Learning Community (Masyarakat Belajar)
1. Berbicara dan membagi pengalaman dengan orang lain.
2. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran
yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri.
e) Modeling (Pemodelan)
1. Berpikir sambil mengucapkan proses berpikir anda sendiri.
2. Mendemonstrasikan bagaimanas anda menginginkan para siswa
untuk belajar.
3. Melakukan apa yang anda inginkan agar siswa melakukannya.
f) Reflection (Refleksi)
1. Cara – cara berpikir tentang apa-apa yang telah kita pelajari.
2. Merevisi dan merespon kejadian,aktivitas dan pengalaman.
3. Mencatat apa yang telah kita pelajari,bagaimana kita merasakan ide
– ide baru.
4. Dapat berupa berbagai bentuk : jurnal ,diskusi, maupun hasil karya /
seni.
g) Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
1. Mengukur pengetahuan atau keterampilan siswa.
2. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan.
3. Penilaian produk atau kinerja.
4. Tugas – tugas kontekstual dan relevan
5. Proses dan produk dua – duanya dapat diukur.
22
Sedangkan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL adalah
CBSA, Pendekatan Proses, Pendidikan kecakapan hidup (Life Skills
Education), Pembelajaran yang sebenarnya (Authentic Insruction),
Pembelajaran berdasarkan Penemuan (Inquiry- Based Learning) ,
Pembelajaran yang berdasarkan masalah (Solving – Problem), Belajar
Kelompok (Cooperative Learning) dan Pelayanan Pembelajaran (Service
Learning) dan strategi – strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses –
proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempegaruhi apa yang
dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif.
Menurut Blancard dalam Margaretha dkk (2003 : 1) strategi-strategi
pengajaran yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learnig sebagai
berikut :
1. Menekankan pada pemecahan masalah.
2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang
terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat dan
pekerjaan.
3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri, sehingga mereka menjadi pebelajar yang mandiri.
4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda.
5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar
bersama.
6. Menerapkan penilaian autentik.
23
3. Seni Rupa
Seni dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai pengertian (1) halus,
kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan dan enak didengar, mungil dan
elok; (2) keahlian membuat karya yang bermutu; (3) kesanggupan akal
untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi; orang yang bekesanggupan
luar biasa. Menurut Plato seni adalah peniruan terhadap alam, sehingga
karya seni merupakan tiruan dari bentuk lam seperti manusia, binatang dan
tumbuhan. Dan ditambahkan olek Aristoteles bahwa seni adalah peniruan
terhadap alam itu harus ideal, serba baik, misalnya menggambar bentuk
harus sempurna, membuat patung manusia harus yang baik. Menurut
Akhdiat K. Miharja mengatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia
yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang berkat bentuk dan
isinya mempunayai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam
rohani penerimanya. Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa
seni itu merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya
dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.
Dari pendapat para ahli tentang seni maka dapat disimpulkan bahwa seni
merupakan kegiatan ekspresi rohani/ jiwa/ gagasan/ perasaan, kemahiran/
keterampilan/kelakuan manusia yang luar biasa yang menghasilkan karya
yang memiliki estetis serta memilik makna simbolis.
Adapun cabang seni yaitu seni rupa ,seni musik, seni tari, dan seni
drama. Seni musik, seni tari, dan seni drama termasuk dalam satu jenis seni
pertunjukkan. Seni rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang
24
estetis dan bermakna yang mewujudkan melalui media titik, garis, bidang,
bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip-prinsip
tertentu. Seni rupa yang sering kita lihat di kehidupan sehari-hari itu di bagi
dua menurut kegunaannya. Yakni seni rupa murni dan seni rupa terapan.
Sedangkan ragam seni rupa nusantara dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu seni rupa berdimensi dua seperti gambar,lukisan,grafis dan seni rupa
berdimensi tiga seperti patung, kriya dan desain.
1. Seni lukis ( gambar )
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar yang
sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari
menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau
permukaan dari obyek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu.
Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan
bahkan film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat
yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa
memberikan imajinasi tertentu kepada media yang digunakan. Secara
historis, eni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan
prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahn yang lalu, nenek
moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana
seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar
prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan
25
tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau
batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna-warni di
dinding-dinding gua yan masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini
memungkinkan gambar ( dan selanjutnya lukisan ) untuk berkembang lebih
cepat dari pada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Adapun obyek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah
manusia, binatang dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung,
sungai dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa
dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman
si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya gambar seekor banteng dibuat
dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran
tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang
menganggap tanduk adalah bagian paling mengesangkan dari seekor
banteng. Karena itanggap tanduk adalah bagian paling mengesangkan dari
seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi
berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerah.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok
masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat
gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila
diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada
biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukann hal itu sehingga mereka menjadi semakin
26
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni. Pada zaman klasik seni lukis bertujuan untuk mestisme
sebagai akibat belum berkembangnya agama dan sebagai propaganda sebagi
contoh grfiti di reruntuhan kota Pompeii. Di zaman ini lukisan dimaksudkan
untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini
sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran
bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam
banyak hal.
Pada zaman pertengahan seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu
pengetahuan akibat terlalu kuatnya pengaruh agama pada zaman itu. Ilmu
pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari
pengabdian kepada Tuhan, sehingga seni lukis tidak bisa lagi sejalan dengan
realitas. Kebanyakan lukisan pada zaman ini berupa simbolisme, bukan
realisme, sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa
dikategorikan ” bagus ”. Lukisan pada masa ini digunakan sebagi alat
propaganda dan religi. Beberapa agam yang melarang menggambar hewan
dan manusia yang mendorong perkembangan abstrakisme ( pemisahan
unsur bentuk yang ” benar ” dari benda). Berawal dari kota Firenze setelah
kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuan dan budayawan ( termasuk
pelukis ) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung
Italia sekarang. Dukungan dari keluarga De Medici yang menguasai kota
Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi
27
keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru
Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni
zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat
baru untuk merebut kembali kekuasaanyang dirampas oleh Turki, dan
akhirnya pengaruh seni di kota Fierenze menyebar keseluruh Eropa hingga
Eropa Timur. Tokoh-tokoh seni yang banyak dikenal pada itu seperti
Tomassi, Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo dan Raphael.
Pada peradaban islam mulai muncul di permukaan yaitu ketika terjadi
hubungan timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-
Arab. Pada mulanya islam tidak memerlukan uatu bentuk kesenian tetapi
bersama jalannya sang waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni
sebagai media untuk mengekspresiasikan pandangan hidupnya. Mereka
membangun bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif
kesadaran nilai islam dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka
sendiri serta menambah sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan
Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu
adalah aliran romantisme yang membuat banyak pelukis Indonesia ikut
mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah
seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa
yang dipraktekkan pelukis Belanda. Namun seni lukis Indonesia tidak
melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga
perkembangannya tidak melalui tahapan yang sama. Pada era revolusi
28
Indonesia banyak pelukis Indonesia yang beralih dari tema romantisme
menjadi cenderung ke arah ” kerakyatan ” yaitu cenderung ke bentuk-bentuk
yang lebih sederhana sehingga melahirkan abstraksi. Perjalanan seni lukis
Indonesia sejak perintisan Raden Saleh sampai awal abad XXI ini terasa
masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi. Aliran seni lukis
yang menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi atau
dari gudang bawah sadar manusia adalah aliran surrealisme dimana pelukis
berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk fikiran logis kemudian
menuangkan setiap bagian dari obyek untuk menghasilkan sensasi tertentu.
Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali. Pablo
Picasso adalah salah tokoh aliran kubisme dimana aliran ini cenderung
melakukan usaha abstraksi terhadap obyek ke dalam bentuk-bentuk
geometri atau bentuk balok-balok untuk mendapatkan sensasi tetentu.
Sedangkan Raden Saleh adalah tokoh pelukis Indonesia yang mengikuti
aliran romantisme dimana aliran ini berusaha membangkitkan kenangan
romantis dan keindahan di setiap obyek.
2. Gambar Bentuk
Menggambar merupakan pola kelakuan manusia atau kegiatan yang
melibatkan kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan. Koordinasi
antara kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan yang baik dapat
mewujudkan karya gambar yang baik. Menggambar sebagai bagian dari
pola kelakuan seni rupa dapat juga diartikan sebagai media pengungkapan
gagasan. Pemahaman ini sesuai dengan konsep yang mengatakan bahwa
29
seni rupa adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan
tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap
terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya
yang estetis dan bermakna.
Menggambar bentuk secara umum merupakan kegiatan menggambar
yang obyek gambarnya berupa bentuk benda. Di dalam penggambarannya,
obyek benda tersebut hendaklah digambarkan secara tepat sesuai dengan
keadaannya baik bentuk maupun warnanya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa gambar bentuk adalah gagasan bentuk yang diwujudkan
diatas bidang gambar melalui kemahiran tangan dengan media titik, garis,
bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang dibuat dengan
memperhatikan ketepatan bentuk dan perspektif, proporsi, serta komposisi
sehingga menghasikan karya yang indah. Dengan perkataan lain
menggambar bentuk sama halnya memotret bentuk benda dengan
kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan atau menggambar bentuk
adalah membuat karya dua dimensi dengan meniru obyek atau benda dan
mengutamakan kemiripan bentuk seperti apa yang kita lihat. Sehingga
menggambar bentuk harus mempunyai benda atau obyek yang digambar
atau ditiru. Dalam kegiatan menggambar obyek seringkali disebut benda
atau model. Obyek gambar bentuk adalah benda dengan berbagai macam
bentuk seperti benda-benda mati, flora, fauna, manusia,atau alam
sekitar.Sehingga menggambar bentuk sering disebut juga menggambar alam
benda (still life), sedangkan obyek untuk menggambar model biasanya
30
berupa manusia. Bentuk benda yang menjadi obyek gambar bermacam-
macam. Bentuk benda dapat dibedakan antara geometris dan nongeometris.
Bentuk geometris merupakan bentuk beraturan dan bentuk dasar benda.
Yaitu : kubus, balok, piramid/limas, silinder, kerucut, dan bola. Sedangkan
nongeometris merupakan bentuk yang tidak beraturan. Bentuk ini terdapat
pada berbagai benda alam. Selain itu benda dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk yaitu :
a. Bentuk kubistis
Bentuk kubistis adalah betuk-bentuk yang menyerupai kubus atau
benda yang bentuk dasarnya kubus dan balok seperti lemari, meja,
kursi, kardus, kulkas dan pesawat TV.
b. Bentuk Silindris
Bentuk silindris adalah benda yang bentuk dasarnya menyerupai
silinder atau bulat seperti gelas, botol, kendi, teko, ember, guci, cangkir,
kaleng, dan piring.
c. Bentuk bebas
Bentuk bebas adalah benda yang bentuknya tidak beraturan atau yang
tidak termasuk kubinis dan silindris seperti kain, buah-buahan, sayur-
sayuran, dan busana.
Dalam menggambar bentuk ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan. Tujuannya adalah agar gambar yang dibuat lebih tepat/mirip
dengan obyek yang digambar. Prinsip-prinsip tersebut adalah perspektif,
proporsi, komposisi, gelap terang (half-tone), bayang-bayang (shadow).
31
a. Perspektif
Perspektif merupakan prinsip atau kaidah yang penting dalam
menggambar bentuk atau melukis corak realis dan karenanya harus
dipenuhi. Menurut prinsip ini obyek yang digambar hendaknya sesuai
dengan tampakan yang sebenarnya, yaitu obyek gambar yang dekat
dengan penggambar akan kelihatan lebih besar, lebih tinggi, dan lebih
jelas sedangkan obyek gambar yang jauh dari si penggambar akan
tampak lebih kecil, lebih pendek, dan kurang jelas.
b. Proporsi
Yang dimaksud dengan prinsip proporsi dalam menggambar bentuk
adalah perbandingan bagian per bagian atau bagian keseluruhan.
Dengan menerapkan prinsip proporsi ini obyek gambar yang satu
dengan obyek yang lain harus tampak wajar.
c. Komposisi
Komposisi dalam menggambar bentuk diartikan sebagai susunan atau
letak obyek gambar. Letak obyek gambar yang satu dengan obyek
gambar yang lain hendaknya tidak berjauhan sehingga tidak tampak
terpisah.
d. Gelap – Terang (Half – Tone)
Dalam menggambar bentuk agar kelihatan realis atau seperti tiga
dimensi hendaknya memperhatikan nada gelap terang atau sering
disebut half-tone . Bagian benda yang terang hendaknya diberi warna
yang muda atau dibiarkan warna putih kertas, bagian benda setengah
32
terang atau setengah gelap diberi warna sedang atau diarsir sedang, dan
bagian benda yang tampak gelap diberi warna tua atau diarsir warna
hitam pekat.
e. Bayang-bayang (Shadow)
Dalam menggambar bentuk, peranan bayang-bayang akan menentukan
terciptanya kesan tiga dimensi (realis). Oleh karena itu, bayang-bayang
meskipun agak samar-samar harus ada. Bayang-bayang itu jatuh tidak
jauh dari benda yang terkena cahaya.
Untuk menggambar bentuk memerlukan teknik. Teknik ini adalah cara-
cara yang lazim dipergunakan untuk menggambar. Adapun teknik dalam
menggambar adalah sebagai berikut :
1) Linear
Teknik linear merupakan cara menggambar obyek gambar dengan garis
sebagai unsur lurus maupun garis lengkung.
2) Blok
Teknik blok merupakan cara menggambar dengan menutup obyek
gambar menggunakan satu warna, sehingga hanya tampak bentuk
globalnya (siluet)
3) Arsir
Teknik arsir merupakan cara menggambar dengan garis-garis sejajar
atau menyilang untuk menentukan gelap-terang obyek gambar sehingga
tampak seperti tiga dimensi.
33
4) Dusel
Teknik dusel merupakan cara menggambar yang penentuan gelap –
terang obyek gambar menggunakan pensil gambar yang digoreskan
dalam posisi miring (rebah)
5) Pointilis
Teknik pointilis merupakan cara menggambar yang dalam menentukan
gelap – terang obyek gambar menggunakan pensil atau pena gambar
dengan dititik – titikan.
6) Aquarel
Teknik aquarel merupakan cara menggambar dengan menggunakan cat
air dengan sapuan warna yang tipis, sehingga hasilnya tampak
transparan atau tembus pandang.
7) Plakat
Teknik plakat merupakan cara menggambar dengan menggunakan
bahan cat poster atau cat air dengan sapuan warna yang tebal sehingga
hasilnya tampak pekat dan menutup.
Dalam menggambar bentuk ada dua pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu pendekatan dengan model dan pendekatan tanpa model.
a. Pendekatan dengan model
Yang dimaksud dengan model adalah benda atau obyek yang akan
digambar, misalnya kendi, gelas, buah-buahan, kursi, keramik dan
sebagainya. Menggambar dengan pendekatan model maksudnya dalam
kegiatan menggambar harus ada model. Dengan adanya model,
34
penggambar lebih banyak memperoleh kemudahan antara lain : obyek
gambar lebih jelas, tidak perlu mencari-cari obyek gambar, pengambar
dapat mengontrol gambar dan model sesering mungkin serta ketepatan
sudut gambar lebih terjamin.
b. Pendekatan Tanpa Model
Pendekatan ini bertolak belakang dari pendekatan dengan model.
Menggambar bentuk tanpa model banyak kekurangan, terutama bagi
siswa yang masih menggambar. Bagi yang belum mahir, model
diperlukan untuk menghasilkan gambar yang baik, sebab tuntutan
keberhasilan dengan menggambar bentuk adalah ketepatan gambar
dengan obyek yang digambar.
Adapun langkah-langkah dalam menggambar bentuk dengan
pendekatan model adalah pengamatan, sketsa, menentukan gelap terang,
menentukan teknik dan sentuhan akhir.
3. Ciri – ciri kreativitas
Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang
menyebabkanseseorang itu disebut kreatif. Indikator sebagai ciri dari
kreativitas dapat diamatidalam dua aspek yakni aspek aptitute dan
nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalahciri-ciri yang berhubungan dengan
kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri
yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.
Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
1. Ciri-ciri pokok : kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham,
pemecahan,cara baru, penemuan.
35
2. Ciri-ciri yang memungkinakan : yang membuat mampu
mempertahankanide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetapi tetap
hidup.
3. Ciri-ciri sampingan : tidak langsung berhubungan dengan penciptaan
ataumenjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi
kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.
Tabel 1.1 Penjelasan ciri-ciri kreativitas
Ciri-ciri Pokok Ciri-ciri yang
Memungkinkan
Ciri-ciri Sampingan
1. Berpikir dari
segala arah
(convergent
thingking)
2. Berpikir
kesegala arah
(divergent
thingking)
3. Fleksibilitas
konseptual
(kemampuan
secara spontan
mengganti cara
memandang,
pendekatan,
kerja yang tak
jalan)
4. Orisinilitas
(kemampuan
menelorkan ide
yang asli
bahkan
mengejutkan)
5. Lebih menyukai
kompleksitas
daripada
simplisitas
6. Latar belakang
hidup yang
merangsang
(hidup dalam
1. Kemampuan untuk
bekerja keras
2. Berpikir mandiri
3. Pantang menyerah
4. Mampu
berkomunikasi
dengan baik
5. Lebih tertarik pada
konsep daripada
detail
6. Keingin tahu
intelektual
7. Kaya humor dan
fantasi
8. Tidak segera
menolak ide atau
gagasan baru
9. Arah hidup yang
mantap
1. Tidak mengambil
pusing apa yang
dipikirkan orang
lain
2. Kekacauan
psikologis
36
lingkungan
yang dapat
menjadi contoh)
7. Kecakapan
dalam banyak
hal (multiple
skills)
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator
kreativitasdikemukan oleh Munandar, S. C. U (1992) sebagai berikut :
1. Dorongan ingin tahu besar.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
5. Mempunyai rasa keindahan.
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudahterpengaruh orang lain.
8. Rasa humor tinggi.
9. Daya imajinasinya kuat.
10. Keaslian / orisinilitas tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan
karangandan sebagainya, dalam memecahkan masalah menggunakan
cara-caraorisinil yang belum pernah diungkapkan orang lain).
11. Dapat bekerja sendiri.
12. Senang mencoba hal-hal baru.
13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu
gagasan(kemampuan elaborasi)
37
Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami
bahwaseseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan
lingkungan ciri-ciridari kreativitas mendominasi dalam aktivitas
kehidupannya, dan melakukansegalanya dengan cara-cara yang unik.
Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam
diri setiap individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif.
B. Kerangka Pikir
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang
lebih terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
penulisan ini, maka digambarkan alur berpikir penulis seperti pada gambar
2.1 berikut:
38
Gambar 2.1 Model CTL
Hasil Belajar Siswa
Meningkat
Sebelum
Perlakuan
Hasil Belajar Yang
Rendah
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru Peserta
Didik
Penerapan Pembelajaran Pendekatan CTL 1. Membangun pengalaman siswa berdasarkan
pengalaman awal.
2. Mengembangkan sekaligus menggunakan
keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Mendorong dan membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
4. Bekerja sama dengan siswa lain untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan
bekerja sendiri.
5. Mengikuti keinginan siswa dalam pembelajaran.
6. Merevisi dan merespon kejadian, aktivitas dan
pengalaman siswa.
7. Mengukur pengetahuan atau keterampilan siswa
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I,
siklus II dan siklus III. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Dalam
penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi Seni budaya
yang mengajar di kelas tersebut. Pada setiap siklus memiliki tahapan-
tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas yang
dikemukakan oleh Anonym (2001). Tahapan-tahapan yang dimaksud ialah:
1). perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi
dan evaluasi, 4) analisis dan refleksi.
1. Perencanaan (planning)
Sebelum melaksanakan tindakan perlu membuat perencanaan terlebih
dahulu. Bentuk kegiatan yang termasuk kedalam perencanaan adalah:
1. Membuat rencana pembelajaran
2. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai
dengan rencana pembelajaran.
3. Membuat lembar observasi kreativitas siswa
4. Membuat lembar observasi kegiatan guru
5. Mendesain alat evaluasi
2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Setelah semua persiapan tindakan kelas selesai maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan ini
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat
39
40
pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan
ini antara lain adalah :
1. Memotivasi siswa untuk belajar
2. Melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan rencana pembelajaran
(RP) yang telah dipersiapkan pada perencanaan tindakan
3. Melakukan evaluasi
4. Menganalisis hasil evaluasi
5. Merefleksikan pelaksanan tindakan untuk menentukan perbaikan
kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya
3. Observasi dan Evaluasi
a) Observasi
Secara umum observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasi
hal-hal yang diamati. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK), Observasi
adalah cara yang digunakan untuk mengadakan penilaian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan
terhadap pembelajaran menggunakan lembar pengamatan (observasi)
yang hasilnya digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan
pada siklus berikutnya.
b) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari
proses pelaksanaaan tindakan. Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus
dengan memberikan tes akhir untuk melihat tingkat keberhasilan yang
41
telah diperoleh siswa dalam memahami materi pelajaran yang
diberikan.
4. Analisis dan Refleksi
Data tes dianalisis dengan perhitungan data penilaian hasil observasi
mengenai aktivitas belajar siswa dan data mengenai hasil belajar siswa pada
masing-masing siklus. Jika hasilnya belum seperti yang diharapkan maka
masalah yang ada belum terselesaikan, akan diadakan perbaikan (revisi).
B. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). PTK adalah penelitian yang merupakan perpaduan antara
tindakan (action) dan penelitian (research) yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas.
C. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IXA SMP Negeri 1
Lappariaja Kab. Bone tahun ajaran 2015/2016.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 1
Lappariaja Kabupaten Bone tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24
siswa yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa
perempuan.
42
E. Instrumen Penelitian
Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui karya-karya siswa yang
diberikan setiap akhir siklus pembelajaran dalam bentuk proyek. Yaitu
menggambar bentuk kubistis pada akhir siklus I, menggambar bentuk
selindris pada akhir siklus II dan menggambar bentuk bebas pada akhir
siklus III. Adapun kriteria penilaian karya siswa adalah :
1. Kemiripan
2. Kreativitas
3. Kebersihan
4. Kerapian
5. Kesesuaian Warna
6. Komposisi
7. Proporsi
F. Pengumpulan Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini berupa :
1. Data Kualitatif yaitu data tentang kreativitas siswa dan kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar.
2. Data Kuantitatif yaitu data tentang hasil karya siswa setiap akhir
siklus.
G. Cara Pengambilan Data
1. Data hasil karya siswa diambil dengan memberikan tugas proyek
menggambar bentuk kepada siswa setiap akhir siklus
43
2. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya
tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi yang diisi
oleh guru seni budaya.
H. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian digunakan
beberapa teknik analisis data sebagai berikut :
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati penilaian hasil karya
siswa
2. Data Kualitatif
Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan kreativitas siswa dan lembar pengamatan kreativitas guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang
dilakukan adalah nilai hasil karya yang diperoleh siswa. Keberhasilan
belajar dilihat berdasarkan hasil kerja yang diperoleh siswa. Tahap
keberhasilan belajar dihitung berdasarkan kemampuan dalam
menyelesaiakan tugas proyek mengenai materi pelajaran tersebut.
Adapun indikator keberhasilan siswa adalah sebagai berikut:
1. Seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah
mencapai daya serap sekurang-kurangnya 70%. Hal ini sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMP Negeri 1
44
Lappariaja Kabupaten Bone untuk mata pelajaran Seni Budaya
adalah 70.
2. Suatu kelas dikatakan berhasil dalam belajar apabila sekurang-
kurangnya 85% siswa dikelas tersebut telah mencapai daya serap
70%.
Bila kriteria ini terpenuhi maka dalam menggambar bentuk dengan
menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan kreativitas siswa
terutama dalam menggambar bentuk.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang merupakan gambaran aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, secara keseluruhan aktivitas siswa
belum berlangsung optimal seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.
a. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
No Aktivitas yang diamati Jumlah
siswa %
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di
papan tulis.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyampaikan
skenario pembelajaran.
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyajikan materi.
Siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
yang telah disiapkan dari rumah.
Siswa memulai menggambar bentuk kubistik .
Siswa bertanya tentang hal yang belum dimengerti
dalam menggambar bentuk kubistik.
22
24
18
12
24
12
14
18
15
6
91,67
100
75,00
50
100
50,00
58,33
75,00
62,5
25,00
45
46
11.
III
12.
Siswa menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Kegiatan Penutup
Siswa yang ikut menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
18
14
75,00
58,33
b. Hasil observasi aktivitas guru siklus I
Adapun hasil observasi terhadap aktivitas guru dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
No Aktivitas yang diamati
Tingkat
pengamatan
0 1 2 3 4
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di papan
tulis.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan skenario pembelajaran..
Guru menyampaikan bentuk kubistik yang mau digambar
Guru memberikan contoh gambar bentuk kubistik
Guru memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk kubistik.
Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk kubistik
Guru meminta beberapa siswa menampilkan hasil
karyanya didepan kelas.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
47
III
12.
13.
Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan..
Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.
√
√
b. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes pada Siklus I dengan
menggambar bentuk kubistikl dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Yang Diikuti Oleh 24 Orang Siswa
No Variabel yang diamati Jumlah Persentase
1
2
3
Nilai rata-rata siswa.
Siswa yang berhasil.
Siswa yang belum berhasil.
69,5
13
11
69,5
54,17
45,83
c. Refleksi
Berdasarkan hasil belajar siswa serta lembar observasi siswa maupun guru,
pelaksanaan siklus I dapat dikatakan belum berhasil atau belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan perlu ditingkatkan pada siklus II.
Ketidakberhasilan ini dapat dilihat dari rendahnya nilai siswa dan keaktifan.
Selain itu perolehan hasil belajar siswa yang telah berhasil dalam belajar secara
klasikal juga rendah. Ini disebabkan adanya kendala yang dihadapi guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar.
48
2. Siklus II
a. Hasil Observasi
Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus II dengan
mengunakan lembar observasi aktivitas siswa, seperti pada tabel 4.4 di bawah ini:
a. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II.
Tabel 4.4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus
II
No Aktivitas yang diamati Jumlah
siswa %
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
11.
III
12.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di
papan tulis.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyampaikan
skenario pembelajaran.
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyajikan
materi.
Siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan yang telah disiapkan dari rumah.
Siswa memulai menggambar bentuk selindris .
Siswa bertanya tentang hal yang belum dimengerti
dalam menggambar bentuk selindris.
Siswa menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Kegiatan Penutup
Siswa yang ikut menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
24
24
19
18
24
17
16
20
18
4
20
16
100
100
79,17
75,00
100
70,83
66,67
83,33
75,00
16,67
83,33
66,67
49
b. Hasil observasi aktivitas guru siklus II
Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru pada siklus II dengan
mengunakan lembar observasi aktivitas guru, seperti pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus
II
No Aktivitas yang diamati Tingkat
pengamatan
0 1 2 3 4
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
11
III
12.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di papan
tulis.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan skenario pembelajaran..
Guru menyampaikan bentuk selindris yang mau
digambar
Guru memberikan contoh gambar bentuk selindris
Guru memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk selindris.
Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk selindris
Guru meminta beberapa siswa menampilkan hasil
karyanya didepan kelas.
Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan..
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
50
13 Guru menginformasikan materi pelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
√
b. Hasil Belajar
Untuk melihat seberapa besar tingkat pemahaman siswa pada siklus II
dilaksanakan tes hasil belajar pada siklus II dengan menggambar bentuk selindris.
Hasil yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Yang Diikuti Oleh 24 Orang Siswa
No Variabel yang diamati Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Nilai rata-rata siswa
Siswa yang berhasil
Siswa yang belum berhasil
72,5
18
6
72,5
75,00
25,00
c. Refleksi
Berdasarkan hasil belajar siswa serta lembar observasi siswa maupun
guru, pelaksanaan siklus II sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Ini dapat
dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada hasil belajar akhir siklus II serta
dari lembar observasi siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi pemberian
tindakan masih perlu dilanjutkan dan diharapkan pada siklus III terjadi
peningkatan yang lebih baik lagi, baik itu hasil belajar maupun keaktifan siswa.
3. Siklus III
a. Hasil Observasi
Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus III dengan
mengunakan lembar observasi aktivitas siswa, seperti pada tabel 4.7 di bawah ini:
51
a. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III.
Tabel 4.7.Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus
III
No Aktivitas yang diamati Jumlah
siswa %
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
11.
III
12.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di papan
tulis.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyampaikan
skenario pembelajaran.
Siswa memperhatikan sewaktu guru menyajikan materi.
Siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
yang telah disiapkan dari rumah.
Siswa memulai menggambar bentuk bebas .
Siswa bertanya tentang hal yang belum dimengerti
dalam menggambar bentuk bebas.
Siswa menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Kegiatan Penutup
Siswa yang ikut menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
24
24
24
20
24
22
22
24
22
2
24
22
100
100
100
83,33
100
91,67
91,67
100
91,67
8,33
100
91,67
b. Hasil observasi aktivitas guru siklus III
Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru pada siklus III dengan
mengunakan lembar observasi aktivitas guru, seperti pada tabel 4.8 berikut ini:
52
Tabel 4.8. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus
III
No Aktivitas yang diamati Tingkat
Pengamatan
0 1 2 3 4
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6.
7.
8.
9.
10.
11.
III
12.
13.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memasuki kelas tepat waktu.
Guru melakukan do’a bersama& baca Al-Qur’an
Guru mengecek kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa untuk belajar.
Guru menuliskan judul materi pelajaran hari ini di papan
tulis.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan skenario pembelajaran..
Guru menyampaikan bentuk bebas yang mau digambar
Guru memberikan contoh gambar bentuk bebas
Guru memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk bebas.
Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggambar bentuk bebas
Guru meminta beberapa siswa menampilkan hasil karyanya
didepan kelas.
Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan..
Guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan
selanjutnya.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
53
b. Hasil Belajar
Untuk melihat seberapa besar tingkat pemahaman siswa pada siklus III
dilaksanakan tes hasil belajar pada siklus III yaitu menggambar bentuk bebas.
Hasil yang diperoleh siswa dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa pada Siklus III Yang Diikuti Oleh 24 Orang Siswa
No Variabel yang diamati Jumlah Persentase (%)
1.
2.
3.
Nilai rata-rata siswa
Siswa yang berhasil
Siswa yang belum berhasil
77,6
23
1
77,6
95,83
4,17
Dari tabel 4.9 dilihat bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah
mengalami peningkatan, ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada siklus III
yang diikuti oleh 24 siswa, nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 69,50
pada siklus I menjadi 72,50 pada siklus IIdan meningkat lagi menjadi 77,6 pada
siklus III. Ini berarti keberhasilan klasikal mencapai 95,83% sedangkan yang
belum berhasil sebesar 4,17%. Angka ini menunjukkan bahwa tindakan yang
dilakukan dapat dikatakan berhasil.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi yang diadakan melalui ulangan pada akhir
siklus III, hasil belajar yang diperoleh siswa telah mengalami peningkatan sesuai
dengan yang diharapkan. Berdasarkan analisa terhadap tes hasil belajarpada
siklus III dan data observasi siklus III dapat diketahui bahwa tindakan yang
dilakukan pada siklus ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
54
terlihat pada hasil belajar siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan. Dari hasil tes diperoleh nilai rata-rata kelas 77,6.
B. Pembahasan
1. Siklus I
a. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I terdiri dari 2 kali
pertemuan, pertemuan pertama dengan materi menggambar bentuk kubistis..
Langkah-langkah pada siklus I ini dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran
I.
Di awal pembelajaran guru menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar serta indikator-indikator pada siswa agar siswa mengetahui
sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan 2
diadakan evaluasi siklus I untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada
materi yang telah diajarkan. Evaluasi siklus I ini adalah menggambar bentuk
kubistik berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan
memperhatikan kemiripan, kreativitas, kebersihan, kerapian, kesesuaian warna,
komposisi dan proporsi
b. Hasil Belajar
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa nilai rata-rata siswa masih rendah dan
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini terlihat dari
rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 69,50. Jumlah
siswa memperoleh nilai 70 hanya 13 orang atau 54,17% dari jumlah siswa
secara keseluruhan dan siswa yang belum berhasil sebanyak 11 orang atau
55
45,83% dari jumlah siswa keseluruhan, artinya tindakan yang diberikan pada
siklus I belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Siklus II
a. Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II dibagi dalam 2 kali pertemuan,
pertemuan pertama dengan materi menggambar bentuk selindris. Langkah-
langkah yang dilakukan pada setiap pertemuan sama seperti pada siklus I dengan
melakukan perbaikan-perbaikan seperti yang telah dirumuskan pada refleksi
siklus I.
Untuk mengetahui penguasaan siswa pada materi yang telah diajarkan
pada siklus II maka diadakan evaluasi yaitu menggambar bentuk selindris
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan memperhatikan
kemiripan, kreativitas, kebersihan, kerapian, kesesuaian warna, komposisi dan
proporsi.
b. Hasil Belajar
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah
mengalami peningkatan dari siklus I. Ini dapat diketahui dari hasil belajar siklus
II yang diikuti oleh 24 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 54,17
pada siklus I menjadi 72,50pada siklus II. Dan jumlah siswa memperoleh nilai
70 sebanyak 18 orang, ini berarti keberhasilan klasikal telah mencapai 75%.
Sedangkan siswa yang belum berhasil 6 orang sekitar 25% maka tindakan
dilanjutkan pada siklus III.
56
3. Siklus III
a. Pelaksanaan tindakan
Siklus III ini terdiri dari 2 kali pertemuan, pertemuan pertama dengani
materi menggambar bentuk bebas. Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap
pertemuan sama seperti pada siklus I dan siklus II dengan melakukan perbaikan-
perbaikan seperti yang telah dirumuskan pada refleksi siklus I dan siklus II.
Untuk mengetahui penguasaan siswa pada materi yang telah diajarkan
pada siklus III maka diadakan evaluasi yaitu menggambar bentuk bebas
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan memperhatikan
kemiripan, kreativitas, kebersihan, kerapian, kesesuaian warna, komposisi dan
proporsi .
b. Hasil Belajar
Dari tabel 4.9diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus III sudah
mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari siklus I yang diikuti oleh 24
orang siswa, nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 69,6 pada siklus I
menjadi 72,5pada siklus II dan meningkat menjadi 77,6 pada siklus III. Siswa
yang memperoleh nilai 70 sebanyak 23 orang. Ini berarti keberhasilan klasikal
mencapai 95,83% sedangkan siswa yang belum berhasil sebesar 4,17%. Angka
keberhasilan ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat dikatakan
berhasil.
Adapun rincian mengenai peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
57
Tabel 4.10. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No Variabel yang
diamati
Siklus I Siklus II Siklus III
Jml Persen Jml Persen Jml Persen
1
2
3
Nilai Rata-rata.
Jumlah siswa yang
telah berhasil dalam
belajar.
Jumlah siswa yang
belum berhasil dalam
belajar.
69,5
13
11
69,5
54,17
,8345
72,5
18
6
72,5
75
25
77,6
23
1
77,6
95,83
4,17
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa setiap siklus terdapat peningkatan
hasil belajar yang semakin baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan CTL dalam pembelajaran menggambar bentuk
dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatitas siswa.
Tabel 4.11. Peningkatan kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
Siklus Rata-rata % kreativitas
Siswa Rata-rata Hasil Belajar Siswa
I
II
III
68,3
71,7
76,5
69,50
72,5
77,6
58
Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram berikut :
Gambar 4.1. Diagram Peningkatan kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Tiap
Siklus
Gambaran mengenai peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklus dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.12.Peningkatan Aktivitas Siswa pada Saat Proses Belajar Mengajar.
No Aktivitas yang diamati
Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah
siswa %
Jumlah
siswa %
Jumlah
siswa %
I
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan
Pendahuluan
Guru memasuki kelas
tepat waktu.
Guru melakukan do’a
bersama& baca Al-
Qur’an
Guru mengecek
kehadiran siswa.
Guru memotivasi siswa
untuk belajar.
Guru menuliskan judul
materi pelajaran hari
ini di papan tulis.
22
24
18
12
24
91,67
100
75,00
50,00
100
24
24
19
18
24
100
100
79,17
75,00
100
24
24
24
20
24
100
100
100
83,33
100
62
64
66
68
70
72
74
76
78
Siklus I Siklus II Siklus III
68.3
71.7
76.5
69.5
72.5
77.6
Rata-rata %Kreativitas Siswa
Rata-rata HasilBelajar Siswa
Diagram Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa
Rat
a -
rata
59
II
6.
7.
8.
9.
10.
11.
III
12.
Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan
sewaktu guru
menyampaikan
skenario pembelajaran.
Siswa memperhatikan
sewaktu guru
menyajikan materi.
Siswa menyiapkan alat
dan bahan yang akan
digunakan yang telah
disiapkan dari rumah.
Siswa memulai
menggambar bentuk
bebas .
Siswa bertanya tentang
hal yang belum
dimengerti dalam
menggambar bentuk
bebas.
Siswa menyelesaikan
tugas dengan tepat
waktu.
Kegiatan Penutup
Siswa yang ikut
menyimpulkan hasil
pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
12
14
18
15
6
18
14
50,00
58,33
75,00
62,50
25,00
75,00
58,33
17
16
20
18
4
20
16
70,83
66,67
83,33
75,00
16,67
83,33
75,00
22
22
24
22
2
24
22
91,67
91,67
100
91,67
8,33
100
91,67
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL
dalam pembelajaran menggambar bentuk dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
Adapun gambaran mengenai aktivitas guru pada setiap siklus dapat dilihat
pada tabel berikut :
60
Tabel 4.13. Peningkatan Aktivitas Guru pada Saat Kegiatan Belajar Mengajar
No Aktivitas yang
diamati
Hasil
Pengamatan
Siklus I
Hasil
Pengamatan
Siklus II
Hasil
Pengamatan
Siklus III
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
I
1.
2.
3.
4.
5.
II
6
7
8
9
10.
11.
Kegiatan
Pendahuluan
Guru memasuki kelas
tepat waktu.
Guru melakukan do’a
bersama& baca Al-
Qur’an
Guru mengecek
kehadiran siswa.
Guru memotivasi
siswa untuk belajar.
Guru menuliskan
judul materi pelajaran
hari ini di papan tulis.
Kegiatan Inti
Guru menyampaikan
skenario
pembelajaran..
Guru menyampaikan
bentuk bebas yang
mau digambar
Guru memberikan
contoh gambar
bentuk bebas
Guru memantau
siswa yang
mengalami kesulitan
dalam menggambar
bentuk bebas.
Guru membantu
siswa yang
mengalami kesulitan
dalam menggambar
bentuk bebas
Guru meminta
beberapa siswa
menampilkan hasil
karyanya didepan
kelas.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
61
III
12
13
Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan
siswa menyimpulkan
hasil pembelajaran
yang telah
dilaksanakan..
Guru
menginformasikan
materi pelajaran
untuk pertemuan
selanjutnya.
√
√
√
√
√
√
Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas guru
pada setiap siklus. Hal ini dikarenakan guru sudah terbiasa menggunakan
pendekatan CTL pembelajaran menggambar bentuk, sehingga rencana
pembelajaran yang sudah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
62
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kreativitas siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan CTL dalam
pembelajaran menggambar bentukdi kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja
Kab. Bone. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kreativitas siswa setiap
siklusnya, yaitu : 69,5 pada siklus I meningkat menjadi 72,5 sebesar 3,00
pada siklus II dan meningkat menjadi 77,6sebesar 5,1 pada siklus III.
2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan CTL dalam
pembelajaran menggambar bentuk di kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja
Kab. Bone. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang didapat
oleh siswa pada setiap siklusnya, yaitu : 68,3pada siklus I meningkat
menjadi 71,7 sebesar 3,4pada siklus II dan meningkat menjadi76,5sebesar
4,8pada siklus III.
B. Saran
Saran yang diberikan peneliti untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Pendekatan CTL dalam pembelajaran seni budaya pada umumnya
dan pada menggambar pada khususnya perlu dikembangkan sebagai variasi
62
63
pembelajaran seni budaya yang relevan, guna meningkatkan kreativitas dan
hasil belajar siswa.
2. Guru hendaknya mampu menciptakan suasana yang tidak membosankan
dalam pembelajaran seni budaya, sehingga pelajaran seni budaya menjadi
lebih menyenangkan serta mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa.
3. Kegiatan penelitian tindakan kelas sangat baik dan perlu dilaksanakan oleh
guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
64
DAFTAR PUSTAKA
............. 2013. Undang-unang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah
Kemdikbud. 2014. Seni Budaya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud
Kemdikbud. 2014. Seni Budaya untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kemdikbud
Margaretha, dkk. 2003. Contekstual Teaching Learning. Makalah yang disajikan
pada pelatihan Pembelajaran CTL. Dinas Pendidikan Prov. Sulawesi
Selatan
Tim Abdi Guru. 2004. Kesenian untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga
Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Widodo, BA. 1987. Seni Rupa untuk SMP Kelas I. Klaten: Intan Pariwara
http://agussiswoyo.net/sejarah-budaya/pengertian dan-macam-macam cara -
menggambar- bentuk/. Diakses pada tanggal 9 September 2015
http://handikap60.blogspot.com/2013/10/ pengertian- jenis- dan- prinsip-
menggambar-html. Diakses pada tanggal 9 September 2015
http://gudangcontohskripsi.blogspot.com/2010/04/033-kaligrafi-kontemporer.
Diakses pada tanggal 9 September 2015
http://www.kompasiana.com/ekogenshter/pengertian-kreatif-dan-
inovatif_552feef834b36b8b45ac. Diakses pada tanggal 15 September 2015
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
ANALISIS DATA
DOKUMENTASI
PERSURATAN
DOKUMENTASI SIKLUS I
Gambar 1. Guru menulis materi bentuk kubistis di papan tulis
Gambar 2. Guru menjelaskan di papan tulis
Gambar 3. Siswa belajar menggambar bentuk kubistis
Gambar 4. Siswa belajar menggambar bentuk kubistis
Gambar 5. Guru memperhatikan siswa menggambar bentuk kubistis
Gambar 6. Guru menjelaskan mengambar bentuk kubistis pada murid
Gambar 7. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk Kubistis
Gambar 8. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk Kubistis
DOKUMENTASI SIKLUS II
Gambar 9. Guru menulis materi bentuk silindris di papan tulis
Gambar 10. Siswa belajar menggambar bentuk silindris
Gambar 11. Siswa belajar menggambar bentuk silindris
Gambar 12. Guru menjelaskan mengambar bentuk silindris pada murid
Gambar 13. Guru menjelaskan mengambar bentuk silindris pada murid
Gambar 12. Guru menjelaskan mengambar bentuk silindris pada murid
Gambar 13. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk silindris
Gambar 14. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk silindris
DOKUMEN SIKLUS III
Gambar 15. Guru menulis materi bentuk bebas di papan tulis
Gambar 16. Guru memperhatikan siswa menggambar bentuk bebas
Gambar 17. Guru memperhatikan siswa menggambar bentuk bebas
Gambar 18. Guru menjelaskan mengambar bentuk bebas pada murid
Gambar 19. Guru menjelaskan mengambar bentuk bebas pada murid
Gambar 20. Guru menjelaskan mengambar bentuk bebas pada murid
Gambar 21. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk bebas
Gambar 22. Siswa mempersentasikan hasil karyanya dalam bentuk bebas
SIKLUS 1 : Menggambar Bentuk Kubistis KKM 70
No NIS NAMA
Kem
irip
an
Kre
ativ
itas
Keb
ersi
han
Ker
apia
n
Kes
esu
aian
War
na
Ko
mp
osi
si
Pro
po
rsi
Rat
a-ra
ta
KE
T
1 2013001 ASFIRA MUHRI 65 70 75 75 75 75 65 71.4 Tuntas
2 2013002 FATIMAH 55 65 65 75 70 75 60 66.4 T.Tuntas
3 2013003 FIRZAH ARIFAH MASTAN 55 70 75 75 75 75 70 70.7 Tuntas
4 2013005 ARMA MULAWATY R 50 70 75 70 65 70 70 67.1 T.Tuntas
5 2013008 NUR AFRILIYASARI 50 75 70 70 75 70 75 69.3 T.Tuntas
6 2013010 MEILISA 60 75 75 75 70 70 75 71.4 Tuntas
7 2013013 REZA ALVIONITA 65 65 75 75 75 75 75 72.1 Tuntas
8 2013014 RA AZMI HAYATUNNUFUS 50 65 75 70 75 70 75 68.6 T.Tuntas
9 2013038 LALA SASKIA 55 60 75 75 70 75 70 68.6 T.Tuntas
10 2013039 NEKY OKTAVIA 70 75 75 75 75 75 70 73.6 Tuntas
11 2013054 NINI ANGRIANI 50 75 60 75 75 70 75 68.6 T.Tuntas
12 2013059 UUD AZIZAH NURAINI 65 65 60 75 70 70 65 67.1 T.Tuntas
13 2013129 NUR FAHIRAH 70 65 65 75 75 70 75 70.7 Tuntas
14 2013208 RIFKIKAH ASIMAH 65 70 65 65 75 75 75 70.0 Tuntas
15 2013016 IMAM AHMAD FARID 65 65 65 75 70 75 75 70.0 Tuntas
16 2013017 MUHAMMAD DERMAWAN 65 75 70 70 75 75 75 72.1 Tuntas
17 2013018 HARDIANSYAH 55 65 65 70 70 75 75 67.9 T.Tuntas
18 2013020 MUH. IQBAL AMIN 65 65 70 70 65 65 60 65.7 T.Tuntas
19 2013021 RASFIAWAL 50 75 65 75 75 75 75 70.0 Tuntas
20 2013024 ANDI MUH. FARHAND A. 75 65 65 75 75 75 70 71.4 Tuntas
21 2013043 ISHAQ 70 65 65 70 75 75 75 70.7 Tuntas
22 2013064 MUH. KURNIAWAN 65 70 55 75 75 75 75 70.0 Tuntas
23 2013089 M. RIFQY ADITAMA J. 65 65 55 75 75 70 70 67.9 T.Tuntas
24 2013191 NICKY SAPUTRA 55 65 55 65 75 75 75 66.4 T.Tuntas
1455 1640 1615 1745 1750 1750 1720 1667.9
60.6 68.3 67.3 72.7 72.9 72.9 71.7 69.5 T.Tuntas
56.9 20.1 45.8 10.4 10.2 8.2 22.2 4.1
7.54 4.49 6.77 3.22 3.20 2.86 4.71 2.04
JUMLAH
RATA-RATA
VARIANS
STANDAR DEVIASI
SIKLUS 2 : Menggambar Bentuk Selindris KKM 70
No NIS NAMA
Kem
irip
an
Kre
ativ
itas
Keb
ersi
han
Ker
apia
n
Kes
esu
aian
War
na
Ko
mp
osi
si
Pro
po
rsi
Rat
a-ra
ta
KE
T
1 2013001 ASFIRA MUHRI 75 80 80 75 80 85 70 77.9 Tuntas
2 2013002 FATIMAH 65 70 70 75 70 80 70 71.4 Tuntas
3 2013003 FIRZAH ARIFAH MASTAN 65 75 80 75 80 75 75 75.0 Tuntas
4 2013005 ARMA MULAWATY R 50 70 75 70 65 75 70 67.9 T.Tuntas
5 2013008 NUR AFRILIYASARI 50 80 75 70 75 75 80 72.1 Tuntas
6 2013010 MEILISA 70 75 80 75 80 80 75 76.4 Tuntas
7 2013013 REZA ALVIONITA 70 70 75 75 75 80 80 75.0 Tuntas
8 2013014 RA AZMI HAYATUNNUFUS 65 65 75 70 80 80 75 72.9 Tuntas
9 2013038 LALA SASKIA 55 70 80 75 70 75 80 72.1 Tuntas
10 2013039 NEKY OKTAVIA 75 75 75 75 80 80 75 76.4 Tuntas
11 2013054 NINI ANGRIANI 55 80 75 75 75 80 75 73.6 Tuntas
12 2013059 UUD AZIZAH NURAINI 75 65 60 75 70 75 65 69.3 T.Tuntas
13 2013129 NUR FAHIRAH 75 70 75 75 80 70 75 74.3 Tuntas
14 2013208 RIFKIKAH ASIMAH 65 75 65 65 75 80 80 72.1 Tuntas
15 2013016 IMAM AHMAD FARID 65 70 75 75 70 75 75 72.1 Tuntas
16 2013017 MUHAMMAD DERMAWAN 70 80 75 70 80 80 80 76.4 Tuntas
17 2013018 HARDIANSYAH 55 70 65 70 70 75 80 69.3 T.Tuntas
18 2013020 MUH. IQBAL AMIN 70 65 75 70 65 70 65 68.6 T.Tuntas
19 2013021 RASFIAWAL 55 75 65 75 75 75 75 70.7 Tuntas
20 2013024 ANDI MUH. FARHAND A. 75 70 75 75 80 80 70 75.0 Tuntas
21 2013043 ISHAQ 75 65 65 70 75 75 75 71.4 Tuntas
22 2013064 MUH. KURNIAWAN 65 70 65 75 80 80 80 73.6 Tuntas
23 2013089 M. RIFQY ADITAMA J. 70 70 55 75 75 70 70 69.3 T.Tuntas
24 2013191 NICKY SAPUTRA 60 65 65 65 70 75 75 67.9 T.Tuntas
1570 1720 1720 1745 1795 1845 1790 1740.7
65.4 71.7 71.7 72.7 74.8 76.9 74.6 72.5 Tuntas
66.5 24.3 45.1 10.4 23.9 14.2 20.7 8.1
8.15 4.93 6.72 3.22 4.89 3.77 4.55 2.85
JUMLAH
RATA-RATA
VARIANS
STANDAR DEVIASI
SIKLUS 3 : Menggambar Bentuk Bebas KKM 70
No NIS NAMA
Kem
irip
an
Kre
ativ
itas
Keb
ersi
han
Ker
apia
n
Kes
esu
aian
War
na
Ko
mp
osi
si
Pro
po
rsi
Rat
a-ra
ta
KE
T
1 2013001 ASFIRA MUHRI 85 85 80 85 80 85 80 82.9 Tuntas
2 2013002 FATIMAH 70 75 70 80 75 85 80 76.4 Tuntas
3 2013003 FIRZAH ARIFAH MASTAN 75 80 80 85 80 80 80 80.0 Tuntas
4 2013005 ARMA MULAWATY R 60 75 75 80 75 80 75 74.3 Tuntas
5 2013008 NUR AFRILIYASARI 60 80 80 80 80 80 85 77.9 Tuntas
6 2013010 MEILISA 75 80 80 85 80 80 85 80.7 Tuntas
7 2013013 REZA ALVIONITA 70 80 80 85 80 85 85 80.7 Tuntas
8 2013014 RA AZMI HAYATUNNUFUS 75 75 75 80 85 80 85 79.3 Tuntas
9 2013038 LALA SASKIA 65 75 80 80 70 75 80 75.0 Tuntas
10 2013039 NEKY OKTAVIA 80 85 85 75 85 85 80 82.1 Tuntas
11 2013054 NINI ANGRIANI 70 85 75 85 80 80 75 78.6 Tuntas
12 2013059 UUD AZIZAH NURAINI 75 70 75 80 70 80 75 75.0 Tuntas
13 2013129 NUR FAHIRAH 80 75 85 75 80 70 80 77.9 Tuntas
14 2013208 RIFKIKAH ASIMAH 70 75 75 75 80 85 80 77.1 Tuntas
15 2013016 IMAM AHMAD FARID 85 85 80 80 85 85 85 83.6 Tuntas
16 2013017 MUHAMMAD DERMAWAN 75 80 85 80 85 80 85 81.4 Tuntas
17 2013018 HARDIANSYAH 65 70 75 75 75 80 80 74.3 Tuntas
18 2013020 MUH. IQBAL AMIN 75 70 85 75 75 75 75 75.7 Tuntas
19 2013021 RASFIAWAL 65 75 75 80 75 75 75 74.3 Tuntas
20 2013024 ANDI MUH. FARHAND A. 80 70 75 75 85 80 75 77.1 Tuntas
21 2013043 ISHAQ 75 75 80 80 80 80 75 77.9 Tuntas
22 2013064 MUH. KURNIAWAN 75 75 75 75 80 85 80 77.9 Tuntas
23 2013089 M. RIFQY ADITAMA J. 75 75 65 80 75 75 75 74.3 Tuntas
24 2013191 NICKY SAPUTRA 60 65 65 70 70 75 80 69.3 T.Tuntas
1740 1835 1855 1900 1885 1920 1910 1863.6
72.5 76.5 77.3 79.2 78.5 80.0 79.6 77.6 Tuntas
50.0 28.1 29.1 16.0 21.8 16.7 14.4 10.8
7.07 5.30 5.40 4.00 4.67 4.08 3.80 3.29STANDAR DEVIASI
JUMLAH
RATA-RATA
VARIANS
54.16667
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMP NEG.1 LAPPARIAJA
MATA PELAJARAN : SENI RUPA
KELAS / SEMESTER : IX / I
PERTEMUAN : II (KEDUA)
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT
A. STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan Diri Melalui Karya Seni Rupa.
B. KOMPETENSI DASAR : 2.1. Menggambar Bentuk Kubistis.
C. INDIKATOR :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis.
2. Membuat sketsa gambar bentuk benda kubistis dari karya seni rupa terapan
daerah Sulawesi Selatan.
3. Membuat gambar benda kubistis dari karya seni rupa terapan daerah Sulawesi
Selatan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa Mampu :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis.
2. Membuat sketsa gambar bentuk benda kubistis yang dikembangkan dari seni
rupa tiga dimensi.
3. Membuat gambar bentuk kubistis yang dikembangkan dari seni rupa terapan
tiga dimensi daerah Sulawesi Selatan.
E. MATERI POKOK
1. Konsep Gambar Bentuk
2. Bentuk Kubistis
3. Teknik Menggambar Bentuk
4. Prinsip-prinsip Menggambar Bentuk
5. Langkah-langkah Menggambar Bentuk
F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan CTL, demonstrasi, pemberian tugas.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Menyampaikan informasi tentang kompetensi dasar.
b. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan wawasan siswa mengenai materi
yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa berlatih membuat macam-macam teknik menggambar bentuk.
b. Siswa membuat sketsa benda kubistis.
c. Guru mendemonstrasikan menggambar bentuk dengan pendekatan model.
d. Siswa membuat gambar bentuk benda kubistis karya seni rupa terapan
daerah.
e. Penilaian proses dan produk.
3. Kegiatan Akhir
a. Menunjukkan gambar bentuk karya siswa yang baik.
b. Menyimpulkan materi pelajaran.
H. SUMBER PELAJARAN
1. Buku teks seni budaya untuk SMP Kelas VII penerbit Erlangga.
2. Contoh gambar bentuk.
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes unjuk kerja
2. Bentuk Instrumen : Uji prosedur dan produk
3. Instrumen :
a. Buatlah gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis!
b. Buatlah sketsa benda kubistis!
c. Gambar benda kubistis yang ada di depan kelas dengan teknik arsir!
4. Kriteria Penilaian Gambar Bentuk
No. Aspek-aspek yang dinilai Penilaian 1 2 3 4 5
1. Kemiripan 2. Kreativitas 3. Kebersihan 4. Kerapian 5. Kesesuaian Warna 6. Komposisi 7. Proporsi Keterangan 1 : sangat kurang 4 : baik 2 : kurang 5 : sangat baik 3 : cukup
Mengetahui, Kepala Sekolah
Lappariaja, 2015
DRS. SAMSUDDIN
A.MAPPIJANCI, S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMP NEG.1 LAPPARIAJA
MATA PELAJARAN : SENI RUPA
KELAS / SEMESTER : IX / I
PERTEMUAN : I (PERTAMA)
ALOKASI WAKTU : 2 x 40 MENIT
A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mengekspresikan Diri Melalui Karya Seni Rupa.
B. KOMPETENSI DASAR : 3.1. Menggambar Bentuk Dengan Objek Karya Seni
Rupa Tiga Dimensi Dari Daerah Setempat.
C. INDIKATOR :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis.
2. Membuat sketsa gambar bentuk benda silindris dari karya seni rupa terapan
daerah Sulawesi Selatan.
3. Membuat gambar benda silindris dari karya seni rupa terapan daerah Sulawesi
Selatan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa Mampu :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis.
2. Membuat sketsa benda silindris yang dikembangkan dari seni rupa tiga dimensi.
3. Membuat gambar bentuk silindris yang dikembangkan dari karya seni rupa
terapan tiga dimensi daerah Sulawesi Selatan.
E. MATERI POKOK
1. Konsep Gambar Bentuk
2. Bentuk Silindris
3. Teknik Menggambar Bentuk
4. Prinsip-prinsip Menggambar Bentuk
5. Langkah-langkah Menggambar Bentuk
F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan CTL, demonstrasi, pemberian tugas.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Penyampaian informasi tentang kompetensi dasar.
b. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan wawasan siswa mengenai materi
yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa berlatih membuat macam-macam teknik menggambar bentuk.
b. Siswa membuat sketsa benda silindris.
c. Guru mendemonstrasikan menggambar dengan pendekatan model.
d. Siswa membuat gambar bentuk benda silindris karya seni rupa terapan
daerah Sulawesi Selatan.
e. Penilaian proses dan produk.
H. SUMBER PELAJARAN
1. Buku teks seni budaya untuk SMP Kelas VII penerbit Erlangga.
2. Contoh gambar bentuk.
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes unjuk kerja
2. Bentuk Instrumen : Uji prosedur dan produk
3. Instrumen :
a. Buatlah gelap terang dengan teknik arsir, dusel, dan pointilis!
b. Buatlah sketsa benda silindris!
c. Gambarlah benda silindris yang ada di depan kelas dengan teknik arsir!
4. Kriteria Penilaian Gambar Bentuk
No. Aspek-aspek yang dinilai Penilaian 1 2 3 4 5
1. Kemiripan 2. Kreativitas 3. Kebersihan
5. Kerapian 5. Kesesuaian Warna 6. Komposisi 7. Proporsi Keterangan 1 : sangat kurang 4 : baik 2 : kurang 5 : sangat baik 3 : cukup
Mengetahui, Kepala Sekolah
Lappariaja, 2015
DRS. SAMSUDDIN
A.MAPPIJANCI, S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMP NEG.1 LAPPARIAJA
MATA PELAJARAN : SENI RUPA
KELAS / SEMESTER : IX / I
PERTEMUAN : III (KETIGA)
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 MENIT
A. STANDAR KOMPETENSI : Mengekspresikan Diri Melalui Karya Seni Rupa.
B. KOMPETENSI DASAR : Menggambar Bentuk Bebas.
C. INDIKATOR :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir.
2. Membuat sketsa gambar bentuk bebas.
3. Membuat gambar bentuk bebas.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa Mampu :
1. Membuat gelap terang dengan teknik arsir.
2. Membuat sketsa benda bentuk bebas.
3. Membuat gambar bentuk bebas.
E. MATERI POKOK
1. Konsep Gambar Bentuk
2. Teknik Menggambar Bentuk Bebas
3. Prinsip-prinsip Menggambar Bentuk Bebas
4. Langkah-langkah Menggambar Bentuk Bebas
F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan CTL, demonstrasi, pemberian tugas.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Penyampaian informasi tentang kompetensi dasar.
b. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan wawasan siswa mengenai materi
yang akan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa berlatih membuat macam-macam teknik menggambar bentuk bebas.
b. Siswa membuat sketsa bentuk bebas.
c. Guru mendemonstrasikan menggambar dengan pendekatan model.
d. Siswa membuat gambar bentuk bebas.
e. Penilaian proses dan produk.
3. Kegiatan Akhir
a. Menunjukkan gambar bentuk bebas siswa yang baik.
b. Menyimpulkan materi pelajaran.
H. SUMBER PELAJARAN
1. Buku teks seni budaya untuk SMP Kelas VII penerbit Erlangga.
2. Contoh gambar bentuk bebas.
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes unjuk kerja
2. Bentuk Instrumen : Uji prosedur dan produk
3. Instrumen :
a. Buatlah gelap terang dengan teknik arsir!
b. Buatlah sketsa benda bentuk bebas!
c. Gambarlah bentuk bebas yang ada di depan kelas dengan teknik arsir!
4. Kriteria Penilaian Gambar Bentuk
No. Aspek-aspek yang dinilai Penilaian 1 2 3 4 5
1. Kemiripan 2. Kreativitas 3. Kebersihan 4. Kerapian 5. Kesesuaian Warna 6. Komposisi 7. Proporsi Keterangan 1 : sangat kurang 4 : baik 2 : kurang 5 : sangat baik 3 : cukup
Mengetahui, Kepala Sekolah
Lappariaja, 2015
DRS. SAMSUDDIN
A.MAPPIJANCI, S.Pd
RIWAYAT HIDUP
A. Mappijanci, lahir di Labuaja, 31 Desember 1962, buah hati
dari pasangan A. Langngatong dan A. Bungawali, Istri dari Hj.
Rohana dan memiliki 6 buah hati. Penulis menempuh pendidikan
di MIS Labuaja pada tahun 1969-1974, kemudian melanjutkan
pendidikan di PGA 4 tahun Palattae pada tahun 1975-1979, selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Man Palattae pada tahun 1980-1981. Pada tahun 1982-
1984 penulis melanjutkan pendidikan di IKIP Ujung Pandang Fakultas FPBS Seni
Rupa pada tahun dan pada tahun 2013-2015 penulis melanjutkan Strata 1 di
Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan Pendidikan Seni Rupa.
Kemudian penulis mengajar di SMP Negeri 1 Lappariaja Kab. Bone sampai sekarang.