PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

19
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016 UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA TERKAIT PERUBAHAN IKLIM 370 ISBN: 978-602-361-044-0 PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI DESA JANGKARAN KABUPATEN KULONPROGO Dian Aditya Mandana Putri 1 dan Rio Christy Handziko 2 1 Magister Menejemen Bencana UGM, 2 Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA UNY E-mail: [email protected] ABSTRAK - Desa Jangkaran merupakan desa pesisir dengan bentukan estuari atau muara Sungai Bogowonto. Memiliki tipe pantai dengan perairan terbuka yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, membuat pesisir Desa Jangkaran memiliki berbagai ancaman bencana geologis dan hidrometeorologis. Sebagai Desa Tangguh Bencana, Desa Jangkaran telah menentukan prioritas ancaman bencana yakni Tsunami, membangun kesiapsiagaan, dan membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). Dampak dan proses perusakan dari ancaman bencana hidrometeorologis di Desa Jangkaran berjalan perlahan dan tidak langsung seperti ancaman Tsunami. Sehingga dengan mekanisme peningkatan kapasitas desa melalui Desa Tangguh Bencana, peningkatan kapasitas masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorogis sebagai dampak perubahan iklim perlu dilakukan. Seperti halnya dengan pembentukan Desa Tangguh Bencana, kegiatan pendampingan masyarakat ini bertujuan untuk : 1.meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adaptasi perubahan iklim yang terjadi di wilayahnya, 2.menyusun langkah penanganan (action plan) terhadap dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran. Terdapat tiga metode yang dilakukan antara lain PRA (Participatory Rural Appraisal), Pelatihan dan Training of Trainer, dan aktualisasi action plan. Hasil PRA menunjukkan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim antara lain seperti berubahnya pola tanam yang diikuti dengan perubahan pertanian sawah dan tegalan menjadi budidaya tambak sehingga memicu usaha normalisasi muara sungai yang berakibat genangan air sungai pada sawah-sawah di sepanjang sempadan Sungai Bogowonto sebagai penurun salinitas tanah dan hama sawah berkurang, terjadi pengikisan tanah (abrasi) pada sepanjang sempadan sungai serta gelombang pasang menjadi bentuk perubahan yang terasa. Bersanding dengan potensi ekosistem mangrove asli yang dapat mulai direhabilitasi untuk mengurangi laju dan dampak perubahan iklim. Rencana aksi yang disepakati adalah meningkatkan kesadaran secara partisipatif oleh FPRB dan pengelolaan ekosistem mangrove sepanjang sempadan Sungai Bogowonto. Kata kunci: desa tangguh bencana, partisipatif, dampak perubahan iklim PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang ditunjukkan dengan total garis pantai sejauh 99.093 kilometer menempati urutan kedua garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada (Kardono; antaranews.com). Pantai

Transcript of PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Page 1: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

370

ISBN: 978-602-361-044-0

PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUHBENCANA TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIMDI DESA JANGKARAN KABUPATEN KULONPROGO

Dian Aditya Mandana Putri1 dan Rio Christy Handziko21Magister Menejemen Bencana UGM, 2Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA UNY

E-mail: [email protected]

ABSTRAK - Desa Jangkaran merupakan desa pesisir dengan bentukanestuari atau muara Sungai Bogowonto. Memiliki tipe pantai denganperairan terbuka yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,membuat pesisir Desa Jangkaran memiliki berbagai ancaman bencanageologis dan hidrometeorologis. Sebagai Desa Tangguh Bencana, DesaJangkaran telah menentukan prioritas ancaman bencana yakni Tsunami,membangun kesiapsiagaan, dan membentuk Forum Pengurangan RisikoBencana (FPRB). Dampak dan proses perusakan dari ancaman bencanahidrometeorologis di Desa Jangkaran berjalan perlahan dan tidak langsungseperti ancaman Tsunami. Sehingga dengan mekanisme peningkatankapasitas desa melalui Desa Tangguh Bencana, peningkatan kapasitasmasyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorogis sebagai dampakperubahan iklim perlu dilakukan. Seperti halnya dengan pembentukanDesa Tangguh Bencana, kegiatan pendampingan masyarakat ini bertujuanuntuk : 1.meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adaptasi perubahaniklim yang terjadi di wilayahnya, 2.menyusun langkah penanganan (actionplan) terhadap dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran. Terdapat tigametode yang dilakukan antara lain PRA (Participatory Rural Appraisal),Pelatihan dan Training of Trainer, dan aktualisasi action plan. Hasil PRAmenunjukkan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim antara lain sepertiberubahnya pola tanam yang diikuti dengan perubahan pertanian sawahdan tegalan menjadi budidaya tambak sehingga memicu usaha normalisasimuara sungai yang berakibat genangan air sungai pada sawah-sawah disepanjang sempadan Sungai Bogowonto sebagai penurun salinitas tanahdan hama sawah berkurang, terjadi pengikisan tanah (abrasi) padasepanjang sempadan sungai serta gelombang pasang menjadi bentukperubahan yang terasa. Bersanding dengan potensi ekosistem mangroveasli yang dapat mulai direhabilitasi untuk mengurangi laju dan dampakperubahan iklim. Rencana aksi yang disepakati adalah meningkatkankesadaran secara partisipatif oleh FPRB dan pengelolaan ekosistemmangrove sepanjang sempadan Sungai Bogowonto.

Kata kunci: desa tangguh bencana, partisipatif, dampak perubahan iklim

PENDAHULUANLatar Belakang

Indonesia merupakan Negara maritim yang ditunjukkan dengan totalgaris pantai sejauh 99.093 kilometer menempati urutan kedua garis pantaiterpanjang di dunia setelah Kanada (Kardono; antaranews.com). Pantai

Page 2: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

371

ISBN: 978-602-361-044-0

merupakan karakteristik wilayah pesisir dimana menurut UU No.27 tahun 2007tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, wilayah pesisir adalahdaerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi olehperubahan di darat dan laut. Setidaknya 60% dari jumlah penduduk di Indonesiatinggal di wilayah pesisir dan pusat perkembangan ekonomi berada di kawasanpesisir (Kehati, 2013).

Sebagai salah satu wilayah strategis pengembangan, wilayah pesisir tidakterbebas begitu saja dari ancaman bencana. Menurut United NationsInternational Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) terdapat 5 ancamanbencana antara lain bahaya geologi (geological hazards), bahayahidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biologicalhazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitaslingkungan (environmental degradation). Tingginya populasi penduduk dikawasan pesisir dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang rendahmenjadi bentuk kerentanan terhadap bencana yang paling mendasar. Adanyaancaman bencana pada wilayah pesisir yang memiliki nilai kerentananmembentuk elemen yang berisiko terhadap bencana, karena risiko bencanamerupakan keadaan dimana ancaman bencana bertemu dengan nilai kerentanansehingga berpotensi menimbulkan dampak negatif pada suatu daerah (UU No 24Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana). Upaya pengurangan risikobencana, usaha yang dilakukan adalah dengan mengurangi nilai kerentanan.Dalam formulasi risiko bencana, nilai kerentanan berbanding terbalik dengannilai kapasitas sehingga meningkatkan nilai kapasitas dapat menurunkan risikobencana.

Salah satu upaya peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh BNPB (BadanNasional Penanggulangan Bencana) dengan sasaran komunitas masyarakatdalam skala desa adalah pembentukan Desa Tangguh Bencana dimanapelaksanaan dan arahan teknisnya dijabarkan dalam Perka BNPB No.1 tahun2012. Desa Jangkaran merupakan salah satu desa di Kabupaten Kulon ProgoKecamatan Temon yang telah terpilih untuk mendapatkan pendampinganmenjadi desa tangguh bencana pada tahun 2013. Hasil pendampingan padatahun 2013 adalah tersepakati prioritas ancaman bencana yakni bencanaTsunami dari 9 ancaman yang ada antara lain banjir, kekeringan, gempa, anginbadai, gelombang pasang, letusan gunung api, erosi dan abrasi, serta muaratertutup. Pembagian tugas dan penyusunan rencana aksi merupakan rangkaiandari pembentukan desa tangguh dimana pembagian tugas diperjelas denganadanya FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) dan penyusunan rencana aksidiujicobakan dengan melakukan simulasi bencana.

Desa Jangkaran merupakan desa dengan karakteristik wilayah pesisirestuari atau muara sungai, dimana Sungai Bogowonto memanjang dari bagianutara sungai sampai pada selatan wilayah Desa Jangkaran. Seperti layaknyawilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang berbatasan langsung denganperairan lepas yakni Samudera Hindia menyebabkan Desa Jangkaran memilikiancaman bencana hidrometeorologis yang berhubungan dengan cuaca dan iklim.Berkaitan dengan hal tersebut, perubahan iklim pada skala dunia memberikan

Page 3: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

372

ISBN: 978-602-361-044-0

andil pada adanya ancaman bencana khususnya bencana yang terkait iklim atauhidrometeorologis pada wilayah pesisir di Indonesia.

Ancaman bencana hidrometeorologis di Desa Jangkaran antara lainbanjir, kekeringan, gelombang pasang, dan abrasi. Keempat ancaman bencanayang ada tersebut tidak menjadi prioritas dalam pembentukan desa tangguhsehingga masyarakat masih minim pengetahuan tentang ancaman bencanatersebut. Karena telah terbentuk FPRB dan ditetapkan sebagai desa tangguhbencana, dirasa perlu untuk menambah awareness terhadap ancaman bencanahidrometeorologis dengan kegiatan “Peningkatan Kapasitas Desa TangguhBencana Terhadap Dampak Perubahan Iklim di Desa Jangkaran KabupatenKulonProgo”.Permasalahan

Mata pencaharian masayarakat Desa Jangkaran yang sebagian besar daripertanian yang mengandalkan irigasi alami dan hujan baik berupa sawah tadahhujan ataupun ladang rentan terhadap dampak perubahan iklim dunia.

Degradasi lingkungan telah terjadi di Desa Jangkaran terlihat dari luasanlahan kritis di Desa Jangkaran mencapai 95.72 Ha atau sebesar 17.5% dari totalkeseluruhan luas wilayah. Ditambah dengan adanya ancaman bencanahidrometeorologis seperti banjir, kekeringan, gelombang pasang dan abrasimerupakan indikasi dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran. Keadaan iniapabila tidak segera dilakukan tindakan pencegahan (mitigasi) maka dampaknyaakan terus bertambah.

Dengan telah terbentuk sebagai Desa Tangguh Bencana, maka awarenessterhadap ancaman bencana setidaknya telah terbentuk. Sehingga untukmeningkatkan tingkat awareness masyarakat Desa Jangkaran terhadap ancamanbencana yang ada dapat lebih mudah dengan pengenalan dampak perubahaniklim di wilayahnya.Tujuan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah: 1.meningkatkan kesadaranmasyarakat tentang adaptasi perubahan iklim yang terjadi di wilayahnya,2.menyusun langkah penanganan (action plan) terhadap dampak perubahaniklim di Desa Jangkaran.

METODETerdapat dua macam metode yang digunakan untuk mwncapai kedua

tujuan kegiatan ini antara lain dengan Participatory Rural Appraisal (PRA),Pelatihan Training of Trainer dan aktualisasi action plan.Participatory Rural Appraisal

PRA merupakan salah satu cara untuk dapat memahami desa secarapartisipatif, informasi yang didapat merupakan informasi yang langsung darimasyarakat desa itu sendiri. Proses pengggalian informasi yang partisipatifditunjukkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam penyusunan informasiterarah sehingga memungkinkan masyarakat desa dapat saling berbagi dansekaligus menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kehidupannya

Page 4: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

373

ISBN: 978-602-361-044-0

untuk selanjutnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan tindakan(Chambers, 1996).

Cara ini dipilih karena dengan dengan cara ini informasi tentangpermasalahan dan potensi desa lebih cepat diketahui dan tidak lagi perlumengedukasi masyarakat tentang permasalahan yang ada. Prinsip menempatkanmasyarakat atau komunitas sebagai subjek pelaku upaya penanggulanganbencana yang dimulai dari perencanaan sehingga ketangguhan komunitas dapatterbentuk yang didasari dari rasa memiliki akan keberlanjutan wilayah sertaperencaan yang dirumuskan. Menurut Chambers, metode ini telah banyakdiaplikasikan untuk program-program yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya alami suatu wilayah. Indikasi dampak perubahan iklim di wilayah DesaJangkaran salah satunya adalah degradasi lingkungan yang terlihat dari porsilahan kritis paling tinggi dari jenis penggunaan lahan yang lain.

Hasil akhir dari proses ini adalah perencanaan tindakan mitigasi bencanayang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang muncul akibatdampak perubahan iklim yang ada di Desa Jangkaran. Bentuk upaya mitigasi yangdicapai adalah bentuk mitigasi struktural memanfaatkan potensi alam yang adaserta mitigasi non-struktural yang melibatkan peran aktif kelompok masyarakatyang telah memiliki wewenang dalam upaya pengurangan risiko bencana desa.Dimana proses mitigasi non-strukturalnya telah ditentukan untuk proses keduayakni dengan pelatihan training of trainer oleh FPRB tetapi isi atau materialpelatihan ditentukan dalam proses ini, selanjutnya untuk mitigasi strukturaldirencanakan dalam proses ini dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alamyang ada di Desa Jangkaran untuk mengimbangi indikasi dampak perubahaniklim berupa luasnya lahan kritis.Pelatihan Training of Trainer

Terdapat dua macam bentuk mitigasi bencana yakni mitigasi strukturaldan non-struktural. Mitigasi non-struktural tidak seperti mitigasi struktural yangmengikuti hasil perencanaan dari proses PRA. Proses ini lebih dulu direncanakanuntuk dapat memberikan gambaran atau contoh bahwa FPRB sebagai kelompokmasyarakat yang dapat berpartisipasi aktif dalam pemberian informasi tentangrisiko bencana ke masyarakatnya sendiri.

Anggapan dan persepsi masyarakat Desa Jangkaran tentang penguranganrisiko bencana masih bersifat menunggu program ataupun bantuan dari pihakluar baik pemerintah maupun lembaga non-pemerintahan (Putri, 2014) olehkarena itu dengan cara ini dapat memberikan gambaran terhadap FPRB untukdapat berperan aktif tanpa harus mengunggu program dari pihak luar desa.Sesuai dengan penjelasan pada Perka BNPB No.1 tahun 2012, bahwa desatangguh bencana adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiriuntuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, sertamemulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, dimananilai kemandirian dalam upaya pengurangan risiko bencana ditekankan sebagaikemampuan utama desa tangguh bencana.

Proses ini bertujuan untuk meluaskan pemahaman pengurangan risikobencana yang didapatkan oleh FPRB dalam pembentukan desa tangguh kepada

Page 5: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

374

ISBN: 978-602-361-044-0

masyarakat desa yang belum sama sekali mendapatkan informasi tentangpengurangan risiko bencana secara partisipatif oleh FPRB. Nilai partisipatif inikarena FPRB merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.Aktualisasi action plan (rencana aksi)

Action plan atau rencana aksi sebagai hasil dari proses PRA menunjukkanupaya mitigasi struktural yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yangdisebabkan dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran untuk selanjutnyadilakukan pembagian tugas dan pelaksanaan realisasinya.

Diagram alur kegiatan

Diagram alur kegiatan peningkatan kapasitas Desa Tangguh Bencana

HASILProses pertama yang dilakukan adalah PRA, cakupan PRA untuk

masyarakat Desa Jangkaran tetap menggunakan perwakilan masyarakat. Untukmemudahkan dan mendetailkan informasi yang didapatkan, proses ini dibagidalam dua kelompok besar masyarakat sesuai dengan lokasi dusun. DesaJangkaran secara kenampakan alamiah terbagi menjadi dua bagian kenampakanfisik yang berbeda. Sungai Bogowonto yang memanjang sepanjang wilayah utarasampai dengan selatan membagi Desa Jangkaran menjadi dua bagian wilayahyakni 2 dusun di sebelah barat Sungai Bogowonto dan 6 dusun di sebelah timurSungai Bogowonto. Terkait dengan kenampakan tersebut, pelaksanaan PRA jugadibagi dalam dua kelompok masyarakat di kedua bagian kenampakan wilayahtersebut.Kelompok informasi yang dikumpulkan pada proses ini antara lain :

1. Pemetaan yang bertujuan memberikan gambaran spasial wilayah tempattinggal masyarakat dengan potensi sumberdaya alam, sumberdaya

ParticipatoryRural Appraisal

(PRA)

Desa Tangguh Bencana

Forum PenguranganRisiko Bencana

MitigasiStruktural

Mitigasi Non-Struktural

PeningkatanKapasitas

Page 6: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

375

ISBN: 978-602-361-044-0

buatan, dan ancaman bencana di wilayahnya. Dalam pelaksanaanya,pengumpulan informasi peta partisipatif ini bertambah informasimengenai jalur evakuasi bencana yang merupakan hasil kesepakatanpada pendampingan desa tangguh.

2. Perincian kalender musim yang bertujuan untuk mengetahui perubahanmusim dan pemanfaatannya untuk kegiatan pertanian di Des Jangkaran.

3. Sejarah desa untuk mendapatkan capture sosial dan perkembangannya.

(a)

(b)

Page 7: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

376

ISBN: 978-602-361-044-0

(c) (d)Gambar a, b, c, dan d gambar yang menunjukkan partisipasi masyarakat Desa

Jangkaran dalam kegiatan PRA pengumpulan informasi per kemlompok danmempresentasikan hasil diskusi untuk dibahas pada kelompok besar.

Informasi yang diperoleh dari proses ini antara lain :1. Pembangunan dan perkembangan baik secara fisik dan sosial mulai terjadi

pada kurun waktu tahun 1970 ditandai dengan mulai adanya listrik di DesaJangkaran. Dalam perkembangannya, pada tahun 1980, rumah permanenmulai bertambah diikuti dengan adanya fasilitas pendidikan seperti sekolahdasar.

2. Sempat terjadi perubahan penghidupan secara besar-besaran di tahun1980 sampai dengan tahun 1990, yakni banyak warga yang mengadu nasibmenjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Terdapat pengaruh yang cukupsignifikan dengan perubahan penghidupan ini, penghasilan yang meningkatdan juga peningkatan taraf pendidikan masyarakat.

3. Dari semenjak tahun 1960, banjir terjadi dua kali dalam satu tahun. Banjiryang terjadi merupakan banjir genangan dimana pada musim kemarausedimentasi material dari sungai akan terakumulasi di muara sungai sampaimuara ini tertutup sehingga air sungai yang bersifat tawar ini akan meluapdari batas sungai. Sementara pada musim penghujan banjir genangan yangterjadi merupajakan banjir genangan yang disebabkan air laut (rob). Siklusini dimanfaatkan oleh masyarakat dimana banjir genangan air sungai dapatmengurangi kadar salinitas tanah yang terkena rob, sementara pada saatbanjir rob air laut dengan kadar salinitas tinggi dapat membunuh hama

Page 8: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

377

ISBN: 978-602-361-044-0

tanaman berupa hewan pengerat. Selain itu pada saat kondisi muarasungai tertutup, pemanfaatan sungai untuk diambil udang dan ikan yangterperangkap di Sungai.

4. Awal tahun 2000, mulai bermula perubahan pengolahan lahan daripertanian menjadi budidaya tambak intensif. Hal ini yang memicumasyarakat berusaha melakukan bentuk bentuk mitigasi strukturalterhadap banjir dengan normalisasi muara sungai agar tidak lagi terjadibanjir genangan yang dapat merugikan tambak.

5. Desa Jangkaran memiliki potensi ekosistem mangrove, awalnyadisepanjang sempadang Sungai Bogowonto dan pada sepanjang Kali(sungai) Pasir yang memanjang dari wilayah timur mendekati muarasampai ke wilayah paling barat Desa Jangkaran yang berbatasan denganDesa Jatikontal memiliki tegakan vegetasi mangrove asli tetapi seriringkebutuhan lahan untuk tambak intensif tanaman mangrove ini ditebang.Pada wilayah sempadan Sungai Bogowonto, tegakan tanaman mangroveditebang untuk kebutuhan kayu bakar, masyarakat yang menebang inidikarenakan ketidak tahuan fungsi dan manfaat tumbuhan ini. Seiringdengan pemahaman dan menurunnya keualitas tambak intensif, trenkegiatan penanaman mangrove mulai banyak dilakukan khususnya diDusun Pasir Mendit yang berada di sepanjang sempadan Kali Pasir.

6. Pertanian tanaman holtikultura masih menjadi komoditas yang diusahakanbagi warga Desa Jangkaran. Siklus masa tanam sampai dengan panenmasih dilakukan berdasarkan musim, masa tanam dimulai ketika sudahmulai musim hujan. Komoditas holtikultura yang terdapat di DesaJangkaran antara lain padi, cabai, kacang tanah, melon, semangka, jagung,ubi kayu, dan ubi jalar. Dimana usaha mengairi dan mengurangi hamaladang dan sawah tidak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan siklus musim,penambahan pengairan banyak dijumpai dengan memanfaatkan sumur borairtanah.

7. Pada saat terjadi banjir, masyarakat berpindah ke dataran yang lebih tinggidibagian gisik pantai di wilayah selatan Desa Jangkaran. Hal ini dikarenakanasal muasal wilayah desa ini merupakan rawa sehingga terdapat bagianyang lebih tinggi, di bagian yang lebih tinggi atau gisik pantai inilah tempatevakuasi sementara pada saat terjadi banjir.

8. Jalur evakuasi pada level desa telah ada, tetapi jalur evakuasi ini ditujukanuntuk jalur evakuasi untuk bencana gempa yang berpotensi Tsunami danbelum semua masyarakat mengetahui keberadaan jalur evakuasi tersebut.

Terdapat beberapa perbedaan antara dua kelompok wilayah, dibagian barat dantimur Sungai Bogowonto. Perbedaan tersebut ditampilkan dalam tabel sebagaiberikut :

Page 9: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

378

ISBN: 978-602-361-044-0

Perbedaan Dusun Bagian Barat SungaiBogowonto

Dusun Bagian Timur SungaiBogowonto

Jumlah dusun 2 Dusun; yakni dusun PasirMendit dan Pasir Kadilangu

6 Dusun antara lain :Dusun NgelakDusun NglawangDusun Kledekan LorDusun Kledekan KidulDusun NgentakDusun Jangkaran

Tipe topografi Wilayah cekungan yangdikelilingi SungaiBogowonto dan anaksungainya di bagian selatandan utara dari kedua dusunini.

Wilayah dataran yang luashanya terdapat satu sungaibesar yang melewati yakniSungai Bogowonto di sisibagian barat.

Jenispenghidupanmasyarakat yangdominan

Budidaya udang denganmenggunakan tambak.

Pertanian padi dan tanamanholtikultura.

Lokasi ekosistemmangrove

Disepanjang sempadananak Sungai Bogowonto disebelah selatan yakni diSungai Pasir.

Disepanjang sempadan SungaiBogowonto. Sehingga tidaksemua dusun wilayahnyaterdapat tanaman mangrove,hanya pada tiga dusun yangbelokasi langsung berbatasandengan Sungai Bogowontoyakni Dusun Nglawang,Kledekan Lor, dan Ngelak.

Pengetahuantentang potensidan pemanfaatanmangrove

Sudah sangat mengenal,karena di salah satu dusuntelah memiliki kelompokpelestari mangrove.Kelompok tersebut telahmengenal carapemanfaatan buah dandaun mangrove.

Pada sebagian masyarakatyang tinggal di sekitarsempadan Sungai Bogowontotelah mengetahui tentangpengelolaan lingkungantanaman mangrove. Tetapipada masyarakat dusun yangsama sekali tidak berbatasandengan wilayah sempadanSungai Bogowonto,pengetahuan tentang potensibelum terlalu banyakmasyarakat yang mengetahui.

Jalur evakuasi(gempa yangberpotensiTsunami)

Diarahkan menuju ke arahkeluar Dusun yakni ke utaradimana jalur yang dilewatimerupakan jalurperbatasan dengan jawatengah.

Memiliki beberapa jalurutama yang menuju ke arahutara menghindari garispantai.

Tabel perbedaan wilayah bagian barat dan timur Sungai Bogowonto, Sumber :hasil analisis.

Page 10: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

379

ISBN: 978-602-361-044-0

PEMBAHASANDari hasil PRA disepakati sebagai bentuk rencana aksi (action plan) penguranganrisiko bencana yang akan dilakukan antara lain :1. Mulai terlihat dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran khususnya

terhadap lahan pertanian tadah hujan (musiman) dan potensi degradasikualitas lingkungan yang ditunjukkan penebangan tanaman mangrove yangtergeser untuk kepentingan tambak. Keadaan ini memicu banjir genanganmenjadi kejadian yang berpotensi merugikan, kekeringan yang ditunjukkandengan usaha lebih untuk pengairan lahan pertanian, dan abrasi karenanormalisasi muara Sungai Bogowonto. Oleh karena itu, materi utama untukToT (Training of Trainer) adalah mitigasi bencana hidrometeorologis yangdisebabkan oleh dampak perubahan iklim sebagai bentuk mitigasi non-struktural.

2. Potensi sumberdaya alam berupa ekosistem mangrove telah menunjukkantren konservasi yang masif di wilayah tegakan mangrove asli di sempandanKali Pasir. Sehingga konsentrasi usaha konservasi mangrove diarahkan padawilayah sepanjang sempadan timur Sungai Bogowonto yang pernahmengalami kegagalan dalam kegiatan penanaman dari pihak luar menjadialasan kuat untuk melakukan rencana aksi mitigasi becana struktural untukmerehabilitasi ekosistem mangrove sempadan Sungai Bogowonto untukmengurangi laju abrasi.

Realisasi rencana aksi (action plan)1. Training of TrainerSasaran utama : Forum Pengurangan Risiko BencanaMateri penyampaian : Upaya Pengurangan Risiko Bencana yang disebabkan olehdampak perubahan iklim di Desa Jangkaran.Output utama : FPRB dapat melakukan penyebaran informasi kepada masyarakatterkait dengan upaya pengurangan risiko bencana dimana kegiatan ini selarasdengan prinsip pelaksanaan Desa Tangguh Bencana yakni masyarakat sebagaipelaku utama.Tahapan pelaksanaan :

1. Pertemuan FPRB untuk membahas persiapan kebutuhan untuk dapatmenyampaikan materi pengurangan risiko bencana sebagai akibatdampak perubahan iklim di Desa Jangkaran.

Page 11: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

380

ISBN: 978-602-361-044-0

Gambar proses pertemuan FPRB untuk membahas kebutuhan ToT.

2. Penyampaian materi mitigasi pengurangan risiko bencana yangdisebabkan dampak perubahan iklim. Pemateri memberikan materitentang PRB perubahan iklim dan metode penyampaian materi.

Gambar Anggota FPRB mendapatkan materi ancaman bencana sebagai dampakperubahan iklim dan metode penyampaian materi.

Hasil dari kegiatan ini adalah pemahaman tentang pengurangan risikobencana sebagai dampak perubahan iklim dan rencana pembagian tugas danpenyampaian materi yang akan disampaikan ke masyarakat Des Jangkaran.Berikut tabel hasil kegiatan ini yang memuat materi yang disampaikan danpenanggung jawab penyampai materi.

Page 12: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

381

ISBN: 978-602-361-044-0

NO TOPIK ISI METODE MEDIA WAKTU PJ1 Pembukaan Perkenalan pemateri ceramah - 5 menit Pak Sudi2 Tujuan sosialisasi Peserta dapaat

memahamikarakteristik danancaman bencanaakibat perubahan iklimdi wilayah pesisir dancaramenanggulanginya.

ceramah - 5 menit Pak Sudi

3 Mengenal potensikawasan pesisirJangkaran

Menjelaskan dakpotensi apa saja yangada di pesisirJangkaran (SDAterbaharukan, SDAtidak terbaharukan,energi, jasalingkungan)

Ceramahdandiskusi

Papantulis

10menit

PakSuyadi

4 Mengenalbencana/ancamandi pesisirJangkaran

Menjelaskan apa sajabencana yang bisaterjadi di Jangkaranterkait perubahan iklim(banjir, abrasi,gelombang pasang,kekeringan)

Ceramahdandiskusi

Papantulis

10menit

MbakSugiyanti

5 Upayapenanggulanganbencana akibatperubahan iklim

Menjelaskan upayaapa saja yang dapatdilakukan untukmengurangi risikobencana akibatperubahan iklim(mitigasi, adaptasi)

Ceramahdandiskusi

Papantulis

15menit

PakPurwo

6 Penutup Memberikankesimpulan terhadaptopik yang diberikan

Ceramah - 5 menit Pak Sudi

Tabel pembagian tugas menyampaikan materi pengurangan risiko bencanasebagai dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran

Page 13: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

382

ISBN: 978-602-361-044-0

3. Perwakilan anggota FPRB menyampaikan materi yang telah di dapatkankepada masyarakat Desa Jangkaran

Gambar salah satu anggota FPRB Bapak Purwo menyampaikan materiperungurangan risiko bencana sebagai dampak perubahan iklim kepada

Masyarakat Desa Jangkaran.

2. KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE SEMPADAN SUNGAI BOGOWONTOSasaran utama : Masyarakat di dusun sempandan Sungai Bogowonto dan seluruhwarga masyarakat Desa Jangkaran.Output utama : Masyarakat mengenali model sirkulasi konservasi ekosistemMangrove yang berkelanjutan khususnya di wilayah sempandan SungaiBogowonto.Tahapan pelaksanaan :

1. Tahapan persiapan; pada tahapan ini dibahas potensi dan permasalahanyang dihadapi dalam kegiatan konservasi ekosistem mangrove. Padatahapan ini disepakati untuk melakukan perencanaan tentangpengenalan wilayah dan pola atau strategi penanaman yang tepatdilakukan di sempandan timur Sungai Bogowonto. Hal ini perlu dilakukankarena, pada tahun 2012 Dinas Kelautan, Perikanan, dan PeternakanKabupaten KulonProgo memberikan bantuan bibit mangrove untukditanam di sepanjang sempandan timur Sungai Bogowonto tetapimengalami kegagalan karena hanyut terbawa arus air sungai dan laut.Langkah yang disepakati untuk pelaksanaan salah satu Action Plan iniantara lain pelatihan teknik penanaman mangrove yang sesuai untukwilayah sempandan timur Sungai Bogowonto. Siklus konservasi yangdisepakati adalah dengan pembibitan, penanaman dengan teknik khusus,dan monitoring. Penentuan lokasi penanaman dan pembuatan rumahsemai (untuk pembibitan) buah mangrove dan tanaman mangrove jenisapa saja yang akan ditanam menjadi hasil kegiatan pada tahapan ini.

Page 14: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

383

ISBN: 978-602-361-044-0

Jenis tanaman mangrove yang disepakati untuk ditanam adalah tanamanmangrove jenis bako (Rhizopora mucronata) dan tancang (Brugruieragymnorhiza) karena lebih mudah mendapatkan buah untuk disemaimeskipun terdapat banyak jenis tanaman mangrove yang hidup di DesaJangkanran antara lain Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata,Avicenia alba, Avicenia marina, Soneratia caseolaris, Brugueiragymnorhiza dan Nypa frutican. Mangrove tersebut termasuk kedalammangrove sejati sebagai hasil dari penanaman dan ada sebagian kecilyang memang tumbuh secara alami.

2. Tahapan pelatihan teknik pembibitan, pada tahapan ini dimulai denganpemberian materi tentang teknik pembibitan yang ideal sampai denganpendampingan pembuatan rumah semai dan praktek membibitkan benihtanaman mangrove.

Gambar pemateri pembibitan mangrove Bapak Ali Imron; praktisi dan aktiviskonservasi mangrove pantai utara Jawa wilayah Mangkan Wetan, Semarang

Gambar pembuatan rumah semai untuk buah mangrove

Page 15: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

384

ISBN: 978-602-361-044-0

(a) (b)Gambar benih mangrove yang telah disemai, gambar a benih mangrove jenis

Rizhopora apiculata dan gambar b benih mangrove jenis Brugrueiragymnorhiza

3. Tahapan penanaman benih mangrove; tahapan ini dilakukan setelahmasa 6 bulan dari tahapan pembibitan karena benih mangrove siaptanam pada usia tersebut. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulumasyarakat mendapatkan pelatihan tentang teknik penanaman khususuntuk wilayah sempandan timur Sungai Bogowonto.

Gambar pelatihan teknik khusus penanaman mangrove oleh Bapak Sapto dariKesemat.

Pelatihan ini sedikit mengadopsi model PRA karena karakteristik wilayahestuary pantai selatan pulau jawa berbeda dengan kebanyakan lokasi konservasi

Page 16: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

385

ISBN: 978-602-361-044-0

mangrove dimana kendala terbesar penanaman mangrove ini adalah arus air lautyang sangat kuat sehingga menghambat pertumbuhan bibit mangrove.

Hasil pelatihan ini mendapatkan teknik yang akan dipraktekkan untukpenanaman adalah dengan penahan ombak dengan perpaduan bambu bulatdengan anyaman bambu dengan tiang pancang bambu bulat setinggi 1 meterdiatas permukaan air dan 2 meter masuk ke dalam tanah. Hal ini merupakanhasil pemikiran atau ide masyarakat Desa Jangkaran yang telah sering membuatpagar di pinggir sungai untuk melindungi tambak.

Gambar visualisasi penghalang ombak yang digunakan untuk penanamanbibit mangrove di sempandan timur Sungai Bogowonto.

(a) (b)Gambar proses persiapan penanaman bibit mangrove dengan teknik khusus,gambar a proses memindahkan bibit dari rumah semai ke lokasi penanaman, dangambar b proses pembuatan penghalang ombak dari bambu.

Page 17: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

386

ISBN: 978-602-361-044-0

Gambar masyarakat Desa Jangkaran bergotong-royong menanam bibitmangrove di lokasi yang telah dipasang penahan ombak dari bambu.

Gambar lokasi penanaman pada saat tergenang air laut pasang (bibit mangroveyang telah tertanam tidak terlihat sama sekali karena tingginya air)

Page 18: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

387

ISBN: 978-602-361-044-0

KESIMPULANDengan kegiatan peningkatan kapasitas desa tangguh bencana yang dilakukan diDesa Jangkaran Kabupaten Kulon Progo ini memberikan kesimpulan bahwa :

1. Wilayah pesisir Desa Jangkaran memiliki karakteristik bentukan estuaryyang unik karena sedimentasi yang tinggi sampai dapat membuat muarasungai memiliki siklus tertutup pada setiap tahun.

2. Salah satu ancaman bencana yakni banjir mengalami transformasipersepsi, dimana pada saat belum terjadi konversi lahan pertanianmenjadi tambak kejadian banjir dianggap sebagai proses alam yang biasadan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Tetapi bergesermenjadi proses alam yang marugikan karena adanya konversi lahantambak intensif.

3. Potensi alam karakteristik wilayah pesisir Desa Jangkaran salah satunyaadalah ekosistem mangrove. Tren konservasi mangrove Desa Jangkaranmenunjukkan penambahan jumlah tegakan yang mulai berkurang akibatpenebangan untuk lahan tambak.

4. Sebagai desa tangguh dan memiliki potensi alam berupa ekosistemmangrove dapat meningkatkan kapasitas dan ketangguhan dalam upayapengurangan risiko bencana yang disebabkan oleh dampak perubahaniklim global. Nilai pengurangan risiko bencana yang dilakukan memilikibentuk konservasi ekosistem yang ada.

PENGHARGAAN (acknowledgement)Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Yayasan Kanopi Indonesia yangtelah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melakukankegiatan pendampingan masyarakat berbasis pengurangan risiko bencana diDesa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Selanjutnya ucapanterimakasih penulis ucapkan untuk lembaga konservasi RARE yang telahmendanai penuh kegiatan ini.Tak lupa seluruh elemen masyarakat dan jajaran pemerintah Desa Jangkaranyang telah memberikan sumbangsih ide, waktu, dan tenaga sehingga terbentukkerjasama yang baik selama pelaksanaan program.

Page 19: PENINGKATAN KAPASITAS DESA TANGGUH BENCANA …

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM

388

ISBN: 978-602-361-044-0

REFERENSI

Chambers, Robert. 1996. PRA Participatory Rural Appraisal Memahami DesaSecara Partisipatif. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Putri, Dian Aditya Mandana. 2014. Catatan survey awal ke Desa Jangkaran. Tidakdipublikasikan.

Yayasan Kanopi Indonesia, 2015. Laporan Akhir program Mengembangkan danMengimplementasikan Menejemen Ekosistem Berkalanjutan MelaluiMitigasi dan Rencana Kesiapsiagaan. Yogyakarta : Yayasan KanopiIndonesia.

UNISDR. 2009. UNISDR Terminologi on Disaster Risk Reduction. Geneva : UnitedNations.

Akses web :http://www.antaranews.com/berita/487732/garis-pantai-indonesia-terpanjang-

kedua-di-dunia (diakses pada 2 Juni 2016 pukul 15.00)http://www.kehati.or.id/id/site_content/11-program/36-ekosistem-pesisir-dan-

pulau-pulau-kecil.html (diakses pada 2 Juni 2016 pukul 15.00)http://blh.jogjaprov.go.id/2013/01/mengenal-mangrove-di-kulon-progo/(diakses pada 2 Juni 2016 pukul 15.00)

Peraturan Perundangan :UU No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilUU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencanaPerka BNPB No.1 tahun 2012 tentang pedoman umum desa/kelurahan tangguh

bencana