PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PE MBE LAJARAN PK N...
Transcript of PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PE MBE LAJARAN PK N...
PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PKN
MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI
di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Kebagusan Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi
S1 Kependidikan Islam dan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Junaedi
NIM. 809018300451
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Junaedi
NIM : 809018300451
Jurusan : PGMI
Alamat : Kebagusan IV Rt. 010 Rw. 04 No. 32 Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12550.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa
dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di
Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan
Jakarta Selatan adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Dindin Ridwanudin, M. Pd.
NIP : NIP: 197711212011011001
Jurusan/Program Studi : Kependidikan/PGMI
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila
terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, April 2012
Yang Menyatakan,
Junaedi
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan disusun oleh
Junaedi, NIM. 809018300451, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada
sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 22 April 2012
Yang mengesahkan,
Dindin Ridwanudin, M. Pd
NIP: 197711212011011001
i
ABSTRAK
Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui
Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
Kata Kunci: Pembelajaran Aktif, Pembelajaran PKn, Metode
Diskusi.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah:
bagaimana peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui penerapan metode diskusi
dalam pelajaran PKn. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui
metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. PTK dilakukan
dalam dua siklus. Satu siklus terdiri atas tiga tahapan, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan setelah
diberikan perlakuan/alternatif solusi dalam proses diskusi. Peningkatan
tersebut dapat dilihat melalui perolehan skor nilai rata-rata yang diperoleh
siswa setiap siklus baik dalam observasi maupun angket.
Dengan demikian, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
PKn dapat meningkatkan aktivitas siswa.
JUNAEDI
ii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang
diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat
waktu, karena tanpa-Nya upaya apapun mustahil dapat diraih.
Menyadari akan kewajiban sebagai seorang mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir studi, maka penulis berusaha sekuat tenaga
mencurahkan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan
diperoleh selama mengikuti pendidikan untuk dapat menghasilkan sebuah
karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan
empirik. Oleh karena itu, sebagai seorang guru disalah satu madrasah di
bilangan Jakarta Selatan, penulis merasa penting untuk memfokuskan diri
dalam penelitian tindakan kelas agar hasilnya kelak lebih bermakna dan
menjadi rujukan untuk tugas mengajar selanjutnya.
Dengan terselesaikannya skripsi penelitian tindakan kelas ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berkontribusi terutama:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik
Rektor, Dekan FITK, Kepala Jurusan, Kepala Program Studi, Bagian
Administrasi, dan lain-lain yang bekerjasama dengan Kementerian
Agama mengakomodir harapan guru Madrasah untuk mengenyam
pendidikan tinggi (S1),
2. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan
kesabaran membimbing dan mengarahkan,
3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan
untuk bekal mengajar di sekolah,
4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan yang memberi
waktu dan prioritas kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan
hingga penelitian,
5. Istri dan anak-anak tercinta, dengan segala toleransinya,
iii
6. Seluruh sahabat di kampus yang ikut membantu secara moral dan
material.
Semoga Allh SWT melimpahkan pahala untuk segala kebaikan
yang diberikan. Amin.
Sebagai kata akhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah
cukup sempurna. Oleh karenanya kritik, saran dan masukan ditampung
demi perbaikan di masa-masa mendatang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........... iii
ABSTRAK ................................................................................. IV
KATA PENGANTAR ............................................................... V
DAFTAR ISI ............................................................................. VII
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..... 6
A. Deskripsi Teori ................................................................ 6
B. Kerangka Berpikir ........................................................... 28
C. Hipotesis Penelitian ......................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................... 30
A. Pendekatan Penelitian ...................................................... 30
B. Subjek Penelitian ............................................................. 30
C. Instrumen Penelitian ........................................................ 31
D. Prosedur Penelitian .......................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 35
F. Prosedur Pengolahan Data ............................................... 36
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN. 40
A. Deskripsi Data .................................................................. 42
B. Analisis Data .................................................................. 45
C. Pembahasan .................................................................... 54
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 59
A. Kesimpulan ..................................................................... 57
B. Saran ............................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Setelah belajar para siswa/peserta didik diharapkan akan adanya perubahan
perilaku. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu diatur
sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan tingkah
laku yang diinginkan.
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pembelajaran adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Pada prinsipnya, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan dua
entitas yang membentuk satu kesatuan, ibarat suatu koin mata uang yang
berisi dua sisi berbeda yang tak dapat dipisahkan. Belajar mengajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan mengajar
yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan pecapaian
tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain
tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi,
guru, dan siswa. Guna mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru memilih
salah satu atau beberapa metode pembelajaran yang paling sesuai dengan
tujuan yang ditentukan. Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan
strategi awal untuk menentukan dan merancang proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran yang
tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, guru sebagai tenaga
pengajar mempunyai kewajiban menyampaikan materi pelajaran secara baik.
2
Kegiatan ini secara rutin dikerjakan dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan cara atau metode.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menentukan dan memilih
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa secara aktif dan
mandiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki
implikasi strategis untuk pengembangan potensi siswa. tetapi pada umumnya
para guru masih memiliki kelemahan dalam menentukan metode yang terbaik
untuk dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya di
kelas. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus
benar-benar memperhatikan karakteristik siswa sehingga dengan metode
tersebut guru mampu memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
Metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat menjadikan
siswa aktif, mandiri, menyenangkan, dan mampu membentuk kerjasama yang
baik antar guru dan siswa, antar siswa dengan siswa yang lain. Dalam hal ini
tentu saja metode diskusi memudahkan siswa atau peserta didik menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan cara mendiskusikannya
dengan siswa yang lain. Sebab metode diskusi, dengan sendirinya akan
melahirkan keaktifan dan kerjasama kelompok yang besar manfaatnya untuk
membentuk suasana kebersamaan dalam pembelajaran, khususnya di dalam
kelas.
Metode diskusi merupakan suatu metode yang dapat melahirkan
interaksi yang aktif antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang
lain dan bertukar pendapat sehingga mampu membentuk suatu gagasan/ide-
ide yang cemerlang dan dapat dijadikan landasan untuk memecahkan suatu
masalah.
Dengan demikian, metode diskusi merupakan metode yang memiliki
kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh
dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan. Maka pelaksanaan
metode pembelajaran inilah yang akan diteliti oleh peneliti di Madrasah
3
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan, terutama dalam
pembelajaran PKn.
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan ini telah banyak
menerapkan metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode diskusi,
metode demonstrasi, metode bermain peran, dan metode tanya jawab. Dari
berbagai metode yang telah dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Kebagusan, metode diskusi merupakan metode yang sering dilaksanakan oleh
guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan khususnya guru PKn.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak guru yang belum mampu
melaksanakan metode diskusi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu
menjadikan siswa aktif, bekerjasama, saling menukar pengalaman, informasi,
dan mampu memecahkan masalah. Pelaksanaan metode diskusi itulah yang
masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Hal
inilah yang masih menyebabkan pembelajaran terkesan konvensional dan
belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi
perlu dilakukan penelitian dan analisa yang mendalam untuk diketahui
keberhasilannya dalam membentuk siswa yang aktif, mandiri, dan memiliki
kerjasama yang baik dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang lain.
Uraian di atas merupakan gambaran betapa pentingnya menciptakan
belajar siswa yang aktif dan menyenangkan. Penulis merasa tertarik untuk
melakuakan penelitian mengenai “Peningkatan Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang berkaitan dengan efektivitas metode diskusi adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode diskusi belum
mampu mejadikan siswa aktif.
4
2. Guru belum mampu menerapkan metode diskusi dengan tepat dalam
proses pembelajaran.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah
yaitu:
Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran PKn.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan
masalahnya adalah:
Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dalam mata pelajaran PKn?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
mempunyai tujuan:
Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan
metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak yaitu:
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap
persoalan pelaksanaan metode diskusi yang selama ini masih terjadi
kontraversi.
5
2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:
a. Guru PKn sebagai bahan masukan dan pedoman dalam
pelaksanaan metode diskusi.
b. Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode diskusi
ini untuk mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
c. Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya
meningkatkan dan mengembangkan metode diskusi.
d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan pembelajaran PKn melalui metode diskusi.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Pembelajaran Aktif
Menurut Melvin L. Silberman dalam bukunya active Learning
berpendapat, What I hear, I forget. What I hear see, and ask questions
about or discuss with someone else, I begin to understand. What I
hear, see discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach
to another, I master. (Apa yang saya dengar, saya lupa), Apa yang
saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit), (apa yang saya dengar, lihat,
dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya
mulai paham), (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan,
saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan), (Apa yang saya
ajarkan pada orang lain, saya menguasainya).1
Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran yang aktif
adalah pembelajaran yang di dalamnya mengandung unsur
mendengar, melihat, mendiskusikan, mempraktekkan, dan
mengajarkannya kepada orang lain. Sedangkan kata aktif berarti setiap
orang/individu terlibat dalam interaksi yang membahas sebuah
persoalan atau pembelajaran.
Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif
meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal
melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan
dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh
kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat,
mempraktekkan keterampilan-keterampilan, mendorong adanya
1 Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2007), Cet. 6, h. 2
7
pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat saling
mengajar satu sama lain.
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah
sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihar orang yang belajar
tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas itu
berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang,
membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya.
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari
situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan
dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan
menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap
situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar
kepada seseorang.
Aktivitas-aktivitas belajar itu menurut Syaiful Bahri Djamarah
meliputi: mendengarkan, memandang, meraba, membau,
mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat
ikhtisar atau rangkuman dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel,
digram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja,
mengingat, berpikir, serta latihan atau praktek.2
Dalam kalimat bijak terungkap “Anda dapat memberitahu para
peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan sangat
cepat. Tetapi mereka bahkan akan lebih cepat melupakan apa yang
anda beritahu kepada mereka”. Ada banyak hal yang dapat diajarkan,
bukan diberitahukan! Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis
dari penyampaian informasi ke kepala seorang peserta didik. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri.
Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri tidak akan menuju ke
arah belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Hanya belajar aktif saja
yang akan mengarah kepada pengertian ini.
2 Syaifu Bahri Djamarah., Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000). h. 38.
8
b. Inti dan Kerangka Belajar Aktif
Suatu kebutuhan manusia dalam merespon yang lain dan secara
bersama-sama terlibat dalam mencapai tujuan disebut reciprocity.
Reciprocity merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat
mengalirkan stimulasi untuk belajar dan keterlibatan yang diperlukan.
Reciprocity diperlukan bagi kelompok untuk mencapai tujuan,
kemudian terdapat proses yang menyebabkan individu terlibat dalam
belajar, mengantarkannya pada kemampuan yang diperlukan dalam
menyusun kelompok.3
Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan
sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan
otak mereka. Mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara
pribadi menarik hati. Seringkali, peserta didik tidak hanya terpaku di
tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras.
Metode mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang
paling bagus untuk peserta didik sekarang. Mereka hidup di dunia di
mana hal-hal terjadi secara cepat dan banyak pilihan. Objek-objek,
baik yang riil maupun virtual lebih cepat. Kesempatan untuk
mengubah sesuatu dari satu keadaan pada keadaan yang lain terjadi
dimanapun. Agar efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal
berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentasi
kelas dan berdebat, latihan pengalaman, pengalaman lapangan,
simulasi dan studi kasus.
2. Pembelajaran PKn
a. Pengertian Pembelajaran PKn
Ada banyak pengertian yang diberikan oleh ahli Pendidikan dan
teori belajar terhadap arti belajar itu sendiri. Hal demikian merupakan
suatu yang wajar dalam perkembangan keilmuan, karena masing-
3 Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2007), Cet. 6, h. 9.
9
masing dari mereka mempunyai metode, pendekatan, dan latar
belakang yang berbeda, serta lingkungan sosio-kultural yang
mengitarinya juga berbeda pula. Namun diantara mereka masih
terdapat titik singgung atau titik temu mengenai apa belajar itu sendiri
dan juga apa hakikat dari belajar.
Menurut Muhibbin Syah, “Secara umum belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif”.4
Sedangkan Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan
Rahardjito mengartikan kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai
padanan kata dari kata bahasa Inggris instruction yang mempunyai
pengertian lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada
dalam konteks guru-murid dikelas (ruang) formal, pembelajaran atau
instruction mencakup kegiatan belajar mengajar yang dihadiri guru
secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah
proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita
sebut pembelajaran.5
Dalam beberapa kutipannya, Muhibbin Syah mendefinisikan
makna belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. …
acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result
of practice and experience. belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Rumusan keduanya process of acquiring responses as a
result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respons-
respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior.
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Any relatively
permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accurs
as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h. 92. 5 Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidika: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekom. Dikbud. dan PT. RajaGrafindo, 2010), cet. 14 h. 7
10
organisme sebagai hasil pengalaman. The process of acquiring
knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Belajar adalah A
relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a
result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.6
Menurut Udin Syaefudin Saud, kini mengajar lebih sering
dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara
integrative sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.7
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran hampir sama dengan mengajar, namun pada dasarnya
berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi atau situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara
itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau
proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar
mengajar, dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara
sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku siswa. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional
yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran
juga merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya
suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Setelah memahami definisi dari pembelajaran di atas, selanjutnya
akan dipaparkan mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
(UU No 20/2003 pasal 1 ayat 1) menyatakan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
6 Muhibbin Syah, Psikologi... h. 91.
7 Udin Syaefudin Saud., Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010). Cet. 4
. h. 55.
11
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara”.
Konsep pendidikan dalam era globalisasi tidak boleh terlepas dari
pendidikan nilai (afektif), begitupun dengan aspek pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomor). Pendidikan tidak sekedar
terfokus pada alih pengetahuan (transfer of knowledge), namun
disertai pula signifikansi alih sikap (transfer of attitude). Hal ini
seiring dengan pendapat Adimihardja bahwa fungsi pendidikan yang
dibangun dan dikembangkan oleh suatu Negara adalah untuk
meningkatkan peradaban civilization anak bangsa, agar memiliki nilai-
nilai budaya yang lebih tinggi. Melalui peningkatan peradaban,
diharapkan manusia akan berprilaku lebih arif dalam memelihara
keseimbangan hubungan antara sesama manusia, lingkungan di mana
mereka hidup, dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.8
Konsep Dewey dalam Somantri yang dikutip Ine Kusuma Aryani
dan Markum Susatim menyebutkan bahwa, perlunya rekonstruksi
kewarganegaraan dengan prinsip-prinsip filsafat pendidikan, yaitu: (a)
prinsip pendidikan harus mempunyai tujuan (perennialism), (b)
prinsip kesinambungan pengalaman kebudayaan (essensialism), (c)
prinsip bahwa proses perubahan budaya dimungkinkan oleh tindakan
intelligent reflectifve thinking, dan harus merupakan bagian integral
dari proses pendidikan dan proses perubahan social (progressivism),
serta (d) reconstrucsionism, proses membangun makna pendidikan.9
Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics yang
mengemban misi pendidikan demokrasi dan HAM telah banyak
dilakukan pemerintah diantaranya adalah: pelajaran Civics
Pendidikan Kemasyarakatan, Pendidikan Kewargaan Negara,
Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum, Pendidikan Moral
Pancasila, di perguruan tinggi, Manipol dan USDEK, Pancasila dan
UUD 1945, Pendidikan Kewiraan, dan Filsafat Pancasila.
Menurut Muhammad Numan Somantri yang kutip A. Ubaedillah
dan Abdul Rozak “bahwa Civic sebagai ilmu kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan: (a) manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi [organisasi social,
ekonomi, politik]; (b) individu-individu dengan negara. Dan
8 Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. h. 10. 9 Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 14.
12
Edmonson menyatakan bahwa makna Civics selalu didefinisikan
sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang
terkait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga
Negara”.10
Sedang Azyumardi Azra yang dikutip A. Ubaedillah dan Abdul
Rozak mengemukakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi
dan pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan
tentang banyak hal, seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga-
lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga Negara,
proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga Negara
dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan
sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi public
dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif
dan sebagainya.11
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa
kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang di dalamnya
memuat berbagai nilai dan norma sendi-sendi kehidupan universal
manusia baik individu, kelompok, bahkan masyarakat secara umum
terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan agama.
Dan konsep pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk
mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup
pengetahuan nilai, sikapnya, serta keterampilannya.
Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih.
Menurut Sikun Pribadi yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan
Markum Susatim berpendapat, “mendidik yaitu suatu usaha yang
lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani,
semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lain.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang
bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia.
Melatih merupakan suatu usaha untuk memberi sejumlah
keterampilan tertentu, yang dilaksanakan secara berulang-ulang,
sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak”.12
10
A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).
(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2008). Cet. 3. h. 5. 11
A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 7. 12
Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 39.
13
Lebih dasar dari pengertian PKn secara umum, maka pembelajaran
PKn di tingkat sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan sikap dan
prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-
nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti
pendidikan di SLTP.
Dan jika dilihat dari fungsinya, mata pelajaran PKn memiliki tiga
misi besar. Pertama, misi conservation education, yakni,
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila. Kedua, social
and moral development, yakni, mengembangkan dan membina siswa
yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang
berlaku, serta berbudi pekerti luhur. Dan ketiga, fungsi socio-civic
development, yakni membina siswa agar memahami dan menyadari
hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat,
serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio cultural,
usia, dan suku bangsa,untuk menjadi warga Negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter.
Materi kewarganegaraan bertujuan mengembangkan kemampuan
sebagai berikut:
- Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
- Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
- Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia,
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
14
- Berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung , dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.13
b. Tujuan Pembelajaran PKn
Setiap kegiatan belajar-mengajar, apapun materinya selalu
memiliki sasaran (target). Sasaran yang juga lazim disebut tujuan itu
pada umumnya tertulis. Akan tetapi, ada juga sasaran yang tak tertulis
dan dikenal dengan objective in mind.
Sasaran yang dituju oleh kegiatan belajar mengajar bersifat
bertahap dan meliputi beberapa jenjang yang konkret dan langsung
dapat dilihat dan dirasakan sampai yang bersifat nasional dan
universal. Ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya, sasaran KBM
dapat dikategorikan dalam tiga macam.
1. Sasaran-sasaran jangka pendek, seperti TPK (Tujuan
Pembelajaran Khusus).
2. Sasaran-sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan
dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan
menengah.
3. Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.
Tujuan khas yang menjadi tanggung jawab guru sekolah adalah
tujuan instruksional dan tujuan kurikuler.
Sedangkan tujuan pedidikan secara nasional sebagaimana telah
dijabarkan dalam undang-udang dan peraturan menteri sebagai
berikut:
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional menyatakan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengermbangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
13
Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 18.
15
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.14
Keputusan tentang tujuan pendidikan diambil pada berbagai
tingkatan. Tujuan pendidikan nasional biasanya ditentukan oleh
instansi tertinggi dalam pemerintahan yaitu parlemen atau Dewan
Perwakilan Rakyat karena bertalian dengan sifat warga negara
yang diinginkan untuk menjamin kelangsungan bangsa dan
negara.Tujuan kurikulum yang bersifat umum dapat merupakan
wewenang kementerian pendidikan dan pengajaran beserta
aparatnya. Dalam usaha itu dapat diminta bantuan para ahli dalam
bidang pendidikan dan ahli-ahli dalam tiap disiplin ilmu.Tujuan
yang spesifik biasanya dipercayakan kepada guru dalam
mempersiapkan tiap pelajaran yang akan diberikannya. Ada
kemungkinan guru itu juga melibatkan orang tua atau murid-murid
walaupun belum merupakan kelaziman di sekolah kita. Tentu saja
tujuan pada tingkat rendah tidak boleh bertentangan dengan tujuan
yang lebih tinggi, bahkan harus memberikan sumbangan untuk
merealisasikannya. Penentuan tujuan kurikulum menurut nilai-nilai
yang dijunjung tinggi dalam masyarakat berrkenaan dengan asas
filosofis dalam pengembangan kurikulum.15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Bab II Pasal 4 Tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan: Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.16
Bagi tingkat dasar, guru sebagai pedidik memiliki wewenang untuk
merancang tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran.
Adapun tujuan pembelajaran tersebut sebenarnya tercermin dalam
indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya.
Di samping itu, indikator sebagai tujuan yang disusun mengacu pada
kurikulum yang menjadi pedomannya.
14
Abd. Rozak., Fauzan., H. Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang Pendidikan. (Jakarta: FITK Press, 2010), h. 6.
15 S. Nasution., Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990). Cet.
3. h. 48. 16
Abd. Rozak., Fauzan., H. Ali Nurdin. Kompilasi... h. 89.
16
3. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Muhibbin Syah mendefinisikan metode diskusi sebagai berikut:
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).
Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Aplikasi
metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah
siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.17
Menurut Masitoh, “Metode mengajar diskusi merupakan cara
mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui
problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan
pendapat atau keputusan secara bersama”.18
Sedangkan Abdul Majid berpendapat bahwa “Metode diskusi
merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya”.19
Heris Hermawan menyatakan bahwa “Metode diskusi yaitu suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan dan
menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu
masalah”.20
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Diskusi adalah memberikan
alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem
17
Muhibbin Syah, Psikologi... h. 205. 18
Masitoh, Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Ditjend. Pendidikan Islam Depag. RI., 2009),
h. 118. 19
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, ((Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
cet. 7, h. 141. 20
A. Heris Hermawan., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Ditjen. Pendais. 2009). h.
259.
17
kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus
dikuasai secara mendalam”.21
Sedangkan menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As.
Yusuf, “Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari
bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,
sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tigkah
laku murid”.22
Oleh karena itu dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa metode diskusi yaitu salah satu cara atau teknik
belajar yang di dalamnya mengandung proses interaksi antara dua
orang atau lebih yang dilakukan seorang guru dalam menyelesaikan
masalah dan mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat
dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara
optimal sehingga menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Menurut Muhibbin Metode diskusi diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar untuk:
1) Mendorong siswa berpikir kritis;
2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas;
3) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama;
4) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.23
Dan karakteristik dalam metode diskusi menurut Masitoh &
Laksmi Dewi adalah:
1) Bahan pelajaran dengan topik permasalahan/persoalan.
2) Adanya pembentukan kelompok.
3) Ada yang mengatur pembicaraan.
4) Aktivitas siswa berpendapat.
21
Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2000). h. 198. 22
H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus Pendidikan
Agama. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983). h. 89. 23
Muhibbin Syah, Psikologi...h.205.
18
5) Mengarah pada suatu kesimpulan/pendapat bersama.
6) Guru lebih berperan sebagai pembimbing/motivator.
7) Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran.
8) Melatih sistematika dan logika berpikir.
9) Melatih bahasa lisan.24
Di dalam metode diskusi juga mengandung pengalaman belajar
bagi siswa,
1) Pemahaman terhadap persoalan.
2) Belajar bersama (cooperative learning).
3) Pemahaman pendapat oramg lain.
4) Pembentukan rasa solidaritas.
5) Pemahaman terhadap pengambilan keputusan.
6) Menerapkan cara penyelesaian persoalan.
7) Menerapkan cara menyampaikan pendapat.25
Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf berpendapat
metode diskusi dapat dipergunakan:
1) Apabila ada soal-soal (masalah) yang sebaiknya pemecahannya
diserahkan kepada murid-murid.
2) Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama mengenai
sesuatu masalah.
3) Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk
merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang
dapat diterima oleh orang lain.
4) Untuk membiasakan anak didik suka mendengar pendapat
orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri;
membiasakan sikap terbuka/toleran.26
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterlibatan siswa sebagai objek dan subjek dalam metode diskusi
akan menjadikan mereka lebih percaya diri, termotivasi untuk mampu
menuangkan gagasan, fleksibel dalam pergaulan, dan dapat
mengendalikan diri, serta berpikir realistis, dan toleran.
Menurut Masitoh & Laksmi, kemampuan guru yang harus
diperhatikan untuk menunjang keberhasilan diskusi diantarnya adalah:
24
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 25
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 26
H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus... h. 89.
19
1) Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
2) Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan
mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan.
3) Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan
permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa.
4) Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi.
5) Menguasai permasalahan yang didiskusikan.27
Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan
untuk menunjang pelaksanaan diskusi diantaranya adalah:
1) Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi.
2) Mampu melaksanakan diskusi.
3) Mampu belajar secara bersama.
4) Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide.
5) Mampu memahami pedapat orang lain.28
Saran-saran pelaksanaan diskusi sebagai berikut: 1) Hendaknya
diusahakan agar supaya setiap murid mendapat giliran berbicara dan
menyatakan pendapatnya. 2) Hendaknya setiap murid belajar
mendengarkan pendapat orang lain.29
Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa ketika pelaksanaan
diskusi akan dijalankan, maka menjadi keharusan bagi guru sebagai
pelaksana untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar proses diskusi
berjalan dengan dinamis dan antusias yang tinggi. Begitu pula bagi
peserta, dalam hal ini para siswa, mereka pun harus mempersiapkan
diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk larut dan
aktif di dalam perdebatan diskusi yang akan terjadi nantinya.
Setiap metode pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, demikian pula dengan metode diskusi.
Kelebihan/keunggulan metode diskusi menurut Syaiful Bahri
Djamarah adalah:
27
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 28
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 29
H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus... h. 90.
20
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga
dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang
lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan
membiasakan sikap toleran.
Adapun kekurangannya adalah:
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.30
Sedangkan segi positifnya adalah:
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan
perhatian/pikirannya kepada masalah yang sedang
didiskusikan. Partisipasi anak dalam metode ini lebih baik.
2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti:
toleransi, demokratis, berpikir kritis, sistematis, sabar dan
sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah difahami anak, karena anak-
anak mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu
kesimpulan.
4) Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan
tata tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada
musyawarah yang sebenarnya.
Segi negatifnya:
1) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi
anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk
melepaskan diri dari tanggung jawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang
dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.31
Menurut Masitoh & Laksmi, Keunggulan metode diskusi:
1) Siswa bertukar pikiran.
2) Siswa dapat menghayati permasalahan.
3) Merangsang siswa untuk berpendapat.
4) Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab/solidaritas.
30
Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan... h. 199. 31
H. Zuhairini... h. 90.
21
5) Membina kemampuan berbicara.
6) Siswa belajar memahami pikiran orang lain.
7) Memberikan kesempatan belajar.
Kelemahan:
1) Relatif waktu yang banyak.
2) Apabila siswa tidak memahami kosep dasar, diskusi
tidak efektif.
3) Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan
bahasa.
4) Apabila guru tidak dapat membimbing diskusi tidak
efektif.32
Jika ditarik kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa kelebihan
dari metode diskusi bagi siswa dapat menumbuhkan sifat bijak, kritis,
toleran, memiliki pandangan yang luas terhadap sebuah persoalan, dan
bisa menghargai orang lain.
Sedangkan disisi lain bila ditinjau dari segi negatifnya siswa yang
pendiam akan cenderung kesulitan dalam berinteraksi dan minim
informasi yang semestinya didapatkan dari guru.
b. Tujuan Diskusi
Menurut Mulyani Sumantri sebagaimana dikutip Abdul Majid,
metode diskusi bertujuan untuk: 1) melatih peserta didik
mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan,
dan menyimpulkan bahasan; 2) melatih dan membentuk kestabilan
sosio-emosional; 3) megembangkan kemampuan berpikir sendiri
dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih
positif; 4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam
menemukan pedapat; 5) mengembangkan sikap terhadap isu-isu
kontroversial; dan 6) melatih peserta didik untuk berani berpendapat
tentang sesuatu masalah.33
Menururt Muhibbin, “Tujuan penggunaan metode diskusi
ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi
32
Masitoh.... h. 118. 33
Abdul Majid... h. 142.
22
(rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam
(reflective thinking)”.34
Menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf,
“Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan
mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran
dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-
kemungkinan jawaban”.35
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
tujuan dari metode diskusi itu adalah cukup potensial untuk menggali
potensi yang ada pada diri siswa, membantu siswa berpikir secara
kritis dan juga untuk mengembangkan motivasi belajar.
c. Jenis-jenis Diskusi
Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang
mengikutinya, Muhibbin Syah menggolongkan diskusi menjadi empat
macam:
1) Diskusi Informal. Biasanya hanya kelompok-kelompok kecil yang
salah seorang diantaranya tampil sebagai pemimpin tanpa
pembantu atau wakil.
2) Diskusi Formal. Dua diantara peserta dipilih atau ditunjuk sebagai
pemimpin dan wakilnya.
3) Diskusi Panel. Kata “panel” sendiri berarti kelompok pembicara
yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama mereka ini menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari peserta.
4) Diskusi Simposium. Agenda masalah dalam simposium
disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih).
Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya
mengenai topik yang sama atau salah satu aspek dari topik yang
sama tersebut.36
34
Muhibbin.... h. 205. 35
H. Zuhairini... h. 89. 36
Muhibbin... h. 206.
23
Sedangkan ditinjau dari sudut pola pemusatan orang yang berperan
dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi dua:
1. Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru).
Peran guru:
1) Indikator, yakni yang menampilkan agenda masalah sebagai
topik diskusi.
2) Direktur, yang mengarahkan pembicaraan.
3) Moderator, yang berwenang mengatur lalu lutas pembicaraan.
4) Evaluator, penilai kemajuan dan partisipasi para partisipan.
Peran siswa (partisipan):
1) Kontributor, penyumbang saran dan pemikiran
2) Evaluator, penilai taraf keberhasilan upaya pemecahan masalah.
2. Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa).
Peran guru:
1) Indikator;
2) Konsultan (penasehat);
3) Encourager (pendorong semangat);
4) Observer dan Evaluator (peninjau dan penilai partisipan).
Peran siswa (partisipan):
1) Moderator;
2) Kontributor;
3) Encourager;
4) Evaluator.37
Pelaksanaan diskusi menurut H. Zuhairin, Abdul Ghofir, dan
Slamet As. Yusuf dapat dengan:
1. Diskusi kelas (class discussion)
langsung dipimpin oleh guru, dengan melontarkan bahan pokok
bahasan diskusi kepada semua anak, dan setiap anak
diharapkan partisipasinya untuk memecahkannya bersama-
sama.
2. Diskusi kelompok (small group discussion)
Dengan jalan membagi kelas menjadi beberapa kelompok
dengan beberapa pokok bahasan diskusi yang berbeda-beda.
Tahap pertama pokok bahasan tersebut didiskusikan dalam
37
Muhibbin... h. 207
24
kelompok masing-masing, yang kemudian tahap terakhir
dikemukakan dalam diskusi kelas.38
Dari beberapa jenis diskusi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
jenis diskusi pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam jenis formal
dan informal. Di mana diskusi formal adalah jenis diskusi yang terkait
dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan juga semua
anggota kelompok diskusi dapat ikut aktif dengan catatan setelah
terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan diskusi.
Sedangkan diskusi dalam jenis informal adalah jenis diskusi yang
tidak terlalu terikat dengan peraturan-peraturan yang ada, semua
anggota kelompok diskusi juga ikut aktif tanpa harus diberi waktu
terlebih dahulu oleh pimpinan diskusi.
Jenis apapun diskusi yang digunakan, dalam pelaksanaannya, guru
harus mengatur kondisi agar:
1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam
berdiskusi.
2) Siswa mampu melaksanakan diskusi.
3) Siswa mampu belajar secara bersama.
4) Siswa mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide.
5) Siswa mampu memahami pendapat orang lain.39
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi
merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah dan mendorong siswa untuk dapat meningkatkan
cara berpikir ilmiah dan mengembangkan pengetahuannya yang
mengutamakan kelompok dibandingkan individual.
d. Langkah Langkah Pelaksanaan Diskusi
1. Langkah perencanaan
38
H. Zuhairin... h. 92. 39
Masitoh...h. 118.
25
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, diskusi yang baik dilaksanakan
dalam suasana bebas terpimpin dan intim. Hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi:
1) Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Yang
harus diperhatikan: (1) minat anak didik; (2) kemampuan
anak didik; (3) bermakna.
2) Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah
memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan
topik secara baik.
3) Diskusi dipersiapkan secara baik; nara sumber, pertanyaan
kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi.
4) Ditetapkan besarnya kelompok.
5) Pengaturan tempat duduk.40
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
melakukan persiapan diskusi dapat dilakukan dengan langkah
mempersiapkan topik masalah, kesiapan siswa, nara sumber, dan
pengaturan tempat duduk agar ketika diskusi dilaksanakan dapat
berjalan dengan baik, tertib dan tercapai tujuan yang diharapkan.
2. Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi
adalah:
a) Pemusatan perhatian;
b) Mengklasifikasi masalah;
c) Menganalisis pandangan anak didik;
d) Meningkatkan kontribusi;
e) Membagi partisipasi.41
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pelaksanaan diskusi
yag berhasil dapat dilakukan dengan perhatian yang baik, memberi
informasi penjelas, melokalisasi pandangan, dan memberi kesempatan
yang sama dalam sumbangan pemikiran/berpendapat.
3. Menutup Diskusi
40
Syaiful... h. 160. 41
Syaiful... h. 160.
26
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi hendaklah dilakukan sebagai berikut:
1) Merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal
yang penting, atau dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau
dengan menarik kesimpulan.
2) Menyebutkan kerja tidak lanjut.
3) Mengevaluasi hasil atau proses diskusi.42
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan menutup diskusi
dapat dilakukan dengan merangkum hasil diskusi, menarik
kesimpulan, dan mengevaluasi agar hasil diskusi yang dicapai berhasil
dengan efektif.
e. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil
Menurut Syaiful Bahri Djamarah keterampilan membimbing
diskusi yaitu:
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.
2) Mengklasifikasi masalah.
3) Menganalisis pandangan siswa.
4) Meningkatkan kontribusi.
5) Membagi partisipasi.
6) Menutup diskusi.
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan.43
Dari beberapa komponen keterampilan yang harus dimiliki guru
dalam membimbing diskusi kelompok kecil dapat disimpulkan,
pertama memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan tujuan dan topik yang
akan dibahas pada awal diskusi, kemukakan masalah-masalah khusus,
catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan, rangkum hasil
pembicaraan dalam diskusi. Kedua mengklasifikasi masalah dapat
dilakukan dengan menyusun kembali atau merangkum sumbangan
42
Syaiful... h. 160. 43
Syaiful... h. 160.
27
pikiran siswa yang agak membingungkan sehingga menjadi jelas,
menggunakan pertanyaan melacak terhadap komentar siswa sehingga
membantu kelompok mengklasifikasikan masalah, menguraikan
sumbangan pemikiran siswa dengan jalan memberi informasi atau
contoh yang sesuai sehinngga memperjelas pemahaman.
Ketiga menganalisis pandangan siswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara guru melokalisasi pendapat yang disetujui maupun yang
tidak disetujui, dan mencari alasan mengapa peserta sampai pada
pandangan seperti itu, ini berguna untuk mengeksplorasi nilai-nilai
yang memberi harapan untuk membuat keputusan atau sampai pada
konsensus (kesepakatan).
Keempat meningkatkan kontribusi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan
diskusi, menggunakan stimulasi berupa contoh-contoh verbal maupun
nonverbal, memancing dengan membuat komentar bertentangan
(kontroversi), menunggu dengan tenang, tetapi juga mengharapkan
sumbangan pikiran siswa daripada hanya mengisi dengan
pembicaraan yang asal bicara, memberi dukungan terhadap
sumbangan pikiran siswa dengan mendengarkan penuh perhatian,
pemberian komentar positif, dengan gerak badan, dan secara akrab.
Kelima membagi partisipasi dengan cara hati-hati meminta
pandangan siswa yang kurang berpartisipasi tanpa harus memalukan
atau tanpa mengejek, mencegah kegaduhan sehingga pembicaraan
seseorang dapat didengar oleh semua anggota, mencegah siswa yang
yang cenderung memonopoli diskusi, meminta persetujuan sementara
untuk tidak menemui jalan buntu dan memperluas wawasan,
meningkatkan pemberian komentar siswa terhadap pendapat siswa
lainnya sehingga interaksi dapat ditampilkan.
28
Keenam menutup diskusi. Hal ini menyangkut soal merangkum
hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau
dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau dengan mearik
kesimpulan, memberikan topik diskusi berikutnya, atau menyebutkan
kerja tindak lanjut untuk kelompok, guru melibatkan diri dalam
mengevaluasi hasil atau proses diskusi kelompok kecil.
Dan ketujuh hal-hal yang perlu diperhatikan, hendaknya guru tidak
mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan,
membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi, membiarkan
terjadinya penyimpangan pembicaraan yang tidak relevan,
membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi, tidak memperjelas atau
mendukung kemampuan pikir siswa dan gagal mengakhiri diskusi
secara efektif.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori maka peneliti berasumsi bahwa dalam
proses pembelajaran hendaknya pendidik mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam proses
pembelajaran seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam
mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran yang dapat
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah kemampuan guru
dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang akan
digunakan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini
peneliti memilih salah satu metode yaitu metode diskusi.
Metode diskusi merupakan salah satu metode belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat dan saling tukar
menukar pengalaman serta kerjasama antar siswa sehingga mampu
memecahkan suatu masalah. Selain itu dengan metode diskusi siswa
diharapkan mampu belajar mandiri, aktif, dan menyenangkan.
29
Tujuan dari metode diskusi adalah agar siswa belajar berpartisipasi
dalam memecahkan suatu masalah bersama. Ciri-ciri metode diskusi
itu dapat mempertinggi partisipasi siswa secara idividual, memperluas
pandangan, mengembangkan kepemimpinan, dan siswa dapat berpikir
aktif.
Tujuan: Metode diskusi Ciri-ciri metode diskusi:
Proses Pembelajaran
Siswa Aktif
Gambar 2.1. kerangka berpikir
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti berasumsi
bahwa diduga metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta
Selatan terhadap mata pelajaran PKn.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Fokus penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui secara
mendalam proses bembelajaran siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui metode diskusi pada mata
pelajaran PKn. Sasaran yang ingin dicapai adalah sejauhmana keaktifan
siswa dalam pembelajaran tersebut. Maka dalam hal ini jenis penelitian
yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang
biasa dikenal dengan Classroom Action Reasearch (CAR).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.44
Karena Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di
kelas, menjadi sangat relevan jika dilakukan peneliti yang juga merupakan
guru di sekolah tersebut.
B. Subjek Penelitian
Penelitian tentang peningkatan aktifitas pembelajaran siswa
terhadap mata pelajaran PKn melalui metode diskusi ini dilaksanakan di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dan subjek
penelitiannya adalah siswa kelas VI A sebanyak 36 orang yang terdiri dari
19 putera dan 17 puteri. Sedangkan mengenai waktu pelaksanaan PTK ini
adalah bulan Maret 2012.
44
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara., 2009), h. 3.
31
C. Instrumen Penelitian
Mengacu pada judul yang dikemukakan di atas, maka instrumen
yang paling tepat digunakan dalam PTK ini adalah observasi dan
penyebaran angket.
Pada tahap observasi, peneliti melakukan pengamatan dengan
seksama terhadap pelaksanakan metode diskusi di kelas untuk mengetahui
sejauhmana efektifitas pembelajaran dilaksanakan dengan metode tersebut
hingga pada saat teridentifikasi suatu masalah/kendala dapat diambil
tindakan untuk memperbaikinya.
Sedangkan angket yang berisi butir-butir pertanyaan/kuisioner
yang disebarkan kepada siswa untuk diisi merupakan bagian/komponen
yang dapat menjelaskan, menggambarkan dan atau membanding dari
proses observasi yang dilakukan. Oleh karena itu, dengan kedua instrumen
tersebut dapat teridentifikasi hal-hal yang akan di PTK kan.
D. Prosedur Penelitian
Dalam PTK ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap
siklus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa
persiapan awal yaitu:
a. Mengajukan proposal sekaligus judul penelitian yang ditujukan
kepada kepala program Peningkatan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Konsultasi kepada dosen pembimbing yang sudah ditentukan secara
terstruktur oleh kepala program.
c. Menyusun kisi-kisi instumen penelitian.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Konsultasi kepada dosen pembimbing.
f. Membuat surat izin penelitian.
32
g. Konsultasi kepada kepala sekolah.
h. Melaksanakan penelitian.
i. Konsultasi kepada dosen pembimbing.
j. Membuat laporan penelitian (skripsi).
2. Tindakan (action)
Tahapan kedua ini merupakan pelaksanaan atau implementasi dari
isi rancangan yang telah disusun yaitu melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi yang di desain
sebagai berikut:
Alteratif pelaksanaan
Permasalahan pemecahan tindakan I
S i k l u s I
Refleksi I analisis data observasi I
Alternatif pemecahan pelaksanaan
Belum (rencana tindakan) tindakan II
S i k l u s II
Refleksi II analisis data observasi II
Gambar 3.1. desain tindakan
33
Adapun tindakan yang akan dilakukan dalam kedua siklus tersebut
adalah sebagai berikut:
NO.
1.
TAHAPAN
Perencanaan Ide
Temuan awal
Diagnosa
KEGIATAN
Peningkatan aktivitas pembelajaran
siswa pada mata pelajaran PKn
Observasi pembelajaran sehari-hari
a. Mengamati kegiatan belajar
mengajar PKn di kelas VI A
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Kebagusan Jakarta Selatan.
b. Kurang aktifnya siswa dalam
kegiatan pembelajaran PKn.
Aktivitas siswa dapat ditingkatkan
dengan menggunakan metode diskusi
Ssiklus I
Perencanaan
1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
PKn dengan metode diskusi.
2. Mengemukakan masalah yang akan
didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai
tata cara diskusi.
3. Membentuk kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekretaris, pelapor, mengatur tempat
duduk, dan lain-lain
34
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
1. Siswa berdiskusi di dalam
kelompoknya masing-masing, dan
guru berkeliling mejaga ketertiban
serta memberikan dorongan dan
bantuan sepenuhnya agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi
aktif.
2. Siswa mencatat hasil diskusi.
3. Setiap kelompok melaporkan hasil
diskusinya dan mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya tersebut.
4. Guru memberikan penjelasan
tambahan terhadap laporan-laporan
tersebut.
5. Guru memberikan kesimpulan hasil
diskusi
Memantau atau mengamati jalannya
proses diskusi, mengisi lembar
observasi.
a. Mengumpulkan catatan pengamatan
dan hasil observasi serta melakukan
analisis.
b. Menemukan dan menyimpulkan
hasil sementara.
c. Merencanakan siklus II dan
memperbaiki kelemahan yang
ditemukan pada siklus I dan
memberi alternatif solusi.
35
Siklus II dan seterusnya
Penyusunan Laporan Penelitian
Tabel 3.2. Intervensi Tindakan
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan seiring dilaksanakannya tindakan di kelas
yang menjadi fokus dari penelitian ini. Di dalam pengamatan ini
peneliti selain mengamati jalannya proses pembelajaran dalam tindakan
juga melengkapi diri dengan perangkat pendukung pengamatan seperti
mengisi lembar observasi, kamera, catatan lapangan, dan lain-lain.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahapan ini, data dan semua dokumen yang diperoleh dari
hasil penelitian pada siklus I dianalisis untuk selanjutnya digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II.
Sedangkan refleksi yang dilakukan pada siklus II merupakan
kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian yang dilaksanakan
sekaligus untuk mengetahui keberhasilan penelitian.
E. Teknik atau Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah pengamatan berperanserta lengkap, pemeranserta
sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeranserta, dan dokumentasi.
1. Pengamatan Berperanserta (participant observation)
Pengamat/peneliti dalam hal ini menjadi anggota penuh
dari kelompok yang diamati untuk memperoleh informasi apa saja
yang dibutuhkan, termasuk yang paling rahasia.
36
2. Pemeranserta Sebagai Pengamat
Pengamat/peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta
tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Pengamat sebagai
anggota pura-pura jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya.
3. Pengamat Sebagai Pemeranserta
Pengamat secara terbuka diketahui oleh peserta dan segala
macam informasi mudah diperoleh.
4. Dokumentasi
Data dalam PTK ini diperoleh dari proses pelaksanaan
metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas VI Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui
observasi, pengamatan langsung, dan penyebaran angket.
F. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah dilaksanakan tindakan yang
menjadi fokus PTK dengan dua siklus. Siklus I untuk mengetahui
sejauhmana pelaksanaan metode yang digunakan. Setelah diketahui
hasilnya, maka dilanjutkan pada siklus II yang memberikan alteratif solusi
di dalamnya.
Di dalam melaksanakan tindakan yang dibagi menjadi dua siklus
tersebut, observasi dan penyebaran angket mejadi alat utama yang
memiliki fungsi strategis untuk dapat mengidentifikasi masalah. Oleh
karenanya dari hasil observasi dan angket yang dikumpulkan maka akan
dapat dideskripsikan berhasil atau tidaknya metode yang ditawarkan.
c. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
37
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.45
Adapun alasan digunakannya observasi karena pengamatan
didasarkan atas pengalaman secara langsung sehingga memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data.
Pedoman Observasi Praktik Diskusi
A B C D E
1 Tahap persiapan:
a. perhatian terhadap penjelasan guru
b. pemahaman terhadap tujuan
c. pemahaman terhadap pokok masalah
2 Tahap pelaksanaan:
a. mengemukakan pendapat
b. mencatat hasil diskusi
c. mempresentasikan hasil diskusi
d. Kejelasan bahasa
3 Tahap kulminasi:
a. membuat rangkuman
b. berpendapat sebagai umpan balik
c. memberi penilaian
Aspek-aspek yang diobservasiSkala nilai
%No.
Keterangan:
Bobot Nilai
A = 5; sangat baik
45
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosda, 2010), cet. 2, h. 153.
38
B = 4; baik
C = 3; cukup baik
D = 2; kurang
E = 1; sangat kurang
Tabel 3.3. Pedoman Observasi
d. Angket
Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam
implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan
wawancara dilaksanakan secara lisan.
Digunakannya angket dalam PTK ini karena 1) responden dapat
menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan
peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat
terjamin 2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya
homogen 3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah
responden yang besar yang dijadikan sampel.46
Angket
Berilah tanda centang (√ ) pada kolom SS, S, TT, TS, dan STS
Dari pernyataan di bawah ini yang kamu anggap sesuai!
Nama siswa :
Kelas : VI A.
No. Pernyataan SS S TT TS STS
1. Saya mempersiapkan diri untuk menerima
pelajaran PKn.
46 Zaenal Arifin, Evaluasi…., h. 166.
39
2. Saya menyukai pelajaran PKn.
3. Saya menyukai guru PKn mengajar
4. Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn
5. Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi
6. Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah
7. Saya harus mengajukan pendapat pada saat
diskusi
8. Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi
9. Saya selalu siap menjadi ketua diskusi
10. Saya tidak ingin hanya menjadi anggota saja
dalam diskusi
Keterangan:
SS : Sangat Setuju : poin 5
S : Setuju : poin 4
TT : Tidak Setuju : poin 3
TS : Tidak Setuju : poin 2
STS : Sangat Tidak Setuju : poin 1
Tabel 3.4. Tabel Angket Penelitian
40
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek PTK
Profil Madrasah
Madrasah tempat dilaksanakannya penelitian/PTK oleh penulis adalah
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda uang beralamat di Jalan Kebagusan IV Rt.
010/04 No. 88 Kelurahan Kebagusan Kecamatan Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta dengan nomor telepon 021-78836348, nomor statistik
111231740059 dan terakreditasi A, bernomor pokok wajib pajak 01.546428.2-
07.000. Kepala madrasah bernama Amir Machmud, S.Ag. Madrasah tersebut
berada di bawah Yayasan Yapinda dengan nomor telepon 021-7829401.
Madrasah seluas 985 M2 itu berdiri di atas tanah wakaf seluas 1285 M2.
Data Siswa
Data terakhir/tahun pelajaran (2011/2012) siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kebagusan berjumlah empat ratus empat puluh delapan terdiri atas:
- siswa kelas 1 sebanyak 89 dibagi menjadi dua kelas.
- siswa kelas 2 sebanyak 85 dibagi menjadi tiga kelas.
- siswa kelas 3 sebanyak 52 dibagi menjadi dua kelas.
- siswa kelas 4 sebanyak 89 dibagi menjadi tiga kelas.
- siswa kelas 5 sebanyak 81 dibagi menjadi tiga kelas.
- siswa kelas 6 sebanyak 72 dibagi menjadi tiga kelas.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan terdiri dari:
6 unit ruang belajar.
1 unit perpustakaan.
1 unit ruang laboratorium IPA.
1 unit ruang pimpinan.
41
1 unit ruang guru.
1 unit mushalla.
1 unit ruang UKS.
2 unit jamban/toilet
1 unit gudang.
1 unit lapangan olah raga.
Tenaga Pendidik dan Kependidikan
3 orang guru PNS yang diperbantukan.
19 orang guru tetap yayasan.
1 orang tata usaha
Data Guru
Jumlah seluruh guru yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Kebagusan sebanyak 22 orang dan 1 orang tata usaha, mereka adalah:
1. Amir Machmud, S.Ag. Kepala Madrasah
2. Abdurrahman, S.Ag. wakil Kepala Madrasah
3. Sarimah, S.Pd.I.
4. Adriansyah
5. Wangnih, S.Pd.
6. Atmawati, S.Ag.
7. H. Rizal Ibrahim, S.Pd.
8. Junaedi
9. Mutiah, S.Ag.
10. Saidah Arpah, S.Ag.
11. Mansuroh, S.Ag.
12. Nurjanah, S.Ag.
13. Charirioh, S.Ag.
14. Anita, S.Ag.
15. Hj. Nasyuroh, S.Ag.
16. Rini Wuryandari, S.Ag.
42
17. Linah, S.Ag.
18. H. Imam Saparuddin, S.Sos.I.
19. Acep, S.Pd.
20. Siti Najah, S.Ag.
21. Ina Nopiana, S.Pd.
22. Nurlaela
23. Elsa Safitri. Tata Usaha.
A. Deskripsi Data
1. Intervensi Tindakan
A. Perencanaan
a. Pelaksanaan metode diskusi.
Diskusi merupakan proses pembelajaran melalui interaksi dalam
kelompok. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para
siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna menampung pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu
masalah.
b. Mengemukakan masalah dan memberi penjelasan seperlunya.
Dalam hal mengemukakan masalah, setiap kelompok diminta
untuk membuka, membaca, dan memahami isi bab empat buku
PKn kelas enam yaitu tentang Peran Indonesia di Dunia
Internasional. Sedangkan dalam hal memberi pejelasan, peneliti
mengemukakan tata cara pelaksanaan diskusi yang akan
dilaksanakan.
c. Membentuk kelompok, memilih pemimpin, mengatur tempat
duduk. Setelah menjelaskan tata cara diskusi, peneliti membentuk
kelompok diskusi dengan pengklasifikasian pembagian anggota
berdasarkan tingkat pengetahuan yang sesuai. Artinya, siswa yang
dianggap lebih pandai dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian
43
diikuti dengan memasukkan siswa yang dianggap kurang pandai ke
dalam bagiannya. Setelah mereka berkumpul di dalam kelompok
masing-masing, peneliti meminta untuk memilih ketua, sekretaris,
dan pelapor. Usai proses pemilihan pimpinan diskusi oleh anggota
kelompok masing-masing, peneliti dibantu siswa mengatur tempat
duduk yang diformulasikan saling berhadap-hadapan dengan
bentuk persegi empat dengan jumlah anggota masing-masing
kelompok 6 orang.
B. Tindakan
a. Siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing dengan fokus
masalah yang diambil dari sub-sub bab empat buku PKn kelas
enam yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti berkeliling menjaga
ketertiban proses diskusi yang sedang berlangsung dengan cara
mengingatkan setiap anggota kelompok tetap fokus pada pokok
masalah, memberi bantuan yang diperlukan bagi siswa yang
mengalami kesulitan memahami fokus masalah yang dibahasnya,
dan memotivasi setiap anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalannya diskusi dengan memberi masukan atau pendapat.
b. Siswa mencatat hasil diskusi. Dalam penjelasan umum di awal,
peneliti mengungkapkan bahwa semua anggota diskusi harus
mencatat hasil yang dicapai pada saat pelaksanaan diskusi, poin-
poin apa saja yang penting karena hasil tersebut akan
dipresentasikan di depan kelas dan harus siap menjawab pertanyaan
dari kelompok lain.
c. Melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Sebagaimana
telah diungkapkan di atas bahwa setiap kelompok harus
melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas. Pada tahap ini semua ketua kelompok yang ditunjuk
oleh anggotanya melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi
di kelompoknya masing-masing di depan kelas. Dari rangkaian
44
kegiatan diskusi yang dilakukan hal ini merupakan momentum atau
peristiwa yang paling menarik, karena hampir seluruh siswa terlibat
aktif mengajukan pertanyaan terhadap kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusinya.
d. Guru memberikan penjelasan tambahan terhadap laporan hasil
diskusi siswa. Pada tahap ini peneliti menjelaskan pokok masalah
yang dibahas oleh setiap kelompok sebagai tambahan dan
penguatan sehingga seluruh anggota atau siswa merasa puas
terhadap seluruh jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan.
e. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi. Sebagai tahap akhir
dari pelaksanaan sebuah diskusi adalah membuat kesimpulan.
Dalam hal ini peneliti merangkum seluruh kegiatan diskusi yang
dilaksanakan semua kelompok menjadi sebuah kesimpulan yang
dapat mewakili segala pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang
disampaikan siswa dalam proses diskusi yang berlangsung yang
pada dasarnya merupakan intisari dari bab empat buku PKn kelas
enam yang dipelajari.
C. Pengamatan
Dalam proses pengamatan, peneliti memantau dan
mengamati pelaksanaan diskusi yang dilakukan seluruh kelompok
dengan seksama. Tidak hanya mengamati, peneliti juga membekali
diri dengan lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan
yang telah dipersiapkan untuk diisi dan dicatat mengenai segala
peristiwa yang terjadi dalam proses diskusi tersebut. Lembar
observasi, angket, dan catatan pengamatan dibutuhkan untuk
mengungkapkan temuan dan menghindari kealpaan jika hanya
mengandalkan kemampuan melihat dan mendengar semata pada
saat pendeskripsian dilakukan. Jadi, lembar observasi, angket, dan
catatan pengamatan mutlak peneliti butuhkan untuk bahan kajian.
45
D. Refleksi
a. Mengumpulkan catatan pengamatan, angket, dan lembar hasil
observasi kemudian menganalisisnya. Seluruh catatan pengamatan,
angket, dan isian lembar observasi terhadap pristiwa-peristiwa yang
terjadi selama proses diskusi dilaksanakan dikumpulkan. Setelah
terkumpul, seluruh komponen yang terkait dengan proses
pengamatan pelaksanaan diskusi selanjutnya dianalisis yang
bertujuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya metode diskusi
yang diterapkan (lihat analisis data).
b. Menemukan dan menyimpulkan hasil sementara. Setelah
dikumpulkan catatan penelitian, angket, dan lembar isian observasi
kemudian dilakukan analisis, maka ditemukan hasil. Dari hasil
yang didapatkan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan langkah-
langkah yang harus dilakukan pada kegiatan atau siklus berikutnya.
c. Merencanakan siklus II, memperbaiki kelemahan yang ada pada
siklus I dan memberi alternatif solusi. Dari hasil sementara yang
didapat dari proses analisis data pada siklus I, peneliti mengambil
langkah-langkah berikutnya kemudian diformulasikan dalam
pelaksanaan siklus II. Adapun langkah yang diambil sebagai
alternatif solusi untuk perbaikan pada siklus II adalah menjelaskan
lebih rinci lagi, memberikan nilai kepada siswa yang aktif dengan
cara terbuka, memotivasi, dan memberikan reward bagi yang
dianggap terbaik.
B. Analisis Data
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa data yang
diperoleh dari pelaksanaan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di
kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan
terdiri atas tiga sumber yaitu: 1) observasi, 2) angket, dan 3) catatan
pengamatan.
46
Dari hasil observasi, angket, dan catatan pengamatan pada siklus I
diperoleh data sebagai berikut:
1. Hasil observasi siklus I
A B C D E
1 Tahap persiapan:
a. perhatian terhadap penjelasan guru 1 13,9
b. pemahaman terhadap tujuan 1 8,3
c. pemahaman terhadap pokok masalah 1 8,3
2 Tahap pelaksanaan:
a. mengemukakan pendapat 1 8,3
b. mencatat hasil diskusi 1 8,3
c. mempresentasikan hasil diskusi 1 8,3
d. Kejelasan bahasa 1 8,3
3 Tahap kulminasi:
a. membuat rangkuman 1 5,6
b. berpendapat sebagai umpan balik 1 5,6
c. memberi penilaian 1 2,8
Aspek-aspek yang diobservasiSkala nilai
%No.
Tabel 4.1. Data hasil observasi
Analisis:
1. Tahap Persiapan.
a. Perhatian terhadap penjelasan guru.
Poin/nilai A/5 (13,9%) diberikan karena seluruh siswa/anggota
kelompok memperhatikan dengan seksama penjelasan yang
disampaikan.
b. Pemahaman terhadap tujuan.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa/anggota
kelompok memahami tujuan dari pelaksanaan diskusi.
c. Pemahaman terhadap pokok masalah.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian
siswa/kelompok memahami pokok masalah yang diberikan.
2. Tahap Pelaksanaan.
a. Mengemukakan pendapat.
47
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang
mampu mengemukakan pendapat pada saat berlangsungnya proses
diskusi.
b. Mencatat hasil diskusi.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang
mencatat hasil diskusi yang dilaksanakan.
c. Mempresentasikan hasil diskusi.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang
mampu mempresentasikan hasil diskusinya.
d. Kejelasan bahasa.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang
menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan runtut.
3. Tahap Kulminasi.
a. Membuat rangkuman.
Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya senagian kecil siswa
yang mampu membuat rangkuman terhadap proses diskusi yang
dilaksanakan.
b. Berpendapat sebagai umpan balik.
Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa
yang memberikan pendapat ketika diminta peneliti sebelum menutup
diskusi.
c. Memberi penilaian.
Poin/nilai E/1 (0,1%) diberikan karena hanya beberapa orang siswa
saja yang mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil
diskusi kelompok lain.
Skor total observasi siklus I adalah 28 poin atau 77,7%
48
2. Hasil angket siklus I
SS S TT TS STS
% % % % %
Saya mempersiapkan diri untuk menerima
pelajaran PKn
2 Saya menyukai pelajaran PKn 19,4 50 16,7 8,3 5,6
3 Saya menyukai guru PKn mengajar 16,7 63,9 13,9 5,6 -
4 Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn 16,7 33,3 30,6 16,7 2,8
5 Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi 3,3 50 8,3 8,3 -
6 Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 41,7 50.0 8,3 - -
Saya harus mengajukan pendapat pada saat
Diskusi
8 Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi 8,3 41,7 33,3 16,7 -
9 Saya selalu siap menjadi ketua diskusi 16,7 16,7 30,6 27,8 8,3
Saya tidak inging hanya menjadi anggota 11,1 44,4 16,7 13,9 13,9
saja dalam diskusi
13,9 69,4 8,3 8,3 -
No. Pernyataan
1
10
7 13,9 52,8 13,9 13,9 5,6
Tabel 4.2. Data hasil angket
Analisis:
1. Pernyataan 1, dari 36 siswa sebanyak 13,9% siswa sangat setuju untuk
mempersiapkan diri menerima pelajaran PKn, 69,4% memilih setuju,
8,3% tidak tahu, dan 8,3% menjawab tidak setuju.
2. Pernyataan 2, dari 36 siswa sebanyak 19,4% memilih sangat setuju
menyukai pelajaran PKn, 50% memilih setuju, 16,7% menjawab tidak
tahu, 8,3% menjawab tidak setuju, dan 5,6% menjawab sangat tidak
setuju.
49
3. Pernyataan 3, dari 36 siswa 6,17% menyatakan sangat setuju
menyukai guru PKn mengajar, 63,9% menyatakan setuju 13,9% tidak
tahu, dan 5,6% menyatakan tidak setuju.
4. Pernyataan 4, dari 36 siswa 16,7% menyatakan berperan aktif dalam
pembelajaran PKn, 33,3% menyatakan setuju, 30,6% menyatakan
tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% sangat tidak setuju.
5. Pernyataan 5, dari 36 siswa 3,3% menyatakan sangat setuju belajar
PKn dengan cara diskusi, 50% menyatakan setuju, 8,3% menyatakan
tidak tahu, dan 8,3% menyatakan tidak setuju,
6. Pernyataan 6, diskusi menjadikan wawasan saya bertambah, 41,7%
menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 8,3%
menyatakan tidak tahu.
7. Pernyataan 7, saya harus mengajukan pendapat pada saat diskusi,
13,9% menyatakan sangat setuju, 52,8% menyatakan setuju, 13,9%
menyatan tidak tahu, 13,9% menyatakan tidak setuju, dan 5,6%
menyatakan sangat tidak setuju.
8. Pernyataan 8, saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi, 8,3% siswa
menyatakan sangat setuju, 41,7% menyatakan setuju, 33,3%
menyatakan tidak tahu, dan 16,7% menyatakan tidak setuju.
9. Pernyataan 9, saya selalu siap menjadi ketua diskusi, 16,7% mejawab
sangat setuju, 16,7% menjawab setuju, 30,6% menyatakan tidak tahu,
27,8% menjawab tidak setuju, 8,3% menjawab sangat tidak setuju.
10. Pernyataan 10, dari 36 siswa 11,1% sangat setuju tidak ingin hanya
menjadi anggota diskusi, 44,4% setuju, 16,7% menjawab tidak tahu,
13,9% menyatakan tidak setuju, dan 16,7% menyatakan sangat tidak
setuju.
Jumlah pilihan rata-rata seluruh siswa 1242:36 = 34,5%
3. Catatan penelitian siklus I
Dari catatan penelitian yag berhasil dihimpun peneliti pada siklus I
dapat disimpulkan,
50
a. Pelaksanaan diskusi berjalan monoton dan kurang menarik. Hal
tersebut tergambar dari kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti
proses diskusi.
b. Minimnya silang pendapat atau tanya jawab yang muncul.
c. Adanya siswa yang seolah-olah tak peduli dengan proses diskusi.
d. Kurang mampunya pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, dan
pelapor/notulis) melaksanakan tugas-tugasnya.
Adapun hasil observasi, catatan penelitian, dan angket pada siklus II
diperoleh data sebagai berikut:
A. Hasil observasi siklus II
A B C D E
1 Tahap persiapan:
a. perhatian terhadap penjelasan guru 1 13,9
b. pemahaman terhadap tujuan 1 11,1
c. pemahaman terhadap pokok masalah 1 11,1
2 Tahap pelaksanaan:
a. mengemukakan pendapat 1 11,1
b. mencatat hasil diskusi 1 11,1
c. mempresentasikan hasil diskusi 1 8,3
d. Kejelasan bahasa 1 8,3
3 Tahap kulminasi:
a. membuat rangkuman 1 8,3
b. berpendapat sebagai umpan balik 1 5,6
c. memberi penilaian 1 5,6
Aspek-aspek yang diobservasiSkala nilai
%No.
Tabel 4.3. Data hasil observasi
Analisis:
1. Tahap Persiapan.
a. Perhatian terhadap penjelasan guru.
Poin/nilai A/5 (13,9%) diberikan karena seluruh siswa/anggota
kelompok memperhatikan dengan seksama penjelasan yang
disampaikan.
b. Pemahaman terhadap tujuan.
51
Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa/anggota
kelompok memahami tujuan dari pelaksanaan diskusi.
c. Pemahaman terhadap pokok masalah.
Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar
siswa/kelompok memahami pokok masalah yang diberikan.
2. Tahap Pelaksanaan.
a. Mengemukakan pendapat.
Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa mampu
mengemukakan pendapat pada saat berlangsungnya proses diskusi.
b. Mencatat hasil diskusi.
Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa
mencatat hasil diskusi yang dilaksanakan.
c. Mempresentasikan hasil diskusi.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian besar siswa mampu
mempresentasikan hasil diskusinya.
d. Kejelasan bahasa.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian besar siswa
menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.
3. Tahap Kulminasi.
a. Membuat rangkuman.
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian siswa mampu
membuat rangkuman terhadap proses diskusi yang dilaksanakan.
b. Berpendapat sebagai umpan balik.
Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa
yang memberikan pendapat ketika diminta peneliti sebelum menutup
diskusi.
c. Memberi penilaian.
52
Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa
yang mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil
diskusi kelompok lain.
Skor total observasi siklus II adalah 34 poin atau 94,4%
B. Hasil angket siklus II
SS S TT TS STS
% % % % %
Saya mempersiapkan diri untuk menerima
pelajaran PKn
2 Saya menyukai pelajaran PKn 13,9 38,9 33,3 11,1 -
3 Saya menyukai guru PKn mengajar 19,4 52,8 22,2 - -
4 Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn 5,6 22,2 47,2 16,7 2,8
5 Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi 16,7 38,9 19,4 22,2 -
6 Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 41,7 36,1 16,7 - -
Saya harus mengajukan pendapat pada saat
Diskusi
8 Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi 13,9 22,2 30,6 19,4 5,6
9 Saya selalu siap menjadi ketua diskusi 13,9 19,4 27,8 27,8 8,3
Saya tidak ingin hanya menjadi anggota 11,1 41,7 8,3 25 11,1
saja dalam diskusi
19,4 41,7 16,7 16,7 2,8
No. Pernyataan
1
10
7
8,3 52,8 25 13,9 -
Tabel 4.4. Data hasil angket
Analisis:
1. Pernyataan 1, saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran
PKn, 8,3% memilih sangat setuju, 52,8% menyatakan setuju, 25%
tidak tahu, dan 13,9% tidak setuju.
53
2. Pernyataan 2, saya menyukai pelajaran PKn, 13,9% siswa menyatakan
sangat setuju, 38,9% setuju, 33,3% tidak tahu, dan 11,1% menyatakan
tidak setuju.
3. Pernyataan 3, saya menyukai guru PKn mengajar, 13,9% siswa
menjawab sangat setuju, 38,9% menjawab setuju, 33,3% tidak tahu,
dan 11,1% menjawab tidak setuju.
4. Pernyataan 4, saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn, 5,6%
siswa menyatakan sangat setuju, 22,2% menyatakan setuju, 47,2%
tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% menyatakan sangat tidak
setuju.
5. Pernyataan 5, saya suka belajar PKn dengan cara diskusi, 16,7%
menyatakan sangat setuju, 38,9% menyatakan setuju, 19,4% tidak
tahu, 22,2% tidak setuju.
6. Pernyataan 6, diskusi menjadikan wawasan saya bertambah, 41,7%
menyatakan sangat setuju, 36,1% menjawab setuju, 16,7%
menyatakan tidak tahu.
7. Pernyataan 7, saya harus mengajukan pendapat pada saat diskusi,
19,4% menjawab sangat setuju, 41,7% menyatakan setuju, 16,7%
tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% menyatakan sangat tidak
setuju.
8. Pernyataan 8, saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi, 13,9%
menjawab sangat setuju, 22,2% setuju, 19,4% tidak tahu, 27,8% tidak
setuju, dan 8,3% menjawab sangat tidak setuju.
9. Pernyataan 9, saya selalu siap menjadi ketua diskusi, 13,9%
menjawab sangat setuju, 19,4% setuju, 27,8% tidak tahu, 27,8% tidak
setuju, dan 8,3% sangat tidak setuju.
10. Pernyataan 10, saya tidak ingin hanya menjadi anggota dalam diskusi,
11,1% menyatakan sangat setuju, 41,7% setuju, 8,3% tidak tahu, 25%
menyatakan tidak setuju, dan 11,1% menyatakan sangat tidak setuju.
Jumlah pilihan rata-rata seluruh siswa 1299:36 = 36,1%
54
C. Catatan penelitian siklus II
Dari catatan penelitian yag berhasil dihimpun peneliti pada siklus
II dapat disimpulkan,
e. Pelaksanaan diskusi berjalan lebih menarik. Hal tersebut tergambar
dari lebih antusiasnya siswa dalam mengikuti proses diskusi.
f. Silang pendapat atau tanya jawab semakin berkembang.
g. Siswa yang kurang pandaipun ikut aktif bertanya.
h. Pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, dan pelapor/notulis) mulai dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Berikut disajikan diagram batang sebagai gambaran hasil penilaian
observasi dan angket pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Diagram batang 4.5. Hasil observasi dan Angket
D. Pembahasan
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan metode diskusi
di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Observasi Angket Rata-rata Kenaikan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
55
Selatan dilaksanakan dalam dua siklus. Padahal untuk memperoleh hasil
yang maksimal hal tersebut belumlah cukup. Namun demikian,
keterbatasan waktu yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan hasil semaksimal mugkin sehingga didapatkanlah hasil
seperti tersebut di atas.
Berdasarkan deskripsi dan analisis data di atas dapat disimpulkan
bahwa dari dua siklus yang dilaksanakan terdapat peningkatan aktivitas
pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan metode diskusi
di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan
meskipun cukup kecil.
Dilihat dari proses observasi yang dilakukan dengan
memperhatikan 3 tahapan yang terdapat 10 aspek penilaian, pada siklus I
diperoleh hasil sebagai berikut:
Nilai tertinggi A yang memiliki bobot 5 atau 13,9% diperoleh 1
poin, nilai C dengan bobot 3 atau 8,3% diperoleh 6 poin, nilai D dengan
bobot 2 atau 5,6% diperoleh 2, dan nilai E yang memiliki bobot 1 atau
2,8% diperoleh 1 poin, dan jumlah nilai observasi pada siklus I dari 10
aspek diperoleh 28 poin atau rata-rata 77,7%. Sedangkan pada observasi
siklus II setelah dilakukan alternatif solusi dengan cara penjelasan lebih
terperinci, memberikan nilai kepada siswa yang aktif dengan cara terbuka,
memotivasi, dan memberikan reward bagi yang dianggap terbaik, maka
nilai yang diperoleh A=5=13,9% 1 poin, nilai B=4=11,1% diperoleh 4
poin, C=3=8,3% 3 poin, dan D=2=5,6% 2 poin, sehingga jumlah nilai
kumulatif dari 10 aspek diperoleh 34 poin atau rata-rata 94,4%. Maka
dapat disimpulkan bahwa dalam penilaian observasi yang dilakukan
peneliti terhadap proses diskusi yang dilaksanakan siswa antara siklus I
dan siklus II terdapat kenaikan sebesar 6 poin atau rata-rata 16,7%.
Jika dilihat dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa pada
siklus I sebanyak 127 poin atau 3,53% dipilih utuk pernyataan 1, 130 atau
3,61% untuk pernyataan 2, 139 atau 3,86% untuk pernyataan 3, 108 atau
3% untuk pernyataan 4, 126 atau 3,5% untuk pernyataan 5, 149 atau
56
4,14% untuk pernyataan 6, 129 atau 3,58% untuk pernyataan 7, 109 atau
3,03% untuk pernyataan 8, 111 atau 3,08% untuk pernyataan 9, dan 114
atau 3,17% untuk pernyataan 10. Dan bila dijumlahkan seluruh pilihan
siswa terhadap 10 pernyataan yang disajikan pada siklus I adalah 1242
atau 34,5%. Sedangkan pada siklus II 140 atau 3,89% dipilih untuk
pernyataan 1, 133 atau 3,69% untuk pernyataan 2, 141 atau 3,92% untuk
pernyataan 3, 124 atau 3,44% untuk pernyataan 4, 147 atau 4,08% untuk
pernyataan 5, 148 atau 4,11% untuk pernyataan 6, 120 atau 3,33% untuk
pernyataan 7, 123 atau 3,42% untuk pernyataan 8, 110 atau 3,06% untuk
pernyataan 9, dan 113 atau 3,14% untuk pernyataan 10. Sehigga jumlah
pilihan siswa terhadap 10 pernyataan yang disajikan pada siklus II adalah
1299 atau 36,1%. Dapat disimpulkan bahwa dari jawaban siswa terhadap
angket yang disebarkan pada siklus I dan siklus II terjadi kenaikan 57 poin
atau 1,6%.
Dengan memperhatikan seluruh rangkaian proses diskusi yang
diterapkan pada siklus I dan siklus II berikut hasil yang dicapai maka
dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn di kelas VI A MI. Nurul
Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik dan
lancar bahkan dapat menyenangkan baik bagi guru sebagai pembimbing
ataupun bagi siswa sebagai objek yang dibimbing. Segala sesuatu bisa
dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya tidak terdapat paksaan,
tekanan, rasa takut, rasa was-was sehingga semua yang terlibat merasa
nyaman, senang, dan gembira. Demikian halnya dengan pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas, bila seluruh perangkat pendukung
terkondisikan dengan baik bukan tidak mungkin sebuah pembelajaran
akan sangat menyenangkan dan jika itu terjadi maka tujuan yang ingin
dicapai akan mudah direalisasikan.
Salah satu perangkat pendukung sebuah pembelajaran adalah
metode, pendekatan, atau model. Dari berbagai metode, diskusi
merupakan bagian yang diprediksi dapat menjadikan sebuah pembelajaran
menjadi menyenangkan. Di dalam diskusi, seluruh anggota diskusi bebas
menyampaikan pendapat, pandangan, dan pertanyaan seputar pokok
masalah/materi yang dibahas atau didiskusikan. Ini artinya siswa merasa
leluasa mengekspresikan dan mencurahkan pokok-pokok pikirannya tanpa
adanya rasa ragu atau takut salah karena pembicaraan dilakukan diantara
mereka sesama teman, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
pemantau.
Metode diskusi yang peneliti terapkan di kelas VI A MI. Nurul
Huda Kebagusan Jakarta Selatan yang bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn ternyata
memperlihatkan adanya persentase peningkatan walaupun belum cukup
signifikan karena hanya dilakukan dalam dua siklus mengingat
keterbatasan waktu, tetapi peneliti yakin jika dilakukan secara
berkesinambungan dengan siklus-siklus selanjutnya akan diperoleh hasil
58
maksimal. Peningkatan hasil yang dicapai tersebut dapat dilihat dalam dua
sisi yaitu dari penilaian observasi dan angket.
Pada nilai observasi siklus I sebelum diberikan alternatif solusi
atau perlakuan diperoleh jumlah nilai 28 poin atau rata-rata 77,7% dan
nilai angket siklus I sebesar 1242 poin atau rata-rata 34,5%. Kemudian
pada pelaksanaan siklus II dengan memberikan alternatif solusi atau
perlakuan diperoleh jumlah nilai observasi sebesar 34 poin atau rata-rata
94,4% dan nilai angket sebesar 1299 poin atau rata-rata 36,1%. Dari dua
siklus yang dilaksanakan terdapat peningkatan pada nilai observasi sebesar
6 poin atau rata-rata 16,7% dan nilai angket sebesar 57 poin atau rata-rata
1,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
PKn di kelas VI A MI Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
B. Saran
Dengan terselesaikannya hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan untuk peningkatan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata
pelajaran PKn dengan metode diskusi ini perlu kiranya peneliti
mengemukakan saran-saran sebagai pelengkap skripsi ini sebagai berikut:
1. Sadar akan pentingnya hasil pembelajaran bagi siswa untuk bekal
pendidikan selanjutnya dan masa depan yang lebih baik, seorang guru
dituntut membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan positif
agar dapat ditularkan kepada siswa-siswanya. Agar dapat memperoleh
hasil pembelajaran maksimal, berbagai macam metode yang digunakan
hendaknya terus dikembangkan oleh para guru di sekolah. Dan
Sebagai bahan pertimbangan, barangkali hasil PTK ini dapat dijadikan
sebagai salah satu rujukan untuk diterapkan oleh para guru di sekolah
masing-masing.
2. Untuk kepala-kepala sekolah kiranya dapat mendorong dan
memotivasi serta memfasilitasi guru-guru di sekolahnya untuk
melakukan PTK sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan
59
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran agar dapat dicarikan jalan
keluar atau solusi untuk segera diperbaiki kekurangan dan kelemahan
tersebut yang pada saatnya menjadikan lembaga yang dipimpinnya
mendapat referensi dan tujuan masyarakat untuk menitipkan anak-
anaknya memperoleh pendidikan yang baik.
3. Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan nasional dan
kementerian agama sebagai pemegang keputusan terhadap pendidikan
di Indonesia selain memberikan ruang dan memfasilitasi terhadap
pendidikan serta pengetahuan guru dalam pelatihan-pelatihan juga agar
segera memperbaiki kondisi kesejahteraan guru terutama guru-guru
madrasah, mengingat kesejahteraan merupakan salah satu komponen
yang dapat memicu semangat pengabdian mereka untuk mencerdaskan
anak-anak bangsa demi negeri tercinta.
Akhirnya, mudah-mudahan hasil penelitian ini memberikan
manfaat bagi pribadi peneliti khususnya dan bagi para penggiat pendidikan
pada umumnya serta menjadi salah satu sumbangsih dalam dunia
pendidikan di negeri tercinta Indonesia.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Reja Rosdakarya, Cet. I, 2009.
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., dan Supardi. Penelitian Tidakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX, 2009.
Aryani, Ine, Kusuma., dan Markum Susatim. Pendidikan Kewarganegaraan
Berbasis Nilai.. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Budimansyah, Dasim., dan Karim Suryadi. PKn dan Masyarakat Multikultural.
Bandung: UPI, Cet. I, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2008.
---------, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta,
Cet. I, 2000.
Engkoswara. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran.. Jakarta: Bina Aksara, Cet. I,
1984.
Fatra, Maifalinda., Abd. Rozak. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN
Jakarta, 2010.
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. III, 2009.
Hermawan, Heris A. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Hufad, Achmad. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Kalidjernih, K, Freddy. Puspa Ragam (Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Widya
Aksara Press, Ed. II, 2010.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.
VII, 2011.
Masitoh., dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Moleong, J, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. XVIII, 2004.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta, Cet. III, 2006.
Rozak, Abd., Fauzan., dan Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan
Bidang Pendidikan. Jakarta: FITK Press, 2010.
61
Sadiman, S, Arief. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom Dikbud dan RajaGrafindo Persada,
Cet. XIV, 2010.
Silberman, Mel. Active Learning (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Insan
Mandiri, Cet. VI, 2009.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, Ed. Revisi (III) 1997.
Ubaedillah, A., dan Abd. Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan {Demokrasi Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani}. Jakarta: Prenada Media Group,
Cet. IX, 2001.
Witherington, H.C. Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Aksara Baru,
1984.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
2. pedoman Observasi,
3. Kisi-kisi Angket,
4. Daftar Nama Siswa Objek PTK,
5. Foto Kegiatan Diskusi,
6. Profil Sekolah,
7. Surat Izin Penelitian,
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian,
9. Biodata Penulis.
Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Peningkatan Aktifitas Pembelajaran
Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn Melalui Metode Diskusi Pada Kelas VI A Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan, maka perlu pengujian daftar referensi
untuk mengetahui sumber data yang doperoleh.
Jakarta, 21 April 2012
Dosen Pembimbing Skripsi
Dindin Ridwanudin, M. Pd
NIP: 197711212011011001
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn
melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan” yang disusun oleh Junaedi,
NIM 809018300451, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultasa Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggaL 21
April 2012
Jakarta, 21 April 2012
Dosen Pembimbing Skripsi
Dindin Ridwanudin, M. Pd
NIP: 197711212011011001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH : MI. Nurul Huda Kebagusan
MATA PELAJARAN : Pendidikan Kewarganegaraan
KELAS/SEMESTER : VI/II
PERTEMUAN KE : I
ALOKASI WAKTU : 2 X 35 menit
STANDAR KOMPETENSI : Memahami Peran Indonesia di Dunia Internasional
I KOMPETENSI DASAR
Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi
II INDIKATOR Nilai Karakter
1. Menjelaskan pengertian Politik Bebas Aktif,
2. Memahami peran Indonesia dalam beberapa organisasi Cinta tanah air.
Internasional,
3. Mengenal organisasi-organisasi internasional, Menghargai jasa
4. Menjelaskan peran Indonesia di era global. Para pahlawan.
III TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian politik Bebas Aktif.
2. Siswa dapat memahami peran Indonesia dalam beberapa Berwawasan global
organisasi internasional.
3. Siswa dapat menyebutkan organisasi-organisasi internasional.
4. Siswa dapat menjelaskan peran Indonesia di era global.
IV MATERI PEMBELAJARAN
A. Materi Pokok
Peran Indonesia di Dunia Internasional
B. Sub Materi
Politik Bebas Aktif
C. Uraian Materi
Peran Indonesia di Dunia Internasional
Indonesia menerapkan Politik Bebas Aktif dalam mengadakan hubungan dengan luar
negeri. Bebas artinya tidak terpengaruh pihak asing. Aktif artinya berperan terus- menerus tanpa
harus dimintai bantuan.
Peran Indonesia di dunia internasional terlihat antara lain: menyelenggarakan Konferensi
Asia Afrika (KAA), ikut menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dan menggagas
didirikannya Gerakan Nn Blok (GNB).
Konferensi Asia Afrika digagas oleh lima negara negara Asia yaitu, Indonesia, India,
Burma (Myanmar), Pakistan, dan Sri Lanka. Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Bandung,
Indonesia tanggal 14-24 April 1955. Konferensi ini diikuti oleh 23 negara Asia dan 6 negara
Afrika. KAA menjadi sarana bagi negara-negara di Asia dan Afrika untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Hasil paling penting Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah lahirnya Dasasila
Bandung atau Bandung Declaration.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) resmi berdiri pada 24 Oktober 1945. PBB didirikan
untuk menciptakan dan menjaga perdamaian dunia. Indonesia menjadi anggota PBB ke-60 pada
tanggal 27 September 1950.
Gerakan Non Blok (GNB) didirikan pada tanggal 1 September 1961 di Beograd,
Yugoslavia. Gerakan Non Blok (GNB) diprakarsai oleh lima negara yaitu, Indonesia, India,
Mesir, Ghana, dan Yugoslavia. GNB bersikap netral terhadap keberadaan dua blok kekuatan
dunia. Adapun dua blok yang dimaksud adalah Blok Barat dan Blok Timur.
Salah satu peran penting Indonesia dalam GNB adalah saat Indonesia memimpin GNB
tahun 1991. Saat itu yang menjadi ketua GNB adalah presiden Soeharto.
V PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan cooperative Learning
Diskusi kelompok
VI LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Mengucap salam.
Mengajak siswa berdo’a
Apersepsi
Menjawab salam
Membaca do’a
Menjawab dan bertanya
seputar apersepsi
Membiasakan diri berdo’a
dalam memulai pekerjaan.
Mempertajam daya ingat.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
B.1. Eksplorasi (20 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Memusatkan Perhatian.
Mengajak siswa belajar
dengan metode diskusi.
Membentuk kelompok.
Meminta siswa memilih
ketua, sekretaris, notulis.
Memperhatikan.
Membentuk kelompok
sesuai arahana guru.
Memilih ketua, sekretaris,
dan notulis.
Penuh perhatian.
Kreatif.
Komunikatif.
B.2. Elaborasi (15 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Membuat simulasi.
Mengarahkan agar siswa
bebas berpendapat.
Meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi.
Memulai diskusi.
Mengajukan pendapat.
Mempresentasikan hasil
diskusi.
Aktif.
Menghargai pendapat
orang lain.
Terampil berbicara.
Percaya diri.
B.3. Konfirmasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Mengapresiasi hasil kerja
siswa.
Merangkum hasil diskusi.
Mengulang pelajaran yang
sudah didiskusikan.
Memberi penilaian.
Memberikan reward untuk
hasil diskusi paling baik.
Mendengarkan.
Mencatat rangkuman.
Memperhatikan.
Menerima reward.
Kepuasan bathin.
Merasa diperhatikan.
Rasa bersaing dalam
belajar.
C. Penutup (10 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Menyimpulkan.
Mengucapkan terima
kasih.
Mengajak membaca do’a.
Mengucapkan salam.
Mendengarkan.
Membaca do’a.
Menjawab salam.
Penuh perhatian.
Khusyu’.
Menghargai orang lain.
VII SUMBER/BAHAN BELAJAR
1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas VI, terbitan
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2008, Karangan Setiati
Widihastuti & Fajar Rahayuningsih), h. 1-17.
2. Orang tua.
3. Teman.
4. Lingkungan.
VIII PENILAIAN
No. Indikator Teknik Bentuk Instrument
1.
2.
3.
Menyebutkan tokoh yang ber-
peran dalam perencanaan
Konferensi Asia Afrika.
Menyebutkan tempat pelaksa-
naan KAA.
Menyebutkan negara-negara
penggagas PBB.
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Tugas
kelompok
diskusi
Tugas
kelompok
diskusi
Tugas
kelompok
1. Siapa saja tokoh yang
berperan dalam
perencanaan Konferensi
Asia Afrika? Sebutkan
nama beserta asal
negaranya.
Kunci jawaban:
1. Indonesia: Ali Sastro
amidjoyo.
2. India: Pandit
Jawaharlal Nehru.
3. Sri Lanka: Sir John
Kotelawala.
4. Pakistan: Moh. Ali
Jinnah.
5. Burma/Myanmar: U
Nu.
Skor: 4
2. Dimana dan kapan
Konferensi Asia Afrika
diselenggarakan?
Kunci jawaban:
Bandung, Indonesia 18-
24 April 1955.
Skor: 4
3. Sebutkan negara-negara
yangmenggagas berdiri-
nya PBB!
Kunci jawaban:
1. Amerika Serikat.
2. Inggris.
3. Cina.
4. Uni Sovyet (Rusia)
Skor: 4
4.
5.
Menyebutkan tokoh pengga-
gas GNB.
Menyebutkan kapan dan alas
an Indonesia pernah keluar
dari PBB.
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Tugas
kelompok
diskusi
Tugas
kelompok
diskusi
4. Sebutkan para tokoh
yang menggagas berdiri-
nya Gerakan Non Blok!
Kunci jawaban:
1. Soekarno (pres.
Indonesia)
2. Pandit Jawaharlal
Nehru (perd. India)
3. Gamal Abdel Naser
(pres. Mesir)
4. Josep Broz Tito (pes.
Yugoslavia)
5. Kwarne Nkrumah
(pres. Ghana)
Skor: 4
5. Kapan dan mengapa
Indonesia kaluar dari
PBB?
Kunci jawaban:
1 Januari 1965, karena
PBB menerima Malaysia
sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan.
Skor: 4
Jakarta, Maret 2012
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru mata Pelajaran PKn
……………….. Junaedi
Kisi-kisi Instrumen
NO TAHAPAN
1 Perencanaan Peingkatan aktifitas pembelajaran siswa pada mata pelajaran PKn
ide awal
Temuan awal a. Mengamati kegiatan pembelajaran PKn di kelas VI A MI. Nurul
Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
b. Rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran PKn.
Diagnosa Aktifitas siswa dapat ditingkatkan dengan metode diskusi
Perencanaan Persiapan diskusi
a. Memusatkan perhatian
- guru merumuskan tujuan
- guru merumuskan masalah
b. Siswa menelaah pokok masalah
- mendengarkan penjelasan guru
- mencatat pokok masalah yang akan didiskusikan
c. Menyampaikan pokok masalah
- guru merangkum
- guru memberi pemahaman
- guru menguraikan secara rinci pokok masalah
2 Tindakan 1. Pelaksanaan diskusi
a. Menganalisis pandangan siswa
- guru menandai setuju/tidak
- guru meneliti alasannya
b. Meningkatkan kemampuan siswa
- menimbulkan pertanyaan
- guru memberikan contoh
- guru memberi dukungan kepada siswa
c. Memberi kesempatan berpartisipasi
- guru meneliti pandangan siswa
- guru mengendalikan pembicaraan siswa
- guru menghentikan monopoli
KEGIATAN
SIKLUS I
d. Siswa berdiskusisiswa berdiskusi
- siswa mampu mengemukakan pendapat
- siswa mencatat hasil diskusi
- siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi
2. Menutup diskusi
a. Me-review jalannya diskusi
- guru merangkum/membuat kesimpulan hasil
diskusi.
- guru meminta siswa berpendapat sebagai umpan
balik.
- guru mengulang kembali pelajaran yang sudah
didiskusikan
- guru mampu memberikan penilaian hasil diskusi
3 Pengamatan Mengumpulkan data dan mengisi lembar observasi
4 Refleksi 1. Mengumpulkan semua data dan menganalisanya
2. Merencanakan siklus II dan memperbaiki kekurangan
yang belum bisa dicapai pada siklus I
SIKLUS II DAN SETERUSNYA
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
A. Kriteria Keberhasilan Metode Diskusi
Berdasarkan standar persyaratan pelaksanaan metode diskusi, maka dapat
disusun kriteria keberhasilan metode diskusi sebagai berikut:
No
1.
2.
3.
4.
Indikator
Bila semua indikator atau kriteria yang telah
ditentukan, dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar.
Bila sebagian besar indikator atau kriteria
yang telah ditentukan, dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar.
Bila sebagian kecil indikator atau kriteria
yang telah dilakukan, dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar.
Bila semua indikator atau kriteria yang telah
ditentukan, tidak dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar.
Penilaian
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK DISKUSI
A B C D E
1 Tahap persiapan:
a. perhatian terhadap penjelasan guru
b. pemahaman terhadap tujuan
c. pemahaman terhadap pokok masalah
2 Tahap pelaksanaan:
a. mengemukakan pendapat
b. mencatat hasil diskusi
c. mempresentasikan hasil diskusi
d. Kejelasan bahasa
3 Tahap kulminasi:
a. membuat rangkuman
b. berpendapat sebagai umpan balik
c. memberi penilaian
observer
............
Aspek-aspek yang diobservasiSkala nilai
KetNo.
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS I
SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS
1 Abdul Kodir Jaelani 1 1 1
2 Agung Setiawan 1 1 1
3 Ahmad Haidar Muzaki 1 1 1
4 Ahmad Rifai 1 1 1
5 Annisa Magda 1 1 1
6 Arestian Ichwanul Hakim 1 1 1
7 Ariyansyah 1 1 1
8 Axsal Hambali 1 1 1
9 Bima Haria Firmansyah 1 1 1
10 Daffahul Jannah 1 1 1
11 Desa Yusvia Nanda 1 1 1
12 Dheahul Jannah 1 1 1
13 Fadhilah Saputri 1 1 1
14 Faiza Umami 1 1 1
15 Fatimah Rahmasari 1 1 1
16 Hilda Kencana Dewi 1 1 1
17 Hilmy Maulana Ikhsan 1 1 1
18 Intan Wulandari 1 1 1
19 Itsna Zulva Badawi 1 1 1
20 Maulana Erix 1 1 1
21 Mieke Kusherawati 1 1 1
22 Mochamad Fariz Lutfian 1 1 1
23 Mohamad Luthfi 1 1 1
24 Muhamad Dafa 1 1 1
25 Muhamad Rifaldi 1 1 1
26 Muhammad Fachrul Razi 1 1 1
27 Muhammad Fahry Syahlansyah 1 1 1
28 Muhammad Maulana Zidan 1 1 1
29 Nabillah Hurriyah 1 1 1
30 Nadya Widyaningsih 1 1 1
31 Rafif Saputra 1 1 1
32 Rantinah 1 1 1
33 Setiya Mawarni 1 1 1
34 Soffi Sundari Syahrizal 1 1 1
35 Umair Abdul Azis 1 1 1
36 Yuanita Oktafyani 1 1 1
JUMLAH 5 25 3 3 0 7 18 6 3 2 6 23 5 2
PERSENTASE 13.9 69.4 8.3 8.3 0.0 19.4 50.0 16.7 8.3 5.6 16.7 63.9 13.9 5.6
NO NAMA SISWA
NO. ANGKET
1 2 3
STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
0 6 12 11 6 1 12 18 3 3 0 15 18 3 0 0 5 19 5 5 2
0.0 16.7 33.3 30.6 16.7 2.8 33.3 50.0 8.3 8.3 0.0 41.7 50.0 8.3 0.0 0.0 13.9 52.8 13.9 13.9 5.6
NO. ANGKET
5 6 73 4
SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
3 15 12 6 0 6 6 11 10 3 4 16 6 5 5 360 720
8.3 41.7 33.3 16.7 0.0 16.7 16.7 30.6 27.8 8.3 11.1 44.4 16.7 13.9 13.9 1000.0 2000.00
NO. ANGKETJUMLAH
8 9RATA2
10
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS II
SS S TT TS STS SS S TT TS
1 Abdul Kodir Jaelani 1 1
2 Agung Setiawan 1 1
3 Ahmad Haidar Muzaki 1 1
4 Ahmad Rifai 1 1
5 Annisa Magda 1 1
6 Arestian Ichwanul Hakim 1 1
7 Ariyansyah 1 1
8 Axsal Hambali 1 1
9 Bima Haria Firmansyah 1 1
10 Daffahul Jannah 1 1
11 Desa Yusvia Nanda 1 1
12 Dheahul Jannah 1 1
13 Fadhilah Saputri 1 1
14 Faiza Umami 1 1
15 Fatimah Rahmasari 1 1
16 Hilda Kencana Dewi 1 1
17 Hilmy Maulana Ikhsan 1 1
18 Intan Wulandari 1 1
19 Itsna Zulva Badawi 1 1
20 Maulana Erix 1 1
21 Mieke Kusherawati 1 1
22 Mochamad Fariz Lutfian 1 1
23 Mohamad Luthfi 1 1
24 Muhamad Dafa 1
25 Muhamad Rifaldi 1 1
26 Muhammad Fachrul Razi 1 1
27 Muhammad Fahry Syahlansyah 1 1
28 Muhammad Maulana Zidan 1 1
29 Nabillah Hurriyah 1 1
30 Nadya Widyaningsih 1 1
31 Rafif Saputra 1 1
32 Rantinah 1 1
33 Setiya Mawarni 1 1
34 Soffi Sundari Syahrizal 1 1
35 Umair Abdul Azis 1 1
36 Yuanita Oktafyani 1 1
Jumlah 3 19 9 5 5 14 12 4
Rata-rata 8.3 52.8 25.0 13.9 0.0 13.9 38.9 33.3 11.1
NO NAMA SISWA
NO. ANGKET
1 2
STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
7 19 8 2 8 17 6 1 6 14 7 8
0.0 19.4 52.8 22.2 0.0 0.0 5.6 22.2 47.2 16.7 2.8 16.7 38.9 19.4 22.2
NO. ANGKET
2 3 4 5
STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
15 13 6 7 15 6 6 1 5 8 11 7
0.0 41.7 36.1 16.7 0.0 0.0 19.4 41.7 16.7 16.7 2.8 13.9 22.2 30.6 19.4
NO. ANGKET
5 6 7 8
STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 9 0.60
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 1 10 0.67
1 1 9 0.60
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.67
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 9 0.6
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 1 10 0.66667
1 0.06667
1 1 10 0.66667
1 1 9 0.6
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 9 0.6
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
1 1 10 0.66667
2 5 7 10 10 3 4 15 3 9 4 346 23.07
5.6 13.9 19.4 27.8 27.8 8.3 11.1 41.7 8.3 25.0 11.1 961.1 64.1
JUMLAH RATA2
NO. ANGKET
8 9 10
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Abdul Kodir Jaelani 4 4 4 3 3 5 2 3 2 2 32 3.2
2 Agung Setiawan 3 5 4 4 5 5 5 5 3 5 44 4.4
3 Ahmad Haidar Muzaki 4 5 4 0 3 3 2 5 4 3 33 3.3
4 Ahmad Rifai 4 5 3 2 4 4 5 2 2 5 36 3.6
5 Annisa Magda 4 4 5 3 4 5 4 4 2 2 37 3.7
6 Arestian Ichwanul Hakim 2 4 3 2 4 4 4 3 2 2 30 3
7 Ariyansyah 5 3 4 3 4 5 4 4 2 5 39 3.9
8 Axsal Hambali 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 30 3
9 Bima Haria Firmansyah 4 4 3 3 3 5 3 0 4 4 33 3.3
10 Daffahul Jannah 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 41 4.1
11 Desa Yusvia Nanda 4 4 5 4 2 4 4 4 2 1 34 3.4
12 Dheahul Jannah 3 3 4 3 4 5 4 4 2 4 36 3.6
13 Fadhilah Saputri 4 4 4 5 3 5 5 4 3 4 41 4.1
14 Faiza Umami 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 22 2.2
15 Fatimah Rahmasari 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 36 3.6
16 Hilda Kencana Dewi 2 3 4 1 4 3 5 2 4 4 32 3.2
17 Hilmy Maulana Ikhsan 3 3 3 3 2 3 3 2 1 1 24 2.4
18 Intan Wulandari 4 4 4 3 4 4 2 5 3 2 35 3.5
19 Itsna Zulva Badawi 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 44 4.4
20 Maulana Erix 4 3 5 4 3 5 4 0 2 4 34 3.4
21 Mieke Kusherawati 3 3 5 2 5 5 5 2 3 4 37 3.7
22 Mochamad Fariz Lutfian 2 3 4 3 2 5 4 2 4 2 31 3.1
23 Mohamad Luthfi 3 2 3 1 4 4 1 1 2 1 22 2.2
24 Muhamad Dafa 5 3 4 4 5 5 4 5 5 1 41 4.1
25 Muhamad Rifaldi 4 4 5 5 4 0 3 5 5 2 37 3.7
26 Muhammad Fachrul Razi 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 31 3.1
27 Muhammad Fahry Syahlansyah 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 38 3.8
28 Muhammad Maulana Zidan 3 2 4 3 5 5 4 3 3 4 36 3.6
29 Nabillah Hurriyah 4 4 0 3 4 4 4 3 3 4 33 3.3
30 Nadya Widyaningsih 3 3 4 3 2 5 2 3 1 2 28 2.8
31 Rafif Saputra 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 44 4.4
32 Rantinah 4 3 4 3 2 4 3 3 5 4 35 3.5
33 Setiya Mawarni 4 2 3 3 2 5 4 3 4 2 32 3.2
34 Soffi Sundari Syahrizal 4 5 4 3 4 3 3 3 3 3 35 3.5
35 Umair Abdul Azis 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 35 3.5
36 Yuanita Oktafyani 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 34 3.4
127 130 139 108 126 149 129 109 111 114 1242 124.2
3.528 3.611 3.861 3 3.5 4.139 3.583 3.028 3.083 3.167 34.5 3.45Rata2
NO NAMA SISWANomor Angket
Jumlah Rata2
Jumlah
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Abdul Kodir Jaelani 5 4 3 3 3 5 3 3 3 3 35 3.5
2 Agung Setiawan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 0 37 3.7
3 Ahmad Haidar Muzaki 4 5 4 5 5 5 5 3 3 5 44 4.4
4 Ahmad Rifai 5 5 5 4 4 4 5 3 5 5 45 4.5
5 Annisa Magda 3 1 2 2 2 4 1 2 3 1 21 2.1
6 Arestian Ichwanul Hakim 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 34 3.4
7 Ariyansyah 4 4 5 2 2 4 4 4 2 1 32 3.2
8 Axsal Hambali 4 4 4 4 4 5 4 4 2 1 36 3.6
9 Bima Haria Firmansyah 4 3 4 2 4 3 4 2 3 4 33 3.3
10 Daffahul Jannah 4 3 5 2 5 5 1 2 2 4 33 3.3
11 Desa Yusvia Nanda 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 43 4.3
12 Dheahul Jannah 4 4 4 4 5 4 2 4 4 2 37 3.7
13 Fadhilah Saputri 4 4 3 2 4 5 2 4 1 1 30 3
14 Faiza Umami 4 2 4 3 4 4 4 4 3 5 37 3.7
15 Fatimah Rahmasari 3 1 4 1 5 4 5 5 1 4 33 3.3
16 Hilda Kencana Dewi 2 2 5 4 4 3 2 4 2 4 32 3.2
17 Hilmy Maulana Ikhsan 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 45 4.5
18 Intan Wulandari 4 3 4 5 4 5 3 4 3 3 38 3.8
19 Itsna Zulva Badawi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4
20 Maulana Erix 2 4 4 4 2 5 4 3 4 2 34 3.4
21 Mieke Kusherawati 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 33 3.3
22 Mochamad Fariz Lutfian 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 45 4.5
23 Mohamad Luthfi 3 5 4 3 3 0 2 3 5 3 31 3.1
24 Muhamad Dafa 4 2 3 3 5 5 4 3 5 3 37 3.7
25 Muhamad Rifaldi 4 3 3 4 5 5 4 3 3 2 36 3.6
26 Muhammad Fachrul Razi 4 4 4 4 4 5 0 3 4 3 35 3.5
27 Muhammad Fahry Syahlansyah 4 4 4 3 4 5 4 3 3 4 38 3.8
28 Muhammad Maulana Zidan 4 4 4 4 4 5 0 3 1 2 31 3.1
29 Nabillah Hurriyah 2 5 4 2 4 4 4 2 2 4 33 3.3
30 Nadya Widyaningsih 4 5 5 3 5 4 4 4 4 5 43 4.3
31 Rafif Saputra 4 4 4 5 4 0 2 2 2 4 31 3.1
32 Rantinah 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 37 3.7
33 Setiya Mawarni 5 3 2 5 5 5 4 5 2 1 37 3.7
34 Soffi Sundari Syahrizal 4 4 4 3 5 4 3 3 5 4 39 3.9
35 Umair Abdul Azis 4 4 5 3 3 4 4 2 2 4 35 3.5
36 Yuanita Oktafyani 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 39 3.9
140 133 141 124 147 148 120 123 110 113 1299 129.9
3.889 3.694 3.917 3.444 4.083 4.111 3.333 3.417 3.056 3.139 36.08333 3.608333
Rata2
Jumlah
Rata2
NO NAMA SISWANomor Angket
Jumlah