PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam...

91
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGAJAH 04 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 Diajukan Oleh : RIKA WIDYASTUTI K. 7106038 FKIP PGSD UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010

Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam...

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES

PEMBENTUKAN TANAH MELALUI METODE PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGAJAH 04

SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

Diajukan Oleh :

RIKA WIDYASTUTI

K. 7106038

FKIP PGSD

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan formal di sekolah, guru dan siswa memegang peranan

penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

maka peran guru menjadi fungsi keberhasilan dalam misi pendidikan dan

pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan

dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan

dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi

pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan

metode pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam

mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2006: 9).

Hasil dan kemampuan belajar siswa yang meningkat merupakan salah satu

indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari

motivasi belajar siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi

pelajaran melalui berbagai metode pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan

pengajaran secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan pada guru kelas V

SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA,

guru masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan

juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara

maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang

dilakukan oleh guru. Guru sebagian besar masih mempertahankan urutan-urutan

dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa.

Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon

terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung

menyebabkan kebosanan kepada siswa.

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

2

Selama ini guru kurang maksimal menerapkan metode pembelajaran yang

tepat dengan waktu dan sarana yang terbatas. Materi disampaikan dengan

ceramah, kemudian siswa diberi tugas untuk mengerjakan lembar kegiatan siswa

(LKS). LKS dianggap dapat memudahkan guru dalam memantau keberhasilan

siswa untuk mencapai sasaran belajar (Hendro dan Jenny, 1991: 40). Guru

memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS yang dapat menutup

kelemahan metode ceramah yang hanya berorientasi pada hafalan saja, namun

dikhawatirkan ada beberapa siswa yang mencontoh pekerjaan temannya. Hal ini

menyebabkan siswa kurang mempunyai kemampuan dalam mendeskripsikan

konsep-konsep IPA yaitu khususnya pada materi proses pembentukan tanah. Hal

ini teridentifikasi dari tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa rata-rata

siswa dalam mendeskripsikan proses pembentukan tanah mencapai 67,04 dan

siswa yang tuntas hanya 15 atau 55,56% dari 27 siswa.

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan. Para siswa

telah memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya, tetapi

guru kurang memperhatikan hal tersebut. Kemampuan awal siswa ini seharusnya

digali oleh guru agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika

mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat

ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan

pada lingkungan siswa. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya

berhubungan dengan alam sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang

bermakna. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan

anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar

bermakna.

Menurut teori belajar Ausubel dalam Srini M. Iskandar (2001: 87)

pelajaran yang bermakna bagi murid ialah pelajaran yang dihubungkan dengan

hal-hal yang diketahui murid, telah diketahuinya, dihubungkan dengan minatnya,

kegunaannya pada masa depan kelak. Belajar bermakna menuntut adanya konteks

pembelajaran yang muncul di lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini dapat

dilakukan dengan jalan mengajak siswa belajar di luar kelas atau mengajak

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

3

mereka mendekati sumber belajar. Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan

masalah-masalah yang dapat dilihat dan diamati di lingkungan sekitarnya. Pola

pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam proses berpikir dan pada

gilirannya siswa aktif dalam belajar. Pada dasarnya siswa sendiri yang akan

menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi

yang dipelajari. Salah satu konsep yang akrab dengan lingkungan adalah konsep

kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam seperti proses

pembentukan tanah. Konsep ini menjadi lebih bermakna jika di dalam pelajaran

siswa diajak langsung ke lapangan untuk melakukan penyelidikan terhadap proses

pembentukan tanah itu.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2009: 111).

Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan

tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan

dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.

Dengan metode pembelajaran PBL siswa diharapkan akan lebih

meningkatkan kemampuan dalam memahami dan mendeskripsikan konsep-

konsep IPA khususnya materi proses pembentukan tanah. Hasil penelitian

Gardner (1999) menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah

memberikan peluang bagi siswa untuk melibatkan kecerdasan majemuk (Made

Wena, 2009: 96). Menurut Agus Suprijono (2009: 70), siswa yang terlibat dalam

PBL diharapkan tidak hanya mampu mendeskripsikan secara faktual apa yang

dipelajari, namun siswa juga diharapkan mampu mendeskripsikan secara analitis

atau konseptual. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

penerapan metode PBL pada kemampuan mendeskripsikan konsep IPA

khususnya materi proses pembentukan tanah pada siswa. Penelitian ini

dilaksanakan pada siswa SD dengan pertimbangan metode ini belum banyak

digunakan. Siswa yang terbiasa dengan metode konvensional akan dikenalkan

dengan metode PBL dimana metode ini memiliki banyak kelebihan dibanding

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

4

dengan metode konvensional. Adapun kelebihan dari metode PBL adalah

menyajikan informasi yang mana informasi tersebut digunakan dalam pemecahan

masalah, membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses

belajar mengajar, dan membiasakan siswa untuk lebih aktif mandiri. Menurut

Gallagher (1997) dalam (https://www.mis4.udel.edu/Pbl/), tujuan utama dari PBL

adalah pembelajaran untuk memiliki kemampuan dan bukan pembelajaran untuk

mendapatkan pengetahuan. Penelitian ini pada mata pelajaran IPA karena adanya

pertimbangan bahwa mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang

kebanyakan dianggap susah oleh para siswa didik karena dalam belajar harus

banyak berpikir kritis, aktif, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dipandang perlu diadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Mendeskripsikan Proses Pembentukan Tanah Melalui Metode Problem

Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo

Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Kenyataan membuktikan bahwa banyak sekali permasalahan yang

dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan-permasalahan itu

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa menganggap IPA merupakan mata pelajaran yang susah karena dalam

belajar harus banyak berpikir kritis, aktif, kreatif, dan inovatif.

2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA.

3. Kemampuan siswa dalam mendeskripsikan konsep IPA khususnya materi

proses pembentukan tanah masih rendah.

4. Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan

pembelajaran.

5. Pendekatan PBL masih belum dikenal di SD Negeri Begajah 04 sehingga guru

belum pernah menggunakan pendekatan ini.

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

5

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

mendalam maka diperlukan pembatasan masalah, dalam penelitian ini dibatasi

sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam menggolongkan batuan berdasarkan warna,

kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

2. Kemampuan siswa dalam menjelaskan proses pembentukan tanah karena

pelapukan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka

dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada

siswa kelas V SD Negeri Begajah 04?

2. Apakah kendala penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada

siswa kelas V SD Negeri Begajah 04?

3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi kendala penerapan metode Problem

Based Learning (PBL) dalam meningkatkan kemampuan mendeskripsikan

proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Begajah 04?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

melalui penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas

V SD Negeri Begajah 04.

2. Untuk memaparkan kendala penerapan metode Problem Based Learning

(PBL) dalam meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses

pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Begajah 04.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

6

3. Untuk memaparkan solusi dalam mengatasi kendala penerapan metode

Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan kemampuan

mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri

Begajah 04.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam menelaah pengetahuan

mengenai metode Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Meningkatnya keterampilan guru dalam memilih metode pembelajaran

yang tepat yaitu metode Problem Based Learning.

2) Meningkatnya kemampuan guru menerapkan metode Problem Based

Learning dalam proses belajar mengajar di kelas.

b. Bagi siswa

1) Meningkatnya keterampilan siswa dalam penyelidikan.

2) Meningkatnya keterampilan siswa dalam megatasi masalah.

3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam mendeskripsikan konsep-konsep

IPA.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi

pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning dan

peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran.

.

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Mendeskripsikan

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999:

623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan

dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri

sendiri. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Chaplin dalam (http://digilib.petra.ac.id) mengemukakan ability

(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga

(daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Seseorang dikatakan mampu

apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Setiap individu memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan ini

mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran

mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan

bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk

mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

b. Pengertian Deskripsi

Deskripsi berasal dari kata “describe” yang berarti menggambarkan atau

memaparkan. Menurut The Liang Gie (1992: 18) Deskripsi adalah paparan

gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,

mendengar, atau merasakan hal tersebut. Bentuk pengungkapan yang

menggambarkan penginderaan, perasaan pengarang tentang macam-macam hal

yang berada dalam susunan ruang, misalnya pemandangan indah, lagu merdu, dan

lain-lain. Alwi Hasan, dkk (2003: 258) mendefinisikan bahwa deskripsi adalah

pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci.

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

8

Mendeskripsikan adalah memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata

secara jelas dan terperinci.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

mendeskripsikan merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau

potensi diri sendiri untuk menegaskan sesuatu hal kepada orang lain agar orang

lain dapat mengerti dan memahami apa yang kita sampaikan secara jelas dan

lugas.

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam IPA)

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. Kata “IPA”

merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan

dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural artinya alamiah,

berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu

pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah

dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam (Srini M. Iskandar, 2001: 2).

Webster’s: New Collegiate Dictionary dalam (Srini M. Iskandar, 2001: 2)

menyatakan “natural science is knowledge concerned with the physical world and

its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan

tentang alam dan gejala-gejalanya. Einsten dalam (Hendro dan Jenny, 1991: 3)

mengatakan “Science is the attempt to make the chaotic deversity of our sense

experience correspond to a logically uniform system of thought”, yang artinya

IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi

suatu sistem pola berpikir yang logis.

Carin dan Sund dalam (Hendro dan Jenny, 1991: 4-5) mengatakan: science

is the system of knowing about the universe through data collected by observation

and controlled experimentation. As data are collected, theories are advanced to

explain and account for what has been abserved, yang artinya IPA merupakan

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

9

suatu system of knowing atau sistem untuk mengetahui alam. IPA d ianggap suatu

kumpulan pengetahuan yang berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh.

Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007: 1.19) IPA merupakan usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada

sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan

penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta),

prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk

(kesimpulannya betul).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk anak-anak didefinisikan Paolo dan

Marten dalam (Srini M. Iskandar, 2001: 16) sebagai berikut:

1) Mengamati apa yang terjadi.

2) Mencoba memahami apa yang diamati.

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah

ramalan tersebut benar.

For example, consider the image of Dr. Faustus: Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power, unrestrained by moral considerations. In the public mind today, the ‘‘two cultures’’ contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a largely imaginary ‘‘mad scientist.’’ Such distorting images remain vivid in the public’s mind, and they persist in the visions of writers and flacks in Hollywood, on Madison Avenue, and among the literati criticized by Snow (Rodney W. Nichols, 2010:18).

Kutipan jurnal di atas mengemukakan contoh dari dr. Faustu bahwa: Ilmu

pengetahuan sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan

kekuatan mentah, tak dikendalikan dengan ganjaran moral. Orang-orang

berfikiran hari ini, ‘‘two cultures’’ atau dua kultur kontras yang bertanggung

jawab antara insinyur, dokter, atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal

‘‘mad ilmuwan’’. Demikian pendapat dari masyarakat, dan mereka tetap pada

tuntutannya visi penulis dan flack di hollywood, di Madison Avenue, dan di

antara kritikan literatur oleh Snow.

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

10

Ada dua hal yang berkaitan dengan IPA yaitu IPA sebagai produk dan IPA

sebagai proses. IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. IPA sebagai

proses yaitu kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian

IPA. Dengan belajar IPA, belajar produk dan bagaimana proses IPA dapat kita

peroleh.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa IPA

(sains) merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi dan

kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan dikembangkan baik secara induktif

atau deduktif. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-

prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau S ains

Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut M ulyasa (2009:

110) yaitu menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung agar menjelajahi dan memahami lingkungan

sekitar secara ilmiah.

Pengajaran IPA menurut Mulyasa (2009: 111) bertujuan agar peserta

didik:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

11

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan sekitar

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai slah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut Hendro dan Jenny (1991: 6-7) IPA begitu kuat memberi

sumbangan demi tercapainya tujuan pendidikan. Pakar-pakar pendidikan IPA dari

UNESCO tahun 1983 telah mengadakan konferensi dan menyimpulkan bahwa:

1) IPA, menolong anak didik dapat berpikir logis terhadap kejadian sehari-hari

dan memecahkan masalah-masalah sederhana yang dihadapinya.

2) IPA, aplikasinya dalam teknologi, dapat menolong dan meningkatkan

kualitas hidup manusia.

3) IPA, sebagaimana dunia semakin berorientasi pada keilmuan dan teknologi.

4) IPA, yang diajarkan dengan baik dapat menghasilkan perkembangan pola

berpikir yang baik pula.

5) IPA, dapat membantu secara positif pada anak-anak untuk memahami materi

pelajaran lain terutama bahasa dan matematika.

6) IPA, di banyak negara, Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang terminal

untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di SD itulah mereka dapat

kesempatan mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis.

7) IPA, di SD benar-benar menyenangkan.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007: 5.3-5.5) ada lima prinsip utama

pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang kebenaran dalam pembelajaran

IPA yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA. Lima prinsip

tersebut yaitu:

1) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman

baik secara indrawi maupun nonindrawi.

2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung sehingga

perlu diungkap selama proses pembelajaran.

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

12

3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten

dengan pengetahuan para ilmuwan.

4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan

relasi dengan konsep lain.

5) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

d. Ruang Lingkup Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau S ains

Ruang lingkup bahan kajian IPA menurut Mulyasa (2009: 112) meliputi

aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya dan benda-benda

langit lainnya.

IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III

sedang kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri,

tetapi diajarkan secara sistematis. Karena di dalam penelitian ini yang dikaji

bahan mata pelajaran kelas V maka di bawah ini konsep-konsep pengembangan

pengetahuan IPA atau sains di kelas V semester II antara lain:

1) Gaya gravitasi, gaya magnet, gaya gesek, dan pesawat sederhana

2) Cahaya dan Sifat-Sifatnya

3) Proses Pembentukan Tanah

4) Struktur Bumi

e. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA atau S ains SD

Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas V semester II

adalah:

1) Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya.

2) Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau

model.

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

13

3) Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam.

Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai “ proses

pembentukan tanah karena pelapukan yang meliputi sifat dan jenis batuan

berdasarkan proses terbentuknya dan jenis-jenis pelapukan batuan serta faktor

yang mempengaruhi“.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains

berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan

dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi

lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber

lain.

3. Proses Pembentukan Tanah

Menurut Choiril, dkk (2008: 124) mengatakan bahwa sebenarnya, tanah

berasal dari batuan. Batuan akan mengalami pelapukan menjadi butiran-butiran

yang sangat halus. Lama-kelamaan butiran-butiran halus ini bertambah banyak

dan terbentuklah tanah.

Batuan banyak sekali jenisnya. Setiap jenis batuan mempunyai tingkat

pelapukan yang berbeda-beda. ada berbagai macam jenis batuan di permukaan

bumi.

a. Jenis-jenis batuan

Setiap jenis batuan mempunyai sifat yang berbeda. Sifat batuan tersebut

meliputi bentuk, warna, kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya

permukaan batuan. Menurut Choiril, dkk (2008: 124) berdasarkan proses

terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga

jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau vulkanik), batuan

endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan metamorf).

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

14

1) Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku.

Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi.

Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa

lelehan magma yang besar. Contoh batuan beku yaitu batu obsidian, granit, basalt,

andesit, dan apung. Beberapa contoh batuan beku dapat dilihat dengan jelas pada

Gambar 1. berikut:

Batu O bsidian Batu Granit Batu Basalt Batu Andesit Batu Apung

Gambar 1. Contoh batuan beku/batuan magma

2) Batuan Endapan (Batuan Sedimen)

Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil

pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau

dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. Contoh batuan endapan yaitu batu

konglomerat, breksi, pasir, serpih, dan kapur. Beberapa contoh batuan endapan

dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 2. berikut:

Batu Konglomerat Batu Breksi Batu Pasir Batu Serpih Batu Kapur

Gambar 2. Contoh batuan endapan/batuan sedimen

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

15

3) Batuan Malihan (Metamorf)

Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami

perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena

mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus,

batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan. Contoh batuan malihan yaitu

batu genes, marmer, dan sabak. Beberapa contoh batuan metamorf dapat dilihat

dengan jelas pada Gambar 3. berikut:

Batu Genes (Gneiss) Batu Marmer Batu Sabak

Gambar 3. Contoh batuan metamorf/batuan malihan

b. Proses pembentukan tanah karena pelapukan

Sebenarnya, tanah berasal dari batuan. Batuan akan mengalami pelapukan

menjadi butiran-butiran yang sangat halus. Lama-kelamaan butiran-butiran halus

ini bertambah banyak dan terbentuklah tanah. Batuan memerlukan waktu jutaan

tahun untuk berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan.

Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit

bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena

itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran

yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Menurut Widodo,

dkk (2004: 102-103) pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan fisika,

pelapukan biologi, dan pelapukan kimia.

1) Pelapukan Fisika

Pelapukan fisika disebabkan oleh berbagai faktor alam. Faktor alam itu

antara lain: angin, air, perubahan suhu, dan gelombang laut. Angin yang

senantiasa bertiup kencang dapat mengikis batuan sedikit demi sedikit. Kondisi

ini dapat mengakibatkan batuan mengalami erosi. Erosi batuan menyebabkan

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

16

terjadinya padang pasir. Selain itu, angin yang bertiup sangat kencang juga dapat

menggeser batuan. Saat bergeser inilah batuan bergesekan dengan batuan lain

sehingga mengalami penggerusan. Batuan akan pecah menjadi bagian yang lebih

kecil, misalnya pasir dan kerikil. Perubahan suhu secara drastis juga dapat

mengakibatkan pelapukan batuan. Satu hal yang perlu diingat, proses pelapukan

setiap batuan berbeda-beda. Ada batuan yang cepat lapuk, tetapi ada juga yang

lambat. Cepat lambatnya pelapukan tergantung pada penyusun dan tingkat

kekerasan batuan tersebut. Contoh pelapukan fisika dapat dilihat dengan jelas

pada Gambar 4. berikut:

Gambar 4. Contoh pelapukan fisika

2) Pelapukan Biologi

Pelapukan secara biologi dapat disebabkan oleh tumbuhan atau lumut yang

menempel di permukaan batuan. Tumbuhan merambat dan lumut menempel di

permukaan batuan. Tumbuhan merambat akan menimbulkan lubang-lubang pada

batuan tempat akarnya melekat. Lubang-lubang ini lama-kelamaan bertambah

besar dan banyak. Akhirnya, batuan tersebut akan hancur. Contoh pelapukan

biologi dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 5. berikut:

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

17

Gambar 5. Contoh pelapukan biologi yaitu batuan berlumut

3) Pelapukan Kimiawi

Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia.

Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih

ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2

dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar,

apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst. Batuan kapur mudah larut

oleh air hujan. Oleh karena itu jika diperhatikan pada permukaan batuan kapur

selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di

daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit,

tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.

4. Hakikat Pembelajaran IPA

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

oleh pihak guru selaku pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Pembelajaran menurut Corey dalam Syaiful Sagala (2009: 61) adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran terjemahan dari kata

“instruction” yang terdiri dari self instruction (dari dalam internal) dan eksternal

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

18

instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat internal antara lain datang

dari guru yang disebut teaching atau pengajaran.

Dalam TIM PGSD (2007: 6) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah

membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar

merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sedangkan menurut Oemar

Hamalik (1999: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Suprapto (2003: 9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai

suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau

didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Gagne, Birggs,

dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007: 1.19), berpendapat bahwa

Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is

facilitated. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang

mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dan turut serta dalam tingkah

laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap

situasi tertentu.

b. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara

konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman

dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah

sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak

datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar

sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di

laboratorium dan sebagainya (Syaiful Sagala, 2000: 65). Sumber-sumber belajar

dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan,

media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

19

kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya

mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya

waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta keterbatasan guru dalam

mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di

lingkungan tempat tinggal siswa.

Pembelajaran IPA seharusnya difokuskan dalam konsep dan keterampilan

proses agar siswa dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis. Tiga aspek IPA yaitu

Biologi, Fisika dan Kimia dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan

IPA terpadu. IPA yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan

mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan

berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak

perkembangan IPA dan teknologi.

Anak-anak Sekolah Dasar mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: beranjak dari hal-hal yang konkrit, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai kebutuhan, terpadu, dan melalui proses manipulatif. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang mengacu kepada kecenderungan-kecenderungan di atas, dan merupakan praktis pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif anak (Srini M. Iskandar, 2001: 23).

5. Tinjauan Tentang Metode Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Djamarah, 2006: 46). Metode merupakan cara-cara yang

ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

prestasi belajar yang memuaskan. Menurut Tim SBM di PGSD (2007: 85) metode

merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi

pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

20

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode

adalah suatu cara efektif yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran

b. Pengertian Metode Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi pelajaran. Menurut Made Wena (2009: 91) pembelajaran

berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada

permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan

kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Sedangkan menurut

Boud, dkk dalam Made Wena (2009: 91) pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada

siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open-ended

melalui stimulus dalam belajar. Perspektif Resnick dalam Sugiyanto (2008: 137)

memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk PBL. Dia mengatakan bahwa

bentuk pengajaran ini sangat penting untuk menjembatani kesenjangan antara

pembelajaran sekolah formal dan kegiatan mental yang lebih praktikal, yang

terjadi di luar sekolah.

Boud and Reynolds dalam Huang R (2005) menyebutkan bahwa

“ Problem Based Learning is based on the assumption that learning through

problem situations is much more effective than memory-based learning in

creating a usable body of knowledge. PBL encourages the development of skills

such as communication, report writing, teamwork, problem-solving and self-

directed learning”, yang artinya Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah

pembelajaran yang berlandaskan pada suatu keadaan masalah yang dianggap jauh

lebih efektif dibandingkan pembelajaran berdasarkan ingatan pada diri seseorang

yang dapat dipakai dari pengetahuan. PBL menganjurkan pembangunan dari

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

21

keterampilan seperti komunikasi, penulisan laporan, kerjasama sekelompok,

pemecahan masalah dan belajar terarah sendiri.

Menurut Gary D. Borich (1996: 413) Problem based learning organizes

the curriculum around loosely structured problems that learners solve by using

knowledge and skills from several disciplines, yang artinya Pembelajaran

berdasarkan masalah mengorganisir kurikulum di sekitar dengan masalah struktur

yang bebas yaitu pelajar menyelesaikan dengan mempergunakan pengetahuan dan

keterampilan dari beberapa disiplin.

Berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli dalam Yudi Purnawan

(http://www.teleforedu.org/index.):

a. PBL adalah metode pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar

ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan

authentic dan perancangan produk dan tugas (University of Nottingham,

2003).

b. PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk

pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap

permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi

kehidupannya (Barron, B.1998, Wikipedia).

c. PBL adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran

yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata

(Blumenfeld et Al. 1991).

d. PBL adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan

permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas pelajar (Boud &

Felleti,1991).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Problem

Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu metode

pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia nyata sebagai suatu

stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

22

c. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut LuAnn Wilkerson (1996: 5-6), PBL memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut:

1) Learning is student centered, yang artinya pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Learning occurs in small student groups, yang artinya pembelajaran

berlangsung pada sekelompok kecil siswa.

3) Teachers are facilitators or guides, yang artinya guru adalah sebagai

fasilitator atau pemandu.

4) Problems form the organizing focus and stimulus for learning, yang artinya

bentuk permasalahan berfokus pada pengorganisasian dan merangsang untuk

belajar.

5) New information is acquired through self directed learning, yang artinya

informasi baru diperoleh melalui pembelajaran yang mandiri.

Sedangkan menurut Savoie dan Hughes dalam Made Wena (2009: 91-92)

menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa

karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa

3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar

disiplin ilmu

4) Memberikan tanggungjawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan

secara langsung proses belajar mereka sendiri

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya

dalam bentuk produk dan kinerja.

Pada pelajaran IPA, PBL merupakan salah satu pembelajaran yang cukup

menarik dan sudah siap untuk digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah

mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan

yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan

mendorong kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran

berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

23

membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan

masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses

pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang

apa yang sudah mereka katakan (Osmundsen, 2001) dalam Triyono

(http://triyono22.wordpress.com).

Menurut Alex H. Johnstone and Kevin H. Otis dalam Chemistry Education

Research and Practice, 2006, 7 (2), 84-95 PBL uses real life scenarios for two

reasons: to tie new information to the likely cues for recall and to increase student

interest by showing the relevance of new information to their work yang artinya

PBL menggunakan masalah kehidupan nyata untuk dua alasan yaitu melatih dan

meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta dapat

mengaitkan dengan pekerjaan siswa. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan

proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa

mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah

penggunaannya di dalam tingkat berfikir lebih, dalam situasi berorientasi pada

masalah, termasuk bagaimana belajar. Guru dalam pembelajaran berdasarkan

masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog

membantu menyelesaikan masalah, dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu

guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan

intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru

dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran

gagasan.

d. Ciri-ciri Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009: 71-72) Problem Based

Learning (Pembelajaran Berbasis M asalah) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Permasalahan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan

masalah nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi peserta didik.

Peserta didik menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat

diberi jawaban-jawaban sederhana.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

24

2) Fokus interdisipliner. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan

interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir

struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

3) Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi autentik

yaitu berusaha menemukan solusi riil. Peserta didik diharuskan menganalisis

dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat

prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan

eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.

4) Produk. Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik

mengonstruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa

laporan singkat yang dapat dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada

orang lain.

5) Kolaborasi. Kolaborasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah

mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan

keterampilan berpikir dan keterampilan proses.

Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik

memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan

mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempalajari peran

orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan

independen. Hasil yang tidak kalah esesiil sebagai hasil dari pembelajaran

berbasis masalah adalah peserta didik mempunyai keterampilan berpikir tingkat

tinggi (Agus Suprijono, 2009: 72).

e. Langkah-langkah pelaksanaan metode Problem Based Learning

(Pembelajaran Berbasis Masalah):

Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima fase

dan perilaku. Fase-fase dan perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola

ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan Problem Based

Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dapat diwujudkan. Adapun fase-fase

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut:

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

25

Tabel 1. Langkah-langkah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis M asalah)

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4: Mengembangkan dan Mempresentasikan artefak dan exhibit

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka menyampaikannya kepada orang lain

Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan

Sumber : Agus Suprijono (2009: 74)

Pada fase pertama hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru tetapi menginvestigasi berbagai permasalahan penting dan

menjadi pembelajar mandiri.

2. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban

mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak

solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

26

3. Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik didorong untuk melontarkan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi peserta

didik mestinya berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-temannya.

4. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong untuk

mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka.

Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan keterampilan

kolaborasi diantara peserta didik dan membantu mereka menginvestigasi masalah

secara bersama-sama. Pada tahap ini pula guru diharuskan membantu peserta

didik merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya.

Pada fase ketiga, guru membantu peserta didik menentukan metode

investigasi. Penentuan tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendak dicari

jawabannya atau dicari solusinya.

Pada fase keempat, penyelidikan diikuti dengan pembuatan artefak dan

exhibits. Artefak dapat berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses yang

memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. Exhibit

adalah pendemonstrasian atas p roduk hasil investigasi atau artefak tersebut.

Pada fase kelima, tugas guru adalah membantu peserta didik menganalisis

dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan

yang mereka gunakan. Terpenting dalam fase ini peserta didik mempunyai

keterampilan berpikir sistematik berdasarkan metode penelitian yang mereka

gunakan.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran berbasis masalah

harus ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, dan atmosfer

kebebesan intelektual. Penting pula dalam pengelolaan pembelajaran berbasis

masalah memperhatikan hal-hal seperti situasi multitugas yang akan berimplikasi

pada jalannya proses investigasi, tingkat kecepatan yang berbeda dalam

penyelesaian masalah, pekerjaan peserta didik, dan gerakan dan perilaku di luar

kelas.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

27

f. Kelebihan metode Problem Based Learning (PBL):

1) Penerapan metode Problem Based learning semata-mata tidak hanya

menyajikan informasi untuk diingat siswa. Metode PBL menyajikan informasi,

maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga

terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi.

2) Penerapan metode Problem Based Learning membiasakan siswa untuk

berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses belajar mengajar.

3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam

memecahkan masalah.

4) Penerapan metode Problem Based Learning membiasakan siswa untuk lebih

aktif mandiri.

g. Kelemahan metode Problem Based Learning (PBL):

1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih

banyak.

2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan

metode Problem Based Learning tidak berjalan baik.

B. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Dany Wahyuningsih dengan judul “Penerapan Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa (Pembelajaran Matematika

Kelas V SDN. 01 Blulukan)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kreativitas siswa.

2. Skipsi Dany Andriani dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar IPS Ekonomi

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pokok

Bahasan Perusahaan dan Badan Usaha Siswa Kelas VII SMP Negeri

Randudongkal Kabupaten Pemalang”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

pada pelajaran IPS-Ekonomi pokok bahasan perusahaan dan badan usaha pada

kelas VII SMP Negeri 4 Randudongkal dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa. Rata-rata skor yang dicapai siswa diakhir siklus II adalah 75

dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 88 %.

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

28

3. Skripsi Istanik Ulin Nuha dengan judul “Pengaruh Metode Problem Based

Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Sub Pokok Bahasan

Keliling dan Luas Bidang Segiempat Ditinjau Dari Pemanfaatan Sumber

Belajar di SMPN I Margoyoso, Pati”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan keliling dan luas bidang

segiempat dengan metode Problem Based Learning menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan metode

pembelajaran konvensional.

4. Skripsi Dwi Supri Haryanti dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran

Matematika Dengan Metode Problem Based Learning Pada Pokok Bahasan

Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VII SMPN I

Wonosari, Klaten”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan

metode Problem Based Learning menghasilkan pretasi belajar matematika

yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki siswa dan motivasi

belajar yang tinggi. Dengan kemampuan dan motivasi belajar yang tinggi, maka

siswa akan dapat menguasai pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih

menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum

memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal.

Pembelajaran pada materi mendeskripsikan proses pembentukan tanah hanya

disampaikan dengan ceramah dan guru belum menerapkan metode Problem Based

Learning, sehingga berakibat kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan

tanah pada siswa masih rendah.

Penggunaan metode Problem Based Learning pada pembelajaran IPA

dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan konsep IPA

pada siswa daripada menggunakan metode pembelajaran kovensional.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

29

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk

merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya

pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,

penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) akan meningkatkan

kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah. Untuk memperjelas

kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada

Gambar 6. sebagai berikut:

Gambar 6. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Siklus I peningkatan

mencapai 65%

Siklus II peningkatan

mencapai 70%

Siklus III peningkatan

mencapai 75%

Guru menerapkan metode Problem Based Learning

(PBL)

Dengan menerapkan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

Guru belum menerapkan metode Problem Based Learning (PBL)

Rendahnya kemampuan mendeskripsikan proses

pembentukan tanah

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

30

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Melalui metode Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses

pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo. Alasan

yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Begajah 04, yaitu:

a. Pengajaran dengan metode Problem Based Learning belum pernah diteliti di

SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo.

b. Tersedianya buku sumber dan data-data yang mengupas tentang metode

Problem Based Learning.

c. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat

tinggal peneliti.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2009-

2010, yaitu mulai bulan Januari sampai Juni atau selama 6 bulan.

B. Subjek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri

Begajah 04 Sukoharjo sebanyak 27 siswa terdiri dari 10 siswa putri dan 17 siswa

putra. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan siswa dalam mendeskripsikan

proses pembentukan tanah dalam pelajaran IPA masih rendah.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih

menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa

data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis

penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).

Menurut IGAK Wardhani, dkk (2008: 13) penelitian tindakan kelas merupakan

terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

32

dilakukan di kelas. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap,

yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting) (Suharsimi Arikunto, 2008: 16). Secara jelas langkah-langkah

tersebut dapat digambarkan pada Gambar 7. sebagai berikut:

Gambar 7. Siklus penelitian tindakan kelas

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS III

Pengamatan

Tindak Lanjut

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

33

D. Data dan Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun

angka. Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya

kemampuan siswa dalam mendeskripsikan proses pembentukan tanah dalam

pelajaran IPA, kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi IPA, serta

kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran (termasuk penggunaan metode pembelajaran) di kelas.

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri Begajah 04

Sukoharjo.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran IPA dan

aktivitas lainnya yang bersangkutan.

3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana

Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.

4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode Problem Based

Learning (PBL).

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi

pengamatan/observasi, wawancara, dan tes yang masing-masing secara singkat

diuraikan berikut ini:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.

Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah obsevasi

langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara

(langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada

guru dan siswa kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo untuk mengetahui

kemampuan dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang

berlangsung sesuai dengan siklus yang ada.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

34

Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses

pembelajaran IPA mengenai proses pembentukan tanah yang dilakukan guru dan

siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan

tindakan sampai akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar

lebih efektif dan efisien. Langkah-langkah observasi menurut Amir (2007: 134)

meliputi: (1) Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan observasi kelas (classroom),

(3) pembahasan balikan (feedback). Adapun gambar siklus observasi menurut

David Hopkins dalam Amir (2007: 135) dapat dilihat pada Gambar 8. sebagai

berikut:

Gambar 8. Siklus Observasi Menurut David Hopkins

2. Tes

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan

yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2009: 53). Tes digunakan peneliti

untuk mendapatkan data tentang penguasaan pokok bahasan proses pembentukan

tanah karena pelapukan oleh siswa kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes bentuk uraian/essay.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dalam penelitian ini

metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh daftar nilai, daftar

hadir siswa, daftar nama siswa kelas V dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru

kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo.

Planning

Classroom Feedback

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

35

F. Validitas Data

Menurut H. B. Sutopo (2006: 92-95) untuk menjamin validitas data dan

pertanggungjawaban dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik

kesimpulan, teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain

trianggulasi. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan

trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua

hal tersebut adalah:

1. Trianggulasi Data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari

sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan

hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misal arsip nilai,

absen dan lainnya.

2. Trianggulasi Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan

mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan

informasinya. Dalam penelitian ini membandingkan hasil pengamatan

kegiatan siswa yang dilakukan oleh observer dengan hasil pengamatan guru

itu sendiri.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari

dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau

verifikasi (Iskandar, 2008: 222). Teknik analisis data dalam penelitian ini

digunakan untuk menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan.

1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,

pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informan yang

bermakna.

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

36

2. Sajian data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk

paparan naratif, representasi tabular termasuk format matriks, representasi

grafis, dan sebagainya.

3. Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang

telah terorganisasi tersebut dalam bentukpernyatan kalimat dan/atau formula

yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.

H. Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila jumlah siswa

yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM (≥ 70) di kelas pada siklus I mencapai

65% (kurang lebih 18 siswa), kemudian pada siklus II mencapai 70% (kurang

lebih 19 siswa), dan pada akhir siklus III mencapai 75% (kurang lebih 20 siswa).

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yang masing-

masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus

ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.

Untuk mengetahui kemampuan dalam mendeskripsikan konsep IPA pada siswa

kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo diadakan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan

kemampuan mendeskripsikan konsep-konsep IPA siswa kelas V dengan

menerapkan metode Problem Based Learning dan menghubungkan dengan

konsep lain yang telah dikuasai oleh siswa.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

37

Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan

sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan

identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk

menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya

untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana

tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi dan sarana yang

digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana observasi/monitoring terhadap

perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan.

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menentukan pokok bahasan tentang sifat-sifat batuan dan pelapukan

biologi.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode

Problem Based Learning.

3) Mengembangkan skenario pembelajaran.

4) Menginformasikan masalah pada siswa.

5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang

sifat-sifat batuan dan pelapukan biologi.

6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa.

7) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

8) Menyiapkan lembar penilaian

9) Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya

perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap

sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil

dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

38

perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi. Rincian

dalam tahap meliputi :

a) Guru menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam

pembelajaran IPA materi pokok proses pembentukan tanah sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu dengan membagi siswa

secara kelompok terlebih dahulu, lalu mengorientasikan masalah kepada

siswa mengenai materi proses pembentukan tanah dan menyajikan lembar

kerja siswa yang kemudian meminta masing-masing kelompok

mendiskusikan permasalahan tersebut.

b) Siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing

anggota, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas dan kelompok lain menanggapi (Untuk lebih lengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 116-117).

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA

mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menerapkan Problem Based

Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek indikator.

1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain:

(a) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif

(b) Memberikan movitasi

(c) Melakukan apersepsi

(d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

(e) Memberi kesempatan untuk bertanya

(f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok

(g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok

(h) Memberikan tes akhir

(i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok

(j) Memberikan balikan pada siswa

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

39

2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain:

(a) Aktif memperhatikan penjelasan guru

(b) Kemauan untuk menerima pelajaran

(c) Aktif mengerjakan tugas

(d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan

(e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok

(f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(g) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok

(h) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran

(i) Keaktifan dalam proses pembelajaran

(j) Kesungguhan mengerjakan tes

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam

pembelajaran pada siklus I tentang sifat-sifat batuan dan pelapukan biologi

didapatkan kendala yaitu siswa belum memahami materi dan siswa

mendapatkan nilai yang belum sesuai dengan harapan atau tindakan yang

dilakukan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan

pada siklus II.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan

masalah

2) Menentukan pokok bahasan mengenai batuan endapan dan pelapukan

fisika

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode

Problem Based Learning.

4) Mengembangkan skenario pembelajaran

5) Menginformasikan masalah kepada siswa.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

40

6) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang

proses terbentuknya batuan endapan dan pelapukan fisika

7) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa

8) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

9) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

10) Menyiapkan lembar penilaian

11) Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi dengan menerapkan

metode Problem Based Learning.

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai proses

terbentuknya batuan endapan dan pelapukan fisika dengan langkah-

langkah pada siklus I dengan menerapkan metode Problem Based

Learning.

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan

proses pembentukan tanah karena pelapukan.

5) Guru memberi soal tes kepada siswa untuk dikerjakan

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA

mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menerapkan Problem Based

Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek indikator.

1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain:

(a) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif

(b) Memberikan movitasi

(c) Melakukan apersepsi

(d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

41

(e) Memberi kesempatan untuk bertanya

(f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok

(g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok

(h) Memberikan tes akhir

(i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok

(j) Memberikan balikan pada siswa

2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain:

(a) Aktif memperhatikan penjelasan guru

(b) Kemauan untuk menerima pelajaran

(c) Aktif mengerjakan tugas

(d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan

(e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun

kelompok

(f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(g) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok

(h) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran

(i) Keaktifan dalam proses pembelajaran

(j) Kesungguhan mengerjakan tes

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam

pembelajaran pada siklus II tentang proses terbentuknya batuan endapan

dan pelapukan fisika didapatkan kendala yaitu siswa belum memahami

materi dan siswa mendapatkan nilai yang belum sesuai dengan harapan

atau tindakan yang dilakukan belum tercapai secara optimal, maka perlu

adanya perbaikan pada siklus III.

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

42

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1) Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan

masalah.

2) Menentukan pokok bahasan mengenai batuan metamorf dan jenis-jenis

pelapukan secara keseluruhan.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode

Problem Based Learning.

4) Mengembangkan skenario pembelajaran

5) Menginformasikan masalah pada siswa.

6) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang

proses terbentuknya batuan metamorf dan permasalahan tentang jenis-

jenis pelapukan batuan secara keseluruhan.

7) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa.

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

10) Menyiapkan lembar penilaian

11) Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan II.

2) Guru memberikan percobaan yang bervariasi dan permasalahan yang

berhubungan dengan pelapukan batuan untuk pendalaman materi

dengan menerapkan metode Problem Based Learning.

3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai proses

terbentuknya batuan metamorf dan jenis-jenis pelapukan batuan secara

keseluruhan untuk memperdalam materi dengan metode Problem

Based Learning.

4) Memantau perkembangan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan

proses pembentukan tanah karena pelapukan.

5) Guru memberi soal tes kepada siswa untuk dikerjakan.

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

43

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA

mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menerapkan Problem Based

Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah

disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek indikator.

1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain:

(a) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif

(b) Memberikan movitasi

(c) Melakukan apersepsi

(d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

(e) Memberi kesempatan untuk bertanya

(f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok

(g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok

(h) Memberikan tes akhir

(i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok

(j) Memberikan balikan pada siswa

2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain:

(a) Aktif memperhatikan penjelasan guru

(b) Kemauan untuk menerima pelajaran

(c) Aktif mengerjakan tugas

(d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan

(e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun

kelompok

(f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(g) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok

(h) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran

(i) Keaktifan dalam proses pembelajaran

(j) Kesungguhan mengerjakan tes

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

44

d. Tahap Refleksi

Hasil analisis data dari siklus III ini digunakan sebagai acuan untuk

menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

melalui metode Problem Based Learning pada siswa kelas V. Jika sudah

diperoleh hasil yang optimal, maka siklus dihentikan.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Begajah 04, Kecamatan

Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Bangunan sekolah menghadap selatan dan barat,

memiliki halaman yang cukup luas, dengan luas seluruh sekolah 530 m².

Lingkungan fisik sekolah tempat penelitian cukup baik, hal ini terlihat dari

tata ruang dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada. Gedung yang dimiliki

SD Negeri Begajah 04 terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru, 1 ruang

perpustakaan, dua buah toilet dan kamar mandi serta halaman sekolah yang

biasanya dipergunakan sebagai tempat upacara bendera, olahraga dan tempat

bermain siswa pada jam istiharat. Gedung SD Negeri Begajah 04 mengalami

renovasi terakhir pada tahun 2009 yang menggunakan dana APBD.

Ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas pembelajaran, SD Negeri Begajah

04 sudah cukup baik. SD Negeri Begajah 04, didukung oleh 10 tenaga pengajar

yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas, 1 orang guru PAI

(Pendidikan Agama Islam), 1 orang guru Olah Raga, 1 orang guru bidang studi

Bahasa Inggris, 1 orang petugas perpustakaan dan ditambah 1 orang penjaga

sekolah. Tenaga pengajar yang ada terbagi menjadi guru tetap, guru bantu dan

guru wiyata bhakti. Hampir semua tenaga pengajar yang ada telah memiliki

pengalaman yang cukup lama dan mempunyai latar belakang di bidang

pendidikan.

Ruang kelas yang dimiliki SD Negeri Begajah 04 tertata dengan rapi dan

indah. Guru bersama dengan siswa menghias kelas dengan hiasan yang dibuat

oleh siswa secara mandiri yang memiliki nilai edukatif, sehingga membantu

merangsang siswa dalam meningkatkan pengetahuannya. Beberapa kelas terdapat

map-map hasil pekerjaan siswa berupa portofolio, sehingga siapapun yang melihat

dapat dengan mudah mengetahui perkembangan hasil belajar siswa di kelas

tersebut.

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

46

Pada tahun ini, yaitu tahun pelajaran 2009/2010 jumlah siswa SD Negeri

Begajah 04 sebanyak 151 Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 30 siswa, kelas

II sebanyak 22 siswa, kelas III sebanyak 27 siswa, kelas IV sebanyak 22 siswa,

kelas V sebanyak 27 siswa, dan kelas VI sebanyak 23 siswa. Jumlah siswa tahun

ini tidak jauh berbeda dengan jumlah siswa pada tahun-tahun sebelumnya yang

rata-rata berjumlah 150-160 siswa tiap tahunnya.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri

Begajah 04, Sukoharjo yang berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-

laki dan 10 siswa perempuan. Adapun nama-nama subyek penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2. sebagai berikut:

No Nama Subjek

1. Darwin

2. Ari Wibowo

3. Bayu Pambudi

4. Meisy Novita Hapsari

5. Riyan Wibowo

6. Safii Imam Santoso

7. Senly Apriliana

8. Shokhi Riwayati

9. Tirto Nugroho

10. Arvin Wahyu Prasetyo

11. Anggoro Adi Bagus P

12. Anas Bakti Maarif

13. Ayun Widyastuti

14. Bima Irvansyah

No Nama Subjek

15. Dewi Sri Yuliana

16. Ervin Maulana

17. Febri Anggriawan

18. Gita Fitri Bahari

19. Ibnu Nur Hendrawan S

20. Muharom Tauji

21. Satrio Adi Sulistyo

22. Suci Wulandari

23. Tri Putri Wulandari

24. Wahyu Eka Septiana

25. Widya Ayuni Putri Y

26. Nava Nur Cahaya P

27. Riswanda Ady Wardana

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

47

Tabel 2. Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Begajah 04 Sukoharjo

Penelitian tindakan kelas yang direncanakan menggunakan 3 siklus.

Siklus pertama menguraikan tentang sifat-sifat batuan dan pelapukan biologi

selama 4 x 35 menit ( 4 jam pelajaran ) dalam 2 kali pertemuan, siklus kedua

menguraikan tentang proses terbentuknya batuan endapan dan pelapukan fisika

selama 4 x 35 menit (4 jam pelajaran) dalam 2 kali pertemuan, dan siklus ketiga

menguraikan tentang proses terbentuknya batuan metamorf dan jenis pelapukan

batuan beserta faktor yang mempengaruhi selama 4 x 35 menit (4 jam pelajaran)

dalam 2 kali pertemuan.

Dalam penelitian ini setiap akhir pertemuan diadakan test yang di gunakan

untuk mengukur seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam

mendeskripsikan proses pembentukan tanah selama mengikuti pembelajaran

dengan menerapkan metode Problem Based Learning. Penilaian dalam penelitian

ini meliputi dua hal, yaitu: pertama, penilaian dari hasil belajar siswa yang

diperoleh dari nilai test siswa. Kedua, penilaian dari hasil observasi terhadap guru

dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

C. Deskripsi Data Awal

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan

yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat

berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA

memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun pada kenyataannya

mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Pembelajaran

IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan

juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara

maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang

dilakukan oleh guru. Guru sebagian besar masih mempertahankan urutan-urutan

dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa.

Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon

terhadap pelajaran yang disampaikan.

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

48

Keadaan ini dapat dilihat dari nilai IPA siswa yang cukup rendah. Pada

materi mendeskripsikan proses pembentukan tanah yang hanya disampaikan

dengan ceramah sehingga berakibat banyak siswa yang mengalami kesulitan.

Sejalan dengan permasalahan tersebut maka diperlukan suatu pembelajaran IPA

yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa

sehingga siswa tidak hanya mengetahui secara instan tetapi juga mampu

menemukan sendiri konsep yang sedang mereka pelajari secara terbimbing

dengan mudah. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu metode

pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia nyata sebagai suatu

stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa. Untuk mengantisipasi hal di atas,

peneliti mengadakan penelitian di kelas V dengan menerapkan Problem Based

Learning (PBL) dalam rangka membantu siswa untuk berpikir dari hal yang

kongkrit ke hal yang abstrak sehingga membuat pemahaman dan kemampuan

siswa terhadap konsep IPA dapat ditingkatkan.

Untuk lebih jelasnya, perolehan hasil evaluasi IPA siswa sebelum tindakan

dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Data Nilai Kemampuan Siswa Sebelum Tindakan

No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas

1 70 Tuntas 15 75 Tuntas

2 60 Tidak Tuntas 16 75 Tuntas

3 52 Tidak Tuntas 17 67 Tidak Tuntas

4 70 Tuntas 18 70 Tuntas

5 65 Tidak Tuntas 19 78 Tuntas

6 61 Tidak Tuntas 20 72 Tuntas

7 70 Tuntas 21 70 Tuntas

8 53 Tidak Tuntas 22 70 Tuntas

9 80 Tuntas 23 63 Tidak Tuntas

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

49

10 70 Tuntas 24 62 Tidak Tuntas

11 70 Tuntas 25 60 Tidak Tuntas

12 70 Tuntas 26 64 Tidak Tuntas

13 82 Tuntas 27 66 Tidak Tuntas

14 45 Tidak Tuntas

Jumlah 1810

Rata-Rata 67,04

Keterangan Jumlah Prosentase

Tuntas 15 55,56%

Tidak Tuntas 12 44,44%

Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Siswa Sebelum Tindakan

No Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 45-51 1 3,70%

2 52-58 2 7,41%

3 59-65 7 25,93%

4 66-72 12 44,44%

5 73-79 3 11,11%

6 80-86 2 7,41%

7 87-93 0 0%

8 94-100 0 0%

Jumlah 27 100%

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

50

Dari Tabel 4. maka dapat dilihat pada Gambar 9. sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12 45-51

52-58

59-65

66-72

73-79

80-86

87-93

94-100

45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100

Interval Nilai

Data Nilai

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 9. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan

D. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 19

dan 21 April 2010. Masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pelaksanaan

pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin dan

pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu. Adapun tahapan-tahapan yang

dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA

pada materi proses pembentukan tanah di Kelas V. Tujuan dari pengamatan ini

adalah untuk mengetahui metode yang dipergunakan oleh guru, serta keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran. Di samping itu untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam mendeskripsikan materi proses pembentukan tanah.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

51

Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar

siswa, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V SD Negeri Begajah 04,

Sukoharjo sebagai data awal diperoleh bahwa pada pokok bahasan proses

pembentukan tanah terdapat 15 anak atau 55,56% yang masih belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Setelah dilaksanakan pemeriksaan

pada lembar kegiatan siswa, sebagian besar siswa belum dapat memahami materi

yang diajarkan oleh guru.

Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan diskusi sekaligus konsultasi

dengan guru kelas V untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada

siswa kelas V. Salah satu alternatif pemecahan yang dapat dilakukan adalah

melaksanakan pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, yaitu menggunakan

metode Problem Based Learning (PBL).

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2007

Kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran

materi proses pembentukan tanah melalui percobaan dengan menggunakan

metode PBL sebagai berikut :

1) Memilih Kompetensi Dasar dan Indikator yang sesuai dengan materi proses

pembentukan tanah yaitu:

a) Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan.

b) Indikator : - Menggolongkan batuan berdasarkan warna,

kekerasan, tekstur permukaan (halus dan

kasar).

- Menjelaskan proses pembentukan tanah karena

pelapukan.

Alasan memilih kompetensi dasar atau indikator tersebut adalah :

a) Kompetensi dasar dan indikator tentang proses pembentukan tanah

harus betul-betul dikuasai siswa, agar siswa dapat mendeskripsikan

bagaimana tanah dapat terbentuk.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

52

b) Kompetensi dasar dan indikator proses pembentukan tanah tersebut

nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemilihan kompetensi dasar dan indikator proses pembentukan tanah

didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan harapan

masyarakat terhadap hasil belajar siswa.

2) Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah disusun.

Rencana Pembelajaran disusun 2 kali pertemuan masing-masing pertemuan

2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 19 dan 21

April 2010.

3) Mempersiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran untuk

melakukan percobaan.

4) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

5) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

6) Menyiapkan lembar penilaian.

b. Pelaksanaan

Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode PBL sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

yang telah disusun sebelumnya yang akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan ke 1 dilaksanakan hari Senin, 19 April 2010. Pembelajaran

direncanakan dengan model pembelajaran aktif metode PBL. Guru

membuka proses pembelajaran ini diawali dengan guru menyampaikan

pokok bahasan, yaitu batuan.

Sebagai kegiatan awal, agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan

hidup, guru mengajak siswa menyanyikan lagu “ Di Sini Senang Di Sana

Senang”. Setelah itu guru mengajak siswa “Tepuk Diam” yang bertujuan

untuk memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan

minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian guru menanyakan

kepada siswa “ Siapa yang sudah melihat batuan?”, “ Biasanya anak-anak

melihat batuan dimana?”, “Apa saja jenis-jenis batuan itu?”

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

53

Kegiatan inti dimulai dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa. Pengelompokan dilakukan

dengan cara pengundian. Guru membuat nomor undian 1-5 sebanyak 27,

kemudian masing-masing siswa diminta untuk mengambil satu-satu. Siswa

yang mendapat nomor yang sama bergabung menjadi 1 kelompok. Setelah

itu siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian guru

mengorientasikan masalah mengenai jenis dan sifat batuan. Guru mengajak

siswa keluar kelas untuk melakukan percobaan di halaman sekolah. Guru

membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok yang berisi

permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu

“ Melakukan percobaan untuk mengelompokkan batuan berdasarkan warna,

kekerasan, dan kekasaran permukaannya ”. Guru meminta masing-masing

kelompok menuliskan jawaban pada lembar kerja dengan

mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari kelompok

dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama dengan guru.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Guru memberikan pujian kepada siswa yang

berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Sebagai tindak lanjut guru

memberi pesan-pesan agar selalu rajin belajar dan memberikan pekerjaan

rumah.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan ke II dilaksanakan hari Rabu, 21 April 2010. Pembelajaran

direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran aktif metode PBL.

Guru membuka proses pembelajaran ini diawali dengan guru

menyampaikan subpokok bahasan pada pertemuan ini, yaitu pelapukan

batuan.

Sebagai kegiatan awal, agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan

hidup, guru mengajak siswa melakukan “Tepuk Oke”, kemudian guru

memberikan pertanyaan kepada siswa “ Siapa yang pernah melihat batuan

yang berlumut?”, “ Biasanya berwarna apa?”.

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

54

Kegiatan inti dimulai guru dengan mengelompokkan siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil seperti pada pertemuan sebelumnya. Untuk

mengembalikan konsentrasi belajar siswa setelah pengelompokkan, guru

mengajak siswa melakukan “Tepuk Diam”. Sebelum memulai presentasi,

guru membacakan hasil pekerjaan siswa yang terdiri dari tugas individu dan

tugas kelompok. Bagi siswa yang memperoleh nilai memuaskan, mereka

berhak mendapatkan reward dari guru. Hal ini dilakukan agar siswa menjadi

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga terjadi persaingan

positif antar kelompok maupun individu.

Kemudian guru mengorientasikan masalah kepada siswa, yaitu tentang

pelapukan biologi. Sesudah itu, guru memberikan lembar kerja pada

masing-masing kelompok yang berisi permasalahan yaitu “Melakukan

pengujian untuk mengetahui tingkat pelapukan batuan yaitu pelapukan

biologi”.

Pada pertemuan ini guru menekankan agar dalam kelompok saling

membantu dan bekerjasama apabila ada kesulitan dalam melakukan

percobaan. Guru juga tidak hanya memberikan pengarahan secara klasikal

tetapi juga pada masing-masing kelompok. Guru meminta masing-masing

kelompok menuliskan jawaban pada lembar kerja dengan

mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari kelompok

dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama dengan guru.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari, sambil mengulang pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian guru

membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.

Dalam mengerjakan soal ini, siswa harus mengerjakannya secara mandiri

untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan

metode PBL. Guru memberikan pujian kepada siswa yang berhasil

mengerjakan tugas dengan baik. Sebagai tindak lanjut guru memberi pesan-

pesan agar selalu rajin belajar dan memberikan pekerjaan rumah.

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

55

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama

pembelajaran IPA dengan menerapkan metode PBL, yang dilaksanakan dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini

dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan metode PBL pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh metode PBL dalam meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses

pembentukan tanah di kelas V.

Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau

proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan

guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat p roses

pembelajaran berlangsung.

Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :

Pertemuan : I

Indikator: Menggolongkan batuan berdasarkan warna, kekerasan, tekstur

permukaan (halus dan kasar).

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan lampiran 5 dan 6 halaman 143-144.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mempunyai kemauan yang cukup untuk menerima pelajaran.

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa cukup aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa cukup mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat masih kurang.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok masih kurang.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran masih kurang.

i) Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran.

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

56

j) Siswa cukup mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

2) Kegiatan Guru

a) Guru kurang mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.

b) Guru cukup memberikan motivasi.

c) Guru cukup melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru kurang membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah cukup memberikan tes akhir.

i) Guru sudah cukup mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah cukup memberikan balikan pada siswa.

Pertemuan : II

Indikator : Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan lampiran 7 dan 8 halaman 145-146.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mempunyai kemauan yang baik untuk menerima pelajaran.

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa cukup aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa cukup mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Siswa sudah cukup mempunyai hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok masih kurang.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran masih kurang.

i) Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran.

j) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

57

2) Kegiatan Guru

a) Guru sudah cukup mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif.

b) Guru cukup memberikan motivasi.

c) Guru cukup melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru sudah cukup membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah baik memberikan tes akhir.

i) Guru sudah cukup mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah cukup memberikan balikan pada siswa.

d. Refleksi

Sesudah melihat pada hasil observasi dan hasil belajar siswa, data-data

yang diperoleh melalui observasi kemudian dikumpulkan untuk dianalisis.

Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi

pelaksanaan pada siklus berikutnya. Setelah melihat pada pekerjaan siswa, pada

materi sifat-sifat batuan dan pelapukan biologi telah menunjukkan perubahan

yang cukup berarti.

Dalam pembelajaran, guru yang bertindak sebagai fasilitator sudah cukup

memberikan pengarahan dan memberikan solusi bagi setiap siswa yang

mengalami kesulitan, namun perhatian siswa terkadang tidak sepenuhnya tertuju

pada perhatian guru, hal ini disebabkan kelemahan dari metode PBL yang

terkadang cenderung dimanfaatkan siswa untuk bermain-main dengan teman satu

kelompoknya.

Hasil refleksi pada siklus I selengkapnya dapat duraikan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil dari pengamatan selama proses pembelajaran pada

siklus I, siswa sudah menunjukkan sikap kerjasama kelompok dan saling give and

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

58

take dengan cukup baik. Walaupun masih ada juga kelompok yang menunjukkan

sikap acuh terhadap kelompoknya sendiri dan masih mementingkan kepentingan

individu dalam kelompok tersebut. Siswa aktif memperhatikan presentasi guru

dan menjawab pertanyaan ketika guru memberi pertanyaan walaupun masih ada

beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Guru aktif dalam

memberikan pengarahan kepada individu maupun kelompok. Dari hasil

pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam

mendeskripsikan proses pembentukan tanah sudah berjalan lebih baik apabila

dibandingkan dengan pembelajaran sebelum diterapkan metode PBL. Pada Pada

siklus I ini hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan walaupun hanya

sedikit, yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 18 siswa atau 66,67% dari

27 siswa.

Sesuai dengan rencana pembelajaran sebelumnya, pembelajaran di siklus I

dikatakan berhasil apabila siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 65%.

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 18 siswa atau

66,67% dari 27 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode PBL dikatakan berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SD

Negeri Begajah 04, Sukoharjo. Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan oleh

beberapa faktor, maka dari itu pembelajaran IPA perlu dilanjutkan untuk siklus II

dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Data nilai kemampuan

mendeskripsikan proses pembentukan tanah siswa pada siklus I selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini.

Tabel 5. Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus I

No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas

1 70 Tuntas 15 78 Tuntas

2 64 Tidak Tuntas 16 78 Tuntas

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

59

3 52 Tidak Tuntas 17 70 Tuntas

4 71 Tuntas 18 70 Tuntas

5 67 Tidak Tuntas 19 84 Tuntas

6 67 Tidak Tuntas 20 75 Tuntas

7 70 Tuntas 21 70 Tuntas

8 53 Tidak Tuntas 22 70 Tuntas

9 85 Tuntas 23 70 Tuntas

10 73 Tuntas 24 64 Tidak Tuntas

11 70 Tuntas 25 61 Tidak Tuntas

12 71 Tuntas 26 65 Tidak Tuntas

13 84 Tuntas 27 70 Tuntas

14 45 Tidak Tuntas

Jumlah 1867

Rata-Rata 69,15

Keterangan Jumlah Prosentase

Tuntas 18 66,67%

Tidak Tuntas 9 33,33%

Tabel 6. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus I

No Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 45-51 1 3,70%

2 52-58 2 7,41%

3 59-65 5 18,52%

4 66-72 12 44,44%

5 73-79 4 14,82%

6 80-86 3 11,11%

7 87-93 0 0%

8 94-100 0 0%

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

60

Jumlah 27 100%

Dari Tabel 6 maka dapat dilihat pada Gambar 10. sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

1245-51

52-58

59-65

66-72

73-79

80-86

87-93

94-100

45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100

Interval Nilai

Data Nilai

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 10. Grafik Data Nilai Siklus I

Bertolak dari hasil yang diperoleh pada siklus I, pembelajaran

menggunakan metode PBL memiliki pengaruh yang berhasil. Dengan catatan bagi

siswa yang belum memahami materi dengan baik harus belajar lebih giat dan

diberi jam tambahan tersendiri untuk meningkatkan kemampuan mereka. Dengan

demikian pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II mengenai proses

terbentuknya batuan endapan dan pelapukan fisika yang terkait dengan proses

pembentukan tanah.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 24

dan 26 April 2010. Masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pelaksanaan

pembelajaran siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu dan

pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin. Adapun tahapan-tahapan yang

dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

61

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I

diketahui bahwa pembelajaran melalui metode PBL belum menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah yang cukup

signifikan. Oleh karena itu, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

kembali melalui metode PBL dengan indikator yang sama tetapi melakukan

variasi percobaan pada tiap pertemuan.

Kegiatan perencanaan tindakan siklus II d ilaksanakan pada hari Kamis, 22

April 2010 di ruang guru SD Negeri Begajah 04. Peneliti dan guru kelas V

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian

ini yaitu pada hari Sabtu dan Senin. Rencana yang disusun dalam siklus II adalah

sebagai berikut : 1) Guru akan lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada

siswa untuk meningkatkan kerjasama antar kelompok ataupun mengoptimalkan

unsur pembelajaran pada siswa. Siswa diberi motivasi sebelum, selama, dan

sesudah pelajaran dengan harapan siswa menjadi lebih bersemangat dan merasa

diperhatikan. 2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi agar siswa lebih

memahami materi dan siswa tidak merasa bosan. 3) Guru akan memberikan

pengarahan dan bimbingan baik secara klasikal maupun pada tiap-tiap kelompok,

sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih lancar.

Dari dua indikator yang ditetapkan ternyata belum menunjukkan hasil

seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti dengan pengarahan dari guru

kelas V dan masukan dari guru-guru yang lain, kembali menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan teliti untuk

pelaksanaan siklus II. Dengan indikator yang sama peneliti mengadakan

perbaikan pada siklus II yaitu memberi variasi pada langkah pembelajaran yaitu

dengan memberikan percobaan yang berbeda dari siklus I mengenai materi proses

pembentukan tanah yaitu percobaan tentang proses terbentuknya batuan endapan

dan pelapukan fisika. Jadi siswa diajak untuk mengalami langsung proses

terbentuknya batuan dan proses pelapukan. Sehingga diharapkan dengan

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

62

mengalami langsung maka siswa akan lebih paham dan dapat meningkatkan

kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah.

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) seperti

pada Siklus II, yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar

dan indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat-alat atau media yang

akan dipergunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

siklus II .

Dalam analisis terhadap pekerjaan siswa pada Siklus I, menunjukan

bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan jenis

dan sifat batuan serta memahami proses pelapukan batuan, maka desain

pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan mendeskripsikan yang diikuti

dengan kegiatan kelompok melalui percobaan yang lebih menyenangkan dan

menjurus pada materi. Dengan demikian, kegiatan ditujukan untuk memantapkan

kemampuan siswa dalam mendeskripsikan jenis dan sifat batuan serta proses

pelapukan batuan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II menggunakan metode PBL yang

akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah disusun.

1) Pertemuan Pertama

Guru mengawali pembelajaran dengan berdo’a bersama, dan mengabsen siswa.

Guru menanyakan kabar siswa sebagai penyemangat dan melakukan apersepsi

dengan bertanya jawab tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan materi tentang batuan endapan.

Kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota dari

masing-masing kelompok masih sama dengan anggota kelompok pada siklus I

kemarin. Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing. Setelah itu guru

mengajak siswa “Tepuk Diam” yang bertujuan untuk memusatkan perhatian

siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk mengikuti

pembelajaran. Guru mengorientasikan masalah mengenai batuan endapan.

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

63

Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai alat dan bahan yang akan

digunakan untuk melakukan percobaan tentang proses terbentuknya batuan

endapan. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok

yang berisi permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok,

yaitu “ Melakukan percobaan tentang proses terbentuknya batuan endapan ”.

Guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawaban pada lembar

kerja dengan mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari

kelompok dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama dengan

guru.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan-

pesan kepada siswa agar selalu rajin belajar, kemudian guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan Kedua

Guru mengawali pembelajaran dengan berdo’a bersama, dan mengabsen siswa.

Guru menanyakan kabar siswa sebagai penyemangat dan melakukan apersepsi

dengan bertanya jawab tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan materi tentang pelapukan fisika.

Kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota dari

masing-masing kelompok masih sama dengan anggota kelompok pada

pertemuan I kemarin. Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing.

Guru mengorientasikan masalah mengenai pelapukan fisika. Guru

menanyakan faktor penyebab pelapukan fisika kepada beberapa siswa. Guru

mengajak siswa keluar kelas menuju lapangan dekat sekolah untuk melakukan

percobaan. Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk

melakukan percobaan. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing

kelompok yang berisi permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok, yaitu “ Melakukan percobaan untuk mengetahui bagaimana

proses pelapukan fisika ”. Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

64

masing-masing kelompok. Setelah selesai melakukan percobaan, guru

mengajak siswa kembali ke dalam kelas. Guru meminta masing-masing

kelompok menuliskan jawaban pada lembar kerja dengan

mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari kelompok

dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama dengan guru.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan-

pesan kepada siswa agar selalu rajin belajar, kemudian guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa

melalui metode PBL. Peneliti secara kolaboratif bersama guru kelas V

melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan

teliti pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran maupun kegiatan siswa dalam pembelajaran

serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini

termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan mendeskripsikan siswa dalam diskusi

balikan yaitu menganalisis nilai kemampuan mendeskripsikan siswa dari tiap-tiap

siklus yang telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus II

sebagai berikut:

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menggolongkan batuan berdasarkan warna, kekerasan, tekstur

permukaan (halus dan kasar).

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan pada lampiran 9 dan 10 halaman 147-148.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

65

b) Siswa mempunyai kemauan yang baik untuk menerima pelajaran.

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa sudah baik untuk aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa cukup mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah cukup.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah cukup.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran masih kurang.

i) Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran.

j) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

2) Kegiatan Guru

a) Guru sudah cukup mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif.

b) Guru sudah baik memberikan motivasi.

c) Guru cukup melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru sudah cukup membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah baik memberikan tes akhir.

i) Guru sudah cukup mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah cukup memberikan balikan pada siswa.

Pertemuan : II (dua)

Indikator : Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan pada lampiran 11 dan 12 halaman 149-150.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mempunyai kemauan yang baik untuk menerima pelajaran.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

66

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa sudah baik untuk aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah cukup.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah cukup.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran sudah cukup.

i) Siswa sudah baik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

j) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

2) Kegiatan Guru

a) Guru sudah cukup mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif.

b) Guru sudah baik memberikan motivasi.

c) Guru sudah baik melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru sudah cukup membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah baik memberikan tes akhir.

i) Guru sudah cukup mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah baik memberikan balikan pada siswa.

d. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang proses

terbentuknya batuan endapan dan proses pelapukan fisika melalui metode PBL

pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang semakin

meningkat daripada siklus I, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes walaupun dengan kekurangan yang masih ada yaitu

kurang mengadakan kegiatan tanya jawab dengan siswa, kurang mengevaluasi

hasil siswa dalam diskusi kelompok.

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

67

Hasil refleksi pada siklus II selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil dari pengamatan selama proses pembelajaran pada

siklus II, siswa sudah menunjukkan sikap kerjasama kelompok dan saling give

and take dengan baik. Walaupun masih ada juga kelompok yang menunjukkan

sikap acuh terhadap kelompoknya sendiri dan masih mementingkan kepentingan

individu dalam kelompok tersebut. Siswa aktif memperhatikan presentasi guru

dan menjawab pertanyaan ketika guru memberi pertanyaan walaupun masih ada

beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Guru aktif dalam

memberikan pengarahan kepada individu maupun kelompok. Dari hasil

pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam

mendeskripsikan proses pembentukan tanah sudah berjalan lebih baik apabila

dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Pada Pada siklus II ini hasil

yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan walaupun hanya sedikit, yaitu

siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 19 siswa atau 70,37% dari 27 siswa.

Sesuai dengan rencana pembelajaran sebelumnya, pembelajaran di siklus

II dikatakan berhasil apabila siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 70%.

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 19 siswa atau

70,37% dari 27 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode PBL dikatakan lebih berhasil daripada siklus I. Data nilai kemampuan

mendeskripsikan siswa pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7 :

Tabel 7. Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus II

No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas

1 75 Tuntas 15 80 Tuntas

2 67 Tidak Tuntas 16 88 Tuntas

3 58 Tidak Tuntas 17 83 Tuntas

4 75 Tuntas 18 75 Tuntas

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

68

5 70 Tuntas 19 85 Tuntas

6 67 Tidak Tuntas 20 78 Tuntas

7 78 Tuntas 21 70 Tuntas

8 63 Tidak Tuntas 22 73 Tuntas

9 86 Tuntas 23 70 Tuntas

10 78 Tuntas 24 67 Tidak Tuntas

11 75 Tuntas 25 65 Tidak Tuntas

12 95 Tuntas 26 65 Tidak Tuntas

13 88 Tuntas 27 83 Tuntas

14 55 Tidak Tuntas

Jumlah 2012

Rata-Rata 74,52

Keterangan Jumlah Prosentase

Tuntas 19 70,37%

Tidak Tuntas 8 29,63%

Tabel 8. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus II

No Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 45-51 0 0%

2 52-58 2 7,41%

3 59-65 3 11,11%

4 66-72 6 22,22%

5 73-79 8 29,63%

6 80-86 5 18,52%

7 87-93 2 7,41%

8 94-100 1 3,70%

Jumlah 27 100%

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

69

Dari Tabel 8 maka dapat dilihat pada Gambar 11. sebagai berikut:

0

1

2

3

4

5

6

7

845-51

52-58

59-65

66-72

73-79

80-86

87-93

94-100

45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100

Interval Nilai

Data Nilai

F

r

e

k

u

e

ns

i

Gambar 11. Grafik Data Nilai Siklus II

3. Tindakan Siklus III

Tindakan Siklus III dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 29

April 2010 dan 1 Mei 2010. Masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit.

Pelaksanaan pembelajaran siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Kamis dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu. Adapun tahapan-

tahapan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus

II diketahui bahwa pembelajaran melalui metode PBL belum menunjukkan

adanya peningkatan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

yang signifikan. Oleh karena itu, peneliti menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran kembali melalui metode PBL dengan indikator yang sama tetapi

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

70

melakukan variasi percobaan pada tiap pertemuan dan memberi permainan disela-

sela pembelajaran agar siswa merasa tidak bosan .

Kegiatan perencanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Selasa,

27 April 2010 di ruang guru SD Negeri Begajah 04. Peneliti dan guru kelas V

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian

ini yaitu pada hari Kamis dan Sabtu. Rencana yang disusun dalam siklus III

adalah sebagai berikut : 1) Guru akan lebih mengoptimalkan pemberian motivasi

kepada siswa untuk meningkatkan kerjasama antar kelompok ataupun

mengoptimalkan unsur pembelajaran pada siswa. Siswa diberi motivasi sebelum,

selama, dan sesudah pelajaran dengan harapan siswa menjadi lebih bersemangat

dan merasa diperhatikan. 2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi agar

siswa lebih memahami materi dan siswa tidak merasa bosan. 3) Guru mengadakan

permainan disela-sela pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. 4) Guru akan

memberikan pengarahan dan bimbingan baik secara klasikal maupun pada tiap-

tiap kelompok, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 5) Guru akan

lebih mengoptimalkan diri dalam melakukan pemantauan terhadap setiap kegiatan

siswa baik kelompok maupun individu. 6) Guru akan lebih banyak mengadakan

tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

mendeskripsikan proses pembentukan tanah.

Dari dua indikator yang ditetapkan ternyata belum menunjukkan hasil

yang begitu optimal, masih ada sedikit kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh

karena itu, peneliti dengan pengarahan dari guru kelas V dan masukan dari guru-

guru yang lain, kembali menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan lebih cermat dan teliti untuk pelaksanaan siklus III. Dengan indikator yang

sama peneliti mengadakan variasi pada langkah pembelajaran yaitu dengan

memberikan percobaan yang berbeda dari siklus II mengenai materi proses

pembentukan tanah yaitu percobaan tentang proses terbentuknya batuan metamorf

dan menyelesaikan permasalahan tentang jenis-jenis pelapukan batuan. Selain itu

guru juga mengadakan permainan disela-sela pembelajaran untuk membangkitkan

lagi minat dan motivasi siswa dalam belajar.

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

71

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) seperti

pada Siklus III, yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar

dan indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat-alat atau media yang

akan dipergunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

siklus III .

Dalam analisis terhadap pekerjaan siswa pada Siklus II, menunjukan

bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan jenis

dan sifat batuan serta kesulitan dalam memahami proses pelapukan batuan dan

faktor yang mempengaruhi, maka desain pembelajaran lebih menekankan pada

kemampuan mendeskripsikan yang diikuti dengan kegiatan kelompok melalui

percobaan yang lebih menyenangkan dan menjurus pada materi serta pemantapan

materi malalui permainan. Dengan demikian, kegiatan ditujukan untuk

memantapkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan jenis dan sifat batuan

serta proses pelapukan batuan dan faktor yang mempengaruhi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus III menggunakan metode PBL yang

akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah disusun.

1) Pertemuan Pertama

Guru mengawali pembelajaran dengan berdo’a bersama, dan mengabsen siswa.

Guru menanyakan kabar siswa sebagai penyemangat dan melakukan apersepsi

dengan bertanya jawab tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan materi tentang batuan metamorf.

Kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota dari

masing-masing kelompok masih sama dengan anggota kelompok pada siklus I

dan siklus II kemarin. Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing.

Setelah itu guru mengajak siswa “Tepuk Diam” yang bertujuan untuk

memusatkan perhatian siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa

untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengorientasikan masalah mengenai

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

72

batuan metamorf. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai alat dan bahan

yang akan digunakan untuk melakukan percobaan tentang proses terbentuknya

batuan metamorf. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing

kelompok yang berisi permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok, yaitu “ Melakukan percobaan tentang proses terbentuknya

batuan metamorf ”. Guru meminta masing-masing kelompok menuliskan

jawaban pada lembar kerja dengan mengkomunikasikan bersama siswa lain.

Selanjutnya hasil dari kelompok dipresentasikan di depan kelas dan dibahas

bersama-sama dengan guru. Guru mengadakan permainan “Bisik Berantai”

untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mendeskripsikan materi

proses pembentukan tanah. Bagi kelompok yang menang, maka mendapat

reward dari guru. Bagi kelompok yang kalah akan mendapat hukuman sesuai

persetujuan dari kelompok yang lain.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan-

pesan kepada siswa agar selalu rajin belajar, kemudian guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan Kedua

Guru mengawali pembelajaran dengan berdo’a bersama, dan mengabsen siswa.

Guru menanyakan kabar siswa sebagai penyemangat dan melakukan apersepsi

dengan bertanya jawab tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan materi tentang pelapukan batuan

dan faktor yang mempengaruhi.

Kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Anggota dari

masing-masing kelompok masih sama dengan anggota kelompok pada

pertemuan I kemarin. Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing.

Guru mengorientasikan masalah mengenai jenis pelapukan dan faktor yang

mempengaruhi. Guru menanyakan faktor penyebab pelapukan fisika, biologi,

dan kimia kepada beberapa siswa. Guru menanyakan tentang contoh peristiwa

pelapukan fisika, biologi, dan kimia kepada siswa. Guru membagikan lembar

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

73

kerja pada masing-masing kelompok yang berisi permasalahan yang harus

diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu “ Membahas tentang pelapukan

fisika, biologi, dan kimia beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ”.

Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing kelompok.

Guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawaban pada lembar

kerja dengan mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari

kelompok dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama dengan

guru. Guru mengadakan permainan “Tepuk Nama”. Peraturannya yaitu bagi

siswa yang salah menyebut nama, maka siswa tersebut harus ke depan kelas

untuk menjawab pertanyaan dari guru seputar materi proses pembentukan

tanah. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh tingkat kemampuan

siswa dalam mendeskripsikan proses pembentukan tanah.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah

dipelajari. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan-

pesan kepada siswa agar selalu rajin belajar, kemudian guru menutup

pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa

melalui metode PBL. Peneliti secara kolaboratif bersama guru kelas V

melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan

teliti pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran maupun kegiatan siswa dalam pembelajaran

serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini

termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan mendeskripsikan siswa dalam diskusi

balikan yaitu menganalisis nilai kemampuan mendeskripsikan siswa dari tiap-tiap

siklus yang telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus III

sebagai berikut:

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

74

Pertemuan : I (satu)

Indikator : Menggolongkan batuan berdasarkan warna, kekerasan, tekstur

permukaan (halus dan kasar).

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan pada lampiran 13 dan 14 halaman 151-152.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mempunyai kemauan yang baik untuk menerima pelajaran.

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa sudah baik untuk aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah cukup.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran sudah cukup.

i) Siswa sudah baik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

j) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

2) Kegiatan Guru

a) Guru sudah baik mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif.

b) Guru sudah baik memberikan motivasi.

c) Guru cukup melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru sudah cukup membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah baik memberikan tes akhir.

i) Guru sudah cukup mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah baik dalam memberikan balikan pada siswa.

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

75

Pertemuan : II (dua)

Indikator : Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

Metode : PBL

Hasil observasi berdasarkan pada lampiran 15 dan 16 halaman 153-154.

1) Kegiatan Siswa

a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru.

b) Siswa mempunyai kemauan yang baik untuk menerima pelajaran.

c) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas.

d) Siswa sudah baik untuk aktif memanfaatkan media yang digunakan.

e) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas

individu maupun kelompok.

f) Hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah cukup.

g) Kemauan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.

h) Keaktifan siswa dalam membuat kesimpulan pelajaran sudah cukup.

i) Siswa sudah baik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

j) Siswa sudah baik mempunyai kesungguhan dalam mengerjakan tes.

2) Kegiatan Guru

a) Guru sudah baik mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang

kondusif.

b) Guru sudah baik memberikan motivasi.

c) Guru sudah baik melakukan apersepsi.

d) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi.

e) Guru sudah baik dalam memberi kesempatan untuk bertanya.

f) Guru sudah cukup mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan

kelompok.

g) Guru sudah baik membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.

h) Guru sudah baik memberikan tes akhir.

i) Guru sudah baik mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.

j) Guru sudah baik memberikan balikan pada siswa.

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

76

d. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang proses

terbentuknya batuan metamorf dan proses pelapukan fisika, biologi, dan kimia

beserta faktor yang mempengaruhi melalui metode PBL pada siklus III, secara

umum telah menunjukkan perubahan yang semakin meningkat daripada siklus I

dan siklus II, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap

dan luwes dengan diselingi beberapa permainan pada setiap pertemuan sehingga

siswa merasa lebih tertarik untuk belajar dan tidak merasa bosan.

Hasil refleksi pada siklus III selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil dari pengamatan selama proses pembelajaran pada

siklus III, siswa sudah menunjukkan sikap kerjasama kelompok dan saling give

and take dengan baik. Kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancer dan

masing-masing anggota sudah bisa kompak sehingga muncul suasana

kekeluargaan pada tiap-tiap kelompok. Kelompok yang biasanya menunjukkan

sikap acuh terhadap kelompoknya sendiri dan masih mementingkan kepentingan

individu sudah bisa menyesuaikan diri dengan baik. Siswa aktif memperhatikan

presentasi guru dan menjawab pertanyaan ketika guru memberi pertanyaan

walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti

pembelajaran. Guru aktif dalam memberikan pengarahan kepada individu maupun

kelompok. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan siswa

dalam mendeskripsikan proses pembentukan tanah sudah berjalan lebih baik

apabila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada Pada

siklus III ini hasil yang diperoleh sudah menunjukkan perubahan yang signifikan,

yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 21 siswa atau 77,78% dari 27

siswa.

Sesuai dengan rencana pembelajaran sebelumnya, pembelajaran di siklus

III dikatakan berhasil apabila siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 mencapai 75%.

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 21 siswa atau

77,78% dari 27 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode PBL dikatakan berhasil daripada siklus I dan siklus II. Data nilai

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

77

kemampuan mendeskripsikan siswa pada siklus III selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus III

No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas No Nilai Tuntas/Tidak Tuntas

1 78 Tuntas 15 85 Tuntas

2 69 Tidak Tuntas 16 88 Tuntas

3 65 Tidak Tuntas 17 88 Tuntas

4 85 Tuntas 18 85 Tuntas

5 80 Tuntas 19 88 Tuntas

6 78 Tuntas 20 80 Tuntas

7 85 Tuntas 21 75 Tuntas

8 68 Tidak Tuntas 22 80 Tuntas

9 90 Tuntas 23 75 Tuntas

10 80 Tuntas 24 69 Tidak Tuntas

11 88 Tuntas 25 68 Tidak Tuntas

12 95 Tuntas 26 73 Tuntas

13 93 Tuntas 27 86 Tuntas

14 63 Tidak Tuntas

Jumlah 2157

Rata-Rata 79,89

Keterangan Jumlah Prosentase

Tuntas 21 77,78%

Tidak Tuntas 6 22,22%

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

78

Tabel 10. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus III

No Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 45-51 0 0 %

2 52-58 0 0 %

3 59-65 2 7,41 %

4 66-72 4 14,82 %

5 73-79 5 18,52 %

6 80-86 9 33,33 %

7 87-93 6 22,22 %

8 94-100 1 3,70%

Jumlah 27 100%

Dari Tabel 10 maka dapat dilihat pada Gambar 12. sebagai berikut:

0

2

4

6

8

1045-51

52-58

59-65

66-72

73-79

80-86

87-93

94-100

45-51 52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100

Interval Nilai

Data Nilai

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Gambar 12. Grafik Data Nilai Siklus III

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

79

E. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya

peningkatan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa

kelas V SD Negeri Begajah 04, Sukoharjo yang dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Data Hasil Evaluasi Pembelajaran IPA Siswa Kelas V Siklus I

Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama dua kali pertemuan, dapat

diketahui nilai pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah yaitu pada

pertemuan I dan II siswa yang mendapat nilai 45-51 ada 1 siswa, mendapat nilai

52-58 ada 2 siswa, mendapat nilai 59-65 ada 5 siswa, mendapat nilai 66-72 ada 12

siswa, mendapat nilai 73-79 ada 4 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 80-86 ada

3 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 69,15. Siswa

yang mendapat nilai < 70 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 33, 33% dan siswa yang

mendapat nilai ≥ 70 (KKM) sebanyak 18 siswa atau 66, 67%.

2. Data Hasil Evaluasi Pembelajaran IPA Siswa Kelas V Siklus II

Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama dua kali pertemuan, dapat

diketahui nilai pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah yaitu pada

pertemuan I dan II siswa yang mendapat nilai 45-51 tidak ada, mendapat nilai 52-

58 ada 2 siswa, mendapat nilai 59-65 ada 3 siswa, mendapat nilai 66-72 ada 6

siswa, mendapat nilai 73-79 ada 8 siswa, mendapat nilai 80-86 ada 5 siswa,

mendapat nilai 87-93 ada 2 siswa dan siswa yang mendapat nilai 94-100 ada 1

siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 74,52. Siswa

yang mendapat nilai < 70 (KKM) sebanyak 8 siswa atau 29,63% dan siswa yang

mendapat nilai ≥ 70 (KKM) sebanyak 19 siswa atau 70,37%.

3. Data Hasil Evaluasi Pembelajaran IPA Siswa Kelas V Siklus III

Berdasarkan hasil tes pada siklus III selama dua kali pertemuan, dapat

diketahui nilai pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah yaitu pada

pertemuan I dan II siswa yang mendapat nilai 45-51 tidak ada, mendapat nilai 52-

58 tidak ada, mendapat nilai 59-65 ada 2 siswa, mendapat nilai 66-72 ada 4 siswa,

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

80

mendapat nilai 73-79 ada 5 siswa, mendapat nilai 80-86 ada 9 siswa, mendapat

87-93 ada 6 siswa dan siswa yang mendapat nilai 94-100 ada 1 siswa. Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 79,89. Siswa yang mendapat

nilai < 70 (KKM) sebanyak 6 siswa atau 22,22% dan siswa yang mendapat nilai ≥

70 (KKM) sebanyak 21 siswa atau 77,78%.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-

rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan kemampuan

mendeskripsikan pada siswa setelah mendapatkan pembelajaran IPA melalui

Problem Based Learning (PBL). Peningkatan terlihat dari tindakan siklus I, siklus

II, dan siklus III yang masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 11, sebagai berikut:

Tabel 11. Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pembelajaran IPA dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III

Nilai Rata-rata Prosentase (%) Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

67,04 69,15 74,52 79,89 55,56 66,67 70,37 77,78 Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata pada tabel 11, siswa yang

memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan guru dinyatakan

berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai yang

berarti ada peningkatan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

melalui Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas V SD Negeri Begajah

04, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

Adapun peningkatan nilai rata-rata klasikal hasil evaluasi pembelajaran

IPA melalui Problem Based Learning (PBL) dapat digambarkan dalam bentuk

Gambar 13. sebagai berikut:

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

81

60

65

70

75

80

Sebelum

Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

SebelumTindakanSiklus I

Siklus II

Siklus III

Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pembelajaran IPA

Materi Proses Pembentukan Tanah Sebelum Tindakan dan Pada Setiap Siklus

Berdasarkan hasil observasi pada lampiran 5-10 halaman 143-148 yang

telah dilakukan peneliti dan guru kelas V terhadap kinerja guru dalam

pembelajaran Problem Based Learning diperoleh hasil pada siklus I yaitu rata-rata

nilai kinerja guru mencapai 3,15 yang termasuk pada kategori cukup, pada siklus

II yaitu rata-rata nilai kinerja guru mencapai 3,55 yang termasuk pada kategori

baik, dan pada akhir siklus III yaitu rata-rata nilai kinerja guru mencapai 3,8 yang

termasuk pada kategori baik. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa

kinerja guru dalam pembelajaran Problem Based Learning mengalami

peningkatan dari tiap siklus. Sedangkan hasil observasi yang dilakukan terhadap

kegiatan siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning diperoleh hasil pada

siklus I yaitu rata-rata nilai kegiatan siswa mencapai 2,85 yang termasuk pada

kategori cukup, pada siklus II yaitu rata-rata nilai kegiatan siswa mencapai 3,4

yang termasuk pada kategori cukup, dan pada akhir siklus III rata-rata nilai

kegiatan siswa mencapai 3,7 yang termasuk pada kategori baik. Dari hasil tersebut

dapat diketahui bahwa hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran Problem Based

Learning mengalami peningkatan yang signifikan dari tiap siklus.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

82

Kendala-kendala yang terjadi selama penerapan metode Problem Based

Learning (PBL) antara lain:

1. Siklus I, kendala yang dihadapi yaitu:

a. Siswa masih belum paham bagaimana proses pembentukan tanah itu,

sehingga mereka sulit untuk mendeskripsikan.

b. Kebiasaan siswa hanya memperoleh informasi membuat mereka

membutuhkan waktu lama untuk menemukan sendiri jawabannya.

c. Keberanian siswa dalam menyatakan pendapat dan mengajukan

pertanyaan masih rendah.

d. Guru masih kesulitan dalam pengelolaan kelas karena siswa baru pertama

kali merasakan pembelajaran dalam bentuk kelompok.

2. Usaha untuk mengatasi kendala pada siklus I dan dilaksanakan pada siklus II,

antara lain:

a. Guru mengadakan variasi pembelajaran dengan mengadakan percobaan

yang berbeda-beda pada setiap pertemuan.

b. Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,

mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan

jawaban.

c. Guru melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa.

3. Siklus II, kendala yang dihadapi yaitu:

a. Siswa merasa bosan dengan percobaan yang dilakukan sehingga kurang

bersemangat.

b. Siswa kurang aktif dalam kegiatan kelompok.

4. Usaha untuk mengatasi kendala pada siklus II dan dilaksanakan pada siklus III,

antara lain:

a. Guru mengadakan variasi pembelajaran dengan memberikan permainan

sebagai pembangkit minat dan motivasi siswa dalam belajar.

b. Guru mengadakan pemantauan yang optimal ketika kelompok melakukan

kegiatan.

5. Sedangkan pada pembelajaran siklus III sudah tidak ada kendala.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

83

Jadi pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada

siswa kelas V SD Negeri Begajah 04 tahun ajaran 2009/ 2010. Hal ini terjadi

karena PBL melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran IPA melalui

pengalaman nyata atau simulasi sehingga siswa dapat mandiri. Penerapan PBL ini

membuat pembelajaran menjadi bermakna pada siswa.

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

84

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga

siklus dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam

pembelajaran IPA mendeskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas V

SD Negeri Begajah 04, Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan

tanah pada siswa kelas V SD Negeri Begajah 04, Sukoharjo tahun ajaran

2009/2010. Ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes

awal sebesar 67,04%, siklus I 69,15%, siklus II menjadi 74,52%, sedangkan

pada siklus III naik lagi menjadi 79,89%. Untuk siswa tuntas belajar (KKM

70) pada tes awal 55,56% yang mana terdapat 12 siswa yang belum tuntas,

pada siklus I siswa tuntas belajar 66,67% yang setelah direfleksi masih

terdapat 9 siswa yang belum tuntas, pada siklus II siswa tuntas belajar 70,37%

yang setelah direfleksi masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas, dan pada

siklus III siswa tuntas belajar menjadi 77,78% yang mana siswa yang belum

tuntas belajar tinggal 6 orang siswa.

2. Kendala-kendala yang terjadi selama penerapan metode Problem Based

Learning (PBL) pada setiap siklus antara lain: a) Siswa belum paham

bagaimana proses pembentukan tanah itu, sehingga mereka sulit untuk

mendeskripsikan, b) Kebiasaan siswa hanya memperoleh informasi membuat

mereka membutuhkan waktu lama untuk menemukan sendiri jawabannya, c)

Keberanian siswa dalam menyatakan pendapat dan mengajukan pertanyaan

masih rendah, d) Guru masih kesulitan dalam pengelolaan kelas karena siswa

baru pertama kali merasakan pembelajaran dalam bentuk kelompok, e) Siswa

merasa bosan dengan percobaan yang dilakukan sehingga kurang bersemangat,

f) Siswa kurang aktif dalam kegiatan kelompok.

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

85

3. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penerapan metode Problem

Based Learning (PBL) pada setiap siklus adalah sebagai berikut: a) Guru

mengadakan variasi pembelajaran dengan mengadakan percobaan yang

berbeda-beda pada setiap pertemuan, b) Guru memberikan beberapa informasi

secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa

dalam menemukan jawaban, c) Guru melakukan pendekatan dan memberikan

motivasi kepada siswa, d) Guru mengadakan variasi pembelajaran dengan

memberikan permainan sebagai pembangkit minat dan motivasi siswa dalam

belajar, e) Guru mengadakan pemantauan yang optimal ketika kelompok

melakukan kegiatan.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam

pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode Problem

Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses

pembentukan tanah. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan

implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah melalui

metode Problem Based Learning (PBL) dapat dipertimbangkan untuk

menambah pendekatan pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi

pelajaran.

2. Pembelajaran IPA melalui metode Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan mendeskripsikan pada siswa khususnya materi

proses pembentukan tanah.

3. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan strategi dan metode

pembelajaran yang tepat dengan metode Problem Based Learning (PBL)

untuk meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah

pada pelajaran IPA khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

86

4. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan

pendapat dan mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang

proses pembelajaran.

5. Menunjukkan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

dan inovatif , salah satunya adalah metode Problem Based Learning (PBL)

yang terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan

guru.

6. Sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan

strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil belajar siswa yang akan

dicapai. Prestasi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa.

7. Pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL)

pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah

peningkatan hasil belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian

besar siswa.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa

saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat

mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan berbagai macam metode seperti

metode Problem Based Learning agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai

dengan harapan.

2. Bagi Guru

a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang proses pembelajaran dengan metode yang kreatif dan inovatif

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

87

seperti metode Problem Based Learning sehingga siswa menjadi lebih

tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna.

b. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian

disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat

yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan metode Problem

Based Learning (PBL).

c. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan metode

Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreatifitas, keaktifan,

motivasi belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam

proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi

belajar.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih

cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan

metode Problem Based Learning (PBL) guna melengkapi kekurangan yang ada

serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang

belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

88

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.

Borich, Gary D. 1996. Effective Teaching Methods. Englewood Cliffs, New Jersey: A Simon & Schuster Company.

Choiril, dkk. 2008. IPA Salingtemas 5. Jakarta: PT Intan Pariwara.

Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

H. B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hendro dan Jenny. 1991. Pendidikan IPA II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://digilib.petra.ac.id. Diakses tanggal 15 Mei 2010.

https://www.mis4.udel.edu/Pbl/. Diakses tanggal 6April 2010.

http://triyono22.wordpress.com/2009/05/09/ptk-sd-kelas-4-ipa/. Diakses tanggal 6 April 2010.

Huang, R. (2005). Chinese International Students’ Perceptions of the Problem-Based Learning Experience Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education 4(2), 36-43, www.hlst.heacademy.ac.uk/johlste diakses tanggal 15 Mei 2010.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

89

IGAK, Wardhani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Johnstone, H. Alex and H. Otis, Kevin. Centre for Science Education. University of Glasgow: [email protected] diakses tanggal 25 Mei 2010.

Leo, Sutrisno, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA di SD. Departemen Pendidikan Nasional.

Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oemar, Hamalik. 1999. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Rodney W. Nichols. 2010. Ethical currents in a career in science and technology: “A case study” journal Technology in Society diunduh dari http://www.science direct.com diakses tanggal 15 Mei 2010.

Srini M, Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Maulana.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka cipta.

. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Suprapto.2003. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendasmen.

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PROSES …... · anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar ... kekerasan, tekstur permukaan (kasar dan halus).

90

Syaiful, Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. The Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta.

TIM PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Udin, S. Winataputra. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Widodo, dkk. 2004. Alamku Sains 5. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wilkerson, LuAnn. 1996. Bringing Problem-Based Learning to Higher Education: Theory and Practice. San Fransisco: JOSSEY-BASS PUBLISHERS.

Yudi, Purnawan. 2008. http://www.teleforedu.org/index.www.pusdiklatkes.com. Diakses tanggal 20 Mei 2010.