PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KERAGAMAN...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KERAGAMAN...
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KERAGAMAN
BUDAYA MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
(TAI) DENGAN MEDIA TIRAI PANGGUNG BUDAYA PADA SISWA
KELAS IV MI SABILUL HUDA JIMBARAN
KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Di Susun Oleh
VIVI AMBARWATI
23040160141
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KERAGAMAN
BUDAYA MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
(TAI) DENGAN MEDIA TIRAI PANGGUNG BUDAYA PADA SISWA
KELAS IV MI SABILUL HUDA JIMBARAN
KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Di Susun Oleh
VIVI AMBARWATI
23040160141
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Sedikit pengetahuan yang diterapkan jauh lebih berharga ketimbang banyak
pengetahuan yang tak dimanfaatkan”
(Khalil Gibran)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Gunadi dan Ibu Painah tercinta, sebagai wujud
baktiku kepada beliau, yang telah berjuang membesarkan dan mendidikku
dengan ikhlas yang senantiasa memberikan dukungan, doa, kasih sayang,
dorongan, semangat dan selalu bekerja keras untuk anak-anaknya supaya
dapat menggapai cita-cita dan memenuhi kebutuhanku hingga jenjang S1.
Semoga Bapak Ibu selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur
panjang.
2. Kakakku tersayang, Fitri Indriyani yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan jenjang S1, semoga kakakku selalu
diberikan kebahagiaan dan keberkahan dalam hidupnya.
3. Kepada keluarga besar Mbah Rejan yang selalu mendukung dan
mendoakanku, semoga keluargaku selalu dalam perlindungan, rahmat dan
bimbingan Allah SWT.
4. Bapak ibu guru dan bapak ibu dosen yang telah mengamalkan ilmunya
dari awal masuk bangku sekolah hingga sarjana, serta bapak dosen
pembimbing skripsiku Dr. Rasimin, M.Pd yang telah membimbing dan
memberi arahan kepadaku.
5. Kepala MI Sabilul Huda yang sudah mengizinkan saya untuk mengadakan
penelitian disekolah ini dan tidak lupa kepada Bapak Muto Alimin, S.Pd. I selaku
guru kelas IV yang telah bersedia membantu selama proses penelitian
ix
6. Sahabat-sahabatku yang ku sayang, Khusnul Khotimah, Endah
Kurniawati, Chairul Ummah, Jumiati Astuti yang selalu memberi
semangat serta motivasi, semoga sahabat-sahabatku selalu sukses dalam
mencapai cita-citanya.
7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGMI 2016.
8. Kampusku tercinta IAIN Salatiga.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulliahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya
dari zaman kebodohan hingga ke jalan kebenaran yang senantiasa dinanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Adapun judul skripsi ini adalah “ Peningkatan
Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Budaya Melalui Model Team Assisted
Individualization (TAI) Dengan Media Tirai Panggung Budaya Pada Siswa Kelas
IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Jurusan PGMI
xi
4. Bapak Dr. Rasimin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan tulus yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya dari semester awal sampai saat ini.
6. Bapak Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah benyak membantu
dalam penyelesaian tugas ini.
7. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Bapak Sunadi, S.Pd.I selaku kepala MI Sabilul Huda Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang yang telah memberi izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di MI Sabilul Huda Jimbaran.
9. Bapak Muto Alimin, S.Pd.I selaku wali kelas IV MI Sabilul Huda yang telah
membantu proses penelitian ini.
10. Siswa siswi kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang yang telah berkenan mendukung serta membantu dalam
melakukan penelitian ini.
11. Teman-teman serta sahabat yang telah menginspirasi, saling mendukung dan
berjuang bersama-sama.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
xii
xiii
ABSTRAK
Ambarwati, Vivi. 2020. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman
Budaya Melalui Model Team Assisted Individualization (TAI) Dengan
Media Tirai Panggung Budaya Pada Siswa Kelas IV MI Sabilul Huda
Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2019/2020. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Rasimin, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar,IPS, dan Media Tirai Panggung Budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi
keragaman budaya melalui model Team Assisted Individualization (TAI) dengan
media tirai panggung budaya pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2
siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan menggunakan model Team
Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya. Subjek
penelitian sebanyak 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18
Februari sampai dengan 19 Februari 2020. Pengumpulan data yang digunakan
yaitu melalui observasi, tes, dokumentasi, dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS
melalui model Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai
panggung budaya dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi keragaman budaya
pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siwa
bahwa pada pra siklus atau sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mencapai
ketuntasan hanya 15 siswa (41,66%) dari 36 siswa. Pada siklus I setelah
menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai
panggung budaya siswa yang tuntas KKM sebanyak 25 siswa (69,44%) dari 36
siswa. Sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang
signifikan, yaitu siswa yang tuntas KKM sebanyak 33 siswa (91,66%) dari 36
siswa.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... ii
JUDUL .............................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ...... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
ABSTRAK....................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
F. Definisi Operasional ............................................................................. 10
xv
1. Hasil Belajar .................................................................................... 10
2. Pembelajaran IPS ............................................................................. 10
3. Materi Keragaman Budaya .............................................................. 10
4. Model Team Assisted Individualization (TAI) ................................. 11
5. Media Tirai Panggung Budaya ........................................................ 11
G. Metode Penelitian ................................................................................. 12
1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 12
2. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ............................................. 13
3. Langkah-langkah Penelitian ............................................................. 14
4. Instrumen Penelitian......................................................................... 16
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 17
6. Analisis Data .................................................................................... 18
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 19
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori .......................................................................................... 21
1. Belajar dan Hasil Belajar ................................................................. 21
a. Hakikat Belajar............................................................................. 21
b. Tahapan Proses Belajar ................................................................ 22
c. Prinsip-Prinsip Belajar ................................................................. 23
d. Ciri-Ciri Belajar ........................................................................... 24
e. Pengertian Hasil Belajar ............................................................... 25
f. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................................... 26
xvi
g. Penilaian Hasil Belajar ................................................................. 28
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)......................................................... 30
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .................................. 30
b. Ruang Lingkup IPS ...................................................................... 31
c. Tujuan Pembelajaran IPS .............................................................. 32
3. Materi Keragaman Budaya .............................................................. 33
a. Pengertian Keragaman Budaya .................................................... 33
b. Keragaman Rumah Adat di Indonesia ......................................... 34
c. Keragaman Pakaian Adat di Indonesia ........................................ 45
4. Model Team Assisted Individualization ........................................... 53
a. Pengertian Model Team Assisted Individualization ..................... 53
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) ................................................................ 56
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) ................................................................. 58
5. Media Tirai Panggung Budaya ......................................................... 59
a. Pengertian Media Tirai Panggung Budaya .................................. 59
b. Langkah-Langkah Penggunaan Media Tirai Panggung Budaya .. 61
c. Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale........................................ 62
B. Kajian Pustaka ...................................................................................... 63
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pra Siklus.............................................................................. 67
B. Deskripsi Siklus I.................................................................................. 69
xvii
C. Deskripsi Siklus II ................................................................................ 72
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitaian ................................................................... 77
1. Deskripsi Pra Siklus ......................................................................... 77
2. Deskripsi Siklus I ............................................................................. 81
3. Deskripsi Siklus II ............................................................................ 88
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 96
1. Data Nilai Rata-Rata Persiklus......................................................... 96
2. Data Hasil Belajar Siswa Persiklus .................................................. 97
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 100
B. Saran ................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
LAMPIRAN ................................................................................................... 106
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rumah Adat di Indonesia .................................................................34
Tabel 2.2 Pakaian Adat di Indonesia ................................................................46
Tebel 3.1 Data Pra Siklus MI Sabilul Huda Jimbaran ......................................67
Tabel 4.1 Hasil belajar Pra Siklus Siswa ..........................................................78
Tabel 4.2 Data Perolehan Nilai KKM Pra Siklus .............................................80
Tabel 4.4 Hasil Post Test Siklus I .....................................................................81
Tabel 4.5 Data Perolehan Nilai KKM Post Test Siklus I .................................83
Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus I ......................................................85
Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Siklus II ...................................................87
Tabel 4.9 Hasil Post Test Siklus II ...................................................................89
Tabel 4.10 Data Perolehan KKM Siklus II .......................................................91
Tabel 4.12 Lembar Observasi Guru Siklus II ...................................................93
Tabel 4.13 Lembar Observasi Siswa Siklus II ..................................................94
Tabel 4.14 Data Nilai Rata-rata Persiklus ........................................................96
Tabel 4.16 Data Peningkatan Nilai Siswa Persiklus .........................................97
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK .......................................13
Gambar 2.1 Rumah Gadang ..................................................................................36
Gambar 2.2 Rumah Tangkonan ............................................................................37
Gambar 2.3 Gapura Candi Bentar .........................................................................38
Gambar 2.4 Rumah Honai .....................................................................................39
Gambar 2.5 Rumah Selaso Jatuh Kembar .............................................................40
Gambar 2.6 Rumah Panggung Kajang Leko..........................................................41
Gambar 2.7 Rumah Baileo ....................................................................................42
Gambar 2.8 Rumah Tambi ....................................................................................43
Gambar 2.9 Rumah Adat Mbaru Niang ................................................................44
Gambar 2.10 Pakaian Adat Ulee Balang ...............................................................47
Gambar 2.11 Pakaian Adat Tulang Bawang .........................................................49
Gambar 2.12 Pakaian Adat Baju Bodo .................................................................50
Gambar 2.13 Pakaian Adat Jawi Jangkep dan Kebaya .........................................51
Gambar 2.14 Pakaian Adat Bilui ..........................................................................52
Gambar 3.2 Diagram Lingkaran Nilai Pra Siklus..................................................69
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Pra Siklus ........................................................80
Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I ....................................................84
Gambar 4.11 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus II ................................................91
Gambar 4.17 Peningkatan Hasil Nilai Hasil Belajar Persiklus .............................99
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus 1 ....................................................................................107
Lampiran 2 Soal Post Test Siklus 1 ....................................................................127
Lampiran 3 Observasi Guru Siklus I ...................................................................129
Lampiran 4 Hasil Observasi Siswa Siklus I ........................................................131
Lampiran 5 Hasil Belajar Siswa Siklus I ............................................................132
Lampiran 6 RPP Siklus II ...................................................................................134
Lampiran 7 Soal Post Test Siklus II ....................................................................151
Lampiran 8 Hasil Observasi Guru Siklus II ........................................................153
Lampiran 9 Hasil Observasi Siswa Siklus II .......................................................155
Lampiran 10 Hasil Belajar Siswa Siklus II .........................................................156
Lampiran 11 Profil Sekolah ................................................................................160
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................167
Lampiran13 Lembar Konsultasi Skripsi .............................................................171
Lampiran 14 Lembar Pembimbing Skripsi .........................................................173
Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................174
Lampiran 16 Surat Balasan Izin Penelitian .........................................................175
Lampiran 17 Satuan Kredit Kegiatan ..................................................................176
Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup ....................................................................179
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian yang memusatkan
perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Aktivitas yang dimaksudkan
merupakan segala hal yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari,
dimana mereka berperan sebagai masyarakat dan bersosialisasi dengan
masyarakat lainnya sebagai makhluk sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa dan fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran
IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai
(Permendiknas No 22 Tahun 2006).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan atau
disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis
untuk tujuan pendidikan (Winataputra 2008: 145).
Dari undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 (DIKTI, 2014)
tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
2
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Badrus Zaman & Desi Herawati Kusumasari
(2019: 238) mendefinisikan Pendidikan adalah suatu proses, cara, upaya
pengembangan tingkah laku pada setiap individu maupun masyarakat yang
lebih utuh, baik yang berhubungan dengan akal maupun perbuatan untuk
menjalani kehidupan dan untuk memenuhi manfaat hidup secara baik dan
terampil .
Pendidikan sangat penting bagi setiap orang, dengan adanya
pendidikan setiap orang memiliki ilmu pengetahuan dan mempunyai
kemampuan dalam melaksanakan peran mereka sebagai warga negara
Indonesia yang sangat beragam. Melalui pendidikan yang terprogram dan
terkelola dengan baik dan intensif, titik optimum usaha pendidikan akan
terwujud. Pendidikan dikatakan berhasil apabila mampu mengubah tingkah
laku manusia ke arah yang positif (Rochimah & Zaman, 2018: 31).
Ilmu pengetahuan akan mempermudah orang untuk bersikap dalam
kondisi bagaimanapun dan dimanapun meski berbeda agama, kebudayaan,
suku, ras dan yang lainnya. Indonesia merupakan negara yang multikultural
mereka bisa hidup berdampingan dengan segala keragaman budaya yang ada.
Maka dipandang sangat penting untuk setiap orang agar dapat menerima
segala perbedaan. Seperti dalam firmanNya dalam surah Al-Hujurat ayat ke
13.
3
قباىل لتعارفوا ان انثى وجعلنكم شعوبا و ن ذكر و يايها الناس انا خلقنكم م
اتقىكم ر الجرر/ اكرمكم عند للاه م خب عل (13: 49ان للاه
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.
Untuk mewujudkan kebersamaan dalam keragaman khususnya dalam
kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua
perfektif besar petunjuk Al-Quran untuk mengamalkan prinsip as syu’ub,
yaitu menerima eksistensi dan perbedaan suku bangsa lain sebagai anugerah
rahmad dari Allah SWT, dan menerima eksistensi kemanusiaan. Bahwa
manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang memiliki kesamaan hak satu
sama lain. Keragaman budaya adalah salah satu negara kesatuan yang
didalamnya dipenuhi dengan keragaman serta kekayaan. Ada berbagai suku
bangsa dan budaya serta ras, daerah dan juga kepercayaan agama.
Kurang menariknya proses pembelajaran juga menjadi salah satu
penyebab kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
IPS, dikarenakan guru masih menggunakan metode ataupun model bahkan
media pembelajaran yang masih umum seperti metode ceramah dan media
yang digunakan guru belum sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
sehingga siswa cenderung kurang memperhatikan dan berbuat gaduh di dalam
kelas ketika guru menjelaskan. Hal tersebut akan berdampak pada hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi keragaman budaya, sehingga
4
banyak siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM yang ditentukan
sekolah yaitu 68.
Berdasarkan hasil observasi di MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang pada Rabu, 08 Januari 2020 pada kelas IV,
peneliti menemukan beberapa permasalahan terkait dengan pembelajaran IPS
di kelas IV yaitu ada 21 siswa dari 36 siswa hasil belajarpada materi
keragaman budaya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah.
Secara Kriteria Ketuntasan Klasikal nilai ulangan siswa di kelas IV
belum memenuhi 85% yaitu hanya 15 siswa atau 41,66% siswa yang telah
tuntas dan 21 siswa atau 58,33% siswa belum mencapai KKM. Hal itu
dikarenakan oleh penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang
konvensional dan monoton. Guru hanya menggunakan metode ceramah
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Siswa cenderung ramai
sendiri dan tidak memperhatikan apa yang telah disampaikan guru sehingga
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Kurang sesuainya media yang digunakan guru membuat siswa
kurang paham untuk memahami materi pembelajaran secara kongkrit,
sehingga banyak kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang muncul.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa banyaknya
siswa yang belum tuntas KKM dikarenakan kurang menariknya model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga peneliti menawarkan
5
sebuah solusi berupa model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI) dengan media Tirai Panggung Budaya.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) menitik
beratkan pada proses belajar dalam kelompok, dimana proses belajar dalam
kelompok dapat membantu siswa dalam menentukan dan membangun sendiri
pemahaman tentang materi pelajaran. Model ini merupakan perpaduan
pembelajaran kelompok dengan pembelajaran individual. Menurut Slavin
dalam Trianto (2012: 68) ‘bahwa pada pembelajaran secara berkelompok
siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-6 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku secara
heterogen. Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata
sosial, kemampuan dan ketidak mampuan. pembelajaran kooperatif
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain.
Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang
“Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Budaya Melalui Model
Team Assisted Individualization (TAI) Dengan Media Tirai Panggung
Budaya Pada Siswa Kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah penggunaan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Keragaman
Budaya pada siswa kelas IV di MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial materi Keragaman Budaya melalui model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya
siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2019/2020.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari kata hipo dan thesis, hipo artinya rendah dan
thesis artinya kebenaran. Hipotesis menurut pengertiannya adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan
yang dipandang paling tepat untuk memecahan masalah yang telah dipilih
untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63). Bisa juga diartikan
sebagai perkiraan awal atau dugaan terkuat penyebab munculnya masalah.
7
Adapun hipotesis dalam penelitian ini melalui penggunaan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai
panggung budaya dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Keragaman
Budaya pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2019/2020.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI) dengan media tirai panggung budaya dikatakan berhasil apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator keberhasilan
penelitian ini adalah:
a. Secara Individu
Indikator keberhasilan individu dalam penelitian ini adalah jika
siswa telah mendapatkan nilai melebihi KKM yang telah ditetapkan
oleh sekolah yaitu ≥ 68 pada mata pelajaran IPS materi Keragaman
Budaya.
b. Secara Klasikal
Indikator keberhasilan klasikal dalam penelitian ini adalah jika
siswa mencapai nilai melebihi KKM yaitu mendapat nilai ≥ 68 pada
mata pelajaran IPS materi Keragaman Budaya dengan persentase ≥
85% dari jumlah total siswa dalam satu kelas (Trianto, 2009: 214).
8
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
praktis dan teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
melalui penggunaan media tirai panggung budaya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2) Menambah inovasi dalam proses pembelajaran sehingga mampu
meningkatkan kualitas sekolah yang pada akhirnya menjadikan citra
sekolah menjadi lebih baik lagi.
3) Meningkatkan motivasi sekolah dalam menciptakan sistem
pembelajaran IPS yang aktif, kreatif, inovatif, konstruktif, dan
menyenangkan.
b. Bagi Guru
1) Guru menjadi lebih kreatif karena dituntut untuk bisa menjadikan
pembelajaran menarik bagi siswa.
2) Membantu guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
3) Meningkatkan mutu kinerja guru saat proses pembelajaran karena
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
c. Bagi Siswa
9
1) Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi
Keragaman Budaya dengan memberikan pengalaman belajar yang
menyenagkan untuk siswa dan memudahkan siswa untuk mengingat
materi lebih lama.
2) Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah
yang sedang dibicarakan.
3) Menuntun proses berpikir siswa terhadap masalah atau materi yang
sedang dibahas.
4) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
d. Bagi Peneliti
1) Menghasilkan suatu desain pembelajaran yang kreatif untuk
menghasilkan ide-ide dalam mencatat pelajaran atau merencanakan
penelitian baru.
2) Peneliti dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan penerapan
modelpembelajarandengan media pembelajaranguna memperbaiki
penelitian.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan
teori pembelajaran melalui model Team Assisted Individualization
dengan media tirai penggung budaya.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menambah wawasan penulis dan
guru dalam melaksanakan praktik pembelajaran IPS .
10
c. Memberikan gambaran yang jelas kepada guru tentang model
pembelajaran IPS yang peneliti terapkan.
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
2. Pembelajaran IPS
Rasimin, (2012: 41) mengatakan pembelajaran bahwa ilmu
pengetahuan sosial berfungsi untuk mewariskan nilai moral dalam
masyarakat agar dapat menjunjung tinggi kemuliaan harkat dan martabat
manusia.
3. Materi Keragaman Budaya
Keragaman budaya (cultural diversity) adalah sebuah keniscayaan
yang dimiliki oleh suatu bangsa. Keragaman budaya yang ada di Indonesia
sangat beragam dikarenakan Indonesia adalah negara kepulauan yang
terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki adat dan
budaya yang berbeda-beda, mulai dari bahasa, seni tari, pakaian adat,
11
hingga rumah adat. Sehingga keragam budaya yang dimiliki antar daerah
sangat beragam dan berbeda yang dipengaruhi oleh letak geografis
masing-masing daerah. Meskipun keragam budaya di Indonesia sangat
beragam tidak memicu pertengkaran antar daerah, namun dengan adanya
keragaman budaya ini dapat mempersatukan hal itu sesuai dengan
semboyan yang dimiliki oleh negara ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Adapun makna dari Bhineka Tunggal Ika sendiri adalah meskipun
berbeda-beda namun tetap satu.
4. Model Team Assisted Individualization (TAI)
Suyitno dalam Arwadi (2006: 6) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah model
pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar
belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap
siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan
bimbingan dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat
megembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang
lain dapat terbantu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Selain itu, terdapat pula bantuan individu dari guru kepada siswa yang
membutuhkan.
5. Media Tirai Panggung Budaya
Menurut pendapat saya, media tirai panggung budaya adalah media
yang dibuat guna untuk mempermudah dalam penyampaian materi. Media
ini dibuat karena terispirasi dari sebuah pertunjukkan panggung seperti
12
media bermain peran, dengan membuat media ini lebih menarik dan
menambah daya tarik peserta didik.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Arikunto menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari
3 kata yang dapat dipahami pengetahuannya sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
akurat dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus.
c. Kelas adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat sekelompok
peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru.
Dari ketiga pengertian diatas, yakni Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan
belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan (Arikunto, 2006).
Secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK yang
dikemukakan oleh Arikunto dalam Suyadi, (2014: 49-50) yaitu:
13
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun gambaran
tahap penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK
2. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran,
yang beralamat di Jln. Jimbaran Tegalpanas No. 05 Jimbaran Km. 03
Bandungan
b. Waktu Penelitian
Penelitiana dilakukan pada awal semester II tahun ajaran
2019/2020.
Perencanaa
n
SIKLUS I Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaa
n
Refleksi
?
14
c. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Sabilul
Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang tahun
ajaran 2019/2020 dengan jumlah 36 siswa.
3. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari empat tahapan
penting, yaitu: planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), reflection (refleksi) (Arikunto, 2006: 16). Penjabarannya
sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
PTK tidak bedanya seperti penelitian-penelitian ilmiah lain yang
selalu dipersiapkan secara matang. Langkah-langkah pertama adalah
melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan
PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
Adapun rencana atau planning adalah bagian awal yang harus
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI).
15
3) Mempersiapkan lembar pengamatan guru untuk mengetahui kondisi
guru dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI).
4) Mempersiapkan lembar pengamatan pembelajaran untuk menilai
perhatian siswa.
5) Menyiapkan lembar kerja siswa berbentuk tes formatif.
b. Action (Tindakan)
Tahap tindakan merupakan pelaksanaan atau penerapan
pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran sesuai yang
tertulis pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan tahap
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
c. Observation (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing).
Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud dalam tahap tiga
adalah pengumpulan data. Pengumpulan data kegiatan pembelajaran
melalui lembar observasi guru dan siswa melalui penilaian. Peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung dalam pengumpulan
data mengenai aspek pengamatan secara cermat.
d. Reflection (Refleksi)
Tahap terakhir dalam PTK adalah Reflection (Refleksi) yaitu
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Pada
16
tahap refleksi adalah tahap pengumpulan hasil dari observasi yang
kemudian dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui apa saja yang
perlu diperbaiki dari pelaksanaan dan hasil hasil tindakan dari siklus I
supaya dapat memperbaiki tindakan yang akan dilaksanakan untuk
siklus II.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
tindakan ini adalah:
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara langsung
kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaranTeam Assisted Individualization (TAI)
pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang.
b. Lembar soal tes
Lembar soal diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil
belajar IPS siswa sesudah diberi tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada siswa siswa
kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian, foto, gambaran umum MI
17
Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang,
dan lain sebagainya yang dianggap penting.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian
tindakan kelas ini yaitu:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi
dilapangan dan mencatat apa yang ditemukan dilapangan untuk
menemukan data yang berkaitan dengan penelitian. Observasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran IPS
selama penelitian, yang berlangsung dari awal pelaksanaan kegiatan
sampai selesainya kegiatan, baik mengenai materi, media pembelajaran
maupun model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS
di MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Peneliti melakukan observasi dilapangan guna memperoleh
pengalaman langsung sehingga peneliti dapat melihat kekurangan dan
kelebihan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi ini
juga berguna untuk melihat aktivitas dan respon siswa dalam
pembelajaran.
b. Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berkaitan
dengan materi ajar. Teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi materi pembelajaran, dan siswa
18
dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah memperoleh
minimal 85% dari target pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil observasi.
Dokumentasi yang diperlukan terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), foto, nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian,
dan kelengkapan data profil sekolah.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara rinci
untuk melengkapi data observasi.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan antara skor nilai pada setiap siklus dengan KKM yang
telah ditentukan MI Sabilul Huda Jimbaran yaitu ≥ 68. Oleh karena itu
setiap siswa kelas IV dikatakan tuntas belajar pada pembelajaran IPS
materi Keragaman Budaya jika nilainya mencapai atau lebih dari KKM.
Hasil belajar siswa dikumpulkan dalam bentuk data. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase sebagai
berikut:
a. Penilaian Rata-Rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian
membagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata-
rata.
19
X =
Keterangan:
X : Nilai rata-rata
Σ X : Jumlah semua nilai siswa
Σ N : Jumlah siswa
b. Rumus Ketuntasan Belajar Siswa
P = X 100%
Keterangan:
P : Ketuntasan belajar dalam persen
F : Frekuensi
N : Jumlah siswa (Aqib, 2010: 41)
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah para pembaca dalam mengkaji isi skripsi hasil
penelitian tindakan kelas ini, penulis menguraikan sistematika penulisan.
Pada bab ini terdiri dari berbagai pokok-pokok bahasan. Secara sistematis
dapat dilihat di bawah ini:
BAB I Pendahuluan dalam bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian,
20
lokasi, waktu dan subyek penelitian, langkah-langkah penelitian,instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB II Kajian Pustaka. Bab ini berisi uraian tentang landasan teori
yang mencakup kajian teori dan kajian pustaka. Landasan teori ini berisi
uraian tentang hasil belajar IPS, model Team Assisted Individualization dan
media tirai panggung budaya dalam materi keragaman budaya.
BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini berisi tentang uraian hasil
deskripsi pelaksanaan siklus I dan deskripsi pelaksanaan siklus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang
uraian hasil deskripsi paparan persiklus meliputi deskripsi paparan siklus I,
deskripsi paparan siklus II dan pembahasan.
BAB V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan
hasil penelitian dan saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran
berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
Menurut Gagne dalam Susanto (2013: 1) belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pakar lain, Hamalik 2003
dalam Susanto (2013: 3-4) menjelaskan bahwa belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman
(learning is defined as the modificator or strengthening of behavior
through experiencing). Dari pengertian ini, belajar merupakan suatu
proses usaha, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Bahkan
belajar bukan hanya sekedar mengingat atau menghafal saja, namun
lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
W.S. Winkel (2007: 4) mengatakan bahwa belajar merupakan
suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara
seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat
relatif konstan dan berbekas. Menurut Cronbach dalam Agus Suprijono,
(2015: 2) mengemukakan bahwa ‘ learning is shown by a change in
22
behavior as a result of experience ’. Belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Chaplin dalam Syah
(2001: 60) dalam buku Kastolani mengungkapkan definisi belajar
menjadi dua rumusan. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus. Burton dalam Usman dan
Setiawati (1993: 4), mengatakan belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu lainnya dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha di mana terjadi perubahan perilaku
sebagai akibat pengalaman ataupun sengaja yang dirancang sendiri
dalam interaksi di lingkungan sekitarnya. Perubahan yang dialami dapat
berupa perubahan pemahaman, sikap, tingkah laku maupun
keterampilan.
b. Tahapan Proses Belajar
Belajar merupakan proses beraktivitas yang berlangsung secara
bertahap dan tidak langsung menuju pada hasil. Dalam tahapan ini
berlangsung secara berurutan dan sistematis. Sebagaimana yang
dikemukakan Bruner (Syah, 2007: 110) dalam buku Kastolani membagi
23
tahapan belajar menjadi tiga, yaitu: pertama, tahap informasi
(penerimaan pesan) kedua, tahap transformasi (pengubah materi) dan
ketiga, evaluasi (penilaian materi).
Pada tahap informasi, siswa memperoleh sejumlah informasi
tentang materi atau pengetahuan yang sedang dipelajari. Dari informasi
ini dapat menambah dan memperdalam pengetahuan atau informasi
yang sebelumnya sudah dimiliki.
Sedangkan pada tahap transformasi, informasi yang diperoleh
kemudian dianalisis, diubah, atau ditransformasikam ke bentuk
konseptual agar kelak dapat dimanfaatkan dalam hal yang lebih luas
dan bermanfaat.
Dalam tahap evaluasi, siswa mengadakan penilaian sendiri
terhadap informasi atau pengetahuan yang telah ditransformasikan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini akan
membantu siswa untuk mengetahui tingkat kemanfaatan
pengetahuannya dalam menyikapi masalah.
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Made Pidarta (1997: 197) mengutip pendapat Gagne
dalam buku Kastolani yang menyatakan bahwa prinsip belajar meliputi:
1) Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan
harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa
kali secara berturut-turut.
24
2) Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3) Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk
mempertahankan dan menguatkan respon itu.
4) Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5) Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas
anak-anak.
6) Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar
seperti apersepsi dalam mengajar.
7) Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam
belajar.
8) Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
dalam pengajaran.
d. Ciri-Ciri Belajar
Oemar Hamalik (1980) mengemukakan bahwa ciri-cri belajar
adalah sebagai berikut:
1) Proses belajar ialah mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2) Proses itu berjalan melalui bermacam-macam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai
prosedur.
4) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
25
5) Proses belajar yang terbaik ialah apabila peserta didik mengetahui
status dan kemajuannya.
6) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta
didik sendiri yang mendorong motivasi secara berkesinambungan.
e. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar
sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam
Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Badrus
Zaman (2013: 32) mendefinisikan hasil belajar adalah suatu hasil akhir
yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan proses belajar
yang menghasilkan perubahan-perubahan tersebut dapat diperinci
sebagai berikut: a). Tingkah laku, b). Sistem Nilai, c). Perbendaharaan
konsep, d). Kekayaan informasi.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2015: 6-7)
mengungkapkan bahwa:
1) Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan,meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
26
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bagunan baru), dan evaluation (menilai).
2) Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons) valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi).
3) Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial, dan intelektual.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, hasil belajar difokuskan
pada ranah kognitif pada jenjang pengetahuan, pemahaman dan
penerapan.
f. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi
(2008: 24) meliputi faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar.
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam
27
keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. Jadi,
faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
b) Faktor Psikologis
Setiap individu memiliki kondisi psikologis yang berbeda-
beda, tentunya hal ini akan mempengaruhi hasil belajarnya.
Beberapa faktor psikologis meliputi: IQ, perhatian, minat, bakat,
motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa. Jadi, faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang siswa yang dapat
mempengaruhi hasil belajar.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar.
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan
dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki
ventilasi udara yang kurang akan berbeda dengan belajar pada
pagi hari yang udaranya masih bersih dan segar. Jadi, faktor
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat mempengaruhi
hasil belajar.
28
b) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanaka. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
sarana dan guru. Jadi faktor-faktor instrumental atau faktor
pendukung seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, kurikulum, model dan metode pembelajaran, strategi dan
media, peraturan sekolah dan faktor pendukung lainya juga
mempunyai peran dalam menunjang hasil belajar.
g. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Arifin (2011: 5) Penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta
didik terkait penentuan prestasi, seperti nilai yang akan diberikan atau
keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.
Penilaian hasil belajar merupakan penilaian yang dilakukan oleh
guru terhadap hasil pembelajaran guna mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan untuk bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
29
Penilaian hasil belajar dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti tes
tertulis untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik dalam
ranah kognitif, tes praktik untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik dalam ranah keterampilan, dan observasi atau pengamatan
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik dalam ranah
afektif (Rohmad, 2017: 75).
Menurut Rohmad (2017: 89) Penilaian hasil belajar meliputi: (1)
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, (2) Satuan
pendidikan, dan (3) oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dengan cara berkesinambungan, bertujuan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian yang
dilaksanakan oleh pendidik berupa penugasan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Berbagai macam ulangan dilaksanakan dengan menggunakan teknik
dan bentuk instrumen yang sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan tujuan penilaian menurut (Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 pada BAB III pasal 4) adalah:
a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
30
b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk
menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata
pelajaran.
c) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian Kompetensi Lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Merupakan pengalaman hidup
manusia yang dialaminya sejak lahir. Hubungan manusia sejak lahir
yang merupakan hubungan sosial itu terjadi sejak dalam keluarga,
walaupun hubungan tersebut terjadi secara sepihak. Tanpa adanya
hubungan sosial seorang bayi sulit mengalami perkembangan menjadi
manusia dewasa yang sempurna (Rasimin, 2012: 35).
IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan
demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang
masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, dapat dilakukan dari
berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, pemerintahan, dan
aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran IPS. IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu sosial, yang merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, ilmu politik dan
31
ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional
dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari
(Susanto, 2013: 144).
Menurut Sapriya (2014: 11) pendidikan IPS adalah
penyerdahanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
IPS adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dengan
lingkungannya, yang berguna untuk membantu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehingga menjadikannya
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat.
b. Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial secara sederhana adalah
manusia dalam konteks sosial. Batasan dari ilmu pengetahuan sosial
tersebut, diadaptasikan kedalam organisasi profesional yang memang
secara khusus membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan sosial
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta keterkaitannya
dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu pendidikan lainnya.
Somantri mengatakan bahwa landasan ilmu pengetahuan sosial bagi
bangsa Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945 serta kebudayaan
bangsa itu sendiri (Rasimin, 2012: 38).
32
Untuk memantapkan ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial
dalam pendidikan secara langsung dapat dikembangkan pada beberapa
mata pelajaran yang secara langsung telah menggunakan istilah ilmu
pengetahuan sosial maupun pendidikan kewargaan. Ilmu pengetahuan
sosial memiliki harapan untuk terciptanya sumber daya manusia (SDM)
Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian,
kesadaran, dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat,
bangsa dan negara (Rasimin, 2012: 39).
c. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama pembelajaran ilmu pengetahuan sosial ialah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Menurut Mutakin dalam buku Susanto, secara rinci
merumuskan tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial sebagai
berikut:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
33
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat (Susanto, 2013: 145).
3. Materi Keragaman Budaya
a. Pengertian Keragaman Budaya
Keragaman budaya sering dikenal dengan istilah cultural
diversity adalah sebuah keniscayaan yang dimiliki oleh bangsa ini. Di
negara ini juga, keragaman budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditolak lagi keberadaannya. Keragaman budaya di Indonesia, Indonesia
adalah salah satu negara kesatuan yang didalamnya dipenuhi dengan
keragaman serta kekayaan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas berbagai
suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki adat dan budaya yang
berbeda-beda, mulai dari bahasa, seni tari, pakaian adat, hingga rumah
34
adat. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara
yang kaya akan budaya. Akan tetapi, sekalipun dipenuhi dengan
keragaman Indonesia bisa mempersatukan hal itu sesuai dengan
semboyan yang dimiliki oleh negara ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Adapun makna dari Bhineka Tunggal Ika sendiri adalah meskipun
berbeda-beda namun tetap satu (Intania Poerwaningtias, 2017: 1).
b. Keragaman Rumah Adat di Indonesia
Keragaman suku bangsa juga berpengaruh terhadap bentuk
rumah adat. Rumah adat umumnya dibangun menyesuaikan kondisi
bentang alam wilayah setempat. Keragaman bentuk rumah adat
mencerminkan kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia sebagai
arsitek handal. Tidak hanya unik, bentuk rumah adat mengandung
makna dan simbol tertentu. Semua itu disesuaikan adat istiadat tiap-tiap
daerah. Keragaman rumah adat di Indonesia sebagai berikut:
35
(Sumber buku siswa kelas IV Tema 7 hlm. 65-67)
36
Begitu beragam rumah adat di Indonesia. Setiap rumah adat
mempunyai keunikan yang berbeda dari rumah adat lain. Keragaman
rumah adat di Indonesia menjadi kekayaan budaya yang dapat kita
banggakan. Dibawah ini ada beberapa penjelasan mengenai keragaman
rumah adat yang ada di Indonesia.
1. Sumatera Barat
a) Rumah Tradisional / Adat
Rumah Gadang (Rumah Adat Minangkabau)
Gambar 2.1 Rumah Gadang
Sumber https://www.arsitag.com/article/rumah-gadang-rumah-
tradisional-minangkabau
Rumah Gadang atau rumah Godang adalah nama untuk
rumah adat Minangkabau yang banyak dijumpai di provinsi
Sumatera Barat. Rumah ini juga disebut dengan nama alain
oleh masyarakat setempat dengan nama rumah Bagonjong atau
rumah Baanjuang.
37
Rumah adat ini memiliki bentuk persegi panjang yang
atapnya mirip seperti tanduk kerbau. Atapnya hanya terbuat
dari ijuk, tetapi ketahanannya tidak perlu diragukan.
Umumnya, hanya ada satu tangga yang dimiliki oleh bangunan
ini. Pada dindingnya, terdapat ukiran-ukiran yang menghiasi
rumah tersebut. Motifnya biasa mengusung tema tumbuhan
merambat, bunga, buah, hingga akar berdaun.
2. Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan yang merupakan ibu kota Makassar yang
dikenal sebagai salah satu kota yang paling terkenal di wilayah
Indonesia Tengah. Kota Makassar sendiri memiliki sejarah yang
sangat panjang dalam perjalanan bangsa Indonesia dengan adanya
ragam suku bangsa seperti Bone dan Mandar, Duri dan juga Pattinjo
dan juga beberapa suku lainnya.
1. Rumah Tradisional/Adat
Rumah Tangkonan
Gambar 2. 2 Rumah Tangkonan
Sumber http://images.app.goo.gl/z4TBh9XbxqbZcckb6
38
Sulawesi Selatan memiliki beberapa jenis rumah khas adat
yang mereka sebut dengan sebutan nama rumah “tongkonan “.
Keunikan rumah adat Sulawesi Selatan ini terletak pada atapnya
yang dibuat berbeda dengan rumah adat daerah lainnya. Bentuk
atapnya sangat unik.
Bagaimana tidak? Atap rumah ini berbentuk seperti
perahu. Rumah ini terbuat dari material kayu seperti kebanyakan
rumah adat lainnya. Sedangkan atapnya menggunakan atap yang
dibuat dari alang alang, nipah, rumbia atau bambu. Pada bagian
depan terdapat hiasan tanduk kerbau sebagai ciri khasnya.
3. Bali
a) Rumah Adat Bali
Gapura Candi Bentar
Gambar 2.3 Gapura Candi Bentar
Sumber https://m.kumparan.com/am/99co/indah-dan-filosofis-inspirasi-
desain-rumah-adat-bali-yang-bisa-ditiru-1r8W5EGGMpG
Sesuai dengan namanya, Rumah Gapura, rumah ini
sebenarnya adalah sebuah bangunan yang dijadikan gerbang
39
rumah-rumah tradisional Bali. Gapura itu memiliki dua buah
candi yang memiliki bentuk serupa yang berfungsi untuk
membatasi sisi kanan dan sisi kiri pintu masuk ke daerah
pekarangan. Keduanya saling berpisah karena tidak memiliki
atap.
Bentuk dari rumah adat ini sendiri adalah gapura atau dua
buah candi yang terpisah yang menimbulkan bentuk simetri.
Candi ini selalu menduduki posisi luar dari puri maupun pura. Ya,
dia adalah bangunan penyambut bagi mereka yang datang ke puri
tersebut.
4. Papua
a) Rumah Adat Papua
Rumah Honai
Gambar 2.4 Rumah Honai
Sumber https://www.romadecade.org/rumah-adat-papua/
Rumah Honai berbentuk bulat terbuat dari kayu dengan
atap jerami atau ilalang yang berbentuk kubah. Bangunan rumah
40
terbuat dari rotan, dindingnya dari papan, dan tiang penyangganya
dari kayu khusus yang diikat dengan tali hutan dan rotan. Posisi
pintu berada pada arah terbit dan terbenamnya matahari. Rumah
ini tidak memiliki jendela yang bertujuan untuk mengurangi udara
dingin pegunungan Papua.
5. Riau
a) Rumah Adat Riau
Selaso Jatuh Kembar
Gambar 2.5 Rumah Selaso Jatuh Kembar
Sumber https://images.app.goo.gl/fYJ4FCfvorNBv7
Rumah Selaso Jatuh Kembar adalah rumah adat di
Indonesia khas Provinsi Riau yang digunakan sebagai balai desa
atau tempat bermusyawarah. Selaso jatuh kembar memiliki arti
rumah yang memiliki dua selasar dengan lantai yang lebih rendah
dari ruangan tengah.
41
6. Jambi
a) Rumah Adat Jambi
Panggung Kajang Leko
Gambar 2.6 Rumah Panggung Kajang Leko
Sumber https://images.app.goo.gl/qhmCPVwPd99r3LP7
Rumah Panggung Kajang Leko adalah rumah adat di
Indonesia khas Jambi yang terbuat dari kayu dan terbagi menjadi
8 ruangan. Kedelapan ruangan tersebut antara lain:
1) Ruangan pertama (jogan) berfungsi sebagai tempat beristirahat
dan sebagai tempat untuk menyimpan air.
2) Ruangan kedua (serambi depan) berfungsi sebagai tempat
penerima tamu laki-laki.
3) Ruangan ketiga (serambi dalam) berfungsi sebagai tempat
tidur anak laki-laki.
4) Ruangan keempat (amben melintang) berfungsi sebagai kamar
pengantin.
42
5) Ruangan kelima (serambi belakang) berfungsi sebagai tempat
tidur untuk anak perempuan yang belum menikah.
6) Ruangan keenam (laren) berfungsi sebagai tempat menerima
tamu perempuan.
7) Ruangan ketujuh (garang) berfungsi sebagai tempat untuk
memasak makanan dan sebagai tempat menyimpan air.
8) Ruangan kedelapan adalah dapur yang digunakan untuk
memasak makanan.
7. Maluku
a) Rumah Adat Maluku
Baileo
Gambar 2. 7 Rumah Baileo
Sumber http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/35-rumah-adat-
diindonesia-gambar-4.html diunduh 21 September 2016
Di Indonesia bagian timur, Maluku memiliki rumah adat
yang bernama Baileo. Rumah ini merupakan identitas yang
43
merepresentasikan kemajemukan agama di Provinsi asal lagu
Rasa Sayange.
Rumah adat Baileo memiliki ciri khas berupa ukuran yang
besar dengan gaya arsitektur yang berbeda dibandingkan rumah
rakyat pada umumnya. Rumah adat ini biasanya digunakan untuk
acara upacara adat, musyawarah mufakat, dan perkumpulan
hiburan umum. Selain digunakan untuk kegiatan adat rumah ini
juga digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka suci yang
diletakkan dalam satu ruangan khusus.
8. Sulawesi Tengah
a) Rumah Adat Sulawesi Tengah
Tambi
Gambar 2.8 Rumah Tambi
Sumber http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/35-rumah-adat-
diindonesia-gambar-4.html diunduh 21 September 2016
Rumah tradisional Sulawesi Tengah ini memiliki bentuk
persegi panjang berukuran 7 meter x 5 meter.Rumah ini memiliki
ciri khas panggung dengan balok kayu yang disusun di atas batu
44
alam, uniknya rumah ini tidak dikenal pembagian ruang.
Sehingga dapur, kamar, ruang tamu, semuanya menyatu jadi satu,
dan dalam rumah ini dapur biasanya diletakkan di tengah sebagai
penghangat ruangan di saat malam menyapa.
Berdasarkan kepercayaan leluhur, rumah adat Tambi
hanya boleh dibagun menghadap arah utara atau selatan. Dilarang
bagi warga sekitar untuk membangun rumah menghadap atau
membelakangi jalan matahari. Keunikan lain yang dimiliki rumah
adat Tambi adalah perbedaan jumlah anak tangga. Rumah tambi
yang ditinggali oleh sesepuh kampung atau kepala adat wajib
memiliki anak tangga yang jumlahnya genap, sedangkan rumah
adat Tambi yang ditinggali penduduk biasa harus memiliki anak
tangga yang jumlahnya ganjil.
9. Nusa Tenggara Timur (NTT)
a) Rumah Adat NTT
Mbaru Niang
Gambar 2.9 Rumah Adat Mbaru Niang
Sumber
http://travel.kompas.com/read/2016/09/11/071000327/lima.warisan.leluhur
.manggarai.jadi.budaya.nasional.dan.duniadiunduh 19September 2016
45
Rumah adat ini berasal dari Desa Wae Rebo, Manggarai,
NTT. Rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan
ketinggian mencapai 15 meter. Dinding rumah terbuat dari kayu
dan bambu. Atapnya terbuat dari ijuk yang disebut Wunut. Setiap
bagian rumah direkatkan dengan menggunakan rotan tanpa paku.
Rumah adat ini memiliki lima lantai. Setiap lantai rumah Mbaru
Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda
sebagai berikut.
1) Tingkat pertama disebut lutur digunakan sebagai tempat
tinggal dan berkumpul dengan keluarga.
2) Tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo berfungsi untuk
menyimpan bahan makanan dan barang-barang keluarga.
3) Tingkat ketiga disebut lentar digunakan untuk menyimpan
benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan
kacang-kacangan.
4) Tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk
menyimpan bahan makanan apabila terjadi kekeringan.
5) Tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat
persembahan kepada leluhur.
c. Keragaman Pakaian Adat di Indonesia
Perbedaan kondisi geografis wilayah Indonesia mendorong
berkembangnya pakian adat. Bagi bangsa Indonesia, pakaian adat
termasuk salah satu kekayaan budaya. Penduduk daerah biasanya
46
mengenakan pakaian adat dalam peringatan peristiwa atau acara
tertentu. Contohnya pakaian adat dikenakan saat acara pernikahan atau
tradisi adat daerah setempat.
Di beberapa daerah, pakain adat dikelompokkan sesuai
kedudukan atau status pemakainya dalam masyarakat. Contohnya
pakaian raja, kepala suku, atau bangsawan berbeda dengan pakaian adat
rakyat biasa.
Apa saja nama-nama pakian adat di Indonesia? Berikut beberapa
nama pakaian adat di Indonesia.
47
(Sumber buku siswa kelas IV Tema 7 hlm. 71-72)
Berikut beberapa penjelasan pakaian adat yang ada di Indonesia.
1. Aceh
a) Pakaian Adat Ulee Balang
Gambar 2. 10 Pakaian Adat Ulee Balang
Sumber www.youtube.com
48
Ulee Balang adalah pakaian adat daerah Aceh. Pakaian
adat ini terbagi menjadi 2 jenis. Untuk pakaian adat yang dipakai
laki-laki namanya Linta Baro, dan untuk pakaian adat yang
dipakai wanita namanya Daro Baro. Pakaian adat ini dahulu
digunakan oleh para pembesar kerajaan, namun saat ini sudah
banyak digunakan untuk upacara pernikahan masyarakat Aceh.
Pakaian Linto Baro pada bagian topi berbentuk kopyah
yang dililiti kain yang umumnya berwarna merah, dan diberi
hiasan emas dan batu-batu permata. Kemudian bagian baju
menyerupia jas berlengan panjang yang dihiasi dengan sulaman
benang emas. Begitu juga dengan celananya yang diberi sulaman
benang emas. Motif yang digunakan kebanyakan adalah motif
pucuk rebung, selain itu kain songket sutra juga dililitkan di
bagian perut hingga diatas lutut kaki. Tidak lupa juga pada bagian
celana diselipkan senjata rencong. Yang mana rencong
merupakan senjata tradisional Aceh yang berbentuk belati.
Pakaian Daro Baro pada bagian kepala tusuk sanggul yang
dapat digunakan oleh kaum wanita yang mana bermotif bunga
tanjung 9 tingkat. Kemudian bajunya terdiri dari atasan lengan
panjang dan celana, yang terbuat dari kain tenun sutra, yang pada
bagiantengah juga dililitkan kain songket yang diikat dengan tali
emas atau perak. Selain itu, wanita juga menggunakan perhiasan
seperti, anting yang berbentuk telur ikan yang menggambarkan
49
pintu rumah Aceh, kalung bermotif bunga sirih dan bulan sabit,
serta menggunakan gelang kaki kanan dan kiri.
Keunikan pakaian adat Ulee Balang antara lain memiliki
hiasan sulaman benang emas dengan motif pucuk rebung, sanggul
kepala yang bermotif bunga tanjung 9 tingkat, dan perhiasan-
perhiasan yang menggambarkan budaya Aceh.
2. Lampung
a) Pakaian Adat Tulang Bawang
Gambar 2.11 Pakaian Adat Tulang Bawang
Sumber aliansikartun.blogspot.com
Pakaian adat Lampung adalah peniggalan budaya lampung
yang khas dan memiliki nilai seni tinggi. Pakaian ini sering
digunakan para pengantin sebagai simbol kebesaran budaya
Lampung. Pakaian adat Lampung disebut dengan Tulang
Bawang. Berikut keunikan dari pakaian adat Lampung.
50
1) Pakaian Adat Untuk Laki Laki
Pakaian adat laki laki cukup sederhana.yaitu berupa
lengan panjang berwarna putih.celana panjang, sarung tumpal,
sesapuran, dan khikat akhir. Sarung tumpal adalah kain sarung
khas Lampung yang ditenun dengan benang emas.baju adat ini
dilengkapi dengan delapan perhiasan.
2) Pakaian Adat Untuk Wanita
Pakaian adat wanita tidak jauh berbeda dengan pakaian
adat laki laki. Hanya saja terdapat perlengkapan lainnya seperti
selampai, babe, dan kutu tapis dewa sano. Babe merupakan
benang satin berbetuk bunga teratai yang menggambang.
Perhiasan yang dipakai seorang pengantin wanita di antaranya
siger, seraja bulan, selapai siger, subang kembang rambut,
perhiasan leher dan dada, serta perhiasan pinggang dan lengan.
3. Sulawesi Selatan
a) Pakaian Adat Baju Bodo
Gambar 2. 12 Pakaian Adat Baju Bodo
Sumber galerikartunbaru.blogspot.com
51
Pakaian adat Sulawesi Selatan namanya baju bodo dan
baju balla dada. Untuk pakaian adat baju bodo dipakai oleh
wanita yang terbuat dari kain muslin, sedangkan untuk laki-laki
namanya baju balla dada terbuat dari kain lipa sabbe atau lipa
garusuk.
Keunikan pakaikan adat ini memiliki warna merah, biru,
dan hitam untuk baju balla dada. Laki-laki menggunakan penutup
kepala bernama passapu yang terbuat dari lontar. Baju bodo
apabila dipakai akan memiliki gelembung pada bagian punggung
serta pakaian ini tidak memiliki lengan dan tidak ada jahitan
dibagian lehernya. Pakaian ada ini memiliki banyak aksesoris
sebagai pelengkap seperti gelang, kepingan-kepingan logam,
kalung, bando emas dan cincin.
4. Jawa Tengah
a) Jawi Jangkep dan Kebaya
Gambar 2. 13 Pakaian Jawi Jangkep dan Kebaya
Sumber http://images.app.goo.gl/kzSHGWeyXoqtcrJW8
52
Pakaian adat Jawa Tengah terbagi menjadi 2 golongan
yaitu, untuk wanita dan laki-laki. Pakaian adat wanita jawa
bernama kebaya yang terbuat dari bahan katun, beludru, sutera
brokat, dan nilon yang berwarna cerah. Sedangkan pakaian adat
laki-laki terdiri dari baju beskap dengan motif bunga, pakian
bawah berupa jarik yang dililitkan di pinggang dan di ikat dengan
stagen dan sabuk.
Pakaian adat laki-laki dilengkapi dengan blangkon, selop,
serta aksesoris tambahan seperti keris. Untuk pakaian adat wanita
dilengkapi dengan sanggul dan konde. Bagi wanita memiliki
tambahan tata rias yang unik pada wajahnya terutama bagian
dahi. Warna-warna khas pakaian adat Jawa Tengah seperti hitam,
hijau, hitam berpadu dengan emas dan berbagai warna cerah
lainnya.
5. Gorontalo
a) Pakaian Adat Biliu
Gambar 2. 14 Pakaian Adat Biliu
Sumber http://images.app.goo.gl/iVkp8nNNqygmXhvLA
53
Salah satu pakaian adat yang unik adalah pakaian adat
istiadat daerah Gorontalo. Dalam acara pernikahan pakaian
daerah khas Gorontalo disebut Biliu (pakaian pengantin putri) dan
Mukuta (pakaian pengantin putra). Pakaian adat Gorontalo
umumnya mempunyai tiga warna dan memiliki arti tertentu yaitu
warna ungu, warna kuning keemasan, dan warna hijau.
Selain itu dalam upacara pernikahan adat Gorontalo,
masyarakat hanya menggunakan empat warna utama, yaitu
merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Warna merah dalam
masyarakat adat Gorontalo bermakna keberanian dan tanggung
jawab, warna hijau bermakna kesuburan, kesejahteraan,
kedamaian, dan kerukunan, warna kuning emas bermakna
kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran, sedangkan warna
ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.
4. Model Team Assisted Individualization
a. Pengertian Model Team Assisted Individualization
Team Assisted Individualization (TAI), artinya adalah bantuan
individual dalam kelompok. TAI merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Model ini
merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual (Slavin,
2009:190). Model TAI menitik beratkan pada proses belajar dalam
kelompok, dimana proses belajar dalam kelompok dapat membantu
54
siswa dalam menentukan dan membangun sendiri pemahaman tentang
materi pelajaran. Model ini merupakan perpaduan pembelajaran
kelompok dengan pembelajaran individual.
Menurut Robert Slavina dalam Miftahul Huda (2014: 200),
mengatakan bahwa Team Assisted Individualization (TAI)merupakan
sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan
pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik.
Tujuan Team Assisted Individualization (TAI)adalah untuk
meminimalisasi pengajaran individual yang terbukti kurang efektif;
selain juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.
Suyitno dalam Arwadi (2006: 6) berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
adalah model pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling
membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam
model ini, diterapkan bimbingan dalam kelompok kecil. Siswa yang
pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya,
sedangkan siswa yang lain dapat terbantu untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Selain itu, terdapat pula bantuan individu
dari guru kepada siswa yang membutuhkan.
Dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
55
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda dari
anggota kelompok yang terdiri 4 sampai 6 orang selanjutnya diikuti
dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang
memerlukan. Selain bimbingan dari guru, dalam model ini juga
diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai
bertanggung jawab kepada siswa yang lemah. Pembelajaran dikatakan
berhasil apabila semua anggota dalam kelompok sudah menguasai
bahan ajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) memiliki ciri khas. Ciri-ciri model
pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
yaitu:
1) Setiap siswa secara individual mempelajari materi pembelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan dibahas oleh anggota kelompok.
3) Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
4) Menitikberatkan pada keaktifan siswa.
5) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok.
Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2014: 200) Ada beberapa
manfaat Team Assisted Individualization (TAI) yang
56
memungkinkannya memenuhi kriteria pembelajaran efektiff, di
antaranya adalah:
1) Meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin.
2) Melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang
heterogen.
3) Memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik
operasional yang cukup sederhana.
4) Memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan
dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas.
5) Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswa lain yang
berbeda sehingga tercipta sikap positif di antara mereka.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)
Menurut Slavin (2009)Langkah-langkah model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) dibagi menjadi beberapa langkah
sebagai berikut:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik kemampuan
57
(tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling
memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini).
Dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) akan membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil secara
kolaboratif. Hal yang diharapkan dalam model pembelajaran ini, siswa
yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya
sedangkan bagi siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan
masalah pembelajaran. Sehingga, dengan menerapkan model
pembelajaran ini akan meningkatkan hasil belajar siswa kerena siswa
saling bekerja sama dalam satu kelompok.
58
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI)
1. Kelebihan Pembelajaran Team Assisted Indovidualization (TAI)
a) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan
hasil belajar dan motivasi belajar siswa.
b) Model pembelajaran tipe TAI dapat membantu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi
anggapan banyak peserta didik bahwa akuntansi itu sulit.
c) Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar
pribadi.
d) Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih
keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling
menghargai.
e) Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, peserta didik
mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.
f) Program ini dapat membantu siswa yang lemah atau yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar,
sedangkan siswa yang pandai dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya.
g) Adanya rasa tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan
masalah.
h) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih
efektif.
59
2. Kekurangan Pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI)
a) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan
menggantungkan dirinya pada siswa yang pandai.
b) Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha
serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.
c) Tidak ada persaingan antar kelompok.
d) Tidak semua mata pelajaran atau materi yang diberikan cocok
diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI).
e) Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran
yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah peserta didik
bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian
mengganggu antar peserta didik lain.
f) Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka
proses pembelajarannya juga berjalan kurang baik.
5. Media Tirai Panggung Budaya
a. Pengertian Media Tirai Panggung Budaya
Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hendaknya
menggunakan media pembelajaran yang menarik dan membantu
pemahaman siswa. Selama ini guru terkesan dalam menyampaikan
materi pelajaran lebih senang dengan menggunakan metode ceramah
yang kurang menarik bagi siswa (Budiyanto, 2009).
60
Media yang digunakan peneliti yaitu media pembelajaran Tirai
Panggung Budaya. Media ini dibuat seperti panggung yang bisa
digunakan untuk memainkan suatu karakter lewat tirai yang telah
tersedia yang sesuai dengan materi yang diajarkan untuk mempermudah
penerimaan informasi kepada siswa. Media ini dibuat oleh peneliti
untukmeningkatkan kemauan siswa untuk memperhatikan dan lebih
fokus pada penyampaian materi yang berbeda dengan yang lainnya
sehingga siswa tidak jenuh dan bosan terhadap pembelajaran IPS yang
nantinya akan membuat siswa tertarik dan menyukainya.
Media ini akan sangat menarik perhatian siswa karena cara
penerapannya pun sangat unik melalui sebuah tirai. Yang nantinya
keberagaman budaya itu akan ditampilkan oleh guru melalui tirai dan
guru akan menjelaskan dari daerah mana saja keragaman budaya yang
dijelaskan. Jadi media ini dibuat untuk seakan-akan siswa terbawa
dalam keragaman budaya yang ada. Dengan adanya media ini dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai perbedaan
keragaman budaya yang ada. Dan media ini dapat mengembangkan
fisik motorik siswa serta memudahkan siswa untuk menerima
pembelajaran baik dari cara belajar siswa yang visual, audio maupun
kinestetik dapat ditampung melalui media ini dan siswa dapat
memainkannya dengan siswa lain setelah pembelajaran usai.
Media yang dibuat oleh peneliti ini dibuat dari bahan dasar
kardus yang akan didesain seperti panggung berdasarkan materi
61
keragaman budaya. Untuk bahan ajar gambar-gambarnya terbuat dari
kertas yang dilapisi kardus dan diberi gabus pada bagian belakangnya
sebagai tempat untuk pegangan saat guru akan menjelaskan materi dan
media ini dihiasi dengan gambar-gambar pada panggungnya dan diberi
hiasan segitiga-segitiga pada bagian atas panggung yang ditutup dengan
tirai. Kemudian dalam penyampaian materi berbagai keragaman budaya
baik, rumah adat, pakaian adat dan yang lainnya ditampilkan seperti
wayang melalui sebuah tirai.
b. Langkah-Langkah Penggunaan Media Tirai Panggung Budaya
Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan media tirai
panggung budaya yaitu:
1) Guru sudah menyiapkan media tirai panggung budaya.
2) Guru memusatkan perhatian siswa dengan menunjukkan media tirai
panggung budaya kepada siswa.
3) Guru membawa media tirai panggung budaya dan menaruhnya
diposisi tengah-tengah kelas sambil mejelaskan materi.
4) Siswa diperbolehkan maju secara bergantian perkelompok untuk
melihat lebih jelas media tirai panggung budaya dan siswa boleh
memainkannya untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan
siswa yang lain memperhatikan hasil presentasi dari kelompok
temannya.
62
c. Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan usaha yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa. Sedangkan belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar bagi siswa
maupun guru. Sanjaya (2006: 162) mengemukakan bahwa pengalaman
dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung.
Proses untuk mendapatkan pengalaman langsung dilakukan melalui
aktivitas pembelajaran pada situasi yang sebenarnya. Sedangkan untuk
proses pengalaman tidak langsung dilaksanakan sebagai upaya
menyikapi kendala, tidak semua bahan pembelajaran dapat disajikan
secara langsung. Belajar lambang bilangan romawi guru tidak harus
selalu menggunakan gambar ataupun tanpa media dalam kelas. Oleh
karena itu untuk memberikan pengalaman belajar tidak langsung, guru
memerlukan alat bantu dalam bentuk media pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan kerucut pengalaman oleh Edgar Dale
(Sanjaya, W, 2006: 163) yang mengemukakan untuk memahami
peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian
dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Kerucut
pengalaman Edgar Dale dianut secara luas untuk menentukan alat bantu
atau media pembelajaran yang sesuai, untuk memperoleh pengalaman
belajar siswa secara mudah.
63
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu
memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, mulai dari proses
mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu, dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin kongkrit kita mempelajari
bahan pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh.
Contohnya jika siswa belajar melalui pengalaman langsung, maka
semakin banyaklah pengalaman yang diperolehnya. Maka sebaliknya
jika semakin abstrak pengalaman yang diperoleh siswa akan sedikit
pengalaman yang akan diperolehnya (Sanjaya, W, 2008: 165).
Dengan adanya teori kerucut pengalaman Edgar Dale maka
media pembelajaran yang peneliti gunakan sudah sesuai untuk
memberikan pengalaman langsung kepada siswa secara kongkrit dan
media ini terbukti untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Kajian Pustaka
Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini
diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Herlina Permatasari (2012) tentang “
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted
Individualization) untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI
AK 1 SMK Abdi Negara Muntilan”. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar
64
siswa Kelas XI AK 1 SMK Abdi Negara Muntilan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus I dengan persentase
ketuntasan lebih dari 75% yaitu sebesar 93,11% , kemudian pada Siklus II
terjadi persentase ketuntasan lebih dari 75% yaitu sebesar 83,33%. Meskipun
persentasi di Siklus I lebih baik dari Siklus II penelitian ini dikatakan berhasil
karena materi yang dipelajari siswa pada Siklus II lebih sulit dibandingkan
dengan Siklus I. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Herlina Permatasari
lakukan sama dengan peneliti yaitu penelitian tindakan kelas, sedangkan
perbedaannya terdapat pada subjek, materi pelajaran, tempat dan waktu
penelitian.
Penelitian yang dilakukan Linda Monica (2018) tentang “ Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
dalam peningkatan aktivitas belajar PAI di SMP Budaya Bandar Lampung”.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMP Budaya Bandar
Lampung. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada Siklus I sebesar 70%, dengan kategori “cukup” dan Siklus II sebesar
82% dengan kategori “baik”, meningkat pada Siklus III dengan persentase
sebesar 95% dengan kategori “baik sekali”. Jenis penelitian yang dilakukan
oleh Linda Monica lakukan sama dengan peneliti yaitu penelitian tindakan
kelas, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, materi pelajaran, tempat
dan waktu penelitian.
65
Penelitian yang dilakukan Mei Kurniawati (2012) tentang “ Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team-Assisted-Individualization) untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI
APPI Mulusan Paliyan Gunung Kidul”. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa Kelas V MI APPI Mulusan Paliyan Gunung Kidul. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan keaktifan belajar matematika pada Siklus I adalah
57,81% dan pada Siklus II 77,51%.
Berdasarkan lembar observasi, rata-rata keaktifan siswa meningkat
sebesar 19,7%. Untuk keaktifan siswa melalui angket keaktifan siswa, rata-
rata keaktifan siswa pada Siklus I sebesar 74% dan pada Siklus II sebesar
80%. Prestasi belajar matematika mengalami peningkatan pada Siklus I rata-
rata prestasi belajar siswa sebesar 67,61 dengan persentase ketuntasan
80,95%. Pada Siklus II, rata-rata prestasi belajar adalah82,85 dengan
persentase ketuntasan 90,47%. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Linda
Monica lakukan sama dengan peneliti yaitu penelitian tindakan kelas,
sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, materi pelajaran, tempat dan
waktu penelitian.
Berdasarkan pemaparan penelitian yang dilakukan sebelumnya
sebagaimana terdapat persamaan dalam penggunaan model penelitian
tindikan kelas. Pada penelitian terdahulu belum menggunakan media
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin memadukan media pembelajaran
tirai panggung budaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IV
66
MI Sabilul Huda Jimbaran. Namun terdapat perbedaan judul penelitian
dengan gagasan yang dilakukan penulis yaitu dari segi tingkatan pendidikan
yang menjadi objek penelitian, mata pelajaran yang diambil, materi
pengajaran yang disampaikan dan tempat serta waktu penelitian.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dalam menyampaikan materi dan memperpadukan
dengan menggunakan media tirai panggung budaya sehingga siswa dapat
berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan memperpadukan
kedua cara tersebut peneliti memiliki tujuan agar siswa tertarik mengikuti
pembelajaran dan merasa tidak bosan serta menghilangkan kejenuhan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
67
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan data yang diperoleh, dari pelaksanaan pra siklus yang
dilaksanakan pada Rabu, 8 Januari 2020. Pada tahap pra siklus ini peneliti
mencari data nilai siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran yang akan
digunakan sebagai acuan melaksanakan penelitian pada siklus I dan siklus II
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berikut ini adalah data nilai siswa pada pembelajaran sebelum
dilaksanakan penelitian yang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Pra Siklus MI Sabilul Huda Jimbaran
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. AFNC 53 TIDAK TUNTAS
2. ANS 83 TUNTAS
3. AMI 57 TIDAK TUNTAS
4. ARM 76 TUNTAS
5. ASP 80 TUNTAS
6. AIN 65 TIDAK TUNTAS
7. AAA 86 TUNTAS
8. AH 66 TIDAK TUNTAS
9. ACM 63 TIDAK TUNTAS
10. ADP 73 TUNTAS
11. ANZ 84 TUNTAS
12. AM 51 TIDAK TUNTAS
13. APC 57 TIDAK TUNTAS
14. AAS 77 TUNTAS
15. A 60 TIDAK TUNTAS
16. ANI 66 TIDAK TUNTAS
17. AER 83 TUNTAS
18. CA 66 TIDAK TUNTAS
68
19 DMA 83 TUNTAS
20. DMR 60 TIDAK TUNTAS
21. DAP 65 TINDAK TUNTAS
22. DWL 73 TUNTAS
23. DAA 91 TUNTAS
24. EHS 66 TIDAK TUNTAS
25. FA 61 TIDAK TUNTAS
26. FRDK 76 TUNTAS
27. FAS 59 TIDAK TUNTAS
28. GAZ 66 TIDAK TUNTAS
29. HFJ 65 TIDAK TUNTAS
30. IKL 80 TUNTAS
31. JHS 79 TUNTAS
32. JUT 79 TUNTAS
33. MIN 67 TIDAK TUNTAS
34. MLNK 53 TIDAK TUNTAS
35. MAK 60 TIDAK TUNTAS
36. MAA 64 TIDAK TUNTAS
Tuntas 15 SISWA
Tindak Tuntas 21 SISWA
(Sumber: Data Primer)
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak
15 siswa atau 41,6% dari 36 siswa, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 21
siswa atau 58,3% dari 36 siswa. Hasil ini membuktikan bahwa masih banyak
siswa yang belum tuntas KKM. Data diatas dapat dijadikan dasar dalam
melaksanakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Team
Assisted Individualization(TAI) dengan media tirai panggung budaya pada
mata pelajaran IPS materi keragaman budaya di kelas IV MI Sabilul Huda
Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
69
41,60%
58,30%
Pra Siklus
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 3.2 Diagram Lingkaran Nilai Pra Siklus
B. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan Silkus I adalah sebagai berikut:
a) Peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
materi keragaman budaya yang sesuai dengan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI).
b) Peneliti menyusun lembar kerja siswa.
c) Peneliti mempersiapkan alat peraga berupa media tirai penggung
budaya yang akan digunakan pada saat pembelajaran.
d) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas
siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model
Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung
budaya.
70
e) Peneliti mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar
siswa.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun. Adapun kegiatan dalam siklus I ini adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmallah dan kemudian berdoa sebelum memulai
pelajaran.
2) Guru mengecek kehadiran dan menanyakan kabar siswa.
3) Guru melakukan apersepsi.
4) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
5) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif tipe team
assisted individualization kepada siswa.
3) Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan
membagikan lembar kerja siswa (LKS) yang harus dikerjakan siswa
dalam kelompok.
71
4) Siswa saling sharing hasil belajarnya kepada kelompok dengan
berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang
diberikan guru.
5) Siswa mempresentasikan hasil LKS dan dibahas bersama-sama
dengan kelompok lain.
c) Penutup
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
2) Guru menilai/merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah
dilaksanakan.
3) Guru memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran.
4) Guru meminta siswa untuk megerjakan soal-soal latihan yang telah
disediakan.
5) Guru menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan
belajar tentang materi.
6) Guru bersama siswa menutup pelajaran dengan membaca hamdallah,
dan mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan
siswa menjawab salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan peneliti secara langsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Peneliti dalam melaksanakan pengamatan dengan menggunakan dua
lembar observasi. Lembar observasi pertama digunakan untuk mengamati
72
keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun. Lembar observasi kedua digunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualozation (TAI) dengan media Tirai Panggung Budaya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti terhadap hasil pelaksanaan
pembelajaran pada penelitian siklus I untuk mengetahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan siswa sehingga
dapat digunakan sebagai acuan melaksanakan perbaikan pada siklus
berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan belajar.
Peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualozation (TAI)
dengan media Tirai Panggung Budaya pada siklus I. Hal ini dilakukan
untuk merencanakan perbaikan supaya siklus berikutnya tidak terjadi lagi
kelemahan atau kendala yang sama.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan Silkus II adalah sebagai berikut:
73
a) Peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
materi keragaman budaya yang sesuai dengan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) .
b) Peneliti menyusun lembar kerja siswa.
c) Peneliti mempersiapkan alat peraga berupa media tirai penggung
budaya yang akan digunakan pada saat pembelajaran.
d) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas
siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model
Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung
budaya.
e) Peneliti mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar
siswa.
2. Pelaksanaan
Pada tahap Siklus II ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun. Adapun kegiatan dalam siklus II ini adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmallah dan kemudian berdoa sebelum memulai
pelajaran.
2) Guru mengecek kehadiran dan menanyakan kabar siswa.
3) Guru melakukan apersepsi.
4) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
74
5) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif tipe team
assisted individualization kepada siswa.
3) Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan
membagikan lembar kerja siswa (LKS) yang harus dikerjakan siswa
dalam kelompok.
4) Siswa saling sharing hasil belajarnya kepada kelompok dengan
berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang
diberikan guru.
5) Siswa mempresentasikan hasil LKS dan dibahas bersama-sama
dengan kelompok lain.
c) Penutup
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
2) Guru menilai/merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah
dilaksanakan.
3) Guru memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran.
4) Guru meminta siswa untuk megerjakan soal-soal latihan yang telah
disediakan.
5) Guru menyampaikan informasi bahwa pertemuan berikutnya akan
belajar tentang materi.
75
6) Guru bersama siswa menutup pelajaran dengan membaca hamdallah,
dan mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan siswa
menjawab salam.
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan peneliti secara langsung selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun
sebagaimana pada Siklus I dan Siklus II. Peneliti dalam melaksanakan
pengamatan dengan menggunakan dua lembar observasi pada setiap
siklus. Masing-masing lembar observasi ini digunakan untuk mengamati
apakah ada perubahan aktivitas guru dan siswa dari siklus sebelumnya.
Lembar observasi pertama digunakan untuk mengamati keterampilan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
Lembar observasi kedua digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan
model pembelajaran Team Assisted Individualozation (TAI) dengan media
Tirai Panggung Budaya.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti terhadap hasil pelaksanaan
pembelajaran pada penelitian Siklus II untuk mengatasi kelemahan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan siswa sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan lancar tanpa kendala apapun, untuk
mencapai indikator keberhasilan belajar. Kelemahan-kelemahan yang
76
terjadi di Siklus I dapat diatasi pada Siklus II. Penelitian ini akan
dihentikan jika hasil belajar siswa sudah menunjukan indikator ketuntasan
klasikal yang diharapkan.
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitaian
1. Deskripsi Pra Siklus
Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya. Model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai
panggung budaya merupakan model pembelajaran yang baru dan alat
bantu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi keragaman
budaya bagi MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Acuan penilaian pada penelitian ini, peneliti menggunakan
kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh peserta didik yang
berpatokan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan
data nilai ketuntasan siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
materi keragaman budaya pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. menunjukkan bahwa KKM
untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah 68. Adapun di
bawah ini dipaparkan hasil nilai Ilmu Pengetahuan Sosial pra siklus, siklus
I dan siklus II.
Di bawah ini adalah data nilai pra siklus murni nilai mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebelum menggunakan
78
model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media
tirai panggung budaya.
a. Data Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus Siswa
No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1. Achmad Fachri Nur Chalim 68 53 Tidak tuntas
2. Adelia Nafa Setyaningrum 68 75 Tuntas
3. Ahmad Malik Ibrahim 68 57 Tidak tuntas
4. Ahmad Rikza Mugtada 68 76 Tuntas
5. Ahmad satria Purnama 68 70 Tuntas
6. Aida Ilyana Nurizzahra 68 65 Tidak tuntas
7. Aisyah Ayu Alfiana 68 80 Tuntas
8. Alief Hildan 68 66 Tidak tuntas
9. Alintang Cahaya Mega 68 63 Tidak tuntas
10. Angga Dwi Putra 68 70 Tuntas
11. Anindy Nely Zakiya 68 80 Tuntas
12. Anwar Muhibin 68 51 Tidak tuntas
13. Arizka Putri Choirunnnisha 68 57 Tidak tuntas
14. Arkan Attaya Saputra 68 70 Tuntas
15. Atikha 68 60 Tidak tuntas
16. Aura Nur Izati 68 66 Tidak tuntas
17. Azam Eka Ramadhani 68 75 Tuntas
18. Charisa Amalia 68 66 Tidak tuntas
19. Daffa Maulidah Azzah 68 80 Tuntas
20. Davi Maula Rizqi 68 60 Tidak tuntas
21. Della Ayunda Putri 68 65 Tidak tuntas
22. Dwi Wulan Lutsahfa 68 73 Tuntas
23. Dyda Aulia Arfa 68 80 Tuntas
24. Eka Himmatus Syafa 68 66 Tidak tuntas
25. Fais Alkafi 68 61 Tidak tuntas
26. Fajar Riki Dwi Kurniawan 68 72 Tuntas
27. Fitria Ayu Setyani 68 59 Tidak tuntas
28. Ganis Amelika Zahra 68 66 Tidak tuntas
29. Helen Fatkhatin Jannah 68 65 Tidak tuntas
30. Izzi Kauni Jazila 68 75 Tuntas
31. Jihan Hasna Salsabila 68 70 Tuntas
32. Jihan Ulfah Talita 68 75 Tuntas
33. Marcella Isla Natasya 68 67 Tidak tuntas
34. Marsha Lajla Nur Khotib 68 53 Tidak tuntas
35. Muhamad Alif Kurniawan 68 60 Tidak tuntas
36. Muhamad Alvin 68 64 Tidak tuntas
79
Ahsinurrozaq
Rata-rata kelas 69,25
Presentase Ketuntatasan 41,66% (15 siswa)
Presentase Ketidaktuntasan 58,33 % (21 siswa)
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa
yang tuntas yaitu sebanyak 15 siswa, dan yang belum tuntas sebanyak
21 siswa. Adapun siswa yang dinyatakan tuntas yaitu siswa yang
mendapatkan nilai yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yaitu 68. Rata-rata yang diperoleh dari data diatas yaitu
Presentase ketuntasan
P= x100%
= x 100%
= 41,66%
Presentase Ketidaktuntasan
P = x 100%
P = x 100%
P = 58,33%
Nilai rata-rata kelas
X =
Keterangan:
X : Nilai rata-rata
80
X =
X = 69,25
Tabel 4.2 Data Perolehan Nilai KKM Pra Siklus
No Rentang Nilai Jumlah
siswa
Presentase
Angka Ketuntasan
1 ≥ 68 Tuntas 15 41,66%
2 < 68 Tidak tuntas 21 58,33%
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Pra Siklus
b. Refleksi
Pada hasil pra siklus terdapat 15 (41,66%) siswa tuntas belajar
dan 21 siswa (58,33%) siswa yang belum tuntas. Adapun kegagalan-
kegagalan yang ada dalam pra siklus disebabkan karena masih banyak
siswa yang gaduh, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa
81
belum paham apa yang dilakukan, siswa kurang tertarik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, guru kurang menguasai kelas.
2. Deskripsi Siklus I
a. Data Hasil Post Test Siswa Siklus I
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2020 di kelas IV A dengan
jumlah 36 siswa. Adapunproses belajar mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Pada proses
pembelajaran siklus I melalui model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya, sudah ada
peningkatan terhadap nilai siswa dan ada sebagian hasil belajar siswa
yang belum memuaskan. Sebagai nilai patokan ketuntasan yang
digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), kelas IV pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu 68. Data nilai siswa
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Post Test Siklus I
No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1. Achmad Fachri Nur Chalim 68 85 Tuntas
2. Adelia Nafa Setyaningrum 68 80 Tuntas
3. Ahmad Malik Ibrahim 68 65 Tidak tuntas
4. Ahmad Rikza Mugtada 68 80 Tuntas
5. Ahmad satria Purnama 68 85 Tuntas
6. Aida Ilyana Nurizzahra 68 80 Tuntas
7. Aisyah Ayu Alfiana 68 85 Tuntas
8. Alief Hildan 68 65 Tidak tuntas
9. Alintang Cahaya Mega 68 85 Tuntas
10. Angga Dwi Putra 68 80 Tuntas
11. Anindy Nely Zakiya 68 85 Tuntas
12. Anwar Muhibin 68 60 Tidak tuntas
13. Arizka Putri Choirunnnisha 68 65 Tidak tuntas
82
14. Arkan Attaya Saputra 68 78 Tuntas
15. Atikha 68 80 Tuntas
16. Aura Nur Izati 68 85 Tuntas
17. Azam Eka Ramadhani 68 80 Tuntas
18. Charisa Amalia 68 60 Tidak tuntas
19. Daffa Maulidah Azzah 68 85 Tuntas
20. Davi Maula Rizqi 68 70 Tuntas
21. Della Ayunda Putri 68 80 Tuntas
22. Dwi Wulan Lutsahfa 68 85 Tuntas
23. Dyda Aulia Arfa 68 90 Tuntas
24. Eka Himmatus Syafa 68 65 Tidak tuntas
25. Fais Alkafi 68 80 Tuntas
26. Fajar Riki Dwi Kurniawan 68 80 Tuntas
27. Fitria Ayu Setyani 68 85 Tuntas
28. Ganis Amelika Zahra 68 60 Tidak tuntas
29. Helen Fatkhatin Jannah 68 80 Tuntas
30. Izzi Kauni Jazila 68 65 Tidak Tuntas
31. Jihan Hasna Salsabila 68 88 Tuntas
32. Jihan Ulfah Talita 68 65 Tidak Tuntas
33. Marcella Isla Natasya 68 80 Tidak tuntas
34. Marsha Lajla Nur Khotib 68 65 Tidak tuntas
35. Muhamad Alif Kurniawan 68 87 Tuntas
36. Muhamad Alvin
Ahsinurrozaq
68 85 Tuntas
Rata-rata 76,61
Presentase Ketuntasan 69,44% (25 siswa)
Presentase Ketidaktuntasan 30,55% (11 siswa)
Berdasarkan hasil post test siklus I mengalami peningkatan dari
hasil pra siklus , bahwa dari 36 siswa terdapat 25 siswa (69,44%) yang
memperoleh nilai di atas 68 atau telah tuntas, sementara terdapat 11
siswa (30,55%) yang memperoleh nilai di bawah 68 atau belum tuntas
dengan rata-rata kelas yaitu 76.61. Presentase ketuntasan
P= x100%
= x 100%
= 69,44%
83
Presentase Ketidaktuntasan
P = x 100%
P = x 100%
P = 30,55%
Nilai rata-rata kelas
X =
Keterangan:
X : Nilai rata-rata
X =
X = 76,61
Tabel 4.5 Data Perolehan Nilai KKM Post Test Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah
siswa
Presentase
Angka Ketuntasan
1 ≥ 68 Tuntas 25 69,44%
2 < 68 Tidak
Tuntas
11 30,55%
84
Gambar 4. 6 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus I
b. Refleksi
Berdasarkan hasil pra siklus diketahui bahwa dari 36 siswa
terdapat 15 siswa (41,66%) yang tuntas dan 21 siswa (58,33%) belum
tuntas, dengan nilai rata-rata 66,97. Hasil post test siklus I diketahui
bahwa dari 36 siswa terdapat 25 siswa (69,44%) yang tuntas dan 11
siswa (30,55%) yang belum tuntas dengan rata-rata 76,61. Berdasarkan
data Pra Siklus dan Post Test terjadi peningkatan hasil belajar sebesar
27.78%.
Namun dalam pelaksanaan siklus I ini masih ditemukan
beberapa kendala. Adapun kendalanya yaitu:
1) Siswa masih suka bermain-main dengan media pembelajaran yang
ada.
2) Sebagian siswa masih ada yang gaduh ketika pembelajaran dan saat
diskusi.
85
3) Guru masih kurang maksimal dalam menerapkan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan media
tirai panggung budaya.
4) Adanya beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai yang sesuai
dengan standar ketuntasan, hal ini dikarenakan belum paham materi
yang disampaikan oleh guru dan media yang digunakan oleh guru
kurang besar sehingga belum memadai untuk media pembelajaran
dengan jumlah siswa sebanyak 36.
Secara garis besar siklus I berjalan dengan baik dan lumayan
kondusif, namun masih ada 11 siswa yang nilainya belum mencapai
KKM. Oleh karena itu perlu diakdakan siklus II.
c. Lembar Observasi Guru Siklus I
Tabel 4. 7 Lembar Observasi Guru Siklus I
No Aspek Yang Dinilai Nilai
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1 Guru mengkondisikan peserta didik
dengan menyapa dan mengucapkan salam
2 Guru memberikan motivasi awal √
3 Guru melakukan apersepsi
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
√
5 Guru menjelaskan langka-langkah
pembelajaran menggunakan model TAI
√
KEGIATAN INTI
6 Penguasaan materi pembelajaran √
7 Mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan
8 Kejelasan dalam penyampaian materi
pembelajaran
√
86
9 Melaksanakan pembelajaran secara
sistematis sesuai dengan RPP
√
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang direncanakan
√
11 Menguasai kelas √
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
12 Mununjukan keterampilan dalam
penggunaan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)
13 Menghasilkan pembelajaran yang menarik
MELIBATKAN PESERTA DIDIK
14 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta
didik dalam pembelajaran
√
15 Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon peserta didik
√
16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
17 Memantau kemajuan belajar siswa selama
proses pembelajaran
√
18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
PENGGUNAAN BAHASA
19 Menggunakan bahasa lisan dan tulisan
secara jelas, baik dan benar
20 Menggunakan bahsa yang mudah
dipahami oleh siswa
PENUTUP
21 Memberikan soal evaluasi di akhir
pembelajaran
22 Membuat rangkuman pembelajaran secara
lisan
23 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portopolio
24 Menutup pembelajaran dengan membaca
hamdalah atau doa selesai belajar
Jumlah 40 24 12
Total 76
Kategori Baik
87
Keterangan: Rentang Nilai
A : Baik ( 4 ) 76-100 = Baik
B : Sedang ( 3 ) 51-75 = Sedang
C : Cukup ( 2 ) 26- 50 = Kurang
D : Kurang ( 1 ) 01 – 25=Sangat kurang
d. Lembar Observasi Siswa Siklus I
Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Siklus I
No Aspek Yang Dinilai Kriteria
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1. Bersiap memulai pelajaran
2. Merespon terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru
KEGIATAN INTI
3. Memperhatikan penjelasan terkait
materi
√
4. Mengajukan pendapat terkait dengan
materi pembelajaran
5. Mengajukan pertanyaan mengenai
materi pembelajaran
6. Mengajukan pertanyaan terkait cara
pelaksanaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
7. Menjawab pertanyaan guru
8. Berpartisipasi dalam pelaksanaan
penggunaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
9. Bersedia belajar secara kelompok
10. Bekerjasama antar anggota kelompok
11. Memperhatikan penjelasan tugas
kelompok
√
12. Aktif dalam kelompok
88
13. Menyelesaikan lembar kerja individu
PENUTUP
14. Ikut serta dalam membuat kesimpulan
pembelajaran bersama guru
15. Menutup pembelajaran
Jumlah 33 2
Total 53
Kategori Sedang
Keterangan: Rentang Nilai
A : Baik ( 4 ) 76-100 = Baik
B : Sedang ( 3 ) 51-75 = Sedang
C : Cukup ( 2 ) 26- 50 = Kurang
D : Kurang ( 1 ) 01 – 25=Sangat kurang
3. Deskripsi Siklus II
a. Data Hasil Post Test Siklus II
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2020 di kelas IV A dengan
jumlah 36 siswa. Pada siklus II hasil belajar siswa kelas IV MI Sabilul
Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi keragaman budaya
menggunakan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan
media tirai panggung budaya sangat memuaskan, ditandai dengan
adanya peningkatan nilai siswa dari siklus I ke siklus II. Adapun rincian
nilai siswa pada siklus II sebagai berikut:
89
Tabel 4.9 Hasil Post Test Siklus II
No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1. Achmad Fachri Nur Chalim 68 90 Tuntas
2. Adelia Nafa Setyaningrum 68 95 Tuntas
3. Ahmad Malik Ibrahim 68 85 Tuntas
4. Ahmad Rikza Mugtada 68 85 Tuntas
5. Ahmad satria Purnama 68 90 Tuntas
6. Aida Ilyana Nurizzahra 68 85 Tuntas
7. Aisyah Ayu Alfiana 68 100 Tuntas
8. Alief Hildan 68 85 Tuntas
9. Alintang Cahaya Mega 68 88 Tuntas
10. Angga Dwi Putra 68 65 Tidak
Tuntas
11. Anindy Nely Zakiya 68 90 Tuntas
12. Anwar Muhibin 68 85 Tuntas
13. Arizka Putri Choirunnnisha 68 90 Tuntas
14. Arkan Attaya Saputra 68 95 Tuntas
15. Atikha 68 85 Tuntas
16. Aura Nur Izati 68 95 Tuntas
17. Azam Eka Ramadhani 68 85 Tuntas
18. Charisa Amalia 68 80 Tuntas
19. Daffa Maulidah Azzah 68 80 Tuntas
20. Davi Maula Rizqi 68 90 Tuntas
21. Della Ayunda Putri 68 85 Tuntas
22. Dwi Wulan Lutsahfa 68 65 Tidak
Tuntas
23. Dyda Aulia Arfa 68 100 Tuntas
24. Eka Himmatus Syafa 68 80 Tuntas
25. Fais Alkafi 68 65 Tidak
Tuntas
26. Fajar Riki Dwi Kurniawan 68 90 Tuntas
27. Fitria Ayu Setyani 68 80 Tuntas
28. Ganis Amelika Zahra 68 85 Tuntas
29. Helen Fatkhatin Jannah 68 90 Tuntas
30. Izzi Kauni Jazila 68 85 Tuntas
31. Jihan Hasna Salsabila 68 90 Tuntas
32. Jihan Ulfah Talita 68 80 Tuntas
33. Marcella Isla Natasya 68 85 Tuntas
34. Marsha Lajla Nur Khotib 68 75 Tuntas
35. Muhamad Alif Kurniawan 68 80 Tuntas
36. Muhamad Alvin
Ahsinurrozaq
68 86 Tuntas
90
Rata-rata 85,94
Presentase Ketuntasan 91,66% (33 siswa)
Presentase Ketidaktuntasan 8,33% (3 siswa)
Hasil Post Test siklus II mengalami peningkatan, jumlah siswa
yang tuntas adalah 33 (91,66%) dan yang belum tuntas adalah 3 siswa
(8,33%) dengan rata-rata 85,94.
Presentase ketuntasan
P= x100%
= x 100%
= 91,66%
Presentase Ketidaktuntasan
P = x 100%
P = x 100%
P = 8,33%
Nilai rata-rata kelas
X =
Keterangan:
X : Nilai rata-rata
X =
X = 85.94
91
Tabel 4. 10 Data Perolehan KKM Siklus II
No Rentang Nilai Jumlah
siswa
Presentase
Angka Ketuntasan
1 ≥ 68 Tuntas 33 91,66%
2 < 68 Tidak Tuntas 3 8,33%
Gambar 4. 11 Diagram Ketuntasan Nilai Siklus II
b. Refleksi
Pada siklus II hampir semua siswa fokus dan memperhatikan
materi pembelajaran yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru
mempersiapkan pembelajaran menggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya dengan
maksimal. Selain itu pembelajaranmenggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya yang
dilaksanakan pada siklus II sudah tidak asing bagi siswa. Namun masih
92
ada 3 siswa yang hasil belajarnya masih dibawah KKM. Hal ini
disebabkan karena ke 3 siswa tersebut sulit fokus dalam belajar karena
lebih sibuk bermain dan mengganggu temannya dan cenderung agak
lambat dalam menangkap materi pelajaran.
Dari datahasil belajar siswa siklus II, diketahui dari 36 siswa
terdapat 33 siswa (91,66%) tuntas dan 3 siswa (8,33%) tidak tuntas
KKM. Berdasarkan hasil penelitian siklus II ini telah menunjukkan
tingkat keberhasilan secara klasikal siswa yang sudah mencapai 85%
dari jumlah siswa dalam satu kelas. Maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada siklus II ini sudah mencapai tingkat keberhasilan
maka penulis tidak perlu melakukan penelitian lagi pada siklus
berikutnya, karena presentase ketuntasan yang diperoleh telah mencapai
91,66%.
Berdasarkan data post test pada siklus I dan post test siklus II
terjadi peningkatan belajar sebesar 22.22%. Dan dari hasil penelitian
siklus I dan II dapat diketahui bahwa model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya sudah
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa khususnya materi
keragaman budaya.
93
c. Lembar Observasi Guru Siklus II
Tabel 4. 12 Lembar Observasi Guru Siklus II
No Aspek Yang Dinilai Nilai
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1 Guru mengkondisikan peserta didik dengan
menyapa dan mengucapkan salam
2 Guru memberikan motivasi awal √
3 Guru melakukan apersepsi
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5 Guru menjelaskan langka-langkah
pembelajaran menggunakan model TAI
KEGIATAN INTI
6 Penguasaan materi pembelajaran
7 Mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan
8 Kejelasan dalam penyampaian materi
pembelajaran
9 Melaksanakan pembelajaran secara
sistematis sesuai dengan RPP
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
√
11 Menguasai kelas
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
12 Mununjukan keterampilan dalam
penggunaan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)
√
13 Menghasilkan pembelajaran yang menarik √
MELIBATKAN PESERTA DIDIK
14 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta
didik dalam pembelajaran
√
15 Menunjukkkan sikap terbuka terhadap
respon peserta didik
√
16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik
√
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
17 Memantau kemajuan belajar siswa selama
proses pembelajaran
94
18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
PENGGUNAAN BAHASA
19 Menggunakan bahasa lisan dan tulisan
secara jelas, baik dan benar
20 Menggunakan bahsa yang mudah dipahami
oleh siswa
PENUTUP
21 Memberikan soal evaluasi di akhir
pembelajaran
22 Membuat rangkuman pembelajaran secara
lisan
23 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portopolio
√
24 Menutup pembelajaran dengan membaca
hamdalah atau doa selesai belajar
Jumlah 76 12
Total 88
Kategori Baik
Keterangan: Rentang Nilai
A : Baik ( 4 ) 76-100 = Baik
B : Sedang ( 3 ) 51-75 = Sedang
C : Cukup ( 2 ) 26- 50 = Kurang
D : Kurang ( 1 ) 01 – 25=Sangat kurang
d. Lembar Observasi Siswa Siklus II
Tabel 4. 13 Lembar Observasi Siswa Siklus II
No Aspek Yang Dinilai Kriteria
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1. Bersiap memulai pelajaran √
2. Merespon terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru
√
95
KEGIATAN INTI
3. Memperhatikan penjelasan terkait
materi
√
4. Mengajukan pendapat terkait dengan
materi pembelajaran
5. Mengajukan pertanyaan mengenai
materi pembelajaran
√
6. Mengajukan pertanyaan terkait cara
pelaksanaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
7. Menjawab pertanyaan guru √
8. Berpartisipasi dalam pelaksanaan
penggunaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
9. Bersedia belajar secara kelompok
10. Bekerjasama antar anggota kelompok √
11. Memperhatikan penjelasan tugas
kelompok
√
12. Aktif dalam kelompok √
13. Menyelesaikan lembar kerja individu
PENUTUP
14. Ikut serta dalam membuat kesimpulan
pembelajaran bersama guru
√
15. Menutup pembelajaran
Jumlah 7
2
6
Total 78
Kategori Baik
Keterangan: Rentang Nilai
A : Baik ( 4 ) 76-100 = Baik
B : Sedang ( 3 ) 51-75 = Sedang
C : Cukup ( 2 ) 26- 50 = Kurang
D : Kurang ( 1 ) 01 – 25=Sangat kurang
96
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan pra
siklus, siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya
mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Sabilul Huda
Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan nilai yang diperoleh siswa dari sebelum menggunakan
model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan mediatirai
panggung budaya. Hal tersebut dapat diketahui dari meningkatnya pencapaian
KKM dari dua siklus.
1. Data Nilai Rata-Rata Persiklus
Tabel 4. 14 Data Nilai Rata-rata Persiklus
No Ketuntasan Pelaksanaan Nilai rata-rata
1 Pra Siklus 66,97
2 Siklus I 76,61
3 Siklus II 85,94
Tabel 4. 15 Grafik Nilai Rata-rata Antar Siklus
97
2. Data Hasil Belajar Siswa Persiklus
Data di bawah ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan
melalui 2 siklus. Berikut rangkaian data siswa yang mengalami
peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.16 Data Peningkatan Nilai Siswa Persiklus
Uraian Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas Rata-
rata Frekuensi Persen Frekuensi Persen
Pra Siklus 15 41,66% 21 58,33% 66,97
Siklus I 25 69,44% 11 30,55% 76,61
Siklus II 33 91,66% 3 8,33% 85,94
Dari tabel 4.16 diatas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar
siswa sebelum dan setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklus
merupakan bukti keberhasilan penerapan model Team Assisted
98
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya pada proses
pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan yaitu pada tahap pra siklus terdapat 15 siswa (41,66%) siswa
yang tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar dibawah
KKM sebanyak 21 siswa (58,33%) dengan rata-rata 66,97. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan
secara klasikal maka penelitian dilanjutkan pada siklus I pada
pembelajaran IPS materi keragaman budaya pembelajaran 3.
Data hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 25 siswa yang tuntas
belajar atau (69,44%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar terdapat
11 siswa atau (30,55%) dengan nilai rata-rata 76,1. Berdasarkan hasil
tersebut terjadi peningkatan dari tahap pra siklus meskipun masih belum
memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal, maka penelitian
dilanjutkan pada Siklus II dengan pembelajaran IPS materi keragaman
budaya pembelajaran 4.
Hasil belajar siswa pada siklus II terdapat 33 siswa yang tuntas
belajar atau (91,66%) sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak
3 siswa atau (8,33%) dengan nilai rata-rata 85,94. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi indikator keberhasilan secara
klasikal yaitu siswa yang mencapai nilai melebihi KKM yaitu mendapat
nilai ≥ 68 pada pembelajaran IPS dengan presentase ≥85% dari jumlah
siswa total dalam satu kelas sebanyak 36 siswa (91,66%). Maka dari itu
99
penelitian dihentikan dan siswa yang belum tuntas pada siklus II akan
diberikan tindakan lanjut mandiri berupa latihan-latihan atau remidi yang
dipantau oleh guru sehingga seluruh siswa diharapkan dapat tuntas belajar.
Hasil belajar siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran mengalami
peningkatan. Adapun gambar presentasi dalam grafik adalah sebagai
berikut:
Gambar 4. 17 Peningkatan Nilai Hasil Belajar Persiklus
0,%
20,%
40,%
60,%
80,%
100,%
pra siklus siklus I siklus II
Peningkatan Nilai Hasil Belajar Persiklus
Tuntas Tidak Tuntas
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tiarai panggung budaya telah
berhasil meningkatkan hasil belajar IPS materi keragaman budaya pada
siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
100
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang upaya
peningkatan hasil belajar IPS materi keragaman budaya melalui model Team
Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya pada
siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2019/2020 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPS melalui model Team Assisted Individualization (TAI) dengan media tirai
panggung budaya dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi keragaman
budaya pada siswa kelas IV MI Sabilul Huda Jimbaran Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pembahasan bahwa pada pra siklus atau sebelum dilakukan
tindakan, siswa yang mencapai ketuntasan hanya 15 siswa (41,66%) dari 36
siswa. Pada siklus I setelah menerapkan model Team Assisted
Individualization (TAI) dengan media tirai panggung budaya siswa yang
tuntas KKM sebanyak 25 siswa (69,44%) dari 36 siswa. Sedangkan pada
siklus II siswa mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu siswa yang
tuntas KKM sebanyak 33 siswa (91,66%) dari 36 siswa.
101
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
a. Agar kepala sekolah mendukung kreativitas guru dalam mengajar
dengan menyediakan fasilitas yang menunjang yang dibutuhkan guru
untuk mengajar, baik media pembelajaran maupun pelatihan-pelatihan
untuk mengembangkan ketrampilan mengajar guru dan dapat
diaplikasikannya dalam pembelajaran sehingga siswa akan senang dan
mendapatkan suasana pembelajaran yang baru dan menyenangkan.
b. Agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan/input
dalam rangka untuk meningkatkan pembinaan guru agar lebih
meningkatkan kompetensinya dalam mengajar.
2. Guru
a. Agar pembelajaran berhasil dengan baik, maka seorang guru hendaknya
menambah wawasan dan lebih kreatif dalam penyampaian materi
pembelajaran agar siswa tidak mudah bosan ketika pembelajaran dan
guru sebaiknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama proses
pembelajaran.
b. Agar guru dapat menciptakan pembelajaran yang bervariasi, sebaiknya
guru menggunakan pendekatan, strategi, motode, media maupun model
pembelajaran yang baru sehingga pembelajaran terasa menyenangkan
dan siswa paham dengan materi yang disampaikan.
102
3. Siswa
a. Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang
disampaikan oleh guru agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan
siswa memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan.
b. Siswa diharapkan untuk aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum
dipahami terkait pembelajaran yang disampaikan dan kaitannya dalam
kehidupan yang belum mereka temui agar mereka paham mengenai
pengetahuan yang baru dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan
yang mereka temui.
103
DAFTAR PUSTAKA
Aliansikartun.blogspot.com diunduh 12 Februari 2020.
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arifin, Zainal.2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Cahyaningsih, Ujiati. (2018) dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika”.Jurnal Cakrawala Pendas. Vol. 4 No.1. P-ISSN: 2442-7470.
E-ISSN: 2579-4442. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas
Majalengka.
Engkoswara. 1984. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
Galerikartunbaru.blogspot.com diunduh 12 Februari 2020.
Herlina, Permatasari (2012) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) untuk
meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI AK 1 SMK Abdi
Negara Muntilan Tahun Ajaran 2012/2013”Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi. Program Studi Pendidikan Akuntasi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hutami, Eka Poppi dkk. (2018) dengan judul “ Studio Teater Panggung Boneka
Sebagai Sarana Pembelajaran PAUD Di Kota Palopo”. Jurnal Pendidikan
Anak. Vol. 4, No. 2. P-ISSN: 2541-4658. E-ISSN: 2528-7427. Institut
Agama Islam Negeri Palopo.
https://images.app.goo.gl/fYJ4FCfvorNBv7 diunduh 12 Februari 2020.
http://images.app.goo.gl/iVkp8nNNqygmXhvLA diunduh 12 Februari 2020.
http://images.app.goo.gl/kzSHGWeyXoqtcrJW8 diunduh 12 Februari 2020.
https://images.app.goo.gl/qhmCPVwPd99r3LP7 diunduh 12 Februari 2020.
http://images.app.goo.gl/z4TBh9XbxqbZcckb6 diunduh 12 Februari 2020.
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/35-rumah-adat-di-indonesia-gambar-
4.html diunduh 21 September 2016.
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/35-rumah-adat-diindonesiagambar-
4.html diunduh 21 September 2016.
https://m.kumparan.com/am/99co/indah-dan-filosofis-inspirasi-desain-rumah-
adat-bali-yang-bisa-ditiru-1r8W5EGGMpG diunduh 12 Februari 2020.
104
http://travel.kompas.com/read/2016/09/11/071000327/lima.warisan.leluhur.mang
garai.jadi.budaya.nasional.dan.dunia diunduh 19 September 2016.
https://www.arsitag.com/article/rumah-gadang-rumah-tradisional
minangkabau. Diunduh 12 Februari 2020.
https://www.romadecade.org/rumah-adat-papua/ diunduh 12 Februari 2020.
Kastolani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi. Salatiga:
STAIN Salatiga Press.
Linda, Monica (2018) dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam peningkatan aktivitas
belajar PAI di SMP Budaya Bandar Lampung ”Skripsi. Lampung:
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Mie, Kurniawati (2012) dengan judul “ Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team - Assisted – Individualization) untuk meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI APPI Mulusan Paliyan
Gunung Kidul ”Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Miftahul, Huda. 2016. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miftahul Huda. 2014. Model –Model Pengajaran Dan Pembelajaran: Isu-Isu
Metodis Dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press
Mustofa, Muhammad Hafid, dkk. Dengan judul “ Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Prosiding Seminar Nasional
Etnomatnesia. ISBN: 978-602-6258-07-6. Program Studi Pendidikan
Matematika. FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Oemar, Hamalik. 1980. Desain Intruksional. Bandung: Pustaka Mertiana.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 pada BAB III pasal 4 tentang Tujuan
Penilaian. 2016. Jakarta.
Permendiknas. 2006. Buku Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Poerwaningtias, Intania, dkk. 2017. Rumah Adat Nusantara. Jakarta Timur: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun.
105
Rasimin. 2012. Pembelajaran IPS: Teori, Aplikasi dan Evaluasi. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
Rochimah, Nur Apriliya & Badrus Zaman. Pendidikan Moral Anak Jalanan.
Yogyakarta: Trussmedia Grafika. 2018: hal. 31.
Rohmad. 2017. Pengembangan instrumen evaluasi dan penelitian. Yogyakarta:
Kalimedia.
Rumah Adat 34 Provinsi di Indonesia_ Gambar dan Penjelasannya_
Perpustakaan.id.mhtml diakses pada tanggal 13 februari 2020 pukul 19.00.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sapriya. 2014. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slavin, Robert E. 2009.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press.
Tabrani Rusyan dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung.
Trend Terbaru 43+ Baju Adat Indonesia Animasi.mhtml diakses pada tanggal 13
februari 2020 pukul 20.00.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta:
Kencana.
Undang-undang No.20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
www.depdiknas.go.id
Winataputra, udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wisudawati. Asih Widi. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi
Aksara.
www.youtube.com diunduh 12 Februari 2020.
Zaman, Badrus. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui
Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar pada Siswa Kelas
VII A MTs Negeri Teras, Boyolali Tahun 2012. Tesis: Pascasarjana UMS.
Zaman, B., & Kusumasari, D. 2020. Pendidikan Akhlak untuk Perempuan (Telaah
Qur’an Surat An-Nur Ayat 31). Tadrib, 5(2), 234-246.
https://doi.org/https://doi.org/10.19109/tadrib.v5i2.3656
106
LAMPIRAN
107
Lampiran 1 RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MI Sabilul Huda Jimbaran
Kelas / Semester : IV /2
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema 2 : Indahnya Keragaman Budaya Negeriku
Pembelajaran ke : 3
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
108
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
IPS
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial,
ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas
bangsa Indonesia; serta hubungannya
dengan karakteristik ruang.
3.2.1 Mengetahui nama-nama
rumah adat yang ada di
Indonesia
3.2.2 Menyebutkan berbagai macam
rumah adat di Indonesia.
3.2.3 Menjelaskan ragam perbedaan
rumah adat di Indonesia.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai
keragaman sosial, ekonomi, budaya,
etnis dan agama di provinsi setempat
sebagai identitas bangsa Indonesia;
serta hubungannya dengan
karakteristik ruang.
4.2.1 Mempresentasikan keunikan
dari rumah adat.
109
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah memperhatikan penjelasan guru siswa dapat mengetahui
berbagai jenis rumah adat di Indonesia dengan menyebutkan daerah asal
rumah adat yang ada di Indonesia. .
2. Setelah berdiskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan tentang bentuk,
bahan pembuat, dan keunikan dari rumah adat daerah mereka dengan
tepat.
3. Setelah mengamati gambar beberapa rumah adat di Indonesia, siswa
mampu menceritakan daerah asal dan keunikan dari setiap rumah adat
dengan tepat.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Keragaman Rumah Adat di Indonesia
Keragaman suku bangsa juga berpengaruh terhadap bentuk rumah adat.
Rumah adat umumnya dibangun menyesuaikan kondisi bentang alam
wilayah setempat. Keragaman bentuk rumah adat mencerminkan
kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia sebagai arsitek handal. Tidak
hanya unik, bentuk rumah adat mengandung makna dan simbol tertentu.
Semua itu disesuaikan adat istiadat tiap-tiap daerah. Keragaman rumah adat
di Indonesia sebagai berikut.
110
111
Begitu beragam rumah adat di Indonesia. Setiap rumah adat mempunyai
keunikan yang berbeda dari rumah adat lain. Keragaman rumah adat di
Indonesia menjadi kekayaan budaya yang dapat kita banggakan. Dibawah
ini ada beberapa penjelasan mengenai keragaman rumah adat yang ada di
Indonesia.
1. SUMATERA BARAT
1) Rumah Tradisional / Adat
Rumah Gadang (Rumah Adat Minangkabau)
Rumah Gadang atau rumah Godang adalah
nama untuk rumah adat Minangkabau yang
banyak dijumpai di provinsi Sumatera Barat.
Rumah ini juga disebut dengan nama alain oleh
masyarakat setempat dengan nama rumah
Bagonjong atau rumah Baanjuang.
Rumah adat ini memiliki bentuk persegi panjang yang
atapnya mirip seperti tanduk kerbau. Atapnya hanya terbuat dari
ijuk, tetapi ketahanannya tidak perlu diragukan. Umumnya, hanya
ada satu tangga yang dimiliki oleh bangunan ini. Pada
dindingnya, terdapat ukiran-ukiran yang menghiasi rumah
112
tersebut. Motifnya biasa mengusung tema tumbuhan merambat,
bunga, buah, hingga akar berdaun.
2. SULAWESI
Sulawesi Selatan yang merupakan ibu kota Makassar yang dikenal
sebagai salah satu kota yang paling terkenal di wilayah Indonesia
Tengah. Kota Makassar sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang
dalam perjalanan bangsa Indonesia dengan adanya ragam suku bangsa
seperti Bone dan Mandar, Duri dan juga Pattinjo dan juga beberapa suku
lainnya.
1) Rumah Tradisional / Adat
Sulawesi Selatan memiliki beberapa jenis rumah
khas adat yang mereka sebut dengan sebutan nama
rumah “tongkonan “. Keunikan rumah adat Sulawesi
Selatan ini terletak pada atapnya yang dibuat berbeda
dengan rumah adat daerah lainnya. Bentuk atapnya
sangat unik.
Bagaimana tidak? Atap rumah ini berbentuk seperti perahu.
Rumah ini terbuat dari material kayu seperti kebanyakan rumah adat
lainnya. Sedangkan atapnya menggunakan atap yang dibuat dari
alang alang, nipah, rumbia atau bambu. Pada bagian depan terdapat
hiasan tanduk kerbau sebagai ciri khasnya.
113
3. BALI
1) Rumah Adat Bali (Gapura Candi Bentar)
Sesuai dengan namanya, Rumah Gapura, rumah ini
sebenarnya adalah sebuah bangunan yang dijadikan
gerbang rumah-rumah tradisional Bali. Gapura itu
memiliki dua buah candi yang memiliki bentuk serupa
yang berfungsi untuk membatasi sisi kanan dan sisi kiri
pintu masuk ke daerah pekarangan. Keduanya saling
berpisah karena tidak memiliki atap.
Bentuk dari rumah adat ini sendiri adalah gapura atau dua buah
candi yang terpisah yang menimbulkan bentuk simetri. Candi ini
selalu menduduki posisi luar dari puri maupun pura. Ya, dia adalah
bangunan penyambut bagi mereka yang datang ke puri tersebut.
4. PAPUA
1) Rumah Adat Papua
Rumah Honai berbentuk bulat terbuat dari
kayu dengan atap jerami atau ilalang yang
berbentuk kubah. Bangunan rumah terbuat
dari rotan, dindingnya dari papan, dan tiang
penyangganya dari kayu khusus yang diikat
dengan tali hutan dan rotan.
114
Posisi pintu berada pada arah terbit dan terbenamnya matahari.
Rumah ini tidak memiliki jendela yang bertujuan untuk mengurangi
udara dingin pegunungan Papua.
5. RIAU
1) Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah Selaso Jatuh Kembar adalah
rumah adat di Indonesia khas Provinsi Riau
yang digunakan sebagai balai desa atau
tempat bermusyawarah. Selaso jatuh kembar
memiliki arti rumah yang memiliki dua
selasar dengan lantai yang lebih rendah dari
ruangan tengah.
6. JAMBI
1) Rumah Adat Panggung Kajang Leko
Rumah Panggung Kajang Leko adalah
rumah adat di Indonesia khas Jambi yang
terbuat dari kayu dan terbagi menjadi 8
ruangan. Kedelapan ruangan tersebut antara
lain:
a. Ruangan pertama (jogan) berfungsi sebagai tempat beristirahat
dan sebagai tempat untuk menyimpan air.
b. Ruangan kedua (serambi depan) berfungsi sebagai tempat
penerima tamu laki-laki.
115
c. Ruangan ketiga (serambi dalam) berfungsi sebagai tempat tidur
anak laki-laki.
d. Ruangan keempat (amben melintang) berfungsi sebagai kamar
pengantin.
e. Ruangan kelima (serambi belakang) berfungsi sebagai tempat
tidur untuk anak perempuan yang belum menikah.
f. Ruangan keenam (laren) berfungsi sebagai tempat menerima
tamu perempuan.
g. Ruangan ketujuh (garang) berfungsi sebagai tempat untuk
memasak makanan dan sebagai tempat menyimpan air.
h. Ruangan kedelapan adalah dapur yang digunakan untuk
memasak makanan.
7. MALUKU
1) Rumah Adat Baileo
Di Indonesia bagian timur, Maluku
memiliki rumah adat yang bernama Baileo.
Rumah ini merupakan identitas yang
merepresentasikan kemajemukan agama di
Provinsi asal lagu Rasa Sayange.
Rumah adat Baileo memiliki ciri khas berupa ukuran yang
besar dengan gaya arsitektur yang berbeda dibandingkan rumah
rakyat pada umumnya. Rumah adat ini biasanya digunakan untuk
acara upacara adat, musyawarah mufakat, dan perkumpulan hiburan
116
umum. Selain digunakan untuk kegiatan adat rumah ini juga
digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka suci yang
diletakkan dalam satu ruangan khusus.
8. SULAWESI TENGAH
1) Rumah Adat Tambi
Rumah tradisional Sulawesi Tengah ini
memiliki bentuk persegi panjang berukuran 7
meter x 5 meter. Rumah ini memiliki ciri khas
panggung dengan balok kayu yang disusun di
atas batu alam, uniknya rumah ini tidak
dikenal pembagian ruang. Sehingga dapur,
kamar, ruang tamu, semuanya menyatu jadi satu, dan dalam rumah
ini dapur biasanya diletakkan di tengah sebagai penghangat ruangan
di saat malam menyapa.
Berdasarkan kepercayaan leluhur, rumah adat Tambi hanya
boleh dibagun menghadap arah utara atau selatan. Dilarang bagi
warga sekitar untuk membangun rumah menghadap atau
membelakangi jalan matahari. Keunikan lain yang dimiliki rumah
adat Tambi adalah perbedaan jumlah anak tangga. Rumah tambi
yang ditinggali oleh sesepuh kampung atau kepala adat wajib
memiliki anak tangga yang jumlahnya genap, sedangkan rumah adat
Tambi yang ditinggali penduduk biasa harus memiliki anak tangga
yang jumlahnya ganjil.
117
9. NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
1) Rumah Adat Mbaru Niang
Rumah adat ini berasal dari Desa Wae
Rebo, Manggarai, NTT. Rumah adat Mbaru
Niang berbentuk kerucut dengan ketinggian
mencapai 15 meter. Dinding rumah terbuat
dari kayu dan bambu. Atapnya terbuat dari
ijuk yang disebut Wunut. Setiap bagian
rumah direkatkan dengan menggunakan
rotan tanpa paku. Rumah adat ini memiliki lima lantai. Setiap lantai
rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda-
beda sebagai berikut.
a. Tingkat pertama disebut lutur digunakan sebagai tempat tinggal
dan berkumpul dengan keluarga.
b. Tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo berfungsi untuk
menyimpan bahan makanan dan barang-barang keluarga.
c. Tingkat ketiga disebut lentar digunakan untuk menyimpan benih-
benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-
kacangan.
d. Tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk menyimpan
bahan makanan apabila terjadi kekeringan.
e. Tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat persembahan
kepada leluhur.
118
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model : Pembelajaran Kooperatif
Metode : Diskusi, tanya jawab dan penugasan
Pendekatan : Team Assisted Individualization
F. SUMBER BELAJAR
Buku guru dan buku siswa kelas IV, tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 2: Indahnya Keragaman Budaya Negeriku, Pembelajaran
3 (halaman 63-68)
G. MEDIA dan ALAT PEMBELAJARAN
Media : Tirai Panggung budaya
Alat : gambar macam-macam rumah adat
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menyapa siswa,
menanyakan kabar dan kondisi kesehatan
siswa.
2. Siswa berdoa sebelum memulai kegiatan
dengan dipimpin oleh guru. Guru
menekankan pentingnya berdoa (agar apa
yang dikerjakan dan ilmu yang di dapat
bermanfaat).
10 menit
119
3. Guru melakukan kegiatan mengabsen
4. Gurumelakukan apersepsi menanyakan
pembelajaran dihari sebelumnya
5. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada hari ini
6. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
akan dilakukan.
7. Guru membacakan tujuan pembelajaran
pada kegiatan hari ini
8. Guru menginformasikan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu
Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization
Inti 1. Mengamati
a. Siswa diminta mengamati guru
menjelaskan materi rumah adat
secara singkat.
b. Siswa mengamati media tirai
panggung budaya yang di
sediakan guru.
2. Menanya
a. Guru mengajukan beberapa
50 menit
120
pertanyaan kepada siswa.
b. Siswa diminta menyebutkan
nama-nama rumah adat di
Indonesia.
3. Mencoba
a. Siswa dibagi menjadi 9
kelompok. terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan kurang dilihat dari
kemampuan akademik.
b. Setiap kelompok terdiri dari 4-6
siswa.
c. Setiap siswa bekerjasama dalam
satu tim untuk saling membantu
temannya.
4. Menalar
a. Guru membagi soal dan bahan
ajar kepada setiap kelompok.
b. Setiap kelompok diberi 10 soal.
c. Siswa diminta untuk mengerjakan
soal yang telah diberi guru.
d. Siswa saling berkerjasama untuk
memecahkan pertanyaan. Siswa
121
yang bisa menyelesaikan
pertanyaan dapat membantu
teman sekelompoknya, jika tidak
bisa guru akan membantunya.
5. Mengkomunikasikan
a. Siswa diminta maju kedepan
untuk menyampaikan hasil
pekerjaannya kepada guru dan
kelompok lain.
b. Siswa bersama guru secara
bersama-sama mengoreksi soal
yang telah dikerjakan.
c. Siswa dibagikan lembar soal post
test untuk dikerjakan siswa
sebagai evaluasi dan
dikumpulkan.
d. Guru mengulang penjelasan
materi rumah adat secara detail.
e. Guru menghitung rata-rata skor
tiap tim dan memberi
penghargaan.
Penutup 1. Siswa melakukan perenungan tentang
kegiatan pembelajaran hari ini.
10 menit
122
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang pembelajaran hari ini.
3. Guru dan siswa membuat kesimpulan pada
pembelajaran pada hari ini.
4. Siswa diminta mengumpulkan LKSyang
telah diisi oleh siswa.
5. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
membaca hamdalah dan doa penutup belajar
bersama.
I. PENILAIAN
1. Jenis Penilaian
Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
Ayo isilah pertanyaan berikut ini dengan benar !
1. Apa nama rumah adat di daerahmu ?
2. Ada berapa jumlah rumah adat yang ada di Indonesia ?
3. Berada di Provinsi manakah rumah adat Selaso Jatuh Kembar ?
4. Apa keunikan rumah adat Gadang ?
5. Rumah adat Honai berasal dari Provinsi ...............
123
6. Rumah adat yang berasal dari Provinsi Maluku adalah ................
7. Keunikan rumah adat Sulawesi Selatan terletak pada ................
8. Atap rumah gadang berbentuk .............
9. Sebutkan 5 rumah adat yang kalian ketahui beserta letak Provinsinya !
10. Setelah mempelajari beberapa gambar rumah adat di Indonesia
tuliskanlah Provinsi asal gambar rumah adat beserta keunikannya
berikut ini !
a.
b.
Asal provinsi :
Nama rumah adat :
Keunikan :
Asal provinsi :
Nama rumah adat :
Keunikan :
124
Kunci Jawaban
1. Rumah adat joglo
2. 34 rumah adat
3. Riau
4. Atapnya mirip seperti tanduk kerbau
5. Papua
6. Rumah Adat Baileo
7. Atapnya
8. Tanduk kerbau
9. Rumah adat Gadang dari : Sumatra Barat, Rumah adat Tongkonan dari :
Sulawesi Selatan, Rumah adat Lamin dari : Kalimantan Timur, Rumah
adat Bubugan Lima dari : Bengkulu , Rumah adat Gapura Candi Bentar :
Bali.
10. a.
Asal provinsi : Sulawesi Selatan
Nama rumah adat : Tongkonan
Keunikan : atapnya berbentuk
seperti perahu terbuat dari alang
alang, nipah, rumbia atau bambu
dan bagian depan terdapat hiasan
tanduk kerbau.
125
b.
Pedoman Penilaian
Skor = jawaban benar x 10
Asal provinsi : Sulawesi Tengah
Nama rumah adat : Tambi
Keunikan : rumah ini tidak
dikenal pembagian ruang,
perbedaan jumlah anak tangga.
127
Lampiran 2 Soal Post Test Siklus I
SOAL POST TEST SIKLUS I
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
Bersama kelompokmu, tuliskan jawaban pertanyaan dan tugas berikut
dengan benar !
1. Apa nama rumah adat di daerahmu ?
2. Ada berapa jumlah rumah adat yang ada di Indonesia ?
3. Berada di Provinsi manakah rumah adat Selaso Jatuh Kembar ?
4. Apa keunikan rumah adat Gadang ?
5. Rumah adat Honai berasal dari Provinsi ......
6. Rumah adat yang berasal dari Provinsi Maluku adalah .....
7. Keunikan rumah adat Sulawesi Selatan terletak pada ......
8. Atap rumah gadang berbentuk .............
9. Sebutkan 5 rumah adat yang kalian ketahui beserta letak Provinsinya !
128
10. Setelah mempelajari beberapa gambar rumah adat di Indonesia
tuliskanlah nama Provinsi asal gambar rumah adat beserta
keunikannya berikut ini !
a.
b.
Asal provinsi :
Nama rumah adat :
Keunikan :
Asal provinsi :
Nama rumah adat :
Keunikan :
129
Lampiran 3 Observasi Guru Siklus I
Lembar Observasi Guru Siklus I
No Aspek Yang Dinilai Nilai
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1 Guru mengkondisikan peserta didik
dengan menyapa dan mengucapkan salam
2 Guru memberikan motivasi awal √
3 Guru melakukan apersepsi
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
√
5 Guru menjelaskan langka-langkah
pembelajaran menggunakan model TAI
√
KEGIATAN INTI
6 Penguasaan materi pembelajaran √
7 Mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan
8 Kejelasan dalam penyampaian materi
pembelajaran
√
9 Melaksanakan pembelajaran secara
sistematis sesuai dengan RPP
√
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang direncanakan
√
11 Menguasai kelas √
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
12 Mununjukan keterampilan dalam
penggunaan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)
13 Menghasilkan pembelajaran yang menarik
MELIBATKAN PESERTA DIDIK
14 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta
didik dalam pembelajaran
√
15 Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon peserta didik
√
16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
17 Memantau kemajuan belajar siswa selama
proses pembelajaran
√
130
18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
PENGGUNAAN BAHASA
19 Menggunakan bahasa lisan dan tulisan
secara jelas, baik dan benar
20 Menggunakan bahsa yang mudah
dipahami oleh siswa
PENUTUP
21 Memberikan soal evaluasi di akhir
pembelajaran
22 Membuat rangkuman pembelajaran secara
lisan
23 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portopolio
24 Menutup pembelajaran dengan membaca
hamdalah atau doa selesai belajar
Jumlah 40 24 12
Total 76
Kategori Baik
131
Lampiran 4 Observasi Siswa Siklus I
Lembar Observasi Siswa Siklus I
No Aspek Yang Dinilai Kriteria
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1. Bersiap memulai pelajaran
2. Merespon terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru
KEGIATAN INTI
3. Memperhatikan penjelasan terkait
materi
√
4. Mengajukan pendapat terkait dengan
materi pembelajaran
5. Mengajukan pertanyaan mengenai
materi pembelajaran
6. Mengajukan pertanyaan terkait cara
pelaksanaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
7. Menjawab pertanyaan guru
8. Berpartisipasi dalam pelaksanaan
penggunaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
9. Bersedia belajar secara kelompok
10. Bekerjasama antar anggota kelompok
11. Memperhatikan penjelasan tugas
kelompok
√
12. Aktif dalam kelompok
13. Menyelesaikan lembar kerja individu
PENUTUP
14. Ikut serta dalam membuat kesimpulan
pembelajaran bersama guru
15. Menutup pembelajaran
Jumlah 33 2
Total 53
Kategori Sedang
132
Lampiran 5 Hasil Belajar Siswa Siklus I
133
134
Lampiran 6 RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MI Sabilul Huda Jimbaran
Kelas / Semester : IV /2
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema 2 : Indahnya Keragaman Budaya Negeriku
Pembelajaran ke : 4
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
135
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
IPS
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial,
ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas
bangsa Indonesia; serta hubungannya
dengan karakteristik ruang.
3.2.1 Mengetahui nama-nama
pakaian adat yang ada di
Indonesia
3.2.2 Menyebutkan berbagai macam
pakaian adat di Indonesia.
3.2.3 Menjelaskan ragam perbedaan
pakaian adat di Indonesia.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai
keragaman sosial, ekonomi, budaya,
etnis dan agama di provinsi setempat
sebagai identitas bangsa Indonesia;
serta hubungannya dengan
karakteristik ruang.
4.2.1 Mempresentasikan keunikan
dari pakaian adat.
136
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah mengamati beberapa gambar pakaian adat, siswa mampu
menuliskan nama dan keunikan dari setiap pakaian adat yang diamatinya
denagan tepat.
2. Setelah berdiskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan keunikan dari
pakaian adat yang ada di Indonesia dengan tepat.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ragam pakaian adat di Indonesia
Perbedaan kondisi geografis wilayah Indonesia mendorong berkembangnya
pakian adat. Bagi bangsa Indonesia, pakaian adat termasuk salah satu
kekayaan budaya. Penduduk daerah biasanya mengenakan pakaian adat dalam
peringatan peristiwa atau acara tertentu. Contohnya pakaian adat dikenakan
saat acara pernikahan atau tradisi adat daerah setempat.
Di beberapa daerah, pakain adat dikelompokkan sesuai kedudukan atau
status pemakainya dalam masyarakat. Contohnya pakaian raja, kepala suku,
atau bangsawan berbeda dengan pakaian adat rakyat biasa.
Apa saja nama-nama pakian adat di Indonesia? Berikut beberapa nama
pakaian adat di Indonesia.
137
138
Berikut beberapa penjelasan pakaian adat yang ada di Indonesia.
1. Aceh
1) Pakaian Adat Ulee Balang
Ulee Balang adalah pakaian adat daerah
Aceh. Pakaian adat ini terbagi menjadi 2
jenis. Untuk pakaian adat yang dipakai
laki-laki namanya Linta Baro, dan untuk
pakaian adat yang dipakai wanita namanya
Daro Baro. Pakaian adat ini dahulu
digunakan oleh para pembesar kerajaan,
namun saat ini sudah banyak digunakan
untuk upacara pernikahan masyarakat Aceh.
Pakaian Linto Baro pada bagian topi berbentuk kopyah yang dililiti
kain yang umumnya berwarna merah, dan diberi hiasan emas dan batu-
batu permata. Kemudian bagian baju menyerupia jas berlengan
panjang yang dihiasi dengan sulaman benang emas. Begitu juga
dengan celananya yang diberi sulaman benang emas. Motif yang
digunakan kebanyakan adalah motif pucuk rebung, selain itu kain
songket sutra juga dililitkan di bagian perut hingga diatas lutut kaki.
Tidak lupa juga pada bagian celana diselipkan senjata rencong. Yang
mana rencong merupakan senjata tradisional Aceh yang berbentuk
belati.
139
Pakaian Daro Baro pada bagian kepala tusuk sanggul yang dapat
digunakan oleh kaum wanita yang mana bermotif bunga tanjung 9
tingkat. Kemudian bajunya terdiri dari atasan lengan panjang dan
celana, yang terbuat dari kain tenun sutra, yang pada bagiantengah
juga dililitkan kain songket yang diikat dengan tali emas atau perak.
Selain itu, wanita juga menggunakan perhiasan seperti, anting yang
berbentuk telur ikan yang menggambarkan pintu rumah Aceh, kalung
bermotif bunga sirih dan bulan sabit, serta menggunakan gelang kaki
kanan dan kiri.
Keunikan pakaian adat Ulee Balang antara lain memiliki hiasan
sulaman benang emas dengan motif pucuk rebung, sanggul kepala
yang bermotif bunga tanjung 9 tingkat, dan perhiasan-perhiasan yang
menggambarkan budaya Aceh.
2. Lampung
1) Pakaian Adat Tulang Bawang
Pakaian adat Lampung adalah peniggalan
budaya lampung yang khas dan memiliki nilai
seni tinggi. Pakaian ini sering digunakan para
pengantin sebagai simbol kebesaran budaya
Lampung. Pakaian adat Lampung disebut
dengan Tulang Bawang. Berikut keunikan
dari pakaian adat Lampung.
140
a. Pakaian Adat Untuk Laki Laki
Pakaian adat laki laki cukup sederhana.yaitu berupa lengan
panjang berwarna putih.celana panjang, sarung tumpal, sesapuran,
dan khikat akhir. Sarung tumpal adalah kain sarung khas Lampung
yang ditenun dengan benang emas.baju adat ini dilengkapi dengan
delapan perhiasan.
b. Pakaian Adat Untuk Wanita
Pakaian adat wanita tidak jauh berbeda dengan pakaian adat
laki laki. Hanya saja terdapat perlengkapan lainnya seperti
selampai, babe, dan kutu tapis dewa sano. Babe merupakan benang
satin berbetuk bunga teratai yang menggambang. Perhiasan yang
dipakai seorang pengantin wanita di antaranya siger, seraja bulan,
selapai siger, subang kembang rambut, perhiasan leher dan dada,
serta perhiasan pinggang dan lengan.
3. Sulawesi Selatan
1) Pakaian Adat Baju Bodo
Pakaian adat Sulawesi Selatan
namanya baju bodo dan baju balla dada.
Untuk pakaian adat baju bodo dipakai oleh
wanita yang terbuat dari kain muslin,
sedangkan untuk laki-laki namanya baju
balla dada terbuat dari kain lipa sabbe atau
lipa garusuk.
141
Keunikan pakaikan adat ini memiliki warna merah, biru, dan hitam
untuk baju balla dada. Laki-laki menggunakan penutup kepala
bernama passapu yang terbuat dari lontar. Baju bodo apabila dipakai
akan memiliki gelembung pada bagian punggung serta pakaian ini
tidak memiliki lengan dan tidak ada jahitan dibagian lehernya.
Pakaian ada ini memiliki banyak aksesoris sebagai pelengkap seperti
gelang, kepingan-kepingan logam, kalung, bando emas dan cincin.
4. Jawa Tengah
1) Jawi Jangkep dan Kebaya
Pakaian adat Jawa Tengah terbagi
menjadi 2 golongan yaitu, untuk wanita dan
laki-laki. Pakaian adat wanita jawa bernama
kebaya yang terbuat dari bahan katun,
beludru, sutera brokat, dan nilon yang
berwarna cerah. Sedangkan pakaian adat
laki-laki terdiri dari baju beskap dengan
motif bunga, pakian bawah berupa jarik
yang dililitkan di pinggang dan di ikat
dengan stagen dan sabuk.
Pakaian adat laki-laki dilengkapi dengan blangkon, selop, serta
aksesoris tambahan seperti keris. Untuk pakaian adat wanita dilengkapi
dengan sanggul dan konde. Bagi wanita memiliki tambahan tata rias
yang unik pada wajahnya terutama bagian dahi. Warna-warna khas
142
pakaian adat Jawa Tengah seperti hitam, hijau, hitam berpadu dengan
emas dan berbagai warna cerah lainnya.
5. Gorontalo
1) Pakaian Adat Biliu
Salah satu pakaian adat yang unik adalah
pakaian adat istiadat daerah Gorontalo.
Dalam acara pernikahan pakaian daerah khas
Gorontalo disebut Biliu (pakaian pengantin
putri) dan Mukuta (pakaian pengantin putra).
Pakaian adat Gorontalo umumnya
mempunyai tiga warna dan memiliki arti
tertentu yaitu warna ungu, warna kuning keemasan, dan warna hijau.
Selain itu dalam upacara pernikahan adat Gorontalo, masyarakat
hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning
emas, dan ungu. Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo
bermakna keberanian dan tanggung jawab, warna hijau bermakna
kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan, warna kuning
emas bermakna kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran,
sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model : Pembelajaran Kooperatif
Metode : Diskusi, tanya jawab dan penugasan
Pendekatan : Team Assisted Individualization
143
F. SUMBER BELAJAR
Buku guru dan buku siswa kelas IV, tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 2: Indahnya Keragaman Budaya Negeriku, Pembelajaran 3
(halaman 70-75).
G. MEDIA
Media : Tirai Panggung budaya
Alat : gambar macam-macam pakaian adat
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menyapa siswa,
menanyakan kabar dan kondisi kesehatan
siswa.
2. Siswa berdoa sebelum memulai kegiatan
dengan dipimpin oleh guru. Guru
menekankan pentingnya berdoa (agar apa
yang dikerjakan dan ilmu yang di dapat
bermanfaat).
3. Guru melakukan kegiatan mengabsen
4. Gurumelakukan apersepsi menanyakan
pembelajaran dihari sebelumnya
5. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada hari ini
10
menit
144
6. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
akan dilakukan.
7. Guru membacakan tujuan pembelajaran pada
kegiatan hari ini
8. Guru menginformasikan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan yaitu Model
Pembelajaran Team Assisted
Individualization
Inti 1. Mengamati
a. Siswa diminta mengamati guru
menjelaskan materi pakian adat secara
singkat.
b. Siswa mengamati media tirai panggung
budaya yang di sediakan guru.
2. Menanya
a. Guru mengajukan beberapa pertanyaan
kepada siswa.
b. Siswa diminta menyebutkan nama-nama
pakaian adat yang ada di Indonesia.
3. Mencoba
a. Siswa dibagi menjadi 9 kelompok. terdiri
dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan kurang dilihat dari
145
kemampuan akademik.
b. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa.
c. Setiap siswa bekerjasama dalam satu tim
untuk saling membantu temannya.
4. Menalar
a. Guru membagi soal dan bahan ajar kepada
setiap kelompok.
b. Setiap kelompok diberi 10 soal.
c. Siswa diminta untuk mengerjakan soal
yang telah diberi guru.
d. Siswa saling berkerjasama untuk
memecahkan pertanyaan. Siswa yang bisa
menyelesaikan pertanyaan dapat
membantu teman sekelompoknya, jika
tidak bisa guru akan membantunya.
5. Mengkomunikasikan
a. Siswa diminta maju kedepan untuk
menyampaikan hasil pekerjaannya kepada
guru dan kelompok lain.
b. Siswa bersama guru secara bersama-sama
mengoreksi soal yang telah dikerjakan.
c. Siswa dibagikan lembar soal post test
untuk dikerjakan siswa sebagai evaluasi
146
dan dikumpulkan.
d. Guru mengulang penjelasan materi rumah
adat secara detail.
e. Guru menghitung rata-rata skor tiap tim
dan memberi penghargaan.
Penutup 1. Siswa melakukan perenungan tentang
kegiatan pembelajaran hari ini.
2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang pembelajaran hari ini.
3. Guru dan siswa membuat kesimpulan pada
pembelajaran pada hari ini.
4. Siswa diminta mengumpulkan LKS yang
telah di isi oleh siswa.
5. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
membaca hamdalah dan doa penutup belajar
bersama.
10
menit
147
I. PENILAIAN
1. Jenis Penilaian
Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
Bersama kelompokmu, tuliskan jawaban pertanyaan dan tugas berikut
dengan benar!
1. Di provinsi mana kalian tinggal ?
2. Apa nama pakaian adat di daerahmu ?
3. Tuliskan keunikan pakaian adat daerahmu !
4. Dalam acara apa sajakah pakaian adat itu bisa digunakan ?
5. Baju pangsi merupakan pakian adat dari daerah ...........
6. Pakaian adat untuk perempuan daerah Sulawesi Selatan disebut ..........
7. Pada masa sekarang pakaian adat biasa dipakai pada saat .............
8. Pakaian adat seperti gambar di bawah ini berasal dari provinsi ............
148
9. Sebutkan keunikan pakaian adat Aceh !
10. Setelah mempelajari beberapa gambar pakaian adat di Indonesia
tuliskanlah keunikan yang terlihat dari setiap pakaian adat pada
gambar berikut ini !
a.
b.
keunikan :
Keunikan :
149
Kunci jawaban
1. Jawa Tengah
2. Kebaya
3. Pakaian adat wanita jawa kebaya, pakaian adat wanita dilengkapi dengan
sanggul dan konde. Sedangankan untuk laki-laki baju adatnya beskap,
pakian bawah berupa jarik yang dililitkan di pinggang dan di ikat dengan
stagen dan sabuk dilengkapi dengan blangkon, selop, aksesoris seperti
keris.
4. Upacara adat
5. Banten
6. Baju bodo
7. Upacara adat seperti pernikahan
8. Gorontalo
9. Keunikan pakaian adat Ulee Balang antara lain memiliki hiasan sulaman
benang emas dengan motif pucuk rebung, sanggul kepala yang bermotif
bunga tanjung 9 tingkat, dan perhiasan-perhiasan yang menggambarkan
budaya Aceh.
10. a.
keunikan : Pakaian adat laki laki cukup
sederhana.yaitu berupa lengan panjang berwarna
putih.celana panjang, sarung tumpal, sesapuran, dan
khikat akhir. Sedangkan untuk wanita bedanya
terdapat perlengkapan selampai, babe, dan kutu
tapis dewa sano serta wanita menggunakan
perhiasan.
150
b.
Pedoman Penilaian
Skor = jawaban benar x 10
Keunikan : Pakaikan adat ini memiliki warna
merah, biru, dan hitam untuk baju balla dada,
penutup kepala bernama passapu yang terbuat dari
lontar, baju bodo tidak memiliki lengan dan tidak
ada jahitan dibagian lehernya dan ada
aksesorisnya.
151
Lampiran 7 Soal Post Test Siklus II
SOAL POST TEST SIKLUS II
Nama : ................................................
Kelas : ................................................
Bersama kelompokmu, tuliskan jawaban pertanyaan dan tugas berikut
dengan benar!
1. Di provinsi mana kalian tinggal ?
2. Apa nama pakaian adat di daerahmu ?
3. Tuliskan keunikan pakaian adat daerahmu !
4. Dalam acara apa sajakah pakaian adat itu bisa digunakan ?
5. Baju pangsi merupakan pakian adat dari daerah ...........
6. Pakaian adat untuk perempuan daerah Sulawesi Selatan disebut
............
7. Pada masa sekarang pakaian adat biasa dipakai pada saat .............
8. Pakaian adat seperti gambar di bawah ini berasal dari provinsi ............
9. Sebutkan keunikan pakaian adat Aceh !
152
10. Setelah mempelajari beberapa gambar pakaian adat di Indonesia
tuliskanlah keunikan yang terlihat dari setiap pakaian adat pada
gambar berikut ini !
a.
b.
keunikan :
Keunikan :
153
Lampiran 8 Hasil Observasi Guru Siklus II
Lembar Observasi Siklus II
No Aspek Yang Dinilai Nilai
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1 Guru mengkondisikan peserta didik dengan
menyapa dan mengucapkan salam
2 Guru memberikan motivasi awal √
3 Guru melakukan apersepsi
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5 Guru menjelaskan langka-langkah
pembelajaran menggunakan model TAI
KEGIATAN INTI
6 Penguasaan materi pembelajaran
7 Mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan
8 Kejelasan dalam penyampaian materi
pembelajaran
9 Melaksanakan pembelajaran secara
sistematis sesuai dengan RPP
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
√
11 Menguasai kelas
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
12 Mununjukan keterampilan dalam
penggunaan model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)
√
13 Menghasilkan pembelajaran yang menarik √
MELIBATKAN PESERTA DIDIK
14 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta
didik dalam pembelajaran
√
15 Menunjukkkan sikap terbuka terhadap
respon peserta didik
√
16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
peserta didik
√
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
17 Memantau kemajuan belajar siswa selama
proses pembelajaran
154
18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
PENGGUNAAN BAHASA
19 Menggunakan bahasa lisan dan tulisan
secara jelas, baik dan benar
20 Menggunakan bahsa yang mudah dipahami
oleh siswa
PENUTUP
21 Memberikan soal evaluasi di akhir
pembelajaran
22 Membuat rangkuman pembelajaran secara
lisan
23 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portopolio
√
24 Menutup pembelajaran dengan membaca
hamdalah atau doa selesai belajar
Jumlah 76 12
Total 88
Kategori Baik
155
Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus II
Lembar Observasi Siswa Siklus II
No Aspek Yang Dinilai Kriteris
A B C D
KEGIATAN PEMBUKAAN
1. Bersiap memulai pelajaran √
2. Merespon terhadap apersepsi yang
diberikan oleh guru
√
KEGIATAN INTI
3. Memperhatikan penjelasan terkait
materi
√
4. Mengajukan pendapat terkait dengan
materi pembelajaran
5. Mengajukan pertanyaan mengenai
materi pembelajaran
√
6. Mengajukan pertanyaan terkait cara
pelaksanaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
PENERAPAN MODEL TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI)
7. Menjawab pertanyaan guru √
8. Berpartisipasi dalam pelaksanaan
penggunaan model Team Assisted
Individualization (TAI)
√
9. Bersedia belajar secara kelompok
10. Bekerjasama antar anggota kelompok √
11. Memperhatikan penjelasan tugas
kelompok
√
12. Aktif dalam kelompok √
13. Menyelesaikan lembar kerja individu
PENUTUP
14. Ikut serta dalam membuat kesimpulan
pembelajaran bersama guru
√
15. Menutup pembelajaran
Jumlah 72 6
Total 78
Kategori Baik
156
Lampiran 10 Hasil Belajar Siswa Siklus II
157
158
159
160
Lampiran 11 Profil Sekolah
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1) Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : MI Sabilul Huda Jimbaran
b. Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Islam Sabilul Huda
Jimbaran
c. NSM : 111233220158
d. NPSN : 20320430 / 60712758
e. NSS : 112032221010
f. Desa : Jimbaran
g. Kecamatan : Bandungan
h. Kabupaten : Semarang
i. Propinsi : Jawa Tengah
j. Status Akreditasi : B
k. Kepemilikan Tanah : Yayasan
l. Status Tanah : Hak Milik Yayasan
m. Luas Tanah : 1.200 m²
n. Status Bangunan : Yayasan
o. Alamat Madrasah : Jln. Jimbaran Tegalpanas No. 05 Jimbaran
Km. 03 Bandungan
161
2) Visi dan Misi MI Sabilul Huda Jimbaran
MI Sabilul Huda Jimbaran memiliki visi misi yang dapat dilihat di bawah
ini:
a. Visi
“Unggul Dalam Prestasi dan Berakhlak Mulia”
b. Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi akademik dan non akademis.
b) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga
kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
c) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
d) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari
Al-Qur’an dan menjalankan ajaran agama Islam.
e) Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
c. Tujuan Madrasah
a) Mampu membaca Al-Quran dengan benar dan tartil.
b) Mampu menerapkan kewajiban Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c) Tercapainya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
d) Meraih prestasi Akademis dan Non Akademis.
e) Mampu mewujudkan kecintaan dan kepedulian terhadap sesama
dan lingkungan.
162
f) Mewujudkan pendidikan berstandar Nasional yang meliputi
kurikulum, pembelajaran kesiswaan, sarana, keuangan dan SDM.
g) Menghasilkan lulusan yang dapat diterima di MTs Negeri atau
SMP Negeri.
h) Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning),
antara lain CTL, PAIKEM, serta layanan bimbingan dan konseling.
3) Keadaan Guru dan Pegawai di MI Sabilul Huda Jimbaran
Guru dan pegawai di MI Sabilul Huda Jimbaran memiliki latar
belakang dan jabatan yang berbeda. keadaan guru dan pegawai di MI
Sabilul Huda Jimbaran.
No Nama L/P Pendidikan Jabatan
1. Sunadi, S.Pd.I L S 1 Kepala Sekolah/ Guru
Kelas VI A
2. Turiyah, S.Pd.I P S 1 Sekretaris/Guru Kelas I A
3. Amir Khozin, S.Pd.I L S 1 Guru Kelas VI B
4. Yuliati Utami, S.Pd.I P S I Guru Kelas III B
5. Ana Krismiyati, S.Pd P S 1 Guru Kelas II A
6. Munadharoh, S.Pd.I P S 1 Guru Kelas I B
7. Mustakim, S.Pd L S 1 Guru Kelas V A
8. Nanik Mustalivah, S.Pd P S 1 Guru Kelas II B
10. Muto Alimin, S.Pd.I L S 1 Guru Kelas IV A
11. Andi Tristiyawan S.Pd L S 1 Guru Kelas V B
163
12. Zera Febri Anoria, S.Pd P S 1 Guru Kelas III A
13. Nur Khafifah, S.Pd P S 1 Guru Kelas IV B
4) Sarana dan Prasarana MI Sabilul Huda Jimbaran
Sarana dan prasarana di MI Sabilul Huda Jimbaran cukup memadai
untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan aktivitas di sekolah.
Keadaan sarana dan prasarana.
No
Jenis Ruang
Jumlah
Keadaan
Baik
Rusak
Berat Sedang Ringan
1. Ruang Kelas 11 6 5
2. Kantor Kepala
Sekolah
1
1
3. Kantor Guru 1 1
4. Perpustakaan 1 1
5. Kantin 1 1
6. Gudang 1 1
7. Mushola 1 1
8. Kamar Mandi 6 2 4
Jumlah 23 1 4 5
164
5) Keadaan Siswa
Siswa di MI Sabilul Huda Jimbaran didominasi oleh siswa laki-laki.
Keadaan siswa di MI Sabilul Huda Jimbaran menurut tingkat dan umur di
tahun ajaran 2019/2020 secara keseluruhan sebagai berikut:
No. Tingkat Jumlah Jumlah Jumlah Siswa Berdasar Umur/ Tahun
Paralel Siswa 6 7 8 9 10 11 12 13
1. I 2 67 67 - - - - - - -
2. II 2 66 - 59 7 - - - - -
3. III 2 71 - - 42 29 - - - -
4. IV 2 68 - - - 38 28 2 - -
5. V 2 69 - - - - 45 24 - -
6. VI 2 50 - - - - - 32 17 1
Jumlah 11 391 67 59 49 67 73 58 17 1
6) Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas
IV MI Sabilul Huda Jimbaran. Dengan jumalah siswa 36 siswa yang
terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
1. AFNC L
2. ANS P
3. AMI L
4. ARM L
165
5. ASP L
6. AIN P
7. AAA P
8. AH L
9. ACM P
10. ADP L
11. ANZ P
12. AM L
13. APC P
14. AAS L
15. A P
16. ANI L
17. AER L
18. CA P
19. DMA P
20. DMR L
21. DAP P
22. DWL P
23. DAA L
24. EHS P
25. FA L
26. FRDK L
27. FAS P
28. GAZ P
29. HFJ P
30. IKL P
31. JHS P
32. JUT P
33. MIN P
34. MLNK P
166
35. MAK L
36. MAA L
7) Kolaborator Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses pembelajaran
bersama siswa. Peneliti membantu guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran yang
dibutuhkan serta melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa
berkaitan dengan langkah-langkah proses pembelajaran dan pelaksanaan
model pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI) dengan media
tirai panggung budaya.
8) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) materi keragaman budaya di tema 7 subtema 2 pada kelas IV
semester II tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Penelitian ini menggunakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran kelas IV MI Sabilul
Huda Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
167
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Siklus I
Pembentukan Kelompok
Penyampaian Materi dengan Media Tirai Panggung Budaya
168
Diskusi dan Pendampingan Kelompok
Penyampaian hasil diskusi
169
Siklus II
Penyampaian Materi dengan Media Tirai Panggung Budaya
170
Diskusi dan Pendampingan Kelompok
Penyampaian Hasil Diskusi
171
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Skripsi
172
173
Lampiran 14. Lembar Pembimbing Skripsi
174
Lampiran 15. Surat Permohonan Izin Penelitian
175
Lampiran 16. Surat Balasan Izin Penelitian
176
Lampiran 17. Satuan Kredit Kegiatan
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Vivi Ambarwati Prodi : PGMI
Nim : 23040160141 Dosen P. A : Jaka Siswanta, M.Pd.
No Nama Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan
Sebagai Nilai
1 OPAK FTIK “Peran Budaya di Perguruan
Tinggi dalam Membentuk Karakter
Pendidik yang Profesional dan
Bermartabat” oleh DEMA FTIK
22 - 23
Agustus 2016
Peserta 3
2 Library User Education UPT
Perpustakaan
30 Agustus
2016
Peserta 3
3 Seminar Nasional Gerakan Tanam Pohon
“1 Pohon 1 Kehidupan” Gunung Andong
11 Desember
2016
Peserta 8
4 Seminar Nasional dan Launching Majalah
LPM Dinamika “Hedonisme=?”
04 Maret 2017 Peserta 8
5 Seminar Terapi Hati “Menjemput
Kebahagiaan dengan Cinta dan Syukur”
oleh PIK “SAHAJASA”
20 Mei 2017 Peserta 3
6 Seminar MPR RI “Memperkuat Peran
Pemuda dalam Bingkai Kebhinnekaan”
05 Agustus
2017
Peserta 8
7 DIKTARA Kusuma Dilaga – Woro
Srikandhi “ Gerbang Awal Generasi
Pramuka Perguruan Tinggi yang
21 - 25
Sepetember
2017
Peserta 3
177
Berdedikasi dan Profesional”
8 Seminar Kebudayaan “ Ngudi Kaweruh
Hayuning Budaya Jawi”
30 September
2017
Peserta 3
9 Seminar Nasional “ Inovasi Pembelajaran
dan Media Pembelajaran Matematika
Berbasis IT”
11 November
2017
Peserta 8
10 Festifal Budaya PGMI Jalan Sehat
Semarak Festival Hari Jadi PGMI KE 10
“Bersama Kita Bisa”
15 November
2017
Peserta 3
11 Seminar Nasional “Reaktualisasi Cantik
Dhohir dan Batin dalam Kacamata Islam”
oleh LDK Fathir AR-Rasyid
18 November
2017
Peserta 8
12 Pameran Media Pembelajaran PGMI 29 November
2017
Peserta 3
13 Seminar Nasional “Hari Hutan Dunia
2018”, “Keep Our Forest, Keep Our Life”
oleh Mapala Mitapasa
24 Maret 2018 Peserta 8
14 Seminar Nasional “Ketrampilan
Komunikasi bagi Calon Guru”
09 April 2018 Peserta 8
15 Inspirasi Tazkia “Love Story From Allah” 06 Oktober
2018
Peserta 3
16 Kilau Raya PGMI 2018 “Memperingati
Hari AIDS”
01 Desember
2018
Peserta 3
17 Pagelaran Sendratari 2018 “Merawat
Budaya, Tumbuhkan Kreatifitas”
08 Desember
2018
Peserta 3
18 Workshop Kurikulum 2013 PKG PAUD
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
20 – 23 Maret
2019
Peserta 3
19 “Salatiga Kota Pendidikan Inklusif dan
Ramah Anak (?)” oleh Ruang Berbagi
Ilmu, Perhimpunan Pelajar Indonesia, dan
05 -06 Juli
2019
Peserta 6
178
Yayasan Gadah Ati
20 Seminar Nasional “Let’s Be A Good
Millenial’s Person With Peer Conseling”
oleh HMPS BKPI IAIN Salatiga
25 Juli 2019 Peserta 8
21 Seminar Nasional Talkshow Mahasiswa
Milenial “Jangan Mau jadi Mahasiswa
Biasa” oleh KAMMI Salatiga
07 September
2019
Peserta 8
JUMLAH 111
179
Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup