KELOMPOK 11 : HAIRI ASBI LENI CININTYA RUMAYATI YANTO RAHMAN YUNITA NAFERA
PENGUKURAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS BANK...
Transcript of PENGUKURAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS BANK...
PENGUKURAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PARAMETRIK DAN NON-PARAMETRIK PERIODE 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
LENI INDRIANI
NIM 1112046100044
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
i
EDUCATION IS A LIFESTYLE
v
ABSTRAK
Leni Indriani. NIM 1112046100044. Pengukuran Efisiensi dan
Produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia Menggunakan Pendekatan
Parametrik dan Non-Parametrik Periode 2011-2015. Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bank umum syariah
dengan menggunakan pendekatan frontier, dengan pendekatan parametrik dan
pendekatan non-parametrik, dan menganalisis produktivitas bank mum syariah di
Indonesia, serta menguji hasil pengukuran melalui pendekatan parametrik dan
non-parametrik dengan rasio OER/BOPO sebagai benchmark pengujian. Metode
parametik yang digunakan adalah SFA sedangkan metode non-parametrik
digunakan metode DEA. Dalam mengukur tingkat produktivitas Bank Umum
Syariah (BUS) digunakan Malmquist Index Total Factor Productivity- DEA,
sedangkan dalam melakukan uji beda digunakan Kruskal-Wallis Test dan Mann-
Whitney Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat
efisiensi yang dilakukan dengan SFA dan DEA pada BUS di Indonesia bergerak
fluktuatif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Technical Change menjadi
sumber utama peningkatan produktivitas BUS, sedangkan saat terjadi penurunan,
Technical Change dan Efficiency Change secara bersama-sama menjadi penyebab
pertumbuhan peroduktivitas. Selain itu penelitian ini mendapat temuan bahwa
pengukuran tingkat efisiensi antara pendekatan parametrik Stochastic Cost
Efficiency dan rasio OER adalah tidak berbeda secara signifikan, sedangkan
pengukuran tingkat efisiensi antara pendekatan non-parametrik Technical
Efficiency dan OER adalah berbeda secara signifikan.
Kata Kunci: X-Efisiensi, Produktivitas, SFA, DEA, Malmquist Index
Advisor: Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sampaikan
terima kasih kepada:
1. Kepada Bapak DR. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas
Syariah dan Hukum yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.
2. Kepada Bapak A.M Hasan Ali, MA., selaku ketua program studi
Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya
selama menjadi mahasiswa Prodi Muamalat.
3. Kepada Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D selaku dosen
pembimbing dan pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu ,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi dan
dalam menjalani masa studi.
4. Kepada Emak dan Abah, salam takzim dari saya, terima kasih untuk selalu
mendidik, bersabar dan memberi dorongan kepada anakmu ini. Semoga
Allah masih memberikan banyak waktu untuk saya, membalas kasih
sayang kalian.
vii
5. Kepada Adik-adik tercinta Lena, Andi, dan Laila yang selalu menjadi
motivasi saya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ingat,
pendidikan adalah gaya hidup.
6. Kepada The Only Exception Imam Salman Alfarisi, yang selalu setia
menemani dalam susah dan senangku, menjadi tempat berbagi dan
bertukar pikiran dan menjadi orang yang sangat istimewa di hatiku.
7. Kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komfaksy, terimasih atas
pengalaman dan pembelajarannya. “Tidak ada nahkoda ulung yang
dilahirkan dilautan yang tenang”.
8. Kepada Cengek 4L4y terima kasih atas pembelajarannya.
9. Kepada Anak Kontrakan terima kasih atas kebersamaannya. Semoga
silaturahim kita tetap terjaga.
10. Kepada seluruh mahasiswa perbankan syariah angkatan 2012 yang
menjadi teman berdiskusi yang menyenangkan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di
masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 2 Desember 2016
Leni Indriani
viii
DAFTAR ISI
Table of Contents
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................x
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................xi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang penelitian .....................................................................1
B. Batasan Masalah ...................................................................................5
C. Rumusan Masalah .................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ................................................................................6
F. Studi Penelitian Terdahulu ...................................................................7
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................15
H. Sistematika Penulisan ..........................................................................16
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah .......................................................................................18
B. Efisiensi Bank .....................................................................................29
C. Pengukuran Efisiensi Bank .................................................................37
D. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ..................40
E. Stochastik Frontier Approach .............................................................42
F. Data Envelopment Analysis ................................................................43
ix
G. Keunggulan –Keterbatasan DEA dan SFA .........................................53
H. Malmquist Index – DEA .....................................................................56
I. Operating Efficiency Ratio .................................................................57
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................60
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................60
C. Populasi dan Sampel ...........................................................................61
D. Objek Penelitian ..................................................................................61
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................61
F. Metode Analisis Data ..........................................................................62
G. Definisi Variabel Operasional .............................................................66
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriprif Variabel Operasional..........................................................69
B. Tingkat Efisiensi dengan Pendekatan Parametrik SFA ......................69
C. Tingkat Efisiensi dengan pendekatan Non-Parametrik DEA .............75
D. Pertumbuhan Produktivitas Malmquist Index TFP ............................84
E. Uji Beda Hasil Pengukuran Efisiensi .................................................90
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................101
B. Saran .................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................105
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO ........................................58
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian..............................................69
Tabel 4.2. Hasil Estimasi Regresi Berganda BUS ..............................................71
Tabel 4.3. Korelasi Pearson Variabel Input Output ............................................75
Tabel 4.4. Skor dan Komponen Produktivitas BUS ...........................................84
Tabel 4.5. Pertumbuhan Produktivitas BUS .......................................................86
Tabel 4.6. Deskriptif Skor Efisiensi .................................................................. 91
Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Kruskal-Wallis...........................................................95
Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Mann-Whitney...........................................................97
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 15
Grafik 2.1. Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Input ................................ 34
Grafik 2.2. Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Output .............................. 37
Grafik 2.3. Proyeksi Frontier Orientasi Input Model CCR ................................... 46
Grafik 2.4. Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR ................................ 47
Grafik 4.1. Trend Stochastic Cost Efficiency BUS............................................... 72
Grafik 4.2. Rata-rata Stochastic Cost Efficiency BUS ......................................... 73
Grafik 4.3. Skor Technical Efficiency BUS.......................................................... 77
Grafik 4.4. Skor Allocative Efficiency BUS ......................................................... 79
Grafik 4.4. Skor Cost Efficiency BUS .................................................................. 81
Grafik 4.6. Rata-rata Efisiensi BUS.......................................................................82
Grafik 4.7. Pertumbuhan Produktivitas BUS.........................................................89
Grafik 4.8. Skor Efisiensi DEA, SFA, dan BOPO.................................................93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan industri keuangan yang memegang
peranan penting dalam mendorong perkembangan sistem ekonomi syariah
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi perbankan syariah
dalam memobilisasi dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam
bentuk pembiayaan untuk berbagai aktivitas ekonomi, khususnya
penyediaan pembiayaan bagi dunia usaha. Selain itu, segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa
perbankan baik bank syariah maupun bank konvensional, misalnya
mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjuang kegiatan usaha,
tempat mengamankan uang, sarana melakukan investasi dan jasa keuangan
lainnya.
Perbankan syariah sebagaimana tertuang dalam pasal 4 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, memiliki dua kekhususan yang tidak dapat dilakukan oleh bank
konvensional; pertama, dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat. Kedua, dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
2
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf. Hal ini mempertegas peranan
perbankan syariah dalam pengembangan sistem ekonomi syariah yang
juga secara sinergis dengan bank konvensional membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
Melihat pentingnya peran perbankan syariah, maka kesehatan dan
stabilitas perbankan syariah menjadi suatu hal yang sangat penting. Bank
yang sehat, kuat, dan efisien merupakan kebutuhan mutlak bagi
perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam
kaitan ini, semakin efisien industri perbankan syariah maka akan semakin
efisien pula proses mobilisasi dana masyarakat dan penyaluran
pembiayaan sebagai faktor dominan dalam alokasi sumber daya dan dana
sosial dalam perekonomian.
Efisiensi lembaga keuangan merupakan sesuatu yang perlu dicapai
karena dapat meningkatkan laba, jumlah dana yang dapat disalurkan,
kualitas layanan dan produk terhadap konsumen, serta dapat meningkatkan
cadangan modal untuk meminimalkan resiko (Berger, Hunter dan Time,
1993). Bank dikatakan efisien apabila mampu mengelola input dan
outputnya dengan optimal. Input dan output dalam perbankan terdiri dari
multiple input dan multiple output, tidak hanya terbatas pada input tunggal
atau output tunggal.
Perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan pengukuran
efisiensi bank secara deterministik menggunakan rasio BOPO (biaya
3
operasional dibagi pendapatan operasional) dan NPF (non performing
financing). Ahmad Husein menyatakan bahwa, kinerja perbankan dapat
dikatakan efisien apabila rasio BOPO mengalami penurunan.1 Rasio
BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin
tinggi nilai rasio BOPO menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya
opersional yang ditanggung oleh bank, sehingga berdampak pada
operasional bank yang semakin tidak efisien.
Industri perbankan sebagai lembaga intermediasi yang
menggunakan multiple input dan output, maka pengukuran tingkat
efisiensi menggunakan rasio BOPO dianggap belum mampu
merepresentasikan tingkat efisiensi suatu bank karena tidak mampu
mengakomodasi input dan output yang lebih dari satu variabel. Selain itu,
pengukuran kinerja berdasarkan rasio tidak secara langsung dapat
mengukur tingkat efisiensi yanag dicapai oleh suatu bank dengan bank
lainnya.2 Hal ini menyebabkan perlunya pengukuran efisiensi
menggunakan pendekatan dan metode lain guna mendapatkan pengukuran
efisiensi yang lebih baik.
Menurut Berger dan Humphrey, metode pengukuran tingkat
efisiensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu melalui
1 Ahmad Husein Fadhlullah, Efisiensi Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Stochastic
Frontier, Signifikan Vol. 4 No.1, 2015, hlm. 3 2 Imam Subekti, Investigasi Empiris Cost-Efficiency Perbankan Indonesia Berdasarkan
Metode Data En velopment Analysis (DEA), Lintasan Ekonomi 21 (1), 2004, hal. 95-115
4
pendekatan parametrik dan non-parametrik.3 Adapun pendekatan
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution
Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan
pendekatan non-parametrik meliputi pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH).
Hingga saat ini penelitian mengenai pengukuran efisiensi dengan
pendekatan parametrik dan non-parametrik dilakukan secara terpisah
dengan keunggulan dan kelemahan tiap metodenya. Adapun penelitian
yang dilakukan oleh Hassan dengan judul X-Efficiency in Islamic Banks,
melakukan pengukuran efisiensi dengan pendekatan parametrik dan non-
parametrik, akan tetapi tidak melakukan pengujian antara hasil pengukuran
kedua pendekatan tersebut. Maka perlu dilakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia Menggunakan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik
Periode 2011-2015”.
3 Allen N. Berger dan David B. Humphrey, Efficiency of Financial Institutions:
International Survey and Directions for Future Research, European Journal of Operational
Research, 1997, hlm. 4
5
B. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasikan pada sub-bab
sebelumnya maka terdapat batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Analisis dilakukan pada lima variabel yang diteliti merupakan data
historis pada rentang waktu kuartal ke-I 2011 hingga kuartal ke-IV
2015
2. Variabel yang diteliti berasal dari 6 laporan keuangan bank syariah,
yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah,
Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, dan Bank BCA Syariah.
3. Data diolah menggunakan metode SFA (Stochastic Frontier
Approach) dan DEA (Data Envelopment Analysis) dalam pengukuran
efisiensi serta Malmquist DEA dalam pengukuran produktivitas.
C. Rumusan Masalah
Dengan didukung oleh data-data yang diambil dari penelitian
terdahulu oleh para ahli dan argumen pendukung yang sudah dikemukakan
pada sub-bagian sebelumnya, maka terdapat beberapa rumusan masalah
yang dapat diklasifikasikan pada penelitian kali ini, yakni:
1. Bagaimana tingkat efisiensi bank umum syariah dari periode
triwulan ke-I tahun 2011 hingga kuartal ke-IV tahun 2015 dengan
menggunakan metode SFA dan DEA?
6
2. Bagaimana tingkat produktivitas dan pertumbuhan bank umum
syariah selama periode penelitian yang dihitung dengan Malmquist
Index-DEA?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil pengukuran dengan
metode SFA dan DEA dengan rasio BOPO?
D. Tujuan penelitian
Terkait dengan rumusan masalah yang telah diformulasikan, maka
terdapat tujuan penelitian secara umum yang ingin dicapai, yakni:
1. Menganalisis tingkat efisiensi bank syariah berdasarkan variabel input
dan output digunakan yang diolah dengan SFA dan DEA, pada
periode triwulan ke-I tahun 2011 hingga triwulan ke-IV tahun 2015.
2. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat produktivitas dan
pertumbuhan bank umum syariah selama periode penelitian.
3. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil
pengukuran dengan pendekatan parametrik dan non-parametrik
terhadap rasio Operational Earning Rasio/ OER (BOPO).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis dalam bidang kajian efisiensi perbankan
syariah dengan tiga jenis metode pengukurannya, terutama dalam
menjelaskan faktor inefisiensi dan pola perkembangan efisiensi tiap bank
syariah.
7
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empiris mengenai pengukuran
efisiensi dan pertumbuhan produktivitas bank umum syariah di
Indonesia serta pengujian antara hasil pengukuran efisiensi
menggunakan pendekatan frontier dan pendekatan rasio, sehingga
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan
kontribusi dalam memperkaya penelitian tingkat efisiensi dan
produktivitas perbankan syariah.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
tentang pengukuran tingkat efisiensi dan pertumbuhan produktivitas
bank umum syariah sehingga manajemen bank dapat membuat
kebijakan yang tepat dalam rangka mengevaluasi perkembangan
tingkat efisiensinya.
F. Studi Penelitian Terdahulu
Sebelumnya beberapa ahli telah melakukan penelitian untuk
melakukan pengukuran efisiensi perbankan syariah dengan variasi waktu
dan metode yang beragam, yakni:
1. M. Kabir Hassan, meneliti tentang efisensi bank Islam dengan
sampel berjumlah 43 bank Islam di 21 negara. Analisis menggunakan
pendekatan parametrik (Cost dan Profit Efficiency) dan non-
parametrik (Data Enveploment Analysis dan Malmquist DEA), dengan
8
rentang data tahunan selama periode tahun 1995 hingga tahun 2001.
Penelitian menggunakan tiga vektor input (Labor, Fixed Capital, dan
Customer and Short-term Funding Funds) dan tiga vektor output
(Total Loans, Other Earning Assets, dan Off-balance Sheet Items).
Pada penelitian tersebut terdapat temuan bahwa; 1) Efisiensi bank
Islam sebesar 84% dengan pengukuran stochastic profit frontier, lebih
tinggi dibandingkan dengan pengukuran stochastic cost frontier yakni
sebesar 74%, yang artinya bank Islam lebih efisien dalam mengelola
profit dibandingkan dengan mengelola biaya (cost). 2) Sumber utama
inefisiensi bank Islam adalah alokatif efisiensi dari pada tehnikal
efisiensi. 3) Hasil pengukuran efisiensi memiliki korelasi yang tinggi
dengan rasio performa bank; ROA dan ROE.4
Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang
digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi, yaitu SFA dan DEA.
Selain itu persamaan lainnya adalah fokus penelitian yang tidak hanya
pada pengukuran tingkat efisiensi melankan juga pada pengukuran
pertumbuhan produktivitas bank, serta dua variabel input yang
digunakan (labor dan customer and shor funding funds) dan satu
variabel output yang digunakan yaitu total loans. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian ini selain objek dan periode penelian
adalah pengukuran tingkat efisiensi dengan SFA hanya dilakukan satu
jenis efisiensi dengan fungsi biaya; tidak menggunakan fungsi profit.
4 M. Kabir Hassan, The X-Efficiency in Islamic Banks, Islamic Economic Studies, Vol.13
No.2, 2005, hal. 49-78
9
Selain itu peneliatian ini tidak mengkorelasikan dengan ROA dan
ROE, tetapi melakukan pengujian terhadap kedua hasil pengukuran
tingkat efisiensi dengan BOPO sebagai acuan.
2. Aysen Altun Ada dan Nilufer Dalkilic, penelitian yang mereka
lakukan adalah sebuah perbandingan atas efisiensi skala, pertumbuhan
efisiensi, dan pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP) bank
Islam di Malaysia dan Turki menggunakan data panel dari 22 bank
Islam (4 bank Islam di Turki dan 18 bank Islam di Malaysia) yang
dianalisis menggunakan DEA selama periode tahun 2009 hingga
tahun 2011. Penelitian menggunakan dua variabel input (Total Asset
dan Total Equity) dan dua variabel output (Total Deposits dan Periode
Net Income/ Loss). Temuan menunjukan bahwa bank Islam di Turki
rata-rata memiliki efisiensi skala lebih tinggi dari pada Malaysia pada
tahun 2009, tapi pada tahun 2010 dan 2011 bank Islam di Turki
memiliki efisiensi skala lebih rendah daripada bank Islam di Malaysia.
Pertumbuhan TFP bank Islam pada periode 2010-2011 dibandingkan
dengan periode 2010-2009 menunjukkan bahwa terjadi penurunan
pada bank di Turki dan terjadi peningkatan pada bank Islam di
Malaysia kecuali tiga bank didalamnya.5
Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang
digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas yaitu malmquist
DEA dan satu variabel output yang digunakan yaitu periode net
5 Aysen Altun Ada dan Nilufer Dalkilic, Efficiency Analysis in Islamic Banks: a Study for
Malaysia and Turkey, BDDK Bankacilik ve Finansal Piyasar, Vol.8 No.1, 2014, hal. 9-33
10
income (pendapatan operasional). Sedangkan perbedaan dengan
penelitian ini adalah perbandingan yang dilakukan bukan pada objek
penelitian melainkan pada penggunaan metode yang digunakan dalam
mengukur tingkat efisiensi. Selain itu perbedaan juga terletak pada
periode penelitian serta variabel kedua variabel inpu dan satu variabel
output yang digunakan yaitu deposit, dimana dalam penelitian ini
deposit (DPK) digunakan sebagai variabel input.
3. Zuhroh, Ismail, dan Maskie, meneliti efisiensi biaya bank syariah di
Indonesia menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA).
Penelitian melibatkan 3 bank umum syariah dan 19 bank konvensional
yang listing di bursa efek Indonesia, dengan rentang waktu kuartal
pertama tahun 2004 hingga kuartal ke-empat tahun 2010. Hasil
penelitian menunjukan bahwa bank syariah unggul dalam efisiensi
teknik dibandingkan bank konvensional, akan tetapi rata-rata efisiensi
biaya jauh lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Penelitian
juga menemukan bahwa sumber dari inefisiensi biaya bank syariah
adalah inefisiensi alokatif.6
4. Fadzlan Sufian dan Muzafar Shah Habibullah, meneliti tentang
efisiensi bank saat krisis finansial dan peranan IMF pada empat negara
di ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia dan Thailand dengan
periode penelian tahun 1997-1998, menggunakan Data Envelopment
Analysis dengan pendekatan intermediasi dan revenue. Hasil empiris
6 Idah Zuhroh, Munawar Ismail, dan Ghozali Maskie, Cost Efficiency of Islamic Bank in
Indonesia- A Stochastic Frontier Approach, Procedia Social and Behavioral Sciences 211,
Elsevier, 2015, 1122-1131
11
memperlihatkan adanya asimetri yang besar antar bank terkait dengan
skor efisiensi teknis mereka. Secara khusus, pendekatan yang berbeda
dalam mengukur input dan output bank menghasilkan estimasi
efisiensi yang berbeda pula. Secara umum, estimasi efisiensi teknis
terlihat secara konsisten lebih tinggi dalam pendekatan pendapatan
(revenue).7
Persamaan dengan penelitian ini adalah Metode yang
digunakan, yaitu metode DEA dengan pendekatan intermediasi, serta
variabel input yang digunakan meliputi total simpanan/DPK,
pengeluaran bunga (setara dengan biaya bagi hasil) dan variabel
output yang digunakan yaitu kredit/ pembiayaan yang diberikan.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini selain objek dan periode
penlian adalah metode yang digunakan tidak hanya DEA melainkan
juga SFA, jumlah variabel input-output yang digunakan berbeda yaitu
4-4, serta tidak mengaitkan dengan faktor makro ekonomi.
5. Adb. Elrhman Elzahi Saaid, et.al., meneliti tentang X-Efisiensi
Bank Islam di Sudan dengan masa rentang penelitian dari tahun 1989
hingga tahun 1998. Data diolah menggunakan fungsi biaya
menggunkan metode Stochastic Frontier Approach. Pendekatan yang
digunakan dalam menentukan input dan output yang digunakan adalah
pendekatan intermediasi. Menggunakan satu variabel output yang
digunakan adalah Investments yang merupakan total dari pembiayaan
7 Fadzlan Sufian dan Muzafar Shah Habibullah, “Financial Crisis, IMF, and Bank
Efficiency: Empirical Evidence from The ASEAN-4 Banking Sectors”, Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan (2009): 133-159
12
musharakah, mudharabah, murabahah, dan salam. Sedangkan variabel
input yang digunakan adalah Labor, Fixed Assets, dan Core Deposits.
Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa inefisiensi bank
Islam di Sudan lebih disebabkan oleh penggunaan input yang tidak
optimal (technical inefficiency) dari pada oleh kombinasi input yang
tidak tepat (allocative inefficiency). Lebih rinci, secara rata-rata
selama periode penelitian didapat skor TE 0,86 dan AE 0,91.8
Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang
digunakan menjadi salah satu metode yang peneliti gunakan yaitu
SFA dengan fungsi biaya, pendekatan intermediasi dalam penentuan
variabel input-output,variabel output yang digunakan yaitu total
pembiayaan (investments), dan 2 variabel input yang digunakan, yaitu
labor (biaya personalia) dan core deposit (DPK). Sedangkan
perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, periode
pengamatan, metode yang digunakan tidak hanya SFA tetapi
digunakan juga metode DEA, serta fokus penelitian tidak semata pada
pengukuran efisiensi melainkan juga pada pengukuran produktivitas
dan pertumbuhannya.
6. Ibrahim Onour dan Abdelgadir Abdalla, meneliti tentang efisiensi
skala dan efisiensi teknis 12 bank Islam di Sudan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) melalui model CCR, BCC, dan
Additive pada periode 2007 dan 2008. Variabel input yang digunakan
8 Abd Elrhman Elzahi Saaid, et al., “The-X Efficiency Of The Sudanese Islamic Banks”,
IIUM Journal of Economics and Management 11, No.2 (2003): 123-141
13
adalah salaries and wages dan deposits, sedangkan variabel output
yang digunakan adalah loans dan net incomes. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hanya terdapat 2 dari 12 bank Islam di sudan yang
efisien pada scale efficiency dan pure technical efficiency, namun
mengalami inefisiensi pada efisiensi skala. Temuan dalam penelitian
juga menunjukan bahwa bank Islam dibawah kepemilikan pemerintah
tidak selalu lebih baik dibandingkan dengan bank Islam swasta. Pada
pengukuran produktivitas didapat temuan bahwa terdapat dua bank
Islam yang mengalami peningkatan selama periode penelitian.9
Persamaan dalam penelitain ini adalam metode yang
digunakan, yaitu DEA dengan model BCC. Fokus penelitian yaitu
pengukuran efisiensi dan pertumbuhan produktivitas, variabel input
dan yang digunakan. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini
selain objek dan periode penelitian adalah model yang digunakan
dalam penelitian ini hanya menggunakan model BCC, penelitian ini
dilengkapi dengan uji beda hasil pengukuran antara metode SFA dan
DEA, serta variabel input yang digunakan ditambah biaya bagi hasil.
7. Velid Efendic, meneliti tingkat efisiensi sektor perbankan di Bosnia-
Herzegovina dengan periode penelitian tahun 2009. Tujaun utama
dalam penelitiannya adalah mengestimasi tingkat efisiensi satu-
satunya bank Islam di Bosnia dan Herzegovina dengan sampel
penelitian berjumlah 18 bank konvensional dan 1 bank Islam. Data
9 Ibrahim Onour dan Abdelgadir Abdalla, “Scale and Technical Efficiency of Islamic Banks
in Sudan: Data Envelopment Analysis”, Munich Personal Repec Archieve No.29885 (2010)
14
diolah menggunakan pendekatan non-parametrik DEA dengan 2
variabel output dan 3 variabel input sebagaimana pada pengukuran
berorientasi input. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan
indikator utama bank Islam di Bosnia-Herzegovina memiliki tingkat
efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional
rekanannya. Namun demikian ada potensi yang signifikan dalam
peningkatan tingkat efisiensi.10
Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang
digunakan yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) orientsi VRS,
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan intermediasi, dan 2
variabel input yang digunakan yaitu total deposit (DPK) dan
employee (biaya personalia). Sedangkan perbedaan penelitian ini
selain pada objek dan periode penelitian adalah metode yang
digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi tidak hanya
menggunakan pendekatan non-parametrik DEA melainkan digunakan
juga pendekatan parametrik SFA. Selain itu perbedaan juga terletak
pada fokus penelitian yang tidak hanya mengukur tingkat efisiensi
melainkan juga dilengkapi dengan pengukuran pertumbuhan
produktivitas, serta terdapat 1 variabel input yang berbeda yaitu fixed
assets.
10
Velid Efendic, “Efficiency of The Banking Sector of Bosnia-Herzegovina with Special
Reference to Relative Efficiency of The Existing Islamic Bank”, Center for Islamics Economics
and Finance Qatar Foundation, 8th International Conference on Islamic Economics and Finance
15
G. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan dianalisis tingkat efisiensi dan
pertumbuhan produktivitas pada bank umum syariah di Indonesia pada
tahun 2011 hingga tahun 2015 menggunakan data publikasi triwulanan.
Dimana dalam mengukur tingkat efisiensi menggunakan pendekatan
frontier parametrik (SFA) dan non parametrik (DEA), dan menganalisis
pertumbuhan produktivitas bank umum syariah menggunkan Malmquist
Index-DEA, serta melakukan pengujian hasil pengukuran melalui metode
SFA dan DEA terhadap BOPO/ OER dengan uji beda Kruskal-Wallis dan
Mann-Whitney. Kerangka pemikiran dari masalah yang ada beserta
pemecahannya digambarkan sebagai berikut:
Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia Triwulan I 2011 -
Triwulan IV 2015
Variabel Input: - Biaya Personalia
- Dana Pihak Ketiga - Biaya Bagi Hasil
Variabel Output: - Total Pembiayaan
- Pendapatan Operasional
Pengukuran Produktivitas Menggunakan Malmquist
Index Total Factor Productivity (TFP)
Pengukuran Tingkat Efisiensi Menggunakan
Pendekatan Parametrik (SFA)
Pengukuran Tingkat Efisiensi Menggunakan
Pendekatan Non-parametrik (DEA)
Model: InTC = 2,147 + 1,115InP1 - 0,186InP2 +
0,007InP3 + 0,95InY1 - 0,053InY2
Indeks Produktivitas dan Pertumbuhan
Produktivitas BUS
Tingkat Eisiensi BUS (Stochastic Cost
Efficiency)
Tingkat Efisiensi BUS (Technical Efficiency, Allocative Efficiency, dan
Cost Efficiency)
Uji Beda Kruskal-Wallis Skor SCE, TE, dan OER
Uji Beda Mann-Whitney antara SCE dan OER, TE
dan OER, SCE dan TE Hasil, Kesimpulan, dan Saran
16
Hasil dan kesimpilan pada penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai trend tingkat efisiensi beserta
perkembangan produktivitas bank umum syariah selama periode
pengamatan, dan dapat menjadi referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya dalam pengujian hasil pengukuran antara pendekatan
parametrik dan non-parametrik.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan
untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika
penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari
sebuah laporan:
1. BAB I: Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.
2. BAB II: Landasan Teori
Menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini sebagai dasar
dalam melakukan analisis terhadap permasalahan.
3. BAB III: Metode Penelitian
Mencakup definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode
analisis.
4. BAB IV: Analisis dan Pembahasan
17
Menguraikan deskripsi objek penelitian, analisis kuantitatif deskriptif
dan inferensial, interpretasi hasil dan argumentasi terhadap hasil uji
penelitian.
5. BAB V: Penutup
Menyajikan secara singkat apa yang telah diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, terangkum dalam bagian simpulan
dan rekomendasi di bagian saran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank berasal dari kata bangque (bahasa Perancis) dan dari kata
banco (bahasa Italia) yang berarti peti/ lemari atau banku. Definisi
tersebut menjalaskan fungsi dasar dari bank komersial, yaitu: pertama,
sebagai fungsi penyimpanan yang aman dengan menyediakan tempat
untuk menitipkan uang dengan aman, kedua, sebagai fungsi transaksi
yakni menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.11
Sedangkan definisi bank menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.12
Pengertian bank syariah atau bank
Islam dalam bukunya Edy Wibowo adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip–prinsip syariah Islam, yang mana tata cara dalam
operasionalnya nmengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan
hadits.
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam maksudnya adalah bank yang dalam operasionalnya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata
11
M. Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabeta,
cet. ke-4, 2006, h.2 12
Drs. Suharso, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, Semarang: CV. Widya
Karya, h. 75
19
cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat tersebut
dihindari praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur riba,
yang kemuadian diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha
yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang
telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.13
Sedangkan menurut Sutan Remy Shahdeiny, bank syariah
adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-
dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan
prinsip syariah.14
Menurut undang-undang No.21 tahun 2008, bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)15
. Dapat disimpulkan
bahwa definisi bank syariah adalah bank yang operasionalnya
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
13
Edy Wibowo, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia Indonesia, cet.I,
2005, h. 33 14
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, cet. ke-3,
2007, h.1 15
M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung: CV. Pustaka Setia, h. 98
20
2. Prinsip-prinsip Bank Syariah
Prinsip dasar bank syariah berdasarkan pada al-Quran dan
sunah. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai
seluruh hubungan transaksinya berprinsip pada tiga hal, yaitu efisiensi,
keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling
membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan. margin
seoptimal mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak
dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi
masukan dan pengeluarannya. kebersamaan mengacu pada prinsip
saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan
produktivitas.16
Dalam mewujudkan arah kebijakan suatu perbankan yang sehat,
kuat dan efisien, sejauh ini telah didukung oleh enam pilar dalam
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu struktur perbankan yang
sehat, sistem pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang
independen dan efektf, industri perbankan yang kuat, infrastruktur
pendukung yang mencukupi, dan perlindungan konsumen.
3. Dasar Hukum Bank Syariah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaannya di Indonesia. Pengakuan secara yudis normatif tercatat
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, sedangkan secara
16
Edy Wibowo, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, h. 33
21
yuridis empiris bank syariah diberi kesempatan dan peluang yang baik
untuk berkembang di seluru wilayah Indonesia. Upaya intensif
pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 199,
yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
(Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan syariah di
Indonesia, dan para ulama waktu itu telah berusaha mendirikan bank
bebas bunga.17
Hubungan yang bersifat akomodatif antara masyarakat muslim
dengan pemerintah telah memunculkan lembaga keuangan (bank
syariah) yang dapat melayani transaksi kegiatan bebas buga. Kehadiran
bank syariah pada perkembangannya telah mendapat pengaturan dalam
sistem perbankan nasional. pada tahun 1990, terdapat rekomendasi dari
MUI untuk mendirikan bank syariah, tahun 1992 dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang
mengatur bunga dan bagi hasil. Dikeluarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 yang mengatur bank beroperasi secara ganda (dual
banking system), dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur
kebijakan moneter yang didasarkan prinsip syariah, kemudian
dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia tahun 2001 yang mengatur
kelembagaan dan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah,
17
M. Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 6
22
dan terakhir pada tahun 2008 dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah.18
Regulasi perbankan syariah bertujuan untuk menjamin kepastian
hukum bagi stakeholder dan memberikan keyakinan kepada
masyarakat luas dalam menggunakan produk dan jasa perbankan
syariah.
4. Tujuan Bank Syariah
Bank syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan
bank konvensional, berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi
komersial dan kewajiban moral yang disandangnya. Selain bertujuan
meraih profit sebagaimana layaknya bank konvensional, bank syariah
juga bertujuan sebagai berikut:
a. Menyediakan lembaga keuanga perbankan sebagai sarana
meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Pengimpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannyakepada
masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial guna
tercipta peningkatan pembangunan nasional yang semakin mantap.
metode bagi hasil akan membantu orang yang lemar
permodalannya untuk bergabung dengan bank syariah untuk
mengembangakan usahanya. Metode bagi hasil akan memunculkan
18
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Pengembangan Perbankan
Syariah, Jakarta: 2011, h. 5
23
usaha-usaha baru dan pengembangan usaha yang telah ada
sehingga dapat mengurani pengangguran.
b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses
pembangunan karena keengganan sebagian masyarakat untuk
berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap
menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode
perbankan yang efisien dan adil akan menggalakan usaha ekonomi
kerakyatan.
c. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan
berperilaku bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
d. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat
beroperasi, tumbuh, dan berkembang melalui bank-bank dengan
metode lain.19
5. Produk-produk Bank Syariah
Secara garis besar, produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penghimpunan
dana (funding), produk penyaluran dana (financing), dan produk jasa
(service).20
a. Produk Penghimpuna Dana (funding)
1) Tabungan
19
Edy Wibowo, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, h. 47 20
M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, h.133
24
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah
atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu.
tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid.
Artinya, produk ini dapat diambil sewaktu-waktu
apabilanasabah membutuhkan, tetapi bagi hasil yang
ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.
2) Deposito
Deposito menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah
dan/ atau Unit Usaha Syariah (UUS).
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai
jumlah minimal tertentu, jangakan waktu tertentu, dan bagi
hasilnya lebih tinggi daripada tabungan.
3) Giro
25
Giro menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakuakan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan.
Giro adalah entuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi
hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya
digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badan
hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro,
meskipun tidak diberikan bagi hasil, pihak bank berhak
memberikan bonus kepada nasabah yang besarannya tidak
ditentukan di awal, bergantung pada kebaikan pihak bank.
Prinsip operasional bank syariah yang telah diterapkan secara
luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
wadi’ah dan mudharabah.
a) Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah. Bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan
dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut
dapat ditarik setiap saat oleh nasabah penyimpanan dana.
26
Namun demikian, rekening ini tidak boleh mengalami saldo
negatif (overdraft). Landasan hukum prinsip ini adalah:
(1) Q.S An Nisa ayat 58, yang terjemahannya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”.
(2) Al-hadits:
“sampaikan (tunaikan) amanat kepada yang berhak
menerimanya dan jangan membalas khianat kepada
orang yang telah mengkhianatimu.” (H.R Abu Dawud).
b) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan
dana atau deposan bertindak sebagai shahibul mal (pemilik
modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Bank
kemudian melakukan penyaluran pembiayaan kepada
nasabah nasabah peminjam yang membutuhkan dengan
menggunakan dana yang diperoleh tersebut, baik dalam
bentuk murabahah, ijarah, mudharabah, musyarakah, atau
bentuk lainnya. Hasil usaha ini selanjutnya akan
27
dibagihasilkan kepada nasabah penabung berdasarkan
nisbah yang disepakati. Apabila bank menggunakannya
untuk melakukan mudharabahkedua, bank bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
b. Produk Penyaluran Dana/ Pembiayaan (financing)
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Secara garis besar, produk pembiayaan kepada nasabah yaitu
sebagai berikut:
1) Pembiayaan dengan insip jual beli. Seperti bai’ murabahah.
bai’ salam, dan bai’ al istishna.
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Meliputi ijarah dan ijarah
muntahiya bit tamlik.
3) pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. meliputi musyarakah,
mudharabah, muzara’ah, dan musaqah.
c. Produk Jasa (Service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, bank
syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
28
kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip
sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini harus
dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil
keuntungan dari jual beli valuta asing. prinsip ini dipraktikan
pada bank syariah devisa yang memiliki izin untuk melakukan
jual beli valuta asing.
2) Wadi’ah (titipan)
Pada dasarnya dalam akad wadi’ah yad dhamanah. penerima
simpanan hanya dapat menyimpan titipan, tanpa berhak untuk
menggunakakannya. Dia tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama
hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang
bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-
faktor diluar batas kemampuan).21
21
M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
h.191
29
B. Efisiensi Bank
1. Konsep Efisiensi
Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu
perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Suatu
perusahaan yang efisien dapat menghasilkan output yang maksimal
dengan input yang ada atau menghasilkan output dengan jumlah
tertentu dengan input minimal. Begitu pula pada lembaga keuangan
bank, pengukuran efisiensi menjadi suatu parameter kinerja yang
popular diteliti di seluruh dunia. Efisiensi juga dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan
(input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang
digunakan.22
Ditinjau dari teori ekonomi, terdapat dua pengertian efisiensi
yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi.23
Efisiensi ekonomi
mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih
luas dibandingkan dengan efisiensi teknik yang bersudut pandang
mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan
teknis dan operasional proses konversi input menjadi output.
Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya
22
Huri, M.D dan Diah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Perbankan dengan Metode
Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,
Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol.1 No.2 (2002), h. 95-107 23
Muhammad Ghafur, Potret Perbankan Syariah Terkini (Yogyakarta: Biruni Press, 2007),
h. 120
30
memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan
pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.
2. Jenis Efisiensi
Teori ekonomi telah menjabarkan tiga jenis efisiensi pada
perusahaan, diantaranya adalah efisiensi alokasi, operasional, dan
ekonomis.24 Efisiensi alokasi mengacu pada pilihan kombinasi input
yang konsisten dengan harga relatif faktor produksi. Efisiensi
operasional juga dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu efisiensi
skala (scale efficiency) dan efisiensi operasional murni (pure technical
efficiency).
Pure technical efficiency mengacu pada kemampuan perusahaan
untuk menghindari pemborosan dengan memproduksi output yang
banyak selama penggunaan input yang memungkinkan atau dengan
menggunakan sedikit input selama produksi output memungkinkan.
Scale efficiency mengacu pada kemampuan perusahaan untuk bekerja
pada skala yang optimal. Jenis efisiensi yang terakhir adalah efisiensi
ekonomi yang dapat ditentukan dari efisiensi teknis dan alokasi.
Alternatif lain dalam mengukur efisiensi ekonomi ini adalah melalui
efisiensi biaya yang mengukur seberapa jauh biaya perusahaan
menyimpang dari biaya maksimal perusahaan.
24
Muljawan, dkk, Bank Indonesia WP No. 02, 2014, hal. 7
31
Farrell menyatakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri
dari dua komponen, yaitu: technical efficiency dan allocative
efficiency.25
Technical efficiency menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk mencapai tingkat output yang maksimum dengan
menggunakan tingkat input tertentu. Technical efficiency mengukur
proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan
menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, technical
efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan sejumlah
input yang tersedia. Sedangkan allocative efficiency menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya
dengan struktur harga dan teknologi tertentu. Kombinasi antara
technical efficiency dan allocative efficiency akan menjadi economic
efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi
jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta
harga pasar yang berlaku.
3. Orientasi Pengukuran Efisiensi
Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farrell
dimana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada
upaya pengurangan input (on input-reducing focus). Metode ini
25
Farrel, The Measurement of Efficiency, h. 253-290
32
disebut dengan pengukuran berorientasi input (Input-oriented-
measures).
a. Pengukuran Berorientasi Input26
Farrel mengilustrasikan idenya dengan menggunakan
sebuah contoh sederhana dengan kasus sebuah perusahaan tertentu
yang menggunakan dua buah input ( x1 dan x2) untuk
memproduksi sebuah output tunggal (q) dengan sebuah asumsi
constant return to scale (CRS). Dengan menggunakan garis
isoquant dari sebuah perusahaan dengan kondisi efisiensi penuh
(fully efficient firm), yang diwakili oleh kurva SS’ dalam Grafik
2.1, maka dapat dilakukan penghitungan technical efficiency.
Jika sebuah perusahaan telah menggunakan sejumlah
tertentu input yang ditunjukkan oleh titik P, untuk memproduksi
satu unit output, maka inefisiensi produksi secara teknis (technical
inefficiency) dari perusahaan tersebut diwakili oleh jarak QP yang
merupakan jumlah dari semua input yang secara proporsional dapat
berkurang atau dikurangi tanpa menyebabkan terjadinya
pengurangan output yang dapat dihasilkan. Indikator tersebut
biasanya dituliskan secara matematis dalam persentase yang
merupakan rasio dari QP/0P, yang merupakan penggambaran
persentase dari input yang dapat dikurangi. Tingkat efisiensi teknis
26
Coelli, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis (Computer)
Program, (Australia: Centre For Efficiency and Productivity Analysis Department od Economic
University of New England Armidale, No.8/96), h. 4-6
33
(technical efficiency/TE) dari perusahaan pada umumnya diukur
dengan menggunakan nilai rasio:
TE = 0Q/0P
Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P,
dimana nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu
menghasilkan indikator dari derajat technical efficiency dari
perusahaan tersebut. Nilai satu mengimplikasikan bahwa
perusahaan telah mencapai kondisi efisien secara penuh. Sebagai
contoh titik Q telah mencapai technical efficiency karena ia berada
pada kurva isoquant yang efisien.
Jika rasio harga input Grafik 2.1 diwakili oleh garis AA’
juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara
alokatif dapat juga duhitung. Tingkat efisiensi alikatif (allocative
efficiency/AE) dari suatu perusahaan yang berorientasi dari titik P
dapat didefinisikan sebagai rasio dari:
AE = 0R/0Q
di mana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya
produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada
titik Q’ yang efisiensi secara alokatif (dan secara teknis), berbeda
dengan titik Q yang efisien secara teknis (technical efficient), akan
tetapi tidak-efisien secara alokatif (allocatively inefficient). Total
34
efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan sebagai
rasio dari:
EE = 0R/0P
dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan
dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan
bahwa produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif
memberikan makna telah tercapainya efisiensi ekonomis secara
keseluruhan.
TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE
dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai
antara nol dan satu.
Grafik 2.1 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Input
b. Pengukuran Berorientasi Output27
Pengukuran efisien secara teknis yang berorientasi input,
pada dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan;
27
Coelli T.J
35
“Sampai seberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara
proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi?”.
Sedangkan dalam pengukuran berorientasi output pertanyaan yang
timbul adalah; “Sampai seberapa banyak kuantitas dari output
dapat ditambah tanpa mengubah kuantitas input yang digunakan?”.
Dengan kata lain pengukuran berorientasi output merupakan
kebalikan dari pengukuran berorientasi input.
Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat
dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi
produksi melibatkan dua macam output (q1 dan q2) dan sebuah
input tunggal (x). Jika kita mengasumsikan kondisinya constant
return to scale, maka dapat direpresentasikan tingkat teknologi
dengan sebuah kurva unit kemungkinan produksi (unit production
possibility curve ) dalam bentuk dua dimensi. Contoh ini
digambarkan dalam Grafik 2.2 dimana garis ZZ’ adalah merupakan
kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility
curve) dan titik A dapatlah diumpamakan dengan sebuah
perusahaan yang tidak efisien. Perhatikan bahwa A sebagai titik
yang tidak efisien dalam kasus ini terletak dibawah kurva karena
ZZ’ mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan
produksi.
Farrell menjelaskan pengukuran efisiensi berorientasikan
output dapat didefinisikan sebagaimana yang terilustrasikan dalam
36
Grafik 2.2, dimana jarak A ke B mewakili ketidakefsiensi secara
teknis (technical inefficiency), yang menunjukkan arti bahwa
jumlah output dapat ditingkatkan tanpa memerlukan penambahan
input. Oleh sebab itu, sebuah pengukuran efisiensi teknis
berorientasikan output merupakan rasio:
TE = 0A/0B
Dengan revenue efficiency (RE) yang merupakan rasio:
RE = 0A/0C
Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan
sebuah kurva isorevenue yaitu garis DD’ dan mendefinisikan
efisiensi alokatif sebagai:
AE = 0B/0C
dimana mempunyai sebuah interpretasi adanya peningkatan
pendapatan (an increasing revenue interpretation ), dimana pada
contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi input, serupa
dengan interpretasi adanya pengurangan biaya (cost reducing)
dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut
dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan (overall
economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif.
EE = (0A/0C) = (0A/0B) x (0B/0C) = TE x AE
37
Grafik 2.2 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Output
C. Pengukuran Efisiensi Bank
Terdapat tiga jenis pendekatan dalam mengukur efisiensi
perbankan:28
1. Pendekatan Rasio
Adalah pendekatan yang dalam mengukur efisiensi dengan cara
menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila
dapat memproduksi jumlah output yang maksimum dengan input
tertentu.
Efisiensi = Output/ Input
Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak
input dan output yang akan dihitung secara bersamaan, sehingga
banyak perhitungan yang menimbulkan asumsi yang tidak tegas.
2. Pendekatan Regresi
28
Muharram dan Pusvitasari,” Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia
dengan Metode Data Envelopment Analysis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.II No.3
(2005)
38
Adalah pendekatan yang menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tetentu. Bentuk fungsi dalam pendekatan regresi:
Y = f {X1, X2, X3, X4, .................... X4}
Dimana Y = Output dan X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang
dapat digunakan untuk memproduksi tingkat input yang dihasilkan
sebuah Decision Making Unit (DMU) pada tingkat output tertentu.
DMU tersebut dinilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah
output lebih banyak dibandingkan jumlah output hasil estimasi.
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output
karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam
sebuah persamaan regresi. Apabila dilakukan penggabungan banyak
output dalam satu indikator, informasi yang dihasilkan menjadi tidak
rinci lagi.
3. Pendekatan Frontier
Pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik dan non-
parametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic Frontier
Approach (SFA) yaitu perluasan dari model asli deterministik untuk
mengukur efek-efek yang tidak terduga (stochastic frontier) di dalam
batas produksi, Distribution Free Approach (DFA) mengukur efisiensi
biaya mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank dengan biaya
terendah yag dibutuhkan untuk memproduksi output yang sama pada
39
kondisi yang sama dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan
non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu
model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak
input dan banyak output tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap
variabel sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai
hubungan fungsional antara input dengan output (tidak seperti
regresi).
Beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga
keuangan lebih difokuskan pada pendekatan frontier efficiency atau x-
efficiency, mengukur penyimpangan dari lembaga keuangan
berdasarkan “best practice” atau berlaku umum pada pendekatan
frontier. Pendekatan frontier dari suatu lembaga keuangan dapat
diukur melalui bagaimana kinerja lembaga keuangan tersebut bersifat
relatif terhadap perkiraan kinerjanya yang “terbaik” dari industri
tersebut. Kondisi ini terjadi, apabila semua lembaga keuangan tersebut
menghadapi kondisi pasar yang sama.29
Pendekatan frontier lebih unggul karena penggunaan teknik
program atau statistik yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan
harga input dan faktor eksogen lainnya dalam mempengaruhi kinerja
yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan secara lebih
luas dalam analisis regulasi, yaitu untuk mengukur pengaruh dari
29
Bauer, P.W., Berger, A.N and Ferrier, G.D., Consistency Condition for Regulatory
Analysis of Financial Institution: A Comparison of Frontier Approach Method, Journal of
Economic Business, 1998
40
merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito,
pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari
perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan
ini adalah dapat mengukur secara objektif kuantitatif dengan
menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya
yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi.
D. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia
M., terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam metode
parametrik dan nonparametrik untuk mendefinisikan hubungan input dan
output dalam kegiatan financial suatu lembaga keuangan, yaitu:30
1. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga
keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini,
output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai
produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman
(credit accout), kemudian output didefinisikan sebagai jumlah tenaga,
pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya.
30
Muliaman D. Hadad, dkk., Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan
Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA), Workong Paper Series Bank
Indonesia, 2003, h.3
41
3. Pendekatan Intermediasi (Intermediary Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai
intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari
surplus unit kepada defisit unit. Input-input lembaga keuangan
tersebut meliputi: biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga
pada deposito, kemudian output yang diukur dalam bentuk kredit
pinjaman (loans) dan investasi keuangan (financial investment).
Konsekuensi terdapat tiga pendekatan dalam mengukur efisiensi
bank adalah perbedaan dalam menentukan input dan output. Perbedaan
penentuan input dan output antara pendekatan produksi dan intermediasi
adalah dalam memperlakukan simpanan. Simpanan sebagai output pada
pendekatan produksi, dikarenakan simpanan merupakan jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan bank. Pendekatan intermediasi menganggap
simpanan sebagai input. Hal ini disebabkan simpanan yang dihimpun bank
akan ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk aset yang menghasilkan
terutama pinjaman yang diberikan.
E. Stochastic Frontier Approach (SFA)
Metode SFA dikembangkan oleh Aigner. Lovell, dan Schmidt
(1977). Pada metode SFA biaya dari suatu bank dimodelkan untuk
terdeviasi dari cost efficiency frontier-nya akibat adanya random noise dan
inefisiensi. Fungsi standar stochastic cost frontier memiliki bentuk umum
sebagai berikut:
42
In Ci = ƒ(In Xji , In Yki) + ei ........................................................ (2.1)
Dimana:
Ci = Total biaya bank n
Xji = Input j bank n
Yki = Output k pada bank n
ei = Error
ei terdiri dari 2 fungsi, yaitu:
ei = ui + vi .................................................................................... (2.2)
Dimana:
ui = faktor error yang dapat dikendalikan
vi = faktor error yang bersifat random yang tidak dapat
dikendalikan. Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N
(0, ) dan u terdistribusi half-normal, ǀ(0,
)ǀ dimana uit =
(ui exp(-h (t-T)
)3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi.
Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank
yang dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best
practice bank’s cost) yang sama dengan teknologi yang sama. Cost
efficiency ini diderivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan fungsi biaya
dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut:
In C = ƒ (w,y) + e ..................................................................... (2.3)
Dengan menggunakan bentuk persamaan stochastic cost frontier
maka persamaan biaya dapat dituliskan sebagai berikut:
43
In C = ƒ (w,y) + In u + In v ....................................................... (2.4)
Dimana:
C = total biaya atau cost efficiency
w = jumlah input
y = jumlah output
u dan v = error
Maka cost efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:
=
( ) ( )
( ) ( ) =
F. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah tehnik pemrograman linier yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan menggunakan
sejumlah input dan output sebagai alat evaluasi dan sebagai tolak ukur
dalam membuat suatu keputusan. DEA dikembangkan pertama kali oleh
Farrell tahun 1957 yang mengukur efisiensi teknik satu input dan satu
output menjadi multi input dan multi output, menggunakan kerangka nilai
efisiensi relatif sebagai rasio input (single virtual input) dengan output
(single virtual output).31
Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia
M., pendekatan DEA memiliki beberapa keunggulan yaitu: dapat
menggunakan data yang lebih sedikit, lebih sedikit asumsi yang diperlukan
31
Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”, Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol.10 No.1 (2009), h.56
44
dan sampel yang lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian,
kesimpulan secara statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode
non-parametrik. Pendekatan DEA tidak memasukkan random error, oleh
karena itu hasil ketidakefisienan hanya dijadikan faktor inefisiensi secara
umum oleh sebuah Decision Making Unit (DMU). Pendekatan non-
parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi secara lebih
umum.32
Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat
membantu menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan,
yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat
menggunakan banyak input dan output serta tidak membutuhkan asumsi
bentuk fungsi antara variabel input dan output tersebut. DEA juga tidak
memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukan
hubungan produksi dan distribusi dari observasi.33
Keuntungan utama dari
DEA adalah tidak membutuhkan asumsi awal mengenai bentuk fungsi
produksi. Sebaliknya, DEA membentuk fungsi produksi yang paling baik
semata-mata berdasarkan data observasi.34
32
Mualiaman D. Hadad, dkk., Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan
Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA), h.2 33
M. Fethi D dan F. Pasiouras, “Assesing Bank Efficiency and Performance with
Operational Research and Artificial Intelligence Techniques”, European Journal of Operational
Reseach, (2010), h. 189-198 34
I. Jemric dan Vujcic B., “Efficiency of Bank in Croatia: A DEA Approach”,
Comparative Economic Studies, XLIV, h. 169-193
45
Kekurangan dari DEA adalah frontier sangat sensitif terhadap
observasi-observasi ekstrim dan perhitungan-perhitungan error. Hal ini
terjadi karena asumsi dasar DEA tidak memasukkan random error,
sehingga deviasi-deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi.
Karena DEA merupakan pengukuran dengan metode non-parametrik,
maka uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan sehingga
tidak dapat diambil kesimpulan secara statistik. DEA hanya mengukur
efisiensi relatif antar DMU dalam suatu penelitian bukan efisinsi absolut.35
Dalam perkembangan pengukuran efisiensi melalui metode DEA
oleh para ahli, ditemukan 2 (dua) model dalam mengaplikasikan metode
DEA dalam mengukur efisiensi teknis suatu organisasi atau perusahaan
yang dalam literature DEA disebut dengan Decision Making Unit (DMU).
Model pengukuran efisiensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Orientasi Pengukuran dalam DEA
Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi
pengukuran efisiensi, yaitu:
a. Orientasi Input
Perspektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan
pengunaan input meski memproduksi output dalam jumlah yang
35
Fitria Maharani, “Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan
DEA dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock Return pada Bank Umum Konvensional
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Program Studi
Manajemen, Universitas Indonesia, 2012), h. 14
46
tetap. Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol
yang besar terhadap biaya operasional.
Grafik 2.3 Proyeksi frontier orientasi input model CCR36
b. Orientasi Output
Perspektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan
output secara proporsional dengan menggunakan tingkat input
yang sama. Cocok untuk industri dimana unit pembuat keputusan
diberikan kuantitas sumber daya dalam jumlah yang fix dan
diminta untuk memproduksi output sebanyak mungkin dari
sumber daya tersebut.
Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA
hanya terletak pada ukuran yang digunakan dalam menentukan
efisiensi (yaitu dari sisi input dan output), namun kedua orientasi
tersebut akan mengestimasi frontier yang sama.
36
Cooper et al., Handbook on Data Envelopment Analysis, Second Edition, (New York:
Springer Science and Business Media, 2011), hal. 15
47
Grafik 2.4 Proyeksi frontier orientasi output model CCR37
2. Pendekatan Optimisasi dalam DEA
1. Constant Return to Scale(CRS)38
Model CCR merupakan model dasar DEA menggunakan
asumsi constan return to scale yang membawa implikasi pada
bentuk efficient set yang linier. Model constan return to scale
dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (model CCR)
pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara
penambahan input dan output adalah sama (constan return to
scale). Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka
output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang
digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau
decision making unit (DMU) beroperasi pada skala yang optimal.
37
Cooper et al., Handbook on Data Envelopment Analysis, Second Edition, hal.16 38
Coelli T.J., A Guide to DEAP version 2.1: A Data Envelopment Analysis (Computer
Program), No.8/96, hal.10
48
Nurul Komaryatin melakukan pembahasan dengan
mendefinisikan beberapa notasi.39
Dengan asumsi bahwa K
adalah input dan M adalah output untuk setiap perusahaan atau
seringkali disebut dengan DMU (Decision Making Unit) dalam
literatur DEA. Untuk DMU ke-I diwakili secara berturut-turut
oleh vektor x1 dan y1. Dalam hal, x adalah matrik input K x n,
dan Y adalah matriks output M x n, maka representasi tersebut
merupakan cara merumuskan data dalam bentuk matriks dari
semua n DMU.
Tujuan dari DEA adalah membentuk sebuah frontier non-
parametric envelopment terhadap suatu data dari titik pengamatan
yang berada di bawah frontier. Asumsi CRS ini juga dapat
diwakili oleh unit isokuan dalam input space. Cara terbaik untuk
memperkenalkan DEA adalah melalui bentuk rasio. Untuk setiap
DMU, kita akan mendapatkan ukuran rasio dari semua output
terhadap inputnya, seperti ujyj / v’xi, dimana u mrupakan vektor
M x l dari output tertimbang (weight output) dan v adalah vektor
K x l dari input tertimbang (weight input). Untuk penimbang yang
optimal kita harus menspesifikan problema matematis (the
mathematical programming problem) sebagai berikut:
∑
∑
39
Muhammad Arif Amrillah, Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2005-2009, h.50
49
dimana:
hs = efisiensi teknis bank s
uis = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
yis = bobot input i yang diproduksi oleh bank s
vjs = bobot input j yang digunakan oleh bank s
xjs = jumlah input j yang diberikan oleh bank s
dalam hal ini, termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v,
sebagai sebuah pengukuran efisiensi hs yang maksimal. Dengan
tujuan untuk kendala bahwa semua ukuran efisiensi haruslah
kurang atau sama dengan satu, salah satu masalah dengan
formulasi atau rumusan rasio ini adalah bahwa ia memiliki
sejumlah solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk menghindari
hal ini, maka kita dapat menentukan kendala yang akan
menspesifikasikan dan memudahkan dalam proses selanjutnya
menggunkan teknik komputasi yang terus mengalami
perkembangan. Adapun fungsi kendala tersebut adalah:
∑
∑
ui dan vj ≥ 0
dimana N menunjukkan jumlah bank dalam sampel.
Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya efisiensi rasio
50
untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1, sememtara
pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan
bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien
apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen,
sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin
rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan pembobotnya
masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan
menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Berapa bagian
program linier ditransformasikan sebagai berikut:
Maksimasi ∑
Kendala ∑ ∑
∑
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan
programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang
dibobot dari bank s. Kendala jumlah input yang dibobot harus
sama dengan satu untuk semua bank, yaitu jumlah output yang
dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama
dengan 0. Hal ini berarti semua bank akan berada atau di bawah
referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang
memotong sumbu origin.
51
2. Variable Return to Scale (VRS)40
Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper
(model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari
model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tudak atau
belum beroperasi pada pada skala yang optimal. Asumsi dari model
ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama
(variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali
tidak akan menyebabkan peningkatan output sebesar x kali, bisa lebih
kecil atau lebih besar dari x kali. Pendekatan ini relatif lebih tepat
digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa
termasuk bank.
Variabel return to scale merupakan asumsi yang lebih tepat
digunakan untuk sampel besar.41
Variabel return to scale
menggambarkan technical efficiency secara keseluruhan yang terdiri
dari dua komponen: pure technical efficiency dan scale efficiency.
Pure technical efficiency menggambarkan kemampuan manajer
perusahaan atau DMU untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya. Sedangkan scale efficiency menggambarkan suatu DMU
atau perusahaan dapat beroperasi pada skala produksi yang tepat.
40
Coelli T.J., A Guide to DEAP version 2.1: A Data Envelopment Analysis, hal. 18 41
N. Avkiran K.,”The Evidence on Efficiency Gains: The Role of Mergers and The
Benefits to The Public”, Journal of Banking and Finance, 23 (2009), h.991-1013
52
Nurul komaryatin berpendapat bahwa asumsi CRS hanya cocok
jika semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal.42
Persaingan tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya
mungkin menyebabkan sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala
yang optimal. Bankers, Charnes dan Cooper pada tahun 1984
menganjurkan sebuah perluasan dari model CRS DEA dengan
menerapkan perhitungan VRS (variable return to scale). Penggunaan
dari spesifikasi CRS ketika tidak semua perusahaan beroperasi pada
skala yang optimal, akan menghasilkan pengukuran efisiensi teknis
(technical efficiency/ TE) yang berbaur atau dikacaukan dengan hasil
pengukuran efisiensi skala (scale efficiency/ SE). Kegunaan dari
spesifikasi VRS ini akan memungkinkan perhitungan TE yang dapat
menghilangkan sama sekali efek dari SE ini.
Permasalahan program linier untuk CRS dapat dengan mudah
dimodifikasi guna menjelaskan pendekatan VRS dengan cara
menambahkan kendala konektivitas (convexity constraint) ke dalam
persamaan sehingga rumus matematisnya menjadi:
Maksimasi = ∑
Kendala ∑ ∑
∑
42
Muhammad Arif Amrillah, Efisiensi Perbankan Syriah di Indonesia Tahun 2005-2009,
hal.53
53
Dimana U0 merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau
negatif.
G. Keunggulan – Keterbatasan DEA dan SFA
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang digunakan untuk
mengukur efisiensi relatif ini memiliki kelebihan dibandingkan metode
tradisional ekonometri dalam mengukur efisiensi. Sebagai metode non-
parametrik salah satu kelebihan DEA adalah tidak membutuhkan asumsi
mengenai bentuk fungsi produksi tertentu untuk menghubungkan antara
input dan output. Oleh karena itu probabilitas kesalahan spesifikasi
berkaitan dengan teknologi produksi sama dengan nol. Namun kekurangan
DEA sebagai metode non-parametrik adalah sensitifnya terhadap masalah
kesalahan pengukuran. Jika terjadi kesalahan pengukuran pada observasi
bukan pada batasan (frontier) yang diestimasi, maka kesalahan ini akan
masuk dalam skor efisiensi. Jika terjadi kesalahan acak (random error)
pada observasi pada frontier, maka kesalahan ini akan masuk pada skor
efisiensi seluruh observasi yang diukur relatif terhadap observasi pada
frontier sebelumnya (Elvira, 2012, hal.37).
Selain itu terdapat beberapa kelebihan metode DEA dibandingkan
dengan metode-metode lain yang dimukakan oleh Purwantoro (2005),
yaitu :
1) Model DEA dapat mengukur banyak variabel input dan variabel
output.
54
2) Tidak diperlukan asumsi hubungan fungsional antara variabel-variabel
yang diukur.
3) Variabel input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang
berbeda.
Kelebihan lain juga dikemukakan oleh Trick (1996), yaitu :
1) DEA tepat untuk model yang mempunyai banyak input dan output.
2) Fungsi persamaan/pertidaksamaan dari DEA tidak memerlukan
asumsi yang berkaitan dengan input dan output-nya.
3) Unit yang diukur akan dibandingkan secara langsung dengan unit-unit
yang dievaluasi input dan output dapat mempunyai satuan yang
berbeda.
Dalam buku lain yaitu yang ditulis oleh Makmun (2002)
berpendapat, walaupun analisis DEA memiliki banyak kelebihan
dibandingkan analisis rasio parsial dan analisis regresi, DEA memiliki
beberapa keterbatasan, yaitu:
1) DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat
diukur (demikian pula dengan analisis rasio dan regresi). Kesalahan
dalam memasukkan input dan output akan memberikan hasil yang
bias.
2) DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan
unit lain dalam tipe yang sama. Tanpa mampu mengenali perbedaan-
perbedaan tersebut, DEA akan memberi hasil yang bias.
55
3) Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi constant return to scale
(CRS). CRS menyatakan bahwa perubahan proporsional pada semua
tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang sama
pada tingkat output.
4) Bobot input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat
ditafsirkan dalam nilai ekonomi.
Kelemahan metode DEA menurut Purwantoro (2003) adalah :
1) Bersifat simpel spesifik.
2) Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat
berakibat fatal.
3) DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi realtif DMU tetapi sangat
lambat untuk mengukur efisiensi absolut dengan kata lain bisa
membandingkan sesama DMU tetapi bukan membandingkan
maksimisasi secara teori.
4) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
5) Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk tiap
DMU (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk
masalah berskala besar).
6) Bobot dan input yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat ditafsirkan
dalam nilai ekonomi.
Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) merupakan metode
parametrik, SFA mengasumsikan bahwa semua entitas adalah tidak
efisien. SFA juga menghitung adanya noise. SFA dapat digunakan untuk
56
pengujian hipotesis. SFA juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
teknis dan perubahan TFP (jika berupa data panel). Selain itu metode SFA
juga dapat digunakan untuk mengukur data panel dan cross-section.
Namun metode SFA memiliki kelemahan yaitu misalnya SFA
mensyaratkan spesifikasi bentuk fungsi dan bentuk distribusi unit yang
tidak efisien. Dengan penggunaan informasi harga disamping kuantitas,
kesalahan pengukuran tambahan mungkin dimasukan dalam hasil. Unit
yang tidak efisien merupakan hasil perhitungan efisiensi teknis dan
alokatif.
H. Malmquist Index – DEA
Malmquist Index merupakan metode DEA yang dapat
dipergunakan untuk mengolah data panel non-parametrik. Malmquist
index (MI) sering kali digunakan untuk mengukur perubahan produktivitas
(productivity change) sebuah DMU. Nilai index tersebut dapat
didekomposisikan dari perubahan teknologi (technology change) dan
perubahan efisiensi (efficiency change).
Perubahan dalam total produksi sebuah DMU dapat dikatakan baik
apabila DMU tersebut dapat menggunakan input secara efisien untuk
menghasilkan (memproduksi) barang-jasa dan perusahaan menggunakan
proses teknologi dalam proses produksi tersebut. Nilai MI yang lebih besar
dari 1 mengindikasikan bahwa DMU tersebut mengalami peningkatan
dalam total produktivitas (increasing return to scale). Namun, jika nilai
57
MI lebih kecil dari 1, maka nilai tersebut mengindikasikan bahwa DMU
mengalami penurunan dalam total produktivitas. Peningkatan atau
penurunan dalam Total Factor Productivity (TFP) dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu dari sisi perubahan teknologi dan perubahan efisiensi. Selain
dapat mengindikasikan peningkatan atau penurunan TFP, malmquist index
juga dapat mengindikasikan peningkatan atau penurunan perubahan
efisiensi dan perubahan teknologi.
I. Operating Efficiency Ratio (OER/ BOPO)
Operating Efficiency Ratio (OER) atau lebih dikenal BOPO (Biaya
Operasional terhadap Pendapatn Operasional) merupakan rasio yang
menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional
terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu
(Riyadi, 2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan
nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat
salah satu kriteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia
adalah besaran rasio ini.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank
tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio
ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus
dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional.
Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil
jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban operasional
bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio
58
BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran
nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO
Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO
1 Sangat
Sehat
50-75%
2 Sehat 76-93%
3 Cukup
Sehat
94-96%
4 Kurang
Sehat
96-100%
5 Tidak
Sehat
>100%
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga
(beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang
menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro,
tabungan dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya
pemasaran dsb. Sedangkan, pendapatan operasional bank umumnya terdiri
dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran angsuran kredit dari
masyarakat, komisi dsb. BOPO dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia sebagai berikut :
BOPO =
x 100%
59
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total
beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional
adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan
operasional lainnya.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data,
maupun metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data).43
Fokus penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah permasalahan
menjadi bagian yang dapat diukur atau dapat dinyatakan dengan angka-
angka.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
menggunakan dua tipe data yaitu data panel pada perhitungan tingkat
efisiensi menggunakan metode DEA dan Malmquist Index, dan data time
series pada analisis dalam mengestimasi model untuk pengukuran tingkat
efisiensi dengan metode SFA. Data panel atau data runtun waktu silang
(cross-sectional time series) dimana banyak objek diamati dalam dua
periode atau lebih. Sedangkan data time series adalah data statistik yang
43
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofis dan
Praktis (Jakarta: PT. Indeks, cet.1, 2009), hal.3
61
disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Sumber data pada penelitian
ini didapat melalui laporan keuangan publikasi Bank Indonesia dan data
pada laporan keuangan bank yang menjadi objek penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini populasi yang dijadikan objek penelitian ini
adalah 12 Bank Umum Syariah di Indonesia. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposiv sampling dengan
kriteria bank umum syariah yang laporan keuangan triwulannya tersedia
secara lengkap selama triwulan I 2011 hingga triwulan IV 2015.
D. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah bank syariah di Indonesia. Data
yang digunakan adalah laporan keuangan triwulanan pada periode kuartal
pertama 2011 sampai kuartal keempat 2015 pada enam bank syariah, yang
meliputi Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah,
Bank BRI Syariah, Bank BCA Syariah, dan Bank Bukopin Syariah.
Teknik pengambilan enam sampel bank ini menggunakan teknik random
sampling.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi. Metode ini mencakup penghimpunan
informasi dan data, melalui studi pustaka dan eksplorasi literatur-literatur,
62
laporan keuangan publikasi Bank Indonesia dan laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh bank-bank syariah terkait.
F. Metode Analisis Data
1. Stochastic Frontier Approach (SFA)
Metode SFA dikembangkan oleh Aigner. Lovell, dan Schmidt
(1977). Pada metode SFA biaya dari suatu bank dimodelkan untuk
terdeviasi dari cost efficiency frontier-nya akibat adanya random noise
dan inefisiensi. Fungsi standar stochastic cost frontier memiliki
bentuk umum sebagai berikut:
In Ci = ƒ(In Xji , In Yki) + ei .......................................................... (3.1)
Dimana:
Ci = Total biaya bank n
Xji = Input j bank n
Yki = Output k pada bank n
ei = Error
ei terdiri dari 2 fungsi, yaitu:
ei = ui + vi .................................................................................... (3.2)
Dimana:
ui = faktor error yang dapat dikendalikan
vi = faktor error yang bersifat random yang tidak dapat
dikendalikan. Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N
(0, ) dan u terdistribusi half-normal, ǀ(0,
)ǀ dimana uit =
(ui exp(-h (t-T)
)3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi.
63
Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu
bank yang dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi
terbaik (best practice bank’s cost) yang sama dengan teknologi yang
sama. Cost efficiency ini diderivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan
fungsi biaya dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut:
In C = ƒ (w,y) + e ........................................................................ (3.4)
Dengan menggunakan bentuk persamaan stochastic cost frontier
maka persamaan biaya dapat dituliskan sebagai berikut:
In C = ƒ (w,y) + In u + In v ......................................................... (3.5)
Dimana:
C = total biaya atau cost efficiency
w = jumlah input
y = jumlah output
u dan v = error
Maka cost efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:
=
( ) ( )
( ) ( ) =
2. Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis pertama kali diperkenalkan oleh
Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Dalam
penelitian kali ini akan digunakan model dengan asumsi Variable
Return to Scale (VRS). Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio
antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to
64
scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan
menyebabkan peningkatan output sebesar x kali, bisa lebih kecil atau
lebih besar dari x kali. Pendekatan ini relatif lebih tepat digunakan
dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa termasuk
bank.
Variabel return to scale menggambarkan technical efficiency
secara keseluruhan yang terdiri dari dua komponen: pure technical
efficiency dan scale efficiency. Pure technical efficiency
menggambarkan kemampuan manajer perusahaan atau DMU untuk
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan scale
efficiency menggambarkan suatu DMU atau perusahaan dapat
beroperasi pada skala produksi yang tepat.
Permasalahan program linier untuk CRS dimodifikasi guna
menjelaskan pendekatan VRS dengan cara menambahkan kendala
konektivitas (convexity constraint) ke dalam persamaan sehingga
rumus matematisnya menjadi:
Maksimasi = ∑
Kendala ∑ ∑
∑
Dimana U0 merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau
negatif.
65
Pada penelitian ini juga menggunakan pengukuran efisiensi
dengan pendekatan berorientasi output, hal tersebut dikarenakan pada
akhirnya tujuan sebuah DMU adalah mendapatkan keuntungan yang
maksimal dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
3. Malmquist Index
Pada 1953 Sten Malmquist pertama kalii memberikan sebuah
konsep pengukuran produktivitas yang disebut Malmquist
Productivity Index (MPI). Namun Malmquist index sendiri
diperkenalkan pada tahun 1982 oleh Caves et al. Ada dua hal yang
dihitung dalam pengukuran Malmquist index, yaitu efek catch-up dan
efek frontier-shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan
efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2 dan seterusnya. Efek
frontier-shift mengukur tingkat perubahan teknologi (kombinasi input-
output) dari periode 1 ke periode 2 dan seterusnya. Efek frontier-shift
pada umumnya disebut efek inovasi.
( ) [
( )
( )
( )
( )
]
Dimana notasi ( ) merupakan jarak dari
pengamatan pada periode t teknologi ke periode s. Nilai > 1
menunjukkan pertumbuhan TFP positif dari periode s ke periode t,
sementara nilai < 1 menunjukkan penunjukkan penurunan TFP.
66
G. Definisi Variabel Operasional
1. Total Biaya (Total Cost/ TC)
Total Biaya yaitu penjumlahan dari (Hak pihak ketiga atas bagi hasil +
Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi + Biaya
operasional lainnya + Biaya penyisihan penghapusan aktiva + Biaya
non-operasional) dibagi dengan Total Aset.
2. Variabel Input
a. Biaya Personalia, adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja sumber daya manusia. Dapat juga diartikan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan,
elemen biaya tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah
biaya tenaga kerja untuk karyawan di perusahaan. Biaya tenaga
kerja dapat berupa gaji, provisi maupun fee yang diberikan
perusahaan. Pada penelitian ini, biaya personalia dinyatakan dalam
jutaan rupiah. Pada pengukuran dengan metode SFA, biaya
personalia dibagi dengan Total Aset.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK), adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan akad penyimpanan dana.
Simpanan dalam bank syariah diimplementasikan dalam produk
penghimpunan dana. Pada penelitian ini, DPK dinyatakan dalam
jutaan rupiah, dan pada pengukuran dengan metode SFA, variabel
DPK dibagi dengan Total Aset.
67
c. Biaya Bagi Hasil, adalah biaya operasional bank yang digunakan
untuk membayar biaya bagi hasil atas dana pihak ketiga. Biaya
bagi hasil dinyatakan dalam jutaan rupiah. Pada pengukuran
dengan SFA, biaya bagi hasil dibagi dengan Total Aset.
3. Variabel Output
a. Total Pembiayaan, adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan digunakan untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah. Total pembiayaan dinyatakan dalam jutaan rupiah dan
pada pengukuran dengan SFA, variabel total pembiayaan dibagi
dengan Total Aset.
b. Pendapatan Operasional, adalah arus masuk sumber daya kedalam
suatu perusahaan dalam suatu periode penjualan barang atau jasa,
dimana sumber daya pada umumnya dalam bentuk kas, wesel
tagih, atau piutang pendapatan yang tidak mencakup sumber daya
yang diterima dari sumber-sumber selain dari operasi, seperti
penjualan aktiva tetap, penerbitan saham atau peminjaman.
Pendapatan operasional dinyatakan dalam jutaan rupiah dan pada
perhitungan dengan SFA dibagi dengan Total Aset.
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Efisiensi bank umum syariah di Indonesia dihitung dengan menggunakan
pendekatan frontier, baik pendekatan parametrik Stochatic Fontier Approach
(SFA) maupun pendekatan non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk setiap triwulan dalam kurun waktu lima tahun selama periode triwulan
pertama tahun 2011 hingga triwulan keempat tahun 2015.
Pengukuran melalui metode SFA menggunakan fungsi biaya stochatic cost
frontier guna mengukur tingkat efisiensi bank umum syariah dari sisi biaya.
Pengukuran melalui metode DEA menggunakan asumsi VRS yang berorientasi
input. Artinya, seberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara
proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi, sehingga bank
tersebut menjadi efisien.
Kemudian analisis diperluas dengan mengukur pertumbuhan produktivitas
bank umum syariah selama periode penelitian menggunakan Malmquist Index.
terakhir, nilai efisiensi tiap bank umum syariah yang diperoleh dengan metode
SFA dan DEA tersebut dibandingkan dengan melakukan uji beda Kruskal-Wallis
dengan pengukuran rasio tingkat efisiensi Operational Efficiency Ratio (OER/
BOPO) bank umum syariah.
69
A. Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Q1 2011 – Q4 2015
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
Total
Cost
32230 7730402 1129651,96 1484923,57
Output
Y1 491724 50893511 12756491,97 15179510,98
Y2 5744 7726926 939295,88 1139158,75
Input
X1 7260 1685208 260264,26 314342,656
X2 539889 62112879 14137501,14 17156871,07
X3 1031 168541 46258,65 50210,02
Input Price
P1 ,003620327 ,055830113 ,01695070080 ,010424496225
P2 ,513178569 1,083003734 ,82069874397 ,064699603796
P3 ,000665922 ,005005321 ,00287503347 ,000956338322
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia.
Dalam jutaan Rupiah, data diolah.
B. Tingkat Efisiensi Biaya dengan SFA
Tingkat efisiensi tiap bank umum syariah diukur dengan Stochastic
Cost Frontier menggunakan panel data. Data panel dalam hal ini
dimaksudkan untuk mempertimbangkan periode pengamatan suatu bank dan
akan menghasilkan tingkat efisiensi yang didasarkan pada kurun waktu
penelitian, yaitu selama periode triwulan pertama 2011 hingga triwulan
keempat 2015. Tingkat efisiensi tersebut dianalisis dari model fungsi biaya
dengan variabel dependen Total Cost, input yang terdiri dari harga Biaya
Personalia (P1), harga Dana Pihak Ketiga (P2), dan harga Biaya Bagi Hasil
(P3), sedangkan variabel output yang digunakan yaitu Total Pembiayaan (Y1)
70
dan Pendapatan Operasional (Y2). Setiap variabel menggunakan data rasio
terhadap total aset.
Fungsi biaya yang dihasilkan adalah dalam bentuk model frontier
yang merupakan model translog bukan sebuah model linear atau garis lurus,
oleh karena itu semua variabel dalam penelitian ini yaitu TC, P1, P2, P3, Y1,
dan Y2 diubah dalam bentuk ln44
Dengan meregresi model SFA yang dirumuskan sebagai berikut:
ln Ci = f (ln Xji , ln Yki) + ei…………....………………… (4.1)
Di mana Ci adalah total cost untuk waktu ke-i, X adalah input pada
waktu ke-i, Y adalah output pada waktu ke-i, dan e adalah error. Dengan
menggunakan pendekatan stochastic cost frontier diformulasikan sebagai
berikut:
( ) ( )
( ) ( )
............... (4.2)
Dengan menggunakan variabel input dan output yang telah ditentukan
kedalam model regresi, maka persamaan SFA dapat dirumuskan kembali
menjadi:
In TC = α + β1InP1 +β2InP2 + β3InP3 + β4InY1 + β5InY2 + εi .. (4.3)
Dimana:
TC = Total Cost
P1 = Biaya Personalia
44
Edy Hartono, “Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan
Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis” (Tesis Program Magister
Manajemen Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang), h.51
71
P2 = Total DPK
P3 = Biaya Bagi Hasil
Y1 = Total Pembiayaan
Y2 = Pendapatan Operasional
Dalam pengolhan data dengan regresi, digunakan software
pemprograman SPSS 23. Berikut hasil dari efisiensi bank umum syariah.
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Regresi Berganda BUS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,482 ,376 1,283 ,022
LnP1 ,892 ,031 ,984 28,437 ,000
LnP2 -,536 ,306 -,079 -1,753 ,082
LnP3 ,006 ,056 ,004 ,098 ,922
LnY1 -,293 ,259 -,055 -1,130 ,261
LnY2 -,123 ,024 -,224 -5,131 ,000
a. Dependent Variable: LnTC
Bentuk model prediksi tingkat efisiensi biaya bank dapat ditulis
sebagai berikut:
InTC = 0,482 + 0,892InP1 – 0,536InP2 + 0,006InP3 - 0,293InY1 –
0,123InY2
Dalam persamaan regresi diatas, konstanta TC adalah sebesar
0,482. Artinya, jika variabel input dan output dianggap konstan, maka
Bank Umum Syariah akan mengeluarkan biaya minimum untuk tingkat
72
output tertentu yaitu sebesar 1,619309 juta dari total aktiva (ex 0,482=
1,619309).
Dengan memasukan data-data kedalam rumus 4.2 diatas, diperoleh
skor efisiensi biaya Bank Umum Syariah yang terdapat pada grafik
berikut.
Grafik 4.1 Trend Stochastic Cost Efficiency BUS
Sumber: data diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat efisiensi
biaya bank umum syariah selama periode penelitian menunjukan trend
yang fluktuatif. Skor efisiensi biaya terendah Bank Syariah Mandiri
(BSM) terjadi pada triwulan III 2015 dengan skor 83,2% dan skor
tertingginya pada triwulan II 2013 dengan skor 92,2%. Bank BNI Syariah
(BNIS) mengalami skor terendah sebesar 76,3% pada triwulan I 2012 dan
skor tertinggi sebesar 99,7% pada triwulan II 2015. Skor tertinggi Bank
73
Mega Syariah (BMS) terjadi pada triwulan IV 2015 dengan skor 98,9%
dan skor terendahnya pada triwulan III 2011 dengan skor 76,1%. Skor
efisiensi biaya tertinggi BRI Syariah (BRIS) terjadi pada triwulan III 2013
dengan skor 99,5%, sedangkan skor efisiensi terendah BRIS terjadi pada
triwulan III 2015 dengan skor 86,0%. Skor efisiensi tertinggi BCA Syariah
(BCAS) terjadi pada triwulan I 2015 dengan skor 99,4%, dan skor efisiensi
terendahnya terjadi pada triwulan I 2012 dengan skor 74,5%. Pada
triwulan II 2015 Bank Bukopin Syariah (BBS) berada pada skor efisiensi
tertingginya yaitu 99,9%, sedangkan skor efisiensi terndah BBS terjadi
pada triwulan III 2014 dengan skor 93,4%.
Grafik 4.2 Rata-rata Stochastic Cost Efficiency BUS
Sumber: data diolah
Grafik diatas menjelaskan hasil pengukuran rata-rata skor stochatic
cost efficiency tiap bank umum syariah selama periode penelitian. Secara
berturut-turut bank umum syariah yang memperoleh skor efisiensi
74
tertinggi hingga terendah adalah Bank Bukopin Syariah (98,44%), BRI
Syariah (95,34%), Bank Syariah Mandiri (92,88%), Bank Mega Syariah
(90,62%), BCA Syariah (90,18%), dan BNI Syariah (89,72%). Hal ini
menjelaskan bahwa bank yang memiliki aset yang besar seperti bank
syariah mandiri tidak selalu mencapai skor efisiensi yang tinggi
dibandingkan lima bank umum syariah lainnya yang dari sisi aset berada
dibawah bank syariah mandiri. Artinya bahwa semakin besar aset yang
dimiliki suatu bank menuntut pengelolaan yang baik agar dananya menjadi
efisien. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi suatu bank bukan
berdasarkan aset yang dia mimiliki namun seberapa baik manajemen
dalam mengelola dan mengalokasikan dana yang dimilikinya.
Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan
parametrik, metode SFA Stochastic Cost Efficiency (SCE) yang diderivasi
dari fungsi biaya didapat pada penelitian ini adalah secara umum tingkat
efisiensi biaya enam bank umum syariah memiliki trend yang fluktuatif
selama periode pengamatan. Secara individu, Bank Bukopin Syariah
memiliki tingkat efisiensi biaya rata-rata paling tinggi dengan skor 98,44%
dan bank BNI Syariah dengan rata-rata tingkat efisiensi biaya paling
rendah dengan skor 89,72%. Secara keseluruhan rata-rata tingkat efisiensi
biaya bank umum syariah selama triwulan I tahun 2011 hingga triwulan IV
tahun 2015 juga memiliki trend yang fluktuatif dengan tingkat efisiensi
tertinggi dicapai pada triwulan II tahun 2015 dan tingkat efisiensi terendah
dicapai pada triwulan I tahun 2012.
75
C. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah dengan DEA
1. Korelasi Pearson Input-Output
Sebelum masuk kedalam analisis efisiensi bank syariah dengan
pendekatan DEA, korelasi pearson digunakan untuk menguji apakah
variabel input dan output memenuhi hipotesis isotonicity.
Tabel 4.3 Korelasi Pearson Variabel Input-Output DEA
Tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil uji statistik seluruhnya
signifikan (<0,01), yang artinya H0 ditolak dan terdapat hubungan yang
positif dan kuat antara input dan output. Hal ini mengimplikasikan bahwa
prinsip isotonicity berhasil terpenuhi. Oleh karena itu, pendekatan DEA
dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi bank.
Correlations
Y1 Y2 X1 X2 X3
Y1 Pearson Correlation 1 ,797** ,836
** ,997
** ,971
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
Y2 Pearson Correlation ,797** 1 ,822
** ,816
** ,751
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X1 Pearson Correlation ,836** ,822
** 1 ,848
** ,809
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X2 Pearson Correlation ,997** ,816
** ,848
** 1 ,969
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X3 Pearson Correlation ,971** ,751
** ,809
** ,969
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
76
2. Skor Efisiensi DEA
Hasil pengukuran tingkat efisiensi bank umum syariah melalui
Cost-DEA menghasilkan tiga jenis efisiensi; Technical Eficiency (TE),
Allocative Efficiency (AE), dan Cost Efficiency (CE). Technical efficiency
atau efisiensi operasional adalah efisiensi yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan output yang maksimal dengan
menggunakan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan allocative
efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan
teknologi tertentu. Kombinasi antara technical efficiency dan allocative
efficiency akan menghasilkan cost efficiency atau efisiensi ekonomi yang
mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam meminimalkan biaya
produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan teknologi yang
umumnya digunakan serta dengan harga pasar yang berlaku. Berikut
adalah skor efisiensi bank umum syariah yang diklasifikasikan
berdasarkan jenis efisiensinya.
77
a. Technical Efficiency Bank Umum Syariah
Grafik 4.3 Skor Technical Efficiency BUS
Sumber: data diolah
Hasil pengukuran technical efficiency bank umum syariah
menunjukan trend yang fluktuatif. Hanya terdapat satu bank umum syariah
yang nyaris stabil dengan skor efisiensi 100% yaitu Bank Bukopin Syariah
(BBS). BBS mengalami penurunan pada triwulan ketiga tahun 2011
dengan skor 98,1%. Bank Syariah Mandiri (BSM) menunjukkan trend
efisiensi operasional yang fluktuatif dengan skor efisiensi terendah pada
triwulan ketiga 2015 sebesar 82,7% dan skor efisiensi operasional tertinggi
pada triwulan ketiga 2011, triwulan keempat 2011, triwulan keempat
2012, serta triwulan pertama dan kedua tahun 2013 dengan skor 100%.
BNI Syariah (BNIS) mengalami titik terendah pada triwulan pertama 2012
dengan skor 77,2% dan titik tertinggi pada triwulan kedua 2015. Bank
78
Mega Syariah (BMS) mengalami titik terendah pada triwulan I dan III
2011 dengan skor 77,9% dan tertingginya dengan skor 100% triwulan 1 –
III tahun 2013, triwulan IV 2014, triwulan I dan IV tahun 2015.
Hasil pengukuran skor efisiensi operasional pada BRI Syariah
(BRIS) menunjukan trend fluktuatif dan menurun. BRIS mengalami skor
efisiensi operasional terendahnya pada triwulan III 2015 dengan skor
85,5% dan skor tertingginya 100% pada triwulan I 2011, triwulan IV 2011
– IV 2012, dan triwulan I 2014. Bank BCA Syariah (BCAS) menunjukan
trend fluktuatif dan meningkat, BCAS mencapai skor efisiensi operasional
tertinggi 100% pada triwulan III 2011, kuartal III 2013, dan kuartal III –
IV 2015.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa bank
bukopin syariah unggul diantara lima bank umum syariah lainnya dalam
hal kemampuan dalam menghasilkan output yang maksimal dengan
menggunakan sejumlah input yang dimilikinya, yang ditunjukkan dengan
skor efisiensi teknis yang tinggi dan nyaris stabil.
79
b. Allocative Efficiency Bank Umum Syariah
Grafik 4.4 Skor Allocative Efficiency BUS
Sumber: data diolah
Hasil pengukuran tingkat efisiensi alokasi bank umum syariah
meunjukan trend yang beragam. Bank Syariah Mandiri menunjukan trend
penurunan skor efisiensi alokasi dengan skor terendah berada pada
triwulan IV 2015 sebesar 57,9%, sedangkan untuk skor tertingginya pada
triwulan III tahun 2011 sebesar 100%. Demikian pula dengan bank BNI
Syariah yang mengalami penurunan tingkat efisiensi alokasi, skor tertinggi
sebesar 100% BNIS terjadi pada triwulan I 2011 dan skor terendahnya
pada triwulan IV tahun 2014 dengan skor 43,4%. Bank Mega Syariah
menunjukan trend yang menurun relatif landai selama periode
pengamatan, skor efisiensi alokasi tertinggi BMS terjadi pada triwulan I
2013 dengan skor 46,6% sedangkan tingkat efisiensi terendahnya terjadi
pada triwulan I 2015 dengan skor 25,2%.
80
BRI Syariah menunjukan trend yang fluktuatif dengan skor
tertinggi pada triwulan I 2015 dengan skor 74,9% dan skor terendahnya
pada triwulan I 2014 dengan skor 52,3%. Skor efisiensi alokasi tertinggi
BCA Syariah terdapat pada triwulan I dan IV tahun 2015 dengan skor
100% sedangkan skor efisiensi alokasi terendahnya terdapat pada triwulan
III 2011 dengan skor 47,6%. Bank Bukopin Syariah (BBS) nyaris
konsisten di setiap triwulan selama periode pengamatan menunjukan skor
tertinggi yakni 100%, terdapat satu kali penurunan skor yaitu pada
triwulan III 2015 dengan skor 94,9%.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terdapat satu bank umum
syariah yang relatif stabil dengan skor efisien alokasi yang tinggi yaitu
Bank Bukopin Syariah, satu bank yang menunjukan trend meningkat yaitu
BCA Syariah, dan empat bank umum syariah lainnya yang menunjukan
trend penurunan skor yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, Bank
Mega Syariah, dan BRI Syariah. Dengan demikian, empat dari enam bank
umum syariah harus meningkatkan kemampuannya dalam
mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi
tertentu yang dimiliki sehingga meningkatkan tingkat efisiensi alokasinya.
81
c. Cost Efficiency Bank Umum Syariah
Grafik 4.5 Skor Cost Efficiency BUS
Sumber: data diolah
Hasil pengukuran Cost Efficiency bank umum syariah
menunjukan trend yang beragam. Bank Syariah Mandiri mengalami trend
penurunan tingkat cost efficiency. Skor efisiensi tertinggi terdapat pada
triwulan III 2011 dengan skor 100% dan skor mengalami skor efisiensi
terendah pada triwulan IV 2015 dengan skor 50,9%. BNI Syariah
menunjukan trend yang fluktuatif dengan skor terendah BNIS terjadi pada
triwulan II 2013 sebesar 37,4% dan skor tertinggi terjadi pada triwulan I
2011 yaitu 86,3%. Skor efisiensi ekonomi tertinggi Bank Mega Syariah
terjadi pada triwulan I 2013 dengan skor 46,6% dan skor efisiensi ekonomi
terendah Bank Mega Syariah terjadi pada triwulan III 2015 dengan skor
24,5%. BRI Syariah mengalami skor terendah pada triwulan III 2015
dengan skor 50,9% dan skor tertinggi pada triwulan I 2012 dengan skor
82
70,4%. Skor efisiensi ekonomi tertinggi BCA Syariah pada triwulan I dan
IV 2015 sebesar 100% dan berada pada skor efisiensi terendahnya pada
triwulan III 2012 dengan skor 39,4%. Skor efisiensi ekonomi Bank
Bukopin Syariah relatif stabil nyaris selalu berada pada skor 100 pada tiap
triwulannya, terjadi dua kali penurunan skor efisiesnsi yaitu pada triwulan
III 2011 dengan skor 98,1% dan triwulan I 2015 dengan skor 94,9%.
Grafik 4.6 Rata-rata Efisiensi BUS
Sumber: data diolah
Pada grafik dapat dijelaskan bahwa keenam bank umum syariah
memiliki tingkat efisiensi yang baik pada efisiensi operasional (TE),
artinya keenam bank tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam
menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan input yang
tersedia, sedangkan untuk dua jenis efisiensi lainnya bervariatif. Dalam
grafik dapat diketahui bahwa Bank Bukopin Syariah (BBS) unggul dalam
83
ketiga jenis pengukuran efisiensi, dengan skor TE 99,91%, AE 99,75%,
dan CE 99,65%. Sedangkan untuk skor TE terendah terdapat pada sampel
Bank BCA Syariah yaitu 89,68%, skor terendah AE 36,22% dan CE
sebesar 33,33% terjadi pada sampel Bank Mega Syariah (BMS). Skor
efisiensi yang berada pada kisaran 30 persen menandakan bahwa bank
tersebut mengalami inefisiensi yang besar, yang berimbas pada perolehan
return on aset dan return on equity yang rendah bahkan negatif.
Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan non-
parametrik, metode data envelopment analysis model VRS cost-DEA,
didapat pada penelitian ini tiga jenis efisiensi, yaitu efisiensi operasional
(technical efficiency/ TE), efisiensi alokasi (allocative efficiency/ AE), dan
efisiensi ekonomi (cost efficiency/ CE). Pada hasil pengukuran tiga jenis
tingkat efisiensi terdapat satu bank yang nyaris stabil dengan skor
efisiensi 100% pada tiap triwulannya, yaitu Bank Bukopin Syariah
sedangkan lima bank umum syariah lainnya bergerak fluktuatif. Secara
rata-rata selama periode penelian, tingkat efisiensi operasional (technical
efficiency) tertinggi dicapai oleh Bank Bukopin Syariah dengan skor
99,91% dan terendah dicapai oleh Bank BCA Syariah dengan skor
89,68%. Tingkat efisiensi alokasi tertinggi dicapai oleh Bank Bukopin
Syariah dengan skor 99,75% dan terendah dicapai oleh Bank Mega
Syariah dengan skor 36,22%. tingkat efisiensi ekonomi (cost efficiency)
tertinggi dicapai oleh Bank Bukopin Syariah dengan skor 99,65% dan
terendah dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan skor 33,33%.
84
D. Pertumbuhan Produktivitas Malmquist Index TFP
Tabel 4.4 Skor dan Komponen Produktivitas BUS
Triwulan Effiiency
Change
Technical
Change
Pure
Efficiency
Change
Scale
Efficiency
Change
TFP
Change
II – 2011 1,038 1,147 1,023 1,014 1,190
III – 2011 0,986 1,109 0,983 1,003 1,093
IV – 2011 0,979 0,983 1,002 0,977 0,962
I – 2012 0,962 0,689 0,997 0,965 0,662
II – 2012 1,019 1,199 0,997 1,023 1,222
III – 2012 1,068 1,017 1,016 1,051 1,086
IV – 2012 0,989 1,007 1,010 0,979 0,996
I – 2013 0,965 0,598 0,994 0,971 0,577
II – 2013 0,994 1,301 1,001 0,994 1,294
III – 2013 1,023 1,082 1,009 1,013 1,107
IV – 2013 1,028 1,007 1,007 1,021 1,036
I – 2014 1,011 0,628 0,997 1,013 0,635
II – 2014 1,006 1,155 1,002 1,003 1,162
III – 2014 0,994 1,060 1,000 0,994 1,054
IV – 2014 1,004 1,016 1,000 1,004 1,021
I – 2015 0,972 0,799 0,979 0,993 0,776
II – 2015 1,019 1,055 1,014 1,005 1,075
III – 2015 0,988 1,042 0,997 0,992 1,029
IV – 2015 0,990 0,990 0,991 0,999 0,980
Mean 1,002 0,974 1,001 1,001 0,976
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas, produktivitas bank umum syariah di
Indonesia secara rata-rata mengalami peningkatan terjadi pada triwulan I
dan II 2011, triwulan II dan III 2012, triwulan II – IV 2013, triwulan II –
IV 2014, dan triwulan II dan III 2015. Sedangkan penurunan produktivitas
terjadi pada triwulan IV- 2011, I dan IV-2012, I-2013, I-2014, I-2015, dan
triwulan IV-2015. Penurunan terbesar terjadi pada triwulan I-2013 sebesar
0,5777. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada terjadi pada triwulan
II-2013 sebesar 1,294. Technical change (perubahan teknologi)
85
menggambarkan sebuah perubahan pada jumlah output yang dihasilkan
dari jumlah input yang sama. Technical Change dan Efficiency Change
(perubahan efisiensi) menjadi sumber pertumbuhan negatif dari Total
Factor Productivity pada triwulan-triwulan saat terjadi penurunan
produktivitas, ditunjukan dengan nilai technical change dan efficiency
change dibawah 1 pada triwulan-triwulan tersebut. Hal ini menunjukan
bahwa technical change dan efficiency change secara bersama-sama
memiliki peran dalam penurunan produktivitas bank umum syariah di
Indonesia. Nilai technical change dibawah 1 mengindikasikan bahwa
belum optimalnya penggunaan input dan belum maksimalnya output yang
dihasilkan, sedangkan nilai efficiency change dibawah 1 mengindikasikan
perlunya peningkatan efisiensi guna meningkatkan produktivitas bank
umum syariah. Technical change atau perubahan teknologi menjadi
sumber utama dalam peningkatan total factor productivity bank umum
syariah yang ditunjukan dengan nilai technical change ≥ 1. Hal tersebut
menunjukan bahwa technical change (perubahan teknologi) berperan besar
dalam peningkatan produktivitas bank umum syariah di Indonesia.
86
Tabel 4.5 Pertumbuhan Produktivitas BUS
Triwulan BSM BNIS BMS BRIS BCAS BBS
II - 2011 1,079 1,194 1,566 1,092 1,286 1,006
III - 2011 1,010 1,031 1,275 1,063 1,384 0,872
IV - 2011 0,956 0,919 1,118 0,985 0,793 1,033
I - 2012 0,769 0,677 0,468 0,737 0,540 0,871
II - 2012 1,100 1,249 1,550 1,082 1,381 1,047
III - 2012 1,017 1,096 1,112 1,003 1,243 1,062
IV - 2012 1,006 1,074 1,114 0,970 0,901 0,929
I - 2013 0,704 0,477 0,482 0,587 0,556 0,697
II - 2013 1,066 1,649 1,502 1,263 1,362 1,032
III - 2013 0,972 1,302 1,234 1,047 1,097 1,026
IV - 2013 0,980 1,104 1,133 0,996 0,955 1,057
I – 2014 0,723 0,530 0,493 0,650 0,699 0,764
II – 2014 1,058 1,305 1,419 1,152 1,047 1,040
III – 2014 0,960 1,061 1,266 1,012 1,026 1,022
IV – 2014 0,975 1,018 1,261 0,986 0,998 0,918
I – 2015 0,795 0,684 0,538 0,751 1,017 0,981
II – 2015 1,075 1,043 1,452 1,075 0,872 1,011
III – 2015 1,004 0,936 1,248 0,958 1,064 0,994
IV – 2015 0,963 1,034 1,051 0,952 0,902 0,985
Average 0,958 1,020 1,120 0,966 1,006 0,966
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, pada triwulan II 2011 secara rata-rata
terjadi peningkatan produktivitas yang ditunjukan dengan malmquist index
diatas 1, produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan
skor 1,566, sedangkan produktivitas terendah dialami oleh Bank Bukopin
Syariah dengan skor 1,006. Indeks malmquist tertinggi pada triwulan III
2011 dicapai oleh Bank BCA Syariah dengan skor 1,384 dan terendah oleh
Bank Bukopin Syariah dengan skor 0,872. Pada triwulan IV 2011 secara
rata-rata terjadi penurunan produktivitas, malmquist index tertinggi dicapai
87
oleh Bank Mega Syariah dengan skor 1,118 sedangkan indeks terendah
dialami oleh Bank BCA Syariah sebesar 0,773.
Pada triwulan I 2012 terjadi penurunan produktivitas pada semua
sampel, produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Bukopin Syariah dengan
skor 0,871, dan terendah oleh Bank Mega Syariah dengan skor 0,468.
Pada triwulan II 2012 terjadi peningkatan produktivitas, indeks malmquist
tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan skor 1,550, sedangkan
terendah oleh Bank Bukopin Syariah dengan skor 1,047. Produktivitas
tertinggi pada triwulan III 2012 dicapai oleh BCA Syariah dengan skor
1,243, sedangkan terendah oleh BRI Syariah dengan skor 1,003. Secara
rata-rata pada triwulan IV 2012 produktivitas mengalami penurunan,
produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan skor 1,114,
sedangkan terendah adalah BCA Syariah dengan skor 0,901.
Pada triwulan I 2013 terjadi penurunan produktivitas, indeks
tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri dengan skor 0,704, sedangkan
terendah adalah bank BNI Syariah dengan skor 0,477. Pada triwulan II
2013 terjad peningkatan produktivitas, produktivitas tertinggi dicapai oleh
bank BNI Syariah dengan skor 1,649, sedangkan terendah adalah Bank
Bukopin Syariah dengan skor 1,032. Malmquist index tertinggi pada
triwulan III 2013 dicapai oleh BNI Syariah dengan skor 1,302, sedangkan
terendah oleh Bank Syariah Mandiri dengan skor 0,972. Produktivitas
tertinggi pada triwulan IV 2013 dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan
88
skor 1,133, sedangkan terendah adalah Bank Syariah Mandiri dengan skor
0,980.
Pada triwulan I 2014 terjadi penurunan produktivitas pada semua
sampel, produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Bukopin Syariah dengan
skor 0,764 dan terendah oleh Bank Mega Syariah dengan skor 0,493.
Produktivitas mengalami peningkatan pada triwulan II 2014, produktivitas
teringgi dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan skor 1,419, sedangkan
terendah oleh Bank Bukopin Syariah dengan skor 1,040. Produktivitas
tertinggi pada triwulan III 2014 dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan
skor1,266 dan terendah oleh Bank Syariah Mandiri dengan skor 0,960.
Secara rata-rata pada triwulan IV 2014 terjadi penurunan produktivitas,
produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah dengan skor 1,261,
sedangkan terendah oleh Bank Syariah Manidiri dengan skor 0,975.
Pada triwulan I 2015 terjadi penurunan produktivitas, indeks
malmquist tertinggi dicapai oleh bank BCA Syariah dengan skor 1,017,
sedangkan terendah oleh Bank Mega Syariah dengan skor 0,538.
Produktivitas tertinggi pada triwulan II 2015 dicapai oleh Bank Mega
Syariah dengan skor 1,452, dan terendah oleh BCA Syariah dengan skor
0,872. Malmquist index tertinggi pada triwulan III 2015 dicapai oleh Bank
Mega Syariah dengan skor 1,248, dan terendah oleh bank BRI Syariah
dengan skor 0,958. Pada triwulan IV 2015 secara rata-rata terjadi
penurunan produktivitas, produktivitas tertinggi dicapai oleh Bank Mega
89
Syariah dengan skor 1,051, sedangkan terendah adalah bank BCA Syariah
dengan skor 0,902.
Rata-rata selama periode penelitian, diurutkan dari tertinggi hingga
terendah indeks produktivitas bank umum syariah adalah Bank Mega
Syariah (1,120), bank BNI Syariah (1,020), bank BCA Syariah (1,006),
bank BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah (0,966), terakhir Bank
Syariah Mandiri (0,958). Dengan kata lain, secara rata-rata selama periode
pengamatan terdapat tiga bank umum syariah yang mengalami
peningkatan produktivitas (ditunjukan dengan skor diatas 1) yaitu Bank
Mega Syariah, bank BNI Syariah, dan Bank BCA Syariah. Sedangkan tiga
bank umum syariah lainnya mengalami penurunan yaitu bank BRI
Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Syariah Mandiri.
Grafik 4.7 Pertumbuhan Produktivitas BUS
Sumber: data diolah
90
Berdasarkan grafik diatas, pertumbuhan produktivitas bank umum
syariah selama periode pengamatan bergerak secara fluktuatif. Secara rata-
rata bank umum syariah berada pada produktivitas terendahnya pada
triwulan pertama di setiap tahun pengamatan, sedangkan peningkatan
produktivitas tertinggi bank umum syariah beragam. Hal ini sejalan
dengan kondisi riil dimana arus transaksi kegiatan ekonomi yang tinggi
terjadi pada bulan-bulan menjelang akhir tahun dan mengalami
pelambatan arus transaksi pada awal tahun. Hal ini mengindikasikan
bahwa makro ekonomi seperti arus pembelanjaan negara, pembelanjaan
swasta, pembayaran tunjangan-tunjangan, dan lain-lainnya memiliki
kontribusi terhadap perkembangan produktivitas bank umum syariah di
Indonesia.
E. Uji Beda Hasil Pengukuran Efisiensi
1. Deskriptif Skor Efisiensi DEA, SFA, dan OER
Pada tabel 4.6 dijelaskan bahwa rata-rata skor Stochastic Cost
Efficiency (SCE) pada tahun 2011 adalah sebesar 91,23%, sedangkan
rata-rata skor untuk Operational Efficiency Ratio (OER) dan Technical
Efficiency (TE) adalah sebesar 90,99% dan 92,21%. Pada tahun 2011
skor terendah untuk SCE sebesar 81,88% yang dialami oleh Bank Mega
Syariah (BMS), skor terendah untuk OER sebesar 84,30% dialami oleh
Bank Syariah Mandiri (BSM), sedangkan nilai terendah untuk TE
sebesar 83,05% dialami oleh Bank Mega Syariah (BMS). Pada tahun
2011 skor tertinggi untuk SCE sebesar 99,20% dicapai oleh Bank
91
Bukopin Syariah (BBS), skor tertinggi untuk OER sebesar 99,95%
dicapai oleh Bank BRI Syariah (BRIS), sedangkan skor tertinggi untuk
TE sebesar 99,53% dicapai oleh Bank Bukopin Syariah (BBS).
Tabel 4.6 Deskriptif Skor Efisiensi
2011
EFISIENSI BSM BNIS BMS BRIS BCAS BBS Average Min Max
SCE 94,38 88,08 81,88 97,80 86,08 99,20 91,23 81,88 99,20
OER 84,30 88,03 87,80 99,95 91,88 93,99 90,99 84,30 99,95
TE 95,98 88,95 83,05 99,23 86,53 99,53 92,21 83,05 99,53
2012
SCE 95,83 81,83 86,63 97,23 82,23 98,23 90,33 81,83 98,23
OER 71,15 85,14 77,88 91,72 92,84 92,04 85,13 71,15 92,84
TE 96,68 82,48 87,28 100 80,50 100 91,00 80,50 100
2013
SCE 96,00 88,28 93,63 97,03 91,98 97,93 94,14 88,28 97,93
OER 80,58 83,96 82,30 87,28 87,87 92,49 85,75 80,58 92,49
TE 96,50 88,93 98,13 97,65 91,13 100 95,00 88,93 100
2014
SCE 90,40 95,90 92,90 94,33 91,80 97,33 93,78 90,40 97,33
OER 91,58 85,41 91,82 97,19 87,85 96,99 91,81 85,41 97,19
TE 88,38 96,05 94,15 95,65 90,43 100 94,00 88,38 100
2015
SCE 87,80 94,53 98,08 90,35 98,83 99,53 94,85 87,80 98,83
OER 94,93 90,37 104,29 94,44 93,56 94,00 87,80 90,37 104,2
TE 87,33 95,40 98,90 89,80 99,80 100 99,53 87,33 100
Sumber: data diolah
Selanjutnya, pada tabel 4.6 dijelaskan juga rata-rata skor SCE pada
tahun 2012 adalah sebesar 90,33%, sedangkan rata-rata skor untuk OER
dan TE adalah sebesar 85,13% dan 91%. Pada tahun 2012 skor terendah
untuk SCE sebesar 81,83% dialami oleh Bank BNI Syariah (BNIS), skor
terendah untuk OER sebesar 71,15% dialami oleh Bank Syariah Mandiri
(BSM), sedangkan skor terendah untuk TE sebesar 80,50% dialami oleh
Bank BCA Syariah (BCAS). Pada tahun 2012 skor tertinggi untuk SCE
92
sebesar 98,23% dicapai oleh Bank Bukopin Syariah (BBS), skor tertinggi
untuk OER sebesar 85,13% dicapai oleh Bank BCA Syariah (BCAS),
sedangkan skor tertinggi untuk TE sebesar 100% dicapai oleh Bank
Bukopin Syariah (BBS) dan Bank BRI Syariah (BRIS).
Rata-rata skor SCE pada tahun 2013 adalah sebesar 94,14%,
sedangkan rata-rata skor untuk OER dan TE adalah sebesar 85,75% dan
95%. Pada tahun 2013 skor terendah untuk SCE sebesar 88,28% dialami
oleh Bank BNI Syariah (BNIS), skor terendah untuk OER sebesar 80,58%
dialami oleh Bank Syariah Mandiri (BSM), sedangkan skor terendah untuk
TE sebesar 88,93% dialami oleh Bank BNI Syariah (BNIS). Pada tahun
2013 skor tertinggi untuk SCE sebesar 97,93% dicapai oleh Bank Bukopin
Syariah (BBS), skor tertinggi untuk OER sebesar 92,48% dicapai oleh
Bank BCA Syariah (BCAS), sedangkan skor tertinggi untuk TE sebesar
100% dicapai oleh Bank Bukopin Syariah (BBS).
Pada tahun 2014 rata-rata skor SCE adalah sebesar 93,78%,
sedangkan rata-rata skor untuk OER dan TE adalah sebesar 91,81% dan
94%. Pada tahun 2014 skor terendah untuk SCE sebesar 90,40% dialami
oleh Bank Syariah Mandiri (BSM), skor terendah untuk OER sebesar
85,41% dialami oleh Bank BRI Syariah (BRIS), sedangkan skor terendah
untuk TE sebesar 88,38% dialami oleh Bank Syariah Mandiri (BSM). Pada
tahun 2014 skor tertinggi untuk SCE sebesar 97,33% dicapai oleh Bank
Bukopin Syariah (BBS), skor tertinggi untuk OER sebesar 97,19% dicapai
93
oleh Bank BRI Syariah (BRIS), sedangkan skor tertinggi untuk TE sebesar
100% dicapai oleh Bank Bukopin Syariah (BBS).
Pada tahun 2015 rata-rata skor SCE adalah sebesar 94,85%,
sedangkan rata-rata skor untuk OER dan TE adalah sebesar 95,26% dan
95%. Pada tahun 2015 skor terendah untuk SCE sebesar 87,80% dialami
oleh Bank Syariah Mandiri (BSM), skor terendah untuk OER sebesar
90,37% dialami oleh Bank BNI Syariah (BNIS), sedangkan skor terendah
untuk TE sebesar 87,33% dialami oleh Bank Syariah Mandiri (BSM). Pada
tahun 2015 skor tertinggi untuk SCE sebesar 98,83% dicapai oleh Bank
BCA Syariah (BCAS), skor tertinggi untuk OER sebesar 104,2% dicapai
oleh Bank Mega Syariah (BMS), sedangkan skor tertinggi untuk TE
sebesar 100% dicapai oleh Bank Bukopin Syariah (BBS).
Grafik 4.8 Skor Efisiensi DEA, SFA, dan OER/ BOPO
Sumber: data diolah
94
Pada grafik 4.8 diatas terlihat bahwa skor efisiensi Stochastic Cost
Efficiency (SCE) yang diderivasi dari fungsi biaya menunjukan skor yang
berbeda dari triwulan ke triwulan, hal ini mengindikasikan skor efisiensi
enam DMU selama dua puluh triwulan cukup fluktuatif dan menunjukan
adanya pergerakan skor efisiensi yang dalam jangka panjang menunjukan
suatu peningkatan. Hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
kemampuan bank dalam mengelola biaya operasional cukup baik dengan
dicapainya skor efisiensi untuk ke arah mendekati 100 atau efisien.
Pada grafik dijelaskan juga bahwa hasil pengukuran Technical
Efficiency (TE) dengan Cost-DEA pendekatan intermediasi dengan model
VRS menunjukan skor yang fluktuatif sebagaimana hasil pengukuran SCE
dengan pendektanan parametrik SFA yang nyaris memberikan hasil
pengukuran yang sama pada tiap triwulannya. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengukuran efisiensi biaya dengan metode SFA dapat digunakan
secara bergantian dengan pengukuran efisiensi teknik dari pendektan non-
parametrik DEA.
Pergerakan skor Operational Efficiency Ratio (OER) atau BOPO
(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) menunjukan
pergerakan yang meningkat pada jangka panjang meskipun pada jangka
pendek fluktuatif. Artinya bank umum syariah mengalami peningkatan
efisensi operasional dalam jangka panjang selama periode penelitian.
Dibandingkan dengan hasil pengkuran parametrik SFA dan non-
parametrik DEA, skor efisiensi BOPO menunjukan perbedaan yang
95
signifikan pada triwulan II 2012 hingga triwulan I 2014 skor dengan
pendekatan parametrik dan non-parametrik mengalami upper value
terhadap rasio OER/ BOPO, sedangkan pada periode lainnya bergerak
berhimpitan dengan hasil pengukuran parametrik (SCE) dan non-
parametrik (TE). Guna melihat apakah kedua pengukuran frontier tersebut
dapat mewaliki pengukuran efisiensi yng pada umumnya bank gunakan
yaitu OER/ BOPO, maka dilakukan uji beda dengan Kruskal-Wallis.
2. Uji Beda Menggunakan Kruskal-Wallis
Ranks
Efisiensi N Mean Rank
Skor OER 20 23,05
SCE 20 32,15
TE 20 36,30
Total 60
Hipotesis:
Ho : Ketiga hasil pengukuran skor efisiensi identik (ketiga hasil
pengukuran efisiensi tidak berbeda secara signifikan).
Test Statisticsa,b
Skor
Chi-Square 6,024
Df 2
Asymp. Sig. ,049
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Efisiensi
96
Hi : Minimal satu dari ketiga hasil pengukuran efisiensi tidak
identik (ketiga hasil pengukuran efisiensi berbeda secara
signifikan).
Pengambilan keputusan
1. Dasar pengambilan keputusan menggunakan perbandingan statistik
hitung dengan statistik tabel.
Jika statistik hitung < statistik tabel, maka Ho diterima
Jika ststistik hitung > statistk tabel, maka Ho ditolak
Statistik hitung
Dari tabel output diatas terlihat bahwa statistik hitung kruskal-
wallis adalah 6,024.
Statistik tabel
Dengan menggunakan tabel chi-square untuk df = k–1 = 3-1 =
2 dan tingkat signifikansi = 0,050, maka didapatkan nilai
statistik tabel = 5,991
Keputusan:
Karena statistik hitung > statistik tabel (6,024 > 5,991), maka Ho
ditolak.
2. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Keputusan:
97
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi
adalah 0,049. Karena nilai probabilitas dibawah 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan dari hasil kedua pengujian, hasil yang diperoleh sama,
yaitu Ho ditolak atau minimal salah satu dari ketiga hasil pengukuran tidak
identik (skor hasil pengukuran ketiga pendekatan berbeda secara
signifikan). Maka digunakan pengujian dua kelompok sampel uji beda
Mann-Whitney guna melihat lebih spesifik hasil perhingungan tingkat
efisiensi yang identik dan tidak identik dengan skor BOPO/ OER.
3. Uji Beda Menggunakan Mann-Whitney
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor OER 20 17,15 343,00
SCE 20 23,85 477,00
Total 40
Hipotesis:
Ho : Kedua hasil pengukuran efisiensi identik (skor hasil
pengukuran kedua pendekatan tidak berbeda secara
signifikan)
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 133,000
Wilcoxon W 343,000
Z -1,812
Asymp. Sig. (2-tailed) ,070
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,072b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.
98
Hi : Kedua hasil pengukuran tidak identik (skor hasil
pengukuran kedua pendekatan berbeda secara signifikan)
Pengambilan keputusan:
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi
adalah 0,070. Disini didapat probabilitas diatas 0,050, maka Ho diterima,
atau kedua hasil pengukuran identik atau skor hasil pengukuran kedua
pendekatan tidak berbeda secara signifikan.
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi
adalah 0,027. Disini didapat probabilitas dibawah 0,050, maka Ho ditolak,
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor OER 20 16,40 328,00
TE 20 24,60 492,00
Total 40
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 118,000
Wilcoxon W 328,000
Z -2,218
Asymp. Sig. (2-tailed) ,027
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,026b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.
99
atau kedua hasil pengukuran tidak identik atau skor hasil pengukuran
kedua pendekatan berbeda secara signifikan.
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor SCE
20 18,80 376,00
TE 20 22,20 444,00
Total 40
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 166,000
Wilcoxon W 376,000
Z -,920
Asymp. Sig. (2-tailed) ,358
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,369b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.
Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig (2-tailed) untuk diuji 2 sisi
adalah 0,358. Disini didapat probabilitas diatas 0,050, maka Ho diterima,
atau kedua hasil pengukuran identik atau skor hasil pengukuran kedua
pendekatan tidak berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil kedua pengujian diatas, maka dapat dinyatakan
bahwa hasil pengukuran antara pendekatan non-parametrik DEA (TE) dan
pendekatan rasio (OER/ BOPO) adalah tidak identik atau kedua hasil
pengukuran berbeda secara signifikan. Artinya bahwa DEA dapat menjadi
pertimbangan bank umum syariah untuk digunakan dalam mengestimasi
efisiensi, sementara perhitungan melalui pendekatan parametrik SFA
(SCE) adalah tidak berbeda secara signifikan dengan OER/ BOPO,
100
sehingga bank umum syariah dapat menggunakan rasio BOPO/OER dalam
mengukur skor efisiensi dengan pendekatan paremetrik (SFA), dengan
kata lain anata hasil penukuran parametrik dan pengukuran rasio saling
mewakili.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bank
umum syariah dengan menggunakan pendekatan frontier, baik melalui
pendekatan parametrik (metode SFA) maupun dengan pendekatan non-
parametrik (metode DEA). Selain mengukur tingkat efisiensi bank umum
syariah, penelitian juga bertujuan untuk membandingkan kedua hasil
pengukuran tersebut dengan menggunakan rasio operational efficiency
ratio atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
sebagai benchmark. Selain itu, penelitian dilengkapi dengan pengukuran
dan analisis produktivitas bank umum syariah. Penelitian ini menggunakan
enam bank umum syariah sebagai objel penelitian dengan waktu penelitian
pada triwulan I 2011 hingga triwulan IV 2015. Berkut adalah beberapa
kesimpulan dalam penelitian ini.
1. Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan
parametrik, metode SFA Stochastic Cost Efficiency (SCE) didapat
bahwa secara individu, Bank Bukopin Syariah memiliki tingkat
efisiensi biaya rata-rata paling tinggi dengan skor 98,44% dan bank
BNI Syariah dengan rata-rata tingkat efisiensi biaya paling rendah
dengan skor 89,72%. Secara keseluruhan rata-rata tingkat efisiensi
biaya bank umum syariah selama triwulan I tahun 2011 hingga
triwulan IV tahun 2015 juga memiliki trend yang fluktuatif dengan
102
tingkat efisiensi tertinggi dicapai pada triwulan II tahun 2015 dan
tingkat efisiensi terendah dicapai pada triwulan I tahun 2012.
2. Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan pendekatan non-
parametrik, metode DEA, didapat pada penelitian ini tiga jenis
efisiensi, yaitu technical efficiency/ TE, allocative efficiency/ AE, dan
cost efficiency/ CE. Pada hasil pengukuran tiga jenis tingkat efisiensi
terdapat satu bank yang nyaris stabil dengan skor efisiensi 100% pada
tiap triwulannya, yaitu Bank Bukopin Syariah sedangkan lima bank
umum syariah lainnya bergerak fluktuatif.
3. Pada analisis produktivitas enam bank umum syariah dengan
Malmquist Index- DEA model VRS yang dicerminkan dari skor Total
Factor Productivity (TFP), didapat temuan bahwa tingkat
produktivitas bank umum syariah beregerak secara fluktuatif, secara
rata-rata penurunan produktivitas terjadi pada triwulan pertama pada
tiap tahunnya dan peningkatan produktivitas terjadi pada triwulan
keempat pada tiap tahunnya. Sumber utama dalam peningakatan
produktivitas adalah Technical Change, sedangkan sumber dalam
penurunan produktivitas adalah Technical Change dan Efficiency
Change.
4. Pada analisis perbandingan antara hasil pengukuran tingkat efisiensi
melalui pendekatan parametrik metode SFA (SCE) dan non-
parametrik metode DEA (TE) dengan pendekatan rasio (OER)
menggunakan uji beda Kruskal-Wallis menunjukan hasil dimana
103
terdapat setidaknya terdapat satu hasi pengukuran yang berbeda secara
signifikan. Hasil pengujian dengan Mann-Whitney menunjukan
bahwa pengukuran antara metode SFA dan OER tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Artinya pengukuran melalui metode SFA
dapat digunakan secara bergantian karena saling mewakili, sedangkan
pengujian antara hasil pengukuran dengan motode DEA dengan rasio
OER menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukan bahwa pengukuran dengan metode DEA dapat digunakan
bank dalam mengestimasi tingkat efisiensi selain rasio OER.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang terangkum dalam
poin-poin kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator
perbankan, diharapkan lebih memonitoring tingkat efisiensi bank
syariah, karena tingkat efisiensi merupakan salah satu cerminan dari
kesehatan bank. Selain itu diharapkan pula agar lebih memberikan
dukungan terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas bank
umum syariah, mengingat bank syariah memiliki peran yang vital
dalm perkembangan sistem keuangan syariah.
2. Bagi Manajemen bank umum syariah diharapkan agar dijadikan bahan
evaluasi kepada manajemen tiap bank umum syariah mengenai kinerja
104
yang telah dicapai, khususnya dalam mencapai tingkat efisiensi yang
optimal selama periode penelitian.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan
pengukuran efisisiensi melalui metode SFA tidak hanya dari sisi biaya
tetapi juga dari sisi profit,serta mengembangkan pengukuran efisiensi
dengan DEA. Hal tersebut dikarenakan metode pengukuran efisiensi
ini akan terus berkembang. Maka berbagai pengembangan mengenai
pengukuran tingkat efisiensi menjadi hal yang sangat mungkin
dilakukan untuk lebih menggali lagi mengenai efisiensi suatu bank.
105
106
105
DAFTAR PUSTAKA
Ada, Aysen Altun dan Nilufer Dalkilic, Efficiency Analysis in Islamic Banks: a
Study for Malaysia and Turkey, BDDK Bankacilik ve Finansal Piyasar,
Vol.8 No.1. 2014.
Al-Arif, M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis
Praktis.
Amrillah, Muhammad Arif, Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun
2005-2009.
Antonio, M. Syafi’i, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka
Alfabeta, cet. ke-4, 2006.
Avkiran K.N., The Evidence on Efficiency Gains: The Role of Mergers and The
Benefits to The Public”, Journal of Banking and Finance, 23. 2009.
Berger, Allen N. dan David B. Humphrey, Efficiency of Financial Institutions:
International Survey and Directions for Future Research, European
Journal of Operational Research, 1997.
Coelli, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis (Computer)
Program, (Australia: Centre For Efficiency and Productivity Analysis
Department od Economic University of New England Armidale,
No.8/96).
Cooper et al., Handbook on Data Envelopment Analysis, Second Edition, (New
York: Springer Science and Business Media, 2011).
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Pengembangan
Perbankan Syariah, Jakarta: 2011.
Efendic, Velid, “Efficiency of The Banking Sector of Bosnia-Herzegovina with
Special Reference to Relative Efficiency of The Existing Islamic Bank”,
106
Center for Islamics Economics and Finance Qatar Foundation, 8th
International Conference on Islamic Economics and Finance.
Fadhlullah, Ahmad Husein, Efisiensi Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan
Stochastic Frontier. Signifikan Vol. 4 No.1. 2015.
Fethi, D M. dan F. Pasiouras, “Assesing Bank Efficiency and Performance with
Operational Research and Artificial Intelligence Techniques”, European
Journal of Operational Reseach, (2010).
Ghafur, Muhammad, Potret Perbankan Syariah Terkini. Yogyakarta: Biruni
Press, 2007.
Hadad, Muliaman D., dkk., Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia:
Penggunaan Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA),
Workong Paper Series Bank Indonesia, 2003.
Hartono, Edy. “Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan
Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis” (Tesis
Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Diponegoro,
Semarang).
Hassan, M. Kabir, The X-Efficiency in Islamic Banks, Islamic Economic Studies,
Vol.13 No.2, 2005.
Jemric, I dan Vujcic B., “Efficiency of Bank in Croatia: A DEA Approach”,
Comparative Economic Studies, XLIV.
M.D, Huri, dan Diah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Perbankan dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus Bank yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Dinamika Pembangunan,
Vol.1 No.2 (2002).
Maharani, Fitria, “Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan
Pendekatan DEA dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock
Return pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek
107
Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen,
Universitas Indonesia, 2012).
Muharram dan Pusvitasari,” Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis”, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam, Vol.II No.3. 2005.
Muljawan, dkk, Bank Indonesia WP No. 02, 2014.
Onour, Ibrahim dan Abdelgadir Abdalla, “Scale and Technical Efficiency of
Islamic Banks in Sudan: Data Envelopment Analysis”, Munich Personal
Repec Archieve No.29885. 2010.
P.W. Bauer, Berger, A.N and Ferrier, G.D., Consistency Condition for Regulatory
Analysis of Financial Institution: A Comparison of Frontier Approach
Method, Journal of Economic Business, 1998
Saaid, Abd Elrhman Elzahi, et al. “The-X Efficiency Of The Sudanese Islamic
Banks”. IIUM Journal of Economics and Management 11. No.2. 2003
Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, cet.
ke-3, 2007.
Subekti, Imam, Investigasi Empiris Cost-Efficiency Perbankan Indonesia
Berdasarkan Metode Data En velopment Analysis (DEA), Lintasan
Ekonomi 21 (1), 2004.
Sufian, Fadzlan dan Muzafar Shah Habibullah, “Financial Crisis, IMF, and Bank
Efficiency: Empirical Evidence from The ASEAN-4 Banking Sectors”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan 2009.
Suharso, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, Semarang: CV. Widya
Karya.
Suharso, Puguh, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan
Filosofis dan Praktis (Jakarta: PT. Indeks, cet.1, 2009).
108
Sutawijaya, Adrian dan Etty Puji Lestari, “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”,
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.10 No.1. 2009.
Wibowo, Edy, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia Indonesia,
cet.I, 2005.
Zuhroh Idah, Munawar Ismail, dan Ghozali Maskie, Cost Efficiency of Islamic
Bank in Indonesia- A Stochastic Frontier Approach, Procedia Social and
Behavioral Sciences 211, Elsevier, 2015.
LAMPIRAN
Lampiran I: Data Input Output SFA
LnTC LnP1 LnP2 LnP3 LnY1 LnY2
-3,72 -5,18 -0,13 -5,79 -0,3 -2,79
-3,6 -5,38 -0,23 -5,73 -0,49 -1,43
-2,98 -4,16 -0,12 -5,66 -0,4 -2,09
-3,41 -4,77 -0,19 -5,32 -0,23 -3,38
-3,4 -4,89 -0,4 -6,84 -0,67 -1,4
-3,55 -5,37 -0,29 -5,3 -0,33 -5,9
-3,04 -4,51 -0,13 -5,81 -0,24 -2,84
-2,89 -4,4 -0,22 -5,9 -0,39 -1,76
-2,35 -3,46 -0,15 -6,03 -0,36 -2,13
-2,75 -3,98 -0,16 -5,34 -0,23 -3,37
-2,71 -4,19 -0,44 -6,61 -0,69 -1,44
-2,88 -4,66 -0,24 -5,51 -0,31 -5,95
-2,71 -4,18 -0,14 -5,79 -0,24 -2,96
-2,51 -4,02 -0,21 -5,96 -0,36 -2,17
-1,99 -3,08 -0,14 -5,89 -0,32 -2,2
-2,52 -3,69 -0,13 -5,32 -0,18 -3,58
-2,36 -3,8 -0,67 -6,68 -0,6 -1,55
-2,56 -4,33 -0,2 -5,55 -0,41 -6
-2,42 -3,92 -0,14 -5,93 -0,29 -2,96
-2,22 -3,83 -0,23 -6,02 -0,47 -2,87
-1,81 -2,89 -0,12 -5,74 -0,31 -2,34
-2,29 -3,61 -0,12 -5,61 -0,2 -3,82
-2,2 -3,62 -0,34 -6,51 -0,58 -1,68
-2,32 -4,12 -0,18 -5,49 -0,35 -5,78
-3,77 -5,21 -0,16 -5,86 -0,29 -3,08
-3,64 -5,03 -0,29 -5,88 -0,53 -2,13
-3,17 -4,32 -0,14 -5,7 -0,3 -2,39
-3,4 -4,93 -0,17 -5,43 -0,15 -3,76
-3,47 -4,95 -0,3 -6,54 -0,61 -1,72
-3,55 -5,41 -0,18 -5,6 -0,28 -5,71
-3,06 -4,62 -0,15 -5,81 -0,22 -3,07
-2,8 -4,2 -0,2 -5,85 -0,41 -1,88
-2,5 -3,61 -0,18 -6,06 -0,27 -2,41
-2,87 -4,22 -0,2 -5,56 -0,17 -3,83
-2,74 -4,17 -0,3 -6,61 -0,56 -1,79
-2,98 -4,86 -0,24 -5,73 -0,31 -4,17
-2,67 -4,28 -0,15 -5,89 -0,21 -3,16
-2,5 -3,89 -0,19 -5,83 -0,35 -2,03
-2,27 -3,4 -0,11 -6,03 -0,27 -2,61
-2,52 -3,87 -0,18 -5,62 -0,18 -4,14
-2,36 -3,78 -0,29 -6,66 -0,38 -1,82
-2,63 -4,53 -0,29 -5,74 -0,3 -4,27
-2,39 -4,02 -0,15 -5,92 -0,2 -3,27
-2,25 -3,51 -0,17 -5,79 -0,33 -2,25
-2,04 -3,22 -0,14 -6,03 -0,27 -2,72
-2,32 -3,77 -0,16 -5,73 -0,21 -4,42
-2,3 -3,71 -0,24 -6,68 -0,46 -2,05
-2,53 -4,25 -0,24 -5,68 -0,32 -4,3
-3,82 -5,32 -0,15 -5,97 -0,18 -3,22
-3,63 -4,88 -0,16 -5,79 -0,38 -2,16
-3,29 -4,72 -0,15 -5,83 -0,16 -2,75
-3,75 -5,01 -0,15 -5,63 -0,23 -4,49
-3,56 -4,94 -0,24 -6,65 -0,39 -2,01
-3,88 -5,62 -0,17 -5,53 -0,3 -4,29
-3,04 -4,6 -0,15 -5,96 -0,19 -3,26
-3,02 -4,08 -0,22 -5,8 -0,41 -1,87
-2,55 -3,96 -0,2 -5,99 -0,16 -2,87
-3,07 -4,37 -0,17 -5,68 -0,21 -4,57
-2,91 -4,3 -0,23 -6,64 -0,38 -2,45
-3,21 -4,93 -0,2 -5,58 -0,28 -3,45
-2,65 -4,2 -0,14 -6,1 -0,22 -3,46
-2,63 -3,72 -0,25 -5,84 -0,29 -1,95
-2,09 -3,52 -0,2 -6,14 -0,17 -2,91
-2,63 -3,93 -0,19 -5,65 -0,2 -4,59
-2,58 -4,02 -0,21 -6,53 -0,33 -2,54
-2,75 -4,51 -0,21 -5,57 -0,27 -3,5
-2,38 -3,98 -0,14 -5,99 -0,24 -3,5
-2,33 -3,46 -0,25 -6,03 -0,27 -2
-1,81 -3,23 -0,17 -5,8 -0,24 -2,97
-2,33 -3,77 -0,19 -5,61 -0,2 -4,63
-2,4 -3,92 -0,18 -6,48 -0,36 -2,95
-2,45 -4,24 -0,28 -5,63 -0,28 -3,55
-3,79 -5,21 -0,14 -6 -0,24 -3,56
-3,64 -4,86 -0,21 -7,31 -0,25 -1,98
-3,16 -4,62 -0,18 -5,75 -0,22 -2,89
-3,56 -4,87 -0,23 -5,35 -0,23 -4,64
-3,63 -5,31 -0,18 -6,54 -0,3 -2,94
-3,71 -5,59 -0,28 -5,66 -0,3 -3,87
-2,98 -4,52 -0,14 -5,97 -0,24 -3,29
-3,01 -4,17 -0,25 -6,64 -0,26 -2,04
-2,49 -3,92 -0,2 -5,95 -0,26 -2,9
-2,87 -4,32 -0,19 -5,39 -0,25 -3,71
-2,97 -4,56 -0,18 -6,57 -0,34 -3,03
-3,01 -4,91 -0,32 -5,62 -0,3 -3,62
-2,63 -4,16 -0,14 -6,03 -0,28 -3,13
-2,62 -3,8 -0,21 -6,24 -0,27 -2,18
-2,05 -3,45 -0,18 -5,98 -0,28 -2,86
-2,47 -3,95 -0,18 -5,4 -0,24 -3,3
-2,63 -4,24 -0,29 -6,67 -0,37 -3,17
-2,6 -4,54 -0,33 -5,58 -0,29 -3,65
-2,29 -3,9 -0,12 -6,05 -0,31 -3,2
-2,3 -3,41 -0,18 -5,95 -0,26 -2,34
-1,64 -3,02 -0,19 -5,79 -0,26 -2,72
-2,25 -3,82 -0,18 -5,5 -0,26 -3,42
-2,43 -4,06 -0,25 -6,56 -0,34 -3,97
-3,3 -4,32 -0,26 -5,63 -0,33 -3,73
-3,7 -5,15 -0,09 -5,96 -0,25 -3,11
-3,56 -4,6 -0,03 -7,16 -0,12 -2,35
-3,01 -4,31 -0,34 -5,77 -0,35 -2,59
-3,53 -5,13 -0,03 -5,51 -0,21 -3,36
-3,4 -5,34 0,08 -5,74 0 -3,98
-3,74 -5,61 -0,26 -5,64 -0,33 -3,73
-2,7 -4,24 -0,12 -6,12 -0,29 -2,87
-2,91 -4,12 -0,19 -6,51 -0,22 -2,37
-2,28 -3,54 -0,19 -5,84 -0,24 -2,45
-2,9 -4,24 -0,22 -5,55 -0,3 -2,74
-2,69 -4,71 -0,22 -5,71 -0,28 -4,09
-3,03 -4,88 -0,25 -5,72 -0,31 -3,74
-2,16 -3,96 -0,12 -6,02 -0,29 -2,76
-2,57 -3,78 -0,18 -6,19 -0,29 -2,45
-1,37 -3,14 -0,23 -5,87 -0,24 -2,42
-2,55 -3,96 -0,19 -5,6 -0,33 -2,42
-2,31 -4,37 -0,35 -5,85 -0,33 -5,81
-2,64 -4,59 -0,2 -5,61 -0,28 -3,75
-2,38 -3,73 -0,12 -6,04 -0,32 -2,21
-2,3 -3,57 -0,17 -5,86 -0,26 -2,3
-1,13 -3,04 -0,26 -6,04 -0,28 -2,51
-2,31 -3,86 -0,19 -5,64 -0,37 -2,41
-2,13 -4,23 -0,29 -5,75 -0,38 -4,32
-2,43 -4,38 -0,2 -5,63 -0,3 -3,85
Lampiran II: Hasil Uji Regresi SFA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,939a ,881 ,876 ,19806
a. Predictors: (Constant), LnY2, LnP2, LnP1, LnP3, LnY1
b. Dependent Variable: LnTC
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 33,066 5 6,613 168,590 ,000b
Residual 4,472 114 ,039
Total 37,538 119
a. Dependent Variable: LnTC
b. Predictors: (Constant), LnY2, LnP2, LnP1, LnP3, LnY1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,482 ,376 1,283 ,022
LnP1 ,892 ,031 ,984 28,437 ,000
LnP2 -,536 ,306 -,079 -1,753 ,082
LnP3 ,006 ,056 ,004 ,098 ,922
LnY1 -,293 ,259 -,055 -1,130 ,261
LnY2 -,123 ,024 -,224 -5,131 ,000
a. Dependent Variable: LnTC
Lampiran III: Uji Isotonicity – Pearson Correlation
Correlations
Y1 Y2 X1 X2 X3
Y1 Pearson Correlation 1 ,797** ,836
** ,997
** ,971
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
Y2 Pearson Correlation ,797** 1 ,822
** ,816
** ,751
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X1 Pearson Correlation ,836** ,822
** 1 ,848
** ,809
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X2 Pearson Correlation ,997** ,816
** ,848
** 1 ,969
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
X3 Pearson Correlation ,971** ,751
** ,809
** ,969
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran IV: Rekap Skor Efisiensi DEA, Rasio OER, dan SFA
TRIWULAN BANK TE AE CE OER SCE
I – 2011
BSM 88,6 96,9 85,9 73,07 87,6
BNIS 86,3 100 86,3 67,98 85,5
BMS 77,9 35,8 27,9 90,03 78
BRIS 100 60,9 60,9 101,38 98,8
BCAS 79 56,2 44,5 92,4 80,5
BBS 100 100 100 93,72 99,7
II – 2011
BSM 95,3 96,1 91,6 94,02 94,3
BNIS 90,2 79,3 71,5 98,2 89,9
BMS 86,8 33,2 28,8 89,49 85
BRIS 99,1 55,6 55,1 100,3 97,6
BCAS 82,7 51,5 42,6 91,96 83,2
BBS 100 100 100 94,43 99,6
III – 2011 BSM 100 100 100 93,85 98,7
BNIS 92,1 81,8 75,4 98,06 90,5
BMS 77,9 39,3 30,6 90,79 76,1
BRIS 97,8 66,5 65 98,56 96,6
BCAS 100 47,6 47,6 91,42 95,3
BBS 98,1 100 98,1 93,96 98,1
IV – 2011
BSM 100 87,4 87,4 76,44 96,9
BNIS 87,2 76,5 66,7 87,86 86,4
BMS 89,6 34 30,4 80,9 88,4
BRIS 100 70,1 70,1 99,56 98,2
BCAS 84,4 56,8 48 91,72 85,3
BBS 100 100 100 93,86 99,4
I – 2012
BSM 93,3 86,7 81 70,47 93,3
BNIS 77,2 68,8 53,1 91,2 76,3
BMS 83,4 39,4 32,8 80,03 82,4
BRIS 100 70,4 70,4 99,15 98,6
BCAS 72,5 63,1 45,7 95,63 74,5
BBS 100 100 100 94,45 98,6
II – 2012
BSM 97,8 88,2 86,2 94,05 97,8
BNIS 78,6 59,8 47 92,81 77,9
BMS 88,5 33,7 29,8 77,3 87,6
BRIS 100 61,1 61,1 91,16 95,6
BCAS 74,9 52,7 39,4 92,24 76,4
BBS 100 100 100 93,34 98,8
III – 2012
BSM 95,6 89,6 85,6 71,14 95,6
BNIS 85,2 58,9 50,2 86,46 84,2
BMS 85,5 38,9 33,2 76,89 86,5
BRIS 100 58,1 58,1 89,95 96,6
BCAS 91,2 48 43,8 92,61 92,5
BBS 100 100 100 91,69 97,5
IV – 2012
BSM 100 89,4 89,4 73 96,6
BNIS 88,9 52,9 47,1 85,39 88,9
BMS 91,7 40,8 37,4 77,28 90
BRIS 100 69,1 69,1 86,63 98,1
BCAS 83,4 60,6 50,5 90,87 85,5
BBS 100 100 100 88,67 98
I – 2013
BSM 100 83,5 83,5 69,24 98,8
BNIS 81,8 53,6 43,9 82,95 83
BMS 100 46,6 46,6 77,48 96,4
BRIS 94,1 61,9 58,3 85,54 94,1
BCAS 87,9 52,3 46 88,76 88,9
BBS 100 100 100 88,82 99,1
II – 2013
BSM 100 78,3 78,3 81,63 99,2
BNIS 80,9 46,3 37,4 84,88 79,6
BMS 100 43 43 81,41 89,9
BRIS 98,1 62,7 61,1 87,55 98,1
BCAS 86 55,7 47,9 88,36 87,2
BBS 100 100 100 91,5 97,8
III – 2013
BSM 96,3 79,1 76,2 87,53 96,3
BNIS 95,6 46,4 44,3 84,06 94,4
BMS 100 40,7 40,7 84,21 95,7
BRIS 100 59,5 59,5 80,8 99,5
BCAS 90,6 63 57,1 87,46 99,4
BBS 100 100 100 92,29 97,9
IV – 2013
BSM 89,7 89,4 80,2 84,03 89,7
BNIS 97,4 47,6 46,4 83,94 96,1
BMS 92,5 40,8 37,7 86,09 92,5
BRIS 98,4 68,6 67,4 95,24 96,4
BCAS 82,7 80,4 66,5 86,91 92,4
BBS 100 100 100 97,33 96,9
I – 2014
BSM 93,1 78,8 73,4 81,99 92,1
BNIS 97,2 52,8 51,3 84,51 97,8
BMS 96,4 42,8 41,3 89,82 94,9
BRIS 100 52,3 52,3 92,43 95,3
BCAS 91,1 83,8 76,3 85,37 93,1
BBS 100 100 100 97,33 98,7
II – 2014
BSM 88,8 80,9 71,9 93 97,5
BNIS 97,1 50,9 49,4 86,23 95,5
BMS 92,8 41,6 38,6 81,9 93,5
BRIS 92,5 63 58,2 99,84 93,5
BCAS 83,4 81,4 68 88,95 85,6
BBS 100 100 100 96,83 98
III – 2014
BSM 83 82,6 68,6 93,02 83,4
BNIS 90,8 53,5 48,6 85,85 91,5
BMS 87,4 38,9 34 97,96 86
BRIS 90,7 64 58 97,35 92,1
BCAS 89,3 76,4 68,3 88,95 90,5
BBS 100 100 100 97,08 93,4
IV – 2014
BSM 88,6 74,9 66,4 98,46 88,6
BNIS 99,1 43,4 43,1 85,03 98,8
BMS 100 29,3 29,3 97,61 97,2
BRIS 99,4 65,2 64,8 99,14 96,4
BCAS 97,9 77,9 76,3 88,11 98
BBS 100 100 100 96,73 99,2
I – 2015
BSM 90 71,7 64,5 91,57 90
BNIS 96,1 44,1 42,4 89,87 94,9
BMS 100 25,2 25,2 110,53 98
BRIS 88 74,9 65,8 96,2 89,5
BCAS 100 100 100 90,62 99,4
BBS 100 94,9 94,9 96,1 99,5
II – 2015
BSM 88,5 60,4 53,5 96,16 88,5
BNIS 100 51,1 51,1 90,39 99,7
BMS 98,5 28,3 27,9 104,8 98,6
BRIS 96,4 55,3 53,3 93,84 95,2
BCAS 99,2 86,8 86 94,89 99,2
BBS 100 100 100 94,78 99,9
III – 2015
BSM 82,7 64,5 53,3 97,41 83,2
BNIS 87,8 50,2 44,1 91,6 87,8
BMS 97,1 25,3 24,5 102,33 96,8
BRIS 85,5 59,5 50,9 93,91 86
BCAS 100 77,1 77,1 94,61 98,8
BBS 100 100 100 93,14 99
IV – 2015
BSM 88,1 57,9 50,9 94,78 89,5
BNIS 97,7 47,4 46,4 89,63 95,7
BMS 100 26,8 26,8 99,51 98,9
BRIS 89,3 61,9 55,2 93,79 90,7
BCAS 99,6 79,6 79,3 94,11 97,9
BBS 100 100 100 91,99 99,7
Rata-rata 93,465 67,77 63,82083 90,12025 92,86417
Lampiran V: Hasil Uji Beda Kruskal-Wallis dan Mann- Whitney
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Efisiensi N Mean Rank
Skor OER 20 23,05
SCE 20 32,15
TE 20 36,30
Total 60
Test Statisticsa,b
Skor
Chi-Square 6,024
df 2
Asymp. Sig. ,049
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Efisiensi
Mann-Whitney Test
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor OER 20 17,15 343,00
SCE 20 23,85 477,00
Total 40
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 133,000
Wilcoxon W 343,000
Z -1,812
Asymp. Sig. (2-tailed) ,070
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,072b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor OER 20 16,40 328,00
TE 20 24,60 492,00
Total 40
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 118,000
Wilcoxon W 328,000
Z -2,218
Asymp. Sig. (2-tailed) ,027
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,026b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.
Ranks
Efisiensi N Mean Rank Sum of Ranks
Skor SCE 20 18,80 376,00
TE 20 22,20 444,00
Total 40
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 166,000
Wilcoxon W 376,000
Z -,920
Asymp. Sig. (2-tailed) ,358
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,369b
a. Grouping Variable: Efisiensi
b. Not corrected for ties.