Penilaian Acuan Norma

13
PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP) Posted on 16 Maret 2011 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali pengembang intruksional termasuk pengajar menyusun tes setelah proses instruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat berdasarkan isi pelajaran yang telah diajarkan dan masih segar dalam ingatannya. Keadaan yang seperti itu sangat memungkinkan tidak berfungsinya tujuan intruksional yang telah dirumuskannya. Tes yang disusunnya mungkin konsisten dengan isi pelajaran, tetapi tidak konsisten dengan perilaku yang seharusnya diukur. Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian mahasiswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan mahasiswa terhadap seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur keberhasilan proses pelaksanaan intruksional. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai untuk menyatakan : 1. Deretan kedudukan mahasiswa yang relatif, atau 2. Memberikan suatu gambaran tentang tugas-tugas yang dapat atau belum dapat dilakukan oleh mahasiswa. Hasil tes jenis pertama secara relatif menunjukkan deretan kedudukan setiap mahasiswadi antara mahasiswa lain. Metode menafsirkan hasil tes seperti ini disebut tafsiran yang mengacu kepada sebuah norma. Hasil tes jenis kedua dinyatakan dengan jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diperlihatkan oleh setiap mahasiswa. Metode penafsiran seperti ini disebut mengacu kepada sebuah patokan. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes- tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya,

Transcript of Penilaian Acuan Norma

Page 1: Penilaian Acuan Norma

PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)Posted on 16 Maret 2011

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seringkali pengembang intruksional termasuk pengajar menyusun tes setelah proses instruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat berdasarkan isi pelajaran yang telah diajarkan dan masih segar dalam ingatannya. Keadaan yang seperti itu sangat memungkinkan tidak berfungsinya tujuan intruksional yang telah dirumuskannya. Tes yang disusunnya mungkin konsisten dengan isi pelajaran, tetapi tidak konsisten dengan perilaku yang seharusnya diukur.

Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian mahasiswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan mahasiswa terhadap seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur keberhasilan proses pelaksanaan intruksional.

Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai untuk menyatakan :

1. Deretan kedudukan mahasiswa yang relatif, atau2. Memberikan suatu gambaran tentang tugas-tugas yang dapat atau belum dapat dilakukan

oleh mahasiswa.

Hasil tes jenis pertama secara relatif menunjukkan deretan kedudukan setiap mahasiswadi antara mahasiswa lain. Metode menafsirkan hasil tes seperti ini disebut tafsiran yang mengacu kepada sebuah norma.

Hasil tes jenis kedua dinyatakan dengan jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diperlihatkan oleh setiap mahasiswa. Metode penafsiran seperti ini disebut mengacu kepada sebuah patokan.

Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)2. Persamaan dan perbedaanPAN dan PAP3. Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dalam setiap kegiatan tentunya ada tujuan yang hendak dicapai oleh pelakunya, begitu pula dengan penulisan makalah ini penulis hendak mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui teknik-teknik yang tepat untuk memberikan pemeriksaan, penskoran dan penilaian.

Page 2: Penilaian Acuan Norma

2. Mampu membandingkan teknik-teknik yang ada dan menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi perkembangan dunia pendidikan.

3. Mengetahui perbedaan, kelemahan dan kelebihan dari tiap teknik.4. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memperolah dan meberikan

nilai.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Acuan Norma

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:

1. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar.

2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).

3. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.

4. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.

Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.

B. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya .

Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :

1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.

2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.

3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).

4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.

5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

C. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Page 3: Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional .

Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.

Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.

Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.

PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).

D. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:

1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus

2. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.

3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.

4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes

penampilan atau keterampilan.6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.

Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:

1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.

2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.

3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.

4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

Page 4: Penilaian Acuan Norma

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada norma untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik di antara kelompoknya.

2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang diukur, disusun dari sampel butir-butir tes yang relevan dan representatif, keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitas dan digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.

3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:

a)      Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.

b)      Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.

c)      Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.

d)      Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

B. Saran

Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas :

1. Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.

2. Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta: Erlangga:University Press,1986.

Bistok Sirait. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, 1985.

Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: PAU ,1997.

http://nandangfkip.blogspot.com/2008/07/penilaian-pan-dan-pap_2459.html

Page 5: Penilaian Acuan Norma

. PENGOLAHAN HASIL UJIAN

Pengolahan hasil ujian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan dan proses pembelajaran pada umumnya, sebab efektifitas kegiatan pembelajaran salah sa-tunya diwarnai oleh efektivitas pengolahan hasil ujian itu sendiri. Kegiatan pembelajaran akan dipandang efektif jika didukung oleh kegiatan pengolahan hasil belajar yang efektif pula. Sayangnya masih ada guru yang melakukan pengolahan hasil ujian secara asal-asalan, sekedar untuk bukti bahwa me-reka mampu memberi nilai kepada murid-muridnya.

Sehubungan dengan kegiatan pengolahan hasil ujian itu, ada tiga pekerjaan pokok yang seharusnya dilakukan gu-ru, yaitu tahap koreksi, tahap pemberian nilai, dan tahap pe-nentukan kedudukan siswa dalam kelompoknya. Ketiga pe-kerjaan ini sangat menuntut ketekunan dan kesadaran yang tinggi dari setiap guru selaku evaluator.

Pada tahap koreksi, yang seharusnya dilakukan gu-ru adalah membaca lembar jawaban siswa dengan teliti, de-ngan tujuan untuk melihat apakah jawaban mereka sudah se-suai dengan tuntutan kunci jawaban atau belum, kemudian memberi skor pada setiap lembar jawaban yang sudah dibaca.

Dalam kacamata Arikunto (2005:275) “Hampir se-mua guru tidak menyenangi pekerjaan koreksi dan membuat catatan tentang hasil prestasi siswa. Pekerjaan itu membutuh-kan ketekunan dan ketelitian yang luar biasa dan menuntut banyak energi”. Benarkah demikian? Jika ya, wajar kalau mutu pendidikan di negara kita terpuruk. Apalagi kalau yang malas mengoreksi itu adalah guru bahasa Indonesia, sebab guru bahasa terutama dalam pembelajaran mengarang, betul-betul dituntut mampu memberikan balikan terhadap karangan siswa, sampai pada hal-hal yang sekecil-kecilnya seperti ma-salah titik dan koma.

Cara paling sederhana dalam menetapkan skor mentah (row score) adalah dengan jalan menjumlahkan se-mua skor jawaban betul dari setiap butir soal. Bagi siswa, skor ini belum dapat dianggap sebagai cerminan prestasi akademik mereka. Oleh karena itu, menurut Arikunto (2005:22) setiap guru diwajibkan untuk mengubah skor itu menjadi skor berstandar 100.

Sesudah mengoreksi semua lembar jawaban siswa, pekerjaan selanjutnya adalah melakukan pemberian nilai

kepada siswa sesuai skor yang terdapat pada setiap lembar jawaban yang sudah diperiksa. Pada tahap ini skor mentah dikonversikan menjadi nilai berstandar 100.Untuk mengkon-versikan skor ke dalam nilai berstandar ini, guru terlebih da-hulu perlu menetapkan skor maksimun dari suatu ujian. Sete-lah itu menghitung nilai setiap siswa dengan cara membagi skor perolehan dengan skor maksimun, kemudian dikalikan 100 %. Hasil perhitungan inilah yang kemudian ditetapkan sebagai nilai masing-masing siswa.

 

Contoh A:

Skor maksimum yang diharapkan dari suatu ujian adalah 40. Aya mendapat skor 24. Ini berarti bahwa Aya sebenarnya hanya menguasai 60 % ( 24 x 100 % ) dari tuntutan

40 ketuntasan hasil belajar. Dalam kenyataan seperti ini, guru dapat memberikan nilai 60 kepada Aya.

 

Contoh B:

Skor yang diperoleh Azam 36. Sesuai proses pengubahan skor yang dilakukan terhadap Aya, berarti Azam layak men-dapat nilai 90 ( 36 x 100 % ), karena dia menguasai 90 %

40

materi dari target ketuntasan belajar yang ditetapkan.

Dengan mencermati kedua contoh sebelumnya, ki-

Page 6: Penilaian Acuan Norma

ranya Anda dapat membedakan antara skor dengan nilai. Ba-gi Aya 24 adalah skor perolehan, sedangkan nilai yang layak diterimanya adalah 60. Begitu pula dengan Azam, dia berhak mendapat nilai 90 walaupun skor perolehannya hanya 36.

Kini waktunya guru untuk masuk pada tahapan ter-akhir dari proses pengolahan hasil ujian, yaitu tahap penen-tuan kedudukan siswa dalam kelompok. Pada tahap ini pe-kerjaan guru adalah membandingkan prestasi seorang siswa dengan prestasi siswa lain dalam kelompok/kelasnya. Harap diingat! Kualitas seorang siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Azam dengan nilai 90-nya mungkin akan dianggap “Jago” oleh teman-teman-temannya, tetapi tidak tertutup kemungkinan dia hanya akan masuk kelompok “Sedang” manakala dia pindah ke kelas/kelompok lain.

Ada beberapa cara yang biasa digunakan orang da-lam menentukan kedudukan siswa dalam kelompok, di anta-ranya dengan (1) ranking sederhana/simple rank, (2) rangking persentase/percentile rank, (3) standar deviasi, dan dengan z-score. Sajian berikut hanya akan menyajikan cara penentuan kedudukan siswa dengan standar deviasi. Untuk ini biasanya para pakar evaluasi menggunakan PAP, PAN, dan gabungan PAP dengan PAN.

 

5.1 Penilaian Acuan Patokan (PAP)

PAP (Criterion Referenced Evaluation) mencoba menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan mem-bandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Pa-tokan ini biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai dan digunakan sebagai “standar kelulusan”. Standar kelu-lusan ini di dalam PAP bersifat ajeg dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu PAP ini dikenal pula dengan na-ma “Standar Mutlak”.

Berhubung standar penilaian ditentukan secara mut-lak, maka banyaknya siswa yang lulus dan memperoleh nilai tinggi akan mencerminkan prestasi siswa, sekaligus juga mencerminkan penguasaannya terhadap bahan pelajaran. Se-bagai konsekuensi logis penggunaan standar mutlak ini, sa-ngat mungkin terjadi bahwa sebagian besar siswa dalam satu kelompok lulus dengan nilai tinggi, atau sebagian besar sis-wa tidak lulus karena nilainya di bawah standar minimal, atau jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan rendah mungkin pula berimbang. Hasil pengolahan yang demikian jika digambarkan dalam bentuk kurva yang akan berwujud kurva juling positif, kurva juling negatif, dan kurva normal.

 

  Penetapan Patokan

Penafsiran hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan membandingkan nilai hasil tes yang diperoleh siswa

dengan patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi kriteria yang dipergunakan untuk menetapkan besar-nya patokan itu sendiri hingga kini belum ada kesepakatan. Oleh karena itu selama ini setiap lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk membuat patokan yang akan diberlakukan di tempat masing-masing.

 

  Penggunaan PAP

PAP pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat pe-nguasaan bahan pelajaran.Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berori-entasi pada

Page 7: Penilaian Acuan Norma

tujuan dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar

 

mutlak, sekaligus menunjukkan tingkat penguasaan riilnya

terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar pen-capaian indicator sesuai dengan standar ketuntasan belajar.

 

Agar nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa, maka alat tes yang dipergunakan harus dapat diper-tanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan, maupun keterpercayaannya. Butir-butir tes yang disusun harus sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diberikan.

 

  Kelebihan PAP

1)      Hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat diguna-kan guru sebagai introspeksi tentang program pembela-jaran yang telah dilaksanakan.

2)      Hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi tertentu.

3)      Hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelak-sanaan program remidi.

 

5.2 Penilaian Acuan Norma (PAN)

PAN (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan sebutan “Standar Relatif” atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membanding-kannya dengan hasil tes siswa lain dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa dalam satu kelom-

pok. Ini berarti bahwa standar kelulusan baru dapat diten-tukan setelah diperoleh skor siswa. Hal inimengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang. Jadi setiap kali kita memperoleh da-ta hasil tes, kita dituntut untuk membuat norma baru. Jika dibandingkan anatara norma yang satu dengan yang lainnya mungkin saja akan ditemukan standar yang sangat berbeda. Jika kelompok tertentu kebetulan sis-wanya pintar-pintar, maka norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya jika sis-wanya kurang pintar, maka standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya pendekatan ini disebut standar relatif.

Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal, walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok. Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan kurva normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja berbeda. Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi

Page 8: Penilaian Acuan Norma

dalam suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia dimasukkan ke dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya.

  Pedoman Konversi PAN

Konversi didasarkan pada Mean dan Standar Deviasi (SD) yang dihitung dari hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu untuk membuat standar penilaian atau pedoman konversi, terlebih dahulu kita harus menghitung Mean dan SD-nya. Jika dihubung-kan dengan skala penilaian, maka pedoman konversi untuk PAN dapat mempergunakan berbagai skala, misalnya skala lima, sembilan, sepuluh, dan seratus.

 

 

  Penggunaan PAN

Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk

mengukur kadar pencapaian tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering digunakan untuk fungsi prediktif, mera-malkan keberhasilan pendidikan siswa di masa mendatang atau untuk menentukan peringkat/kedudukan siswa dalam kelompok.

  Keunggulan PAN

Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini:

1)      Hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam

memperlakukan siswa sebagai individu yang unik.

2)      Hasil PAN akan merupakan informasi yang baik tentang

kedudukan siswa dalam kelompoknya.

4)      PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat.

 

Demikian informasi singkat tentang PAP dan PAN sebagai pendekatan dalam penentuan kedudukan siswa dalam kelompok. Bagaimana penerapannya? Insyaallah akan disajikan dalam bagian lain. Untuk sementara, silakan Anda pelajari sendiri melalui buku-buku yang sudah diperkenal-kan dalam Daftar Pusta.

Selamat berkiprah sebagai calon evaluator yang baik, semoga hasilnya bermanfaat bagi semua pihak.

 

 

 

5. PEMANFAATAN HASIL EVALUASI

Page 9: Penilaian Acuan Norma

Hasil evaluasi sangat banyak manfaatnya. Ini akan dirasakan terutama sekali oleh para guru dan para peneliti yang menyadari betul pentingnya peranan evaluasi dalam dunia pendidikan. Kecuali itu siswa yang terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran tentunya juga selalu menung-gu-nunggu bukti nyata dari hasil kerja keras mereka selama belajar pada jenjang pendidikan tertentu.Begitu pula dengan para orang tua siswa yang sudah mempercayakan pendidik-an anak-anak mereka kepada guru.

Oleh karena itu, jika seorang guru mampu melapor-kan hasil evaluasi belajar sesuai dengan kualitas riil para siswa, seyogyanya dia harus bersyukur karena sudah beker-ja sebagaimana layaknya seorang guru professional. Hasil evaluasi yang reliable yang dilaporkan guru kepada murid-muridnya melalui buku Rapor, merupakan bukti kongkret atas tanggung jawab profesionalnya. Hasil evaluasi yang seperti ini tentunya akan sangat berterima di hati murid dan para orang tua siswa. Inilah manfaat pertama dan utama dari hasil evaluasi itu, yakni sebagai laporan pertanggungjawab-an guru kepada siswa dan orang tua murid, juga kepada Kepala Sekolah.

Kecuali sebagai laporan pertanggungjawaban, hasil evaluasi juga sangat bermanfaat sebagai umpan balik, guna mandapatkan masukan tentang keberhasilan dan atau kega-gagalan program pembelajaran. Ini penting, demi perbaikan program pengajaran di masa yang akan datang. Jika hasil evaluasi mengungkap fakta bahwa sebagaian besar siswa ternyata gagal mengikuti program pembelajaran, maka guru wajib merancang program remedial.

Untuk kepentingan yang lebih luas, hasil evaluasi pun dapat dimanfaatkan sebagai sumber data bagi pene-litian-penelitian di bidang pendidikan.