Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
-
Upload
choelt-cazteam-sang-milanisti -
Category
Documents
-
view
922 -
download
23
description
Transcript of Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI
ANTROPOMETRI DAN BIOKIMIA
OLEH
HERMAYANTI
141 2010 0415
W.9
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Status gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan
pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana alam,
perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat
masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah
tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Karenanya,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memproleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya, dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja (Bachyar Bakri, 2002)
Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak
langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan
dengan empat cara yaitu (Supariasa, 2002)
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-
senyawa yang ada dalam sistem hidup, penyusunan senyawa-senyawa tersebut
kedalam sel-sel dan interaksi kimia yang terjadi. Sel-sel pada makhluk hidup
tersusun dari bimolekul. Untuk dapat mempertahankan hidup, sel-sel
mengalamai metabolisme. Dalam metabolisme sel menyerap energi dari
makanan atau nutrisinya, energi ini digunakan untuk membentuk biomulekul
sel (Lehninger, 1995).
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat
tampak serupa. Karena itu ciri fisiologi atau kimiawimerupakan kriteria yang
amat penting didalam identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil
pengamatan fisiologi yang memadai mengenai organisme yang diperiksa
1
maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Oleh karena itu,
ercobaan
2
ini penting dilakukan, karena dengan melakukan uju biokimia kita dapat
mengedintifikasi organismentak dikenal (Hadieotomo, 1993).
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber
utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada
batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat
ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada
pagi hari, sebelum orang makan (Sediaoetama,2006).
1.2 PRINSIP PERCOBAAN
1. Prinsip Percobaan Glukosa
Glukose ST kit menggunakan dasar metode trinder yang klasik dengan
enzim [G]lukose, [O]xi[D]ase, [P]eroksidae, 4-[A]minophenazone dan
[P]enol (GOD-PAP), dengan reaksi sebagai berikut :
Glukose + O2 + H2O GOD Gluconic Acid + H2O
H2O2 + Phenol + 4-aminophenazone peroksidase H2O2 + Zat warna quinone
berwarna merah
2. Prinsip Percobaan Kolesterol
Cholesterol ester Cholesterol esterase Cholesterol + Fatty acid
Cholesterol + O2 Cholesterol Oksidase 4 Cholesterol + H2O2
H2O2+ 4-aminophenazone + Phenol peroksidae 4-(p-benzokinon-
monoamino)-Phenazone + 4 H2O
3. Prinsip Percobaan Asam Urat
Ucid Acid + O2 + H2O Uricase Allation + CO2 + H2O2
2 H2O2 + AAP + DHBS Peroksidase Quinoneimine + H2O
4. Prinsip Percobaan Protein Total
Protein dalam serum bereaksi dengan larutan alkalis copper-tartrat dan
memberikan warna ungu (violet) yaitu reaksi biuret
5. Prinsip Percobaan Zink (Zn)
Zink (Zn) berperan pada molekul penerima rasa pada lidah. Tingkat
ketajaman rasa dapat menggambarkan apakah seorang mengalami definisi
2
zink atau tidak. Zink sulfat akan merangsang molekul penerima rasa pada
lidah sehingga ketajaman rasa dapat diukur
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penilaian status gizi secara biokimia darah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status Gula Darah Sewaktu
b. Untuk mengetahui status Kolesterol
c. Untuk mengetahui status Asam Urat
d. Untuk mengetahui status Protein Total
e. Untuk mengetahui status Albumin
f. Untuk mengetahui status Hemoglobin (Hb)
g. Untuk mengetahui status Zink (Zn)
1.3 MANFAAT PERCOBAAN
Manfaat melakukan percobaan adalah untuk mengetahui tentang
reaksi-reaksi kimia penting yang terjadi dalam sel sehingga kita dapat
memahami proses-proses yang terjadi dalam tubuh kita. Dengan demikian
diharapkan kita dapat menghindari hal-hal dari luar tubuh yang mempengaruhi
proses dalam sel-sel tubuh, misalnya kita dapat mengatur makanan yang akan
kita makan sehingga kita dapat memperoleh manfaat makanan secara optimal
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian
lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat
gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006)
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber
daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi
perbaikan status gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002)
Beberapa tahap perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi
dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Dengan
demikian, cara biokimia dapat digunakan untuk mendeteksi keadaan
defisiensi subklinis yang semakin penting dalam era pengobatan preventif.
Metode ini bersifat sangat obyektif, bebas dari faktor emosi dan subyektif
lain sehingga biasanya digunakan untuk melengkapi cara penilaian status
gizi lainnya. Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis dapat
diidentifikasi melalui pengukuran kadar zat gizi/metabolitnypa dalam
suatu bahan biopsy. Metode ini mampu merefleksikan kadar zat gizi tubuh
total atau besarnya simpanan dijaringan yang paling sensitive terhadap
deplesi sehingga disebut uji biokimia statis. (Supariatsa, 2009)
4
B. Tinjauan Umum Tentang Glukosa Darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
di hati dan otot rangka. ( Joyce LeeFever, 2007 ).
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama
dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua
karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose
dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,
dan dalam glikoprotein dan proteoglikan (Murray, 2003).
Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan
berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal
dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan
dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan
metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk,
sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa
mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam
keadaan puasa. ( Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).
Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak
glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun
tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam
mempertahankan kadar glukosa darah yang adekuat baik dalam
keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran
glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme
regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu
tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya gangguan
homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis
kesehatan melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya.
( Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004 ).
5
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol
Kolesterol ( C27H45OH ) adalah alkohol steroid yang
ditemukan dalam lemak hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur.
Kolesterol sebagian besar disintesiskan oleh hati dan sebagian kecil
diserap dari diet. Keberadaan kolesterol dalam pembuluh darah yang
kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal lempengan yang akan
mempersempit / menyumbat pembuluh darah. (Sutejo A.Y.,2006).
Kolesterol adalah bahan yang biasanya terdapat bersama-sama
lemak. Bahan ini dapat berasal dari sintesis dalam tubuh dan juga
diperoleh dari dalam makanan. Kolesterol terdapat di dalam makanan
hewani (jaringan tubuh hewan) dan sumber utamanya adalah kuning telur
(Mary, 2011).
Kolesterol ditemukan sebagai bagian yang penting dalam sel,
jaringan tubuh: otak, saraf, ginjal, limpa, hati, dan kulit atau yang lazim
disebut kolesterol endogen, yang berperan penting dalam produksi asam
empedu, beberapa hormon tertentu serta vitamin D. Selain ditemukan
kolesterol endogen (endogenous cholesterol) ditemukan juga kolesterol
eksogen (exogenous cholesterol) yang berasal dari bahan makanan
sehingga tidak jarang kolesterol ini disebut juga dietary cholesterol, yang
bersumber antara lain dari kuning telur, ikan, otak, hati, organ kelenjar
dari kerbau dan sejumlah kecil didapatkan pula dari daging berlemak,
lemak susu, lemak butter, keju. Dehydro cholesterol merupakan permulaan
dari vitamin D, yaitu bagian-bagian kolesterol yang berubah dalam
mukosa usus dan kulit tubuh. Ada 7 dehidro kolesterol yang bilamana
terpengaruh oleh sinar matahari berubah menjadi vitamin D3, kolesterol
juga menunjang dan bahkan menjadi pemula terbentuknya hormon
kelamin, hormon adrenocortio. Dapat ditambahkan bahwa konsentrasi
total kolesterol dalam plasma darah yaitu sekitar 180-250 miligram per
100 mililiter (Kartasapoetra, 2008).
Kolesterol diekskresikan keluar dari dalam tubuh melalui getah
empedu dengan mempertahankan kolesterol dalam bentuk larutan lewat
6
penggabungan dengan garam-garam empedu. Jika kolesterol mengendap
dari larutan tersebut, endapan ini akan berbentuk padat yang dikenal
sebagai batu empedu (Mary, 2011).
Kolesterol ditemukan dalam sel darah merah, membran sel dan
otot. 70 % kolesterol di esterifikasikan ( dikombinasikan dengan asam
lemak ) dan 30 % dalam bentuk bebas. (Keerlefever Joyce, 2007).
Kadar kolesterol didalam darah adalah dibawah 200 mg/dl.
Apabila melampaui batas normal maka disebut sebagai
hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia biasanya terdapat pada
penderita obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, perokok serta orang yang
sering minum-minuman beralkohol (Hardjono, dkk. 2003)
Kolesterol merupakan golongan lemak yang tidak dapat nilai
lihat dengan kasat mata, ia dibentuk kedalam tubuh kita sendiri dalam
jumlah yang tidak terbatas, selain itu kolesterol juga dapat makanan diluar
tubuh kita yang berasal dari hewani (cholestrol eksogen). Sebagaian besar
lemak didalam tubuh dan makanan terdapat dalam bentuk trigliserida,
yang dapat berbentuk lemak jenuh (saturated fat ) dan lemak tak jenuh
(unsaturated fat ) (Setiati, 2007).
Asupan aman bagi orang dengan kadar kolesterol normal
adalah kurang dari 300 mg/ hari. Ada pula yang berpendapat batas
amannya 200-220 mg/hari. Yang perlu diingat, meki pun tidak
mengandung kolesterol, bahan makanan dan makanan sumber kalori
didalam tubuh tetap akan menghasilkan kolesterol. Karena itu, kita perlu
bersikap kritis terhadap pesan-pesan dalam iklan produk makanan dan
bahan makanan.
Asupan lemak dibatasi sampai sebesar 30% dari total energi;
sementara sisanya diupayakan dari karbohidrat. RDA untuk asam lemak
esensial minimal sebanyak 2-3%. Pembatasan lemak kurang dari 20%
akan memengaruhi mutu makanan, karena kandungan asam lemak esensial
berkurang (Setiati, 2007).
7
Kelebihan dan kekurangan lemak yang diwujudkan dalam
bentuk kadar kolesterol darah, berdampak sama buruknya: angka kematian
tertinggi bertengger di kedua titik ekstrim ini. Peningkatan kadar
kolesterol dapat mempertinggi risiko terkena penyakit jantung koroner
(PJK). Namun demikian, hubungan antara kadar kolesterol dan PJK tidak
bersifat linear, karena bukan hanya kolesterol yang ikut menyebabkan
PJK; dan sayangnya, sampai kini belum ditemukan cara untuk
memperkirakan siapa saja yang peka terhadap kolesterol diet. (Setiati,
2007)
D. Tinjauan Umum Tentang Asam Urat
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga
keberadaannya bias normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari
metabolism protein makanan yang mengandung purin juga menghasilkan
asam urat. Oleh karena itulah kadar asam urat didalam darah bias
meningkat bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung purin tinggi (seperti ekstrak daging, kerang, dan jeroan
seperti hati ginjal, limpa, paru dan otak) (Misdaniarly, 2007).
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh
melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu
mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat
dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah
kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada
persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak (Stefanus,
2006).
Kadar rata-rata Asam urat didalam darah dan serum tergantung
usia dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal bila:
a. Pria di bawah 7 mg/dl dan wanita di bawah 6 mg/dl
b. Sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dl.
c. Setelah pubertas, pada pria kadarnya meningkat secara bertahap dan
dapat mencapai 5,2 mg/dl.
8
Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru
pada usia pra monopause kadarnya meningkat mendekati kadar laki-laki,
bisa mencapai 4,7 mg/dl (Misdaniarly, 2007).
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat
dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal.
Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka
disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat
menghindari makanan yang banyak mengandung purin (Soekirman, 2005).
Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai
pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur,
buah, kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden)
(Almatsier, 2005) .
Asam urat atau gout artritis lebih sering menyerang laki-laki
terutama yang berumur di atas usia 30 tahun, karena umumnya laki-laki
sudah mempunyai kadar asam urat yang tinggi dalam darahnya.
Sedangkan kadar asam urat pada wanita umumnya rendah dan baru
meningkat setelah menopause. Penyebab gout adalah peningkatan kadar
asam urat dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah 1) Adanya produksi asam urat berlebihan
karena meningkatnya pembentukan zat purin dalam tubuh. Peningkatan
tersebut berasal dari asupan makanan yang mengandung purin tinggi. 2)
Gangguan pada ginjal. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-
garam anorganik dibuang melalui saluran ginjal, kandung kemih dan
saluran kemih dalam bentuk urin. Kegagalan ginjal dalam proses
pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga dapat
menimbulkan komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal
yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat
(Soekirman, 2005).
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah
(penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat
9
kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-
benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut
meninggi (Soekirman, 2005).
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat
dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal.
Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka
disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat
menghindari makanan yang banyak mengandung purin (Soekirman, 2005).
E. Tinjauan Umum Tentang Protein Total
Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat
dalam serum/plasma, yang terdiri atas albumin, globulin dan lain fraksi
yang (protein yang kadarnya sangat rendah). Pemeriksaan protein total
berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang disebabkan oleh
berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa secara bersama-sama
dengan pemeriksaan lain. Misalnya kadar albumin, faal hati, atau
pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh
dengan perhitungan dan dapat memberikan keterangan tambahan. Kadar
protein total meningkat pada keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan
penyakit hati menahun, merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir
gagal hati (Sirajuddin, 2010).
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel. Jenis
nutrien ini berupa struktur kompleks yang terbuat dari asam-asam amino.
Semua makanan yang berasal dari hewan maupun tanaman mengandung
protein. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik untuk
melepaskan asam amino yang kemudian diserap lewat usus. Masukan
segala jenis asam amino dalam jumlah yang memadai diperlukan bagi
pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Sebagian asam amino
10
sebenarnya dapat disintesis oleh tubuh harus tersedia dalam makanan.
Jenis asam amino ini disebut asam amino esensial (Beck, 2011).
Protein tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.
Pada beberapa jenis protein, unsur-unsur mineral seperti sulfur, fosfor,
iodium, dan besi juga terdapat. Protein dalam makanan merupakan satu-
satunya sumber nitrogen bagi tubuh. Molekul protein yang teramat besar
mengandung ribuan molekul asam amino, sedangkan protein kecil seperti
insulin mengandung kurang dari seratus asam amino. Dari strukturnya,
protein terbagi menjadi dua tipe menurut bentuk molekul protein tersebut:
fibrous kalau rantainya tetap dalam bentuk memanjang, dan globuler,
kalau rantainya berlipat-lipat sehingga terbentuk massa molekul yang
bentuknya tidak teratur (Beck, 2011).
Protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan
tubuh (Beck, 2011) yaitu:
1) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme
yang normal dan proses pengausan yang normal. Protein akan hilang
dalam pembentukan rambut serta kuku, dan sebagai sel-sel mati yang
lepas dari permukaan kulit serta traktus alimentarius, dan dalam
sekresi pencernaan.
2) Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk
selama masa pertumbuhan, kesembuhan dari cedera, kehamilan, dan
laktasi.
3) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang dengan
fungsi khusus di dalam tubuh, yaitu enzim, hormon, dan hemoglobin.
4) Protein dapat dipakai sebagai sumber energi.
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein
ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada
sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang
kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber
energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain
11
mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji,
1989).
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh
mata rantai asam-asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino
saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang
satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi
ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan
tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan
cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino,
disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida.
Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam
amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida,
dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling dipertautkan dengan
ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992)
F. Tinjauan Umum Tentang Albumin
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut
dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas.
Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut
albuminoid. (Anonim, 2010)
Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam
plasma yang mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan
mengendap pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen utama
tubuh. Ia dibuat oleh hati. Karena itu albumin juga dipakai sebagai tes
pembantu dalam penilaian fungsi ginjal dan saluran cerna.Kalau Anda
sulit membayangkan rupa albumin, bayangkanlah putih telur. (Anonim,
2011)
Pada manusia, albumin diproduksi oleh retikulum
endoplasma di dalam hati dalam bentuk proalbumin, kemudian diiris oleh
badan Golgi untuk disekresi memenuhi sekitar 60% jumlah serum darah
dengan konsentrasi antara 30 hingga 50 g/L dengan waktu paruh sekitar 20
12
hari. Albumin memiliki berat molekul sekitar 65 kD dan terdiri dari 584
asam amino tanpa karbohidrat. Gen untuk albumin terletak pada
kromosom 4, dengan panjang sekitar 16.961 nukleotida dengan 15 ekson
yang terbagi ke dalam 3 domain simetris, sehingga diperkirakan
merupakan triplikasi dari domain primordial yang tunggal. Mutasi pada
gen ini dapat mengakibatkan berbagai macam protein dengan fungsi yang
tidak beraturan (Anonim, 2008).
Albumin memiliki sejumlah fungsi. Pertama, mengangkut
molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat
kaitannya dengan bahan metabolisme asam lemak bebas dan bilirubuin
dan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus
diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lainnya agar dapat
dimetabolisme atau diekskresi. Fungsi kedua yakni memberi tekanan
osmotik di dalam kapiler (Hartono, 2006).
G. Tinjauan Umum Tentang Hemoglobin (Hb)
Secara harfiah, anemia berarti kurang darah . ada beberapa cara
untuk menyatakan konsentrasi darah . oleh karena fungsi sel darah merah
sebenarnya di jalankan oleh hemoglobin dan akibat yang di timbulkan oleh
anemia sebeenarnya adalah konsekuensi dari kurangnya hemoglobin untuk
mengikat dan mengangkut oksigen ke berbagai jaringan , maka anemia
diartikan sebagai keadaan dengan konsentrasi hemoglobin kurang dari
nilai normal (Sadikin, 1997).
Anemia adalah penyakit yang banyak di jumpai dan di
sebabkan oleh berbagai hal. Akan tetapi , meskipun penyebab anemia
bermacam-macam sehingga jenis anemia beraneka ragam pula, ada gejala
umum yang sama yang menimbulkan dugaan seseorang menderita
penyakit ini. Gejala yang paling umum yaitu pucat, yang mudah di lihat
pada wajah penderita. Gejala ini akan tampak lebih jelas lagi pada selaput
lendir , yang mudah di lihat pada mulut dan bagian dalam kelopak mata .
selain itu, gejala umum yang selalu di temukan pada berbagai jenis anemia
ialah mudah lelah (Sadikin, 1997).
13
Kebanyakan dari anemia dapat di obati, bahkan di cegah .
penanggulangan yang dini perlu segera di lakukan , karena bila tidak
teratasi dalam jangka waktu yang lama , keadaan ini akan menggangu
kinerja berbagai organ, termasuk berbagai fungsi yang rumit dari susunan
syaraf pusat , antara lain tampak jelas dalam kemampuan intelegensi . pada
anak-anak , anemia juga akan menggangu proses tumbuh kembang
(Sadikin, 1997).
H. Tinjauan Umum Tentang ZINK (Zn)
Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam
jaringan manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam
proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa mengandung 2-2,5 gram
seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan
mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan
juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut,
sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut
(Pangkalan, 2008).
Seng (zing) merupakan mineral antioksidan yang penting. Seng
akan membantu mencegah oksidasi lemak dan diperlukan tubuh untuk
memproduksi antioksidan superoksidase dismutase. Keberadaan seng
dibutuhkan pula untuk menjaga kadar vitamin E dalam darah sehingga
membrane sel darah merah bias terlindungi dari efek oksidasi mineral lain
(Pangkalan, 2008).
Zink (Zn) berperan dalam molekul penerima rasa pada lidah.
Tingkat ketajaman rasa dapat menggambarkan apakah seseorang
mengalami defenisi seng atau tidak. Seng sulfat akan merangsang molekul
penerima rasa pada lidah sehingga ketajaman rasa dapat diukur.
(Yuniastuti, 2000)
Pada akhir-akhir ini, riset menunjukkan bahwa kemerosotan
fungsi kelenjar timus dapat diatasi dengan mineral seng. Mineral seng
akan meremajakan kelenjar dan membuat kelenjar itu berfungsi
sebagaimana ketika usia seseorang masih muda. Percobaan pada tikus
14
yang sudah mengalami penurunan fungsi kelenja bahwa mineral seng
mampu memulihkan 80% fungsi timus. Dengan pemulihn itu, kekebalan
tubuh tikus dapat ditingkatkan karena kelenjar timus lebih aktif
memproduksi sel T (Anwar, 2009).
Tampaknya, dosis harian 15-30 mg mineral seng cukup untuk
mengoptimalkan fungsi kekebalan tubuh kita. Dosis yang lebih tinggi
mungkin diperlukan jika kita sudah menginjak usia manula, tetapi jangan
lebih dari 50 mg/hari (Anwar, 2009).
Peranan terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan
degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan pembentukan
embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses percepatan
pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan
hormon pertumbuhan. Seng juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh
dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pada defisiensi seng ditemukan limfopeni, menurunnya konsentrasi dan
fungsi limfosit T dan B (Linder, 1992).
Selain itu, seng juga berperan dalam berbagai fungsi organ.
Misalnya, keutuhan penglihatan yang merupakan interaksi metabolisme
antara seng dan vitamin A. Gejala rabun senja pada defisiensi seng
berkaitan pula dengan deplesi dehidrogenase retinal dan retional, akibat
gangguan keutuhan retina yang dipengaruhi oleh mineral seng
(Komandoko, 2010)
Sebenarnya kekurangan sumber karotin tidak perlu terjadi
karena sayur daun berwarna hijau di Indonesia terdapat banyak sepanjang
tahun dengan harga cukup terjangkau oleh rakyat pada umumnya , atau
dapat diproduksi sendiri di halaman atau di kebun sekitar rumah bagi
sebagian besar dari masyarakat kita di pedesaan . Hambatan absorpsi
vitamin A dan karotin terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di
Indonesia mengandung rendah lemak dan protein , yang diperlukan dalam
metabolism vitamin A (Yuniastuti,2010).
15
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 ALAT
A. Pengambilan Spesimen (Flebetomi)
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
a) Spoit 3-5 ml
b) Torniqued/Pengikat Karet Lengan
c) Tabung Sentrifus
d) Sentrifus
e) Botol vial
f) Mikropipet 100-1000 µl
g) Rak Tabung
B. Glukosa Darah
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: pipet 0.50 mL
dan 1.0 mL, Mikropipet 10 µl, 50 µl, dan 100 µl, Tabung Reaksi,
Semi Chemistry Photometer Analyzer
C. Kolesterol
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Tabung
Reaksi + Rak, Makropipet/Dispenser 1.0 mL, Micropipet 0.01 mL (10
µl), Semi Chemistry Photometer Analyzer
D. Asam Urat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Tabung
Reaksi + Rak, Makropipet/Dispenser 1.0 mL, Micropipet 20 µl
dengan panjang gelombang 520-546 nm
E. Protein Total
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Tabung
Reaksi, Mikropipet 20 µl, Makropipet/dispenser 1.0 mL, Semi
Chemistry Photometer Analyzer
16
F. Albumin
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Tabung
Reaksi, Micropipet 10 µl, Semi Chemistry Photometer Analyzer
G. Hemoglobin (Hb)
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Hemocue,
Microcuvet, Lancet, Softlick.
H. Zink (Zn)
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Spoit 3 ml
tanpa jarum, Beaker Glass
3.2 BAHAN
A. Pengambilan Spesimen (Flebotomi)
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Alkohol
70%, Kapas
B. Glukosa
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Serum,
Reagen Glucose
C. Kolesterol
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Serum,
Reagen Cholesterol
D. Asam Urat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Serum,
Reagen Urid Acid
E. Protein Total
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Serum,
Reagen Total Protein
F. Albumin
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Serum,
Reagen Albumin
G. Hemoglobin (Hb)
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Alkohol
H. Zink (Zn)
17
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Larutan
ZnSO4
3.3 PROSEDUR KERJA
A. Pengambilan Spesimen (Flebotomi)
a) Siapkan Alat-alat yang dibutuhkan
b) Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang
torniqued (ikatan pembendung) pada lengan bagian atas mintahlah
pada orang yang diambil darahnya untuk mengepal dan membuka
tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat
c) Tegakkanlah kulit di bagian lengan dengan jari-jari tangan kiri
supaya vena tidak bergerak-gerak pada saat tusukan
d) Bersihkan bagian yang akan diambil dengan alcohol 70%
e) Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit
sampai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena. Tarik penghisap
spoit perlahan-lahan sampai jumlah darah yang dikehendaki
didapat
f) Lepaskan torniqued (karet bendungan)
g) Taruhlah kapas diatas jarum dan cabutlah spoit
h) Bukahlah jarum spoit dan alirkan perlahan-lahan dalam tabung
sentrifus secukupnya (± 3 ml) untuk dipisahkan serumnya,
diamkan 5-10 menit sebelum disentrifus
i) Darah yang sudah didiamkan disentrifus dengan kecepatan 1500-
3000 rpm selama 5-10 menit
B. Glukosa
a) Siapkan peralatan dan bahan
b) Pipet reagen glucose dengan menggunakan micropipet 1000 µl
dan pindahkan ke tabung reaksi lewat dinding tabung reaksi
c) Pipet bagian yang atas dari darah (serum) dengan hati-hati
menggunakan micropipet 10 µl dan pindahkan ke tabung reaksi
yang berisi reagen glucose melewati dinding tabung reaksi
18
d) Homogenkan serum dan reagen glucose dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi
e) Diamkan selama 10 menit dan amati perbahan warna
f) Nyalakan alat Semi Chemistry Photometer Analyzer
g) Atur alat ke angka nol dengan aquades
h) Masukkan selang penghisap pada tabung reaksi yang berisi
sampel kemudian sampel akan diserap kedalam selang hingga
habis
i) Hasilnya akan keluar pada layar
C. Kolesterol
a) Siapkan peralatan dan bahan
b) Pipet reagen cholesterol dengan menggunakan micropipet 1000 µl
dan pindahkan ke tabung reaksi lewat dinding tabung reaksi
c) Pipet bagian yang atas dari darah (serum) dengan hati-hati
menggunakan micropipet 10 µl dan pindahkan ke tabung reaksi
yang berisi reagen cholesterol melewati dinding tabung reaksi
d) Homogenkan serum dan reagen cholesterol dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi
e) Diamkan selama 10 menit dan amati perbahan warna
f) Nyalakan alat Semi Chemistry Photometer Analyzer
g) Atur alat ke angka nol dengan aquades
h) Masukkan selang penghisap pada tabung reaksi yang berisi
sampel kemudian sampel akan diserap kedalam selang hingga
habis
i) Hasilnya akan keluar pada layar
D. Asam Urat
a) Siapkan peralatan dan bahan
b) Pipet reagen urid acid dengan menggunakan micropipet 500 µl
dan pindahkan ke tabung reaksi lewat dinding tabung reaksi
19
c) Pipet bagian yang atas dari darah (serum) dengan hati-hati
menggunakan micropipet 10 µl dan pindahkan ke tabung reaksi
yang berisi reagen urid acid melewati dinding tabung reaksi
d) Homogenkan serum dan reagen urid acid dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi
e) Diamkan selama 5 menit dan amati perbahan warna
f) Nyalakan alat Semi Chemistry Photometer Analyzer
g) Atur alat ke angka nol dengan aquades
h) Masukkan selang penghisap pada tabung reaksi yang berisi
sampel kemudian sampel akan diserap kedalam selang hingga
habis
i) Hasilnya akan keluar pada layar
E. Protein Total
a) Siapkan peralatan dan bahan
b) Pipet reagen protein total dengan menggunakan micropipet 500 µl
dan pindahkan ke tabung reaksi lewat dinding tabung reaksi
c) Pipet bagian yang atas dari darah (serum) dengan hati-hati
menggunakan micropipet 10 µl dan pindahkan ke tabung reaksi
yang berisi reagen protein total melewati dinding tabung reaksi
d) Homogenkan serum dan reagen protein total dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi
e) Diamkan selama 5 menit dan amati perbahan warna
f) Nyalakan alat Semi Chemistry Photometer Analyzer
g) Atur alat ke angka nol dengan aquades
h) Masukkan selang penghisap pada tabung reaksi yang berisi sampel
kemudian sampel akan diserap kedalam selang hingga habis
i) Hasilnya akan keluar pada layar
F. Albumin
a) Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda:
Tabung I untuk blank
Tabung II untuk standard
20
Tabung III untuk test
b) Diambil standar albumin dengan menggunakan mikro pipet 10 μl,
dimasukkan dalam tabung II. Ganti pipet.
c) Diambil serum/plasma 10 μl dengan menggunakan pipet 10 μl,
secara perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya
tidak ikut terambil, kemudian dimasukkan dalam tabung III.
d) Tabung I diisi dengan aquades 10 μl
e) Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml
dan diisi dalam Tabung I. Ganti pipet.
f) Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml
dan diisi dalam Tabung II. Ganti pipet
g) Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml
dan diisi dalam Tabung III. Ganti pipet.
h) Diamkan selama 5 menit dan amati perbahan warna
i) Nyalakan alat Semi Chemistry Photometer Analyzer
j) Atur alat ke angka nol dengan aquades
k) Masukkan selang penghisap pada tabung reaksi yang berisi
sampel kemudian sampel akan diserap kedalam selang hingga
habis
l) Hasilnya akan keluar pada layar
G. Hemoglobin (Hb)
a) Siapkan peralatan
b) Bersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan
kapas yang mengandung alcohol
c) Gunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang telah
diolesi alcohol
d) Buang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan darah
kedua diambil dengan menggunakan microcuvet
e) Lakukan pemeriksaan pada alat hemocue
H. Zink (Zn)
a) Siapakan alat dan bahan
21
b) Ambil 3 ml larutan ZnSO4 0,1% dengan menggunakan spoit
tanpa jarum
c) Semprotkan larutan ZnSO4 kedalam mulut responden dan biarkan
dalam mulut selama 10 detik
d) Buang cairan tersebut dan kepada responden ditanyakan tentang
apa yang dirasakan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
A. TABEL
1. Pemeriksaan Glukosa
NAMA GLUKOSA KETERANGAN
Rizky Wahyuni 76,29 mg/dl Normal
Nilai Normal : 140 – 250 mg/dL
2. Pemeriksaan Kolesterol
NAMA KOLESTEROL KETERANGAN
Rizky Wahyuni 764,55 mg/dl Tinggi
Nilai Normal : < 180 mg/dL
3. Pemeriksaan Asam Urat
NAMA ASAM URAT KETERANGAN
Rizky Wahyuni 8,58 mg/dl Tinggi
Nilai Normal Laki-laki : 3,5 – 7,2 mg/dL Perempuan : 2.5 – 6,2 mg/dL
4. Pemeriksaan Protein Total
NAMA PROTEIN TOTAL KETERANGAN
Rizky Wahyuni 15,5 g/dl Tinggi
Nilai Normal : 6 – 8,3 g/dL
5. Pemeriksaan Albumin
NAMA ALBUMIN KETERANGAN
Rizky Wahyuni 3,2 g/dl Normal
Nilai Normal : 3,2 – 5,8 g/dL
22
6. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Tabel hasil pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Kelompok IV
No Nama JenisKelamin
Kadar Hb Keterangan
1 Fenny Yunita P 13,8 g/dl Normal
2 Izzatul Yasida P 10,6 g/dl Tidak
Normal
3 Masriana K P 12,8 g/dl Normal
4 Arfina P 13,9 g/dl Normal
5 Masyta Almardi P 12,9 g/dl Normal
Nilai Normal Laki-laki : 13-16 g/dl perempuan : 12-14 g/dl
7. Pemeriksaan Zink
Tabel hasil pemeriksaan Zink Kelompok IV
No Nama Kategori Keterangan
1 Tirza Manda 1 Defisiensi Zink
2 Masriana K 3 Normal
3 Izzatul Yasida 2 Defisiensi Zink
4 Mutmainnah 2 Defisiensi Zink
5 Riski Wahyuni 3 Normal
6 Masyta Almardi 1 Defisiensi Zink
7 Hermayanti 2 Defisiensi Zink
8 Arfina 1 Defisiensi Zink
9 Fenny Yunita 1 Defisiensi Zink
Kategori 1 : Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa
walaupun telah ditunggu 10 detik
Kategori 2 : Mula-mula tidak merasakan, sesuatu dengan pasti tetap
didalam beberapa detik kemudian terasa kering, kesat atau manis
Kategori 3 : Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau menganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat
Kategori 4 : Segera timbul rasa yang kuat dan menggangu sehingga
responden langsung meringis
23
B. PERHITUNGAN
1. Pemeriksaan Glukosa
Glukosa Darah(mgdL )= AbsorbanTes x Kadar Standar
Absorbansi Standar
2. Pemeriksaan Kolesterol
Kolesterol (mgdL )= AbsorbanTes x Kadar Standar
Absorbansi Standar
3. Pemeriksaan Asam Urat
AsamUrat (mgdL )= AbsorbanTes x Kadar Standar
Absorbansi Standar
4. Pemeriksaan Protein Total
ProteinTotal (mgdL )= AbsorbanTes x Kadar Standar
Absorbansi Standar
5. Pemeriksaan Albumin
Albumin(mgdL )= AbsorbanTes x Kadar Standar
Absorbansi Standar
4.2 PEMBAHASAN
A. Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan
dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,
terutama pada industri pangan.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-
mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan
bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan.
Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga
akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting
bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan
dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara
24
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi)
mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju
glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer
siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes,
kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral
neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
Dari hasil pemeriksaan glukosa yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar glukosa 76,29 mg/dL, artinya glukosa
responden dalam kategori Normal
B. Kolesterol
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol
(bahasa Inggris: waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan
disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang
merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah
jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki
struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon.
Steroid lain termasuk steroid hormon seperti kortisol, estrogen,
dan testosteron. Nyatanya, semua hormon steroid terbuat dari perubahan
struktur dasar kimia kolesterol. Saat tentang membuat sebuah molekul dari
pengubahan molekul yang lebih mudah, para ilmuwan menyebutnya
sintesis. Hiperkolesterolemia berarti bahwa kadar kolesterol terlalu tinggi
dalam darah. Kolesterol dapat dibuat secara sintetik. Kolesterol sintetik
saat ini mulai diterapkan dalam teknologi layar lebar (billboard) sebagai
alternatif LCD.
Dari hasil pemeriksaan kolesterol yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar kolesterol 764,55 mg/dL. artinya kolesterol
responden dalam kategori tinggi
Dari hasil pemeriksaan kolesterol yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar kolesterol 764,55 mg/dL. artinya kolesterol
responden dalam kategori tinggi.
25
Adapun penyebab dari hasil
C. Asam Urat
Asam urat (bahasa Inggris: uric acid, urate) adalah senyawa
turunan purina dengan rumus kimia C5H4N4O3 dan rasio plasma antara
3,6 mg/dL (~214µmol/L) dan 8,3 mg/dL (~494µmol/L) (1 mg/dL = 59,48
µmol/L).
Kelebihan (hiperurisemia, hyperuricemia) atau kekurangan
(hipourisemia, hyporuricemia) kadar asam urat dalam plasma darah ini
sering menjadi indikasi adanya penyakit atau gangguan pada tubuh
manusia.
Pada manusia, asam urat adalah produk terakhir lintasan
katabolisme nukleotida purina, sebab tiadanya enzim urikase yang
mengkonversi asam urat menjadi alantoin. Kadar asam urat yang berlebih
dapat menimbulkan batu ginjal dan/atau pirai di persendian.
Penyakit asam urat disebabkan antara lain karena produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun
asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein. Meningkatnya produksi asam urat juga
dapat disebabkan karena obat-obatan, obesitas (kegemukan), hipertensi,
hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.
Dari hasil pemeriksaan asam urat yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar asam urat 8,58 mg/dL. artinya asam urat
responden dalam kategori tinggi
D. Protein Total
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang
paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
26
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur
serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim.
Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti
misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein
terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan
juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein
berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu
membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Dari hasil pemeriksaan protein total yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar protein total 15,9 g/dL. artinya protein total
responden dalam kategori tinggi
E. Albumin
Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma
yang mencapai kadar 60%. Nilai normal albumin didalam darah sekitar
3,2-5,8 g/dl.
Fungsi dari albumin adalah,pertama mengangkut molekul-
molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya
dengan bahan metabolisme-asam lemak bebas dan bilirubin dan berbagai
macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkut melalui
darah dari satu organ ke organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau
diekskresi.
Fungsi kedua adalah memberi tekanan osmotik di dalam
kapiler sehingga albumin dapat menjaga keberadaan air dalam plasma
darah dengan demikian volume darah akan tetap stabil. Bila jumlah
albumin turun maka akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
(edema) misalnya bengkak di kedua kaki. Atau bisa terjadi penimbunan
cairan dalam rongga tubuh misalnya di perut yang disebut asites.
27
Albumin bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel
baru.pembentukan jaringan tubuh yang baru dibutuhkan pada saat
pertumbuhan (bayi,kanak-kanak,remaja dan ibu hamil) dan mempercepat
penyembuhan jaringan tubuh misalnya sesudah operasi,luka bakar dan saat
sakit.
Dari hasil pemeriksaan albumin yang dilakukan pada Rizky
Wahyuni didapatkan kadar albumin 3,2 g/dL. artinya albumin responden
dalam kategori normal
F. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan diperoleh kadar
hemoglobim 14.5 gr/dl. Jika dibandingkan dengan nilai normal yaitu 13-
16 gr/dL maka tergolong normal.
Kekurangan HB bisa terjadi karena kekurangan bahan baku
penyusun hemoglobin. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan asupan
makanan yang memiliki kandungan unsur zat besi seperti hati, daging ,
telur serta bahan nabati. Faktor lainnya bisa karena pendarahan akibat luka
yang berat seperti ambeyan, menstruasi dan lain-lain. Penderita penyakit
kronis seperti malaria ata TBC, biasanya juga mengalami anemia. Untuk
mengatasi bisa dengan menambah suplemen besi
Kadar kekurangan hemoglobin dalam darah yang rendah
dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya
yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum
tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan.
Kadar hemoglobin yang tinggi dapat menyebabkan polisithemiavera, dapat
dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok.
28
Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor dan gangguan sumsum
tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin
Untuk mencegah terjadinya anemia, akibat kadar Hb yang
rendah, sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi
kandungan zat besinya, diantaranya: daging, ayam, ikan, telur, serealia
tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Selain
itu, disamping jumlah besi perlu diperhatikan kualitas besi di dalam
makanan tersebut (ketersediaan biologic). Pada umumnya besi di dalam
daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologic tinggi, besi di
dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersedian biologic
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersedian
biologik rendah
Dari hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan terhadap 5
responden yaitu fenny yunita dengan hasil 13,8 g/dL, Izzatul Yasida
dengan hasil 10,6 g/dL, Masriana K dengan hasil 12,8 g/dL, arfina dengan
hasil 13,9 g/dL, dan Masyta Almardi dengan hasil 12,9 g/dL, artinya
bahwa dari ke-5 sampel 4 dalam kategori Normal dan 1 sampel dalam
kategori tidak normal.
G. Zink (Zn)
Seng merupakan zat mineral esensial yang sangat penting bagi
tubuh. Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara berkembang
yang kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan
banyak penyakit. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi,
diare, dan setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-
anak di seluruh dunia. Konsumsi seng yang berlebihan dapat
menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga
Dalam percobaan praktikum pemeriksaan status seng ini,
metode yang digunakan adalah metode kecap Smith, dimana larutan
29
ZnSO4 0,1% dimasukkan dalam mulut kemudian dibiarkan selama 10
detik. Jika tidak merasakan apa-apa atau seperti merasakan air biasa
walaupun telah ditunggu 10 detik ataukah mula-mula tidak merasakan
sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian terasa kering,
kesat atau manis. Hal ini berarti kekurangan atau defisiensi seng. Tetapi
bila segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat.
Ataukah segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga
responden langsung meringis, berarti kadar sengnya normal
Ketika larutan ZnSO4 0,1% tersebut sudah masuk ke dalam
mulut saya selama 10 detik, saya tidak dapat merasakan apa-apa/seperti
merasakan air biasa tetapi pada akhir terasa sepat-sepat pekat. Sehingga
percobaan pemeriksaan status seng kali ini, saya berada dalam kategori
defisiensi zeng kategori 2. Hal ini mungkin disebakan karena pemasukan
seng yang kurang, absorbsi seng berkurang, pengeluaran seng yang
berlebihan, utilisasi seng ber-kurang, kebutuhan seng yang meningkat.
Dari hasil pemeriksaan Status Zink (Zn) yang dilakukan
terhadap responden termasuk dalam kategori 1.2 yang artinya menderita
defisiensi Zink di dalam tubuh
30
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Glukosa
Dari hasil pemeriksaan glukosa yang dilakukan pada Rizki
Wahyuni didapatkan kadar glukosa 76,29 mg/dl artinya termasuk
dalam dalam kategori normal
2. Pemeriksaan Kolesterol
Dari hasil pemeriksaan kolesterol yang dilakukan Rizki Wahyuni
didapatkan kadar kolesterol 764,55 mg/dl artinya termasuk dalam
kategori tinggi
3. Pemeriksaan Asam Urat
Dari hasil pemeriksaan asam urat yang dilakukan pada Rizki
Wahyuni didapatkan kadar asam urat 8,58 mg/dl artinya termasuk
dalam kategori tinggi
4. Pemeriksaan Protein Total
Dari hasil pemeriksaan protein total yang dilakukan pada Rizki
Wahyuni didapatkan kadar protein total 15,9 mg/dl artinya
termasuk dalam kategori tinggi
5. Pemeriksaan Albumin
Dari hasil pemeriksaan albumin yang dilakukan pada Rizki
Wahyuni didapatkan hasil 3,2 mg/dl artinya termasuk dalam
kategori normal.
6. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Dari hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan terhadap 5
responden 4 responden dalam kategori normal dan 1 responden
dalam kategori tidak normal.
7. Pemeriksaan Status Zink (Zn)
31
8. Dari hasil pemeriksaan Status Zink (Zn) yang dilakukan terhadap
responden 6 responden termasuk dalam kategori 1.2 yang artinya
menderita defisiensi Zink di dalam tubuh dan 3 responden
termasuk dalam kategori 3 yang artinya tidak menderita defisiensi
atau Normal.
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk Laboratorium
Sebagai Laboratorium terpadu di kawasan indonesia timur yang
menerima mahasiswa dari berbagai universitas di kawasan
indonesia timur, fasilitas yang ada sudah sangat memadai akan
tetapi ruangan yang disediakan sangatlah terbatas sehingga ruang
gerak pratikan sangat tidak leluasa.
2. Kepada Asisten
Supaya bisa menciptakan kondisi yang nyaman selama pratikum
sehingga apa yang dipraktekkan dapat dipahami dan dimengerti
dengan baik oleh praktikan.
3. Laboratorium
Mohon agar laboratoriumnya untuk lebih diperbanyak kursinya
agar sistem praktikum berjalan lebih maksimal dan efektif.
32
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Barasi, Mary E. 2007. At A Glance Imu Gizi. Jakarta: Erlangga
Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press
Hartono, Andry. 2007. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Murray, K Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuraini, Heny.2007. Memilih dan Membuat jajanan Anak yang sehat dan Halal. Jakarta: Qultum Media.
Poedjiadi, dkk. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar- Dasar Biokimia. UI-Press. Yogyakarta.
Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta: Kompas
Schlenker, E dan D. Long S. 2007. Essentials Of Nutrition & Diet Therapy. Canada: Mosby Elsevier.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu gizi jilid 1. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Soekirman. 2005. Kecenderungan Masalah dan Program Gizi dalam PJP. Semarang: Kongres Nasional Persagi IX dan KPIG.
Silman, Erwin. 2009. Diagnosa Laboratorium Kelainan Lemak Darah. Jakarta: Bagian patologi klinik fakultas kedokteran universitas indonesia/RSCM.
Sirajuddin, Saifuddin. 2013. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Syafiq, Ahmad. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: FKM UI
Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI
Hartono. 2006. Asuhan Gizi Rumah sakit. Jakarta: EGC.