Peninggalan kerajaan islam di indonesia

27
Khalisha Insyela Putri Syadifa Muh.Ikhlasul Amal Muh.Agil Firshadi Anisa Rahmadhani Kartika

Transcript of Peninggalan kerajaan islam di indonesia

Khalisha Insyela Putri Syadifa

Muh.Ikhlasul Amal Muh.Agil Firshadi

Anisa Rahmadhani Kartika

Peninggalan Kerajaan Islam Di Indonesia

SumateraKalimantanJawaSulawesiMalukuPapuaBaliNusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur

Sumatera 1. MasjidMasjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid

tersebar di berbagai daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.

Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.

Peninggalan bangunan masjid pada zaman

dahulu kini masih tampak terawat cantik anggun dan tetap bernilai sejarah pasalnya meskipun ada perehaban namun hanya sebagian kecil saja, salah satu contoh Masjid Lawang Kidul, yang dibangun oleh Ki. Mgs. H. Abdul Hamid bin Mgs. H. Mahmud alias K. Anang atau yang lebih dikenal dengan Kiai Merogan.

Jawa

Kerajaan Demak Kerajaan Demak terleletak di muara Sungai Bintoro,

Demak, Jawa Tengah. Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Raden Patah ( Panembahan Jibun atau Pate Radim). Demak mengalami masa kejayaan pada masa Sultan Trenggono. Sepeninggalan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak kacau karena adanya perebutak kekuasaan. Akhirnya, menantu Sultan Trenggono yang bernama Adiwijaya ( Jaka Tingkir) berkuasa di Demak. Sejak itu pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang ( daerah Solo) pada tahun 1568.

Masjid Istiqlal Jakarta Masjid istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunannya diprakarsai oleh Bung Karno pada tahun 1951 dengan rancangan arsiteki Frederich Silaban. Pembangungan baru mulai pada tahun 1961 dan merampungkan pembangunannya pada tahun 1978. Nama masjid ini diambil dari bahasa Arab yang berarti “Kemerdekaan.”

Saat ini masjid negara Indonesia ini menjadi pusat perayaan berbagai acara agama umat Muslim seperti Iedul Fitri, Iedul Adha, Maulid Nabi Muhammad, dan Isra’ Mi’raj. Kapasitas penampungan masjid ini dapat menampung hingga 200 ribu jamaah dari satu lantai dasar dan lima lantai di atasnya. Masjid Istiqlal dibangun di atas bekas reruntuhan benteng Prins Frederik benteng milik penjajah belanda yang didirikan di tahun 1873.

Masjid Agung Banten Masjid ini dibangun dengan karya tangan arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut pada masa pemerintahan sultan pertama dari Kesultanan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati di tahun 1560. Atap bangunan masjid ini menyerupai pagoda.Untuk menara masjid yang tingginya 24 meter itu dibangun oleh arsitek Belanda Hendrik Lucasz Cardeel. Menara tersebut berada di sisi timur dan menjadi tempat wisata karena keunikan bentuk bangunannya. Cardeel juga membangun bangunan khusus di sisi selatan masjid yang dulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi. Selain itu di sisi utara dan selatan masjid ini terdapat makam kuno para sultan Banten dan keluarganya

Masjid Agung Cirebon

Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Agung Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Pembangunannya diprakarsai oleh Sunan Gunung Jati dan dengan karya arsitek Sunan Gunung Kalijaga. Pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1480 yang pada masa itu adalah masa penyebaran agama Islam oleh para Wali Songo.

Masjid Agung beada di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Uniknya masjid ini mempunyai sembilan pintu untuk masuk ke ruangan utama. Sembilan pintu tersebut melambangkan kesembilan Wali Songo. Selain itu masjid Agung Cirebon juga dikenal dengan nama Masjid Sunan Gunung Jati.

Masjid Menara KudusSesuai dengan namanya masjid ini dibangun oleh salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kudus tahun 1549 di kota Kudus. Batu pertama pembangunannya batu yang berasal dari Baitul Maqdis, dari Palestina. Bentuk menara yang mirip dengan bentuk candi ini menunjukkan percampuran pengaruh kebudayaan agama Hindu dan Budha. Ini merupakan cara Sunan Kudus menyampaikan ajaran agama Islam kepada penganut agama Hindu dan Budha pada masa itu agar lebih mudah untuk diterima. Uniknya lagi menara masjid ini dibangun tanpa menggunakan semen sebagai perekatnya dan juga dihiasi oleh 32 piring biru yang berhiaskan lukisan.

Sulawesi 1. Kerajaan Islam di Sulawesi 2. Proses Masuknya Islam ke Sulawesi A. Melalui Pedagang Pembawa

agama Islam ke Sulsel adalah pelaut-pelaut dari Arab, India, dan Iran. B. Pengaruh Tionghoa Menurut seorang muslim dari Persia, Islam di Sulsel juga dibawa Sayyid Jamaluddin Akbar Al-Husaini yang datang dari Aceh lewat Jawa (Pajajaran). Sayyid Jamaluddin Akbar masuk ke daerah Bugis dan menetap di Ibu Kota Tosorawajo dan meninggal tahun 1320 M.

3. Bukti-bukti peninggalan 1. Dalam catatan Lontara Bilang 2. Masjid Al-Hila 3. Batu karang berbentuk bukit karang kecil di tengah pantai Semboang dengan tinggi 15 meter 4. Makam tua yang terdapat di kompleks pekuburan Islam Tuminting. Secara umum bangunan makam memiliki tiga unsur yang menjadi kelengkapan satu dengan lainnya, yaitu: - Kijing (jirat) - Nisan - Cungkup, bangunan pelindung beratap untuk melindungi makam dari hujan. 5. Al-Qur’an kuno, naskah Kutika, dan Naskah Lontara. Masjid Al-Hila

4. Sejarah Kerajaan Gowa Tallo Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam. Pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.

5. Faktor-faktor Kerajaan Makassar menjadi besar: 1. Letaknya strategis. 2. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan Gowa Tallo

6. Sosial Budaya Bidang Kebudayaan Perahu pinisi, lambo, dan bercadik. Bidang Sastra Buku tentang hukum laut dan perniagaan, yaitu Ade' Allopiloping Bicaranna Pabbalu'e dan naskah lontar karya Amanna Gappa. Perahu Pinisi

7. Ekonomi Hak monopoli dagang oleh Belanda tidak mempengaruhi sifat usaha dagang mereka yang tinggi. Hubungan dagang pun diperluas hingga Turki dan India, dan terjadi perkawinan antara raja Gowa dengan putri Mataram.

8. Kemunduran Rakyat Makassar yang tidak mau menerima Perjanjian Bongaya melarikan diri ke Mataram. Benteng Sombaopu dihancurkan oleh Speelman. Benteng Ujung Pandang dikuasai VOC diganti nama menjadi benteng Ford Roterdam. Banteng Ujung Pandang

Maluku Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di

kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 M[1]. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan mengganti gelar Kolano menjadi Sultan, menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat Islam, serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.

Masjid Sultan ini diperkirakan telah dirintis sejak masa Sultan Zainal Abidin, namun ada juga yang beranggapan bahwa pendirian Masjid Sultan baru dilakukan awal abad ke-17, yaitu sekitar tahun 1606 saat berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Hingga sekarang, belum ditemukan angka valid sejak kapan sebetulnya Masjid Sultan Ternate didirikan. Akan tetapi, melihat kenyataan sejarah, sebelum Sultan Saidi Barakati naik tahta, Kesultanan Ternate telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang keagamaan, ekonomi, maupun angkatan perang. Perjuangan Sultan Khairun (1534-1570) yang dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu Sultan Baabullah (1570-1583) untuk mengusir pasukan Portugis, misalnya, menjadi salah satu fase kegemilangan Kesultanan Ternate Sekitar setengah abad sebelum berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Sehingga, perkiraan bahwa Masjid Sultan Ternate baru dibangun pada awal abad ke-17 tidak memiliki alasan yang cukup kuat.

Sebagaimana Kesultanan Islam lainnya di Nusantara, Masjid Sultan Ternate dibangun di dekat Kedaton Sultan Ternate, tepatnya sekitar 100 meter sebelah tenggara kedaton. Posisi masjid ini tentu saja berkaitan dengan peran penting masjid dalam kehidupan beragama di Kesultanan Ternate. Tradisi atau ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan kesultanan selalu berpusat di masjid ini. Masjid Sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu dengan bahan perekat dari campuran kulit kayu pohon kalumpang. Sementara arsitekturnya mengambil bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang limas, di mana tiap tumpang dipenuhi dengan terali-terali berukir. Arsitektur ini nampaknya merupakan gaya arsitektur khas masjid-masjid awal di Nusantara, seperti halnya masjid-masjid pertama di tanah Jawa di mana atapnya tidak berbentuk kubah, melainkan limasan.

Papua1. Masjid Patimburak2. terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang

dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.

3. tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.

4. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.

5. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab.

Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku. Berdasarkan cerita populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fakfak, agama Islam masuk di Papua sekitar abad ke 15 yang dilalui oleh pedagang–pedagang muslim. Perdagangan antara lain dilakukan oleh para pedagang–pedagang suku Bugis melalui Banda (Maluku Tengah) dan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur.

Selain melalui jalur perdagangan, di daerah Merauke Islam dikenal melalui perantara orang-orang buangan yang beragama Islam, yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Terdapat istilah yang populer di Merauke, yaitu "Jamer" (dari kata Jawa-Merauke), untuk menyebut orang-orang keturunan Jawa baik yang merupakan keturunan orang-orang yang dipindahkan pada zaman penjajahan Belanda ataupun keturunan penduduk program transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.

Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan

perdebatan yang panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.

Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, di antara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal dating kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.

Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:

• Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.

Bali erkembangan Islam di Pulau Bali tidak lepas dari Puri (kerajaan) Buleleng

yang bercorak Hindu. Bukti sejarah yang menggambarkan eratnya hubungan Puri Buleleng dengan perkembangan Islam terlihat dari sebuah peninggalan berupa Alquran kuno.

Kitab suci Islam itu ditulis tangan oleh seorang keluarga Raja Panji Sakti VI, I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi. Dia menyepi ke menyepi setelah terjadi perang saudara di Puri Buleleng.

Saat prahara mendera Puri Buleleng, Ketut Celagi menyingkir ke sebuah masjid. Dia diterima dengan tangan terbuka oleh Haji Muhammad Yusuf Saleh, imam pertama masjid tersebut. Berdasarkan catatan lontar dan cerita para pendahulu warga Buleleng, setiap orang yang menimba ilmu agama Islam kepada Haji Muhammad Yusuf Saleh diwajibkan menulis Alquran sebagai ujian akhir.

Ketut Celagi menggunakan kertas yang didatangkan daari Eropa untuk menulis Alquran ini. Selain itu, dia menulis ayat-ayat dalam Alquran ini dengan menggunakan bahan pewarna alami dari dedaunan lokal. Hiasan Alquran juga menggunakan ornamen-ornamen khas Bali.

Namun sayang, tidak diketahui tahun berapa Alquran ini ditulis oleh Ketut Celagi. Namun, berdasarkan catatan perang saudara di Puri Buleleng, Alquran ini diperkirakan ditulis pada tahun 1820-an.

Hingga kini, Alquran kuno ini tersimpan rapi di Masjid Agung Jami, Jalan Imam Bonjol, Singaraja. Alquran ini digunakan khusus saat Ramadan dan hari suci umat Muslim lainnya.

"Sebagai bukti sejarah kekerabatan komunitas Muslim Buleleng dengan Puri Buleleng, Alquran kuno ini disimpan oleh takmir Masjid Jami Singaraja," kata Ketua Takmir Masjid Agung Jami, Ahmad Muchlis, Sabtu, 28 Juli 2012.

Menurut Muchlis, hingga saat ini banyak pihak yang datang ke Buleleng khusus untuk melihat Alquran kuno ini. Banyak yang menyarankan untuk dibuatkan micro film-nya. Namun, lantaran terkendala dana, niat itu tak kunjung direalisasikan.

Para pengurus Takmir Masjid Jami berharap Alquran kuno ini menjadi warisan budaya untuk mengeratkan tali silaturahmi antara komunitas umat Muslim Buleleng dengan Puri Buleleng. "Semoga bisa terus mempererat tali persaudaraan yang langgeng," harap Muchlis.

Nusa Tenggara Barat Penelitian dilaksanakan di 6 kabupaten yaitu Lombok Barat, Lombok

Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, dan Bima. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi kemudian dilakukan analisis deskripsi. Penelitian dibatasi hanya pada periode Islam dan pada peninggalan sejarah yang penting a.l. Istana, mesjid kuno, rumah adat, serta makam raja dan penyebar Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggalan pada periode Islam kebanyakan berupa Istana (kesultanan), mesjid, makam raja (sultan), serta rumah adat dan sangat dipengaruhi oleh agama Islam. Kondisi peninggalan bersejarah di seluruh NTB banyak mengalami kerusakan, baik disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia. Ternyata kerusakan akibat faktor manusia lebih dominan a.l. karena kelalaian, keserakahan, dan ketidaktahuan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penyuluhan, pengawasan dalam pemugaran peninggalan sejarah, serta kerjasama dengan semua pihak terkait PDII - lap

Nusa Tenggara Timur

Kerajaan Islam 1. Kerajaan Adonara • Merupakan kerajaan yang terletak di pulau pegunungan berapi yang bernama pulau Adonara di Kepulauan Sunda Kecil. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1650. 2. Kesultanan Bima Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanyayang pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair(1611-1640). Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC.