PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH …digilib.unila.ac.id/23887/7/SKRIPSI TANPA BAB...

58
PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2015/2016 (Skripsi) Oleh Anitiara FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH …digilib.unila.ac.id/23887/7/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH DENGANMENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 2 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2015/2016

(Skripsi)

Oleh

Anitiara

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRAK

PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH DENGANMENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 2 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2015/2016

OlehANITIARA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengurangan perilaku membolos disekolah dengan menggunakan konseling kelompok. Masalah penelitian ini adalahperilaku membolos siswa di sekolah. Permasalahan penelitian ini adalah “apakahada pengurangan perilaku membolos siswa di sekolah setelah diberikan konselingkelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kotabumi tahun ajaran2015/2016?” Metode penelitian ini bersifat quasi experiment dengan one grouppre-test post-test design. Subjek penelitian sebanyak 6 siswa kelas VIII yangmenunjukkan perilaku membolos tinggi di sekolah. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi dengan analisis data menggunakan Uji Wilcoxon. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan perilaku membolos di sekolahsetelah diberikan konseling kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis datasiswa sebelum dan sesudah dilakukan konseling kelompok dengan menggunakanuji wilcoxon. Hasil pretest dan posttest yang diperoleh Zhitung = -2.232 < Ztabel 0.05= 6 maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan dalam penelitian ini adalahada pengurangan perilaku membolos di sekolah dengan menggunakan konselingkelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kotabumi Tahun Pelajaran2015/2016.

Kata kunci : bimbingan dan konseling, konseling kelompok, perilaku membolos

PENGURANGAN PERILAKU MEMBOLOS DI SEKOLAH DENGANMENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 2 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2015/2016

(Skripsi)

Oleh

Anitiara

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan KonselingJurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Anitiara lahir di Kotabumi, Kecamatan Kotabumi Kota

Kabupaten Lampung Utara tanggal 10 Desember 1991,

merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan

bapak Basri Nawawi dan ibu Viliawati S.Pd.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kotabumi Tengah, diselesaikan tahun

2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Kotabumi, diselesaikan tahun

2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Kotabumi, diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung melalui jalur Mandiri. Selanjutnya, pada tahun 2013 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Barat , kedua

kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang

Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

MOTTO

Berdoa dan berusaha, karena sukses tidak akan tiba jikahanya di tunggu.

“Keep your thoughts positive because your thoughts becomeyour words. Keep your words positive because your words

become your behavior. Keep your behavior positive becauseyour behavior becomes your habits. Keep your habits positivebecause your habits become your values. Keep your values

positive because your values become your destiny.”(Mahatma Gandhi)

PERSEMBAHAN

Bismillairrohmanirrohim................

Dengan penuh rasa syukur kepada illahi robbi.. ku persembahkan

skripsi ini kepada:

Orang tuaku tercinta atas doa, dukungan semangat dan pengorbanan

Ayah dan Bunda yang luar biasa,

Kakak dan adikku yang hebat

Serta keluarga besarku, sahabat-sahabatku serta almamaterku.

Aku mencintai kalian karna Allah.

SANWACANA

Dengan nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Segala puji

bagi Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di

yaumul akhir nanti.

Skripsi dengan judul “Pengurangan Perilaku Membolos di Sekolah dengan

Konseling Kelompok pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kotabumi Tahun

Ajaran 2015/2016” adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana keguruan

dan ilmu pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Lampung dan sekaligus pembimbing akademik serta

pembimbing utama pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik;

4. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi.,M.Psi.,Psi selaku pembimbing II yang telah

menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A., Psi. selaku pembahas dan penguji yang

telah banyak memberikan motivasi, bimbingan, kritikan dan masukan dalam

proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA (Bapak Drs.

Muswardi Rosra, M.Pd, Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd., Ratna Widiastuti

S.Psi,M.A.Psi., Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi.Psi., Ibu Ranni Rahmayanthi

Z, S.Pd.,M.A, Bapak Drs. Syaifuddin Latif, M.Pd, Ibu Ari Sofia, S.Psi.Psi.,

dan semuanya) terima kasih untuk semua bimbingan dan pelajaran yang

begitu berharga yang telah kalian berikan untukku selama perkuliahan.

7. Ibu Cik Qoimah Sari, S.Pd, MM selaku Kepala SMP Negeri 2 Kotabumi.

Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam

mengadakan penelitian.

8. Dra. Harti selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 2 Kotabumi

yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis dalam

mengadakan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta, khususnya Ibundaku malaikat yang telah

memberikan do’a dan semangat yang luar bisa dengan penuh kasih sayang,

juga untuk ayahku yang juga turut memberikan motivasinya.

10. Ayukku dan adik adikku tersayang Duli,Pukuk, dan Umay yang senantiasa

suka memberikan bantuannya semasa kuliah..terima kasih untuk doa dan

spiritnya juga....

11. Keluarga kedua ku, Umi Yati dan Abi Piat di Menggala yang juga tak henti

hentinya memberikan semangat agar aku cepat wisuda serta dengan sabarnya

membimbingku dan turut memberikan doa doanya juga.

12. Tante Onet dan Om Abu yang selalu meberikan semangat, motivasi dan

nasehat kepadaku.

13. Sepupu-sepupu yang suka membully namun selalu berhasil membuatku

tertawa Putri, Suha, Batin Lili, Caca, Suci, Uni aben Ses Mayang, Nilam,

Mbak Della, dan Mba Reni.

14. Sahabat-sahabatku : Bebby, Ika, Ajeng, Meylin, Ayu dan Naylul. Kalian

motivator ku untuk menjadi seorang yang lebih baik.. Terimakasih untuk

semuanya.

15. Sahabat-sahabat KKN diMulya Kencana: Kak Fahmy, Raisa, Mawar, Ratih,

Ade, Topan, Dira, Kalisa, Een, Ani.S. Pengalaman yang tidak terlupakan

bersama kalian selama tiga bulan.

16. Sahabat-sahabatku diluar sana : Genk GFF sahabat SMA yang masih solid

sampai saat ini Yani, Desi, Fitri, Ria, Suci dan sahabat SMP yg masih seperti

keluarga samapai saat ini: Dina oyong, Malida, Winda dan Fitri, terimakasih

atas semangat yang selalu ditularkan kepadaku.

17. Siswa-siswi SMP Negeri 2 Kotabumi ( M. Rifa’i, M. Fajri, Fiqi Saputra, M.

Dion Pratama, Aldi Rianto, Irfan Syaryogi) yang telah bersedia untuk

melakukan kegiatan konseling kelompok.

18. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 : Desty, Noprita , Annisa, Diah,

Desvy, Putri, Wiwit, Dewi, Gustari, Wella, Galuh, Sespita, Emil, Eva,

Nanang, Boy, Mega, Evi, Puspita, Ranni, dll yang namanya gak bisa

disebutin satu satu, terimakasih sudah menjadi teman yang baik selama

kurang lebih 6 tahun ini.

19. Adik tingkat: Sisca, Eka, Revi, Veny, Norma, Yuyun, Ika, Endah, Rini,

Yulia, Firma, Novita, Sefti terimakasih untuk bantuannya selama ini..

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

21. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2016

Penulis,

Anitiara

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang dan Masalah ...................................................................... 1

1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

2. Identif ikasi Masalah ............................................................................. 4

3. Batasan Masalah.................................................................................... 5

4. Rumusan masalah.................................................................................. 5

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 5

1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

2. Kegunaan Penelitian.............................................................................. 5

C. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 7

E. Hipotesis.......................................................................................... ............ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Membolos dalam Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial ............. 11

1. Bidang Bimbingan Sosial ....................................................................... 11

2. Pengertian Perilaku Membolos .............................................................. 12

3. Ciri-ciriMembolos .................................................................................. 13

4. Faktor-faktor Penyebab Membolos....................................................... . 14

B. Konseling Kelompok....................................................................... ........... 18

1. Pengertian Konseling Kelompok............................................... ............ 18

2. Tujuan Konseling Kelompok ................................................................. 20

3. Komponen Konseling Kelompok .......................................................... 21

4. Tahapan Penyelenggaraan Konseling Kelompok ................................. 24

C. Upaya Mengurangi Perilaku Membolos dengan Konseling Kelompok .... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. ................................................................ 29

B. Metode Penelitian............................................................................. ....... 29

C. Subjek Penelitian.............................................................................. ....... 30

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. ....... 30

1. Variabel Penelitian ............................................................................. 30

2. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 31

E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... ....... 32

F. Pengujian Instrumen......................................................................... ...... 34

1. Uji Validitas ....................................................................................... 34

2. Uji Reliabilitas ................................................................................... 34

G. Teknik Analisis Data........................................................................ ....... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 37

1. Gambaran Umum Pra Konseling Kelompok .................................... 37

2. Deskripsi Data ................................................................................... 38

B. Pelaksanaan Kegiatan Konseling Kelompok ........................................... 39

C. Data Skor Subjek Setelah Mengikuti Konseling Kelompok.................... 54

D. Analisis Data Hasil Penelitian ................................................................. 55

E. Uji Hipotesis ........................................................................................... 56

F. Analisis Individu dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok .................. 57

G. Perbedaan perilaku siswa sebelum dan sesudah konseling kelompok ..... 67

H. Pembahasan.............................................................................................. 68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................. 72

B. Saran ........................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema Kerangka Berfikir ..................................................................... 9

4.1 Grafik Penurunan Perilaku Membolos Siswa ....................................... 55

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 28

3.2 Subjek Penelitian .................................................................................. 29

3.3 Kriteria Membolos Siswa berdasarkan Observasi ................................ 32

4.1 Data siswa yang sering membolos di sekolah ...................................... 37

4.2 Data hasil observasi sebelum pemberian konseling kelompok ............ 38

4.3. Data Skor Observasi setelah Konseling Kelompok ............................. 53

4.4. Tabel hasil pengurutan data hasil pretest dan posttest ........................ 54

4.5 Analisis Hasil Penelitian dengan Menggunakan Uji Wilcoxon ............ 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Observasi........................................................................... 76Lampiran 2. Lembar Observasi ............................................................................ 77Lampiran 3. Ranguman Hasil Uji Ahli ................................................................. 78Lampiran 4. Uji Coba Reliabilitas Observasi........................................................ 81Lampiran 5. Panduan Pelaksanaan ...................................................................... 85Lampiran 6. Skor Pretest ...................................................................................... 89Lampiran 7. Skor Posttest ..................................................................................... 90Lampiran 8. Uji Wilcoxon ................................................................................... 91Lampiran 9. Foto Pelasanaan ............................................................................... 92Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Perubahan zaman yang semakin canggih dan modern, tidak

memungkinkan para generasi bangsa dapat menjadi lebih baik, bahkan

seiring perubahan zaman tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku

generasi bangsa ke arah yang negatif dan berujung pada kenakalan anak-

anak. Namun, banyak dari generasi bangsa salah mengambil keputusan

dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi sehingga tidak menutup

kemungkinan perilaku negatif itu terjadi, misalnya membolos di kalangan

pelajar.

Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

banyak pelajar-setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan-

sebab prilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tidak hanya di

kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan di

daerah-daerah pun prilaku membolos sudah menjadi kegemaran.

Dilihat dari ragam dan volumenya, siswa yang sering bolos ini sangat

bervariasi, ada yang bolos hampir setiap hari, ada yang bolos sekali–kali

dan ada pula yang bolos hanya pada hari–hari tertentu saja, dengan

2

demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang bolos sekolah ialah siswa

yang dengan sengaja tidak masuk sekolah, karena tidak mau masuk

dengan alasan- alasan tertentu termasuk di dalamnya adalah siswa yang

selalu tidak hadir atau absen, baik pada hari–hari tertentu seperti hari-hari

pasar, atau pada hari–hari biasa, seringterlambat masuk kelas dan pulang

sebelum waktunya serta siswa yang bolos pada mata pelajaran tertentu,

misalnya Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan sebagainya tergantung

pada mata pelajaran yang kurang digemari.

Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak

masuk ke sekolah selama beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak

sampai ke sekolah, dan meninggalkan sekolah pada jam saat pelajaran

berlangsung (Gunarsa, 2006:79). Sering kali kita mendapati anak-anak

sekolah yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam

sekolah. Jika zaman dahulu mungkin hanya sebatas anak laki-laki saja

yang melakukan atau melestarikan kebudayaan ini namun akhir-akhir ini

tidak jarang kita temukan anak perempuan yang membolos di jam sekolah

sendiri dengan sesama teman atau membolos sendiri. Perilaku demikian

dapat di pengaruhi oleh lingkungan (Mustaqim, 2008:127).

Seorang siswa dikatakan bolos sekolah adalah apabila ia pamit kepada

orang tuanya atau walinya mau pergi kesekolah dan berpenampilan

seolah–olah akan pergi ke sekolah tetapi tidak masuk sekolah, dari rumah

pura– pura kesekolah, tetapi kenyataannya ia absen di sekoah (Jusuf

1991:94). Jika perilaku membolos seperti yang dikemukakan di atas

3

dibiarkan dan tidak ditanggulangi dengan segera tentu akan membawa

kerugian bagi anak–anak yang bersangkutan serta orang tuanya sendiri.

Kerugian nyata yang akan dialami anak adalah menurunnya prestasi

belajar karena jarang mengikuti pelajaran. Pada akhirnya anak yang

bersangkutan tidak naik kelas bahkan kemungkinan bisa berakibat fatal

yaitu tidak dapat mengikuti pelajaran untukseterusnya dan dinyatakan

drop out atau dikeluarkan dari sekolahnya. Hal ini menjadi tanggungjawab

pihak sekolah khususnya guru Bimbingan dan Konseling yang memiliki

peran penting terhadap masalah sosial dan psikologis peserta didik di

sekolah.

Penanganan siswa yang bermasalah khususnya yang terkait dengan

pelanggaran disiplin sekolah sepertimembolos dapat dilakukan melalui

dua pendekatan yaitu:(1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan

bimbingandan konseling (Hikmawati, 2010 : 24). Dalam bimbingan dan

konseling, jenis layanan yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku

membolos salah satunya ialah konseling kelompok, karena konseling

kelompok memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan,

konflik dan merealisasikan bahwa mereka senang berbagi perhatian dalam

kelompok. Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien

dalam melangkah melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada

perkembangan dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah

laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau

membuat keputusan (Prayitno, 2004:217). Melihat dari kegunaan serta

4

tujuan konseling kelompok tersebut, maka diharapkan dapat mengurangi

perilaku membolos pada siswa di sekolah.

Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 2

Kotabumi, diperoleh data bahwa masalah yang paling kompleks di sekolah

tersebut saat ini ialah banyaknya siswa yang sering membolos khususnya

siswa kelas VIII. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pengurangan perilaku

membolos di sekolah dengan menggunakan konseling kelompok pada

siswa kelas viii smp negeri 2 kotabumi tahun ajaran 2015/2016.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang timbul dalam penelitian ini,

maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Siswa membolos saat jam kosong

2. Siswa membolos untuk bermain plays station

3. Siswa membolos untuk menghindari mata pelajaran yang tidak disukai.

4. Siswa membolos saat merasa malas belajar.

5. Siswa yang membolos saat belum mangerjakan tugas.

6. Siswa membolos saat berseragam tidak lengkap.

5

3. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembahasan, maka penulis membatasi

masalah dalam penelitian ini, yaitu “pengurangan perilaku membolos di

sekolah dengan menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas viii

smp negeri 2 kotabumi tahun ajaran 2015/2016.”

4. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah tingginya tingkat perilaku membolos

pada siswa, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

“apakah perilaku membolos pada siswa di sekolah dapat dikurangi dengan

menggunakan konseling kelompok?”

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah untuk mengetahui penurunan

tingkat perilaku membolos pada siswa di sekolah dengan menggunakan

konseling kelompok.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan, dapat dirinci secara

teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep bimbingan

konseling khususnya layanan konseling kelompok untuk mengurangi

perilaku membolos pada siswa di sekolah.

6

2. Secara praktis

a. Bahan masukan guru bimbingan dan konseling untuk memberikan

bantuan yang tepat terhadap siswa-siswa yang sering membolos

dengan menggunakan konseling kelompok

b. Dapat di jadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru

pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya

dalam penggunaan konseling kelompok untuk mengurangi perilaku

membolos pada siswa di sekolah.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian

ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan,

diantaranya adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu Bimbingan dan

Konseling.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah pengurangan tingkat

perilaku membolos pada siswa di sekolah dengan menggunakan konseling

kelompok .

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Kotabumi Tahun Ajaran 2015/2016.

4. Ruang lingkup wilayah

7

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri

2 Kotabumi.

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester ganjil

tahun pelajaran 2015/2016.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir merupakan gambaran mengenai hubungan antar variabel

dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran melalui kerangka

logis.

Siswa SMP yang usianya berkisar antara 12-15 tahun dapat digolongkan

sebagai usia remaja. Remaja adalah usia dimana seorang anak mengalami

masa transisi atau masa peralihan dalam mencari identitas diri. Masa

peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan dari masa kanak-kanak

menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-

kanak sebelum mencapai masa dewasa. Karenanya pada masa ini seakan-

akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa anak-

anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang masih

akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering

menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab

pribadinya belum stabil dan matang. (Sudarsono, 1995: 124). Masalah yang

ditimbulkan remaja dilingkungan sekolah salah satunya ialah membolos.

8

Menurut Surya (2001:99) membolos adalah bentuk perilaku meninggalkan

aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam waktu tertentu dan tugas/peranan

tertentu tanpa pemberitahuan yang jelas. Maryati dan Suryawati (2010:76)

juga menjelaskan bahwa perilaku membolos merupakan salah satu bentuk

dari penyimpangan perilaku, akibat dari perilaku menyimpang khususnya

membolos tersebut dapat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain

diantaranya ketidak mampuan berprestasi, siswa menggunakan waktu

luangnya untuk mengganggu teman-temannya di kelas, kegelisahan yang

tidak realistis, kesedihan dan depresi, kesulitan bergaul dan ketergantungan

yang berlebihan kepada guru.

Perilaku membolos perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak

disekolah khususnya guru bimbingan dan konseling di sekolah, karena jika

dibiarkan, perilaku ini akan sangat merugikan, tidak hanya bagi siswa itu

sendiri, namun perilaku membolos dapat menjadi sumber masalah baru. Bila

tidak segera ditindak lanjuti, orang tua dan guru di sekolah juga akan ikut

menanggung akibat dari perilaku membolos siswa. Melihat permasalahan

tersebut, maka perlu adanya langkah guna mengentaskan masalah perilaku

membolos siswa tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan konseling kelompok

untuk mengatasi masalah perilaku membolos tersebut. Melalui konseling

kelompok, diharapkan siswa mampu menghilangkan kebiasaan membolos.

Seperti yang dikemukakan oleh Wrenn (dalam Walgito, 2004:146) bahwa

dalam proses konseling terlihat adanya suatu masalah yang dialami konseli.

9

Yakni orang yang mempunyai masalah yang diselesaikan dalam proses

konseling. Konseli perlu mendapatkan pemecahan dan cara pemecahannya

harus sesuai dengan keadaan konseli. Jadi dalam proses konseling ada tujuan

langsung yang tertentu, yaitu pemecahan masalah yang dihadapi konseli.

Selanjutnya peneliti membuat kerangka pikir penelitian yang digambarkan

dengan skema berikut:

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2002:29).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis mengajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

Ha : perilaku membolos pada siswa di sekolah dapat dikurangi dengan

menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Kotabumi Tahun Pelajaran 2015/ 2016.

Tingkat membolossiswa berkurang

Tingkat membolossiswa di sekolah

tinggi

Layanan konselingkelompok

10

Ho : perilaku membolos pada siswa di sekolah tidak dapat dikurangi dengan

menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Kotabumi Tahun Pelajaran 2015/ 2016.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka adalah teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan

tentang objek yang akan diteliti. Penelitian ini berjudul “upaya mengurangi

perilaku membolos pada siswa di sekolah dengan menggunakan konseling

kelompok”, maka peneliti menggunakan teori yang berhubungan dengan

perilaku membolos dan juga konseling kelompok.

A. Perilaku membolos dalam Bidang Bimbingan Pribadi dan Sosial

1. Bidang Bimbingan Pribadi Sosial

a. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam

menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti

penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. (Sukardi,

1993:218)

Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf (2005:72) yang

mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan

untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah

sosial-pribadi.

Masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan

sesama teman, dengan guru serta staf, permasalahan sifat dan

12

kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan

masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa materi dalam bimbingan

pribadi sosial diantara nya ialah penyesuaian diri dengan lingkungan

pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian

konflik, hal tersebut merupakan salah satu materi yang berhubungan

dengan perilaku membolos. Maka perilaku ini tepat jika dikategorikan

sebagai bidang bimbingan pribadi-sosial.

2. Pengertian Perilaku Membolos

Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk

sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat

dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang

jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang

jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan

dampak yang lebih parah.

Menurut Surya (2001:97), membolos adalah bentuk perilaku

meninggalkan aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam waktu tertentu

dan tugas/ peranan tertentu tanpa pemberitahuan yang jelas. Sedangkan

menurut Gunarsa (2006:55) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah

tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

Menurut Ervi (2012:32) membolos adalah suatu perbuatan dimana siswa

datang terlambat dan melarikan diri dari aktivitas sekolah. Sedangkan

13

Reeves (Ervi, 2012:33) mendefinisikan membolos sebagai ketidakhadiran

tanpa alasan selama lima kali atau lebih per semester.

Menurut Mustaqim dan Wahib (Khanisa, 2012:28) perilaku membolos

adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan siswa atau murid dengan

sengaja meninggalkan pelajaran atau meninggalkan sekolah tanpa izin

terlebih dahulu atau tanpa keterangan. Tidak masuk sekolah dengan alasan

yang tidak tepat dan tanpa alasan yang jelas.

Menurut Setyowati (2004:69) bahwa pengertian membolos adalah suatu

tindakan yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk pelanggaran tata tertib

sekolah atau meninggalkan sekolah pada jam pelajaran tertentu,

meninggalkan pelajaran dari awal sampai akhir guna menghindari

pelajaran efektif tanpa ada keterangan yang dapat diterima oleh pihak

sekolah atau dengan keterangan palsu.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa membolos

adalah suatu tindakan atau perilaku siswa yang tidak masuk sekolah

dengan alasan yang tidak jelas, atau bisa diartikan ketidakhadiran dengan

alasan tidak jelas, serta siswa yang meninggalkan jam-jam pelajaran

tertentu tanpa izin dari pihak guru yang bersangkutan.

3. Ciri-ciri Siswa yang sering Membolos

Menurut Mustaqim dan Wahib (Khanisa, 2012:33) ciri-ciri siswa yang

suka membolos yakni (a) sering tidak masuk sekolah, (b) tidak

memperhatikan guru dalam menjelaskan pelajaran, (c) mempunyai

perilaku yang berlebih-lebihan atau antara lain dalam berbicara maupun

14

dalam cara berpakaian, (d) meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran

usai, (e) tidak bertanggungjawab pada studinya, (f) kurang berminat pada

mata pelajarannya, (g) suka menyendiri, (h) tidak memiliki cita-cita, (i)

datang suka terlambat, (j) tidak mengikuti pelajaran, (k) tidak mengerjakan

tugas, (l) tidak menghargai guru di kelas.

Menurut Prayitno dan Amti (2004:122) adapun gambaran rinci mengenai

perilaku membolos meliputi:

1. Berhari-hari tidak masuk sekolah

2. Tidak masuk sekolah tanpa izin

3. Sering keluar pada jam tertentu

4. Mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak

disenangi

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri membolos adalah

menunjukkan hal-hal yang kurang wajar, tidak seperti siswa-siswa lain

pada umumnya.

4. Faktor-faktor Penyebab Membolos

Menurut Gunarsa (2006:101) faktor yang mempengaruhi siswa membolos,

dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:

1) Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri

a. Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit

b. Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah

c. Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-

temannya

15

d. Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu

kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak

2) Sebab dari Luar Anak

a. Keluarga

1. Keadaan Keluarga

Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam

menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak

keluarga yang masih memerlukan bantuan anak-anaknya untuk

melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula

terlihat ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari

nafkah.

2. Sikap Orang Tua

Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang

tentunya kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke

sekolah. Orang tua dengan mudah memberi surat keterangan

sakit ke sekolah, padahal anak membolos untuk menghindari

ulangan.

b. Sekolah

1. Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain

yang menyebabkan ia tidak senang di sekolah, lalu membolos.

2. Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan

gurunya.

16

Selain itu faktor yang mendukung adanya perilaku membolos pada siswa

di sekolah antara lain: orangtua yang kurang dalam memberikan perhatian

terhadap pendidikan anaknya, guru yang kurang menyenangkan, pelajaran

yang dianggap sulit, pengaruh buruk dari teman-temannya, siswa yang

kurang sadar akan arti pentingnya pendidikan, dan siswa yang belum

mempunyai rasa tanggungjawab dan rasa rendah diri (Aridlowi , 2010:87).

Menurut Surya (2001:122) kebiasaan membolos dapat bersumber dari

berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara internal, kebiasaan

membolos bersumber dari dalam diri siswa yang antara lain berkaitan erat

dengan faktor kecakapan potensial maupun actual, kematangan

perkembangan, sikap dan kebiasaan, minat, kestabilan emosional,

pengalaman, kemandirian, motivasi berprestasi, kualitas kepribadian dan

sebagainya. Faktor eksternal yang mempengaruhi kebiasaan membolos

dapat bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan

pergaulan teman sebaya. Faktor dalam keluarga yang menjadi sumber

timbulnya kebiasaan membolos, yaitu suasana keluarga yang kurang

mendukung, keterbatasan sarana keluarga, kurangnya keharmonisan

hubungan dalam keluarga.

Menurut Setyowati (2004:72) beberapa masalah yang dihadapi siswa yang

membolos antara lain:

1. Adanya perasaan tidak nyaman

2. Mempunyai musuh di sekolah

17

3. Tidak suka dengan beberapa mata pelajaran yang dianggap tidak

penting atau tidak di sukai

4. Merasa tertinggal dalam pelajaran yang tidak mampu

5. Tidak suka guru yang mengajar

6. Adanya tekanan dari teman

7. Situasi sekolah yang tidak mendukung untuk belajar

8. Memang karena tidak berminat untuk bersekolah

Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat menjadi sumber timbulnya

kebiasaan membolos seperti suasana kelas kurang menyenangkan, sikap

guru yang kurang baik, hubungan antar siswa kurang baik, lingkungan

sekolah yang kurang baik, materi pelajaran yang kurang menarik dan

sebagainya.

Menurut Prayitno dan Amti (2004:98) penyebab siswa membolos dari

sekolah adalah sebagai berikut:

1. Tak senang dengan sikap atau perilaku guru

2. Merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru

3. Merasa dibeda-bedakan oleh guru

4. Proses belajar mengajar yang membosankan

5. Merasa gagal dalam belajar

6. Kurang berminat terhadap mata pelajaran

7. Terpengaruh oleh teman yang membolos

8. Takut masuk karena tidak membuat tugas

18

Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa faktor dari perilaku

membolos yaitu intern atau yang bersumber dari dirinya sendiri, dan faktor

ekstern atau faktor yang bersumber dari lingkungan sekitarnya. Akibat dari

kebiasaan membolos ini siswa dapat mengalami kegagalan dalam proses

kegiatan belajar mengajar, karena tertinggal mata pelajaran. Masalah akan

muncul disaat siswa yang membolos tidak memahami materi bahasan.

B. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu

individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan

interaksinya dengan orang lain. Blocher (Wibowo, 2005:113)

mendefinisikan konseling adalah intervensi yang direncanakan sistematis

yang ditunjukkan untuk membantu menjadi lebih sadar atas dirinya

sendiri, memaksimalkan kebebasan dan efektivitas manusia. Natawidjaja

(Wibowo, 2005:122) mengartikan konseling sebagai usaha bantuan untuk

mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan

masalah-masalah yang dihadapinya saat ini dan saat yang akan datang.

Prayitno ( 2004:187) menyatakan bahwa: konseling kelompok merupakan

proses pemberian bantuan yang di lakukan melalui wawancara konseling

oleh seorang ahli kepada konseli dalam situasi kelompok. Pandangan

tersebut dipertegas oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005:122) menyatakan

bahwa:

“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalamsuasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan

19

diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan danpertumbuhannya”.

Corey (Wibowo, 2005:123) menyatakan bahwa: masalah-masalah yang

dibahas dalam konseling kelompok lebih berpusat pada pendidikan,

pekerjaan, sosial dan pribadi.

Dalam konseling kelompok perasaan dan hubungan antar anggota sangat

ditekankan di dalam kelompok ini. Jadi anggota akan belajar tentang

dirinya dalam interaksinya dengan anggota yang lain ataupun dengan

orang lain. Selain itu, di dalam kelompok, anggota dapat pula belajar untuk

memecahkan masalah berdasarkan masukan dari orang lain.

Kegiatan konseling kelompok mendorong terjadinya interaksi yang

dinamis. Suasana dalam konseling kelompok dapat menimbulkan interaksi

yang akrab, terbuka dan bergairah sehingga memungkinkan terjadinya

saling memberi dan menerima, memperluas wawasan dan pengalaman,

harga menghargai dan berbagai rasa antara anggota kelompok. Suasana

dalam konseling kelompok mampu memenuhi kebutuhan psikologis

individu dalam kelompok, yaitu kebutuhan untuk dimiliki dan diterima

orang lain, serta kebutuhan untuk melepaskan atau menyalurkan emosi-

emosi negatif dan menjelajahi diri sendiri secara psikologis.

Warner dan Smith dalam Prayitno (2004:82) menegaskan lebih lanjut

bahwa layanan konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk

menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu

dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. Gazda (Prayitno,

20

2004:83) juga menjelaskan bahwa konseling kelompok berorientasi pada

pengembangan individu, pencegahan dan pengentasan masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok

adalah upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok untuk

mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana,

membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan

mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan

lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.

2. Tujuan Konseling kelompok

Prayitno (1995:143) menjelaskan tujuan konseling kelompok, adalah

sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum kegiatan konseling kelompok adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi

peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa

kemampuan bersosialisasi/ berkomunikasi seseorang sering terganggu

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objekstif,

sempit dan terkungkung serta tidak efektif.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus, konseling kelompok bertujuan untuk membahas topik-

topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan

menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif,

pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,

21

pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang menunjang diwujudkanya

tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan

berkomunikasi, verbal maupun non verbal juga ditingkatkan.

Sedangkan menurut Bennett (Romlah, 2006:71) tujuan konseling

kelompok yaitu:

1) memberikan kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yangberguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalahpendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.

2) memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatankelompok dengan:a) mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya.b) menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian

mengenai dinamika kepribadian, dan mengarahkan kembalienergi yang terpakai untuk memecahkan kembali energi yangterpakai untuk memecahkan masalah tersebut dalam suasana yangpemisif.

c) untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis danefektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual.

d) untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebihefektif.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam

kegiatan konseling kelompok merupakan proses belajar baik bagi petugas

bimbingan maupun bagi individu yang dibimbing. Konseling kelompok

juga bertujuan untuk membantu individu menemukan dirinya sendiri,

mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3. Komponen Konseling kelompok

Prayitno (1995:135) menjelaskan bahwa dalam konseling kelompok

terdapat tiga komponen yang berperan, yaitu pemimpin kelompok, peserta

atau anggota kelompok dan dinamika kelompok.

a. Pemimpin kelompok

22

Pemimpin kelompok adalah komponen yang penting dalam konseling

kelompok Dalam hal ini pemimpin bukan saja mengarahkan prilaku

anggota sesuai dengan kebutuhan melainkan juga harus tanggap

terhadap segala perubahan yang berkembang dalam kelompok tersebut.

Dalam hal ini menyangkut adanya peranan pemimpin konseling

kelompok, serta fungsi pemimpin kelompok. Seperti yang diungkapkan

oleh Prayitno (1995:144), menjelaskan pemimpin kelompok adalah

orang yang mampu menciptakan suasana sehingga anggota kelompok

dapat belajar bagaimana mengatasi masalah mereka sendiri.

Dalam kegiatan konseling kelompok, pemimpin kelompok memiliki

peranan. Prayitno (1995:144), menjelaskan peranan pemimpin

kelompok adalah memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur

tangan langsung terhadap kegiatan konseling kelompok, memusatkan

perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok,

memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi

dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan

kempok, dan sifat kerahasian dari kegiatan kelompok itu dengan

segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya menjadi

tanggung jawab pemimpin kelompok.

b. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsure pokok dalam kehidupan

kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Tidak

semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota konseling

23

kelompok. Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang

konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah

kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana seharusnya.

Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas atau

heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja

kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan

juga tidak terlalu kecil.

c. Dinamika kelompok

Dalam kegiatan konseling kelompok dinamika konseling kelompok

sengaja ditumbuhkembangkan, karena dinamika kelompok adalah

interaksi interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama

antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan

mencapai tujuan kelompok. Interaksi yang interpersonal inilah yang

nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota

kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu

sama lain, lebih saling mendukung dan cenderung untuk membentuk

interaksi yang berarti dan bermakna di dalam kelompok. Cartwright dan

Zander (Wibowo, 2005:125) mendeskripsikan dinamika kelompok

sebagai suatu bidang terapan yang dimaksudkan untuk peningkatan

pengetahuan tentang sifat/ciri kelompok, hukum perkembangan,

interelasi dengan anggota, dengan kelompok lain, dan dengan anggota

yang lebih besar.

24

Menurut Prayitno (1995:145), faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas kelompok antara lain :

“Tujuan dan kegiatan kelompok; jumlah anggota; kualitas pribadimasing-masing anggota kelompok; kedudukan kelompok; dankemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuksaling berinteraksi sebagai kawan,kebutuhan untuk diterima, kebutuhanakan rasa aman, serta kebutuhan akan bantuan moral.”

Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan

menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika

kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan konseling kelompok.

Konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media

dalam upaya membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan.

Dinamika kelompok unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu

kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah

kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi

suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.

4. Tahapan Penyelenggaraan Konseling Kelompok

Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan yang

perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Menurut Prayitno (1995:146) membagi

tahapan penyelenggaraan konseling kelompok menjadi 4 tahap, yaitu:

a. Tahap pembentukan

Tahap pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri

atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada

tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan

juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin

dicapai.

25

b. Tahap peralihan

Tahap peralihan ini merupakan “ jembatan” antara tahap pertama dan

tahap ketiga. Tahap Pada tahap ini tugas konselor adalah membantu

para anggota untuk mengenali dan mengatasi halangan, kegelisahan,

keengganan, sikap mempertahankan diri dan sikap ketidaksabaran yang

timbul pada saat ini Gladding (dalam Prayitno, 1995:137).

c. Tahap kegiatan

Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan konseling kelompok

dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasanya secara tuntas

permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya

suasana untuk mengembangkan diri, baik yang menyangkut

pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut

pendapat yang dikemukakan oleh kelompok.

d. Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi)

dan tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari

serangkaian kegiatan konseling kelompok dengan tujuan telah

tuntasnya topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu

pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan

(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok

tersebut.

26

Berdasarkan tahap-tahap konseling yang telah dikemukakan di atas,

kiranya konseling haruslah dilakukan dengan sistematis, sesuai dengan

yang telah diuraikan agar tujuan dari konseling kelompok yang telah

dirumuskan dapat terlaksana dengan baik dan efektif.

C. Upaya Mengurangi Perilaku Membolos dengan Konseling Kelompok

Perilaku membolos merupakan salah satu perilaku menyimpang yang saat ini

marak dilakukan oleh pelajar di sekolah-sekolah. Seperti kita ketahui, bahwa

banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku membolos pada siswa

ini, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk mengatasi perilaku

membolos tersebut, kita harus mengetahui akar masalah atau hal-hal yang

menjadi faktor terjadinya perilaku tersebut. Dalam bimbingan dan konseling,

upaya untuk menggali suatu masalah dilakukan dengan wawancara konseling

yang dilakukan oleh konselor dengan konseli. Karena perilaku membolos ini

umumnya dilakukan oleh lebih dari satu bahkan banyak siswa di suatu

sekolah, maka layanan yang paling cocok untuk mengatasi masalah ini ialah

layanan konseling kelompok.

Dalam pelaksanaan konseling kelompok terdapat suatu keadaan yang

membangun suasana menjadi lebih aktif dan lebih bersahabat, keadaan itu

adalah dinamika kelompok. Dengan adanya dinamika kelompok itulah siswa

mengembangkan diri dan memperoleh banyak keuntungan. Keuntungan itu

diperoleh dengan cara siswa berperan aktif dan terlibat dalam pemecahan

permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok. Keterlibatan itu dapat

dilihat dari keterlibatan siswa dalam memberikan tanggapan, masukan serta

27

ide-ide mengenai permasalahan yang dibahas. Dengan demikian di dalam

konseling kelompok tercipta interaksi antara siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Prayitno (1995:148), mengenai dinamika

kelompok yang terdapat dalam suasana konseling kelompok secara tidak

langsung melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam berkomunikasi

secara aktif, bertenggang rasa dengan siswa lain, memberi dan menerima

pendapat dari siswa lainnya, bertoleransi, mementingkan musyawarah untuk

mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, dan memiliki rasa

tanggung jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat. Selain itu

dalam pelaksanaan konseling kelompok ini bentuk interaksi tidak hanya

dilihat dari siswa memberikan pendapatnya untuk anggota lainnya, bentuk

interaksi juga dapat dilihat dari kegiatan permainan yang diberikan. Gazda

(Prayitno, 2004:171) juga menjelaskan bahwa konseling kelompok

berorientasi pada pengembangan individu, pencegahan dan pengentasan

masalah.

Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menemukan cara untuk mengatasi

masalahnya baik melalui caranya sendiri maupun menerima masukan dari

anggota kelompok lain dan juga terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang

dialami oleh anggota lain. Melalui kegiatan konseling kelompok ini, siswa

juga dapat mendiskusikan dampak-dampak yang akan mereka hadapi karena

perilaku membolos yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menyadari

28

betapa perilaku membolos yang mereka lakukan sangat merugikan dirinya

dan juga orang lain.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Kotabumi dengan waktu pelaksanaan

penelitiannya pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

B. Metode Penelitian

Bentuk penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Quasy-eksperimental dengan One-Group Pretest-Posttest Design karena

penelitian ini tanpa menggunakan kelompok kontrol dan desain ini terdapat

pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian

Pre-test Variabel Terikat Post-test

O1 X O2

Keterangan :

X : adanya perlakuan dengan menggunakan Konseling Kelompok

O1 : kondisi awal perilaku membolos siswa sebelum diberikan perlakuan

O2 : kondisi akhir perilaku membolos siswa setelah diberikan perlakuan

30

C. Subjek Penelitian

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) subjek penelitian adalah subjek yang

dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subyek penelitian ini adalah siswa yang

memiliki jumlah frekuensi membolos paling banyak di kelas VIII SMP

Negeri 2 Kotabumi.

Alasan peneliti menggunakan subyek penelitian adalah karena penelitian ini

merupakan aplikasi untuk mengurangi perilaku membolos siswa melalui

konseling kelompok dan hasil dari proses konseling kelompok ini tidak dapat

digeneralisasikan antara subyek yang satu dan tidak dapat mewakili subyek

yang lain karena setiap individu berbeda. Subjek penelitian ini disesuaikan

dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek

dipilih atas berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan wali kelas dari

setiap kelas VIII SMP Negeri 2 Kotabumi. Dari hasil wawancara diperoleh

enam orang subyek penelitian yaitu:

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011), variabel penelitian merupakan suatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

NO NAMA KELAS

1 M. Rifa’i VIIIC

2 M. Fajri VIIIC

3 Fiqi Saputra VIIID

4 M. Dion Pratama VIIID

5 Aldi Rianto VIIIE

6 Irfan Syaryogi VIIIE

31

diperolah informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent), yaitu:

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah konseling kelompok.

b. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah perilaku membolos siswa di sekolah.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah

konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi

(indikator) dari konsep/variabel. Dimensi (indikator) dapat berupa :

perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik.

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

a. membolos adalah suatu tindakan atau perilaku siswa yang tidak masuk

sekolah dengan alasan yang tidak jelas, baik dari awal jam sekolah

maupun pada jam-jam pelajaran tertentu.

Adapun indikator dari membolos adalah sebagai berikut:

a). Kehadiran di sekolah secara penuh

b). Ketepatan waktu datang dan pulang sekolah

c). Keaktifan dalam pembelajaran

b. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu

dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan,

32

dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka

perkembangan dan pertumbuhannya.

Tahapan dari konseling kelompok yaitu:

a). Tahap pembentukan

b). Tahap peralihan

c). Tahap kegiatan

d). Tahap pengakhiran

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk

memperoleh data atau informasi yang diperlukan, guna mencapai objektifitas

yang tinggi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Hadi dalam Sugiyono (2011) observasi merupakan suatu proses

yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis

dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah pengamatan dan

ingatan. Dalam penelitian ini, observasi digunakan dalam penelitian

pendahuluan yang berguna untuk melihat permasalahan yang terjadi pada

siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Natar, serta sebagai instrument untuk

melakukan pretest dan posttest. Observasi dilakukan oleh dua orang

observer, yaitu peneliti dan guru pembimbing SMP Negeri 2 Kotabumi,

dan observasi dilakukan pada subyek penelitian sebelum dilakukan

konseling kelompok dan setelah dilakukan konseling kelompok.

33

Teknik observasi yang digunakan peneliti yaitu observasi terstruktur.

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.

Peneliti menggunakan bentuk daftar cek, dengan pilihan jawaban Ya dan

Tidak, skor 1 untuk jawaban YA dan skor 0 untuk jawaban tidak. Jawaban

ini untuk melihat kemunculan perilaku yang diharapkan saat dilakukan

observasi. Kreteria perilaku membolos siswa dikategorikan menjadi tiga

yaitu, tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih

dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

I=

Keterangan:

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi

NR = Nilai Terendah

K = Kriteria

Jadi untuk menentukan kriteria membolos siswa adalah:

I = =

=

= 4

Tabel 3.3. Kreteria Membolos Siswa berdasarkan Observasi

Interval Kreteria

9-12 Tinggi

5-8 Sedang

0-4 Rendah

34

F. Pengujian Instrument

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2003). Adapun validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Validitas Isi (Content Validity).

Menurut Sudijono (Nazir, 2011), validitas isi ialah validitas yang diperoleh

setelah dilakukan penganalisisan, penelususran, atau pengujian terhadap isi

yang terkandung dalam suatu tes. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila

isi dari alat ukur tersebut sesuai dengan hal yang hendak diukur.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2010) reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Teknik mencari

reliabilitas untuk reliabilitas lembar observasi dalam penelitian ini yaitu

menggunakan kesepakatan dua pengamat. Peneliti melibatkan 2 observer

yaitu peneliti dan guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut.

Untuk menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan, digunakan

pengetesan reliabilitas pengamatan. Rumus yang digunakan yaitu:

Keterangan:

KK= koefisien kesepakatan

S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama

N1 = jumlah kode yang dibuat pengamat I

N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

35

Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat 12 item dengan reliabilitas

melalui koefisien kesepakatan yaitu 0,8 maka instrumen ini dapat

dikatakan reliabel. Berdasarkan kriteria tingkat reliabilitas di atas maka

tingkat reliabilitas observasi adalah tinggi, maka lembar observasi ini

dapat digunakan untuk mengobservasi perilaku membolos siswa di

sekolah.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analis data digunakan untuk untuk membuktikan hipotesis dalam

suatu penelitian. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak

dari sebuah perlakuan, dengan melakukan sesuatu dan mengamati dampak

dari sebuah pelakuan tersebut (Arikunto 2006). Maka dengan begitu

pendakatan yang efektif adalah dengan membandingkan nilai pretest dan

posttest.

Penelitian ini menggunakan analisis data dengan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon

merupakan perbaikan dari uji tanda. Sudjana (2001) menjelaskan langkah-

langkah pengujian dengan menggunakan uji wilcoxon adalah sebagai berikut :

1) Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (X1-Y1). Harga mutlak

yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih

berikutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya nomor urut terbesar di beri

nomor urut n. jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk

nomor urut di ambil rata-ratanya.

2) Untuk tiap nomor urut berikan pula tanda yang didapat dari selisih (X-Y)

3) Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor

urut yang bertanda negatif.

4) Untuk jumlah nomor urut yang didapat di point 3), ambillah jumlah yang

harga mutlaknya paling kecil. Sebutlah jumlah ini sama dengan Z. Jumlah

Z inilah yang dipakai untuk menguji hipotesis.

5) Jika Z dari perhitungan lebih kecil atau sama dengan Z dari daftar

berdasarkan taraf nyata yang dipilih maka Ho ditolak, dan dalam hal

lainnya Ha diterima.

36

Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap

tidak normal (Sudjana, 2002) dan data yang diperoleh merupakan data

ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Martono, 2010)

dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini menguji

pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil sebelum subjek diberikan

konseling kelompok dan posttest merupakan hasil setelah subjek diberikan

konseling kelompok. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai

antara pretest dan posttest melalui hasil uji Wilcoxon ini.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut ;

Keterangan:

T = jumlah rank dengan tanda paling kecil

n = jumlah data

Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang

berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui

program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17. Hasil pengujian

ini kemudian disimpulkan untuk membuktikan berkurangnya perilaku

membolos siswa di sekolah dengan menggunakan konseling kelompok.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di SMP Negeri 2 Kota Bumi Kabupaten Lampung

Utara, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

perilaku membolos siswa berkurang setelah diberikan konseling

kelompok. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh

zhitung = -2,232 kemudian dibandingkan dengan z tabel = 6 karena z

hitung < z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada perbedaan

yang signifikan antara perilaku membolos siswa di sekolah sebelum dan

setelah diberikan konseling kelompok.

2. Kesimpulan Penelitian

Perilaku membolos disekolah berkurang setelah diberikan layanan

konseling kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan

perilaku siswa pada setiap pertemuan konseling kelompok yang telah

mengarah pada berkurangnya perilaku membolos siswa disekolah yang

terlihat lebih baik dari sebelumnya.

73

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP

Negeri 2 Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara adalah:

1. Kepada siswa

Siswa yang sering membolos di sekolah hendaknya mengikuti kegiatan

konseling kelompok yang diadakan oleh guru bimbingan dan konseling di

sekolah.

2. Kepada guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya melakukan kegiatan konseling

kelompok untuk mengurangi perilaku membolos siswa di sekolah.

3. Kepada para peneliti

Kepada para peneliti hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai

masalah yang sama tetapi dengan subjek yang usianya berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Dian. 2001. Bosan di Sekolah, Siswa Membolos ( http://jambi-independent.co.id/home/odelus.php?name=News&file=article sid=533 ).Diunduh tanggal 23 Juni 2014

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta

Aridlowi. 2009. Siswa yang Membolos, http://aridlowi.com/2009/03/bk-siswa-yang-membolos.html. (Jurnal) Didownload 26 April 2014

Ervi, Neni Arni Yeti. 2012. Upaya Mengurangi Kebiasaan Buruk DalamMembolos Dan Mencontek Dengan Layanan Bimbingan Kelompok Siswa.Semarang. (Jurnal Ilmiah Pendidikan BK)

Gunarsa, Singgih D. 2006. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta: Gunung Mulia

Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta :Rajagrafindo Persada.

Kartini, Kartono.1991. Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah .Jakarta :Rajawali Pers

----------------------.2011. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Cipta

Khanisa, S. 2012. Pengaruh Layanan Konseling Kelompok dengan menggunakanTekhnik Pendekatan Behavior untuk mengatasi Perilaku Membolos.Semarang (SKRIPSI. Tidak diterbitkan)

Maryati, Kun dan Suryawati, J. 2010. Sosiologi 1 B For Senior High SchoolGrade X Semester 2. Jakarta: Glora Aksara Pratama.

Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nazir, M. 2011.Metodelogi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

PPPPTK Penjas dan BK. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalamKTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja : Jakarta : Rineka Cipta.

Prayitno dan Amti. E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: GhaliaIndonesia

Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

Setyowati, Yuli. 2004. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi perilaku MembolosSiswa Kelas 3 SMK PGRI 2 Salatiga Pada Bulan Juli- OktoberTahunAjaran 2003/2004. Skripsi Pendidikan KewarganegaaraanUniversitas Kristen Satya Wacana.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.Jakarta: Bumi Aksara

Surya, Mohammad. 2001. Bina Keluarga. Bandung: Aneka Ilmu

Wibowo, M. E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Sematang: UPTUNNES Press.

Yusuf, S dan Nurihsan, J. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:PT. Mutiara Nurkencana.