PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN VOKASI UNTUK ...
Transcript of PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN VOKASI UNTUK ...
1
PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN VOKASI UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING LULUSAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Oleh : Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko(085868317318/[email protected])
Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif UMPurworejo
14 Mei 2016
Abstrak
Dalam rangka mewujudkan keterkaitan antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, pendidikan kejuruan memerlukan pembelajaran autentik. Pembelajaran autentik memerlukan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang mengharuskan siswa mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah yang ditemui di dunia nyata (autentik) di luar lingkungan sekolah sebagai aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya.Termasuk dalam kategori penilaian autentik adalah penilaian kinerja, penilaian projek, penilaian produk dan penilaian portofolio. Komponen yang harus ada dalam penilaian autentik: a) tugas yang harus dikerjakan siswa, b) lembar penilaian, dan c) rubrik penilaian. Tugas terdiri dari: a) melakukan suatu perbuatan,b) menghasilkan suatu karya, dan c) melakukan sesuatu sekaligus menghasilkan sesuatu. Lembar penilaian merupakan suatu daftar aspek/subaspek penilaian tugas beserta skor hasil penilaian. Rubrik terdiri dari aspek-aspek yang akan dinilai disertai indikator tingkatan mutu untuk setiap aspek tersebut mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai tingkat yang paling buruk disertai dengan skor untuk setiap tingkatan mutu tersebut. Setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa aspek. Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel.
Kata kunci : penilaian kinerja, penilaian projek, penilaian produk, rubrik
A. Pendahuluan
Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Community (AEC)
sudah dimulai. Dalam era MEA persaingan semakin meluas dalam berbagai bentuk arus
barang, jasa, tenaga kerja dan arus modal. MEA merupakan satu peluang sekaligus
tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi abad ekonomi Asia ini (Arif Bintoro Johan,
2014). Merupakan peluang karena tenaga kerja dari Indonesia mempunyai peluang
untuk memasuki dunia kerja tidak hanya di wilayah Indonesia saja tetapi bisa juga ikut
bersaing di seluruh wilayah MEA.Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan
mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap
angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja (Bagus Prasetyo,
2014). Merupakan tantangan karena kebijakan MEA menjadi ancaman serius bagi
tenaga kerja dalam negeri. Indonesia akan dibanjiri oleh tenaga kerja dan pelaku usaha
2
dari negara asing di kawasan ASEAN. Tahun 2016 ini tenaga kerja Malaysia sudah
membanjiri DIY (KR, 12 Maret 2016). Bila tenaga kerja Indonesia tidak siap
menghadapi persaingan terbuka ini, MEA menjadi momok bagi tenaga kerja Indonesia
karena akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari Negara ASEAN lainnya. Oleh
karena itu perlu dipersiapkan tenaga kerja yang berkualitas yang mampu bersaing baik di
tingkat lokal, nasional maupun regional.
Pemenuhan tenaga kerja yang berkualitas dapat dilakukan melalui pendidikan
ketenagakerjaan, baik formal maupun non formal.Pendididikan ketenagakerjaan non
formal dapat dilakukan oleh Balai Latihan Kerja (BLK), lembaga pelatihan kerja, kursus
latihan kerja, dan lainnya.Sedangkan pendidikan ketenagakerjaan secara formal
umumnya dilakukan pada jenjang pendidikan menengah atas (SMK/MAK) dan
pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan kejuruan, vokasi, professional dan akademik
(Arif Bintoro Johan, 2014).Agar lulusan pendidikan kejuruan bisa memasuki persaingan
di wilayah ASEAN diperlukan adanya standarisasi dan sertifikasi.Dengan mengantongi
sertifikat keahlian, para lulusan pendidikan kejuruan diharapkan lebih pede saat terjun
pada persaingan global.Standarisasi dilakukan tidak hanya standar dari Standar Nasional
Indonesia (SNI) melainkan harus diakui di pasar kerja international (Konferensi
Regional Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan, 2014).
Selain standarisasi dan sertifikasi, pendidikan kejuruan juga perlu memperhati-kan
hal-hal sebagai berikut: a) Tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin
yang sama seperti yang digunakan di tempat kerja, b) siswa dilatih dan dibiasakan
berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri, dan c)
pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata. Dengan hal-hal tersebut akan terjalin
keterkaitan antara dunia pendidikan kejuruan dan dunia pekerjaan. Secara paradigmatik
memerlukan pengajaran autentik (authentic teaching) dan belajar autentik (authentic
learning). Pengajaran autentik dan belajar autentik memerlukan penilaian autentik
(authentic assessment)
B. Penilaian Autentik
1. Konsep Dasar Penilaian
Ada tiga istilah yang sering digunakan dan berkaitan dengan penilaian, yaitu tes,
pengukuran, dan evaluasi. (test, measurement, and evaluation). Dalam kehidupan
sehari-hari orang sering menyamakan pengertian ke empat istilah tersebut (test,
3
measurement, assessment and evaluation), padahal ke empat istilah tersebut memiliki
makna yang berbeda. Beberapa orang juga sering rancu menggunakan istilah-istilah
tersebut karena ke empat istilah digunakan untuk merujuk kegiatan yang sama.
Tes (test) merupakan suatu cara untuk memprediksi tingkat pengetahuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus
atau pertanyaan. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan
tingkat pengetahuan peserta tes dalam bidang tertentu. Tes merupakan alat ukur
untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau
respon benar atau salah. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi (Eko Putro
Widoyoko, 2016).
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie, 1986). Esensi dari
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau
keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Hasil pengukuran berupa skor atau
angka. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat
mengukur karakteristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan
pengamatan, wawancara, atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk
kuantitatif (Eko Putro Widoyoko, 2016).
Penilaian dalam kontek hasil belajar diartikan sebagai kegiatan menafsirkan
atau memaknai data hasil pengukuran tentang kompetensi yang dimiliki siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Data hasil pengukuran dapat diperoleh
melalui tes, pengamatan, wawancara, portofolio, jurnal, maupun instrumen lainnya
(Eko Putro Widoyoko, 2015).
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Selanjutnya Griffin & Nix (1991)
menyatakan:
Measurement, assessment and evaluation are hierarchial. The comparison of observation with the criteria is a measurement, the interpretation and description of the evidence is an assessment and the judgement of the value or implication of the behavior is an evaluation.
4
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat
berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk
mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya.
Dalam konteks pembelajaran lingkup atau cakupan penilaian hanya pada
individu siswa dalam kelas, sedangkan lingkup evaluasi adalah seluruh komponen
dalam program pembelajaran, mulai dari input, proses, sampai pada hasil
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, cakupan evaluasi meliputi siswa, guru,
kurikulum, sarana dan prasana atau media pembelajaran, iklim kelas, sikap siswa
dalam pembelajaran dan sebagainya. Dengan demikian perbedaan prinsip antara
penilaian dengan evaluasi adalah pada cakupan. Penilaian mencakup satu aspek,
sedangkan evaluasi mencakup beberapa aspek dalam program.Kegiatan evaluasi
selalu terkait dengan program. Cakupan evaluasi lebih luas dibandingkan dengan
cakupan penilaian. Adapun persamaannya yaitu sama-ama proses atau kegiatan
menafsirkan, memaknai dan mendeskripsikan atau menetapkan kualitas hasil
pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2015).
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian
autentik dan non-autentik. Penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam
penilaian hasil belajar oleh pendidik (Pasal 2 ayat 1 Permendikbud No. 104 Tahun
2014)
2. Pengertian Penilaian Autentik
Penggunaan penilaian autentik(authentic assessment) sebagai jawaban atas
banyaknya kritikan terhadap penilaian tradisional yang hanya menggunakan tes
tertulis (paper anda pencil test). Tes tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar dalam ranah kognitif, tidak bisa untuk menilai hasil belajar keterampilan
maupun sikap. Test tertulis hanya digunakan untuk mengukur “apa yang diketahui
5
oleh siswa”, tidak dapat mengukur “apa yang mampu siswa kerjakan”. Dengan kata
lain tes tertulis hanya dapat mengukur sebagian kecil dari hasil belajar siswa.
Beberapa kritik diajukan terhadap pengembang tes tulis, yakni perlunya penekanan
lebih pada asesmen autentik, berupa tugas-tugas kehidupan sesungguhnya (Gronlund,
1998)
Penilaian autentik adalah metode penilaian di mana siswa melakukan tugas-
tugasyang sesuai dengan kehidupan nyata untuk menunjukkan kemampuan mereka
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan (Franklin, B, 2016)
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 mendefinisikan penilaian autentik sebagai
bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya (Pasal 1 ayat 2). Aitken & Pungur (2014)
menyatakan bahwa “Authentic assessment captures aspects of students’ knowledge,
deep understanding, problem-solving skills, social skills, and attitudes that are used
in a real-world”. Sedangkan Hart, D (1994) mengatakan bahwa “an assessment is
authentic when it involves students tasks that are worthwhile, significant, and
meaningful”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas hakikat penilaian autentik adalah bentuk
penilaian yang mengharuskan siswa mendemonstrasikan kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah yang ditemui di dunia nyata
(autentik) di luar lingkungan sekolah sebagai aplikasi pengetahuan dan keterampilan
yang dikuasainya. Termasuk dalam kategori penilaian autentik adalah penilaian
kinerja (performance assessment), penilaian projek (project assessment), penilaian
produk (product assessment) dan penilaian portofolio (portfolio assessment) (Powers
K & Gamble B, 2009).
3. Komponen-Komponen Penilaian Autentik
Komponen yang harus ada dalam penilaian autentik ada tiga macam, yaitu a)
tugas yang harus dikerjakan siswa, b) lembar penilaian, dan c) rubrik penilaian.Tugas
yang harus dikerjakan siswa bisa berupa: a) melakukan suatu perbuatan, seperti
menyanyi, menari, membaca puisi dan lain-lain, b) menghasilkan suatu karya, seperti
membuat gambar, membuat kerajinan kayu, dan sebagainya.Tidak menutup
kemungkinan tugasnya merupakan gabungan kedua hal tersebut, yaitu melakukan
6
sesuai sekaligus menghasilkan sesuatu, seperti melakukan pengamatan dan
melaporkan hasil pengamatannya dalam bentuk laporan tertulis. Lembar penilaian
merupakan suatu daftar aspek maupun aspek penilaian tugas yang diberikan beserta
skor hasil penilaian terhadap tugas-tugas siswa.
4. Rubrik Penilaian Autentik
a. Pengertian
Rubrik secara umum dapat diartikan sebagai pedoman pemberian skor
(guidance score) dalam penilaian yang bersifat subjektif. Sebuah rubrik skor
menggambarkan tingkat kinerja siswa yang diharapkan untuk dapat dicapai. Hart,
D (1994) mengatakan bahwa:
“a rubrik is an established set of criteria used for scoring or rating student’s tests, portfolios, or performances. A scoring rubrik describes the levels of performance student might be expectred to attain relative to a desired standard of achievement”.
Smith C, Sadler R, & Davies L (2015) menyatakan bahwa :
” An assessment rubric is a matrix, grid or cross-tabulation employed with the intention of making expert judgments of student work both more systematic and more transparent to students”.
b. Isi Rubrik
Rubrik terdiri dari komponen-komponen atau aspek-aspek yang akan dinilai
disertai tingkatan mutu untuk setiap aspek penilaian tersebut mulai dari tingkat
yang paling sempurna sampai tingkat yang paling buruk disertai dengan skor untuk
setiap tingkat mutu tersebut (Eko Putro Widoyoko, 2016). Secara singkat rubrik
terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
a. Dimensi kinerja/aspek penilaian.
b. Indikator mutu beserta capaian indikator yang menunjukkan tingkatan mutu
aspek penilaian mulai dari yang paling sempurna sampai yang paling buruk.
c. Skor untuk tiap-tiap tingkatan mutu dari aspek/subaspek penilaian.
d. Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi kinerja/aspek penilaian,
mulai dari skala 3, 4 atau skala 5.
c. Deskriptor Rubrik
Deskriptor rubrik menggambarkan indikator tingkatan pencapaian mutu
yang bisa dicapai oleh peserta didik. Deskripsi tingkatan mutu dalam rubrik
7
penilaian dibedakan menjadi dua, yaitu umum dan khusus. Deskriptor bersifat
umum apabila indikator tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsikan mutu
berbagai dimensi kinerja atau aspek penilaian.
Contoh deskriptor mutu yang bersifat umum:
Indikator Mutu SkorSangat Baik (SB) 4Baik (B) 3Cukup (C) 2Kurang (K) 1
Indikator dalam deskriptor mutu tersebut lebih mudah dan lebih sederhana
dalam menyusun, tetapi kurang akurat, karena kriteria kurang terukur. Bagi
seorang guru belum tentu mempunyai persepsi yang sama dengan guru yang lain
sehingga masih ada unsur subjektivitas penilai.
Contoh rubrik dengan deskriptor bersifat umum
Untuk menilai produk yang dihasilkan oleh siswa dapat didasarkan pada
aspek: a) tahap perencanaan bahan, b) tahap proses pembuatan, dan c) tahap akhir
(hasil produk). Proses pembuatan dapat dinilai dari aspek persiapan alat dan bahan,
tekhnik pengolahan, dan aspek keselamatan, kemanan, kebersihan. Berdasarkan
aspek dan sub aspek tersebut dapat disusun rubrik penilain produk (product
assessment) sebagai berikut:
No Aspek PenilaianSkor
1 2 3 41. Tahap Perencanaan Bahan2. Tahap Proses Pembuatan
a. Persiapan Alat dan bahanb.Teknik Pengolahanc. K3 (keselamatan, keamanan & kebersihan)
3. Tahap Akhir (Hasil Produk)a. Bentuk Fisikb.Inovasi
Skor Total
Keterangan Skor :1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik
Rubrik di atas masih mengandung subjektivitas karena ukuran baik atau
kurang baik terhadap kinerja maupun hasil kerja peserta didik antara penilai yang
satu dengan penilai yang lain berbeda-beda, sehingga hasil karya yang sama masih
8
ada kemungkinan memperoleh skor berbeda apabila dinilai oleh penilai yang
berbeda walaupun rubriknya sama.
Deskriptor mutu dikatakan bersifat khusus apabila deskriptor tersebut mampu
mendeskripsikan mutu secara secara jelas dan terukur terhadap dimensi kinerja
atau aspek penilaian. Hal ini dapat terjadi apabila deskriptor tersebut hanya
mendeskripsikan satu dimensi atau aspek penilaian tertentu dan tidak bisa
digunakan untuk mendeskripsikan dimensi kinerja/aspek penilaian yang lain.
Contoh deskriptor khusus kegiatan pratikum aspek merangkai alat pratikum:
Deskriptor SkorRangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerja 3
Rangkaian alat benar, tetapi tidak rapi atau tidak memperhatikan keselamatan kerja
2
Rangkaian alat tidak benar 1
Model di atas memiliki kelemahan karena dalam realitanya pasangan deskripsi
yang muncul seperti tidak selalu sama seperti yang sudah ditentukan dalam rubrik.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat digunakan model lain yaitu dengan
indikator mutu dan capaian indikator. Merangkai alat pratikum dianggap baik
(bermutu) apabila memenuhi tiga indikator, yaitu :
1. Rangkaian alat benar.
2. Rangkaian alat rapi.
3. Memperhatikan keselamatan kerja.
Skor yang dicapai siswa tergantung capaian indikator (indikator yang terpenuhi
atau muncul), semakin banyak indikator yang dicapai semakin tinggi skornya
sebaliknya semakin sedikit indikator yang dicapai semakin rendah
skornya.Tingkatan mutu bisa menggunakan skala, 3, 4 atau 5.
Berdasarkan ketentuan tersebut tingkatan mutu dari hasil merangkai alat
pratikum dapat disusun sebagai berikut:
Tingkatan mutu skala 3
Indikator dan Capaian Indikator SkorRangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerjaTerpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi 1 indikator 1
9
Tingkatan mutu skala 4
Indikator dan Capaian Indikator SkorRangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerjaTerpenuhi 3 indikator 4Terpenuhi 2 indikator 3Terpenuhi 1 indikator 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
Berdasarkan model kedua tersebut pasangan indikator yang muncul tidak
ditentukan terlebih dulu tetapi tergantung yang muncul di lapangan.
Contoh rubrik dengan deskriptor khusus
Kegiatan pratikum dapat dinilai dari aspek: a) keterampilan merangkai alat, b)
kemampuan mengamati, c) data yang diperoleh, dan d) kemampuan menyusun
kesimpulan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut kemudian dapat disusun rubrik
keterampilan siswa dalam melakukan pratikum sebagai berikut.
Aspek Penilaian Indikator & Capaian Indikator Skor
1. Merangkai alat
Rangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerjaTerpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi 1 indikator 1
2. Pengamatan
Pengamatan cermat dan bebas interpretasiTerpenuhi 2 indikator 3Terpenuhi 1 indikator 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
3. Data yang diperoleh
Data lengkap, terorganisir, dan ditulis dengan benarTerpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi 1 indikator 1
4. Kesimpulan
Semua benar, atau sesuai tujuanTerpenuhi 2 indikator 3Terpenuhi 1 indikator 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
d. Jumlah Indikator dan Skor
Kebutuhan jumlah indikator pencapaian mutu terbaik dan tingkatan skor
tergantung pada jumlah tingkatan mutu yang digunakan.
1) Penilaian dengan menggunakan 3 tingkatan mutu membutuhkan minimal 2
indikator yang memiliki bobot sama dengan ketentuan:
a) terpenuhi dua indikator, skor 3,
10
b) terpenuhi satu indikator, skor 2,
c) tidak ada indikator yang terpenuhi, skor 1.
Apabila kedua indikator memiliki bobot berbeda maka indikator yang
memiliki bobot lebih dijadikan sebagai indikator pertama, dan ketentuan
tingkatannya menjadi sebagai berikut:
a) terpenuhi dua indikator, skor 3,
b) terpenuhi indikator pertama, skor 2,
c) terpenuhi indikator kedua, skor 1.
2) Penilaian dengan menggunakan 4 tingkatan mutu membutuhkan minimal 3
indikator yang memiliki bobot sama dengan ketentuan:
a) terpenuhi tiga indikator, skor 4,
b) terpenuhi dua indikator, skor 3,
c) terpenuhi satu indikator, skor 2,
d) tidak ada indikator yang terpenuhi, skor 1.
Apabila memiliki 4 indikator yang memiliki bobot sama ketentuannya
sama dengan nomor satu (1) di atas.
Apabila memiliki dua indikator dengan bobot berbeda maka indikator
yang memiliki bobot lebih dijadikan sebagai indikator pertama, dan ketentuan
tingkatannya menjadi sebagai berikut:
a) terpenuhi dua indikator, skor 4,
b) terpenuhi indikator pertama, skor 3,
c) terpenuhi indikator kedua, skor 2,
d) tidak ada indikator yang terpenuhi, skor 1.
e. Macam-macam Rubrik
Berdasarkan dimensi kinerja (aspek penilaian atau komponen) rubrik dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu rubrik holistik dan rubrik analitik (Mueller,
John.2016).
1) Rubrik Holistik
Rubrik holistik (holistic rubrik) adalah rubrik yang deskripsi aspek
penilaiannya dibuat secara umum. Karena deskripsi aspek penilaian dibuat
umum maka biasanya rubrik holistik dapat digunakan untuk menilai
berbagai jenis kinerja maupun hasil kerja siswa. Penskoran dilakukan
11
terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian
komponen secara terpisah.
Contoh rubrik penilaian untuk menilai tugas yang dikerjakan oleh siswa.
Rubrik ini digunakan sebagai instrumen penilaian produk (product
assessment). Secara umum aspek-aspek yang dinilai meliputi:
1) kualitas pengerjaan tugas,
2) kreativitas dalam mengerjakan tugas, dan
3) produk tugas.
Setiap aspek yang akan dinilai ditentukan indikator tingkatan mutu
bersifat khusus dari yang paling baik sampai yang paling tidak baik. Dengan
memperhatikan aspek-aspek pengerjaan tugas tersebut maka dapat disusun
rubrik holistik dengan indikator khusus sebagai berikut.
A
A
Apabila descriptor/indikatornya dibuat bersifat umum maka rubrik
holistik tersebut di atas menjadi sebagai berikut:
Aspek PeniaianSkor
1 2 3 4Kualitas pengerjaan tugasKreativitas dalam pengerjaan tugas
Produk tugas
Keterangan Skor :1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik
Aspek Kinerja Indikator & Capaian Indikator Skor
1. Kualitas pengerjaan tugas
Tugas dikerjakan dengan sangat baik dan akuratTerpenuhi dua indicator 4Terpenuhi indikator pertama 3Terpenuhi indikator kedua 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
2. Kreativitas dalam pengerjaan tugas
Mampu memodifikasi prosedur tanpa bantuan instrukturTerpenuhi dua indikator 4
Terpenuhi indikator pertama 3
Terpenuhi indikator kedua 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
3. Produk tugasSecara keseluruhan produk tugas baik 4Sebagian besar produk tugas baik 3Sebagian besar produk tugas tidak baik 2Secara keseluruhan produk tugas tidak baik 1
12
2) Rubrik Analitik
Rubrik analitik (analytic rubrik) merupakan rubrik yang aspek-aspek
atau komponen-komonen penilaian dan indikator kinerja serta pencapaian
indikator setiap aspek penilaian dibuat lebih rinci. Aspek penilaian yang
akan dinilai disesuaikan dengan kinerja yang akan diukur. Berikut contoh
rubrik untuk menilai gambar motif batik dari Produk Seni Kriya Tekstil
SMK. Penilaian ditujukan pada ketepatan gambar motif, besaran garis motif,
kerapihan & kebersihan, dan tampilan gambar motif.
Rubrik Penilaian Hasil Kerja Gambar Motif BatikAspek Penilaian Indikator & Capaian Indikator Skor
Ketepatan Gambar Motif
Gambar motif sesuai dengan tema, gambar motif sesuai kaidah (pakem), pengulangan motif tepatTerpenuhi 3 indikator 4Terpenuhi 2 indikator 3Terpenuhi 1 indikator 2Tidak ada indikator yang terpenuhi 1
Besaran Garis motif
Ukuran besar garis sama, warna garis rata, perbedaan garis (garis motif pokok dan isen) jelas, goresan garis pas/akurat.Terpenuhi 4 indikator 4Terpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi ≤1 indikator 1
Kerapian dan Kebersihan
Gambar motif tidak salah gores, tidak terlihat bekas hapusan, tidak ada garis ganda, dan tidak kotorTerpenuhi 4 indikator 4Terpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi ≤1 indikator 1
Tampilan Gambar Motif
Tampilan bagus, bersih, rapi, goresan kuatTerpenuhi 4 indikator 4Terpenuhi 3 indikator 3Terpenuhi 2 indikator 2Terpenuhi ≤1 indikator 1
Penilaian menggunakan rubrik holistik dapat memberikan hasil yang lebih
cepat jika dibandingkan dengan menggunakan rubrik analitik, apalagi
deskriptornya bersifat umum. Hal ini disebabkan karena proses pemeriksaannya
hanya sekali untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang dapat siswa
13
lakukan/hasilkan dari suatu proses atau tugas lainnya. Berbeda dengan rubrik
analitik yang mengharuskan guru untuk memeriksa dengan memperhatikan
komponen-komponen dari suatu proses atau produk tugas siswa secara lebih rinci,
sehingga hasilnya lebih objektif. Karena sifatnya yang lebih rinci, rubrik analitik
hanya dapat digunakan untuk menilai suatu kinerja tertentu.
C. Simpulan
Dalam rangka mewujudkan keterkaitan (link and match) antara pendidikan
kejuruan dengan dunia kerja, pendidikan kejuruan perlu melakukan hal-hal berikut: a)
Tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang
digunakan di tempat kerja, b) siswa dilatih dan dibiasakan berpikir dan bekerja seperti
yang diperlukan dalam pekerjaan, dan c) pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata.
Secara paradigmatik pendidikan kejuruan memerlukan pembelajaran autentik (authentic
instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Pembelajaran autentik dan belajar
autentik memerlukan penilaian autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang mengharuskan siswa
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah yang ditemui di dunia nyata (autentik) di luar lingkungan
sekolah sebagai aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya.Termasuk
dalam kategori penilaian autentik adalah penilaian kinerja (performance assessment),
penilaian projek (project assessment), penilaian produk (product assessment) dan
penilaian portofolio (portfolio assessment).
Komponen yang harus ada dalam penilaian autentik ada tiga macam, yaitu a)
tugas yang harus dikerjakan siswa, b) lembar penilaian, dan c) rubrik penilaian.Tugas
yang harus dikerjakan siswa bisa berupa: a) melakukan suatu perbuatan,b) menghasilkan
suatu karya, dan c) merupakan gabungan kedua hal tersebut, yaitu melakukan sesuai
sekaligus menghasilkan sesuatu, seperti melakukan pengamatan dan melaporkan hasil
pengamatannya dalam bentuk laporan tertulis. Lembar penilaian merupakan suatu daftar
aspek maupun aspek penilaian tugas yang diberikan beserta skor hasil penilaian terhadap
tugas-tugas siswa
Rubrik terdiri dari aspek-aspek yang akan dinilai disertai indikator tingkatan
mutu untuk setiap aspek tersebut mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai tingkat
yang paling buruk disertai dengan skor untuk setiap tingkatan mutu tersebut.
14
Daftar Pustaka
Arif Bintoro Johan. 2014. Peranan pendidikan kejuruan dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN. http://journal.ustjogja.ac.id. diunduh tanggal 25 Maret 2016
Aitken & Pungur, 2014, Authentic Assessment, diunduh dari http://www.ntu.edu pada tanggal 16 Nopember 2015
Anonim. 2014. Hadapi MEA 2015, pendidikan keterampilan harus diperkuat. http://sertifikasi-profesi.blogspot.co.id. diunduh tangga; 25 Maret 2016
Bagus Prasetyo. 2014. Menilik Kesiapan Dunia Ketenagaan Indonesia Menghadapi MEA. http://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online. diunduh tanggal 25 Maret 2016
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. 1986. Essential of educational measurement. New Jersey:Prentice- Hall, Inc.
Eko Putro Widoyoko, S. 2015. Evaluasi program pembalajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eko Putro Widoyoko, S. 2016. Penilaian hasil pembalajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Franklin, B, 2016. Authentic assessment, diunduh dari https://educ6040fall10.pada tanggal 13 Maret 2016
Griffin, P. & Nix, P.1991. Educational assessment and reporting. Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher.
Gronlund, N.E. 1998. Assessment of student achievement . 6th ed. Boston: Allyn and Bacon
Harian Umum Kedaulatan Rakyat. 2016. Pekerja Malaysia banjiri DIY. Sabtu 12 Maret 2016 halaman 1.
Hart, D.1994. Authentic assessment: A handbook for educators. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Konferensi regional pendidikan dan pelatihan kejuruan. 2014. Ensuring TVET Quality, Preparing for AEC 2015. https://www.regional-tvet-conference-indonesia.org. diunduh tanggal 25 Maret 2016
Mueller, John. 2016. Authentic assessment toolbox. http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox. Diunduh tanggal 25 Maret 2016
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang “penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
Powers K & Gamble B. 2009. Authentic assessment. http://www.education.com/reference/article/authentic-assessment/. Diunduh tanggal 25 Maret 2016
Smith C, Sadler R, & Davies L. 2015. ”Assessment rubrics”. diunduh dari https://griffith.edu.au. pada tanggal 11 Maret 2015
Sri Herlina & Parjiyah. 2015. Pengembangan instrumen penilaian autentik desain dan produksi kriya tekstil mapel batik di SMK (Laporan Penelitian). P4TK Seni Budaya Yogyakarta.