PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ......Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat...
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ......Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat...
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF
DAN INDUKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH SISWA KELAS XI SMK SALUMANURUNG
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyaratguna Memeroleh Gelar SarjanaPendidikanpada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FakultasKeguruandan Ilmu
PendidikanUniversitasMuhammadiyah Makassar
Oleh
RAHMANIA HAFSARI HS
105331111216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAINDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
2
3
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan.Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Asy-
Syarh 94: 5-8)
“Kesuksesan sebenarnya adalah ketika kita berhasil
meyakini bahwa semua yang kita raih adalah titipan Allah
Swt. Sehingga membuat kita menjadi tawadhu.Biar lelah asal
Lillah.”
“Betapa bernilai ketika kesuksesan duniawi diperoleh seiring
ketaatan kita kepada Allah Swt.”
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan
terima kasihku kepada orang tuaku tercinta, saudara-
saudaraku, keluarga besar, guru-guruku, serta teman-
temanku yang telah mendoakan, memotivasi, membimbing
dan membantu dengan penuh ketulusan serta keikhlasan
viii
hati, semoga Allah yang maha kuasa memberikan balasan
yang lebih baik kepada kalian. Amin.
ix
ABSTRAK
Rahmania, 2020.Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif danInduktif melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas XI SMKSalumanurung.Skripsi.Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas MuhammadiyahMakassar.Pembimbing I Rahman Rahim Pembimbing II Andi Paida.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan siswa dalammenulis paragraf deduktif dan induktif siswa kelas XI SMK Salumanurungmelalui model pembelajaran Berbasis Masalah. penelitian ini bertujuan agarSiswa kelas XI SMK Salumanurung mampu menulis paragraf deduktif daninduktif secara optimal melalui model pembelajaran Berbasis Masalah.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari duasiklus.Setiap siklus dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan.Prosedur penelitianini meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Subjek dalampenelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Salumanurung sebanyak 14 orang.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntassecara individual dari 14 siswa hanya 4 orang atau 28,5% siswa yang memenuhikriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan pada siklus kedua dari 14 orangsiswa terdapat 14 siswa siswa telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudahterpenuhi nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85 dari kriteria ketuntasanminimal (KKM) 73 atau berada pada kategori B (lulus baik).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasilbelajar siswa kelas XI SMK Salumanurung dalam menulis paragraf deduktif daninduktif melalui model pembelajaran Berbasis Masalah mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Paragraf Deduktif dan Induktif, Model Pembelajaran BerbasisMasalah
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Yang Maha Penyanyang dan Maha Pengasih,
demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya.Jiwa ini takkan
henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah,
serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik.
Tak lupa pula selawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat. Karena berkat beliau yang
telah mendakwahkan islam, sehingga islam sampai kepada penulis.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang.Kesempurnaan bagaikan
fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai
pelangi yang terlihat indah dari kejahuan, tetapi menghilang jika
didekati.Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan,
tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan.Segala daya dan upaya telah penulis
serahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermamfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidkan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini.
Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
penulis. H. Hasbi dan Hj. Hafsah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Demikain pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga besar serta sahabat
yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan
xi
candanya. Kepada Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum dan Dr. Andi Paida,M.Pd.
Selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,
arahan, serta motivasi sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi.
Tidak lupa juga penulis ucapkan ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo
Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S,Pd.,
M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Munirah, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dr. Muhammad Ahkir, S.pd., M.Pd. Sekertaris
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya
membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama
sekali tanpa adanya kritikan. Dan mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Makassar, Agustus 2020
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
KARTU KONTROL I ..................................................................................... ii
KARTU KONTROL II .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................iv
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................6
A. Penelitian yang Relevan .................................................................... 6
B. Landasan Teori ..................................................................................8
1. Pengertian Menulis ...................................................................... 8
2. Paragraf ......................................................................................... 10
xiii
3. Jenis-Jenis Paragraf........................................................................11
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
........................................................................................................18
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 23
D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................27
A. JenisPenelitian ..................................................................................... 27
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................... 27
C. Prosedur Penelitian .............................................................................. 28
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32
F. Teknik Analisis Data............................................................................ 33
G. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................35
A. HasilPenelitian .................................................................................... 35
B. Pembahasan.......................................................................................... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................49
A. Simpulan .............................................................................................. 49
B. Saran..................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50
LAMPIRAN ...................................................................................................... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................ 21
Tabel 3.1 Lembar Observasi Kegiatan Guru.......................................................31
Tabel 3.2 Alat Penilaian Menulis Paragraf Deduktif dan Induktif .................... 32
Tabel 4.1 Statistik Nilai Kemampuan Belajar Siswa ..........................................35
Tabel 4.2Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus I...........................36
Tabel 4.3 Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus I ..........................38
Tabel 4.4Nilai Hasil Tes Belajar Bahasa Indonesia Siklus I .............................38
Tabel 4.5Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif dan
Induktif Siklus I .................................................................................39
Tabel 4.6Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II .........................42
Tabel 4.7 Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus II .........................43
Tabel 4.8Nilai Hasil Tes Belajar Bahasa Indonesia Siklus II ............................44
Tabel 4.9Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif dan
Induktif Siklus I .................................................................................45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat
komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.Kemampuan berbahasa ini harus
dibina dan dikembangkan sejak dini kepada siswa. Salah satu wujud
pembinaan kemampuan siswa dalam berbahasa adalah dengan menerapkan
pengajaran bahasa ditingkat SD,SMP,SMA dan perguruan tinggi. Karena
dengan berbahasa siswa dapat menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan
kepada mitra tuturnya.
Keterampilan berbahasa ada empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lain karena keempat keterampilan berbahasa
merupakan satu kesatuan yang utuh. Menyimak dan berbicara merupakan
aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis
merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis.Mendengarkan dan membaca
adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif sedangkan berbicara dan
menulis bersifat produktif.
Dari keempat keterampilan berbahasa di atas, salah satunya keterampilan
menulis.Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran
penting dalam dinamika peradaban manusia.Dengan menulis orang dapat
melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun luar
dirinya, dan mampu memperkaya pengalamannya.Melalui kegiatan menulis
pula orang dapat mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya.
2
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit
dikuasai. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan
berbagai unsur kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri yang akanmenjadi isi
karangan. Keterampilan menulis biasanya dikaitkan dengan pembelajaran
mengarang. Latihan menulis dan mengarang dalam pengajaran bahasa
Indonesia dapat membiasakan siswa untuk menerapkan pengetahuan
kebahasaan, seperti tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, ejaan, dan sebagainya.
Kegiatan menulis itu sendiri memang tidak semudah seperti yang
dibayangkan. Seseorang seringkali mengalami keinginan untuk menulis, tetapi
tidak sanggup melakukannya.Seseorang mengalami gangguan keterlambatan
dalam mengekspresikan pikiran atau gagasannya melalui bahasa yang baik
dan benar, sehingga orang tersebut mengalami kesulitan dalam menulis.
Titik permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tentang kemampuan menulis
paragraf deduktif dan induktif dengan menggunakan model pembelajaran
Berbasis Masalah.Kemampuan siswa Kelas XI SMK Salumanurung yang
terdiri dari 14 orang dalam menulis untuk membedakan paragraf deduktif dan
induktif dikatakan sangat rendah.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti terhadap kondisi belajar siswa yang juga dikatakan oleh guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa siswa lebih cenderung jenuh dan
malas saat pelajaran berlangsung.
Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
Berbasis Masalah, rata-rata hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa
Indonesia semester II kelas XI SMK Salumanurung menunjukkan 40% siswa
3
yang bisa menulis paragraf deduktif dan induktif. Kondisi tersebut menjadikan
indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar siswa mata pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas XI SMK Salumanurung tergolong rendah.
Kemampuan siswa tersebut di atas, disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari cara menulis paragraf deduktif dan induktif.
Berdasarkan hasil observasi pada saat guru mengajar, menunjukkan bahwa
pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat ceramah dan siswa kurang aktif.
Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan atau model
pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa
terlihat aktif dalam belajar, pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah.
Pernyataan di atas, didukung dari hasil penelitian Gusmiati (2013:2)
menyatakan, “Masih banyak siswa yang belum mampu menemukan ide pokok
paragraf dalam wacana.Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan siswa dalam
memahami apa sebenarnya ide pokok paragraf sehingga siswa cepat merasa
bosan dalam membaca suatu wacana”. Hal ini juga senada dengan penelitian
Indraswati (2011:1) menyatakan bahwa: “Rendahnya kemampuan siswa
dalam memahami isi bacaan, diduga disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang belum mengarah pada upaya melayani kebutuhan perkembangan
psikologis siswa yang sedang berada pada tahap perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasanya berada pada tahap kreatif”.
Berdasarkan uraian di atas, rendahnya kemampuan siswa menulis paragraf
deduktif dan paragraf induktif disebabkan rendahnya kemampuan membaca
4
serta model pembelajaran yang digunakan tidak efektif. Hal ini disebabkan
beberapa faktor antara lain: rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan
kalimat utama, rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan topik dan
rendahnya kemampuan siswa dalam membedakan paragraf deduktif dan
paragraf induktif. Hal inilah yang mendorong saya mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf
Deduktif dan Induktif melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa
Kelas XI SMKS Salumanurung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti dapat
merumuskan penelitian yaitu bagaimana kemampuan siswa dalam menulis
paragraf deduktif dan induktif siswa kelas XI SMK Salumanurung melalui
model pembelajaran Berbasis Masalah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan agar Siswa kelas XI
SMK Salumanurung mampu menulis paragraf deduktif dan induktif secara
optimal melalui model pembelajaran Berbasis Masalah.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam ilmu
pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia dalam penerapan model pembelajaran Berbasis
Masalah di Kelas XI SMK Salumanurung.
5
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Dapat menjadi bahan masukan untuk cara belajar yang efektif dan
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Berbasis Masalah pada materi paragraf deduktif dan
induktif.
b. Bagi Siswa
Dapat memberikan suasana yang variatif dan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkam prestasi sekolah melalui model pembelajaran
Berbasis Masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaran di kelas.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan dalam proses
belajar mengajar.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu banyak yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, terutama dalam pembelajaran paragraf deduktif dan
paragraf induktif dan juga model pembelajaran yang akan digunakan peneliti.
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Nirmala
Sari Siregar (2016), yang berjudul Hubungan Kemampuan Membedakan
Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif dengan Kemampuan Menulis Berita
Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Medan Tahun
Pembelajaran 2016/2017. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tingkat
Kemampuan membedakan paragraf deduktif dan paragraf induktif siswa kelas
X Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Medan tahun pembelajaran 2016/2017,
tergolong cukup dengan nilai rata-rata sebesar 64,75 dan standar deviasi
sebesar 8,04.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan adalah
sama-sama membahas tentang paragraf deduktif dan induktif. Perbedaan
penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nirmala Sari adalah penelitian Nirmala Sari merupakan jenis penelitian
korelasi, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan merupakan jenis
penelitian tindakan kelas.
Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Diniati Putri
(2014), yang berjudul Kemampuan Membedakan Paragraf Deduktif dan
7
Induktif Siswa Kelas XI SMA Adabiah 2 Padang Melalui Kegiatan Membaca
Pemahaman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, indikator
menentukan paragraf deduktif berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan
nilai rata-rata siswa 89,2%. Kedua, indikator menentukan paragraf induktif
berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan nilai rata-rata siswa 88,46%.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kemampuan siswa yang
menonjol adalah kemampuan menentukan paragraf deduktif, sedangkan
kemampuan siswa yang berada dibawah kemampuan paragraf deduktif adalah
kemampuan menentukan paragraf induktif. Dengan kata lain, disimpulkan
bahwa kemampuan menentukan paragraf deduktif dan induktif siswa kelas XI
SMA Adabiah 2 Padang berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan nilai
rata-rata siswa 88,75%.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama membahas tentang paragraf deduktif dan induktif.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada
pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang akan
dilaksankan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Lukman
Hakim (2015), yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) pada Lembaga Pendidikan Islam
Madrasah menyimpulkan bahwa model pembelajaran Berbasis Masalah
sangat cocok dilaksanakan oleh para guru di lingkungan Pendidikan Islam
madrasah. Sebab, model pembelajaran Berbasis Masalah mempunyai manfaat
8
yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami materi
pelajaran dan sekaligus mampu memecahkan masalah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sama-
sama menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning).Penelitian di atas dilaksakan pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dilakukan pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Menulis
Menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa
mempunyai peran penting didalam kehidupan manusia. Dengan menulis,
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai
tujuan tertentu, segala yang ada dalam pikiranya akan secara jelas terbuka
dan mendapatkan kepuasan akan ide yang sudah didapatkan.
Keterampilan menulis dapat diartikan suatu kegiatan yang melibatkan
berbagai keterampilan lain, diantaranya kemampuan menyusun pikiran
dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang
tepat dan penyusunan dalam suatu paragraf. Hal ini semacam sering
dikenal dengan istilah mengarang menulis.
Menurut Coey (via Sagala, 2014: 61) konsep pembelajaran adalah
suatu proses dimana lingkugan seseorang sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
9
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan.
Menurut Tarigan (2008: 54) mendefinisikan menulis sebagai suatu
aktivitas megorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
danmenghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak hanya interaksi antara
pendidik dan peserta didik, namun juga lingkungan sekitar dari pendidik
dan peserta didik. Lingkungan tersebut dapat berupa sarana dan prasarana
kegiatan pembelajaran, dan lain sebagainya.
Menulis mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
baru (Sagala, 2014: 61). Menurut Dimyati dan Mudjiono (via Sagala,
2014: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Sagala (2014: 63) menulis memiliki dua karakteristik.
Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa
secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,
mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.
Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses
tanya jawab terus menerus diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa.
10
Menulis merupakan suatu kegiatan yang terprogram dan
terencana.Kegiatan pembelajaran di sekolah misalnya, merupakan suatu
kegiatan yang saling berhubungan dan saling berintegrasi satu dengan
lainnya sehinggaterbentuk suatu suasana dan lingkungan belajar. Hal ini
menimbulkan suatu sistem yang saling berhubungan dalam proses
pembelajaran.
Sistem menurut Sanjaya (2009: 49) adalah suatu kesatuan komponen yang
satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Sistem sendiri memiliki tiga karakteristik.Pertama, sistem
memiliki tujuan. Kedua, sistem pasti mengandung suatu proses. Ketiga,
proses atau kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan
memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.
Berdasarkan urain tentang hakikat menulis, maka dapat disimpulkan
bahwa menulis dapan dikatakan suatu sistem kegiatan yang bertujuan
untuk kegiatan pembelajaran siswa yang melibatkan berbagai komponen
untuk menunjang keberhasilan dan tercapainya tujuan dari pembelajaran
menulis.
2. Paragraf
Suladi (2014: 2) mengungkapkan bahwa 1) Paragraf mempunyai ide
pokok (gagasan utama) yang dikemas dalam kalimat topik. Bagi penulis,
ide pokok itu menjadi pengendali untuk kalimat-kalimat
penjelas/pengembang agar tidak keluar dari pokok pembicaraan.
11
Sementara itu, bagi pembaca ide pokok itu menjadi penuntun dalam
memahami isi karena di situlah inti informasi yang ingin disampaikan
penulis. 2) Salah satu kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik,
sedangkan kalimat-kalimat lainnya merupakan kalimat penjelas untuk
menerangkan kalimat topik.
Dalam pembuatan paragraf, gagasan utama yang dituangkan dalam
kalimat topik dapat diletakkan pada bagian awal, akhir, awal dan akhir, di
tengah, atau dapat pula menyebar ke seluruh bagian paragraf. Secara
umum, paragraf yang efektif mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) mengandung
satu gagasan utama yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas, (2)
pikiran penjelas yang betul-betul mendukung gagasan utama, (3) gagasan
utama dan penjelas yang dikemas dalam kalimat yang lugas dan efektif,
dan (4) kalimat yang satu berkait serasi dengan kalimat yang lain dalam
sebuah paragraf. Secara umum, paragraf yang baik meliputi kohesi dan
koherensi.
3. Jenis-Jenis Paragraf
a. Berdasarkan Pola Pernalaran
Dalam menuangkan gagasan pokok atau utama, kita harus
memperhatikan pola pernalaran.Berdasarkan pola pernalaran itu,
pengelompokan paragraf didasarkan pada penempatan gagasan
utama.Berdasarkan letak gagasan utama itu, paragraf dapat dibedakan
atas paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, naratif, dan
menyebar.
12
1) Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan
utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat
penjelas untuk mendukung gagasan utama.Ide pokok atau gagasan
utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat
topik.Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat-
kalimatpengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang ada
dalam kalimat topiknya.
Contoh:
Rady Fadli merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya.Rady
Fadli atau biasa disapa dengan Fadli ini adalah siswa kelas XI
Madrasah Aliyah Al-Chaeriyah Ma’arif Barakkang.Ia merupakan salah
satu siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan perlombaan. Ia selalu
mewakili sekolahnya dalam perlombaan dalam bidang akademik
maupun olahraga. Tidak hanya itu, ia juga seorang penghafal Alquran,
ia telah menghafal 10 Juz Alquran dalam kurun waktu 1,5 tahun.
Paragraf di atas merupakan salah satu contoh paragraph
deduktif.Kalimat utama atau kalimat topik paragraf di atas adalah
Rady Fadli merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya.Kalimat
utama itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat
penjelas.Kalimat penjelas berfungsi menguraikan butir-butir yang
13
diperlukan untuk mempertegas informasi dalam kalimat utama atau
topik.
2) Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada
bagian akhir.Secara garis besar,paragraf induktif mempunyai ciri-ciri,
yaitu 1) diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang
berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasa utama
dan 2) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus itu.
Untuk menjaga koherensi antarkalimat dalam paragraf, dalam
perumusan kalimat simpulan itu acap digunakan konjungsi penumpu
kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat.Kata
atau frasa yang biasa digunakan sebagai penumpu kalimat simpulan itu
adalah jadi, akhirnya, akibatnya, oleh karena itu, maka dari itu,
berdasarkan uraian di atas, dan dengan demikian.Karena fungsinya
sebagai penumpu kalimat, kata-kata tersebut diletakkan di awal
kalimat dan tentu saja harus diawali dengan huruf kapital.Karena
fungsinya juga sebagai konjungsi antarkalimat (konjungsi
ekstraklausal), kata-kata tersebut harus diikuti tanda baca koma.
Contoh:
Belajar dimasa tua membutuhkan usaha yang ekstra dikarenakan daya
tangkap yang dimiliki pada masa ini sudah sangat berkurang.Bahkan
motivasi yang dimiliki juga sudah melemah karena terlalu banyak
14
pikiran yang menganggu.Maka dari itu, dikatakan belajar dimasa tua
seperti melukis di atas air.
Paragraf di atas diawali dengan perincian yang berupa peristiwa-
peristiwa khusus.Peristiwa khusus itu berupa belajar dimasa tua
membutuhkan usaha yang ekstra dikarenakan daya tangkap yang
dimiliki pada masa ini sudah sangat berkurang.Semua peristiwa khusus
itu kemudian disimpulkan bahwa Maka dari itu, dikatakan belajar
dimasa tua seperti melukis di atas air.
3) Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf.Meskipun ada dua kali
pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti gagasan utamanya ada
dua.Adanya dua kalimat topik itu hanya merupakan bentuk
pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi.
4) Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di
tengah-tengah paragraf.Paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat
penjelas sebagai pengantar kemudian diikuti gagasan utama dan
ditambahkan lagi kalimat-kalimat penjelas untuk menguatkan atau
mempertegas informasi.
5) Ide Pokok Menyebar
15
Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat
utama.Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat
pada kalimat-kalimatnya.
b. Berdasarkan Gaya Ekspresi/Pengungkapan
Gaya atau corak ekspresi meliputi narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi. Adapun perincian tiap-tiap gaya itu adalah
sebagai berikut.
1) Paragraf Narasi (Kisahan)
Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan
menceritakan atau mengisahkan rangkaiankejadian atau peristiwa--
baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan--atau
pengalaman hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke
waktu sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri
peristiwa itu. Paragraf narasi dimaksudkan untuk memberi tahu
pembaca atau pendengar tentang sesuatu yang diketahui atau
dialami penulis supaya pembaca terkesan.
2) Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau
suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan
indera.Paragraf ini bertujuan untukmemberikan kesan/impresi
kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan
semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Melalui pengesanan
ini pembaca seolah-olah berada di suatu tempat dan dapat melihat,
16
mendengar, meraba, mencium, atau merasakan apa yang tertulis
dalam paragraf tersebut.
3) Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk
menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan
pembaca.Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi.Sumber untuk
penulisan paragraf ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan,
penelitian atau pengalaman.
4) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf
persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat
tercapai, penulis harus mampu menyampaikan bukti dengan data
dan fakta pendukung.
5) Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu corak
paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis agar
pembaca menerima pendapatnya.Dalam paragraf ini penulis
menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang
kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa
terpengaruh.
c. Berdasarkan Urutan
17
Pada umumnya suatu karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu (1)
paragraf pembuka, (2) paragraf isi, dan (3) paragraf penutup.Ketiga
jenis paragraf itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
struktur karangan.Paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf
penutup terjalin sangat erat satu sama lain dan terpadu.
1) Paragraf Pembuka/Pengantar
Paragraf ini merupakan pembuka untuk sampai pada permasalahan
yang dibicarakan. Dengan kata lain paragraf pembuka itu
mengantarkan pembaca pada pembicaraan. Berkaitan dengan itu,
paragraf ini berfungsi untuk memberi tahu latar belakang, masalah
tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar yang baik dapat mengetuk
hati dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah orang
lain untuk mengetahui lebih banyak.
2) Paragraf Isi
Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang terletak di
antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.Di dalam paragraf
isi inilah inti pokok pikiran penulis dikemukakan. Jumlah paragraf
isi sangat bergantung pada luas sempitnya cakupan informasi yang
ingin disampaikan. Yang terpenting adalah ketuntasan pembahasan
pokok pikiran yang dikemukakan.
3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan simpulan dari pokok pikiran
dalam paragraf isi. Tujuan penyajian paragraf penutup ini adalah
18
agar apa yang tertuang dalam paragraf-paragraf sebelumnya
terkesan mendalam di benak pembaca.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Istilah modelpembelajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran.Model pembelajaran merupakan pola yang dipilih oleh guru
dalam mengajar peserta didik.Menurut Sukamto (Hakim 2015: 9) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Istilah modelpembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada
sekadar strategi, metode atau prosedur, (Hakim 2015: 10) Trianto
mengemukakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil;
19
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat dicapai.
Adapun model penelitian yang akan digunakan peneliti adalah model
pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah salah satu model pembelajaran yang digunakan
untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang
berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar
tentang bagaimana belajar.
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dikembangkan sebagai suatu
model pembelajaran pada tahun 1970 di sekolah medis McMaster Kanada
(Hakim 2015: 12).Kini model pembelajaran ini sudah merambah ke
berbagai fakultas di berbagai Lembaga Pendidikan di dunia.Dengan
keunggulan model pembelajaran ini, jenjang Pendidikan yang lebih rendah
pun sudah mulai menggunakannya.Dengan perkembangan yang pesat,
pengertiannya juga beragam.
Jadi, pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang
berbasis pada masalah.Pembelajaran dengan pembelajaran Berbasis
Masalah ini, siswa diberikan satu masalah yang diambil dari realita
kehidupan yang nyata dan sesungguhnya, yang kemudian siswa dituntut
untuk dapat mengidentifikasi masalah dan dapat melatih keterampilan
siswa dalam memecahkan masalah.
Pada pelaksanaannya, siswa saling menghargai ide-ide yang berbeda dari
setiap pemikiran siswa lainnya. Pada pembelajaran ini dapat melatih
20
kemampuan siswa untuk belajar mandiri, berani mengemukakan pendapat,
berani untuk bertanya, meningkatkan kepercayaan diri, bersikap mandiri,
berani mengambil resiko, melatih sikap tanggung jawab, mengembangkan
ide-ide dan pemikiran tanpa paksaan dan tekanan dari guru.
Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis Masalah
siswa akan memiliki kemampuan mengemukakan pendapat dan
kemampuan memecahkan masalah dalam diri siswa dan melatih
kecakapan tersebut untuk nantinya dapat diaplikasikan pada kehidupan
yang akan datang. Jadi, pembelajaran Berbasis Masalah tidak hanya
membangun kecakapan berpendapat dan kecakapan ini akan dibutuhkan
siswa dalam menghadapi masalah yang membutuhkan sebuah solusi.
Menurut Ibrahim dan Nur pembelajaran Berbasis Masalah mempunyai
beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut mengandung makna,
karakteristik tersebut meliputi: pengajuan masalah (memahami masalah),
berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,
menghasilkan produk atau karya kemudian memamerkannya dan
kerjasama.
Tabel 2.1Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
No Fase Perilaku Guru1. Memberikan orientasi
tentang permasalahan kepadasiswa
Guru membahas tujuan pelajaran,mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistikpenting, dan memotivasi siswa untuk terlibatdalam kegiatan mengatasi masalah
2. Mengorganisasi siswa untukmeneliti
Guru membantu siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas-tugas belajar yangterkait dengan permasalahannya.
21
3. Membantu investigasimandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkaninformasi yang tepat, melaksanakaneksperimen, mencari penjelasan, dan solusi
4. Mengembangkan danmempresentasikan artefakdan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakandan menyiapkan artefak-artefak yang tepatseperti laporan rekaman video, model-model,dan membantu mereka untuk menyampaikanpada orang lain.
5. Menganalisis danmengevaluasi prosesmengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukanrefleksi atau evaluasi terhadap investigasinyadan proses-proses yang mereka gunakan.
Akinoglu dan Tandagon (2002) mengemukakan beberapa keunggulan
dan keterbatasan implementasi PMB. Keunggulan implementasi PMB
yaitu sebagai berikut.
a. Mengubah pusat pembelajaran dari guru menjadi siswa;
b. Mengembangkan pengendalian diri siswa;
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk melihat sesuatu secara
multidimensi dan pemahaman yang lebih dalam;
d. Mengembangkan siswa dalam memecahkan masalah;
e. Mendorong siswa untuk mempelajari materi dan konsep baru ketika
memecahkan masalah;
f. Mengembangkan sikap sosial dan keahlian berkomunikasi dalam
belajar dan bekerja dalam kelompok;
g. Mengembangkan berpikir tingkat tinggi;
h. Perpaduan antar teori dan praktek;
i. Memotivasi guru dan siswa;
j. Meningkatkan kemampuan siswa mengatur waktu dan lebih focus;
22
k. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang sesuai
dengan kehidupan nyata. (Hakim 2015: 14)
Keterbatasan implementasi model pembelajaran Berbasis Masalah yaitu
sebagai berikut.
a. Guru akan kesulitan dalam mengubah pola mengajarnya;
b. Siswa membutuhkan lebih banyak waktu untuk memecahkan masalah
karena situasi tersebut pertama kali dihadapi oleh siswa;
c. Proses penyelesaian individu atau kelompok dapat lebih cepat atau
menjadi lebih lambat;
d. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah memerlukan materi dan penelitian yang banyak;
e. Jika mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah tidak boleh
hanya di dalam kelas saja.
Tahapan-tahapan pembelajaran Berbasis Masalah secara garis besar
terdiri dari lima tahapan utama, dimulai dari guru memperkenalkan pada
siswa tentang situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis
hasil kerja siswa. Kelima langkah model pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut: Pertama, Orientasi siswa pada masalah, guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Kedua, guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.Ketiga, membimbing
penyelidikan individual, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
23
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.Keempat, mengembangkan hasil
karya, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.Kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Pembelajaran Berbasis Masalah didesain dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan prosedur/langkah-langkah
tertentu yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Berbasis
Masalah, sebagai acuan mendesain pembelajaran adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar, selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
indikator, berdasarkan SK dan KD ini pula dipilih materi pembelajaran,
media serta evaluasinya.
C. Kerangka Pikir
Menulis merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang
dilakukan pembaca untuk menuangkan pemahaman menyeluruh tentang suatu
ide. Jadi keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting
dimiliki oleh peserta didik untuk menulis sebuah ide/gagasan. Peserta didik
harus mampu membedakan paragraf dedukif dan induktif dalam sebuah
tulisan.
Model pembelajaran Berbasis Masalahyang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis paragraf deduktif dan induktif. Model ini
24
melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengetahui dan
memahami materi secara utuh. Model pembelajaran Berbasis Masalah
mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan proses secara aktif
dalam hal ini melakukan kegiatan membaca. Aktivitas menulis paragraf
deduktif dan induktif tersebut selanjutnya akan didampingi oleh guru dengan
melakukan bimbingan secara langsung kepada siswa, sehingga siswa dapat
terarah.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, peneliti mempunyai prediksi bahwa siswa
Kelas XI SMK Salumanurung akan meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis paragraf deduktif dan induktif dengan menggunakan model
pembelajaran Berbasis Masalah. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Kerangka pikir disajikan secara singkat dalam bagan berikut.
25
Bagan 2.1 Kerangka pikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Paragraf
Deduktif
Keterampilan Menulis
Induktif
Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning)
Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi
Analisis
Temuan
Hasil
26
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari judul penelitian ini adalah jika guru menerapkan
model pembelajaran Berbasis Masalah dalam proses pembelajaran menulis
paragraf deduktif dan induktif dapat meningkatkan hasil belajar Siswa kelas
XI SMK Salumanurung Kecamatan Budong-budong, Kabupaten Mamuju
Tengah, Provinsi Sulawesi Barat.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf
Deduktif dan Induktif Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa
Kelas XI SMK Salumanurung” merupakan penelitian campurandengan desain
penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) model Kemmis dan
McTaggart, karena model ini mudah dipahami dan sesuai dengan rencana
kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
Kemmis (dalam Asman 2017: 47) menyatakan bahwa “penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan itu dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi tempat praktik
pembelajaran itu dilakukan”.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Salumanurung yang beralamat di Dusun
Salumanurung, Desa Salumanurung, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten
Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian dilaksanakan pada
semester genap bulan Februari-Maret 2020 . Subjek penelitiannya adalah
siswa kelas XI SMK Salumanurung yang terdiri dari 14 orang, 4 laki-laki dan
10 perempuan.
28
C. Prosedur Penelitian
Kemmis dan McTaggart (dalam Asman 2017: 48) mengatakan bahwa
penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi, yang selanjutnya
mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Sebelum prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan, peneliti mengobservasi
guru bidang studi Bahasa Indonesia di sekolah SMK Salumanurung pada
siswa kelas XI. Kemudian guru tersebut diminta kesediaannya sebagai
pelaksana dan peneliti sebagai pengamat pada pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan tindakan ini berlangsung padabulan Februari-Maret 2020
dengan alokasi waktu satu siklus 4 kali pertemuan. Pertemuan ini untuk
mengukur kemampuan siswa menulis untuk menentukan paragraf deduktif
dan induktif melalui model pembelajaran berbasis masalah. Dengan
melaksanakan prosedur penelitian sebagai berikut.
29
1. Planning (perencanaan)
Tahap perencanaan merupakan proses merencanakan tindakan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam
menulis paragraf deduktif dan induktif pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Action (Tindakan)
Pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yang telah disusun oleh peneliti.
Selama kegiatan pemberian tindakan, peneliti bertugas mengamati
perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada diri siswa, serta
mengamati proses pembelajaran berlangsung. Data hasil pelaksanaan
Perencanaan
Siklus IRefleksi
Observasi/Evaluasi
Observasi/Evaluasi
Siklus N
Perencanaan
Siklus II
Pelaksanaan
PelaksanaanRefleksi
30
tindakan diperoleh dari pengamatan terhadap siswa dan hasil angket yang
diisi siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung
3. Observing (Observasi)
Pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah
disiapkan peneliti. Peneliti mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi
di kelas, seperti kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa,
pengajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang
diajarkan dan sebagainya. Pengamatan dalam proses pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah ini dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar Bahasa
Indonesia pokok bahasan menentukan paragraf deduktif dan induktif.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang
kemudian akan diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan
peneliti selanjutnya.
4. Reflecting (Refleksi)
Refleksi pada prinsipnya adalah pemikiran, perenungan, atau upaya
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yang terkait dengan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan.Refleksi merupakan kegiatan analisis
terhadap semua informasi yang diperoleh saat pelaksanaan
tindakan.Dalam kegiatan ini, peneliti mencermati hasil dari tindakan yang
telah dilakukan, kemudian peneliti merefleksi hasil tindakan tersebut.
31
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa observasi dan
teks.Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mecatatnya dengan alat
observasi mengenai hal-hal yang akan diamati atau diteliti, observasi
dilakukan untuk memantau guru dan siswa (Sanjaya 2009: 75)
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku
kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung. Berikut lembar observasi kegiatan guru dan alat penilaian siswa.
Tabel 3.1 Lembar observasi kegiatan guru
No Aspek yang dinilaiKriteria penilaian Ket
Ya Tidak
1 Memulai pelajaran (salam, doa dan apersepsi)
2Membuka pelajaran (membacakan tujuanpembelajaran)
3 Menjelaskan materi sesuai topik pembelajaran
4Memberikan waktu tertentu untuk mengerjakansoal
5 Mengecek waktu dan memeriksa pelajaran
6 Antusias dalam proses pembelajaran
7 Mengumpulkan tugas sesuai ketepatan waktu
8 Melakukan penilaian dan evaluasi
9 Menutup pembelajaran
32
Tabel 3.2 Alat PenilaianMenulis Paragraf Deduktif dan Induktif
No Aspek yang dinilai Skor Ket
1 Ketepatan menulis paragraf deduktif 25
2 ketepatan menulis paragraf induktif 25
3 Kohesi dan koherensi kalimat dalam paragraf 25
4 Penggunaan bahasa dan ejaan 25
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilaksanakan saat
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Salumanurung.
Observasi diarahkan pada tindakan siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan strategi pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Dokumentasi
Menurut Goezt dan LeCompte (Sagala, 2010: 87) memaparkan bahwa
dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan menyediakan
kerangka bagi data yang mendasar. Termasuk didalamnya yaitu koleksi
dan analisis buku teks, kurikulum, dan pedoman pelaksanaannya, arsip
penerimaan murid baru, catatat rapat, catatan tentang siswa, rencana
33
pelajaran dan catatan guru, hasil karya siswa, koleksi arsip guru berupa
buku harian, dan catatan peristiwa penting.
3. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi di
lapangan sesuai dengan permasalahan penelitian. Berbagai aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru
dengan siswa, iklim sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, demikian
pula dengan kegiatan lain dari penelitian ini seperti aspek oriental,
perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi, semuanya dapat dibaca
kembali dari catatan lapangan.
F. Teknik Analisis Data
Model ideal dari pengumpulan dan analisis data adalah yang secara bergantian
langsung sejak awal.Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi
data, paparan data, penyimpulan hasil analisis.
Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah
informasi bermakna. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap untuk
memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi dalam rangka pemahaman
terhadap sekumpulan informasi.Pemaparan data merupakan suatu upaya
menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paragraf
naratif, grafik, atau perwujudan lainnya.Sedangkan penyimpulan merupakan
pengambilan inti sari dari penyajian data yang telah terorganisasikan dalam
bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.Penarikan
34
kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan
yang tinggi.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman Bahasa Indonesia siswa berdasarkan tes akhir siklus
dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas pemahaman dari siklus 1 ke siklus
berikutnya dengan KKM 73 ke atas dengan persentase 85%.
2. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila dalam proses
pembelajaran terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari
minimum aktivitas belajar siswa berkategori aktif atau baik.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan
kemampuan menulis paragraf deduktif dan induktif melalui model
pembelajaran Berbasis Masalah siswa kelas XI SMK Salumanurung. Data
diperoleh dari tes disetiap siklus yang akan menjadi perbandingan adanya
peningkatan. Pada hasil penelitian, peneliti juga memberikan poin-poin
kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus I dan siklus II.
Tabel 4.1 Statistik nilai kemampuam belajar siswa
No Skala Nilai Skala Deskripsi Frekuensi Persentase (%)
1 9,00-10,00 A (Lulus amat baik) 90,0%-100%
2 7,51-8,99 B (Lulus baik) 75,1%-89,9%
3 6,00-7,50 C (Lulus cukup) 60,0%-75,0%
4 0,00-5,99 D (Belum lulus) 0,00%-59,9%
1. Kegiatan pada Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada siklus I bertujuan untuk menstrukturkan
tindakan apa saja yang akan dilakukan pada proses pelaksanaan siklus
I. Perencanaan juga bermaksud memudahkan peneliti dalam
menerapkan metode pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas
XI SMK Salumanurung pada pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya kemampuan menulis paragraf deduktif dan induktif dengan
36
memerhatikan kondisi siswa. Pada tahap ini, peneliti dan guru
mendiskusikan pembuatan RPP.
b. Pelaksanaan (Action)
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu kegiatan
awal, inti dan penutup.Pada pembelajaran awal, guru menyiapkan
siswa untuk mengikuti mata pelajaran.Pada kegiatan inti, siswa
diberikan materi pembelajaran menulis paragraf deduktif dan induktif.
Kemudian pada kegiatan akhir siswa merangkum pembelajaran dan
merefleksi pembelajaran yang telah diberikan.
c. Pengamatan (Observing)
1) Melakukan pengamatan pada siklus I
Data penelitian diperoleh melalui lembar observasi siswa yang
mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah sebanyak 4 kali
pertemuan selama penelitian siklus I berlangsung. Data tersebut
dipersentasikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil observasi siswa dalam pembelajaran siklus I
No Aspek yang diamatiPertemuan
Persentase KategoriI II
1 Siswa yang hadir 12 12 85,7% B
2
Siswa memerhatikan dan
mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru
10 9 67,8% C
3Siswa antusias dalam mengikuti
pelajaran
99 64,2% C
37
4
Siswa berdiskusi membahas
masalah pembelajaran Berbasis
Masalah
8 8 57,1% D
5
Siswa berani maju untuk
memaparkan mengenai paragraf
deduktif dan induktif
7 8 53,5% D
6Siswa aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru5 7 42,5% D
7Siswa yang melakukan kegiatan
negatif (bermain-main)5 6 39,2% C
Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh hasil mengenai
aktivitas belajar siswa pada siklus I dari 14 Siswa kelas XI SMK
Salumanurung yang diobservasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar,
dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut: siswa yang hadir
sebesar 85,7% termasuk kategori lulus baik, siswa yang memerhatikan
dan mendengarkan materi yang disampaikan sebesar 67,8% termasuk
dalam kategori lulus cukup, siswa antusias mengikuti pelajaran sebesar
64,2% termasuk dalam kategori lulus cukup, Siswa berdiskusi dalam
membahas masalah pembelajaran sebesar 57,1% termasuk dalam
kategori belum lulus. Siswa berani maju memaparkan dan menuliskan
hasil diskusinya sebesar 53,5% termasuk dalam kategori belum lulus.
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan 42,5% termasuk kategori
belum lulus. Siswa melakukan kegiatan negatif (bermain-main) saat
proses pembelajaran berlangsung sebesar 39,2% termasuk dalam
kategori lulus cukup.
38
Tabel 4.3 Hasil observasi guru dalam pembelajaran siklus I
No Aspek yang dinilaiKriteria Penilaian Ket
Ya Tidak
1 Memulai pelajaran (salam, doa dan apersepsi) √
2Membuka pelajaran (membacakan tujuanpembelajaran)
√
3 Menjelaskan materi sesuai topik pembelajaran √
4Memberikan waktu tertentu untukmengerjakan soal
√
5 Mengecek waktu dan memeriksa pelajaran √
6 Antusias dalam proses pembelajaran √
7 Mengumpulkan tugas sesuai ketepatan waktu √
8 Melakukan penilaian dan evaluasi √
9 Menutup pembelajaran √
2) Melaksanakan Evaluasi pada siklus I
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan tindakan pada siklus
I, diketahui bahwa kemampuan menulis paragraf deduktif dan
induktif siswa kelas XI SMK Salumanurung dengan penerapan
model pembelajaran Berbasis Masalah, skor perolehan siswa pada
siklus I disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.4 Nilai hasil tes belajar Bahasa Indonesia siklus I
NoNama
Nomor Soal Perbobot
Jumlah1 2 3 4
Bobot 25 25 25 25
1 Ahmad H 20 15 15 10 60
2 Andi Sartika 20 20 20 15 75
3 Andika Bahtiar 15 20 10 10 55
39
4 Elysanovitasari 20 20 20 20 80
5 Hanrini Kusuma 20 20 25 20 85
6 Nirwana 20 15 20 15 70
7 Nurul Huda
8 Rahmi M 25 20 15 10 70
9 Sarmilawati 20 15 15 25 65
10 Suci Wulandari 20 20 10 10 60
11 Wirna 25 20 20 15 80
12 Yali Pabuang
13 Salmi 10 20 10 20 60
14 Muliadi Akbar 15 10 10 10 45
Total 805
Berdasarkan laporan hasil observasi kelas XI SMK Salumanurung
pada pembelajaran menulis paragraf deduktif dan induktif dengan
menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah belum
sepenuhnya dapat dilakukan oleh peserta didik. Hasil tersebut dapat
dilihat pada perolehan hasil observasi yang dilakukan diakhir siklus I
dengan perolehan nilai dari 14 Siswa hanya 4 orang atau 28,5% siswa
yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Secara klasikal
belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 57,5 dari
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 73.
Tabel 4.5Deskripsi hasil penelitian kemampuan menulis paragraf
deduktif dan induktif siklus I
Statistik Nilai Statistik
Nilai ideal
Nilai Maksimum
Nilai minimum
Nilai rata-rata
100
85
45
57
40
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
4
10
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai individu
kemampuan siswa dalam menulis paragraf deduktif dan induktif
pada siklus I adalah 57, 10 siswa yang belum tuntas. Minimumnya
adalah 45 dan nilai maksimumnya adalah 85.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah dilaksanakan siklus I, maka diperoleh hasil yang tertulis pada
tabel.Oleh karena itu, peneliti kembali melakukan analisis untuk lebih
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deduktif dan
induktif dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah.
Adapun kekurangan-kekurangan yang ditemukan peneliti setelah
melakukan analisis pada proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Siswa masih kurang memahami paragraf deduktif dan induktif;
2) Siswa masih kurang motivasi untuk menulis paragraf deduktif dan
induktif.
Sehingga kekurangan tersebut akan diperbaiki dan dievaluasi
kembali pada proses dan tahap siklus II.
2. Pelaksanaan Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini tidak terlalu jauh berbeda dengan
pelaksanaan siklus I yaitu dengan pelaksanaan perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
41
Pada tahap perencanaan siklus II ini, penelitian dilakukan berdasarkan
hasil evaluasi dan refleksi siklus I. Hasil refleksi tersebut yang
diperoleh pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang kurang paham mengenai menulis paragraf deduktif dan
induktif sehingga sebagian besar siswa mendapatkan nilai yang tidak
mencapai nilai standar.Berdasarkan penelitian siklus I tersebut, maka
perlu diadakan penelitian siklus II.
Modifikasi pembelajaran yang disusun berdasarkan hasil refleksi
siklus I, diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal. Secara
keseluruhan, perencanaan tindakan pada siklus I hampir sama dengan
perencanaan tindakan siklus II yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat tidak berhasilnya
siklus I;
2) Kembali memberikan motivasi dan menumbuhkan minat siswa
dalam menulis paragraf deduktif dan induktif.
b. Tindakan (Action)
Pada pertemuan pelaksanaan siklus II, guru mengawali dengan
mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa, mengecek kehadiran
siswa, memberikan arahan kepada siswa atau memotivasi siswa untuk
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, serta mengajukan pertanyaan
untuk menguji daya ingat siswa terhadap materi pelajaran pada
pertemuan sebelumnya.
42
Setelah melakukan kegiatan pembuka, maka guru kembali merefleksi
materi tentang menulis paragraf deduktif dan induktif untuk
menambah pemahaman siswa pada materi tersebut.Kegiatan tersebut
dilakukan agar pelaksanaan tes yang kedua siswa dapat menyelesaikan
tes tersebut secara maksimal dan mendapatkan nilai ketuntasan sesuai
dengan standar KKM.
c. Pengamatan (Observing)
1) Melakukan pengamatan pada siklus II
Data penelitian diperoleh melalui lembar observasi siswa yang
mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah sebanyak 4 kali
pertemuan selama penelitian siklus II berlangsung. Data tersebut
dipresentasikan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil observasi siswa dalam pembelajaran siklus II
No Aspek yang diamatiPertemuan
Persentase KategoriI II
1 Siswa yang hadir 13 14 96,4% A
2
Siswa memerhatikan dan
mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru
11 12 82,1% B
3Siswa antusias dalam mengikuti
pelajaran12 12 85,7% B
4
Siswa berdiskusi membahas
masalah pembelajaran Berbasis
Masalah
10 11 75,0% C
5 Siswa berani maju untuk 12 13 89,2% B
43
memaparkan mengenai paragraf
deduktif dan induktif
6Siswa aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru10 12 78,5% B
7Siswa yang melakukan kegiatan
negatif (bermain-main)3 2 17,8% B
Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh hasil mengenai aktivitas
belajar siswa pada siklus II dari 14 Siswa kelas XI SMK Salumanurung
yang diobservasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, dapat dijelaskan
dalam skala deskriptif sebagai berikut: siswa yang hadir sebesar 96,4%
termasuk kategori lulus amat baik, siswa yang memerhatikan dan
mendengarkan materi yang disampaikan sebesar 82,1% termasuk dalam
kategori lulus baik, siswa antusias mengikuti pelajaran sebesar 85,7%
termasuk dalam kategori lulus baik. Siswa berdiskusi dalam membahas
masalah pembelajaran sebesar 75,0% termasuk dalam kategori lulus
cukup. Siswa berani maju memaparkan dan menuliskan hasil diskusinya
sebesar 89,2% termasuk dalam kategori lulus baik. Siswa aktif bertanya
dan menjawab pertanyaan 78,5% termasuk kategori lulus baik. Siswa
melakukan kegiatan negatif (bermain-main) saat proses pembelajaran
berlangsung sebesar 17,8% termasuk dalam kategori lulus baik.
Tabel 4.7 Hasil observasi guru dalam pembelajaran siklus II
No Aspek yang dinilaiKriteria Penilaian Ket
Ya Tidak
1 Memulai pelajaran (salam, doa dan apersepsi) √
44
2Membuka pelajaran (membacakan tujuanpembelajaran)
√
3 Menjelaskan materi sesuai topik pembelajaran √
4Memberikan waktu tertentu untukmengerjakan soal
√
5 Mengecek waktu dan memeriksa pelajaran √
6 Antusias dalam proses pembelajaran √
7 Mengumpulkan tugas sesuai ketepatan waktu √
8 Melakukan penilaian dan evaluasi √
9 Menutup pembelajaran √
2) Melaksanakan Evaluasi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
pada siklus II yang didasari kemampuan menulis paragraf deduktif
dan induktif siswa kelas XI SMK Salumanurung dengan penerapan
model pembelajaran Berbasis Masalah sesuai dengan yang
diharapkan. Skor perolehan siswa pada siklus II disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil tes belajar Bahasa Indonesia siklus II
NoNama
Nomor Soal Perbobot
Jumlah1 2 3 4
Bobot 25 25 25 25
1 Ahmad H 25 25 20 15 85
2 Andi Sartika 25 25 20 15 85
3 Andika Bahtiar 20 20 20 20 80
4 Elysanovitasari 25 25 20 20 90
5 Hanrini Kusuma 25 25 25 25 100
6 Nirwana 20 20 20 20 80
45
7 Nurul Huda 25 20 15 20 80
8 Rahmi M 25 25 25 20 95
9 Sarmilawati 25 20 20 20 85
10 Suci Wulandari 25 25 20 20 90
11 Wirna 25 20 25 20 90
12 Yali Pabuang 20 20 15 20 75
13 Salmi 20 25 15 20 80
14 Muliadi Akbar 20 20 20 15 75
Total 1190
Tabel nilai rata-rata siswa kelas XI SMK Salumanurung dari 14 siswa
diperoleh nilai yang baik dari siklus II. Perolehan nilai pada siklus II
meningkat dari nilai hasil pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan
hasil pemerolehan nilai pada siklus II dari 14 orang siswa terdapat 14
siswa siswa telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi
nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85 dari kriteria ketuntasan
minimal (KKM) 73 atau berada pada kategori B (lulus baik).
Kemudian, jika hasil di atas dikelompokkan ke dalam frekuensi
laporan hasil observasi siswa menulis paragraf deduktif dan induktif
siswa kelas XI SMK Salumanurung, maka dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.9Deskripsi hasil penelitian kemampuan menulis paragraf
deduktif dan induktif siklus II
Statistik Nilai Statistik
Nilai ideal 100
46
Nilai Maksimum
Nilai minimum
Nilai rata-rata
Jumlah nilai siswa yang tuntas
Jumlah nilai siswa yang belum tuntas
100
75
84,6
14
0
Berdasarkan hasil penelitian dari skor 1 sampai dengan 100
diperoleh hasil bahwa dengan mengggunakan model pembelajaran
Berbasis Masalah peningkatan kemampuan menulis paragraf deduktif
dan induktif siswa kelas XI SMK Salumanurung tahun ajaran
2019/2020 mengalami peningkatan dari hasil perolehan nilai rata-rata
pada tes pertama 57,5 kemudian meningkat pada tes kedua setelah
menerapkan model pembelajaran Berbasis Masalah menjadi 84,6.
Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan di kelas XI SMK
Salumanurung selama beberapa pertemuan sesuai dengan waktu yang
ditentukan, maka dalam faktor penelitian ini peningkatan kemampuan
menulis paragraf deduktif dan induktif dengan menggunakan model
pembelajaran Berbasis Masalah peneliti memeroleh hasil data
kualitatif yaitu berupa tes awal pada siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Berbasis Masalah belum mencapai KKM,
kemudian dilakukan evaluasi dan pada tes berikutnya pada siklus II
peneliti dengan cara menerapkan model pembelajaran Berbasis
Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai KKM.
47
B. Pembahasan
Hasil menulis paragraf deduktif dan induktif yang dilakukan sesuai dengan
teori yang telah ditentukan, dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil
belajar.Hasil menulis paragraf deduktif dan induktif siswa tersebut dapat
dilihat dari uraian yang telah peneliti lampirkan di atas.
Selama melakukan penelitian, peneliti berhipotesis bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan menulis
paragraf deduktif dan induktif siswa kelas XI SMK Salumanurung akan
mengalami peningkatan dalam memberikan penjelasan yang jelas.
Peneliti juga menyajikan rubrik penilaian untuk membantu peneliti agar
mengetahui peningkatan yang terjadi.Dalam ketepatan menulis paragraf
deduktif diperoleh skor 25, ketepatan menulis paragraf induktif diperoleh skor
25, Kohesi dan koherensi kalimat dalam paragraf skor 25 dan penggunaan
Bahasa dan ejaan Bahasa Indonesia skor 25.
Berdasarkan penelitian terhadap 14 orang siswa yang dijadikan sebagai
sampel.Peneliti dapat mendeskripsikan kemampuan menulis paragraf deduktif
dan induktif dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah
siswa kelas XI SMK Salumanurung kabupaten Mamuju Tengah tahun
pelajaran 2019/2020.Analisis data ini diperoleh dari hasil tes menulis paragraf
deduktif dan induktif dari tes pertama hingga tes kedua.
Kemudian untuk menguji hasil observasi kondisi belajar siswa maka
peneliti memberikan tes setiap kali pertemuan untuk mengetahui perubahan
48
kondisi belajar siswa, kemampuan siswa dalam belajar khususnya membuat
atau membangun tes menulis paragraf deduktif dan induktif secara individu.
Pada siklus pertama, siswa yang dijadikan sampel terlihat kaku dan kurang
mengerti dalam menulis paragraf deduktif dan induktif dikarenakan kurikulum
yang diterapkan termasuk kategori baru buat mereka walaupun kurikulum
2013 sudah sering digunakan dalam beberapa sekolah di daerah lain.
Oleh sebab itu, sesuai dengan apa yang telah peneliti diskusikan dengan
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka peneliti menggunakan dua siklus
untuk memberikan stimulus kepada peserta didik dalam mengetahui kondisi
belajar siswa dan peningkatan kemampuannya dalam menulis paragraf
deduktif dan induktif sesuai dengan kurikulum 2013 yang berbasis tes. Pada
siklus kedua,hasil belajar siswa dalam pembelajaran meningkat.
49
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan hasil pembelajaran siswa kelas XI SMK
Salumanurung menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah dalam
menulis paragraf deduktif dan induktif pada siklus I belum sepenuhnya dapat
dipahami oleh peserta didik. Hasil tersebut dapat dilihat pada perolehan hasil
observasi yang dilakukan pada siklus I dengan perolehan nilai dari 14 Siswa
hanya 4 orang yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau
28,5%. Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh
sebesar 57 dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 73.
Setelah melakukan evaluasi maka harus diadakan penelitian siklus II.
Perolehan nilai pada siklus II meningkat dari nilai hasil pembelajaran pada
siklus I. Berdasarkan hasil pemerolehan nilai pada siklus II dari 14 orang
siswa terdapat 14 siswa siswa telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah
terpenuhi nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85 dari kriteria ketuntasan
minimal (KKM) 73 atau berada pada kategori B (lulus baik).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa menulis
paragraf deduktif dan induktif melalui model pembelajaran Berbasis Masalah
siswa kelas XI SMK Salumanurung dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka model pembelajaran
Berbasis Masalah dapat digunakan oleh guru di SMK Salumanurung
50
karena siswa dapat lebih mudah memahami dan menganggap bahwa
pelajaran Bahasa Indonesia bukan merupakan pelajaran yang
membosankan melainkan pelajaran yang menarik.
2. Guru di SMK Salumanurung perlu menguasai beberapa metode/model
pembelajaran sehingga pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dapat
dilakukan secara bervariasi sesuai dengan materi pelajaran. Selain itu, juga
dapat memotivasi dan meningkatkan kreatifitas seorang guru.
3. Penelitian ini dapat pula dilanjutkan oleh peneliti lain yang berminat
dengan penelitian tindakan kelas atau PTK, sehingga perbedaan perlakuan
yang diberikan dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan ruang
lingkup yang lebih luas.
49
DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu dan Tandagon. 2002. The Effects of Problem Based Active Learning inScience Education an Student Academi Achievement, Attitude andConcept Learning.Eurasia Journal of Mathematic, Science &Technology Education, 3 (1)
Asman.2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif dan InduktifSiswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ampibabo melalui Metode LatihanTerbimbing. (Online),(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Bahasantodea/article/download/13241/10130, diakses 16 Desember 2019)
Atmazaki. 2007. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press.
Gusmiati, Deli. 2013. Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf BerbagaiJenis Wacana dalam Naskah Soal UN oleh Siswa Kelas X SMA SatriaNusantara Binjai Tahun Pelajaran 2012/2013.Skripsi tidak diterbitkan.Medan: Unimed.
Hakim, Lukman. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) pada Lembaga Pendidikan Islam Madrasah.(Online),(http://jurnal.upi.edu/file/03_IMPLEMENTASI_MODEL_PEMBELAJARAN_BERBASIS_MASALAH_-_Lukman.pdf, diakses 17 Desember2019)
Ibrahim dan Nurwahyuni. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:UNESA University Press
Indraswati, Niken. 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam MenentukanPokok Pikiran Bacaan Melalui Metode Inkuiri. Jurnal PendidikanPenabur, 17: 1-10.
Putri, Diniati. 2014. Kemampuan Membedakan Paragraf Deduktif dan InduktifSiswa Kelas XI SMA Adabiah Padang Melalui Kegiatan MembacaPemahaman.Skripsi tidak diterbitkan. Padang: STIKP PGRI SumateraBarat
Sagala, Syaiful. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.
Sanjaya. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.Prenada: Jakarta
Siregar, Nirmala Sari. 2017. Hubungan Kemampuan Membedakan ParagrafDeduktif dan Paragraf Induktif dengan Kemampuan Menulis BeritaSiswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Medan Tahun
50
Pembelajaran 2016/2017. (Online), (https://www-researchgate-net.cdn.ampproject.org/v/s/www.researchgate.net/publication/328263800_, diakses 17 Desember 2019)
Sugiyono, A. 2014. Metode Penelitian Pendidikan PendekatanKuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suladi. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: PusatPembinaan dan Pemasyarakatan
Suryati, Maria Meltiana. 2017. Unsur Paragraf, Jenis Paragraf dan PolaPengembangan Paragraf pada Tajuk Rencana Surat Kabar KompasEdisi 1-15 Desember 2016. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: USD
Tarigan.2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.Bandung: Angkasa Bandung.
52
L A M P I R A N
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Gambar 1 Papan nama sekolah
Gambar 2 Halaman sekolah
Gambar 3 Guru sedang mengajar
63
Gambar 4 Siswa menuliskan tugasnya
Gambar 5 Foto bersama kelas XI SMK Salumanuurng
Gambar 6 Guru menulis di papan tulis
64
Gambar 7 Siswa mengerjakan tugas
Gambar 8 Siswa membacakan hasil tugasnya
Gambar 9 Guru menuliskan contoh tugas