PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK...

178
PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK DI KALANGAN MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh: Fayna Faradiena NIM: 11140700000007 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2018 M

Transcript of PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK...

Page 1: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN

AKADEMIK DI KALANGAN MAHASISWA UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:

Fayna Faradiena

NIM: 11140700000007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 2: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN

AKADEMIK DI KALANGAN MAHASISWA UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

FAYNA FARADIENA

NIM: 11140700000007

Di bawah bimbingan:

Dosen Pembimbing Skripsi

Jahja Umar, Ph.D

NIP. 19470521 198003 1 002

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 3: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Jakarta, 26 September 2018

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Wakil Dekan/

Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Abdul Mujib, Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si

NIP. 19680614 1997 NIP. 19720823 199903 1 002

Anggota:

Solicha, M.Si Drs. Akhmad Baidun, M.Si

NIP. 19720415 199903 2 001 NIP. 19640814 200112 1 001

Skripsi berjudul “PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN

AKADEMIK DI KALANGAN MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 September 2018. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi)

pada Fakultas Psikologi.

Page 4: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fayna Faradiena

NIM : 11140700000007

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGUKURAN DAN

PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK DI KALANGAN

MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” adalah benar

merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya

cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 26 September 2018

Yang menyatakan,

Fayna Faradiena

NIM : 11140700000007

Page 5: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

v

If Allah has written something to be yours, it will be.

Time might be different.

The journey might be different.

But it will be yours.

“Ilmu hanya akan datang kepada yang mencarinya.

Guru sejati akan datang kepada yang menginginkannya, dan Tuhan

mempertemukan ketiganya” – Ayah terhebat sepanjang masa, Papa.

“Allah akan memberikan kita dari jalan yang tidak kita sangka” –Ibu terhebat sepanjang masa, Mama

“Belajar itu perjuangan, tidak ada kesuksesan yang

dapat diraih tanpa adanya perjuangan.

Begitupun dengan pendidikan,

kualitasnya ditentukan oleh siapa gurunya.” – Guru terhebat sepanjang masa, Bapak Jahja Umar, Ph.D

Persembahan :

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala pembelajaran. Aku persembahkan karya

skripsi ini untuk bangsa Indonesia tercinta, Mama, Papa, Lala, seluruh keluarga besar di

Palembang dan Bandung, serta sahabat-sahabat yang selalu ada dalam setiap masa.

Page 6: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) September 2018

C) Fayna Faradiena

D) Pengukuran dan Pemodelan Ketidakjujuran Akademik di Kalangan

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E) xv + 134 halaman + 28 lampiran

F.) Ketidakjujuran akademik (menyontek, plagiasi) banyak terjadi di kalangan

mahasiswa. Penelitian ini dilakukan untuk membuat instrumen

ketidakjujuran akademik yang baku dan menguji model terjadinya

ketidakjujuran akademik mahasiswa.

Terdapat tiga bentuk alat ukur ketidakjujuran akademik yang

dibakukan dalam penelitian ini, yaitu bentuk yang valid namun kurang

ideal (20-item), bentuk yang ideal (11-item), dan bentuk ringkas (7-item).

Selanjutnya, penelitian ini menjelaskan model terjadinya perilaku

ketidakjujuran akademik yang diteorikan memengaruhinya adalah sikap,

prokrastinasi, goal orientation, peer influence, dan penerapan kode etik.

Variabel yang diduga berpengaruh tidak langsung dan perlu dikontrol

yaitu jenis kelamin, usia, dan jenis fakultas. Sampel penelitian ini adalah

355 mahasiswa dari berbagai Fakultas di UIN Jakarta.

Melalui metode path analysis, ditemukan bahwa yang paling kuat

pengaruhnya secara langsung adalah peer influence, diikuti oleh sikap,

performance goal orientation, dan prokrastinasi akademik. Tidak adanya

penerapan kode etik akan meningkatkan sikap yang pada gilirannya akan

meningkatkan ketidakjujuran akademik. Prokrastinasi merupakan mediator

penting bagi sikap dan goal oriention dalam memengaruhi ketidakjujuran.

Mahasiswa yang berorientasi performance dan sikap positif terhadap

ketidakjujuran cenderung menunda pekerjaannya. Sedangkan pada

mahasiswa yang berorientasi mastery umumnya tidak melakukan

ketidakjujuran maupun prokrastinasi, serta mereka memiliki sikap negatif

terhadap perilaku tersebut.

Mahasiswa yang tidak mudah terpengaruh teman sebaya,

cenderung berorientasi mastery, sedangkan yang mudah terpengaruh akan

memiliki orientasi performance. Fakultas Kedokteran/Kesehatan lebih

menerapkan kode etik. Selanjutnya, ditemukan sikap yang lebih positif

terhadap ketidakjujuran pada mahasiswa laki-laki dan yang usianya lebih

tua (terlambat menyelesaikan studi). Penelitian mendatang perlu menggali

academic integrity dan mastery learning untuk meningkatkan orientasi ini

pada mahasiswa.

Kata Kunci : Ketidakjujuran akademik, pengukuran, pemodelan, dan path

analysis

G.) Bahan bacaan: 68; buku: 10 + jurnal: 45 + skripsi: 5 + tesis: 1 + artikel: 7

Page 7: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) September 2018

C) Fayna Faradiena

D) The Measurement and Modeling of Academic Dishonesty among students

of the Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

E) xv + 134 page + 28 attachment

F) Academic dishonesty such as cheating and plagiarisms are not uncommon

among students. This study aimed to create a standardized instrument of

the academic dishonesty and test a model which explain the process of

academic dishonesty among students.

As the results of this study, there are three forms of academic

dishonesty scale were developed and standardized: 1.) less idealistic form

(20 items), 2.) ideal level form (11 items), and 3.) short form (7 items). In

addition, a model regarding direct and indirect effects of factors (such as

attitude, procrastination, goal orientation, peer influence, and code of

ethics) on academic dishonesty was tested. Possible indirect influence of

sex, age and field of study were also studied. Using 355 samples of

university students and path analysis method, it was found that peer

influence has a strongest direct effects on academic dishonesty, followed

by attitude, performance goal orientation, and procrastination. Lack of

impose of ethics code seems to increase the positive attitude toward

academic dishonesty. Here, the health sciences imposed more.

Procrastination also play a role as mediator variable.

A student with performance goal orientation is vulnerable to peer

influence which in turn, either directly or indirectly, lead to academic

dishonesty. For future studies, it is important to explore other factors

affecting academic integrity and a mastery learning approach is found to

be essential in eliciting the mastery goal orientation of students.

Keywords: Academic dishonesty, measurement, modelling, and path

analysis

G) References: 68; book: 10 + journal: 45 + thesist: 5 + dissertation: 1 +

article: 7

Page 8: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengukuran dan Pemodelan

Ketidakjujuran Akademik di Kalangan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta”. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kehadirat baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa

ilmu kepada ummat manusia di muka bumi. Dalam menyelesaikan skripsi ini,

peneliti memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu

peneliti hendak memberikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Bapak Jahja Umar, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang sangat luar biasa

menginspirasi, memotivasi, tak pernah bosan untuk berbagi ilmu, dan sangat

terbuka untuk diajak berdiskusi. Beliau adalah sosok panutan bagi peneliti,

dari beliau peneliti termotivasi untuk melanjutkan perjuangan beliau untuk

berkontribusi pada negeri dengan memperdalam ilmu Psikometri.

3. Kedua orang tua peneliti Papa, Erik Darmawan, M.H.I dan Mama Dr. Rohana,

M.Si, serta seluruh keluarga besar di Palembang dan Bandung yang tak pernah

berhenti untuk mendo’akan, mencintai serta mendukung peneliti. Mereka

adalah alasan utama untuk tidak berhenti berjuang.

4. Bapak Ikhwan Luthfi, M.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik Psikologi

kelas A angkatan 2014, atas segala nasihat dan bimbingannya kepada peneliti.

5. Ibu Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi, Ibu Solicha, M.Si, dan kak Puti Febrayosi,

M.Psi yang atas ilmu, bimbingan, dan kesediaannya menjadi tempat yang

nyaman bagi peneliti untuk bertukar cerita.

6. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah mendidik, berbagi ilmu serta wawasan bagi penulis.

7. Seluruh Staf di Fakultas Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

terutama Mba Ida, Pak Miftah, dan pak Dedi yang sangat ramah, tulus, dan

totalitas dalam pelayanan serta bantuan bagi peneliti dalam proses administrasi.

8. Sahabat-sahabat peneliti Siti Khusnul Chotimah, S.Psi, Glenzi Fizulmi, dan

Maya Nurmayasari yang telah menerima peneliti sebagai sahabatnya,

memahami kekurangan dan kelebihan peneliti, serta selalu mendukung peneliti

dalam setiap situasi dan kondisi. Semoga silaturrahim ini dapat selalu terjaga.

9. PSM UIN Jakarta, tempat pertama kali peneliti belajar mengenai organisasi,

memberikan begitu banyak kepercayaan kepada peneliti untuk berproses

bersama, serta berkesempatan mengikuti perlombaan Internasional di

Colombo, Sri Lanka untuk mengharumkan nama Indonesia.

10. Banten Mengajar, yang dalam prosesnya menjadi seorang relawan pendidikan

di daerah pelosok Banten, tepatnya di SDN 1 Filial Girijagabaya Kampung

Sinarjaya yang telah memberikan banyak sekali pelajaran hidup yang sangat

berharga bagi peneliti. Sehingga peneliti dapat mengerti tentang arti kehidupan

dan rasa syukur.

Page 9: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

ix

11. Sahabat-sahabat di PSM UIN Jakarta, Agus Maulana, Indra Jaya, Rosty

Kaafiitri, Jihan Anggi Felisia, yang sangat kontributif untuk organisasi tercinta,

atas perjalanan dan pengalaman selama 4 tahun bersama.

12. Teman-teman kelas peminatan Psikometri 2014, meskipun jumlah kita hanya

bersepuluh, tapi kalian hebat dan tangguh! Terima kasih atas kerja samanya,

Roro, Ijal, Taufan, Vero, Rauf, Iko, Desri, Leli, dan Rahma.

13. Para senior tersayang Nurrahma Sukmaya Kalamsari, S.Psi, Novella Mayrani

Putri, S.Psi, Septian Dwi Cahyo, S.Psi, dan Deri Satria, S.Psi yang selalu

terbuka untuk peneliti untuk bertanya mengenai skripsi, memberikan saran dan

nasihat, serta dukungan untuk peneliti.

14. Seluruh mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berpartisipasi

untuk menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.

15. Teman-teman angkatan 2014 di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi kepada peneliti

selama proses penyelesaian skripsi.

16. Sahabat-sahabat XII Akselerasi MAN 3 Palembang; Room-mate 9A-Belakang

(Uni, Ninis, Cung, Teteh, Lia); dan D’Jilbaberz (Anggun, Qisthi, Caca) yang

telah memberikan dukungan kepada peneliti.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkontribusi

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penelitian ini tentunya terwujud akan kontribusi dan dukungan dari seluruh

pihak yang peneliti cantumkan di atas. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih

terdapat kekurangan baik dari segi bahasa maupun keilmuan, untuk itu kritik dan

saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk menyempurnakan

penelitian skripsi ini. Untuk masa mendatang, peneliti harap agar penelitian ini

dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi siapapun yang membaca penelitian ini

khususnya pihak-pihak akademisi di dunia pendidikan dan pengukuran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 26 September 2018

Peneliti

Page 10: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-16

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 12

1.2.1 Batasan masalah ........................................................................... 12

1.2.2 Rumusan masalah ......................................................................... 14

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 15

1.3.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 15

1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 16

1.3.2.1 Manfaat teoritis ................................................................. 16

1.3.2.2 Manfaat praktis ................................................................. 16

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 18-49

2.1 Ketidakjujuran Akademik .................................................................... 18

2.1.1 Definisi ketidakjujuran akademik ................................................. 18

2.1.2 Dimensi ketidakjujuran akademik ................................................ 19

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakjujuran akademik ...... 22

2.1.4 Alat ukur ketidakjujuran akademik .............................................. 25

2.2 Sikap ...................................................................................................... 26

2.2.1 Definisi sikap ................................................................................ 26

2.2.2 Dimensi sikap ............................................................................... 28

2.2.3 Fungsi sikap .................................................................................. 29

2.2.4 Alat ukur sikap.............................................................................. 30

2.3 Goal Orientation.................................................................................... 31

2.3.1 Definisi goal orientation .............................................................. 31

2.3.2 Dimensi goal orientation .............................................................. 32

2.3.3 Alat ukur goal orientation ............................................................ 35

2.4 Prokrastinasi Akademik ......................................................................... 36

2.4.1 Definisi prokrastinasi akademik ................................................... 36

2.4.2 Dimensi prokrastinasi akademik .................................................. 38

2.4.3 Alat ukur prokrastinasi akademik ................................................. 40

Page 11: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

xi

2.5 Peer Influence ........................................................................................ 41

2.5.1 Definisi peer influence.................................................................. 41

2.5.2 Dimensi peer influence ................................................................. 43

2.4.3 Alat ukur peer influence ............................................................... 43

2.5 Faculty of enrolment .............................................................................. 44

2.6.1 Definisi faculty of enrolment ........................................................ 44

2.6.2 Jenis-jenis faculty of enrolment .................................................... 44

2.6.3 Penelitian terdahulu tentang faculty of enrolment ........................ 45

2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................. 45

2.8 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 51

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 53-77

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 53

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................ 53

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 56

3.3.1 Instrumen ketidakjujuran akademik ............................................. 57

3.3.2 Instrumen sikap terhadap ketidakjujuran akademik ..................... 58

3.3.3 Instrumen goal orientation ........................................................... 59

3.3.4 Instrumen prokrastinasi akademik ................................................ 60

3.3.5 Instrumen peer influence .............................................................. 60

3.3.6 Instrumen faktor demografi jenis kelamin.................................... 61

3.3.7 Instrumen faculty of enrolment ..................................................... 61

3.3.8 Instrumen honor code ................................................................... 62

3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 62

3.4.1 Hasil uji validitas konstruk skala KA ........................................... 66

3.4.2 Hasil uji validitas konstruk skala SKP ......................................... 67

3.4.3 Hasil uji validitas konstruk skala PA ............................................ 68

3.4.4 Hasil uji validitas konstruk skala Goal Orientation ..................... 69

3.4.4.1 Mastery goal orientation .................................................. 69

3.4.4.1 Performance goal orientation .......................................... 71

3.4.5 Hasil uji validitas konstruk skala PI ............................................. 72

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 74

BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 77-121

4.1 Statistik Deskriptif Penelitian ................................................................. 77

4.1.1 Gambaran umum subjek penelitian .............................................. 77

4.1.2 Statistik deskriptif variabel penelitian .......................................... 80

4.2 Pengukuran Ketidakjujuran Akademik................................................... 81

4.2.1 Hasil uji validitas instrumen pengukuran KA .............................. 82

4.3 Hasil Uji Analisis Regresi .................................................................... 100

4.4 Hasil Uji Path Analysis ......................................................................... 104

4.4.1 Analisis pengaruh antar variabel ................................................ 106

4.4.2 Hasil analisis pengaruh langsung IV terhadap KA ..................... 111

4.4.3 Hasil analisis pengaruh tidak langsung IV terhadap KA ............ 114

Page 12: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

xii

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN ...................................... 122-129

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 122

5.2 Diskusi .................................................................................................. 123

5.3 Saran ..................................................................................................... 126

5.3.1 Saran metodologis ...................................................................... 126

5.3.2 Saran praktis ............................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 130-134

LAMPIRAN ................................................................................................ 135-163

Page 13: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi goal orientation ............................................................................. 34

Tabel 3.1 Skor pengukuran skala sikap ....................................................................... 56

Tabel 3.2 Skor pengukurna skala frekuensi................................................................. 57

Tabel 3.3 Blue print skala ketidakjujuran akademik ................................................... 58

Tabel 3.4 Blue print skala sikap terhadap ketidakjujuran akademik ........................... 58

Tabel 3.5 Blue print skala goal orientation ................................................................. 58

Tabel 3.6 Blue print skala prokrastinasi akademik...................................................... 60

Tabel 3.7 Blue print skala peer influence .................................................................... 61

Tabel 3.8 Koding variabel faculty of enrolment .......................................................... 61

Tabel 3.9 Koefisien muatan faktor item ketidakjujuran akademik (KA) .................... 66

Tabel 3.10 Koefisien muatan faktor item sikap terhadap KA ..................................... 67

Tabel 3.11 Koefisien muatan faktor item prokrastinasi akademik .............................. 68

Tabel 3.12 Koefisien muatan faktor item mastery goal orientation ............................ 70

Tabel 3.13 Koefisien muatan faktor item performance goal orientation .................... 72

Tabel 3.14 Koefisien muatan faktor item peer influence ............................................ 73

Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian ............................................................. 77

Tabel 4.2 Statistik deskriptif variabel penelitian ......................................................... 80

Tabel 4.3 Koefisien muatan faktor standardized 20 item KA ..................................... 86

Tabel 4.4 Koefisien muatan faktor standardized 11 item KA ..................................... 89

Tabel 4.5 Instrumen ketidakjujuran akademik 11 item unidimensional ..................... 91

Tabel 4.6 Instrumen ketidakjujuran akademik 7 item paralel ..................................... 94

Tabel 4.7 Model summary analisis regresi .................................................................. 101

Tabel 4.8 Koefisien regresi IV dalam memprediksi KA ............................................. 101

Tabel 4.9 Indeks hasil uji path analysis ...................................................................... 105

Tabel 4.10 Koefisien dampak langsung antar variabel ................................................ 106

Tabel 4.11 Koefisien dampak langsung IV terhadap KA ............................................ 111

Tabel 4.12 Koefisien dampak tidak langsung IV terhadap KA ................................... 114

Page 14: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian ................................................................... 50

Gambar 4.1 Gambaran umum usia subjek penelitian .................................................. 78

Gambar 4.2 Gambaran umum jenis kelamin subjek penelitian ................................... 78

Gambar 4.3 Gambaran umum faculty of enrolment subjek penelitian ........................ 79

Gambar 4.4 Gambaran umum honor code subjek penelitian ...................................... 80

Gambar 4.5 Model unidimensional fit disertai korelasi antar residual........................ 84

Gambar 4.6 Diagram skala pengukuran ketidakjujuran akademik 20 item ................ 85

Gambar 4.7 Kurva karakteristik dari pengukuran KA 20 item ................................... 87

Gambar 4.8 Diagram skala pengukuran KA 11 .......................................................... 89

Gambar 4.9 Kurva karakteristik dari pengukuran KA 11 item ................................... 90

Gambar 4.10 Diagram skala pengukuran KA 7 item .................................................. 93

Gambar 4.11 Kurva karakteristik dari pengukuran KA 7 item paralel ....................... 93

Gambar 4.12 Diagram skala pengukuran KA 10 item ................................................ 98

Gambar 4.13 Kurva karakteristik dari pengukuran KA 10 item paralel ..................... 99

Gambar 4.14 Skema hasil uji model fit ....................................................................... 105

Page 15: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................................ 139

Lampiran 2 Syntax, Path Diagram, dan ICC ............................................................... 150

Lampiran 3 Output Deskriptif dan Regresi ................................................................. 160

Lampiran 4 Syntax dan Ouput Path Analysis Regresi ................................................ 163

Lampiran 5 Hasil Uji Plagiarism Checker .................................................................. 163

Page 16: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu investasi terbesar bagi suatu negara, dari

pendidikan lahir generasi-generasi muda yang akan menjadi teladan bangsa.

Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan individu yang berkualitas pula,

hal ini tentu memiliki pengaruh bagi bangsa tersebut. Secara umum, pendidikan

formal menurut Bandura (dalam Woolfolk, 2014) bertujuan untuk membekali

siswa dengan intelektual, kepercayaan diri, serta kemampuan untuk mendidik diri

sendiri sepanjang hidup mereka. Ada pun di Indonesia, tujuan pendidikan telah

diatur secara legal dalam Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Bab I

Pasal 1 (dalam Sistem Pendidikan Nasional, 2003) yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara

yang demokrasi serta bertanggung jawab”.

Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang tidak selaras

dengan tujuan pendidikan, salah satunya adalah perilaku ketidakjujuran dalam

lingkup akademik. Ketidakjujuran akademik atau kecurangan akademik

merupakan perilaku tidak jujur yang disengaja dalam rangka memenuhi atau

mengerjakan tugas akademik (Gitanjali, 2004). Hal ini menurut Iyer dan Eastman

(2008) meliputi perilaku menyontek, bantuan dari luar, plagiarisme, dan

menggunakan elektronik pada saat tes. Setiap institusi khususnya perguruan tinggi

memiliki regulasi sendiri bagi mahasiwa yang terduga melakukan ketidakjujuran

Page 17: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

2

akademik, dalam bentuk peringatan, teguran, gagal pada subjek pelajaran yang

terbukti melakukan ketidakjujuran akademik, penangguhan studi untuk sementara

waktu, denda (monetary fine), dan bahkan dikeluarkan dari institusi (Smith,

2008). Di Indonesia, sanksi terhadap pelaku ketidakjujuran akademik telah diatur

di dalam Pasal 70 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyatakan bahwa penjiplakan karya orang lain oleh lulusan untuk

mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi akan dipidana dengan pidana

penjara maksimal dua tahun dan/atau membayar denda paling banyak Rp.

200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

Meskipun telah diberlakukan kebijakan oleh negara dan di masing-masing

institusi mengenai sanksi dari tindak ketidakjujuran akademik, tidak sedikit kasus-

kasus ketidakjujuran akademik yang masih terjadi pada setiap tingkat pendidikan.

Di Indonesia, ketidakjujuran akademik telah terjadi sejak tingkat kelas 6 Sekolah

Dasar pada level moderat (Fredrika & Prasetyawati, 2008). Pada tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berdasarkan penelitian Kusumastuti (2015) terhadap

siswa menunjukkan bahwa pada situasi mengerjakan tugas, perilaku jujur siswa

(39,8%) lebih rendah daripada perilaku tidak jujur (57%). Bentuk perilaku tidak

jujur yang muncul antara lain bertindak curang, tidak mengerjakan tugas, dan

memanipulasi informasi (Kusumastuti, 2015). Tidak hanya di Indonesia, demikian

pula ketidakjujuran akademik terjadi di Amerika. Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan oleh The Josephson Institute Center for Youth Ethics terhadap 43.000

siswa sekolah negeri dan swasta menunjukkan sebesar 59% siswa mengaku

Page 18: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

3

pernah menyontek saat ujian, dan satu dari tiga siswa menyalin materi dari

internet untuk memenuhi tugasnya (Plagiarism.org, 2017).

Selanjutnya pada tahun 2007 berdasarkan Center for Academic Integrity

terdapat sebesar 85% siswa melaporkan bahwa pernah melakukan ketidakjujuran

akademik satu kali atau lebih setiap tahunnya (Geddes, 2011). Selain di tingkat

sekolah dasar dan menengah, ketidakjujuran akademik juga terjadi di tingkat

perguruan tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Soetanto

(2014) terhadap karya tulis mahasiswa, lebih dari 80% mahasiswa jenjang S1, S2,

dan S3 melakukan plagiasi. Penelitian McCabe mengungkapkan sebesar 38% dari

63.700 mahasiswa (undergraduate) di Amerika pernah menyalin kalimat dari

sumber tertulis tanpa mencantumkan sumbernya. Hal ini juga terjadi sebesar 25%

dari 9.250 mahasiswa di tingkat pascasarjana (Plagiarism.org, 2017). Temuan

informasi terkait perilaku ketidakjujuran akademik juga datang dari universitas

ternama di dunia, bahwa terdapat 125 mahasiswa di Harvard University saling

bekerja sama dalam menyelesaikan ujian akhir yang berbentuk take-home.

Akibatnya sekelompok mahasiswa tersebut ditangguhkan masa studinya selama

satu tahun (Perez-Pena & Bidgood, 2012).

Penelitian mengenai ketidakjujuran akademik juga dilakukan pada empat

Sekolah Kedokteran di Kroasia, dari 662 mahasiswa terdapat sebanyak 97%

mengaku pernah melakukan kecurangan, 50% bersikap toleran terhadap

ketidakjujuran akademik, dan hanya 2% mahasiswa yang berani melaporkan

mahasiswa lain yang terbukti melakukan kecurangan (Taradi, Taradi, & Bogas,

2017). Kasus-kasus tersebut menggambarkan bahwa ketidakjujuran akademik

Page 19: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

4

merupakan isu global dan dapat terjadi di setiap jenjang pendidikan, baik sekolah

menengah maupun perguruan tinggi, dan semua negara di dunia menghadapi

persoalan ini (Ruto, Kipkoech, & Rambaei, 2011). Hal tersebut juga serupa

dengan yang diungkapkan oleh McCabe dan Trevino (dalam Eastman et al., 2008;

Iyer & Eastman, 2008) bahwa tingkat ketidakjujuran akademik semakin

meningkat.

Perilaku ketidakjujuran akademik tentunya bertentangan dengan tujuan

Pendidikan Nasional Indonesia, karena dapat menumpulkan kreativitas individu

dan mencoreng nilai-nilai luhur yang menjunjung peradaban, ilmu pengetahuan

serta moral untuk mencerdaskan bangsa (Cahyo, 2017). Individu yang melakukan

kecurangan akademik terbiasa untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang

instan, tanpa melalui proses, usaha, serta tidak melibatkan kognisi untuk berpikir

kritis pada siswa ataupun mahasiswa yang terbiasa mengambil jalan pintas

(shortcut). Selain menumpulkan kemampuan kognitif individu, ketidakjujuran

akademik juga memiliki dampak pada sikap dan perilaku individu yang

melakukannya di masa mendatang, mahasiswa yang sudah terbiasa melakukan

ketidakjujuran akademik di masa lalu cenderung untuk melakukannya kembali

(Jannah & Andriani, 2013).

Selanjutnya McCabe dalam penelitiannya pada Fakultas Manajemen,

Rutgers University, Amerika Serikat membuktikan bahwa sebesar 90%

mahasiswa yang menyontek mengaku pernah menyontek pada saat berada

Sekolah Menengah (Pavela, 1997). Temuan ini selain memberikan informasi

tentang menggejalanya ketidakjujuran akademik juga memberikan informasi

Page 20: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

5

bahwa pelaku ketidakjujuran akademik cenderung mengulangi perbuatannya itu.

Swift dan Nonis (1998) mengemukakan bahwa mahasiswa yang menyontek pada

saat kuliah akan cenderung berbuat kecurangan pada saat bekerja (Eastman et al.,

2008). Hal ini dapat disebabkan oleh individu yang melihat ketidakjujuran

akademik perilaku yang normatif, yaitu ketika orang lain melakukan kecurangan

(menyontek) maka individu tersebut juga akan melakukannya, sehingga perilaku

tersebut berdampak untuk memengaruhi dan memperluas perilaku tersebut kepada

individu lain di kelas (Eastman et al., 2008). Selain itu, adanya ketergantungan

pada faktor eksternal di luar dirinya, baik orang lain seperti teman sebaya, orang

tua, dan guru, ataupun teknologi yang dapat membantunya dalam tes dan

melakukan pekerjaan akademik, seperti penggunaan handphone untuk

mendapatkan jawaban pada saat ujian. Ketergantungan ini disebabkan karena

ketidakjujuran akademik dapat membuat pelajar menjadi pribadi yang tidak

percaya diri (Puspita, 2016).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, sikap merupakan salah satu faktor

yang memengaruhi ketidakjujuran akademik, sikap adalah kecenderungan untuk

memberikan penilaian positif atau negatif terhadap objek sikap (Ajzen, 2005;

Oskamp & Schultz, 2005) dalam penelitian ini objek sikap yang dimaksud adalah

ketidakjujuran akademik. Sikap individu terhadap objek sikap dapat memengaruhi

perilaku individu terhadap objek tersebut. Individu yang memiliki sikap positif

terhadap ketidakjujuran akademik memiliki kecenderungan berbuat curang dalam

kegiatan akademik, hal ini dikarenakan individu tersebut memandang bahwa

berperilaku tidak jujur adalah perilaku yang normal (neutralizatition) dan dapat

Page 21: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

6

diterima lingkungan, sebaliknya pada individu yang memiliki sikap negatif

terhadap ketidakjujuran akademik akan cenderung menghindar dari perilaku

tersebut (Jurdi, Hage, & Chow, 2011).

Menurut Rettinger dan Kramer (Geddes, 2011) sikap berkenaan dengan

rasionalisasi seperti “tidak ada yang peduli jika saya menyontek” atau “guru tidak

peduli saya belajar atau tidak”, adanya rasionalisasi ini dapat memengaruhi

pandangan individu terhadap ketidakjujuran akademik. Berdasarkan penelitian

Cahyo (2017) sikap memberikan pengaruh paling besar (40,5%) terhadap

ketidakjujuran akademik dibandingkan dengan variabel independen lainnya.

Semakin positif pandangan individu mengenai ketidakjujuran akademik, maka

semakin positif pula pandangan individu terhadap perilaku tersebut. Sehingga, hal

ini dapat menyebabkan kecenderungan individu untuk melakukan tindak

kecurangan (Cahyo, 2017). Demikian pula menurut Karassavidou dan Glaveli

(dalam Iyer & Eastman, 2008) mengungkapkan bahwa ketidakjujuran akademik

memiliki hubungan yang positif dengan sikap siswa mengenai perilaku tidak etis

(unethical behavior) dalam hal ini ketidakjujuran akademik.

Adapun sikap individu terhadap perilaku tersebut dipengaruhi oleh

individual factors (faktor demografi), dua diantaranya adalah usia dan jenis

kelamin. Mahasiswa yang berusia lebih muda cenderung melakukan

ketidakjujuran akademiknya daripada yang berusia lebih tua (Bourassa, 2011;

Jurdi et al., 2011). Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang ditemukan oleh

Pino dan Smith (Bourassa, 2011) bahwa ketidakjujuran akademik justru lebih

tinggi pada mahasiswa yang lebih tua. Pada variabel jenis kelamin ditemukan

Page 22: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

7

bahwa laki-laki memiliki kecenderungan menyontek yang lebih tinggi daripada

perempuan (Franklyn-Stokes & Newstead, 1995; Anderman & Midgley, 2004;

Murdock & Anderman, 2006). Sedangkan Jacobson, Berger, dan Millhan (dalam

Miller, Murdock, Anderman, & Poindexter, 2007) yang menemukan bahwa

tingkat perilaku menyontek perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Selain faktor demografi, terdapat variabel yang secara tidak langsung

memengaruhi ketidakjujuran akademik dan dimediatori oleh sikap terhadap

ketidakjujuran akademik. Adapun variabel tersebut adalah honor code (kode etik).

Bahwa mahasiswa yang berada di bawah suatu sistem kode etik akan cenderung

menghindari ketidakjujuran akademik (McCabe & Trevino, 1993). Maka dari itu,

sikap individu apakah posistif atau negatif terhadap ketidakjujuran akademik

bergantung pada kode etik (honor code) yang diterapkan pada masing-masing

fakultas (faculty of enroment). Adanya kode etik yang berlaku dan diterapkan

akan berpengaruh pada iklim kelas dan norma sosial dalam menegakkan integritas

dan menghindari terjadinya ketidakjujuran akademik. Berdasarkan hasil survei

tahun 1998 oleh Who's Who Among American High Students, terdapat 95% pelajar

yang mengaku menyontek namun tidak pernah tertangkap dan diberikan sanksi.

Hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Ruto et al. (2011) bahwa

ketidakjujuran akademik terjadi akibat kurangnya perhatian (kesadaran) terhadap

kecurangan-kecurangan yang ada di lingkup akademik, seperti tidak jelasnya

suatu aturan (regulasi) dan kurang tegas dalam menegakkan kode etik (Smith,

2008). Hal tersebut dapat membuat mahasiswa lainnya memiliki sikap yang

positif terhadap ketidakjujuran akademik, mengapa ada orang yang jelas-jelas

Page 23: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

8

melakukan ketidakjujuran akademik tapi tidak dihukum. Maka dari itu, adanya

kode etik dan penerapan yang diserahkan kepada guru dan administrasi untuk

menindaklanjuti dan memberikan konsekuensi jika seseorang tertangkap berbuat

curang. Guru memegang kekuatan tertinggi untuk menangkap orang-orang yang

secara akademis tidak jujur dan mereka adalah orang-orang yang harus dihukum.

Variabel lainnya yang memengaruhi ketidakjujuran akademik adalah

prokrastinasi akademik, yaitu tindakan menunda pengerjaan tugas yang

disebabkan oleh ketidaknyamanan pribadi terhadap tugas tersebut (Solomon &

Rothblum, 1984). Hasil riset menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik

memengaruhi ketidakjujuran akademik secara signifikan dan positif, dimana

individu dengan skor prokrastinasi akademik yang tinggi memiliki kecenderungan

untuk melakukan kecurangan, daripada individu dengan skor prokrastinasi

akademik yang rendah (Roig & DeTommaso, 1995; Rizki, 2009). Individu yang

memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaannya memiliki waktu

yang terbatas dan kesempatan yang lebih sempit, sehingga jalan tercepat yang

dapat dilakukan adalah dengan mencari jalan pintas, seperti menyontek pada saat

ujian karena belum mempersiapkan materi dengan matang ataupun menyalin

pekerjaan teman karena tidak cukup waktu untuk mencari referensi.

Namun, menurut Voge (2007) prokrastinasi akademik bukan hanya

tentang ketidakmampuan individu dalam mengatur waktunya, melainkan salah

satu strategi bagi siswa untuk mengatasi tekanan-tekanan yang menuntut siswa

untuk memiliki kinerja yang baik, seperti mendapatkan nilai yang tinggi. Maka

dari itu, peneliti menjadikan prokrastinasi akademik sebagai variabel mediator

Page 24: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

9

dari goal orientation terhadap ketidakjujuran akademik. Goal orientation

merupakan tujuan atau alasan individu untuk melibatkan diri dalam perilaku

mencapai tujuan (Pinritch, Schunk, & Meece, 2008). Goal orientation terdiri dari

mastery dan performance orientation. Ketidakjujuran akademik dengan

performance orientation memiliki hubungan yang positif, sedangkan negatif pada

mastery orientation (Anderman & Midgley, 2004). Sehingga pada siswa yang

berorientasi performance orientation cenderung melaporkan bahwa mereka lebih

cenderung melakukan ketidakjujuran akademik (Miller, Murdock, Anderman, &

Poindexter, 2007; Iyer & Eastman, 2008). Hal ini dikarenakan individu dengan

mastery orientation akan berfokus pada penguasaan materi terlepas dari kesan

individu lain terhadap dirinya (Pinritch et al., 2008; Santrock, 2009; Woolfolk,

2014). Sedangkan individu dengan performance orientation lebih berfokus

terhadap hasil daripada proses dan tampak kompeten di mata orang lain mengenai

dirinya (Pinritch et al., 2008; Santrock, 2009; Geddes, 2011;Woolfolk, 2014).

Adapun goal orientation dalam memengaruhi ketidakjujuran akademik,

tidak hanya dimediatori oleh prokrastinasi akademik, tetapi juga bergantung pada

pengaruh teman sebaya (peer influence). Anderman dan Midgley (dalam Koul,

Clariana, Jitgarun, & Songsriwittaya, 2009) mengobservasi bahwa siswa yang

berasal dari kelas yang didominasi oleh siswa yang berorientasi tujuan

performance, lalu berpindah menuju kelas dengan iklim mastery goal orientation

memiliki peluang yang besar dalam mengurangi tingkat ketidakjujuran akademik.

Dimana iklim kelas tersebut sangat dipengaruhi oleh pengaruh teman sebaya atau

lebih dikenal sebagai peer influence (Bourassa, 2011; Koss, 2011a). Ketika suatu

Page 25: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

10

lingkup sosial (dalam hal ini teman sebaya) mendukung terjadinya ketidakjujuran

akademik, hal ini dapat memicu rekan-rekan lainnya untuk melakukan hal yang

sama (Bourassa, 2011; Ruto et al., 2011). Pelajar akan cenderung menyontek,

ketika ia melihat temannya berhasil menyontek (Shrader, Ravenscroft, Kaufmann,

& West, 2012; McCabe & Trevino, 1993). Menurut Koss (2011) kecenderungan

pelajar menyontek karena pengaruh teman dapat disebabkan karena pelajar yang

berada pada masa remaja selalu membandingkan hasil belajar dan nilai sekolah

mereka dengan hasil belajar dan nilai sekolah saudara-saudara dan teman-teman

mereka, membuat mereka dihantui oleh ketakutan akan kegagalan. Dalam

keadaan seperti ini tindakan ketidakjujuran akademik dianggap sebagai sebuah

pilihan yang perlu dilakukan Adanya kecemasan terhadap kegalalan dan adanya

keinginan yang kuat untuk mendapatkan nilai yang baik untuk mencapai prestasi

yang mereka harapkan erat sekali kaitannya dengan performance goal orientation,

sehingga variabel ini menjadi mediator dari peer influence dalam memengaruhi

ketidakjujuran akademik.

Variabel lainnya yang memengaruhi ketidakjujuran akademik adalah

academic major, yaitu jurusan dimana mahasiswa belajar. Berdasarkan studi

McCabe dan Trevino (dalam Jurdi et al., 2011) bahwa mahasiswa jurusan bisnis

memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam hal ketidakjujuran akademik

dibandingkan jurusan lainnya. Karena penelitian mengenai academic major hanya

terbatas pada jurusan saja, terdapat peneliti lainnya yaitu Jurdi, et. al (2011) yang

melakukan penelitian terhadap ruang lingkup yang lebih luas yaitu faculty of

enrolment yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kelompok seni, bisnis,

Page 26: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

11

pendidikan, sains, sosial, dan lainnya. Dimana hasil penelitiannya yaitu hanya

fakultas sosial saja yang berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang

negatif, artinya mahasiswa pada fakultas sosial lebih cenderung menghindari

perilaku ketidakjujuran akademik. Selain itu penelitian mengenai faculty of

enrolment juga dilakukan oleh (Satria, 2014) yang menyatakan bahwa tingkat

ketidakjujuran akademik yang rendah ada apa kelompok mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Rendahnya tingkat ketidakjujuran

tersebut dikarenakan dosen di FKIK telah menegakkan kebijakan mengenai aturan

mengutip, serta memeriksa tugas-tugas mahasiswa dengan sangat teliti. Variabel

fakultas, yaitu tempat dimana mahasiswa belajar dapat dijadikan sebagai variabel

yang memengaruhi ketidakjujuran akademik.

Berdasarkan fenomena dan dampak yang telah peneliti jabarkan di atas,

bahwa ketidakjujuran akademik merupakan suatu masalah yang sangat penting

untuk ditindaklanjuti guna mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Langkah

pertama yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ketidakjujuran akademik,

yaitu dengan mengukur perilaku ketidakjujuran akademik pada mahasiswa.

Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur tingkat tinggi rendahnya individu

melakukan ketidakjujuran akademik dan sebagai dasar landasan pengukuran

variabel-variabel apa saja yang menyebabkan terjadinya ketidakjujuran akademik,

maka diperlukan instrumen yang bersifat unidimensional (hanya mengukur satu

faktor saja). Setelah melakukan pengukuran, selanjutnya melakukan pemodelan

dari variabel yang secara teoritis memengaruhi ketidakjujuran akademik secara

langsung dan tidak langsung. Sehingga diperlukan penelitian untuk mencari

Page 27: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

12

model hubungan antar variabel yang paling akurat untuk menjelaskan mengapa

dan bagaimana proses ketidakjujuran akademik itu terjadi.

Dalam menentukan sampel penelitian, didasarkan oleh pengamatan yang

dilakukan peneliti di kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak

sedikit mahasiswa yang masih melakukan kecurangan pada saat ujian

berlangsung, dan mirisnya kecurangan tersebut dilakukan secara berkelompok

(kerja sama) dan telah direncanakan terlebih dahulu dengan cara memilih lokasi

tempat duduk yang sulit diamati oleh penguji (dosen/ asisten dosen). Selain itu

juga masih ada mahasiswa yang tidak hadir namun dilaporkan hadir pada suatu

mata kuliah tersebut atau yang dikenal dengan istilah titip absen. Menyebar

luasnya bocoran soal-soal sebelum ujian, menyalin materi untuk tugas akademik

dari internet tanpa mencantumkan sumbernya juga sering terjadi di kalangan

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka dari itu sampel penelitian ini

diharapkan dapat merepresentasikan populasi dalam hal ketidakjujuran akademik.

Oleh sebab itu, peneliti mengajukan judul penelitian “Pengukuran dan

Pemodelan Ketidakjujuran Akademik di Kalangan Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta”.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, variabel dalam penelitian

ini masih sangat luas, sehingga peneliti melakukan pengerucutan masalah agar

Page 28: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

13

penelitian menjadi lebih fokus, terarah, dan tidak melebar pada pembahasan lain.

Adapun batasan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini adalah bersifat unidimensional

(hanya mengukur satu faktor) yang mencakup perilaku menyontek,

plagiarisme, dan bantuan dari luar (Iyer & Eastman, 2008).

2. Sikap terhadap ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini adalah

kecenderungan untuk merespon ketidakjujuran akademik secara favorable

(positif) maupun unfavorable (negatif).

3. Prokrastinasi akademik adalah tindakan menunda pengerjaan tugas akademik

yang disebabkan oleh ketidaknyamanan terhadap tugas dan menghindari tugas

dengan kesadaran penuh.

4. Goal orientation merupakan tujuan atau alasan individu untuk melibatkan diri

dalam perilaku mencapai tujuan (Pinritch et al., 2008). Menurut Ames dan

Pinritch (dalam Pinritch et al., 2008) terdapat dua dimensi goal orientation,

yaitu mastery orientation yang berfokus pada pembelajaran, menguasai

materi, dan meningkatkan atau mengembangkan kompetensi. Sedangkan

performance orientation lebih berfokus pada hasilnya tanpa harus menguasai.

5. Peer influence dalam penelitian ini adalah pengaruh negatif dari teman sebaya

yang mencakup aspek sikap teman sebaya, pelaporan teman sebaya, dan

perilaku teman sebaya (Nora & Zhang, 2010; Muslimah, 2016).

6. Honor code merupakan ada atau tidaknya kode etik yang berlaku serta

penerapannya pada setiap fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 29: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

14

7. Faktor demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin (perempuan dan laki-

laki), serta faculty of enrolment (fakultas dimana subjek terdaftar) yang dalam

penelitian ini terbagi menjadi empat bidang, yaitu a.) sosial, b.) agama, c.)

sains, dan d.) kesehatan.

8. Subjek yang dijadikan dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.2.2 Rumusan masalah

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan uraian di atas

adalah sebagai berikut:

1. Apakah seluruh butir soal (item) dalam skala pengukuran ketidakjujuran

akademik memang mengukur satu faktor saja (unidimensionalitas) dan

signifikan ?

2. Apakah sikap terhadap ketidakjujuran akademik signifikan memengaruhi

ketidakjujuran akademik secara langsung?

3. Apakah usia, jenis kelamin, dan honor code, memengaruhi ketidakjujuran

akademik melalui sikap terhadap ketidakjujuran akademik?

4. Apakah faculty of enrolment memengaruhi ketidakjujuran akademik melalui

honor code dan sikap terhadap ketidakjujuran akademik?

5. Apakah prokrastinasi akademik signifikan memengaruhi ketidakjujuran

akademik secara langsung?

6. Apakah performance goal orientation signifikan memengaruhi ketidakjujuran

akademik melalui prokrastinasi akademik?

Page 30: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

15

7. Apakah mastery goal orientation signifikan memengaruhi ketidakjujuran

akademik melalui prokrastinasi akademik?

8. Apakah peer influence signifikan memengaruhi ketidakjujuran akademik

melalui performance goal orientation, mastery goal orientation, dan

prokrastinasi akademik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas, adapun tujuan

dari penelitian ini, adalah untuk:

1. Melakukan uji validitas skala pengukuran ketidakjujuran akademik.

2. Melakukan uji signifikan pada setiap butir soal (item) hanya mengukur satu

faktor (unidimensionalitas), yaitu ketidakjujuran akademik.

3. Membuat suatu model dan menguraikan bagaimana proses terjadinya

ketidakjujuran akademik di kalangan mahasiswa.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun

praktis seperti pada penjelasan berikut ini:

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu Psikologi,

khususnya dalam hal penelitian mengenai ketidakjujuran akademik. Melalui

penelitian ini ditemukan skala pengukuran ketidakjujuran akademik yang valid

Page 31: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

16

dalam mengukur satu faktor (unidimensionalitas), serta diketahui bagaimana

proses terjadinya akademik di kalangan mahasiswa. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi para peneliti lain yang akan melanjutkan dan

mengembangkan penelitian mengenai pengukuran dan proses terjadinya

(pemodelan) ketidakjujuran akademik.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, dunia pendidikan, para

pendidik, peneliti dan masyarakat luas.

1. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran

dalam penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakjujuran

akademik.

2. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan informasi

mengenai bagaimana mengukur ketidakjujuran akademik menggunakan

instrumen yang telah divalidasi dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang

menjadi penyebab terjadinya ketidakjujuran akademik. Pemodelan yang

mengenai proses terjadinya ketidakjujuran akademik membantu institusi

(sekolah dan universitas) untuk mempertimbangkan berbagai cara dan

langkah yang efektif untuk mencegah serta menanggulangi terjadinya ketidak

jujuran akademik.

3. Bagi para pendidik, penelitian ini memberikan informasi mengenai berbagai

bentuk ketidakjujuran akademik sehingga para pendidik dapat merumuskan

teknik yang tepat dalam menghadapi para pelaku tindak ketidakjujuran

akademik.

Page 32: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

17

4. Bagi para peneliti, penelitian ini bermanfaat memberikan berbagai informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian lebih lanjut mengenai ketidakjujuran

akademik.

5. Bagi masyarakat luas, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi

mengenai perilaku tidak etis yang sangat mungkin juga dilakukan oleh anak-

anak mereka di sekolah. Dengan demikian orangtua dapat meningkatkan

peran mereka dalam mendidik anak-anak mereka agar tidak turut menjadi

pelaku tindak ketidakjujuran akademik .

Page 33: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

18

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Ketidakjujuran Akademik

2.1.1 Definisi ketidakjujuran akademik

Bowers (dalam Fredrika & Prasetyawati, 2008) mengemukakan bahwa

ketidakjujuran akademik adalah perilaku yang menggunakan cara-cara tidak sah

untuk mendapatkan keberhasilan akademik atau menghindari kegagalan

akademik. Perilaku ini juga merupakan pelanggaran serius pada perguruan tinggi

karena menghancurkan kepercayaan dan kejujuran antara anggota komunitas dan

menipu orang-orang yang terlanjur mengakui keilmuan dan integritasnya (Pavela,

1997). Gitanjali (2004) mendefinisikan ketidakjujuran akademik sebagai perilaku

menyontek yang disengaja dalam rangka memenuhi atau mengerjakan tugas

akademik. Secara singkat, ketidakjujuran akademik merupakan berbagai macam

perilaku tidak jujur atau tidak adil untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang

akademik (The University of Sydney, 2017).

Selanjutnya, Koss (2011) mendefinisikan ketidakjujuran akademik sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang siswa berupa: meminjam tugas

siswa lain kemudian menjiplaknya, mencontek ketika ujian, atau menggunakan

tugas dan/atau hasil ujian dari semester sebelumnya, juga termasuk perilaku

menulis contekan pada bagian-bagian tubuhnya, pakaian, meja, atau kertas dengan

maksud untuk mendapatkan nilai yang tinggi ketika menghadapi ujian. Adapun

Iyer dan Eastman (2008) memberikan definisi ketidakjujuran akademik secara

lebih spesifik:

Page 34: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

19

“Academic dishonesty is a multi-faceted construct that takes into account a wide range of

unethical behaviors including cheating, plagiarism, outside help, and electronic cheating”.

Dari definisi di atas, Iyer dan Eastman mengemukakan bahwa

ketidakjujuran akademik merupakan konstruk multi-segi yang memperhitungkan

berbagai perilaku tidak etis termasuk kecurangan (cheating), plagiarisme

(plagiarism), bantuan dari luar (outside help), dan menggunakan elektronik pada

saat tes (electronic cheating). Berdasarkan keseluruhan definisi mengenai

ketidakjujuran akademik oleh berbagai peneliti sebelumnya, maka dari itu peneliti

menggunakan pengertian ketidakjujuran akademik Iyer dan Eastman bahwa

ketidakjujuran akademik merupakan pelanggaran-pelanggaran akademik yang

mencakup perilaku menyontek, plagiarisme, dan bantuan dari luar. Adapun

electronic cheating dalam penelitian ini tidak dicantumkan secara eksplisit

melainkan merupakan bagian dari perilaku menyontek yang terdiri dari

menyontek secara manual (melihat jawaban teman, menggunakan catatan kecil,

melihat jawaban dari buku) dan menggunakan bantuan elektronik (handphone).

2.1.2 Dimensi ketidakjujuran akademik

Terdapat perbedaan di antara para ilmuwan dalam memandang ketidakjujuran

akademik. Menurut beberapa tokoh ketidakjujuran akademik merupakan suatu

konstruk multidimensional (McCabe & Trevino, 1993; Roig & DeTommaso,

1995; Pavela, 1997; Eastman, Iyer, & Reisenwitz, 2008; Iyer & Eastman, 2008).

Pavela (1997) mengemukakan terdapat empat dimensi dalam ketidakjujuran

akademik, yaitu :

Page 35: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

20

1. Cheating : Usaha menggunakan alat-alat atau bantuan yang tidak

diperbolehkan dalam melakukan kegiatan akademik secara sengaja

2. Fabrication : Pemalsuan informasi atau kutipan dalam kegiatan akademik

dengan sengaja

3. Facilitating academic dishonesty : Secara sengaja membantu orang lain untuk

melanggar honor code yang telah ditetapkan

4. Plagiarism : Menggunakan kalimat atau ide orang lain dan mengakui sebagai

miliknya dalam berbagai kegiatan akademik secara sengaja

Selanjutnya Geddes (2011) berpendapat bahwa yang termasuk tindak

ketidakjujuran akademik adalah plagiarisme, menggunakan ponsel dan catatan

pada saat ujian, serta menyalin pekerjaan orang lain. McCabe dan Trevino (1993)

beserta Roig dan DeTommaso (1995) membagi menjadi dua, yaitu plagiarisme

(plagiarism) dalam tugas yang tertulis dan menyontek (cheating) pada saat tes.

Pendapat lain, yakni Iyer dan Eastman (2008) memaparkan bentuk-bentuk

ketidakjujuran akademik adalah sebagai berikut:

1. Menyontek (cheating)

Melihat jawaban siswa lain dan menggunakan catatan kecil atau buku pada

saat ujian berlangsung.

2. Plagiarisme (plagiarism)

Menjiplak tulisan siswa lain dalam pemenuhan tugas.

3. Mencari bantuan dari luar (outside help)

Meminta bantuan dari pihak lain secara tidak wajar untuk kepentingan

akademik pribadi. Seperti menanyakan materi ujian kepada siswa yang

Page 36: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

21

terlebih dahulu mengikuti ujian, bekerja sama dalam tugas individu, dan

menemui guru atau dosen untuk memengaruhi nilai.

4. Menggunakan alat elektronik (electronic cheating)

Menggunakan ponsel atau bentuk teknologi lainnya pada saat ujian.

Sedangkan menurut Rawwas, AI-Khatib dan Vitell (dalam Iyer & Eastman,

2008) ketidakjujuran akademik adalah:

1. Receiving and abetting academic dishonesty

Menerima dan bersekongkol dalam ketidakjujuran akademik, yaitu sesuatu

yang dipersepsikan sebagai hal-hal tidak etis namun dilakukan oleh siswa.

2. Obtaining an unfair advantage

Memperoleh keuntungan secara tidak benar, para siswa memperoleh

keuntungan dari sebuah situasi yang memang telah ada, bukan situasi yang

mereka ciptakan sendiri.

3. Fabricating information

Membuat informasi palsu, sesuatu yang tidak secara tegas diposisikan

sebagai perbuatan tidak etis.

4. Ignoring prevalent practices

Mengabaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, hal yang dianggap

oleh siswa sebagai sesuatu yang sah-sah saja untuk dilakukan atau sesuatu

yang dianggap etis oleh siswa.

Dari berbagai dimensi mengenai ketidakjujuran akademik berdasarkan

penelitian-penelitian terdahulu, dalam penelitian ini peneliti hanya mengukur satu

Page 37: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

22

dimensi saja (unidimensional), yaitu ketidakjujuran akademik yang mencakup

perilaku menyontek, plagiasi, dan meminta bantuan orang lain.

2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakjujuran akademik

Secara umum terdapat dua faktor yang memengaruhi ketidakjujuran akademik

yaitu faktor individual dan kontekstual (McCabe & Trevino, 1993; Miller et al.,

2007). Selanjutnya Jurdi, Hage, dan Chow (2011) dalam penelitiannya

menemukan tiga faktor, antara lain faktor individual, situasional, dan attitudinal.

2.1.3.1 Faktor individual merupakan faktor yang berkenaan dengan

karakteristik personal dan terdapat dalam diri individu. Adapun faktor-

faktor individual sebagai berikut:

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian usia memiliki korelasi yang negatif terhadap

ketidakjujuran akademik, hal ini mengungkapkan bahwa ketidakjujuran

akademik cenderung terjadi pada siswa yang berusia lebih muda secara

signifikan (Jurdi et al., 2011; Franklyn-Stokes & Newstead, 1995; McCabe &

Trevino, 1993).

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah hal yang paling sering ditemukan sebagai faktor signifikan

prediktor ketidakjujuran akademik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

laki-laki lebih cenderung melakukan kecurangan dibandingkan perempuan

(Jurdi et al., 2011; Miller et al., 2007; McCabe & Trevino, 1993).

3. Religiusitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakjujuran akademik dipengaruhi

Page 38: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

23

oleh tingkat religiusitas yang rendah, karena adanya korelasi yang negatif

antara religiusitas dengan ketidakjujuran akademik (Jurdi et al., 2011).

4. Self-efficacy

Hasil penelitian menunjukkan individu dengan ketidakjujuran akademik

rendah merupakan individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi. Hal ini

mengungkapkan bahwa individu dengan tingkat self-efficacy yang rendah

memiliki ketidakjujuran akademik yang tinggi (Jurdi et al., 2011; Nora &

Zhang, 2010).

5. Self-control

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat self-control yang rendah

merupakan salah satu faktor utama penyebab ketidakjujuran akademik (Bolin,

2004).

6. Goal orientation

Goal orientation terdiri dari mastery orientation yang berfokus pada

pemahaman materi dan performance orientation yang berfokus pada nilai dan

evaluasi positif dari individu lain. Ketidakjujuran akademik cenderung terjadi

pada individu dengan orientasi tujuan performance (Anderman & Midgley,

2004).

7. Prokrastinasi akademik

Hasil penelitian menunjukkan prokrastinasi akademik mampu memengaruhi

ketidakjujuran akademik (Roig & DeTommaso, 1995).

Page 39: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

24

8. Faculty of enrolment

Berdasarkan penelitian terdahulu, faculty of enrolment memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ketidakjujuran akademik (Jurdi et al., 2011).

9. Prestasi akademik

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat hasil yang konsisten bahwa

siswa dengan prestasi akademik yang rendah cenderung melakukan

ketidakjujuran akademik (Jurdi et al., 2011).

2.1.3.2 Faktor situasional merupakan faktor eksternal individu yang

dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-faktor yang termasuk dalam

faktor situasional, yaitu:

1. Peer influence

Berdasarkan hasil penelitian ketidakjujuran akademik memiliki hubungan

positif dengan sikap teman sebaya akan perilaku kecurangan akademik. Hal ini

dapat memengaruhi siswa lainnya dan membentuk iklim normatif pada

ketidakjujuran akademik (McCabe & Trevino, 1993). Pengaruh lainnya adalah

perilaku teman sebaya terhadap ketidakjujuran akademik (ß = .267, p < .001)

dan permintaan bantuan pada saat ujian oleh teman sebaya (ß = .296, p < .001)

merupakan prediktor dengan signifikansi yang sangat tinggi pada

ketidakjujuran akademik (Jurdi et al., 2011).

2. Orang tua

Berdasarkan Kleiner dan Lord (dalam Koss, 2011) orang tua dapat membantu

anak-anak mereka terlibat dalam ketidakjujuran akademik dengan mengerjakan

Page 40: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

25

pekerjaan rumah mereka untuk mereka atau menulis esai masuk perguruan

tinggi mereka.

3. Tingkat kelas atau pendidikan (grade level)

Sebuah studi longitudinal oleh Anderman dan Midgley (2004) menemukan

bahwa perilaku menyontek meningkat selama masa transisi dari tingkat middle

school ke high school.

2.1.3.3 Faktor attitudinal merupakan faktor yang berkenaan dengan sikap

individu terhadap ketidakjujuran akademik. Individu yang memiliki

sikap positif terhadap ketidakjujuran akademik cenderung

melakukannya, sedangkan individu dengan sikap negatif terhadap

ketidakjujuran akademik cenderung menghindari perilaku tersebut

(Geddes, 2011).

2.1.4 Alat ukur ketidakjujuran akademik

Dalam mengukur ketidakjujuran akademik, terdapat berbagai macam skala

pengukuran berdasarkan para peneliti terdahulu, antara lain sebagai berikut:

1. McCabe dan Trevino (1993) mengembangkan self-report yang terdiri dari 12

item yang terbagi ke dalam dua dimensi, yaitu cheating dan plagiarism. Skala

ini menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban, yaitu 1 = tidak

pernah hingga 4 = sangat sering. Reliabilitas skala sebesar 0.749.

2. Roig dan DeTommaso (1995) mengembangkan Academic Practices Survey

yang terdiri dari 8 item untuk mengukur dimensi cheating dan 16 item

Page 41: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

26

mengukur plagiarism. Skala ini menggunakan skala Likert dengan lima

pilihan jawaban, yaitu 1 = tidak pernah; 2 = jarang; 3 = kadang-kadang; 4 =

sering’ 5 = sangat sering . Reliabilitas skala sebesar 0.87.

3. Iyer dan Eastman (2008) mengembangkan alat ukur yang terdiri dari 17

item yang terbagi ke dalam empat dimensi, yaitu cheating, outside help,

plagiarism, dan electronic cheating. Skala ini menggunakan skala Likert

dengan lima pilihan jawaban frekuensi, yaitu tidak pernah (never), jarang

(once), kadang (few times), sering (several times), dan selalu (many times).

Alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar 0.83.

2.2 Sikap

2.2.1 Definisi sikap

Menurut Allport definisi yang paling mendasar mengenai sikap adalah kesiapan

untuk merespon. Artinya, sikap bukanlah perilaku, bukan pula sesuatu yang

dilakukan oleh seseorang melainkan sumber yang melahirkan perilaku, sebuah

kecenderungan untuk merespon sesuatu dengan sebuah cara tertentu terhadap

objek yang disikapi. Istilah objek yang disikapi (attitude object) digunakan untuk

menunjuk hal-hal, orang, tempat, gagasan, tindakan, atau situasi, baik tunggal atau

jamak. Sikap bersifat tetap, alamiah dan karakter yang bersifat evaluatif,

terbentuk karena pengalaman, yang memberikan arah terhadap pengaruh yang

dinamis pada setiap individu sehingga mampu merespon semua hal dan keadaan

yang berhubungan dengannya (Oskamp & Schultz, 2005).

Secara singkat Bem mendefinisikan “attitudes are likes and dislikes”.

Selanjutnya Fishbein dan Ajzen mengemukakan pengertian sikap berdasarkan

Page 42: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

27

penekanan pada pembelajaran sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk

merespon sesuatu secara favourable atau unfavourable dengan konsisten (Oskamp

& Schultz, 2005). Secara umum sikap didefinisikan sebagai disposisi atau

kecenderungan untuk mengevaluasi objek secara favourable atau unfavourable

terhadap objek sikap (Taylor, Peplau, & Sears, 2009; Oskamp & Schultz, 2005;

Ajzen, 2005).

Definisi sikap juga dijelaskan secara rinci oleh Ajzen (2005) bahwa sikap

adalah disposisi untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap suatu

objek, orang, institusi, atau peristiwa yang terdiri dari tiga dimensi. Pertama

kognitif, yaitu persepsi individu terhadap objek sikap, selanjutnya dimensi afektif

merupakan perasaan-perasaan indvidu terhadap objek sikap, dan terakhir dimensi

konatif yaitu kecenderungan perilaku individu atau tindakan terhadap objek

sikap. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2003) bahwa sikap sering kali

ambivalen. Ambivalensi sikap merujuk pada fakta bahwa evaluasi individu

terhadap objek, isu, orang atau kejadian tidak selalu secara positif atau negatif,

evaluasi ini sering kali tercampur, terdiri dari dua reaksi, baik positif maupun

negatif (Baron & Byrne, 2003).

Berdasarkan keseluruhan rangkuman di atas maka peneliti menyimpulkan

sikap merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif (favorable) atau

negatif (unfavorable) terhadap suatu objek sikap. Adapun objek sikap dalam

penelitian ini adalah ketidakjujuran akademik, sehingga definisi sikap yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kecenderungan individu dalam merespon

secara positif atau negatif terhadap ketidakjujuran akademik.

Page 43: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

28

2.2.2 Dimensi sikap

Terdapat dua teori yang mengemukakan dimensi-dimensi sikap, yaitu sikap yang

terdiri dari affective, behavior, dan cognitive (Taylor et al., 2009; Oskamp &

Schultz, 2005), serta sikap yang terdiri dari dimensi afektif (affective), kognitif

(cognitive), dan konatif (conative) (Ajzen, 2005).

Sikap merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari tiga kompenen, teori

ini juga dikenal sebagai ABC’s of attitude (Taylor et al., 2009; Oskamp & Schultz,

2005). Komponen afektif atau emosional merupakan emosi dan perasaan

seseorang terhadap suatu objek, khususnya evaluasi positif atau negatif, seperti

“mengendarai motor sangat menyenangkan”, komponen selanjutnya adalah

behavioral yaitu kecenderungan perilaku individu terhadap suatu objek,

contohnya “jika saya memiliki uang, saya akan membeli sebuah motor”,

sedangkan komponen kognitif merupakan ide-ide dan keyakinan individu

terhadap objek sikap, seperti “motor itu cepat”.

Tidak ada perbedaan secara definisi pada masing-masing komponen di

atas dengan teori yang dikemukakan oleh Ajzen, hanya penamaan komponen

behavioral yang menjadi komponen konatif. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan dimensi sikap Ajzen (2005) karena lebih tepat meggunakan istilah

konatif, adapun dimensi-dimensi tersebut sebagai berikut:

1. Kognitif (Cognitive)

Sikap pada dimensi ini merupakan refleksi dari persepsi atau pemikiran

individu terhadap objek sikap.

Page 44: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

29

2. Afektif (Affective)

Sikap pada dimensi afektif merefleksikan evaluasi dan perasaan-perasaan

individu terhadap objek sikap.

3. Konatif (Conative)

Sikap pada dimensi konatif merupakan kecenderungan perilaku individu atau

tindakan terhadap objek sikap.

2.2.3 Fungsi-fungsi sikap

Salah satu teori utama yang menjabarkan tentang fungsi sikap berasal dari Daniel

Katz pada tahun 1960. Katz (dalam Oskamp & Schultz, 2005) mengusulkan

empat fungsi dari sikap sebagai berikut:

1. Understanding

Sikap sangat membantu individu dalam memahami dunia dan memberikan

ketetapan serta kejelasan dalam menginterpretasi sebuah peristiwa

berdasarkan fakta. Maka dari itu sikap merupakan frame of reference

untuk memahami informasi atau kejadian yang akan datang.

2. Need satisfaction

Sikap terbentuk sebagai hasil dari ganjaran berupa reward dan punishment

dari perkataan dan perlakuan terhadap sesuatu di masa lampau. Pada saat

sikap tersebut telah terbentuk, maka sangat membantu individu untuk

memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan.

Page 45: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

30

3. Ego defense

Sikap dapat meningkatkan self-esteem dan defense mechanism individu.

Setiap individu menggunakan defense mechanism pada saat merasa tidak

aman, inferior, atau memiliki konflik internal.

4. Value expression

Sikap dapat membantu individu dalam menetapkan identitas dirinya

dengan memberikan gambaran tentang berbagai rupa dan perkataan

individu, serta membantu individu mengutarakan nilai-nilai yang ada pada

dirinya.

2.2.4 Alat ukur sikap

Dalam mengukur sikap terdapat berbagai macam metode yang dikelompokkan

menjadi dua metode, yaitu pengukuran secara eksplisit dan implisit (Ajzen, 2005;

Oskamp & Schultz, 2005) sebagai berikut:

1. Metode eksplisit

Pada metode ini, sikap dipandang sebagai sesuatu yang bersifat eksplisit,

secara sadar, dan dapat disampaikan dengan mudah menggunakan kuesioner

yang berisikan pernyataan mengenai kepercayaan, intensi perilaku, dan

perilaku individu terhadap suatu objek. Metode eksplisit dapat diaplikasikan

sebagai self-report ataupun peer-report yang terdiri dari tiga jenis tes, yaitu

pengukuran secara langsung, pengukuran dengan banyak item, dan

pengukuran tidak langsung (Ajzen, 2005). Secara umum pengukuran sikap

secara eksplisit mencakup skala Likert, Thurstone, dan Semantic Differential.

Page 46: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

31

Dalam pelaksanaannya metode eksplisit merupakan prosedur yang sederhana

dan dapat diaplikasikan secara klasikal sehingga lebih efektif dan efesien.

2. Metode implisit

Di sisi lain, sikap dapat bersifat implisit, tidak disengaja, dan tidak disadari.

Metode ini dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan skala sikap, karena

dapat berpotensi terjadinya bias. Telah ditemukan bahwa gambar, kata-kata,

atau rangsangan lainnya, bahkan ketika disajikan hanya sebentar cenderung

mengaktifkan atau menimbulkan reaksi implisit tertentu. Reaksi implisit ini

kemudian dapat memfasilitasi kecepatan atau latensi respons terhadap

rangsangan. Beberapa teknik yang digunakan pada metode ini adalah tes

proyektif, Implicit Association Test (IAT), dan sequential evaluative priming.

2.3 Goal Orientation

2.3.1 Definisi goal orientation

Goal orientation merupakan tujuan atau alasan individu untuk melibatkan diri

dalam perilaku mencapai tujuan (Pinritch et al., 2008). Selanjutnya Ames (dalam

Pinritch, Schunk, & Meece, 2008) menyatakan bahwa goal orientation adalah

pola keyakinan yang mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan,

penggunaan, dan respon terhadap situasi prestasi.

Woolfolk (2014), goal orientation adalah pola kepercayaan tentang tujuan

yang berkaitan dengan prestasi di sekolah, hal ini mencakup alasan mengapa kita

mengejar tujuan dan standar yang kita gunakan untuk mengevaluasi kemajuan

menuju tujuan tersebut. Berdasarkan definisi goal orientation menurut para tokoh

Page 47: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

32

terdahulu, secara umum peneliti menyimpulkan bahwa goal orientation

merupakan pola keyakinan serta alasan individu dalam mencapai tujuan. Adapun

dalam penelitian ini tujuan yang dicapai adalah tujuan akademik.

2.3.2 Dimensi goal orientation

Teori mengenai dimensi goal orientation telah dikemukakan oleh beberapa tokoh

pada tahun 1990 sampai 1992. Pada umumnya goal orientation terbagi menjadi

dua dimensi, yaitu mastery (atau task, learning) dan performance (atau ego).

Nichols (dalam Pinritch et al., 2008) membagi goal orientation menjadi task

orientation dan ego orientation. Selanjutnya Midgley et.al (dalam Pinritch et al.,

2008) membagi goal orientation ke dalam tiga dimensi, yaitu task-focused,

performance-approach, dan performance-avoid. Sedangkan menurut Ames dan

Pinritch (dalam Pinritch et al., 2008) goal orientation terdiri dari mastery dan

performance goal orientation. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori

mastery dan performance goal orientation.

Mastery goal orientation berfokus pada pembelajaran, ditandai dengan

keinginan untuk menguasai tugas menurut standar pribadi yang telah dihadapkan,

pengembangan diri pada kemampuan baru, mengembangkan kompetensi, dan

mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang menantang (Koul, Clariana, Jitgarun,

& Songsriwittaya, 2009; Pinritch et al., 2008; Midgley et al., 2000). Individu

dengan mastery orientation cenderung mencari tantangan, memberikan kesan

bahwa mereka menikmati tantangan tersebut atau afek positif, bertahan saat

mereka menghadapi kesulitan, merasa lebih baik tentang pekerjaan mereka,

memusatkan perhatiannya pada pembelajaran dan peningkatan, kualitas

Page 48: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

33

keterlibatan mereka dalam tugas lebih tinggi, dan mereka lebih banyak

dipercayakan (Santrock, 2009; Miller et al., 2007; Anderman & Midgley, 2004).

Selanjutnya, individu dengan mastery orientation cenderung mencari

bantuan dengan cara yang wajar, menggunakan proses kognitif yang mendalam,

memakai strategi belajar yang lebih baik, dan percaya diri dalam mengerjakan

tugas akademik (Kaplan & Maehr, 2007). Maka dari itu, individu dengan orientasi

mastery akan lebih memfokuskan konsentrasi diri terhadap pengembangan

keterampilan dan pembelajaran daripada mengkhawatirkan apakah mereka telah

mengalahkan kinerja orang lain dan tidak terganggu dengan bagaimana kinerja

mereka akan dinilai oleh orang lain (Woolfolk, 2014; Santrock, 2009).

Berbeda dengan mastery goal orientation yang berfokus pada peningkatan

dan pengembangan kemampuan. Performance goal orientation memusatkan

perhatiannya pada nilai atau prestasi dan apa yang dapat dilakukan agar bisa

menjadi yang terbaik dibandingkan dengan orang lain (Koul et al., 2009;

Anderman & Midgley, 2004). Individu dengan orientasi performance berfokus

pada bagaimana kompetensi atau kemampuan dievaluasi oleh orang lain secara

positif. (Woolfolk, 2014; Pinritch et al., 2008). Sehingga, individu yang

berorientasi performance ingin tampak kompeten dan dilihat sebagai orang yang

cerdas dengan cara mendapatkan nilai atau prestasi yang baik dibandingkan

dengan orang lain, hal ini dikenal dengan istilah looking good (Pinritch et al.,

2008; Miller et al., 2007).

Adanya ambisi untuk selalu terlihat baik di mata orang lain, individu

dengan orientasi performance tidak yakin akan keberhasilan mereka dalam

Page 49: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

34

menghadapi sebuah masalah khusus. Jika mereka berusaha dan gagal, mereka

sering menganggap kegagalan mereka sebagai bukti kemampuan yang rendah.

Dilema ini membawa sejumlah siswa untuk terlibat dalam perilaku yang

melindungi mereka dari citra tidak kompeten dalam jangka pendek, tetapi

mengganggu pembelajaran dan prestasi mereka dalam jangka panjang. Untuk

menghindari atribusi terhadap kemampuan rendah, sejumlah siswa ini tidak

berusaha atau mereka menyontek; yang lainnya mungkin memilih strategi

perlindungan citra yang lebih halus seperti menunda-nunda, mencari-cari alasan,

bekerja dengan setengah hati, atau menetapkan tujuan yang tidak realistis

(Santrock, 2009). Perbedaan antara mastery orientation dengan performance

orientation dirangkum pada tabel 2.1(Pinritch et al., 2008):

Table 2.1

Dimensi goal orientation

Goal orientation Approach focus Avoidance focus

Mastery

Orientation

Fokus: menguasai tugas,

pembelajaran, dan

pemahaman

Fokus: menghindari kesalah

pahaman dan tidak menguasai

tugas

Standar yang digunakan: self-

improvement, kemajuan, dan

pemahaman mendalam

Standar yang digunakan: tidak

ingin membuat kesalahan dan

perfeksionis

Performance

Orientation

Fokus: menjadi yang terbaik,

dan unggul

Fokus: menghindari terlihat

tidak berkompeten dan gagal

Standar yang digunakan:

mendapatkan nilai tertinggi,

dan memenangkan kompetisi

Standar yang digunakan: tidak

ingin terlihat buruk,

mendapatkan nilai rendah, dan

lambat

Page 50: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

35

2.3.3 Alat ukur goal orientation

Dalam mengukur goal orientation, terdapat berbagai macam skala pengukuran

berdasarkan para peneliti terdahulu, antara lain sebagai berikut:

1. Skaalvik (1997) merumuskan alat ukur The Goals Orientations Scale (GOS)

yang terbagi ke dalam empat dimensi, yaitu task, self-enhancing, self-

defeating, dan avoidance orientations. Skala ini terdiri dari 27 item dengan

skala empat poin, dengan rentangan jawaban “Sangat Sesuai” sampai dengan

“Sangat Tidak Sesuai”. Konsistensi internal alat ukur ini sebesar 0.81 pada

dimensi task, 0.86 (self-enhancing), 0.89 (self-defeating), dan 0.93 pada

dimensi avoidance orientations (Pipa, Peixoto, Mata, & Monteiro, 2016).

2. Midgley et al. (2000) mengembangkan alat ukur Patterns of Adaptive

Learning Survey (PALS) yang terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu mastery,

performance-approach, dan performance-avoid secara terpisah. Pada dimensi

mastery terdiri dari enam item dengan nilai α sebesar 0.86, selanjutnya

dimensi performance-approach terdiri dari lima item (α= 0.86), dan enam

item untuk dimensi performance-avoid (α= 0.75).

3. Puspita (2016) membuat alat ukur yang didasari oleh teori Ames dan Pinritch

yang terbagi menjadi dua dimensi, yaitu mastery dan performance

orientation. Skala ini terdiri dari 6 item yang mengukur mastery orientation

dan 5 item performance orientation. Skala adalah Likert-4 dengan skala

“Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”. Kedua

dimensi goal orientation memiliki model yang fit yaitu P-value > 0.05 dan T-

Page 51: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

36

score>1.96 pada setiap itemnya, yang menunjukkan bahwa item valid secara

keseluruhan.

2.4 Prokrastinasi Akademik

2.4.1 Definisi prokrastinasi akademik

Menurut Voge (2007) prokrastinasi tampak endemik di Amerika, terutama pada

kalangan mahasiswa. Solomon dan Rothblum (1984) menambahkan prokrastinasi

akademik sebagai perilaku yang meluas dan berpotensi maladaptif. Prokrastinasi

memengaruhi hampir semua orang. Meskipun banyak siswa yang bersumpah

bahwa mereka tidak pernah menunda-nunda, hal tersebut pasti pernah mereka

lakukan. (Zarick & Stonebraker, 2009).

Prokrastinasi atau penundaan dianggap sebagai kegagalan dalam

pengaturan diri (self-regulatory). Individu melakukan penundaan secara sukarela

meskipun telah memperkirakan akan terdapat dampak buruk karena penundaan

tersebut (Steel dalam Svartdal et al., 2016; Steel & Ferrari, 2012; Grunschel,

Patrzek, & Fries, 2012). Menurut Moore (2008), prokrastinasi bukanlah masalah,

semata-mata, karena memiliki keterampilan manajemen waktu yang buruk, tetapi

bisa dilacak dengan alasan psikologis yang mendasar dan rumit. Dinamika ini

sering diperburuk oleh sekolah-sekolah dimana siswa terus-menerus dievaluasi,

dan terutama di perguruan tinggi dimana terdapat tekanan untuk mendapatkan

nilai yang tinggi. Pada kenyataannya, prokrastinasi sering menjadi strategi

perlindungan diri bagi siswa.

Konsep prokrastinasi menurut Grecco (dalam Balkis, Duru, & Bulus,

2013) diartikan sebagai perilaku individu secara tidak wajar dalam pengerjaan

Page 52: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

37

tugas penting pada waktu yang tidak diketahui. Selanjutnya, prokrastinasi

menurut Dewitte dan Schouwenburg (2002) adalah kecenderungan perilaku

dengan konsekuensi yang berpotensi membahayakan bagi individu yang

melakukannya. Hal ini dikarenakan prokrastinasi bukanlah teknik yang efektif

untuk kesuksesan hidup individu (Ferrari dalam Ferrari, 1992).

Menurut Rothblum (dalam Johnson, Green, & Kluever, 2000)

prokrastinasi didefinisikan sebagai kecenderungan di masa mendatang, dimana

penelitian menunjukkan bahwa pengalaman prokrastinasi memiliki konsekuensi

terhadap prokrastinasi akademik, yaitu menunda pengerjaan tugas akademik

(Surijah & Tjundjing, 2007). Salah satu jenis prokrastinasi adalah prokrastinasi

akademik, yang cenderung menunda atau menghindari belajar atau mengerjakan

tugas akademik (Milgram, Batori, & Mowrer, dalam Moore, 2008).

Solomon dan Rothblum (1984) mengungkapkan bahwa prokrastinasi

akademik merupakan tindakan menunda pengerjaan tugas yang disebabkan oleh

ketidaknyamanan pribadi terhadap tugas tersebut. Selanjutnya, Senecal, Julian,

dan Guay (dalam Balkis et al., 2013) mengemukakan bahwa prokrastinasi

akademik merupakan kecenderungan irasional untuk menunda pada awal atau

penyelesaian tugas akademik. Prokrastinasi terjadi ketika seseorang mengabaikan

tanggung jawab yang diperlukan (Tuckman, 1991).

Adapun dari berbagai penjelasan di atas, peneliti melakukan elaborasi dan

menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda

pengerjaan tugas akademik yang disebabkan oleh ketidaknyamanan terhadap

tugas dan tidak adanya pengaturan diri yang baik dalam menyelesaikan suatu

Page 53: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

38

tugas/aktivitas sehingga memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda atau

menghindari dengan kesadaran penuh.

2.4.2 Dimensi prokrastinasi akademik

Surijah dan Tjundjing (2007) membagi prokrastinasi akademik menjadi empat

dimensi atau aspek yang didasari oleh hasil penelitian dan teori-teori terdahulu,

yaitu perceived time, intention-action, emotional distress, dan perceived ability.

Adapun penjelasan dimensi-dimensi prokrastinasi akademik sebagai berikut:

1. Perceived time

Dimensi pertama prokrastinasi akademik dikemukakan oleh Ferrari, Johnson,

dan McGown (dalam Surijah & Tjundjing, 2007). Pada dimensi ini, individu

yang memiliki kecenderungan prokrastinasi adalah orang-orang yang gagal

dalam menepati deadline. Orientasi perceived time berada pada masa

sekarang, dan tidak mempertimbangkan masa mendatang. Hal ini membuat

individu tidak tepat waktu karena tidak berhasil memprediksi waktu yang

dibutuhkan untuk mengerjakan tugas.

2. Intention-action

Adapun yang dimaksud dengan intention-action adalah celah antara

keinginan dan perilaku atau disebut juga dengan istilah intention-action gap

(Svartdal et al., 2016; Steel, 2007). Adanya perbedaan antara keinginan dan

perilaku terwujud dalam bentuk ketidakberhasilan individu dalam

mengerjakan tugas akademik, walaupun sebenarnya individu tersebut

memiliki keinginan yang kuat untuk mengerjakannya. Namun, ketika batas

Page 54: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

39

waktu semakin dekat, gap antara keinginan dan perilaku semakin kecil. Hal

ini membuat pelaku prokrastinasi yang pada awalnya menunda pengerjaan

tugas, dapat mengerjakan hal-hal melebihi yang ditarget di awal.

3. Emotinal distress

Dimensi emotional distress tampak dari adanya perasaan cemas saat

melakukan penundaan yang pada dasarnya membawa perasaan tidak nyaman.

Ketidaknyamanan serta konsekuensi negatif menimbulkan kecemasan pada

diri pelaku prokrastinasi (Steel, 2007).

4. Perceived ability

Dimensi perceived ability merupakan keyakinan individu terhadap

kemampuan dirinya (Ellis dan Knaus dalam Steel, 2007). Meskipun

prokrastinasi tidak memiliki hubungan dengan kemampuan diri individu,

adanya keragu-raguan terhadap kemampuan diri yang menyebabkan individu

tersebut melakukan prokrastinasi. Selain itu, adanya perasaan takut gagal

mengakibatkan individu menyalahkan dirinya karena merasa tidak mampu.

Untuk menghindari perasaan-perasaan tersebut, maka individu dapat

menghindari tugas karena takut mengalami kegagalan.

Sedangkan menurut Tuckman (1991) bahwa prokrastinasi akademik terdiri

dua faktor, yaitu a) Delaying yang merupakan gambaran umum tentang

kecenderungan individu dalam melakukan penundaan mengerjakan tugas atau

menyia-nyiakan waktu, b) Avoiding unpleasant tasks adalah menghindari

tugas-tugas yang dirasa sulit atau kurang menyenangkan.

Page 55: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

40

2.4.3 Alat ukur prokrastinasi akademik

Dalam mengukur prokrastinasi akademik, terdapat berbagai macam skala

pengukuran berdasarkan para peneliti terdahulu, antara lain sebagai berikut:

1. Solomon dan Rothblum (1984) mengembangkan alat ukur Procrastination

Assessment Scale for Students (PASS) berupa self-report yang ditujukan

kepada pelajar dan mahasiswa. Alat ukur ini terdiri dari dua bagian, pada

bagian pertama berisikan prokrastinasi yang lazim terjadi pada enam area

akademik. Selanjutnya pada bagian kedua, merupakan kemungkinan alasan

yang menyebabkan prokrastinasi dalam pengerjaan tugas. Responden diminta

untuk menilai masing-masing item menggunakan skala Likert 1 – 5 (1 = tidak

pernah prokrastinasi; 5 = selalu prokrastinasi).

2. Lay (1986) mengembangkan alat ukur General Behavioral Procrastination

(GP) Scale yang bersifat unidimensional dengan 20 item. Skala ini memiliki

Cronbach alpha sebesar 0.82 dengan rentang alternative jawaban 1 – 5.

Adapun interpretasi jawaban 1 = rendah, hingga 5 = tinggi. Skor tinggi pada

skala ini merefleksikan perilaku prokrastinasi (Ferrari, 1992).

3. Tuckman (1991) mengembangkan alat ukur Procrastination Scale yang terdiri

dari 35 item dan terbagi kedalam dua faktor, yaitu 1) kecenderungan menunda

sesuatu (delaying), dan 2) kecenderungan menghindari tugas yang sulit dan

tidak menyenangkan (avoiding unpleasant tasks). Reliabilitas alat ukur

prokrastinasi ini sebesar 0.90.

4. Muszynski dan Akamatsu (1991) mengembangkan Procrastination Inventory

yang terbagi menjadi 11 subskala dengan total keseluruhan 43 item. Subskala

Page 56: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

41

tersebut didesain untuk mengukur toleransi frustasi rendah (5 item);

perfeksionisme (4 item); pemberotakan (4 item); kesulitan membuat keputusan

(2 item); kebutuhan persetujuan (2 item); tidak dapat mengambil bantuan (2

item); prokrastinasi sebagai gaya kerja (4 item); takut menyelesaikan studi (3

item); denominasi diri (5 item); kurangnya penguatan (6 item); keengganan

tugas (5 item). Seluruh item diukur menggunakan lima skala dengan rentang

angka 1= “Sangat Tidak Sesuai” sampai 5= “Sangat Sesuai” dengan reliabilitas

sebesar 0.86 secara keseluruhan (Johnson et al., 2000).

5. Irrational Procrastination Scale (IPS) oleh Steel terdiri dari 9 item yang

dengan 5 skala, yaitu 1 = “Sangat Jarang” atau “Sangat Tidak Sesuai”; 5 =

“Sangat Sering” atau “Sangat Sesuai” (disesuaikan dengan kebutuhan

administrasi) dengan konsistensi internal α = 0.91 (Steel & Ferrari, 2012).

6. Aitken Procrastination Inventory (API), skala ini tersusun atas 19 item yang

terkait dengan performa akademik dan kehidupan sehari-hari. Dari

keseluruhan item terdapat item favorable maupun unfavorable. Respon

sampel terhadap item bergerak dari rentang angka 1 = “False” hingga angka

5 = “True”.

2.5 Peer Influence

2.5.1 Definisi peer influence

Menurut Bahasa, peer influence terdiri dua kata, yaitu “peer” dan “influence”.

Arti kata “peer” (dalam Webster Online Dictionary, 2017) adalah orang-orang

dengan usia yang sama, yang kita temui atau sering berhubungan. Sedangkan

Page 57: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

42

“influence” memiliki arti semacam kekuatan tak tampak (intangible) yang dapat

memengaruhi cara pandang seseorang dan perilaku, pengaruh bisa positif atau

negatif. Sehingga, dapat dikatakan bahwa peer influence adalah kekuatan tak

tampak dari teman sebaya yang memengaruhi cara pandang dan perilaku individu,

secara positif dan negatif (Education Bureau, 2017).

Selanjutnya menurut Koss (2011), peer atau teman sebaya adalah

kontributor utama pembentuk ketidakjujuran akademik pada kelompok usia

remaja. Remaja selalu menginginkan agar dirinya dapat diterima oleh teman-

temannya. Untuk tujuan itu mereka sanggup melakukan hal-hal yang mereka tahu

bahwa itu salah. Semua itu dilakukan hanya untuk menyenangkan teman-

temannya. Apapun yang dilakukan teman-temannya mereka akan turut

melakukannnya juga. Mereka tidak ingin dianggap sebagai bukan bagian dari

kelompok teman-temannya itu.

Berbeda dengan penjelasan sebelumnya yang mengatakan bahwa peer

influence dapat bersifat positif ataupun negatif. Nora dan Zhang (2010) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa peer influence merupakan pengaruh negatif

yang didapatkan dari teman sebaya terhadap sikap dan perilaku menyimpang

individu. Definisi peer influence menurut Nora dan Zhang yang digunakan dalam

penelitian karena sesuai dengan konteks ketidakjujuran akademik yang memiliki

pengaruh negatif dan merupakan perilaku yang menyimpang.

Page 58: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

43

2.5.2 Dimensi peer influence

Berdasarkan Nora dan Zhang (2010) terdiri dari tiga dimensi, sebagai berikut:

1. Sikap teman sebaya terhadap ketidakjujuran akademik

Sikap teman sebaya adalah sikap yang dimiliki teman sebaya yang terbentuk

melalui hasil evaluasi teman sebaya terhadap semua hal, perilaku, ide, atau

pendapat. Dalam hal ini sikap yang dimaksud adalah sikap teman sebaya

terhadap ketidakjujuran akademik.

2. Pelaporan teman sebaya

Pelaporan teman sebaya adalah pelaporan terhadap pelanggaran yang

dilakukan teman sebaya kepada pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi,

seperti orang tua, guru atau dosen, maupun oknum penegak keadilan.

3. Perilaku teman sebaya

Perilaku teman sebaya adalah tingkah laku yang dilakukan oleh teman sebaya,

baik bersifat positif atau negatif, yang dapat memengaruhi perilaku individu.

2.5.3 Alat ukur peer influence

Dalam mengukur peer influence, terdapat berbagai macam skala pengukuran

berdasarkan para peneliti terdahulu, antara lain sebagai berikut:

1. Nora dan Zhang (2010) dalam penelitiannya menggunakan alat ukur peer

influence berupa kuesioner dengan pertanyaan terbuka-tertutup yang terdiri

dari 7 pertanyaan. Pertanyaan tersebut mencakup tiga dimensi, yaitu peers’

attitude towards academic dishonesty (dalam hal ini perilaku menyontek),

peers’ reporting, dan peers’ behaviour.

Page 59: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

44

2. Muslimah (2016) mengembangkan alat ukur peer influence berdasarkan

dimensi oleh Nora dan Zhang (2010), yaitu sikap teman sebaya terhadap

ketidakjujuran akademik (dalam hal ini perilaku menyontek), pelaporan

teman sebaya, dan perilaku teman sebaya. Alat ukur ini terdiri dari 15 butir

pernyataan, dengan 5 item pada setiap dimensinya.

2.6 Faculty of Enrolment

2.6.1 Definisi faculty of enrolment

Kalimat faculty of enrolment secara bahasa diartikan sebagai fakultas dimana

tempat mahasiswa belajar. Pada umumnya, fakultas di suatu universitas (instansi)

terdiri dari fakultas pendidikan, sains, sosial, kesehatan, kedokteran, seni, teknik,

dan ekonomi.

2.6.2 Jenis-jenis faculty of enrolment

Adapun jenis-jenis fakultas sangat bergantung pada universitas (instansi) dan

kebijakan yang berlaku di instansi tersebut, seperti di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat 12 jenis fakultas yang terdiri dari Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Adab

dan Humaniora (FAH), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Fakultas Ushuluddin

(FU), Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM), Fakultas Dirasat

Islamiyah (FDI), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Ilmu Kesehatan

(FIKES), dan Fakultas Kedokteran (FK).

Page 60: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

45

2.6.3 Penelitian terdahulu tentang faculty of enrolment

Jurdi et al. (2011) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa mahasiswa pada

kelompok fakultas sosial (social work) cenderung memiliki tingkat yang lebih

rendah dalam melakukan ketidakjujuran akademik dibandingkan dengan

kelompok seni, bisnis, pendidikan, dan sains. Hasil penelitian serupa tentang

rendahnya tingkat ketidakjujuran akademik pada kelompok mahasiswa kedokteran

dan kesehatan ditemukan oleh Satria (2014). Rendahnya tingkat mahasiswa

dalam melakukan perilaku ketidakjujuran akademik ini dikarenakan pengajar

(dosen/asisten dosen) memegang teguh terkait kebijakan dan penerapan kode etik,

serta memeriksa tugas-tugas mahasiswa dengan sangat teliti di fakultas tersebut.

Penemuan yang berbeda berdasarkan hasil penelitian McCabe (dalam Jurdi et al.,

2011) bahwa kelompok mahasiswa jurusan ekonomi cenderung melakukan

kecurangan dibandingkan dengan jurusan marketing dan manajemen. Tingginya

tingkat kecurangan pada kelompok mahasiswa jurusan bisnis dikarenakan adanya

tekanan-tekanan mengenai kesuksesan dan pencapaian.

2.7 Kerangka Berpikir

Ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini bersifat unidimensional (hanya

mengukur satu faktor) dan merupakan pelanggaran-pelanggaran dalam hal

akademik yang mencakup menyontek, plagiasi, dan mendapatkan bantuan dari

luar (orang lain) agar berhasil dalam segi akademik. Skala pengukuran

ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari dua alat

ukur ketidakjujuran akademik oleh McCabe dan Trevino (1993) serta Iyer dan

Eastman (2008), yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan budaya di

Page 61: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

46

Indonesia. Untuk menyesuaikan alat ukur tersebut, peneliti mengelaborasi dengan

hasil-hasil pengamatan tentang perilaku ketidakjujuran akademik yang terjadi di

kalangan mahasiswa Indonesia pada umumnya, salah satu contohnya peneliti

menambah item mengenai perilaku titip absen. Perilaku ketidakjujuran akademik

ini terjadi disebabkan oleh beberapa variabel secara langsung dan tidak langsung.

Pada variabel yang memengaruhi ketidakjujuran akademik secara langsung (direct

effects) berarti memiliki pengaruh tanpa harus melewati variabel mediator.

Sedangkan pada variabel yang berpengaruh secara tidak langsung, yaitu variabel

yang memiliki pengaruh terhadap ketidakjujuran akademik, tetapi melalui variabel

mediator.

Di dalam penelitian ini, diteorikan bahwa variabel prokrastinasi akademik,

sikap, goal orientation (mastery dan performance), dan peer influence dapat

secara langsung dan tidak langsung dalam memengaruhi ketidakjujuran akademik.

Sedangkan variabel demografis seperti jenis kelamin, usia, faculty of

enrolment,dan honor code harus melalui variabel mediator dalam memengaruhi

ketidakjujuran akademik. Adapun variabel-variabel yang diteorikan menjadi

mediator dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik, sikap, goal

orientation (mastery dan performance), dan honor code. Setiap variabel dalam

penelitian ini saling berhubungan antara satu sama lain. Seperti variabel jenis

kelamin dan usia yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap ketidakjujuran

akademik (KA), yaitu dengan melalui variabel sikap terhadap ketidakjujuran

akademik. Menurut Jurdi (2011) antara perempuan dan laki-laki memiliki sikap

yang berbeda dalam memandang ketidakjujuran, terdapat suatu proses yang

Page 62: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

47

disebut neutralization, yaitu suatu kondisi dimana individu memandang bahwa

ketidakjujuran akademik adalah hal yang wajar (normatif) memiliki

kecenderungan untuk melakukan perilaku tersebut. Neutralization ini cenderung

terjadi pada perempuan untuk membuat suatu rasionalisasi (Miller, Murdock,

Anderman, & Poindexter, 2007; Jurdi, et al, 2011). Namun di sisi lain, ternyata

laki-laki yang cenderung melakukan ketidakjujuran (McCabe & Trevino, 1993;

Anderman & Midgley, 2004; Miller et al.,2007). Selanjutnya, pada variabel usia,

ketidakjujuran cenderung dilakukan oleh mahasiswa yang berusia lebih tua

(Bourassa, 2011). Mahasiswa yang lebih tua yang dimaksudkan adalah mahasiswa

semester akhir yang memiliki waktu terbatas untuk menyelesaikan studi,

ketidakjujuran dapat terjadi ketika mahasiswa yang lebih tua memiliki sikap yang

positif terhadap ketidakjujuran akademik, apalagi jika individu tersebut memiliki

keterbatasan waktu dalam menyelesaikan studi , maka semakin ia memiliki

kecenderungan untuk melakukan ketidakjujuran dalam hal akademik.

Di sisi lain, yaitu faculty of enrolment yaitu fakultas dimana subjek

terdaftar juga turut berpengaruh terhadap ketidakjujuran akademik melalui

variabel honor code dan sikap terhadap ketidakjujuran akademik. Sikap positif

atau negatif terhadap ketidakjujuran akademik itu tergantung pada sejauh mana

tingkat penerapan kode etik (honor code) pada fakultas tersebut. Karena adanya

kode etik yang berlaku akan berpengaruh pada iklim atau budaya dari integritas

akademik, dan hal inilah yang sangat penting dalam menentukan level dari

ketidakjujuran akademik (Shrader et al., 2012). Dalam penelitian ini diasumsikan,

semakin ketat dan tegas penerapan honor code pada suatu fakultas, maka semakin

Page 63: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

48

negatif sikap seseorang terhadap perilaku ketidakjujuran akademik, sehingga

cenderung untuk menghindari. Selanjutnya, menurut Comas-Forgas & Sureda-

Negre (2010) bahwa terdapat salah satu faktor penyebab individu melakukan

ketidakjujuran adalah karena memiliki waktu yang tidak cukup untuk

mengerjakan tugas yang disebabkan oleh buruknya pengaturan diri dan waktu.

Adapun hasil penelitian lainnya bahwa individu dengan skor prokrastinasi

akademik yang tinggi cenderung melalukan kecurangan akademik, dibandingkan

dengan individu yang memiliki skor prokrastinasi akademik rendah (Roig &

DeTommaso, 1995). Dalam penelitian ini juga diasumsikan bahwa semakin

positif sikap seseorang terhadap ketidakjujuran akademik, maka akan semakin

cenderung melakuka prokrastinasi yang pada gilirannya melakukan ketidakjujuran

akademik.

Adapun prokrastinasi ini juga merupakan variabel mediator antara goal

orientation terhadap ketidakjujuran akademik. Ames (dalam Pinritch, Schunk, &

Meece, 2008) membagi goal orientation menjadi mastery dan performance

orientation. Ketidakjujuran akademik lebih tinggi dilakukan pada individu yang

berorientasi performance dibandingkan dengan mastery. Hal ini dikarenakan,

performance orientation berfokus pada nilai yang tinggi dan ingin tampak unggul

dibandingkan dengan individu lain, sedangkan mastery berfokus pada penguasaan

materi (Anderman & Midgley, 2004).Variabel goal orientation ini turut

dipengaruhi oleh pengaruh teman sebaya (peer influence). Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu, bahwa peer influence merupakan salah satu faktor yang

memiliki pengaruh kuat terhadap ketidakjujuran akademik (Jurdi et al., 2011;

Page 64: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

49

Koss, 2011b; Nora & Zhang, 2010). Namun, meskipun diprediksikan

memengaruhi ketidakjujuran akademik melalui beberapa variabel mediator,

variabel performance dan mastery dapat berpengaruh secara langsung dengan

memiliki koefisien negatif pada orientasi mastery dan positif pada orientasi

performance.

Selanjutnya, variabel peer influence atau pengaruh teman sebaya dalam

penelitian ini dapat memengaruhi ketidakjujuran akademik secara langsung, dan

juga secara tidak langsung melalui variabel mediator performance dan mastery

goal orientation. Semakin mudah seseorang dipengaruhi temannya dalam

melakukan ketidakjujuran akademik, hal tersebut disebabkan adanya orientasi

tujuan performance yang berfokus pada penilaian, yang mendorong individu yang

pada gilirannya melakukan ketidakjujuran akademik. Namun, jika seseorang tidak

mudah terpengaruh oleh teman sebaya dalam melakukan ketidakjujuran

akademik, maka individu tersebut cenderung berorientasi mastery yang lebih

mengutamakan pemahaman dan penguasaan materi dibandingkan penilaian,

sehingga cenderung untuk menghindari ketidakjujuran akademik.

Dari berbagai uraian yang telah dijabarkan di atas, terdapat enam variabel

endogen (terikat) dalam penelitian ini, yaitu ketidakjujuran akademik, sikap

terhadap ketidakjujuran akademik, prokrastinasi akademik, honor code, goal

orientation (mastery dan performance). Adapun yang menjadi varian eksogen

(sebab) adalah faktor demografi (usia, jenis kelamin, dan faculty of enrolment)

serta peer influence.

Page 65: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

50

Untuk lebih lanjut, kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan

seperti yang tertera pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

Keterangan: KA : Ketidakjujuran akademik JK : Jenis kelamin

PA : Prokrastinasi akademik US : Usia

SKP : Sikap terhadap KA PI : Peer influence

PGO : Performance goal orientation F1 : Faculty of enrolment (kelompok sosial)

MGO : Mastery goal orientation F2 : Faculty of enrolment (kelompok agama)

HC : Honor code F3 : Faculty of enrolment (kelompok sains)

2.8 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan judulnya, terdapat dua hal yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu

melakukan uji validitas skala pengukuran ketidakjujuran akademik dan

melakukan uji model fit berdasarkan model pada gambar 2.1 di atas. Maka dari itu

hipotesis penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu 1.) hipotesis pengukuran

ketidakjujuran akademik, dan 2.) hipotesis pemodelan ketidakjujuran akademik

sebagai berikut:

Page 66: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

51

2.8.1 Hipotesis Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

2.8.1.1 Hipotesis Mayor

Seluruh butir soal (item) yang dibuat dalam skala pengukuran ketidakjujuran

akademik yang dibuat memang mengukur satu faktor saja.

2.8.1.2 Hipotesis Minor

Setiap butir soal (item) signifikan dalam mengukur ketidakjujuran akademik.

2.8.2 Hipotesis Pemodelan Ketidakjujuran Akademik

2.8.2.1 Hipotesis Mayor

Model yang diteorikan (jenis kelamin, usia, faculty of enrolment, peer influence,

honor code, sikap terhadap ketidakjujuran akademik, performance goal

orientation, mastery goal orientation, dan prokrastinasi akademik) fit dengan data

dalam memengaruhi ketidakjujuran akademik.

2.8.2.2 Hipotesis Minor

Ha.1 : Prokrastinasi akademik, sikap terhadap ketidakjujuran akademik,

performance goal orientation, dan peer influence, memiliki pengaruh

langsung yang signifikan dan positif terhadap ketidakjujuran akademik.

Ha.2 : Mastery goal orientation memiliki pengaruh langsung yang signifikan

dan negatif terhadap ketidakjujuran akademik.

Ha.3 : Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakjujuran

akademik secara tidak langsung melalui sikap terhadap ketidakjujuran

akademik.

Page 67: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

52

Ha.4 : Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakjujuran

akademik secara tidak langsung melalui sikap terhadap ketidakjujuran

akademik.

Ha.5 : Faculty of enrolment memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ketidakjujuran akademik secara tidak langsung melalui honor code dan

sikap terhadap ketidakjujuran akademik.

Ha.6 : Honor code memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakjujuran

akademik secara tidak langsung melalui sikap terhadap ketidakjujuran

akademik.

Ha.7 : Peer influence memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ketidakjujuran akademik secara tidak langsung melalui performance goal

orientation, mastery goal orientation, dan prokrastinasi akademik.

Ha.8 : Performance goal orientation memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ketidakjujuran akademik secara tidak langsung melalui sikap

terhadap ketidakjujuran akademik.

Ha.9 : Mastery goal orientation memiliki pengaruh yang signifikan dan

memiliki koefisien negatif terhadap ketidakjujuran akademik secara tidak

langsung melalui prokrastinasi akademik.

Page 68: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

53

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah.

Proses pengambilan data dalam melakukan pengambilan sampel penelitian,

peneliti menggunakan teknik snowball sampling dan purposive sampling yang

merupakan jenis dari teknik non-probability sampling, dimana teknik tersebut

tidak memberikan peluang yang sama terhadap anggota populasi untuk terpilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 355

responden yang merupakan mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menyebar kuesioner penelitian secara

online menggunakan Google Form dalam jangka waktu 7 hari, terhitung sejak

tanggal 25 sampai dengan 31 Mei 2018. Minimum sampel dalam ini adalah 200

responden, adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel,

adalah sebagai berikut :

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel endogen (η) yaitu

ketidakjujuran akademik dengan konstruk unidimensional, honor code, sikap

terhadap ketidakjujuran akademik, mastery goal orientation, performance goal

orientation dan prokrastinasi akademik. Sedangkan variabel eksogen (ξ) adalah

Minimum sampel = jumlah variabel x 20

Page 69: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

54

usia, jenis kelamin, faculty of enrolment, dan peer influence. Berikut ini

merupakan rinciannya sebagai berikut:

1. Ketidakjujuran akademik (η6)

2. Honor code (η1)

3. Sikap terhadap ketidakjujuran akademik (η2)

4. Mastery goal orientation (η3)

5. Performance goal orientation (η4)

6. Prokrastinasi akademik (η5)

7. Usia (ξ1)

8. Jenis kelamin (ξ2)

9. Faculty of enrolment (ξ3)

10. Peer influence (ξ4)

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini adalah bersifat

unidimensional (hanya mengukur satu faktor) yang dibatasi pada

pelanggaran-pelanggaran akademik yang mencakup perilaku menyontek,

plagiarisme, dan bantuan dari luar (Iyer & Eastman, 2008).

2. Sikap adalah suatu disposisi untuk merespon secara favorable maupun

unfavorable terhadap suatu objek, orang, institusi, atau peristiwa yang

terdiri dari aspek kognitif, afektif, serta konatif (Ajzen, 2005). Karena

variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketidakjujuran akademik, maka

Page 70: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

55

objek sikap yang dimaksud dalam penelitian ini ialah sikap terhadap

ketidakjujuran akademik.

3. Prokrastinasi akademik adalah tindakan menunda pengerjaan tugas

akademik yang disebabkan oleh ketidaknyamanan terhadap tugas dan tidak

adanya pengaturan diri yang baik dalam menyelesaikan suatu tugas/aktivitas

sehingga memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda atau menghindari

dengan kesadaran penuh.

4. Goal orientation merupakan tujuan atau alasan individu untuk melibatkan

diri dalam perilaku mencapai tujuan (Pinritch et al., 2008). Menurut Ames

dan Pinritch (dalam Pinritch et al., 2008) terdapat dua dimensi goal

orientation, yaitu mastery orientation yang berfokus pada pembelajaran,

menguasai tugas menurut standar pribadi yang telah dihadapkan atau

pengembangan diri pada kemampuan baru, meningkatkan atau

mengembangkan kompetensi, mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang

menantang, mencoba untuk mengerti atau wawasan, dan performance

orientation orientation memiliki fokus pada kompetensi atau kemampuan

dan bagaimana kemampuan tersebut akan dinilai lebih dari orang lain

dibandingkan dengan yang lainnya.

5. Peer influence adalah pengaruh negatif yang didapatkan dari teman sebaya

terhadap sikap dan perilaku menyimpang individu, yang mencakup aspek

sikap teman sebaya, pelaporan teman sebaya, dan perilaku teman sebaya

(Nora & Zhang, 2010; Muslimah, 2016).

Page 71: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

56

6. Honor code merupakan ada atau tidaknya kode etik yang berlaku serta

penerapannya pada setiap fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Faktor demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin (perempuan dan laki-

laki), serta faculty of enrolment (fakultas dimana subjek terdaftar) yang

dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bidang, yaitu a.) sosial, b.)

agama, c.) sains, dan d.) kesehatan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data dalam bentuk model skala

Likert dengan dua pengukuran, yaitu pengukuran sikap dan frekuensi. Pada skala

pengukuran sikap maupun frekuensi terdiri dari empat alternatif jawaban.

Responden diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang paling

sesuai dengan diri responden pada Google Form. Item pada penelitian ini

berbentuk pernyataan yang disajikan secara favorable (mendukung) dan

unfavorable (tidak mendukung). Skor pengukuran skala sikap dan frekuensi

pernyataan favorable dan unfavorable tertera pada tabel 3.1 dan 3.2.

Tabel 3.1

Skor Pengukuran Skala Sikap

Alternatif Pilihan Jawaban Skala Sikap Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat setuju / Sangat sesuai 4 1

Setuju / Sesuai 3 2

Tidak setuju / Tidak sesuai 2 3

Sangat tidak setuju / Sangat tidak sesuai 1 4

Page 72: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

57

Tabel 3.2

Skor Pengukuran Skala Frekuensi

Alternatif Pilihan Jawaban Skala

Frekuensi

Pernyataan

Favorable Unfavorable

Pernah lebih dari 2x 4 1

Pernah 2x 3 2

Pernah 1x 2 3

Tidak Pernah 1 4

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari enam jenis

alat ukur, yaitu alat ukur ketidakjujuran akademik (KA), sikap terhadap

ketidakjujuran akademik (SKP), prokrastinasi akademik (PA), mastery goal

orientation (MGO), performance goal orientation (PGO), dan peer influence (PI).

Alat ukur tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan adaptasi dari alat ukur

penelitian sebelumnya yang kemudian dimodifikasi sesuai dengan objek dan

situasi keadaan di Indonesia. Adapun instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu:

3.3.1 Instrumen ketidakjujuran akademik

Dalam pengumpulan data ketidakjujuran akademik, peneliti memodifikasi dua

instrumen Academic Dishonesty Scale oleh McCabe & Trevino (1993) serta Iyer

& Eastman (2008) dengan skala model 4 Likert yang menunjukkan frekuensi

terhadap perilaku. Alat ukur modifikasi ini terdiri dari 20 butir pernyataan yang

bersifat unidimensional. Adapun blueprint skala ketidakjujuran akademik dapat

dilihat pada tabel 3.3 :

Page 73: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

58

Tabel 3.3

Blueprint skala ketidakjujuran akademik

No Dimensi Indikator No Item

(Favorable)

Jumlah

1

Ketidakjujuran

akademik

Menyontek secara manual ataupun

bantuan gadget

1, 2, 6, 18, 19

5

Bekerja sama dalam berbuat

ketidakjujuran

3, 5, 7, 10, 11,

14, 15

7

Melakukan pemalsuan (daftar pustaka,

data, dan informasi)

9, 13, 16, 20 4

Menyalin pekerjaan dan/atau

menggunakan pendapat orang lain tanpa

sepengetahuannya

4, 8, 12, 17 4

3.3.2 Instrumen sikap terhadap ketidakjujuran akademik

Dalam pengumpulan data sikap terhadap ketidakjujuran akademik, peneliti

melakukan adaptasi alat ukur oleh Jurdi, Hage, dan Chow (2011) yang berisikan

perilaku-perilaku ketidakjujuran akademik dan bersifat unidimensional. Skala

yang digunakan adalah semantic defferensial dengan interval 1 (sangat tidak

boleh) sampai dengan 4 (sangat boleh) yang menunjukkan sikap terhadap

perilaku. Adapun blueprint skala sikap terhadap ketidakjujuran akademik dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Blueprint skala sikap terhadap ketidakjujuran akademik

No Indikator No Item (Favorable)

Jumlah

1 Sikap terhadap

ketidakjujuran

akademik

Menyalin jawaban teman pada saat ujian

dan/atau pengerjaan tugas

Tidak mencantumkan sumber referensi

Pemalsuan dokumen

2, 4

3

7, 13

2

1

2

Page 74: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

59

Table 3.4

Blueprint skala sikap terhadap ketidakjujuran akademik

No Indikator No Item Jumlah

(Favorable)

1 Sikap

terhadap

ketidakjujuran

akademik

Menyontek menggunakan media (catatan,

gadget)

Memalsukan informasi

Mencari bocoran soal dan/atau memberi

jawaban kepada teman pada saat ujian

Meminta bantuan dan/atau membantu

orang lain pada saat ujian dan pengerjaan

tugas.

10, 14

5, 6, 11, 16

12

1, 8, 9, 15

2

4

1

4

3.3.3 Instrumen goal orientation

Dalam pengumpulan data goal orientation, peneliti menggunakan menggunakan

konstruk instrumen yang dikembangkan oleh Puspita (2016) berlandaskan pada

teori Ames (dalam Pinritch, Schunk, dan Meece 2008), adapun alat ukur ini terdiri

dari 6-item mastery goal orientation dan 5-item performance goal orientation,

dengan total 11-item. Skala yang digunakan adalah model Likert 1 – 4 yang

menunjukkan persetujuan terhadap perilaku. Adapun blueprint skala goal

orientation dapat dilihat pada tabel 3.5 :

Tabel 3.5

Blueprint skala goal orientation

No Dimensi Indikator No Item

(Favorable)

Jumlah

1 Mastery goal

orientation

Fokus pada pembelajaran yang efektif

Menguasai tugas atau materi

Mengembangkan kemampuan yang

dimiliki individu

Mencoba menyelesaikan sesuatu yang

menantang

1

2

3,4,5

6

6

2

Performance

goal

orientation

Mengaharapkan nilai atau prestasi

yang baik

Mencari pengakuan publik atas

performa yang dimilikinya

8, 9, 10,11

7

5

Page 75: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

60

3.3.4 Instrumen prokrastinasi akademik

Instrumen prokrastinasi akademik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dikembangkan oleh Bruce W. Tuckman (1991).Alat ukur ini terdiri dari 35

pernyataan yang menggambarkan perilaku-perilaku prokrastinasi akademik.

Peneliti melakukan modifikasi alat ukur dengan menyesuaikan kondisi akademik

yang ada di Indonesia, sehingga didapatkan 25 butir pernyataan yang bersifat

unidimensional dengan skala Likert-4 yang mengukur sikap. Adapun blueprint

skala prokrastinasi akademik dapat dilihat pada tabel 3.6 :

Tabel 3.6

Blueprint skala prokrastinasi akademik

No Dimensi Indikator No Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Prokrastinasi

akademik

Menunda-nunda atau

menghindari tugas/pekerjaan

1, 2, 7, 14,

17

5, 15, 19 8

Tidak memanfaatkan waktu

sebaik mungkin (membuang-

buang waktu)

3, 9, 11,

13, 18, 24

4, 16, 21, 22,

23

11

Mengalami kesulitan dan

kecemasan dalam mengerjakan

tugas/pekerjaan

12, 17, 25 - 3

Mencari alasan untuk menunda

tugas/pekerjaan

6, 8, 10, 20 - 4

3.3.5 Instrumen peer influence

Dalam pengumpulan data peer influence, peneliti menggunakan menggunakan

konstruk instrumen yang dikembangkan oleh Muslimah (2016) berlandaskan pada

teori Nora dan Zhang (2010), adapun alat ukur ini terdiri dari 15 butir pernyataan.

Skala yang digunakan adalah model Likert-4 yang menunjukkan persetujuan

terhadap perilaku. Alat ukur ini memenuhi asumsi unidimensionalitas. Adapun

blueprint skala peer influence dapat dilihat pada tabel 3.7:

Page 76: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

61

Tabel 3.7

Blueprint skala peer influence

No Indikator No Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Sikap teman

sebaya

Sikap positif teman

sebaya terhadap

ketidakjujuran akademik

2, 5 1, 3, 4 5

2 Pelaporan

teman

Tidak melaporkan

perilaku kecurangan yang

ditemukan (negatif

terhadap pelaporan)

6, 7,

8, 10

9 5

3 Perilaku teman

sebaya

Ketidakjujuran akademik

teman sebaya

11, 12

13, 14

15 5

3.3.6 Instrumen faktor demografi jenis kelamin

Jenis kelamin diukur menggunakan coding tertentu, yaitu untuk jenis kelamin,

laki-laki diberi kode “1”, sedangkan perempuan diberi kode “0”.

3.3.7 Instrumen faculty of enrolment

Faculty of enrolment merupakan variabel kategorik dan diukur menggunakan

coding tertentu yang terlampir pada tabel 3.8 :

Tabel 3.8

Koding variabel faculty of enrolment

Kode

Fakultas

Bidang Fakultas Coding

F1 F2 F3

1 Sosial FITK, FEB, FISIP, FPSI, FAH 1 0 0

2 Agama FSH, FU, FIDKOM, FDI 0 1 0

3 Sains FST 0 0 1

4 Kesehatan FIKES, FK 0 0 0

Keterangan :

FITK : Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan

FU : Ushuluddin

FEB : Ekonomi dan Bisnis FIDKOM : Ilmu Dakwah dan Komunikasi

FISIP : Ilmu Sosial dan Politik FDI : Dirasat Islamiyah

FPSI : Psikologi FST : Sains dan Teknologi

FAH : Adab dan Humaniora FIKES : Ilmu Kesehatan

FSH : Syariah dan Hukum FK : Kedokteran

Page 77: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

62

3.3.8 Instrumen honor code

Honor code merupakan variabel kontinum yang diukur dengan satu item

menggunakan skala 1 sampai dengan 3, dengan pilihan jawaban “Tidak” skor = 1,

“Ada, tapi tidak diterapkan” skor = 2, dan “Ada, diterapkan” skor = 3.

3.4 Uji Validitas Konstruk

Setelah melakukan pengambilan data, peneliti melakukan uji validitas konstruk

untuk memastikan instrumen tersebut benar mengukur konstruk yang akan diukur.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

menggunakan software Mplus 8.0 (Muthen&Muthen, 2017) untuk menguji

validitas alat ukur. Adapun logika CFA menurut Umar (2015) sebagai berikut :

1. Terdapat sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional, sehingga dapat di susun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukur kemampuan tersebut, kemampuan ini disebut faktor. Untuk

melakukan pengukuran pada setiap faktor harus dilakukan analisis terlebih

dahulu terhadap respon atas item-itemnya.

2. Dalam hal ini diteorikan bahwa semua item mengukur hanya satu faktor yang

sama (unidimensional).

3. Selain itu, juga diteorikan bahwa masing-masing item hanya mengukur satu

faktor saja. Ini berarti bahwa setiap item bersifat unidimensional pada dirinya

sendiri (tidak mengandung bias).

4. Jika data sudah tersedia, maka data tersebut digunakan untuk mengestimasi

parameter dari model unidimensional yang diteorikan. Dalam hal ini

Page 78: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

63

parameternya adalah koefisien muatan faktor (λ) dan varians kesalahan

pengukuran (ϴ). Karena model bersifat unidimensional, parameter yang

berupa varians dari konstruk yang diukur (faktor) tidak perlu diestimasi,

karena ditetapkan (fixed = 1). Hal ini diperlukan untuk menentukan skala

ukuran bagi faktor yang hendak diukur, yang disini berupa skala baku.

5. Nilai hasil estimasi parameter digunakan untuk memprediksi korelasi yang

seharusnya diperoleh menurut teori, korelasi ini disebut sigma (σ).

6. Matriks nilai korelasi hasil prediksi (Σ) kemudian dibandingkan dengan

matriks korelasi yang diperoleh dari data (S). Jika model teoritis yang diuji

(unidimensional) sesuai dengan model teori tersebut memang benar adanya

karena didukung oleh data. Dalam hal ini, yang dilakukan secara statistik

“H0= S-Σ= 0”. Artinya, tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang

diharapkan oleh teori dengan matriks korelasi yang diperoleh dari data.

7. Ada terdapat banyak indeks statistik yang bisa digunakan untuk menguji

hipotesis nihil (H0 = S-Σ= 0) diantaranya yang paling utama adalah chi-

square dan RMSEA. Untuk nilai chi-square, model dikatakan fit jika

memiliki probability yang lebih besar dari 5% (p > 0.05). Sedangkan untuk

RMSEA, biasanya software yang digunakan (Mplus) menyajikan tiga kriteria,

model dikatakan fit jika dua dari tiga hasil RMSEA , yaitu: a.) RMSEA

estimate < 0.05, b.) Confident interval (CI) < 0.05, dan c.) probability bahwa

RMSEA < 0.05 adalah > 0.05 ( P RMSEA < 0.05 adalah > 0.05). Jika nilai

chi-square dan/atau RMSEA tidak signifikan, maka disimpulkan bahwa

hipotesis nihil tidak ditolak. Artinya model teori bahwa seluruh item memang

Page 79: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

64

hanya menguji satu dimensi (unidimensional) adalah benar dan dapat

diterima. Hal ini disebut bahwa model fit dengan data dan kegiatannya

dinamakan “uji model fit”.

8. Jika model unidimensional dinyatakan fit dengan data, maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen (alat ukur) yang terdiri dari himpunan item

tersebut adalah valid untuk mengukur konstruk yang didefinisikan (validitas

konstruk terbukti).

9. Jika model unidimensional tidak fit, maka biasanya diperlukan modifikasi

model dengan cara menambah parameternya yang dalam hal ini terutama

adalah korelasi antar kesalahan pengukuran (residual).

10. Apabila model unidimensional fit dengan data, tetapi disertai dengan korelasi

antar residual, maka dapat ditafsirkan bahwa item-item tersebut bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing. Misalnya, dua buah item yang

selain mengukur kemampuan matematika ternyata juga mengukur

kemampuan berbahasa (karena kedua item berbentuk soal cerita). Item yang

bersifat multidimensional seperti ini disebut mengandung bias.

11. Jika model fit telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah melihat apakah

setiap item secara signifikan mengukur konstruk yang hendak diukur. Dalam

hal ini terdapat dua kriteria utama dalam menentukan validitas item, yaitu: a.)

Apakah koefisien muatan faktor (factor loading) bernilai positif, dan b.)

Apakah koefisien muatan faktor signifikan secara statistik (T-value > 1,96

atau P-value < 0.05). Jika koefisien muatan faktor bernilai negative, maka

item harus di-drop (tidak dapat digunakan) meskipun secara statistik

Page 80: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

65

sigifikan. Jika koefisien muatan faktor bernilai positif dan signifikan, berarti

item valid dan dapat digunakan. Apabila item bernilai positif tetapi tidak

signifikan, dapat diserahkan kepada peneliti apakah akan digunakan atau

tidak. Namun demikian, untuk pengembangan tes psikologi yang baku

sebaiknya tidak digunakan.

Sebagai informasi tambahan yang penting dalam uji validitas alat ukur

psikologi dengan menggunakan CFA, perlu dicatat bahwa seringkali suatu item

berisi pernyataan atau pertanyaan yang bersifat negatif (unfavourable). Adapun

skor item tersebut harus dibalik (reversed) terlebih dahulu sebelum perhitungan

korelasi dan CFA dilakukan. Dalam penelitian ini, dengan menggunakan item

yang sudah terbukti valid, peneliti menghitung skor faktor (true score) pada setiap

variabel yang diuji validitas konstruknya, yaitu ketidakjujuran akademik (KA),

sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), prokrastinasi akademik (PA),

performance goal orientation (PGO), mastery goal orientation (MGO), dan peer

influence (PI).

Skor faktor (true score) inilah yang akan dijadikan data dalam rangka

menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Namun demikian, karena true score

bersifat standardized sehingga nilainya ada yang positif dan negatif, maka peneliti

mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score dengan rumusnya yaitu:

Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan standard deviasi

(SD) = 15 dan diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif dengan

rentang antara 0 sampai dengan 100. Setelah didapatkan factor score yang telah

T-Score = 50 + (15 x factor score)

Page 81: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

66

diubah menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam regresi dan

path analysis (analisis jalur).

3.4.1 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala Ketidakjujuran Akademik

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis faktor dari 20 item yang mengukur

ketidakjujuran akademik menggunakan pendekatan bi-factor, karena terdapat

beberapa item yang multidimensional. Skala pengukuran ketidakjujuran akademik

dalam penelitian ini fit setelah dilakukan iterasi sebanyak 30000 kali, dengan

RMSEA estimate = 0.058 (p <0.05), 90 percent C.I= 0.050 sampai 0.066 (p

<0.05), dan RMSEA probability <0.05 = 0.053 (p >0.05). Koefisien muatan faktor

untuk item pengukuran ketidakjujuran akademik disajikan dalam tabel 3.9 :

Tabel 3.9

Koefiesien Muatan Faktor Item Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

1 0.730 0.032 22.788 0.000

2 0.769 0.030 25.770 0.000

3 0.650 0.037 17.336 0.000

4 0.559 0.067 8.392 0.000

5 0.698 0.036 19.236 0.000

6 0.742 0.036 20.348 0.000

7 0.724 0.039 18.583 0.000

8 0.477 0.061 7.763 0.000

9 0.440 0.053 8.339 0.000

10 0.398 0.071 5.605 0.000

11 0.461 0.049 9.316 0.000

12 0.375 0.055 6.796 0.000

13 0.376 0.079 4.788 0.000

14 0.432 0.052 8.317 0.000

15 0.613 0.041 14.895 0.000

16 0.229 0.087 2.636 0.008

17 0.415 0.070 5.975 0.000

18 0.762 0.033 22.769 0.000

19 0.618 0.052 11.950 0.000

20 0.557 0.046 12.200 0.000

Keterangan:

S.E : Standard error dari factor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

Page 82: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

67

Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa tidak ada item yang didrop

pada skala ketidakjujuran akademik, karena seluruh item memiliki T-value > 1.96

(signifikan) dan bermuatan positif . Semua item pada variabel ini telah memenuhi

kriteria model fit, sehingga dapat diikutsertakan pada analisis berikutnya.

3.4.2 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala Sikap terhadap Ketidakjujuran

Akademik

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis faktor dari 16 item yang mengukur sikap

terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) menggunakan pendekatan bi-factor,

karena terdapat beberapa item yang multidimensionalitas. Skala pengukuran SKP

dalam penelitian ini fit setelah dilakukan iterasi sebanyak 10000 kali, dengan

RMSEA estimate = 0.061 (p <0.05), 90 percent C.I= 0.050 sampai 0.072 (p

<0.05), dan probability <0.05 = 0.050 (p >0.05). Koefisien muatan faktor untuk

item pengukuran ketidakjujuran akademik disajikan dalam tabel 3.10 :

Tabel 3.10

Koefisien Muatan Faktor Item Sikap terhadap Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

21 0.419 0.051 8.247 0.000

22 0.657 0.043 15.438 0.000

23 0.697 0.049 14.120 0.000

24 0.499 0.048 10.443 0.000

25 0.498 0.044 11.220 0.000

26 0.748 0.040 18.735 0.000

27 0.698 0.076 9.158 0.000

28 0.616 0.042 14.514 0.000

29 0.552 0.043 12.694 0.000

30 0.729 0.036 20.512 0.000

31 0.533 0.063 8.480 0.000

32 0.720 0.033 21.756 0.000

33 0.599 0.043 13.923 0.000

34 0.766 0.035 21.935 0.000

35 0.420 0.054 7.835 0.000

36 0.629 0.041 15.397 0.000

Page 83: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

68

Keterangan:

S.E : Standard error dari faktor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

Berdasarkan tabel 3.10 dapat diketahui bahwa tidak ada item yang didrop

pada skala sikap terhadap ketidakjujuran akademik, karena seluruh item

bermuatan positif dan memiliki t-value > 1.96 (signifikan). Semua item pada

variabel ini telah memenuhi kriteria model fit, sehingga dapat diikutsertakan pada

analisis berikutnya.

3.4.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini terdiri dari 25 item menggunakan

pendekatan bi-factor, karena terdapat beberapa item yang multidimensionalitas.

Skala pengukuran prokrastinasi akademik dalam penelitian ini fit setelah

dilakukan iterasi sebanyak 20000 kali, dengan RMSEA estimate = 0.060 (p

<0.05), 90 percent C.I= 0.048 sampai 0.073 (p <0.05), dan RMSEA probability =

0.075 (p >0.05). Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran ketidakjujuran

akademik disajikan dalam tabel 3.11:

Tabel 3.11

Koefisien Muatan Faktor Item Prokrastinasi Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

39 0.682 0.031 22.350 0.000

40 0.622 0.036 17.146 0.000

41 0.726 0.031 23.605 0.000

42 -0.471 0.044 -10.741 0.000 X

43 -0.508 0.038 -13.227 0.000 X

44 0.590 0.037 16.005 0.000

45 0.373 0.052 7.153 0.000

46 0.336 0.052 6.434 0.000

47 0.793 0.026 30.202 0.000

48 0.146 0.055 2.677 0.007

49 0.250 0.044 5.682 0.000

Page 84: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

69

Tabel 3.11

Koefisien Muatan Faktor Item Prokrastinasi Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

50 0.791 0.024 32.954 0.000

51 -0.158 0.047 -3.374 0.001 X

52 0.839 0.021 39.779 0.000

53 -0.716 0.029 -24.538 0.000 X

54 -0.433 0.043 -10.026 0.000 X

55 0.229 0.050 4.532 0.000

56 0.765 0.028 27.399 0.000

57 -0.542 0.039 -13.729 0.000 x

58 0.422 0.047 9.000 0.000

59 -0.128 0.054 -2.350 0.019 x

60 -0.234 0.048 -4.913 0.000 x

61 -0.262 0.050 -5.221 0.000 x

62 0.662 0.035 18.936 0.000

63 -0.314 0.047 -6.720 0.000 x

Keterangan:

S.E : Standard error dari faktor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa terdapat 10 item yang di-

drop pada skala prokrastinasi akademik, yaitu item nomor 42, 43, 51, 53, 54, 57,

59, 60, 61, dan 63, karena item-item tersebut bermuatan negatif dan memiliki T-

value < 1.96 (tidak signifikan), sehingga hanya terdapat 15 item yang memenuhi

kriteria model fit dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.

3.4.4 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala Goal Orientation

3.4.4.1 Mastery Goal Orientation

Konstruk variabel mastery goal orientation dalam penelitian ini adalah

unidimensional. Diperoleh skor perhitungan awal RMSEA estimate = 0.133,

RMSEA 90 percent C.I. = 0.104, Probability RMSEA = 0.000, CFI (Cumulative

Fit Index) = 0.898 yang artinya model ini belum fit. Setelah dilakukan satu kali

modifikasi, diperoleh nilai RMSEA estimate = 0.074, RMSEA 90 percent C.I. =

Page 85: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

70

0.040 sampai 0.109, Probability RMSEA <0.05 = 0.113, CFI (Cumulative Fit

Index) = 0.972 (p > 0.90). Jika melihat dua diantara tiga nilai RMSEA estimate

yang signifikan, RMSEA estimate dan 90 percent C.I < 0.05, Probability

RMSEA <0.05 lebih besar dari 0.05, dan CFI (Cumulative Fit Index) = 1.000 atau

mendekati, artinya model ini sudah fit dengan data. Selain menggunakan metode

CFA first order, peneliti juga menggunakan estimator Bayesian sebanyak 10000

iterasi dan diperoleh nilai 1.050, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit

dengan data.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, serta menentukan apakah terdapat item yang

perlu di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat muatan pada

setiap item, jika item memiliki muatan positif artinya item tersebut signifikan,

namun jika item tersebut bermuatan negatif maka harus di-drop. Nilai estimasi

untuk item pengukuran mastery goal orientation disajikan dalam tabel 3.12:

Tabel 3.12

Koefisien Muatan Faktor Item Mastery Goal Orientation

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

64 0.590 0.044 13.500 0.000

65 0.382 0.067 5.727 0.000

66 0.521 0.053 9.922 0.000

67 0.594 0.043 13.688 0.000

68 0.789 0.045 17.707 0.000

69 0.441 0.052 8.548 0.000

Keterangan:

S.E : Standard error dari faktor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability/ signifikan

Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa semua item pada variabel

mastery goal orientation bermuatan positif dan signifikan, sehingga semua item

Page 86: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

71

pada variabel ini telah memenuhi kriteria model fit untuk melanjutkan analisis ke

tahap berikutnya.

3.4.4.2 Performance Goal Orientation

Dalam penelitian ini, konstruk variabel performance goal orientation adalah

unidimensional. Perhitungan data CFA model satu faktor dari perhitungan ini

diperoleh skor perhitungan awal RMSEA estimate = 0.047, RMSEA 90 percent

C.I. = 0.000 sampai 0.096, probability RMSEA <0.05 = 0.474, CFI (Cumulative

Fit Index) = 0.991 yang artinya model ini sudah fit dengan data tanpa perlu

adanya modifikasi. Model dikatakan fit, jika melihat dua diantara tiga nilai

RMSEA estimate yang signifikan, RMSEA estimate dan RMSEA 90 percent C.I

< 0.05, probability RMSEA > 0.05, dan CFI (Cumulative Fit Index) = 1.000 atau

mendekati. Selain menggunakan metode CFA first order, peneliti juga

menggunakan estimator Bayesian sebanyak 10000 iterasi dan diperoleh nilai

1.031, jika diperoleh nilai =1.0 maka model tersebut fit dengan data. Langkah

selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur apa

yang hendak diukur, serta menentukan apakah terdapat item yang perlu di-drop

atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat muatan pada setiap item, jika

item memiliki muatan positif artinya item tersebut signifikan, namun jika item

tersebut bermuatan negatif maka harus di-drop. Nilai estimasi untuk item

pengukuran performance goal orientation disajikan dalam tabel 3.13 :

Page 87: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

72

Tabel 3.13

Koefisien Muatan Faktor Item Performance Goal Orientation

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

70 0.258 0.057 4.492 0.000

71 0.598 0.046 12.870 0.000

72 0.529 0.048 10.913 0.000

73 0.797 0.041 19.261 0.000

74 0.582 0.046 12.546 0.000

Keterangan:

S.E : Standard error dari faktor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa semua item bermuatan

positif dan signifikan, sehingga semua item pada variabel ini telah memenuhi

kriteria model fit untuk melanjutkan analisis ke tahap berikutnya.

3.4.5 Hasil Uji Validitas Konstruk Skala Peer Influence

Pada skala peer influence, peneliti menggunakan pendekatan bi-factor untuk

dilakukan analisis faktor dari 15 item, karena terdapat beberapa item yang

multidimensionalitas. Pada uji validitas konstruk ini dilakukan sebanyak tiga kali

modifikasi sehingga diperoleh RMSEA estimate = 0.061, RMSEA 90 percent C.I.

= 0.041 sampai 0.08 , Probability RMSEA = 0.171, CFI (Cumulative Fit Index) =

0.991 yang artinya model ini sudah fit dengan data.. Model dikatakan fit, jika

melihat dua diantara tiga nilai RMSEA estimate yang signifikan, RMSEA

estimate dan RMSEA 90 percent C.I < 0.05, Probability RMSEA > 0.05, dan

CFI (Cumulative Fit Index) = 1.000 atau mendekati. Selain menggunakan

pendekatan bi-factor, peneliti juga menggunakan estimator Bayesian sebanyak

10000 iterasi dan diperoleh nilai 1.026, jika diperoleh nilai =1.0 maka model

Page 88: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

73

tersebut fit dengan data. Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau

tidaknya item dalam mengukur apa yang hendak diukur, serta menentukan apakah

terdapat item yang perlu di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat muatan pada setiap item, jika item memiliki muatan positif artinya item

tersebut signifikan, namun jika item tersebut bermuatan negatif atau jika T-value

<1.96 dan P-value >0.05 maka item harus di-drop. Nilai estimasi untuk item

pengukuran peer influence disajikan dalam tabel 3.14 :

Tabel 3.14

Koefisien Muatan Faktor Item Peer Influence

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value Signifikan

75 -0.113 0.062 -1.830 0.067 X

76 0.406 0.048 8.502 0.000

77 0.172 0.053 3.266 0.001

78 0.019 0.056 0.334 0.738 X

79 0.423 0.044 9.509 0.000

80 0.673 0.037 18.115 0.000

81 0.724 0.028 25.527 0.000

82 0.922 0.017 53.218 0.000

83 0.806 0.024 34.038 0.000

84 -0.272 0.053 -5.189 0.000 X

85 0.542 0.038 14.194 0.000

86 0.503 0.040 12.443 0.000

87 -0.376 0.049 -7.729 0.000 X

88 0.488 0.040 12.317 0.000

89 -0.187 0.056 -3.317 0.001 X

Keterangan:

S.E : Standard error dari faktor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

Berdasarkan tabel 3.14 dapat diketahui bahwa terdapat 5 item yang didrop

pada skala peer influence, yaitu item nomor 75, 78, 84, 87, dan 89 karena item-

item tersebut bermuatan negatif dan memiliki T-value < 1.96 (tidak signifikan).

Sehingga, hanya terdapat 10 item yang memenuhi kriteria model fit dan dapat

Page 89: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

74

diikutsertakan pada analisis selanjutnya., yaitu item nomor 76, 77, 79, 80, 82, 83,

85, 86, dan 88.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisisa statistika dalam penelitian ini adalah path analysis menggunakan

software Mplus versi 8.0 oleh Muthen & Muthen (2017). Path analysis

merupakan variasi dari analisis regresi berganda (multiple regression analysis)

yang ditujukan untuk menganalisa persoalan-persoalan dalam analisis kausal dan

dapat mengetahui pengaruh langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) secara

bersamaan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen (Stage,

Carter, & Nora, 2004). Penggunaan metode path analysis dilakukan karena

peneliti hendak meneliti pengaruh langsung (direct effect) dan tidak langsung

(indirect effect) terhadap variabel terikat, yaitu ketidakjujuran akademik. Berikut

merupakan prosedur pada path analysis :

3.5.1 Menetapkan spesifikasi model

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah dengan membuat model

atau path diagram secara konseptual berdasarkan kajian literatur dalam

penelitian. Adapun path diagram terdiri dari 10 variabel yang digunakan

dalam penelitian.

3.5.2 Mengidentifikasi parameter model

Selanjutnya, peneliti melakukan identifikasi parameter pada model dengan

menentukan variabel endogen (η) dan eksogen (ξ) dalam penelitian.

Page 90: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

75

3.5.3 Mengestimasi parameter model.

Pada metode CFA estimasi dilakukan dengan menggunakan estimator

Maximum Likelihood. Untuk mengestimasi parameter model path analysis

peneliti juga menggunakan estimator Maximum Likelihood. Sedangkan

dalam hal skoring, menggunakan estimator Bayesian. Adapun estimasi

parameter tersebut dilakukan menggunakan software Mplus 8.0 (Muthen

& Muthen, 2017).

3.5.4 Menguji model fit berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh

Uji model fit (test of goodness of fit) merupakan tahap untuk menguji

apakah data yang diperoleh dari lapangan sesuai dengan model yang

dibuat. Penelitian ini menggunakan indeks dari root mean square error of

approximation (RMSEA) dalam menentukan fit atau tidaknya suatu

model. Adapun model dapat dikatakan fit apabila dua diantara tiga output

dari RMSEA berikut ini adalah signifikan, yaitu RMSEA Estimate < 0.05,

RMSEA 90 percent C.I < 0.05, dan probability RMSEA > 0.05. Apabila

kriteria tersebut terpenuhi maka model fit.

3.5.5 Model Modification

Tahap modifikasi dilakukan jika model yang dibuat tidak fit dengan data.

Adapun langkah pertama dalam tahap ini, yaitu dengan melihat muatan

terbesar pada output on statements pada Mplus, lalu memodifikasi syntax

Mplus berdasarkan dengan output tersebut, langkah ini dapat diulang

sampai mendapatkan model fit.

Page 91: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

76

3.5.6 Menguji hipotesis penelitian yang dalam hal ini adalah melakukan uji

signifikan terhadap parameter dari model path analysis, yaitu:

1. Koefisien dampak langsung dari satu variabel ke variabel lain, yaitu Beta (β)

dan Gamma (γ).

2. Koefisien dampak tidak langsung dari satu variabel ke variabel dependen yang

dalam hal ini ketidakjujuran akademik (KA) pada setiap jalurnya. Adapun

terdapat 20 jalur yang tersedia dalam Mplus, yaitu: a.) Jenis kelamin (JK)

terhadap ketidakjujuran akademik (KA) melalui variabel mediator sikap

terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), b.) JK terhadap KA melalui variabel

mediator SKP dan prokrastinasi akademik (PA), c.) Usia (US) terhadap KA

melalui SKP, d.) US terhadap KA melalui variabel mediator SKP dan PA, e.)

Faculty of enrolment kelompok agama (F2) terhadap KA melalui honor code

(HC) dan SKP, f.) Faculty of enrolment kelompok sains (F3) terhadap KA

melalui honor code (HC), SKP, dan PA, g.) Peer influence (PI) terhadap KA

melalui SKP, h.) PI terhadap KA melalui SKP dan PA, i.) PI terhadap KA

melalui PGO, j.) PI terhadap KA melalui PGO dan PA, k.) HC terhadap KA

melalui SKP, l.) HC terhadap KA melalui SKP dan PA, m.) Mastery goal

orientation (MGO) terhadap KA melalui SKP, n.) MGO terhadap KA melalui

SKP dan PA, o.) Performance goal orientation (PGO) terhadap KA melalui

PA, dan p.) SKP terhadap KA melalui PA.

Page 92: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

77

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Statistik Deskriptif Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 355 mahasiswa/i aktif UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dari semua fakultas. Gambaran umum berdasarkan faktor

demografi dari subjek penelitian ini, yang terdiri dari usia, jenis kelamin, faculty

of enrolment (fakultas dimana subjek terdaftar), dan honor code (kode etik

fakultas) dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.4

berikut ini:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Variabel Sampel N=355 / (%)

Usia 18 tahun 18 (5.1%)

19 tahun 56 (15.8%)

20 tahun 91 (25.6%)

21 tahun 114 (32.1%)

22 tahun 59 (16.6%)

23 tahun 13 (3.7%)

24 tahun 1 (3%)

25 tahun 1 (3%)

26 tahun 1 (3%)

27 tahun 1 (3%)

Jenis Kelamin Perempuan 250 (70.4%)

Laki-laki 105 (29.6%)

Faculty of Enrolment Sosial 181 (51%)

Agama 82 (23.1%)

Sains 36 (10.1%)

Kesehatan 56 (15.8%)

Honor code Tidak ada 6 (1.7%)

Ada, tidak diterapkan 160 (45.1%)

Ada, diterapkan 189 (53.2%)

Page 93: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

78

Gambar 4.1 Gambaran Umum Usia Subjek Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa subjek penelitian

memiliki rentang usia dari 18 sampai dengan 27 tahun. Total sampel penelitian ini

sebanyak 355 orang yang didominasi oleh respon usia 21 tahun, yaitu sebanyak

114 orang (32.1%). Adapun rentang usia subjek penelitian dengan jumlah

responden yang paling sedikit adalah rentang usia 24 sampai dengan 27 tahun.

Gambar 4.2 Gambaran Umum Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa dari 355 subjek

penelitian ini, 250 orang atau 70.4% berjenis kelamin perempuan dan 105 orang

Page 94: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

79

atau 29.6% berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas sampel penelitian adalah jenis

kelamin perempuan.

Gambar 4.3 Gambaran Faculty of Enrolment Subjek Penelitian

Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa dari 355 subjek yang menjadi

sampel dalam penelitian ini, terdapat 181 responden (51%) berasal dari bidang

Sosial, 82 responden (23.1) berasal dari bidang Agama, 56 responden (15.8%)

berasal dari bidang Kesehatan, dan 36 responden (10.1%) dari bidang Sains.

Responden dalam penelitian ini didominasi oleh mahasiswa pada bidang Sosial,

yang terdiri dari 5 Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Adab dan Humaniora

(FAH), dan Fakultas Psikologi (FPSI).

Page 95: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

80

Gambar 4.4 Gambaran Umum Honor Code Subjek Penelitian

Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa dari 355 subjek yang menjadi

sampel dalam penelitian ini, terdapat 189 responden (53.2%) berasal dari Fakultas

yang memiliki dan menerapkan kode etik (honor code), 160 responden (45.1%)

memiliki kode etik (honor code) tetapi tidak diterapkan, dan 6 responden yang

tidak memiliki kode etik (honor code) di Fakultasnya. berasal dari bidang Sosial,

82 responden (23.1) berasal dari bidang Agama, 56 responden. Subjek dalam

penelitian ini didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kode etik (honor code)

dan diterapkan di Fakultas.

4.1.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Ketidakjujuran akademik 355 20 80 42.52 11.546

Sikap terhadap ketidakjujuran

akademik

355 16 56 27.48 6.879

Prokrastinasi akademik 355 32 89 61.18 9.135

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Mastery goal orientation 355 13 24 19.50 2.231

Performance goal orientation 355 5 20 10.75 2.589

Peer influence 355 16 51 35.84 5.359

Page 96: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

81

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini hanya memiliki

satu mean yang melebihi 50, yaitu pada variabel prokrastinasi akademik, selain

itu semua standar deviasi memiliki nilai di bawah 15. Skor terendah dari

ketidakjujuran akademik adalah 20 dan skor tertinggi 80. Skor terendah dari sikap

terhadap ketidakjujuran akademik adalah 16 dan skor tertinggi 56, kemudian skor

terendah prokrastinasi akademik 32 dan skor tertinggi 89. Skor terendah untuk

mastery goal orientation adalah 13 dan skor tertinggi 24, sedangkan pada

performance goal orientation skor terendahnya 5 dan skor tertinggi 20. Skor

terendah untuk peer influence adalah 16 dan skor tertingginya adalah 51.

4.2 Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

Sesuai dengan judul, penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu 1.) pengukuran

variabel ketidakjujuran akademik dan 2.) pemodelan mengenai terjadinya proses

ketidakjujuran akademik. Dalam bagian ini peneliti akan menyampaikan hasil

analisis yang berkenaan dengan uji validitas pengukuran variabel ketidakjujuran

akademik. Seperti yang telah dikemukakan pada bab 3, langkah pertama yang

dilakukan adalah menguji model fit terhadap konsep (teori) yang menyatakan

bahwa seluruh item yang disusun (terdapat 20 item) memang mengukur

ketidakjujuran akademik (menguji model unidimensional). Setelah hal tersebut

terbukti, langkah berikutnya adalah melakukan uji statistik (tes signifikan)

terhadap parameter dari model yaitu koefisien muatan faktor dari setiap butir soal.

Page 97: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

82

4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

Hasil analisis konstruk ketidakjujuran akademik (KA) menunjukkan model yang

tidak fit (ꭕ2 = 508.945, df = 170, p < 0.000, RMSEA estimate = 0.075, 90% C.I =

0.068 sampai 0.082, probability RMSEA <0.05 = 0.000, CFI = 0.889, dan TLI =

0.876). Karena baik chi-square (ꭕ2) maupun RMSEA adalah signifikan, maka

berarti bahwa model unidimensional (satu faktor) tidak fit dengan data. Ini berarti

bahwa sekurangnya ada beberapa item yang mengukur konstruk lain selain

ketidakjujuran akademik. Namun demikian, tidak fitnya model ini bisa juga

berarti bahwa seluruh butir soal sebenarnya valid mengukur KA (satu dimensi

yang hendak diukur, tetapi ada beberapa butir soal yang bersifat multidimensi).

Artinya, terdapat butir soal yang selain mengukur KA juga mengukur

faktor lain yang dalam hal ini belum diketahui. Hal ini dikenal juga sebagai bias

pada butir soal. Sebagai contoh, suatu butir soal pada tes matematika yang berupa

cerita adalah valid mengukur pengetahuan matematika tetapi juga pada saat yang

sama butir tersebut mengukur pengetahuan bahasa. Dengan demikian, benar

salahnya jawaban tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan matematika tetapi juga

oleh pengetahuan bahasa. Demikian pula halnya dalam kasus ini. Mungkin

terdapat beberapa butir soal yang “error of measurement”-nya saling berkorelasi

karena butir-butir tersebut selain mengukur KA juga mengukur hal lain yang

belum diketahui.

Oleh sebab itu, langkah berikutnya yang penulis lakukan adalah

melakukan modifikasi terhadap model unidimensional yang diuji dengan cara

membiarkan korelasi antar kesalahan pengukuran tersebut menjadi parameter

Page 98: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

83

bebas. Hal ini dilakukan satu per satu sampai diperoleh model fit. Adapun cara

untuk mengetahui butir mana yang bersifat multidimensional adalah dengan

melihat besarnya residual pada butir tersebut. Namun, perangkat lunak Mplus

telah menyediakan cara yang lebih mudah dan efesien untuk mendeteksi butir soal

yang bersifat multidimensional ini, yaitu dengan memberikan indeks yang disebut

“modification index”. Korelasi antar residual pada butir soal yang memiliki

koefisien modification index paling besar adalah petunjuk terhadap korelasi antar

residual yang harus dibebaskan.

Sebagai hasil modifikasi dengan menggunakan CFA, diperoleh model

unidimensional yang fit dengan data (ꭕ2 = 344.981, df = 161, p < 0.000, RMSEA

estimate = 0.057, 90% C.I = 0.048 sampai 0.065, probability RMSEA <0.005 =

0.088). Jika hanya melihat chi-square, model memang belum fit, tetapi jika

melihat RMSEA dan koefisien lain seperti CFI dan TLI (p > 0.90) maka model

sudah fit dengan data (CFI = 0.940, TLI= 0.929). Seperti yang telah banyak

dikemukakan, misalnya Jöreskog dan Sörbom (2004) disebutkan bahwa

penggunaan chi-square untuk menguji model fit kurang tepat jika sampel cukup

besar karena nilai chi-square adalah hasil perkalian langsung antara besarnya

sampel dengan log likelihood yang dihasilkan. Dengan demikian, jika

menggunakan ukuran chi-square sebagai kriteria, maka model yang sebetulnya

sangat baik serta fit dengan data menjadi dianggap tidak fit hanya karena

sampelnya besar. Namun, di sisi lain jika sampel tidak besar maka estimasi

terhadap parameter dengan menggunakan metode maximum likelihood menjadi

Page 99: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

84

kurang bisa dipercaya. Oleh sebab itu,dalam penelitian ini, penulis lebih

menggunakan RMSEA sebagai kriterianya.

Adapun model yang fit dengan data disini adalah model unidimensional

yang disertai dengan sembilan buah korelasi antar residual seperti pada diagram

berikut:

Gambar 4.5 Model Unidimensional yang Fit dengan Data namun disertai dengan

Sembilan Korelasi antar Residual

Untuk mengetahui faktor apa yang diukur oleh kesembilan item yang

mengandung bias tersebut, peneliti melakukan analisis CFA dengan model bi-

factor. Dalam hal ini, seluruh item diteorikan (dimodel) tetap mengukur kosntruk

yang hendak diukur yaitu KA. Namun, ada sembilan item diantaranya yang pada

saat bersamaan juga mengukur konstruk lain yang tidak berkorelasi dengan KA.

Peneliti mencoba dengan model dimana konstruk yang lain itu hanya satu buah

(sembilan item yang mengandung bias hanya mengukur satu faktor saja). Artinya,

hanya ada satu jenis bias. Namun, hasilnya tetap menghasilkan model yang tidak

Page 100: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

85

fit dengan data. Kemudian, dengan mengelompokkan sembilan item yang

mengandung bias tersebut menjadi dua kelompok, yang berarti bahwa ada dua

konstruk lain yang diukur selain mengukur KA, maka akhirnya peneliti

mendapatkan model bi-factor yang fit dengan data seperti terlihat pada gambar

berikut:

Gambar 4.6 Diagram Skala Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

20 Item Menggunakan Pendekatan Bi-factor

Model ini memiliki (ꭕ2 = 353.528, df = 161, p < 0.000, RMSEA estimate

= 0.058, 90% C.I = 0.50 sampai 0.066, probability RMSEA <0.005 = 0.053, CFI

= 0.937, dan TLI = 0.925). Dari gambar di atas terlihat bahwa ada dua faktor

(konstruk) lain yang diukur oleh sembilan item yang mengandung bias di atas.

Page 101: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

86

Konstruk yang pertama diukur oleh item nomor 4, 8, 10, 16, dan 17. Setelah

peneliti menganalisis isi dari kelima butir tersebut, ternyata semua pernyataan

berkaitan dengan suatu konstruk yang menurut peneliti adalah keinginan untuk

diakui (need for recognition). Sebagai contoh satu diantaranya berbunyi “meminta

dicantumkan nama pada tugas kelompok, padahal tidak ikut mengerjakan”.

Sedangkan konstruk yang kedua diukur oleh item nomor 9, 11, 12, dan 13

yang setelah dianalisis ternyata isinya adalah berkenaan dengan kemampuan

melakukan manipulasi. Artinya, mereka yang dapat skor tinggi pada butir-butir ini

selain menunjukkan ketidakjujuran akademik juga menunjukkan kemampuan

yang tinggi dalam melakukan manipulasi. Sebagai ilustrasi, salah satu itemnya

berbunyi “memasukkan daftar bacaan pada daftar pustaka meskipun tidak

membacanya”. Untuk model bi-factor yang telah fit ini, dilakukan uji signifikan

terhadap koefisien muatan faktor dari setiap butir yang ada. Tujuannya adalah

untuk menguji hipotesis apakah setiap butir soal secara statistik signifikan dalam

mengukur suatu konstruk yang diukur, yaitu ketidakjujuran akademik. Ternyata,

seluruh item signifikan (p < 0.01) sehingga tidak ada item yang di-drop. Adapun

koefisien muatan faktor untuk masing-masing item disertai dengan uji statistika

dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan kurva karakteristik soal (ICC) untuk setiap

butir disajikan pada gambar 4.7 :

Tabel 4.3

Koefisien Muatan Faktor Standardized 20 Item Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien

Muatan

S.E. T-value P-value Koefisien

Bias

1 0.730 0.032 22.788 0.000* 0.000

2 0.769 0.030 25.770 0.000* 0.000

3 0.650 0.037 17.336 0.000* 0.000

4 0.559 0.067 8.392 0.000* 0.512

5 0.698 0.036 19.236 0.000* 0.000

6 0.742 0.036 20.348 0.000* 0.000

Page 102: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

87

Tabel 4.3

Koefisien Muatan Faktor Standardized 20 Item Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien

Muatan

S.E. T-value P-value Koefisien

Bias

7 0.724 0.039 18.583 0.000* 0.000

8 0.477 0.061 7.763 0.000* 0.557

9 0.440 0.053 8.339 0.000* 0.575

10 0.398 0.071 5.605 0.000* 0.618

11 0.461 0.049 9.316 0.000* 0.205

12 0.375 0.055 6.796 0.000* 0.481

13 0.376 0.079 4.788 0.000* 0.219

14 0.432 0.052 8.317 0.000* 0.000

15 0.613 0.041 14.895 0.000* 0.000

16 0.229 0.087 2.636 0.008* 0.678

17 0.415 0.070 5.975 0.000* 0.448

18 0.762 0.033 22.769 0.000* 0.000

19 0.618 0.052 11.950 0.000* 0.000

20 0.557 0.046 12.200 0.000* 0.000

Keterangan:

S.E : Standard error factor loading P-Value : Nilai probability

T-Value : Nilai t-test *) : Signifikan pada level 0.05

Gambar 4.7 Kurva Karakteristik dari Pengukuran

Ketidakjujuran Akademik 20 item

Pada kolom paling kanan tabel 4.3 disampaikan pula koefisien muatan

faktor yang spesifik untuk menunjukkan bias dimana selain mengukur

ketidakjujuran akademik, butir tersebut mengukur konstruk lain yang lima

diantaranya mengukur “need for recognition” dan empat diantaranya mengukur

Page 103: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

88

“kemampuan memanipulasi”. Jika bias ini tidak diperhitungkan di dalam skoring,

maka akan terjadi over estimasi terhadap skor ketidakjujuran akademik yang

dihasilkan. Misalnya, skor menjadi lebih tinggi hanya karena subjek memiliki

need for recognition yang tinggi. Begitu pula halnya dengan faktor kemampuan

memanipulasi.

Sebagai ringkasan dari model bi-factor ini, dapat disimpulkan adanya

temuan sebagai berikut:

1. Tidak ada item yang perlu di-drop karena semuanya signifikan mengukur

ketidakjujuran akademik, asalakan cara skoringnya menggunakan

perhitungan true score dengan model bi-factor seperti pada gambar 4.5 di

atas.

2. Ditemukan dua jenis bias pada instrumen ini. Bias yang pertama adalah

adanya lima butir soal yang selain mengukur ketidakjujuran akademik

ternyata juga mengukur need for recognition, yaitu item nomor 4, 8, 10, 16,

dan 17. Selanjutna, terdapat empat butir soal (item nomor 9, 11, 12, dan 3)

mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan manipulasi pada

umumnya (tidak terbatas pada konteks ketidakjujuran akademik).

Meskipun tidak ada item yang dieliminasi, namun untuk mendapatkan true

score pada model bi-factor seperti di atas, hanya dapat dilakukan dengan

menggunakan perangkat lunak yang canggih seperti misalnya Mplus dan tidak

dapat dilakukan dengan software di bidang Item Response Theory (IRT) dimana

asumsi unidimensionalitas tanpa bias harus terpenuhi. Jika hanya software

setingkat IRT (Bilog, Winstep, dsb) yang tersedia, maka sembilan item yang

Page 104: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

89

mengalami bias harus di-drop terlebih dahulu, barulah dapat diestimasi true score

untuk setiap orang. Adapun model unidimensional tanpa bias yang dalam hal ini

terdiri dari 11 item menghasilkan model fit (ꭕ2 = 95.010, df = 44, p < 0.000,

RMSEA estimate = 0.057, 90% C.I = 0.041 sampai 0.073, probability RMSEA

<0.005 = 0.215, CFI = 0.979, dan TLI = 0.973). Model unidimensional yang lebih

sempurna ini dapat disajikan dengan diagram pada gambar 4.7 sedangkan

koefisien muatan faktor (daya pembeda) dari setiap item dapat disajikan pada

tabel 4.6, sedangkan kurva karakteristik soal (ICC) untuk setiap butir disajikan

pada gambar 4.8 :

Gambar 4.8 Diagram Skala Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

11 Item Unidimensional Menggunakan Pendekatan IRT

Tabel 4.4

Koefisien Muatan Faktor Standardized 11 Item Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value

1 0.743 0.032 22.997 0.000*

2 0.785 0.030 25.917 0.000*

3 0.649 0.039 16.776 0.000*

5 0.689 0.038 17.968 0.000*

6 0.741 0.036 20.359 0.000*

7 0.756 0.040 18.792 0.000*

14 0.405 0.055 7.343 0.000*

15 0.623 0.042 14.843 0.000*

Page 105: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

90

Tabel 4.4

Koefisien Muatan Faktor Standardized 11 Item Ketidakjujuran Akademik

Nomor Item Koefisien S.E. T-value P-value

18 0.781 0.033 23.395 0.000*

19 0.581 0.053 11.067 0.000*

20 0.553 0.047 11.752 0.000*

Keterangan:

S.E : Standard error dari factor loading

T-Value : Nilai t-test

P-Value : Nilai probability

*) : Signifikan pada level 0.05

Gambar 4.9 Kurva Karakteristik dari Pengukuran

Ketidakjujuran Akademik 11 item

Seperti terlihat pada gambar 4.8 tidak terdapat lagi korelasi antar

kesalahan pengukuran, sehingga asumsi unidimensionalitas dan asumsi

independensi lokal yang disyaratkan oleh IRT telah terpenuhi dengan baik. Selain

itu, pada tabel 4.6 juga terlihat bahwa seluruh koefisien muatan faktor signifikan

mengukur ketidakjujuran akademik dan tidak ada koefisien yang nilainya di

bawah 0.4 (semuanya memiliki daya pembeda yang cukup tinggi). Dengan

Page 106: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

91

demikian, true score untuk instrumen yang terdiri dari 11 item ini dapat dengan

mudah diperoleh jika menggunakan perangkat lunak IRT.

Namun demikian, karena daya pembeda dari 11 item tersebut masih

bervariasi, maka penggunaan software IRT yang berbasis model satu parameter

(rasch model) seperti misalnya Winstep tidak dianjurkan untuk digunakan dalam

skoring. Apalagi jika hanya menggunakan teori tes klasik, dimana skoring

dilakukan hanya dengan menjumlahkan skor setiap item. Adapun kesebelas butir

item tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.5

Instrumen Ketidakjujuran Akademik 11-item Unidimensional

Nomor

Item

Pernyataan

1 Ketika ujian saya menggunakan contekan berupa catatan kecil

2 Saat ujian saya mencoba untuk menyontek pekerjaan teman yang duduknya

berdekatan

3 Mencoba mencari bocoran soal sebelum ujian dilaksanakan

5 Mencoba menyalin pekerjaan teman dengan seizinnya

6 Mencari contekan jawaban apapun caranya

7 Membantu teman dalam menjawab ujian

14 Meminta bantuan orang lain yang lebih pandai untuk memeriksa tugas/tulisan saya

15 Mencari informasi tentang soal ujian kepada mahasiswa lain yang sudah

menempuhnya

18 Mencari jawaban ujian melalui bantuan smartphone

19 Mengambil gambar (memotret) soal ujian secara sembunyi-sembunyi

20 Menitipkan absen pada teman yang masuk

Jika pengguna instrumen ketidakjujuran akademik ini tidak memiliki akses

terhadap perangkat lunak Mplus ataupun IRT. Sehingga tidak dapat diperoleh true

score untuk setiap subjek yang diukur, maka diperlukan model yang bersifat

lebih restriktif. Yaitu, model dimana selain asumsi unidimensionalitas dan asumsi

independensi lokal telah terpenuhi, juga harus ditambah dengan asumsi bahwa

seluruh butir soalnya paralel. Adapun yang dimaksud dengan paralel adalah jika

Page 107: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

92

semua soal memiliki daya pembeda (koefisien muatan faktor) yang sama dan

tingkat threshold (tingkat kesukaran) yang sama, serta varian kesalahan

pengukuran yang sama pula. Jika seluruh asumsi ini terpenuhi, maka berlakulah

teori tes klasik, dimana dapat diperoleh skor komposit (raw score) dengan cara

menjumlahkan skor pada setiap butir soal.

Namun demikian, menurut Lord (1980) sebuah alat ukur dapat dianggap

memiliki butir yang paralel (disebut Tau equivalance) dan pada instrumen seperti

ini boleh dilakukan penggunaan raw score sebagai estimasi dari true score dengan

catatan harus melampirkan/melaporkan tingkat reliabilitas dari raw score yang

dihasilkan (misalnya koefisien alpha dari Cronbach). Jika situasi ini terpenuhi,

maka skoring dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa bantuan perangkat lunak

apapun karena cukup dengan cara menjumlahkan skor pada butir-butir soalnya

saja. Setelah peneliti melakukan uji paralelitas yang dalam hal ini adalah kondisi

“Tau equivalence” (dimana seluruh item harus sama koefisien muatan faktornya

dan paralel kurva karakteristik soalnya). Penelitian ini menghasilkan model fit (ꭕ2

= 51.148, df = 20, p < 0.000, RMSEA estimate = 0.066, 90% C.I = 0.044 sampai

0.089, probability RMSEA <0.005 = 0.108, CFI = 0.982, dan TLI = 0.981).

Artinya, model yang paralel dengan item terbukti fit dengan data dan boleh

dipakai. Adapun diagram hasil CFA pada 7 butir soal tersebut disajikan pada

gambar 4.10 dan kurva karakteristik soal yang paralel dapat dilihat pada gambar

4.11 sebagai berikut:

Page 108: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

93

Gambar 4.10 Diagram Skala Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

7 item paralel menggunakan pendekatan Maximum Likelihood

Gambar 4.11 Kurva Karakteristik dari Pengukuran

Ketidakjujuran Akademik 7 item paralel

Sedangkan koefisien untuk 7 item adalah 0.740 yang semuanya signifikan.

Alat ukur ketidakjujuran akademik dengan 7 item yang paralel ini, dapat

dikatakan sebagai bentuk short-form dari alat ukur yang semula terdiri 20 butir

soal, dimana seluruh asumsi teori tes klasik telah terbukti terpenuhi. Oleh sebab

itu, penggunanya dapat melakukan skoring cukup dengan menjumlahkan skor

Page 109: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

94

pada setiap butir soalnya. Instrumen dalam bentuk short-form ini terdiri dari 7

butir yang pernyataannya disajikan pada tabel 4.6:

Tabel 4.6

Instrumen Ketidakjujuran Akademik 7 Item Paralel

Nomor

Item

Pernyataan

1 Ketika ujian saya menggunakan contekan berupa catatan kecil

2 Saat ujian saya mencoba untuk menyontek pekerjaan teman yang duduknya

berdekatan

3 Mencoba mencari bocoran soal sebelum ujian dilaksanakan

5 Mencoba menyalin pekerjaan teman dengan seizinnya

6 Mencari contekan jawaban apapun caranya

7 Membantu teman dalam menjawab ujian

18 Mencari jawaban ujian melalui bantuan smartphone

Untuk alat ukur yang terdiri dari 20 item (bi-factor) peneliti menyebutnya

sebagai bentuk tingkat rendah dari instrumen pengukuran KA, karena

memerlukan software yang canggih untuk skoringnya. Sedangkan yang terdiri

dari 11 item, peneliti menyebutnya sebagai bentuk yang ideal namun tetap

memerlukan software IRT untuk skoringnya. Adapun yang terdiri dari 7 butir

dengan cara skoring yang sangat sederhana dan dapat digunakan tanpa software

peneliti sebut sebagai short-form. Karena penggunaan alat ukur short-form

menggunakan raw score dan mensyaratkan indeks reliabilitas, maka perlu

dilaporkan disini bahwa perhitungan indeks reliabilitas terhadap raw score

tersebut dengan cara yang lazim adalah dengan menghitung koefisien alpha.

Adapun reliabilitas dari raw score pada versi short-form ini dapat dihitung dengan

cara yang lebih akurat daripada misalnya Cronbach Alpha, seperti diketahui

koefisien alpha dari Cronbach hanyalah merupakan lower bound (batas bawah)

dari koefisien reliabilitas. Untuk mendapatkan koefisien yang lebih akurat, dapat

Page 110: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

95

digunakan rumus berikut (Raykov, 1997; Umar, 2012) dengan syarat tersedia

informasi mengenai koefisen muatan faktor dan varians residual dari setiap item :

Keterangan:

RKA = Reliabilitas skor ketidakjujuran akademik λi = Koefisien muatan faktor item “i” yang standardized

ϴii = Varians residual untuk item i yang diperoleh dari rumus ϴii = (1 – λi2)

Berikut di bawah ini adalah perhitungan reliabilitas dari alat short- form alat

ukur ketidakjujuran akademik yang terdiri dari 7 item paralel seperti yang

disebutkan sebelumnya pada tabel 4.8:

Jadi, bagi pengguna awam yang tidak memiliki akses untuk menghitung

true score maka dapat menggunakan raw score yang memiliki tingkat reliabilitas

Page 111: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

96

= 0.89. Alat ukur ini disebut juga sebagai alat ukur pada tingkat yang lebih

praktis, karena skoring yang dilakukan hanya dengan menjumlah setiap skor item.

Selanjutnya, setelah mendapatkan reliabilitas maka standard error of

measurement (SEM) dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

SD = Standar deviasi

Ω = Reliabilitas

Berikut di bawah ini merupakan perhitungan SEM alat ukur ketidakjujuran

akademik bentuk singkat (short-form) :

Jika sudah didapat SEM, maka bisa didapatkan tingkat kepercayaan

(confident interval) sebesar 95% pada setiap skor menggunakan rumus:

Keterangan:

C.I = Tingkat kepercayaan

X = Skor

SEM = Standard error of measurement

Page 112: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

97

Pada alat ukur bentuk singkat ini, skor terendah adalah 4 dan skor tertinggi

adalah 28. Dengan tingkat kepercayaan 95% pada individu yang memiliki skor 17,

maka individu tersebut akan memiliki true score yang berkisar dari 13.08 sampai

dengan 20.92. Adapun rentang skor tersebut didapat dari perhitungan berikut ini:

Sebagai pembanding, peneliti melakukan uji validitas konstruk untuk

mendapatkan alat ukur dengan himpunan item yang bersifat paralel menggunakan

estimator MLR. Setelah melakukan uji model fit, diperoleh p-value = 1.000, nilai

tersebut menunjukkan bahwa model 10 item paralel fit dengan data. Adapun 10

item ini memiliki koefisien muatan faktor (λ) sebesar 0.662 dan signifikan secara

statistik. Sehingga dapat menjadi instrumen alternatif jika dirasa pengukuran

ketidakjujuran akademik short-form memiliki butir pernyataan yang lebih sedikit.

Dalam hal skoring, alat ukur versi 10 item ini memiliki cara yang sama dengan

short-form, yaitu dengan cara menjumlahkan masing-masing raw score dari

kesepuluh item. Reliabilitas alat ukur versi 10 item sebesar 0.88 yang diperoleh

dari perhitungan sebagai berikut:

𝐂 𝐈 𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐒𝐜𝐨𝐫𝐞 𝟏𝟕 𝟏 𝟗𝟔 𝐱 𝐒𝐄𝐌

Page 113: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

98

Selanjutnya, diagram yang menggambarkan bahwa himpunan 10 item

paralel ini tidak mengandung bias dan bersifat unidimensional terdapat pada

gambar 4.12 beserta kurva karakteristik item (ICC) pada gambar 4.13:

Gambar 4.12 Diagram Skala Pengukuran Ketidakjujuran Akademik

10 item paralel menggunakan pendekatan MLR

Page 114: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

99

Gambar 4.13 Kurva Karakteristik dari Pengukuran

Ketidakjujuran Akademik 10 item paralel

Berdasarkan hasil uji validitas skala ketidakjujuran akademik yang telah

peneliti jabarkan di atas. Hipotesis mayor penelitian pengukuran ketidakjujuran

akademik yang berbunyi “seluruh butir soal (item) yang dibuat dalam skala

pengukuran ketidakjujuran akademik yang dibuat memang mengukur satu faktor

saja” dapat diterima. Hal ini dilihat dari nilai ꭕ2 = 95.010, df = 44, p < 0.000,

RMSEA estimate = 0.057 (p < 0.05), 90% C.I = 0.041 sampai 0.073 (p<0.05),

probability RMSEA <0.005 = 0.215 (p>0.05), CFI = 0.979 (p>0.90), dan TLI =

0.973 (>0.90) yang dihasilkan pada skala pengukuran ketidakjujuran akademik

(11 item) menggunakan pendekatan IRT. Dapat dilihat pada gambar 4.8 di atas

bahwa tidak ada item yang memiliki korelasi antar residual, sehingga pengukuran

ini telah memenuhi asumsi unidimensionalitas. Sehingga, memang benar alat ukur

tersebut hanya mengukur satu faktor saja, yaitu ketidakjujuran akademik.

Page 115: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

100

Selanjutnya, hipotesis minor penelitian pengukuran ketidakjujuran

akademik yang berbunyi “setiap butir soal (item) signifikan dalam mengukur

ketidakjujuran akademik” dapat diterima. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4

sebelumnya yang memuat informasi mengenai koefisien muatan faktor

(standardized) dari 11 item ketidakjujuran akademik yang bersifat

unidimensional. Dari tabel 4.4 tersebut seluruh koefisien muatan faktor item tdak

ada item yang memiliki nilai di bawah 0.40, artinya semua item memiliki daya

pembeda yang cukup tinggi. Selain itu, T-value pada setiap item adalah signifikan

(p > 1.96), dan P-value memenuhi taraf signifikan 0.05 (p<0.00).

4.3. Hasil Uji Analisis Regresi

Setelah menetapkan pengukuran baku skala ketidakjujuran akademik dalam

penelitian ini dan sebelum menganalisis pemodelan lebih lanjut. Peneliti

melakukan uji analisis regresi untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang

signifikan terhadap ketidakjujuran akademik.

Pada dasarnya, dalam regresi terdapat tiga hal yang dilihat, pertama

melihat R-square (R2) yang bertujuan untuk melihat persentase (%) varians

dependent variable, yaitu ketidakjujuran akademik yang dijelaskan oleh

independent variable secara keseluruhan. Kedua, melihat signifikansi keseluruhan

independent variable terhadap dependent variable. seperti yang sudah dijelaskan

pada sebelumnya. Langkah terakhir yaitu melihat sumbangan masing-masing

independent variable (R2-change) serta signifikan atau tidaknya terhadap

dependent variable. Berikut di bawah ini tabel yang menunjukkan R2 :

Page 116: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

101

Tabel 4.7

Model Summary Analisis Regresi

Dependent Variable R R2 Adjusted

R2

S.E

Estimate

Ketidakjujuran akademik 0.640 0.409 0.390 0.70440

Keterangan:

R : Regresi

R2 : Koefisien determinasi

Adjusted R2 : Nilai R

2 yang telah disesuaikan

S.E Estimate : Standar eror

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa nilai R2 adalah 0.409 atau

40.9% , artinya 40.9% dari tinggi rendahnya ketidakjujuran akademik dipengaruhi

oleh independent variabel, yaitu US, JK, FAK (F1, F2, F3), SKP, HC, PA, MGO,

PGO, dan PI. Berikut informasi mengenai koefisien regresi IV disajikan pada

tabel 4.8 :

Tabel 4.8

Koefisien Regresi (standardized) dari 9 IV dalam memprediksi Ketidakjujuran Akademik

β S.E T-value P-value

Ketidakjujuran akademik

Sikap terhadap ketidakjujuran akademik 0.235 0.73 4.877 0.000*

Prokrastinasi akademik 0.151 0.044 3.361 0.001*

Mastery goal orientation -0.020 0.049 -0.450 0.653

Performance goal orientation 0.216 0.050 4.682 0.000*

Peer influence 0.302 0.047 6.363 0.000*

Usia -0.043 0.030 -1.001 0.318

Jenis kelamin 0.036 0.085 0.843 0.400

Faculty of enrolment

F1

F2

F3

-

0.068

-0.058

-

0.092

0.137

-

1.576

-1.252

-

0.116

0.211

Honor code -0.21 0.073 -0.492 0.623

Keterangan

*) : Signifikan (p<0.05)

Berdasarkan persamaan regresi pada tabel di atas, hanya terdapat 4 dari 9

independent variable yang signifikan memengaruhi ketidakjujuran akademik,

yaitu sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), prokrastinasi akademik

Page 117: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

102

(PA), performance goal orientation (PGO), dan peer influence (PI). Adapun

penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing

independent variable yang signifikan adalah sebagai berikut:

1. Variabel sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) memiliki koefisien

regresi = 0.235 dan P-value= 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

variabel SKP memiliki pengaruh terhadap KA sebesar 23.5% dan siginfikan

(T-value =4.877, p > 1.96). Nilai koefisien yang positif menunjukkan arah

hubungan, artinya semakin positif sikap terhadap ketidakjujuran akademik

seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat ketidakjujuran

akademiknya, dan sebaliknya pada arah yang negatif.

2. Variabel prokrastinasi akademik (PA) memiliki koefisien regresi = 0.151 dan

P-value= 0.0001 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel PA

memiliki pengaruh yang terhadap KA sebesar 15.1% dan siginifikan (T-value

= 3.361, p > 1.96) Nilai koefisien yang positif menunjukkan arah hubungan,

artinya semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik seseorang maka akan

semakin tinggi pula tingkat ketidakjujuran akademiknya., dan sebaliknya

pada arah yang negatif.

3. Variabel performance goal orientation (PGO) memiliki koefisien regresi =

0.216 dan P-value= 0.0000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel

PGO memiliki pengaruh yang terhadap KA sebesar 21.6% dan siginifikan (T-

value = 4.682, p > 1.96) Nilai koefisien yang positif menunjukkan arah

hubungan, artinya semakin tinggi tingkat performance goal orientation

Page 118: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

103

seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat ketidakjujuran

akademiknya, dan sebaliknya pada arah yang negatif.

4. Variabel peer influence (PI) memiliki koefisien regresi = 0.302 dan P-value=

0.0000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel PI memiliki pengaruh

yang terhadap KA sebesar 30.2% dan siginifikan (T-value = 6.363, p > 1.96)

Nilai koefisien yang positif menunjukkan arah hubungan, artinya semakin

kuat pengaruh teman (peer influence) maka akan semakin tinggi pula tingkat

ketidakjujuran akademiknya, dan sebaliknya pada arah yang negatif.

Adapun lima variabel lainnya, yaitu mastery goal orientation (MGO),

usia, jenis kelamin, faculty of enrolment (F1= kelompok sosial, F2= kelompok

agama, F3= kelompok sains), dan honor code (HC) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ketidakjujuran akademik (KA). Hal ini dikarenakan variabel-

variabel tersebut tidak memenuhi kriteria signifikan ( T-Value > 1.96 dan P-Value

< 0.05). Metode analisis regresi ini terdapat kelemahan, yaitu tidak dapat melihat

pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan hanya bisa melihat hubungan antara

IV dan DV secara langsung, sedangkan terdapat banyak faktor lainnya yang

memengaruhi DV di luar IV. Maka dari itu peneliti menggunakan metode path

analysis untuk mengetahui pengaruh tidak langsung (indirect effect) terhadap

ketidakjujuran akademik.

Page 119: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

104

4.4. Hasil Uji Path Analysis

Terdapat empat jalur yang menggambarkan pengaruh langsung (direct) terhadap

ketidakjujuran akademik dan 19 pengaruh yang bersifat tidak langsung (indirect)

yang diperoleh melalui metode analisis jalur (path analysis). Dalam path analysis

terdapat tiga hal yang dilihat, pada tahap pertama memastikan model fit dengan

melihat indeks RMSEA. Ada tiga kriteria yang berkaitan dengan hal ini, yaitu

koefisien RMSEA < 0.050, batas bawah 90 per cent C.I. < 0.050, dan probability

RMSEA (<0.05) adalah lebih besar dari 0.050. Peneliti akan menyimpulkan

model fit dengan data, jika sekurang-kurangnya dua dari tiga kriteria di atas

terpenuhi. Selanjutnya tahap kedua, menentukan model pengaruh langsung

(direct) dan pengaruh langsung (indirect) dengan melihat diagram pada model fit.

Dalam menguji model fit, peneliti tidak menggunakan indeks chi-square (ꭕ2)

sebagai indikator, dikarenakan indeks tersebut sangat sensitif terhadap besar

sampel. Maka dari itu, dalam penelitian ini digunakan indeks RMSEA. Hal ini

dikarenakan penelitian dengan sampel yang cukup besar kemungkinan model fit

menggunakan ꭕ2 sangat kecil. Tahap ketiga, yaitu dengan menguji apakah masing-

masing jalur direct dan indirect signifikan dengan data, melalui uji signifikan

jalur dengan nilai T (p >1.96) dan P-value (p < 0.05).

Pada uji model ini diperoleh koefisien RMSEA = 0.045 (p <0.05), 90%

C.I= 0.025 sampai 0.064 (p batas bawah <0.05), dan probability RMSEA <0.05 =

0.630 (p >0.05), adapun nilai tersebut menunjukkan bahwa model fit karena

ketiga indeks RMSEA telah memenuhi taraf signifikan. Berikut tabel 4.9 bawah

Page 120: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

105

ini dapat dilihat bahwa model seperti pada gambar 4.14 telah memenuhi kriteria

fit sehingga dapat diterima.

Tabel 4.9

Berbagai indeks yang dapat digunakan ntuk menguji model fit

Indeks Indeks Kesesuaian Indeks Model Evaluasi Model

Koefisien

RMSEA

< 0.05 0.045 Memenuhi kritera fit

90% C.I < 0.05 0.024 Memenuhi kriteria fit

0.064

Probability

RMSEA

> 0.05 0.630 Memenuhi kriteria fit

CFI 1 0.936 Memenuhi kriteria fit

TLI

1 0.904 Memenuhi kriteria fit

Keterangan:

RMSEA : Root mean square error of approximation

C.I : Confident interval

CFI : Comparative fit index

TLI : Tucker lewis index

Gambar 4.14 Skema Hasil Uji Model Fit

Keterangan: KA : Ketidakjujuran akademik JK : Jenis kelamin

PA : Prokrastinasi akademik US : Usia

SKP : Sikap terhadap KA PI : Peer influence

PGO : Performance goal orientation F1 : Faculty of enrolment (kelompok sosial)

MGO : Mastery goal orientation F2 : Faculty of enrolment (kelompok agama)

HC : Honor code F3 : Faculty of enrolment (kelompok sains)

Page 121: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

106

Karena model telah terbukti fit dengan data maka ini berarti bahwa hipotesis

mayor dalam pemodelan KA yang berbunyi “model yang diteorikan (jenis

kelamin, usia, faculty of enrolment, peer influence, honor code, sikap terhadap

ketidakjujuran akademik, performance goal orientation, mastery goal orientation,

dan prokrastinasi akademik) fit dengan data dalam memengaruhi ketidakjujuran

akademik” dapat diterima.

4.4.1 Analisis Pengaruh Antar Variabel Penelitian

Setelah semua kriteria model fit dapat terpenuhi, tahap selanjutnya peneliti

melihat masing-masing koefisien dampak langsung antar variabel. Berikut di

bawah ini koefisien standardized yang dirangkum pada tabel 4.10 :

Tabel 4.10

Koefisien Dampak Langsung Antar Variabel

Dampak Koefisien S.E T-value P-value

SKP → KA 0.281 0.041 6.888 0.000

PA → KA 0.128 0.047 2.716 0.007

PGO → KA 0.243 0.045 5.450 0.000

PI → KA 0.290 0.045 6.402 0.000

JK → SKP 0.139 0.053 2.615 0.009

US → SKP 0.114 0.053 2.139 0.032

HC→ SKP -0.207 0.059 -3.478 0.001

PI→ SKP 0.313 0.040 7.891 0.000

MGO → SKP -0.218 0.043 -5.098 0.000

PGO → PA 0.140 0.041 3.405 0.001

MGO → PA -0.059 0.042 -1.395 0.163

SKP → PA 0.298 0.048 6.203 0.000

F1 → HC -0.162 0.096 -1.694 0.090

F2 → HC -0.178 0.088 -2.007 0.045

F3 → HC -0.209 0.074 -2.830 0.005

PI → PGO 0.393 0.037 -10.688 0.000

PI → MGO -0.115 0.047 -2.440 0.015

Keterangan:

KA = Ketidakjujuran akademik

SKP = Sikap terhadap ketidakjujuran akademik

PA = Prokrastinasi akademik

PGO = Performance goal orientation

MGO = Mastery goal orientation

PI = Peer influence

Page 122: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

107

JK = Jenis kelamin

US = Usia

HC = Honor code

F1 = Faculty of enrolment (kelompok Sosial)

F2 = Faculty of enrolment (kelompok Agama)

F3 = Faculty of enrolment (kelompok Sains)

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa:

1. Variabel sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) memiliki arah

hubungan yang positif (0.281) dan signifikan terhadap ketidakjujuran

akademik (KA), hal ini dapat dilihat dari T-Value = 6.888 (p > 1.96) dan P-

value = 0.000 (p < 0.05). Artinya, SKP secara langsung memengaruhi KA

tanpa melalui variabel mediator.

2. Variabel prokrastinasi akademik (PA) memiliki arah hubungan yang positif

(0.128) dan signifikan terhadap ketidakjujuran akademik (KA), karena T-

Value = 2.716 (p > 1.96) dan P-Value = 0.007 (p < 0.05). Prokrastinasi

akademik (PA) secara langsung memengaruhi ketidakjujuran akademik (KA)

tanpa melalui variabel mediator.

3. Variabel performance goal orientation (PGO) memiliki arah hubungan yang

positif (0.243) dan signifikan terhadap ketidakjujuran akademik (KA), dapat

dilihat dari T-Value = 5.450 (p > 1.96) dan P-Value = 0.000 (p < 0.05).

Performance goal orientation (PGO) secara langsung memengaruhi

ketidakjujuran akademik (KA) tanpa melalui variabel mediator.

4. Variabel peer influence (PI) memiliki arah hubungan yang positif (0.290) dan

signifikan terhadap ketidakjujuran akademik (KA), karena T-Value = 6.402

(p > 1.96) dan P-Value = 0.000 (p < 0.05). Peer influence (PI) secara

Page 123: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

108

langsung memengaruhi ketidakjujuran akademik (KA) tanpa melalui variabel

mediator.

5. Variabel jenis kelamin (JK) memiliki arah hubungan yang positif (0.139) dan

signifikan dengan sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), karena T-

Value = 2.615 (p > 1.96) dan P-Value = 0.009 (p < 0.05). Koefisien yang

positif memiliki interpretasi bahwa jenis kelamin laki-laki cenderung

melakukan ketidakjujuran akademik dibandingkan perempuan.

6. Variabel usia (US) memiliki arah hubungan yang positif (0.114) dan

signifikan dengan sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), karena T-

Value = 2.139 (p > 1.96) dan P-Value = 0.032 (p < 0.05). Artinya,

ketidakjujuran akademik lebih tinggi dilakukan oleh mahasiswa yang berusia

lebih tua daripada yang lebih muda.

7. Variabel honor code (HC) memiliki arah hubungan yang negatif (-0.207)

dengan sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) namun tetap

signifikan, hal ini dikarenakan T-Value = -3.478 (p > 1.96) dan P-Value =

0.001 (p < 0.05). Artinya, semakin kuat penerapan honor code (HC) pada

suatu fakultas, maka sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) akan

semakin negatif.

8. Variabel peer influence (PI) memiliki arah hubungan yang positif (0.313) dan

signifikan dengan sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP), karena T-

Value = 7.891 (p > 1.96) dan P-Value = 0.000 (p < 0.05). Hal ini berarti

teman sebaya yang melakukan ketidakjujuran akademik akan memengaruhi

sikap untuk cenderung positif terhadap perilaku tersebut.

Page 124: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

109

9. Variabel mastery goal orientation (MGO) memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.218) dan signifikan dengan sikap terhadap ketidakjujuran

akademik (SKP), karena T-Value = -5.098 (p > 1.96) dan P-Value = 0.000 (p

< 0.05). Hal ini berarti individu yang berorientasi mastery cenderung

memiliki sikap yang negatif terhadap ketidakjujuran akademik.

10. Variabel performance goal orientation (PGO) memiliki arah hubungan yang

positif (0.140) dan signifikan terhadap prokrastinasi akademik (PA), karena

T-Value = 3.405 (p > 1.96) dan P-Value = 0.001 (p < 0.05). Artinya,

mahasiswa yang memiliki orientasi tujuan performance akan memiliki

kecenderungan yang tinggi pada prokrastinasi.

11. Variabel mastery goal orientation (MGO) memiliki arah hubungan yang

negatif (-0.059) dan tidak signifikan terhadap prokrastinasi akademik (PA),

hal ini dapat dilihat dari T-Value = -1.395 (p > 1.96) dan P-Value = 0.163 (p

< 0.05).

12. Variabel sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) memiliki arah

hubungan yang positif (0.298) dan signifikan terhadap prokrastinasi akademik

(PA), karena T-Value = 6.203 (p > 1.96) dan P-Value = 0.000 (p < 0.05).

Artinya, semakin positif sikap individu terhadap ketidakjujuran akademik,

maka tingkat prokrastinasi akademiknya akan semakin tinggi.

13. Variabel faculty of enrolment kelompok sosial (F1) memiliki arah hubungan

yang negatif (-0.162) dan tidak signifikan terhadap honor code (HC), karena

T-Value = -1.694 (p > 1.96) dan P-Value = 0.090 (p < 0.05). Artinya,

penerapan kode etik di kelompok sosial (F1) dibandingkan dengan kelompok

Page 125: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

110

kesehatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam memengaruhi

ketidakjujuran akademik.

14. Variabel faculty of enrolment kelompok agama (F2) memiliki arah hubungan

yang negatif (-0.178) dan signifikan secara statistika (T-Value = -2.007, P-

Value = 0.045). Artinya penerapan kode etik di kelompok agama lebih rendah

daripada kelompok kontrol, yaitu kelompok kesehatan.

15. Variabel faculty of enrolment kelompok sains (F3) memiliki arah hubungan

yang negatif (-0.209) dan secara statistika signifikan (T-Value = -2.830, P-

Value = 0.005). Artinya penerapan kode etik di kelompok sains lebih rendah

daripada kelompok kesehatan.

16. Variabel peer influence (PI) memiliki arah hubungan yang positif (0.393) dan

berpengaruh secara signifikan terhadap performance goal orientation (PGO),

hal ini ditentukan oleh indikator T-Value = 10.688 (p > 1.96) dan P-Value =

0.000 (p < 0.05). Artinya, semakin kuat pengaruh teman dalam hal

ketidakjujuran akademik akan meningkatkan orientasi tujuan performance

seseorang.

17. Variabel peer influence (PI) memiliki arah hubungan yang negatif (-0.115)

namun tetap berpengaruh secara signifikan terhadap mastery goal orientation

(MGO), hal ini ditentukan oleh indikator T-Value = -2.440 (p > 1.96) dan P-

Value = 0.015 (p < 0.05). Koefisien yang negatif tersebut berarti semakin

rendah pengaruh teman sebaya dalam ketidakjujuran akademik, maka

semakin tinggi orientasi tujuan mastery seseorang.

Page 126: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

111

4.4.2 Hasil Analisis Pengaruh Langsung IV terhadap KA

Berdasarkan penjelasan analisis regresi sebelumnya, dapat diketahui bahwa

terdapat empat variabel yang memengaruhi ketidakjujuran akademik secara

langsung tanpa melalui variabel mediator, yaitu variabel sikap terhadap

ketidakjujuran akademik (SKP), prokrastinasi akademik (PA), peer influence (PI),

dan performance goal orientation (PGO).

Dari keempat variabel tersebut peer influence (PI) paling memengaruhi

ketidakjujuran akademik (KA) yaitu sebesar 0.29 atau 29%, diikuti oleh variabel

sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP) yang memengaruhi ketidakjujuran

akademik (KA) sebesar 0.28 (28%).Variabel performance goal orientation (PGO)

memengaruhi ketidakjujuran akademik (KA) sebanyak 0.24 (24%), dan

prokrastinasi akademik yaitu 0.13 (13%). Adapun koefisien dampak langsung IV

terhadap ketidakjujuran akademik (KA) terangkum dalam tabel 4.11 :

Tabel 4.11

Koefisien Dampak Langsung IV terhadap KA

Dampak Koefisien S.E T-value P-value

SKP → KA 0.281 0.041 6.888* 0.000

PA → KA 0.128 0.047 2.716* 0.007

PGO → KA 0.243 0.045 5.450* 0.000

PI → KA 0.290 0.045 6.402* 0.000

Keterangan:

KA = Ketidakjujuran akademik

SKP = Sikap terhadap ketidakjujuran akademik

PA = Prokrastinasi akademik

PGO = Performance goal orientation

PI = Peer influence

*) = signifikan (T-value > 1.96)

Secara langsung, peer influence memiliki pengaruh yang sangat kuat

terhadap ketidakjujuran akademik karena sikap teman sebaya terhadap perilaku

ketidakjujuran akademik dan perilaku teman sebaya itu sendiri dalam melakukan

Page 127: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

112

ketidakjujuran akademik dapat membentuk iklim normatif (normative climate),

yaitu internalisasi dan rasionalisasi bahwa perilaku tersebut adalah hal yang wajar

dilakukan (Jurdi et al., 2011). Semakin kuat pengaruh teman sebaya dalam hal

ketidakjujuran akademik, baik dalam bentuk persepsi dan perilaku, maka akan

turut memengaruhi individu tersebut untuk melakukan hal yang seperti apa yang

teman-temannya lakukan.

Selanjutnya, sesuai hipotesis (Ha.1) pada bab 2 sebelumnya bahwa

prokrastinasi akademik (PA), sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP),

performance goal orientation (PGO), dan peer influence (PI), diprediksi memiliki

pengaruh langsung yang signifikan dan positif terhadap ketidakjujuran akademik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik T-value maupun P-value pada variabel

PA, SKP, PGO, dan PI memiliki koefisien yang positif dan signifikan terhadap

KA (lihat tabel 4.11). Sehingga Ha.1 dalam penelitian ini dapat diterima. Selain

dampak PA terhadap KA memenuhi kriteria signifikan, berdasarkan hasil

penelitian Balkis et al (2013) bahwa prokrastinasi akademik berkorelasi positif

dengan preferensi waktu belajar menjelang ujian, dan berkorelasi negatif pada

individu yang mempersiapkan materi satu bulan sebelum ujian. Hal ini

dikarenakan, prokrastinasi akademik salah satunya dipicu oleh time management

yang buruk pada individu tersebut, sehingga melakukan ketidakjujuran akademik

dalam menghadapi ujian ataupun pemenuhan tugas, karena tidak memiliki waktu

dan persiapan yang cukup.

Selanjutnya pada variabel sikap, hal ini sesuai dengan teori planned

behavior (Ajzen, 2005) bahwa apakah sikap individu positif atau negatif terhadap

Page 128: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

113

ketidakjujuran akademik didasari oleh norma subjektif dan persepsi individu

tentang ketidakjujuran akademik. Individu yang memiliki sikap positif atau

memiliki persepsi bahwa melakukan kecurangan dalam hal akademik adalah

normal, maka akan ada kecenderungan untuk melakukan ketidakjujuran

akademik. Di sisi lain, individu dengan performance goal orientation (PGO)

berpengaruh terhadap ketidakjujuran akademik, hal ini dikarenakan individu

tersebut hanya fokus pada bagaimana kemampuannya dinilai oleh orang lain,

menghindari dianggap bodoh, bekerja keras untuk menjadi yang terbaik dan

mencari penghargaan dari orang lain. Sehingga individu tersebut hanya berfokus

untuk mendapatkan nilai yang tinggi, bukan bagaimana cara dan proses untuk

menguasai materi (Koul et al., 2009). Maka dari itu, individu yang berorientasi

pada performance cenderung melakukan ketidakjujuran akademik. Berikutnya

pada variabel peer influence, bahwa individu yang berada di lingkungan teman

sebaya yang melakukan ketidakjujuran akademik cenderung mudah terpengaruh

dan untuk melakukan hal yang sama.

Pada hipotesis Ha.2 yang berbunyi bahwa mastery goal orientation (MGO)

memiliki pengaruh langsung yang signifikan dan negatif terhadap ketidakjujuran

akademik. Jika dilihat pada tabel 4.11, tidak ada hasil yang menunjukkan

pengaruh langsung dari MGO terhadap KA. Hal tersebut juga sesuai dengan

skema model fit (gambar 4.14) bahwa tidak ada panah yang menuju KA dari

MGO, maka dari itu Ha.2 dalam penelitian ini ditolak. Terlepas dari tidak adanya

pengaruh langsung, hal ini dapat dimengerti karena mahasiswa yang berorientasi

tujuan mastery atau penguasaan ilmu tentu tidak tertarik untuk melakukan

Page 129: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

114

ketidakjujuran akademik hanya demi mencapai nilai yang tinggi. Sehingga,

orientasi tujuan yang bersifat mastery tidak memiliki pengaruh langsung,

melaikan berpengaruh secara tidak langsung yang signifikan dan negatif terhadap

ketidakjujuran akademik yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.

4.4.3 Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung IV terhadap KA

Selanjutnya, peneliti melihat pengaruh secara tidak langsung dari variabel usia

(US), jenis kelamin (JK) melalui sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP)

terhadap ketidakjujuran akademik (KA), variabel faculty of enrolment (F1, F2, F3)

melalui honor code (HC), SKP, dan prokratinasi akademik (PA) terhadap KA,

variabel peer influence (PI) melalui mastery goal orientation (MGO),

performance goal orientation (PGO), SKP, dan PA terhadap KA. Adapun hasil

pengaruh tidak langsung (indirect effect) secara ringkas dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.12

Koefisien Dampak Tidak Langsung IV terhadap KA

Dampak Koefisien S.E T-Value P-Value Sig

Effects from PI to KA

Sum of Indirect 0.210 0.027 7.936 0.000

Specific Indirect Effects

PI → SKP → KA 0.088 0.017 5.318 0.000

PI → SKP → PA → KA 0.012 0.005 2.383 0.017

PI → PGO → PA → KA 0.007 0.003 2.038 0.042

PI → PGO → KA 0.096 0.019 4.916 0.000

PI → MGO → SKP → KA 0.007 0.003 2.101 0.036

PI→ MGO→ SKP → PA

→ KA

0.001 0.001 1.613 0.107 x

Effects from F3 to KA

Sum of Indirect 0.014 0.007 2.024 0.043

Specific Indirect Effects

F3→ HC → SKP→PA→ KA 0.002 0.001 1.556 0.120 x

F3→ HC → SKP→ KA 0.012 0.006 2.009 0.044

Page 130: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

115

Tabel 4.12

Koefisien Dampak Tidak Langsung IV terhadap KA

Dampak Koefisien S.E T-Value P-Value Sig

Effects from F2 to KA

Sum of Indirect 0.012 0.007 1.638 0.101

Specific Indirect Effects

F2→ HC → SKP→PA→ KA 0.001 0.001 1.376 0.169 x

F2→ HC → SKP → KA 0.010 0.006 1.626 0.104 x

Effects from HC to KA

Sum of Indirect -0.066 0.021 -3.098 0.002

Specific Indirect Effects

HC→SKP→PA→KA -0.008 0.004 -1.943 0.052 x

HC→SKP→KA -0.058 0.019 -3.033 0.002

Effects from MGO to KA

Sum of Indirect -0.077 0.018 -4.222 0.000

Specific Indirect Effects

MGO→SKP→KA -0.061 0.015 -3.998 0.000

MGO → SKP →PA→KA -0.008 0.004 -2.125 0.034

MGO →PA→KA -0.008 0.006 -1.227 0.220 x

Effects from JK to KA

Sum of Indirect 0.044 0.018 2.461 0.014

Specific Indirect Effects

JK → SKP→ KA 0.039 0.016 2.409 0.016

JK → SKP → PA → KA 0.005 0.003 1.806 0.071 x

Effects from US to KA

Sum of Indirect 0.036 0.018 2.060 0.039

Specific Indirect Effects

US → SKP →KA 0.032 0.016 2.034 0.042

US →SKP →PA →KA 0.004 0.003 1.613 0.107 x

Keterangan:

KA = Ketidakjujuran akademik

SKP = Sikap terhadap ketidakjujuran akademik

PA = Prokrastinasi akademik

PGO = Performance goal orientation

MGO = Mastery goal orientation

PI = Peer influence

JK = Jenis kelamin

US = Usia

HC = Honor code

F1 = Faculty of enrolment (kelompok Sosial)

F2 = Faculty of enrolment (kelompok Agama)

F3 = Faculty of enrolment (kelompok Sains)

= Signifikan (T-value > 1.96 dan P- value < 0.05)

x = Tidak signifikan

Berdasarkan tabel 4.12 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 19 jalur

tidak langsung yang memengaruhi ketidakjujuran akademik (KA), dari 19 jalur

tersebut hanya terdapat 11 jalur yang signifikan memengaruhi ketidakjuran

Page 131: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

116

akademik (KA) secara tidak langsung (indirect effect). Selanjutnya untuk

menjawab berbagai hipotesis pada jalur tidak langsung dalam penelitian ini dan

berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4.11, dan 4.12 diuraikan

sebagai berikut:

1. Variabel jenis kelamin (JK) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif

terhadap ketidakjujuran akademik (KA) secara tidak langsung melalui variabel

sikap terhadap ketidakjujuran akademik atau SKP (T-value = 2.409 dan P-

value = 0.016). Selain jalur tersebut, terdapat satu jalur lainnya yang

diprediksi memengaruhi KA, yaitu jenis kelamin (JK) yang dapat

memengaruhi KA melalui dua variabel mediator yaitu SKP dan prokrastinasi

akademik (PA). Namun setelah melakukan uji signifikan, jalur

JK→SKP→PA→ KA tidak signifikan (T-value = 1.806 dan P-value = 0.071).

Jika dikaitkan dengan teori, pengaruh jenis kelamin terhadap KA bergantung

pada bagaimana sikap individu tersebut mengenai ketidakjujuran akademik,

hal ini berkaitan dengan neutralization, yaitu membenarkan (rationalize)

perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang dipercayakan. Antara wanita dan

laki-laki memiliki perbedaan dalam sikapnya terhadap KA, hal ini juga dapat

dikarenakan oleh proses sosialisasi pada masa anak-anak yang telah

terinternalisasi dan memengaruhi behavioral belifes (Jurdi et al., 2011).

Adapun hasil dari uji kelayakan jalur (path) sesuai dengan Ha.3 sehingga

hipotesis (Ha.3) dapat terima.

2. Variabel usia (US) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

ketidakjujuran akademik (KA) secara tidak langsung melalui variabel SKP (T-

Page 132: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

117

value = 2.034 dan P-value = 0.042). Selain jalur tersebut, terdapat satu jalur

lainnya yang diprediksi memengaruhi KA, yaitu US dapat memengaruhi KA

melalui dua variabel mediator yaitu SKP dan prokrastinasi akademik (PA).

Namun setelah melakukan uji signifikan, jalur US→SKP→PA→KA tidak

signifikan (T-value = 1.613 dan P-value = 0.107). Menurut Jurdi, et.al (2011)

bahwa sikap terhadap ketidakjujuran akademik salah satunya ditentukan oleh

usia. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa mahasiswa yang

berusia lebih tua secara signifikan cenderung melakukan ketidakjujuran,

dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Mahasiswa yang berusia lebih tua

dalam hal ini terlambat menyelesaikan studi cenderung memiliki sikap positif

terhadap ketidakjujuran akademik dan melakukan prokrastinasi. Adapun hasil

dari uji kelayakan jalur (path) sesuai dengan Ha.4 sehingga hipotesis (Ha.4)

dapat terima.

3. Jenis fakultas secara keseluruhan dapat memprediksi pengaruh yang signifikan

terhadap ketidakjujuran akademik secara tidak langsung (indirect effect)

melalui honor code (HC) dan sikap terhadap ketidakjujuran akademik (SKP),

karena memiliki T-value = -3.478 dan P-value = 0.001 (lihat tabel 4.11).

Adapun dalam penelitian ini jenis fakultas terbagi menjadi tiga kelompok,

yaitu F1 (sosial), F2 (agama), dan F3 (sains) yang dibandingkan dengan

kelompok kontrol (kesehatan). Pada gambar 4.14 tidak terdapat jalur dari F1

menuju HC, hal ini menunjukkan bahwa kelompok sosial (F1) tidak signifikan

dalam hal honor code daripada kelompok kesehatan. Sedangkan pada

kelompok agama (F2) dan sains (F3) terdapat perbedaan yang signifikan

Page 133: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

118

dengan kelompok kesehatan. Koefisien yang negatif pada kelompok agama

dan sosial menunjukkan bahwa secara statistik, penerapan kode etik (honor

code) pada kelompok agama dan sains lebih rendah daripada kelompok

kesehatan atau dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di bidang kesehatan lebih

taat dan patuh terhadap kode etik yang berlaku, dibandingkan mahasiswa di

fakultas agama dan sains. Adapun jalur yang didapat dari penelitian ini

terdiri dari empat jalur, yaitu F2→HC→SKP→PA→KA;

F2→HC→SKP→KA; F3→HC→SKP→PA→KA dan F3→HC→SKP→KA.

Namun, dari keempat jalur tersebut hanya terdapat satu jalur yang signifikan

memengaruhi ketidakjujuran akademik (KA) yaitu F3→HC→SKP→KA (T-

value = 2.009 dan P-value = 0.044), sedangkan ketiga jalur lainnya tidak

memenuhi kriteria signifikan. Pada fakultas sains penerapan kode etik (honor

code) akan memengaruhi sikap mahasiswa terhadap ketidakjujuran akademik,

apabila peraturan diberlakukan dan ditegakkan secara tegas maka dapat

meminimalisir mahasiswa dalam melakukan ketidakjujuran akademik, namun

jika kode etik tidak diterapkan mahasiswa fakultas sains akan cenderung

melakukan ketidakjujuran akademik. Adapun hasil penelitian ini sesuai

dengan Ha.5 dan dapat diterima.

4. Variabel honor code (HC) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif

terhadap ketidakjujuran akademik (KA) secara tidak langsung melalui variabel

mediator SKP ( T-value = -3.033, dan P-value = 0.002). Selain jalur tersebut,

terdapat satu jalur lainnya yang diprediksi memengaruhi KA, yaitu HC

melalui variabel SKP dan prokrastinasi akademik (PA). Namun setelah

Page 134: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

119

dilakukan uji signifikan, jalur HC→SKP→PA→KA tidak signifikan (T-value =

-1.943 dan P-value = 0.052). Dalam hal ini, ketidakjujuran akademik

seseorang ditentukan oleh seberapa kuat honor code diterapkan dan

bagaimana sikap individu terhadap ketidakjujuran akademik itu sendiri.

Berdasarkan penelitian McCabe dan Trevino (1993), bahwa adanya

perilaku-perilaku ketidakjujuran akademik beserta sanksinya yang telah diatur

di dalam kode etik secara eksplisit, akan memperkecil kemungkinan

mahasiswa untuk melanggar aturan tersebut, karena sistem honor code yang

berlaku merupakan tanggung jawab fakultas dan mahasiswa. Sehingga fungsi

pengawasan di bawah sistem honor code lebih terkontrol dan mengurangi

terjadinya perilaku kecurangan dalam hak akademik. Adapun hasil dari uji

kelayakan jalur (path) sesuai dengan Ha.6 sehingga hipotesis (Ha.6) dapat

terima.

5. Selain memiliki dampak langsung terhadap dependent variable, variabel peer

influence (PI) dapat memprediksi pengaruh yang signifikan terhadap

ketidakjujuran akademik secara tidak langsung (indirect effect) melalui

performance goal orientation (PGO), mastery goal orientation (MGO), dan

prokrastinasi akademik (PA). Secara tidak langsung, terdapat enam jalur PI

yang memengaruhi KA (berdasarkan tabel 4.12) dan hanya terdapat satu jalur

yang tidak signfikan yaitu PI→MGO→SKP→PA→KA karena tidak

signifikan (T-value = 1.613 dan P-value = 0.107). Adapun kelima jalur yang

signfikan melalui variabel mediator performance goal orientation (PGO),

mastery goal orientation (MGO), dan prokrastinasi akademik (PA). Secara

Page 135: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

120

keseluruhan, variabel-variabel tersebut memiliki koefisien yang positif, serta

T-value = 7.936 dan P-value = 0.000. Ketidakjujuran akademik yang

dipengaruhi oleh peer influence ditentukan dari bagaimana sikap individu

tersebut terhadap ketidakjujuran akademik, hal ini sesuai dengan teori Social

Learning bahwa individu belajar dari pengamatannya terhadap perilaku dan

konsekuensinya dari orang lain. Adapun perilaku-perilaku kecurangan dalam

akademik ini dianggap biasa dan diterima (rationalize) oleh kelompok

mahasiswa, sehingga dianggap normatif. Maka dari itu Ha.7 dalam penelitian

ini dapat diterima.

6. Tidak adanya koefisien yang menunjukkan pengaruh dari performance goal

orientation (PGO) terhadap sikap kepada ketidakjujuran akademik.

Mengingat secara teoritis seharusnya ada dampak dari orientasi tujuan yang

bersifat performance kepada sikap terhadap ketidakjujuran akademik, hasil

yang tidak signifikan disini mungkin disebabkan oleh kurang besarnya

sampel. Maka dari itu hipotesis minor (Ha.8) bahwa performance goal

orientation dapat memprediksi pengaruh yang signifikan terhadap

ketidakjujuran akademik secara tidak langsung (indirect effect) melalui sikap

terhadap ketidakjujuran akademik tidak diterima.

7. Variabel mastery goal orientation (MGO) secara tidak langsung memiliki

pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap ketidakjujuran akademik

(KA) melalui variabel mediator prokrastinasi akademik (PA). Hal ini dilihat

dari T-value = -1.227 (p > 1.96) dan P-value = 0.220 (p < 0.05). Sehingga

hipotesis (Ha.9) yaitu MGO dapat memprediksi pengaruh yang signifikan

Page 136: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

121

terhadap ketidakjujuran akademik secara tidak langsung (indirect effect)

melalui prokrastinasi akademik ditolak. Namun, terdapat jalur indirect MGO

terhadap KA lainnya yang signifikan, yaitu MGO→SKP→KA dan

MGO→SKP→PA→KA. Hasil tersebut menunjukkan bahwa MGO dapat

memengaruhi KA melalui PA namun harus melalui variabel mediator lainnya,

yaitu SKP. Hal tersebut dikarenaka individu dengan mastery goal orientation

Individu dengan orientasi tujuan mastery memiliki sikap yang negatif terhadap

ketidakjujuran akademik, karena lebih berfokus pada bagaimana cara

meningkatkan kompetensi diri, mengembangkan skill baru, menghadapi suatu

tantangan, daripada membandingkan diri dengan orang lain dalam hal prestasi.

Maka dari itu, ketidakjujuran akademik dipengaruhi oleh MGO melalui SKP.

Page 137: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

122

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji validitas konstruk alat ukur, penelitian ini menghasilkan

konstruk alat ukur ketidakjujuran akademik yang baku (standardized). Adapun

skala pengukuran ketidakjujuran akademik dalam penelitian ini terbagi menjadi

tiga tingkat, yaitu rendah atau kurang ideal (20-item), ideal (11-item), dan praktis

atau short-form (7-item). Selain menghasilkan skala pengukuran ketidakjujuran

akademik, penelitian ini juga menghasilkan model fit antara teoritis dengan data

lapangan. Sebelum melakukan uji model fit, peneliti melakukan uji hipotesis

menggunakan multiple regression yang dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan (p<0.005) pada variabel sikap terhadap ketidakjujuran

akademik, prokrastinasi akademik, performance goal orientation, dan peer

influence terhadap ketidakjujuran akademik.

Namun, uji analisis regresi ini terbatas hanya melihat pengaruh langsung

IV terhadap DV, sedangkan dalam model penelitian ini terdapat variabel-variabel

mediator. Maka dari itu, untuk tahap selanjutnya peneliti menggunakan path

analysis agar dapat melihat pengaruh langsung (direct effects) dan tidak langsung

(indirect effects) dari setiap independent variable terhadap ketidakjujuran

akademik. Adapun uji model menggunakan path analysis menghasilkan model fit

dengan empat variabel yang memiliki dampak langsung (direct effects). Pada

model direct variabel yang paling berpengaruh terhadap ketidakjujuran akademik

adalah peer influence, sikap terhadap ketidakjujuran akademik, performance goal

Page 138: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

123

orientation, dan prokrastinasi akademik. Sedangkan pada dampak tidak langsung

(indirect effects) terdapat memengaruhi ketidakjujuran akademik melalui variabel

mediator, serta 11 jalur yang signifikan dalam memengaruhi ketidakjujuran

akademik melalui variabel mediator.

5.2 Diskusi

Sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji

validitas skala pengukuran ketidakjujuran akademik, serta melihat apakah model

path analysis ketidakjujuran akademik yang diteorikan sesuai dengan hasil data

penelitian. Beberapa variabel yang diprediksi memengaruhi ketidakjujuran

akademik adalah sikap terhadap ketidakjujuran akademik; honor code;

prokrastinasi akademik; goal orientation yang terdiri dari dimensi mastery dan

performance; peer influence; serta faktor demografi yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, dan faculty of enrolment.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel yang paling

kuat pengaruhnya terhadap ketidakjujuran akademik adalah pengaruh teman

sebaya (peer influence) sebesar 29% yang memengaruhi secara langsung dan juga

secara tidak langsung melalui sikap. Hal ini sesuai dengan penelitian McCabe dan

Trevino (dalam Jurdi et al., 2011) beserta Shrader et al. (2012) bahwa perilaku

ketidakjujuran sangat bergantung pada sikap dan perilaku teman sebaya, yang

pada akhirnya membentuk suatu iklim normatif terhadap ketidakjujuran

akademik. Sehingga, perspektif mengenai bahwa ketidakjujuran akademik adalah

hal yang wajar terinternalisasi dalam diri siswa. Rasionalisasi yang diperoleh dari

Page 139: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

124

teman sebaya tersebut yang dapat memengaruhi iklim kelas untuk melakukan

ketidakjujuran akademik. Selain berpengaruh secara langsung dan tidak langsung

melalui sikap, peer influence juga berpengaruh terhadap ketidakjujuran akademik

melalui variabel mediator goal orientation. Menurut Koul et al. (2009) individu

yang melakukan ketidakjujuran akademik dapat dipengaruhi oleh iklim kelas serta

pengaruh teman-temannya yang memiliki orientasi performance karena lebih

berfokus terhadap hasil daripada proses dan tampak kompeten di mata orang lain

mengenai dirinya (Pinritch et al., 2008; Santrock, 2009; Geddes, 2011;Woolfolk,

2014). Pada mahasiswa yang berorientasi mastery (penguasaan materi) memiliki

tingkat ketidakjujuran akademik yang lebih rendah pada mahasiswa yang

beriorientasi mastery karena memiliki sikap yang negatif terhadap ketidakjujuran

akademik, sedangkan sikap yang positif terhadap ketidakjujuran akademik pada

mahasiswa dengan orientasi performance. Selain memengaruhi ketidakjujuran

akademik melalui variabel sikap, performance goal orientation memiliki

pengaruh langsung sebesar 24% dan signifikan terhadap ketidakjujuran akademik.

Selanjutnya, terdapat variabel sikap juga dapat memengaruhi

ketidakjujuran akademik secara langsung yaitu sebesar 28%. Adapun sikap

tersebut dipengaruhi oleh faktor individual (demografi) yaitu usia dan jenis

kelamin. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan bahwa mahasiswa yang

berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih tua cenderung melakukan

ketidakjujuran akademik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya

bahwa laki-laki memiliki kecenderungan menyontek yang lebih tinggi daripada

perempuan (Anderman & Midgley, 2004; Murdock & Anderman, 2006). Adapun

Page 140: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

125

alasan mengapa laki-laki cenderung melakukan ketidakjujuran akademik,

dikarenakan adanya perbedaan dalam penalaran moral (moral reasoning) dimana

laki-laki lebih cenderung memliki sikap yang positif terhadap ketidakjujuran

akademik (Koul et al., 2009). Selanjutnya, Pino dan Smith (dalam Bourassa,

2011) mengungkapkan bahwa siswa yang berusia lebih tua cenderung melakukan

ketidakjujuran akademik. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang berusia lebih tua

dalam hal ini terlambat menyelesaikan studi cenderung memiliki sikap positif

terhadap ketidakjujuran akademik karena memiliki waktu yang sangat terbatas,

sehingga melakukan prokrastinasi.

Dalam penelitian ini juga ditemukan, bahwa penerapan kode etik (honor

code) di bidang kesehatan lebih kuat dibanding dengan fakultas-fakultas di bidang

sosial, agama, dan sains. Penerapan kode etik fakultas dapat memengaruhi sikap

mahasiswa terhadap ketidakjujuran akademik. Mahasiswa fakultas

kesehatan/kedokteran cenderung menghindari perilaku ketidakjujuran akademik.

Hal ini dikarenakan kode etik yang diterapkan di fakultas dapat mmperkuat iklim

atau budaya dalam menerapkan integritas akademik (Shrader et al., 2012).

Temuan ini sesuai dengan penelitian Satria (2014) bahwa mahasiswa di bidang

kesehatan cenderung menghindari ketidakjujuran akademik karena adanya

penerapan kebijakan yang ketat mengenai aturan mengutip dan memeriksa tugas-

tugas dengan sangat teliti. Selanjutnya, variabel prokrastinasi akademik juga

memiliki dampak langsung terhadap ketidakjujuran akademik sebesar 13%.

Adapun variabel ini turut dipengaruhi oleh sikap dan performance goal

orientation. Voge (2007) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik tidak

Page 141: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

126

hanya tentang ketidakmampuan individu dalam mengatur waktunya, melainkan

salah satu strategi bagi siswa untuk mengatasi tekanan-tekanan yang menuntut

siswa untuk memiliki kinerja yang baik, seperti mendapatkan nilai yang tinggi

yang menuntut mahasiswa untuk berorientasi performance. Pada individu yang

memiliki sikap negatif terhadap ketidakjujuran akademik, maka akan menghindari

perilaku tersebut dan tentunya menghindari prokrastinasi akademik, begitu pun

sebaliknya pada sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Roig

dan DeTommaso (1995) bahwa ketidakjujuran akademik lebih banyak dilakukan

pada individu yang memiliki skor tinggi dibandingkan individu dengan skor

rendah pada prokrastinasi akademik.

Berdasarkan diskusi yang telah peneliti uraikan di atas, adanya suatu

model yang menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel memiliki pengaruh

terhadap ketidakjujuran akademik, baik secara langsung dan tidak langsung

menggunakan metode path analysis menjadi suatu nilai tambah dalam penelitian

ini. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah adanya sampling error yang

disebabkan oleh ketidakmerataan dalam mengambil sampel penelitian pada

masing-masing fakultas di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti beberapa memberikan saran

yang terbagi menjadi saran teoritis dan praktis.

5.3.1 Saran teoritis

Untuk pengembangan pada penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut:

Page 142: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

127

1. Dalam penelitian ini, variabel performance goal orientation yang pada awalnya

diteorikan memengaruhi variabel sikap namun tidak signifikan. Hal ini

dikarenakan membutuhkan sampel dalam jumlah yang besar. Maka dari itu,

untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel penelitian di

atas 355 responden.

2. Pada saat pengambilan sample terdapat perbedaan yang cukup signifikan

antara responden di bidang sosial, agama, sains, dan kesehatan. Adapun

responden di bidang sosial lebih dominan dibandingkan bidang lainnya. Maka

dari itu, untuk penelitian selanjutnya jika akan menggunakan variabel faculty of

enrolment sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang sama pada

setiap fakultasnya. Hal ini bertujuan agar dapat merepresentasikan data secara

merata sehingga mendapatkan perbedaan yang signfikan antara fakultas satu

dengan yang lain.

3. Apabila ingin menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM)

untuk mengukur ketidakjujuran akademik, maka disarankan menggunakan

skala pengukuran tingkat rendah (20 item) agar model fit.

4. Bila hendak menggunakan alat ukur ketidakjujuran akademik dan memiliki

akses serta dapat menggunakan software IRT, maka peneliti menyarankan

untuk menggunakan instrumen tingkat yang lebih ideal (11 item). Apabila

tidak memiliki akses skoring, dapat menggunakan tingkat yang lebih praktis (7

item), tetapi untuk tingkat ini wajib melaporkan tingkat reliabilitas.

Page 143: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

128

5.3.2 Saran praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai variabel-variabel yang telah terbukti

memengaruhi ketidakjujuran akademik. Peneliti menyarakan beberapa intervensi

di bawah ini untuk meminimalisir perilaku ketidakjujuran akademik di kalangan

mahasiswa :

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa peer influence memiliki pengaruh

yang sangat kuat terhadap ketidakjujuran akademik. Artinya semakin mudah

seseorang dipengaruhi oleh temannya, maka semakin besar kecenderungan

untuk melakukan ketidakjujuran akademik. Pengaruh negatif teman sebaya

ini salah satunya dapat disebabkan oleh lemahnya pelaporan teman yang

melakukan kecurang terhadap pihak fakultas (Nora & Zhang, 2010). Untuk

mengatasi hal ini, pihak fakultas dapat memberikan sosialisasi kode etik

secara rinci kepada mahasiswa, serta menegakkan kode etik yang berlaku

secara tegas. Selain itu juga perlu adanya aturan yang jelas mengenai sistem

penilaian bagi mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran akademik.

2. Selanjutnya untuk mengatasi sikap yang positif terhadap ketidakjujuran

akademik, pihak fakultas dapat mempromosikan dan memelihara integritas

akademik yang memerlukan keseimbangan dan pendekatan yang berfokus

pada upaya pencegahan (prevention), pelacakan (detection), dan hukuman

(penalty) yang tentunya melibatkan administrator, pihak fakultas, dan

mahasiswa. Menurut Roberts dan Rabinowitz (dalam Seirup & Schmelkin,

2003) bahwa kemampuan untuk mengubah kondisi ketidakjujuran akademik

ditentukan oleh pemahaman dari pihak fakultas dan mahasiswa mengenai

Page 144: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

129

persepsi atau sikap terhadap ketidakjujuran akademik bahwa perilaku tersebut

adalah hal yang serius.

3. Untuk meminimalisir performance goal orientation dan meningkatkan

mastery goal orientation. Menginternalisasikan orientasi mastery pada

mahasiswa adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan, dengan cara

mengarahkan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis,

belajar, dan mengatur waktu dengan baik. Sehingga dapat mendorong

mahasiswa untuk memiliki kompetensi yang baik. Hal tersebut juga dampat

diimbangi dengan pemberian evaluasi oleh dosen, bahwa penilaian itu tidak

hanya didasarkan pada hasil (nilai) akhir mahasiswa, namun juga pada proses

di dalamnya, pada Taksonomi Bloom evaluasi terhadap mahasiswa harus

ditekankan pada tahap analisis (C4), evaluasi atau sintesis (C5), dan mencipta

(C6). Sehingga, mahasiswa memang dapat menguasai materi yang telah

dipelajari dan tidak dilihat dari satu sisi saja, yaitu nilai akhir.

4. Selanjutnya untuk meminimalisir prokrastinasi akademik di kalangan

mahasiswa dapat diberikan batas waktu pengumpulan tugas yang jelas oleh

dosen/asisten dosen serta sistem penilaian yang jelas mengenai pemberian

nilai jika melakukan pengumpulan tugas sebelum waktu yang ditentukan, jika

tepat waktu mengumpulkan, dan jika melewati batas pengumpulan tugas.

Adanya sistem penilaian tersebut dapat memberikan dorongan kepada

mahasiswa untuk lebih awal dan sesegera mungkin dalam menyelesaikan

tugas dan dapat sebaik-baiknya meluangkan waktu untuk belajar.

Page 145: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

130

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior (2nd ed.). New York: Open

University Press.

Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Changes in self-reported academic

cheating across the transition from middle school to high school.

Contemporary Educational Psychology, 29(4), 499–517.

Balkis, M., Duru, E., & Bulus, M. (2013). Analysis of the relation between

academic procrastination , academic rational / irrational beliefs , time

preferences to study for exams , and academic achievement : a structural

model. European Journal of Psychology of Education, 28(3), 825–839.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Bolin, A. U. (2004). Self-Control, Perceived Opportunity, and Attitudes as

Predictors of Academic Dishonesty. The Journal of Psychology, 138(2),

101–114.

Bourassa, M. J. (2011). Academic dishonesty : behaviors and attitudes of students

at church-related colleges and universities. Dissertation: The University of

Toledo.

Cahyo, S. D. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek pada

pelajar dan mahasiswa di Jakarta. Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Comas-Forgas, R., & Sureda-Negre, J. (2010). Academic Plagiarism: Explanatory

Factors from Students’ Perspective. Journal of Academic Ethics, 8(3), 217–

232.

Dewitte, S., & Schouwenburg, H. C. (2002). Procrastination, Temptations, and

Incentives: The Struggle between the Present and the Future in

Procrastinators and the Punctual. European Journal of Personality, 16(6),

469–489. https://doi.org/10.1002/per.461

Eastman, J., Iyer, R., & Reisenwitz, T. H. (2008). The Impact of Unethical

Reasoning on Different Types of Academic Dishonesty: An Exploratory

Study. Journal of College Teaching & Learning, 5(12), 7–16.

Education Bureau. (2017). What are peer influences? Retrieved January 1, 2017,

from

www.edb.gov.hk/attachment/en/curriculum.../kla/.../peer_influence_eng.pdf

Ferrari, J. R. (1992). Psychometric validation of two Procrastination inventories

for adults: Arousal and avoidance measures. Journal of Psychopathology and

Behavioral Assessment, 14(2), 97–110.

Page 146: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

131

Franklyn-Stokes, A., & Newstead, S. E. (1995). Undergraduate Cheating: Who

does what and why? Studies in Higher Education, 20(2), 159–172.

Fredrika, M. E., & Prasetyawati, W. (2008). Gambaran kecurangan akademik

pada siswa kelas 6 Sekolah Dasar.

Geddes, K. A. (2011). Academic dishonesty among gifted and high-achieving

students. International Journal of Testing, 34(2), 51–57.

Gitanjali, B. (2004). Academic dishonesty in Indian medical colleges. Journal of

Postgraduate Medicine, 50(4), 281–4.

Grunschel, C., Patrzek, J., & Fries, S. (2012). Exploring reasons and

consequences of academic procrastination : an interview study. European

Journal of Psychology of Education, 28(3), 841–861.

Iyer, R., & Eastman, J. K. (2008). The Impact of Unethical Reasoning on

Academic Dishonesty: Exploring The Moderating Effect of Social

Desirability on Academic Dishonesty. Marketing Education Review, 18(2),

21–33.

Jannah, K. Z., & Andriani, F. (2013). Pengaruh Sikap , Norma Subyektif , dan

PBC Mahasiswa terhadap Intensi Plagiat dalam Tugas Akademik. Jurnal

Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 2(3), 114–119.

Johnson, E. M., Green, K. E., & Kluever, R. C. (2000). Psychometric

characteristics of the revised procrastination inventory. Research in Higher

Education, 41(2), 269–279.

Jurdi, R., Hage, H. S., & Chow, H. P. H. (2011). Academic Dishonesty in the

Canadian Classroom : Behaviours of a Sample of University Students.

Canadian Journal of Higher Education, 41(3), 1–35.

Kaplan, A., & Maehr, M. L. (2007). The contributions and prospects of goal

orientation theory. Educational Psychology Review, 19(2), 141–184.

Koss, J. (2011a). Academic dishonesty among adolescents. Research paper: The

Universitu of Wisconsin-Stout.

Koul, R., Clariana, R. B., Jitgarun, K., & Songsriwittaya, A. (2009). The influence

of achievement goal orientation on plagiarism. Learning and Individual

Differences, 19(4), 506–512.

Kusumastuti, L. (2015). Kejujuran akademik pada siswa Sekolah Menengah

Pertama. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lord, F.M. (1980). Applications of item response theory to practical testing

problems. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Page 147: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

132

McCabe, D. L., & Trevino, L. K. (1993). Academic Dishonesty : Honor Codes

and Other Contextual Influences. The Journal of Higher Education, 64(5),

522–538.

Midgley, C., Maehr, M. L., Hruda, L. Z., Anderman, E., Anderman, L., Freeman,

K. E., … Roeser, R. (2000). Manual for the Patterns of Adaptive Learning

Sciences (PALS). Pals. University of Michigan.

Miller, A. D., Murdock, T. B., Anderman, E. M., & Poindexter, A. L. (2007).

Who are all these cheaters? Characteristics of academically dishonest

students. Psychology of Academic Cheating, 9–32.

Moore, R. (2008). Academic Procrastination and Course Performance among

Developmental Education Students. Research and Teaching in

Developmental Education, 24(2), 56–67.

Murdock, T. B., & Anderman, E. M. (2006). Motivational Perspectives on

Student Cheating: Toward an Integrated Model of Academic Dishonesty.

Educational Psychologist, 41(3), 129–145.

Muslimah, H. (2016). Pengaruh emosi moral dan teman sebaya terhadap perilaku

cybercheating pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nora, W. L. Y., & Zhang, K. C. (2010). Motives of cheating among secondary

students: The role of self-efficacy and peer influence. Asia Pacific Education

Review, 11(4), 573–584.

Oskamp, S., & Schultz, P. W. (2005). Attitudes and opinions (3rd ed.). New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Pavela, G. (1997). Applying the power of association on campus : A model code

of academic integrity. Journal of College and University Law, 24(1).

Perez-Pena, Ri., & Bidgood, J. (2012). Harvard says 125 students may have

cheated on final exam. Retrieved January 1, 2017, from

http://www.nytimes.com/2012/08/31/education/harvard-says-125-students-

may-have-cheated-on-exam.html

Pinritch, P. ., Schunk, D. ., & Meece. (2008). Motivation in education : Theory,

research, and applications. New Jersey: Prentice Ha.

Pipa, J., Peixoto, F., Mata, L., & Monteiro, V. (2016). The Goal Orientations

Scale ( GOS ): Validation for Portuguese students. European Journal of

Developmental Psychology, (August), 1–11.

Plagiarism.org. (2017). Plagiarism Facts and Stats. Retrieved January 1, 2017,

from http://www.plagiarism.org/article/plagiarism-facts-and-stats

Puspita, P. W. (2016). Pengaruh self-efficacy, goal orientation, dan iklim kelas

Page 148: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

133

terhadap ketidakjujuran akademik. Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Raykov, T. (1997). Estimation of composite reliability for congeneric measures.

Applied Psychological Measurement, 21(2), 173–184.

Rizki, S. A. (2009). Hubungan prokrastinasi akademis dan kecurangan akademis

pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi:

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Roig, M., & DeTommaso, L. (1995). Are college cheating and plagiarism related

to academic procrastination? Psychological Reports, 77, 691–698.

Ruto, D. K., Kipkoech, L. C., & Rambaei, D. K. (2011). Students factors

influencing cheating in undergraduate examinations in universities in Kenya.

Problems of Management in the 21th Century, 2, 173–181.

Santrock, J. . (2009). Psikologi Pendidikan (3rd ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Satria, D. (2014). Studi tentang determinan perilaku cheating melalui internet.

Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Seirup, H., & Schmelkin, L. P. (2003). Faculty Perceptions of Academic

Dishonesty : A Multidimensional Scaling Analysis. The Journal of Higher

Education, 74(2), 196–209.

Shrader, C. B., Ravenscroft, S. P., Kaufmann, J. B., & West, T. D. (2012).

Classroom Cheating and Student Perceptions of Ethical Climate. Teaching

Ethics, 105–128.

Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003. Indonesia.

Smith, W. . (2008). Plagiarism, the internet and student learning improving

academic integrity. New York: Routledge.

Soetanto, H. (2014). Memahami plagiarisme akademik. Malang.

Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency

and cogntive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31(4),

503–509.

Stage, F. K., Carter, H. C., & Nora, A. (2004). Path Analysis : An Introduction

and Analysis of a Decade of Research Path Analysis : An Introduction and

Analysis of a Decade of Research. The Journal of Education Research,

(September).

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical

review of quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin,

133(1), 65–94.

Page 149: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

134

Steel, P., & Ferrari, J. (2012). Sex, education and procrastination : An

epidemiological study of procrastinators’ Characteristics from a global

sample. European Journal of Personality, 58(November 2011), 51–58.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Surijah, E. A., & Tjundjing, S. (2007). Mahasiswa Versus Tugas : Prokrastinasi

Akademik dan Conscientiousness . Indonesian Psychological Journa;, 22(4),

352–374.

Svartdal, F., Pfuhl, G., Nordby, K., Foschi, G., Klingsieck, K. B., Rozental, A.

Rebkowska, K. (2016). On the measurement of procrastination: Comparing

two scales in six European countries. Frontiers in Psychology, 7(AUG), 1–

11.

Sydney University. (2017). Academic dishonesty and plagiarism. Retrieved

January 1, 2017, from https://sydney.edu.au/students/academic-dishonesty-

and-plagiarism.html

Taradi, S. K., Taradi, M., & Bogas, Z. (2017). Croatian medical students see

academic dishonesty as an acceptable behaviour : a cross-sectional

multicampus study. Journal of Medical Ethics, 38(6), 376–379.

Taylor, S. ., Peplau, L. ., & Sears, D. . (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Tuckman, B. W. (1991). The development and concurrent validity of the

procrastination scale. Educational and Psychological Measurement, 51.

Umar, J. (2012). Mengenal Lebih Dekat Konsep Reliabilitas Skor Tes. Jurnal

Pengukuran Psikologi Dan Pendidikan Indonesia, 2, 126–140.

Umar, J. (2015). Bahan Ajar Statistika 3. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Voge, D. (2007). Classroom Resources for Addressing Procrastination. Research

and Teaching in Developmental Education, 23(2), 88–96.

Webster Online Dictionary. (2017). Definition of Influence by Webster’s Online

Dictionary. Retrieved December 22, 2017, from http://www.webster-

dictionary.org/definition/influence

Woolfolk, A. (2014). Educational psychology. England: Pearson Education

Limited.

Zarick, L. M., & Stonebraker, R. (2009). I’ll do it Tomorrow: The Logic of

Procrastination. College Teaching, 57(4), 211–215.

Page 150: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

LAMPIRAN

Page 151: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

136

LAMPIRAN 1

Kuesioner Penelitian

Kepada Yth.

Saudara/i mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Di tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.

Salam sejahtera untuk kita semua, semoga Anda senantiasa berada dalam

lindungan Allah SWT. Saya Fayna Faradiena, mahasiswa Program Sarjana Strata-

1 (S1) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta yang saat ini sedang melaksanakan penelitian untuk tugas akhir skripsi.

Peneliti mengharapkan kesediaan Anda untuk dapat menjadi responden dalam

penelitian. Anda diminta untuk mengisi setiap pernyataan sesuai dengan

petunjuk pengisian sesuai dengan keadaan Anda saat ini, bukan menurut norma

sosial atau kondisi yang Anda harapkan. TIDAK ADA JAWABAN SALAH

dalam kuesioner ini. Data diri dan semua jawaban Anda dalam penelitian ini akan

dijamin KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas

kesedian Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Wa’alaikumsalam wr.wb.

Hormat saya,

Fayna Faradiena

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Nama / Inisial :

Usia : ____ tahun

Jenis Kelamin* : L / P

Fakultas :

Semester* : 2 / 4 / 6 / 8 / 10 / 12 / 14

No. HP** : *) Lingkari yang sesuai

**) Informasi digunakan untuk kepentingan reward bagi 35 responden yang beruntung

Responden

( _____________ )

Page 152: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

137

SKALA 1

(Ketidakjujuran Akademik)

Petunjuk Pengisian:

Pernyataan di bawah ini adalah tentang apa yang mungkin pernah Anda lakukan

pada satu semester terakhir. Tugas Anda adalah menjawab masing-masing

pernyataan dengan memilih salah satu jawaban yang paling menggambarkan diri

Anda atau mendekati, dengan pilihan jawaban :

Tidak pernah = Jika Anda tidak pernah melakukan hal tersebut

Pernah 1x = Jika Anda pernah melakukannya sebanyak satu kali

Pernah 2x = Jika Anda pernah melakukannya sebanyak dua kali

Pernah >2x = Jika Anda pernah melakukannya lebih dari dua kali

No Pernyataan Tidak

Pernah

Pernah

1x

Pernah

2x

Pernah

>2x

1. Ketika ujian saya menggunakan

contekan berupa catatan kecil

2. Saat ujian saya mencoba untuk

menyontek pekerjaan teman yang

duduknya berdekatan

3. Mencoba mencari bocoran soal

sebelum ujian dilaksanakan

4. Menyalin tulisan mahasiswa lain

tanpa sepengetahuan mereka

5. Mencoba menyalin pekerjaan teman

dengan seizinnya

6. Mencari contekan jawaban apapun

caranya

7. Membantu teman dalam menjawab

ujian

8. Menyalin tulisan orang lain dan

menyerahkannnya seakan itu buatan

saya sendiri

9. Memasukkan daftar bacaan pada

daftar pustaka meskipun tidak

membacanya

10. Meminta orang lain untuk

menyelesaikan tugas-tugas

perkuliahan

Page 153: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

138

No Pernyataan Tidak

Pernah

Pernah

1x

Pernah

2x

Pernah

>2x

11. Bekerja sama dalam menyelesaikan

tugas yang seharusnya individual

12. Menyalin beberapa kalimat dari

buku/jurnal tanpa mencantumkan

sumbernya

13. Mencoba mendekati dosen agar

merubah nilai yang diberikan lebih

baik

14. Meminta bantuan orang lain yang

lebih pandai untuk memeriksa

tugas/tulisan saya

15. Mencari informasi tentang soal ujian

kepada mahasiswa lain yang sudah

menempuhnya

16. Meminta dicantumkan nama pada

tugas kelompok, padahal tidak ikut

mengerjakan

17. Meminta pendapat orang lain,

namun digunakan seakan pendapat

sendiri

18. Mencari jawaban ujian melalui

bantuan smartphone

19. Mengambil gambar (memotret) soal

ujian secara sembunyi-sembunyi

20. Menitipkan absen pada teman yang

masuk

Page 154: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

139

SKALA 2

(Sikap terhadap Ketidakjujuran Akademik)

Petunjuk Pengisian:

Pernyataan di bawah ini merupakan perilaku-perilaku yang mengukur suatu

konten tertentu. Anda diminta untuk memberikan peringkat (rating) dengan

memilih salah satu jawaban sejauh mana perilaku ini boleh atau tidak boleh

dilakukan, jika ditinjau dari sudut pandang ketidakjujuran akademik.

Pilihan jawaban terdiri dari empat pilihan dengan rentang skala “sangat tidak

boleh” dan “sangat boleh”.

Pernyataan:

1. Bekerjasama dalam tugas individu secara berkelompok

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

2. Menyalin pekerjaan (PR) teman

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

3. Mengutip tanpa menyebutkan sumber

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

4. Menyalin materi dari internet

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

Page 155: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

140

5. Mencari alasan untuk menunda pengumpulan tugas

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

6. Memalsukan atau merekayasa daftar pustaka

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

7. Memalsukan dokumen milik Universitas

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

8. Memberitahu jawaban kepada teman pada saat ujian

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

9. Meminta bantuan orang lain untuk membuatkan tugas makalah

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

10. Menyontek menggunakan handphone

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

11. Tidak berpartisipasi dalam tugas kelompok tetapi mencantumkan nama

pada makalah

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

Page 156: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

141

12. Mencari bocoran soal ujian

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

13. Menyerahkan makalah yang sudah pernah dipakai di tempat lain pada

mata kuliah yang berbeda

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

14. Menggunakan kertas contekan pada saat ujian

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

15. Membuat makalah untuk orang lain

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

16. Menitipkan absen pada teman yang masuk

Sangat

tidak boleh

Sangat

boleh

1 2 3 4

Page 157: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

142

SKALA 3

(Honor Code)

Petunjuk Pengisian:

Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini:

Pernyataan

1. Apakah terdapat kode etik di Fakultas Anda? Jika ya, apakah sudah

diterapkan dengan konsisten di Fakultas Anda?

Tidak ada

Ada, tetapi tidak diterapkan

Ada, dan diterapkan

SKALA 4

(Prokrastinasi Akademik)

Petunjuk Pengisian:

Pernyataan di bawah ini adalah tentang apa yang mungkin sesuai dengan diri

Anda. Tugas Anda ialah menjawab masing-masing pernyataan dengan salah satu

jawaban yang paling menggambarkan diri Anda atau mendekati. Pilihan jawaban

terdiri dari empat pilihan dengan rentang skala “sangat tidak sesuai” dan “sangat

sesuai”. Dimana masing-masing pilihan menjelaskan hal sebagai berikut:

STS : Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri Anda

TS : Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri Anda

S : Jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda

SS : Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri Anda

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya menunda penyelesaian tugas padahal itu

penting

2. Saya menunda tugas yang tidak saya sukai

3. Saya baru mengerjakan suatu tugas jika batas

waktu sudah hampir berakhir

4. Saya selalu tepat waktu sesuai dengan jadwal

5. Saya langsung mengerjakan suatu tugas

meskipun kurang menyenangkan

6. Saya selalu dapat mencari alasan mengapa

tidak memulai suatu tugas

Page 158: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

143

No Pernyataan STS TS S SS

7. Saya menghindari tugas yang tidak sesuai

keahlian

8. Tugas yang tidak saya senangi harusnya tidak

diberikan kepada saya

9. Saya membiarkan waktu terbuang begitu saja

10. Orang lain sebenarnya tidak berhak

memberikan batas waktu kepada saya

11. Saya tidak menyadari jika sebenarnya saya

sedang membuang-buang waktu

12. Saya berjanji pada diri saya untuk

mengerjakan tugas, tetapi tidak dilakukan

13. Saya selalu menyelesaikan tugas penting

sebelum batas waktu habis

14. Meskipun saya tahu betapa pentingnya untuk

memulai, tetapi saya tetap diam

15. Menunda suatu tugas sampai besok adalah

bukan saya

16. Saya menggunakan waktu istirahat untuk

mengerjakan tugas

17. Saya sering panik karena batas waktu yang

sudah sangat dekat

18. Seringkali banyak waktu terbuang sebelum

saya mengerjakan tugas

19. Ketika mendapat tugas penting, saya

memulainya secepat mungkin

20. Saya tetap mengerjakan tugas yang batas

waktunya hampir habis, meskipun akan

menghadapi ujian dalam waktu dekat

21. Menghadapi pertemuan penting, saya sudah

mempersiapkan baju yang akan dipakai satu

hari sebelumnya

22. Saya datang lebih awal ketika ada janji

bertemu dengan dosen

23. Saya akan menyediakan waktu yang lebih

banyak daripada yang dibutuhkan dalam

pengerjaan tugas

24. Karena waktunya pasti cukup, saya tetap

tenang untuk menunda suatu tugas

25. Saya merasa cemas jika menunda-nunda suatu

tugas

Page 159: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

144

SKALA 5

(Goal Orientation)

Petunjuk Pengisian:

Pernyataan di bawah ini adalah tentang apa yang mungkin sesuai dengan diri

Anda. Tugas Anda adalah menjawab masing-masing pernyataan dengan salah satu

jawaban yang paling menggambarkan diri Anda atau mendekati. Pilihan jawaban

terdiri dari empat pilihan dengan rentang skala “sangat tidak sesuai” dan “sangat

sesuai”. Dimana masing-masing pilihan menjelaskan hal sebagai berikut:

STS : Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri Anda

TS : Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri Anda

S : Jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda

SS : Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri Anda

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan dari dosen karena saya ingin

menguasai materi yang diberikan

2. Menurut saya kepintaran seseorang tidak

hanya dilihat dari nilai yang ia dapat

ketika ujian

3. Saya merasa berhasil ketika saya

mengerjakan tugas-tugas dengan

kemampuan saya sendiri

4. Saya berusaha untuk jujur pada saat ujian

5. Saya akan belajar sebaik mungkin untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik

6. Saya merasa tertarik ketika diberikan soal

yang sulit

7. Saya menunjukkan kepada dosen jika

saya lebih pintar dari mahasiswa lain

8. Saya melakukan kecurangan akademik

untuk mendapatkan nilai yang lebih baik

9. Tujuan saya belajar adalah untuk

mendapatkan nilai yang bagus

10. Saya melakukan segala cara untuk

mendapatkan nilai bagus

11. Saya lebih suka mendapat prestasi yang

bagus, meski tidak sungguh-sungguh

belajar

Page 160: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

145

SKALA 6

(Peer Influence)

Petunjuk Pengisian:

Pernyataan di bawah ini adalah tentang apa yang mungkin sesuai dengan diri

Anda. Tugas Anda adalah menjawab masing-masing pernyataan dengan memilih

salah satu jawaban yang paling menggambarkan diri Anda atau mendekati. Pilihan

jawaban terdiri dari empat pilihan dengan rentang skala “sangat tidak setuju” dan

“sangat setuju”.

No Pernyataan Sangat

tidak

setuju

Tidak

setuju

Setuju Sangat

setuju

1 Teman yang tidak menyontek adalah

mahasiswa yang pintar, percaya diri

dan bertanggung jawab

2 Teman yang tidak menyontek adalah

munafik dan kaku

3 Teman saya menganggap saya malas

karena saya menyontek padanya

4 Teman saya membenci saya karena

saya menyontek

5 Teman saya memuji saya cerdik dan

berani karena saya menyontek

6 Tidak melaporkan teman yang

menyontek berarti membantu menjaga

rahasia teman

7 Melaporkan teman yang menyontek

berarti mencari musuh dan

mengundang kebencian teman

8 Mahasiswa yang melaporkan perbuatan

menyontek adalah pengadu

9 Tidak melaporkan perbuatan

menyontek berarti menjaga

persahabatan dengan teman

Page 161: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

146

No Pernyataan Sangat

tidak

setuju

Tidak

setuju

Setuju Sangat

setuju

10 Melaporkan perbuatan menyontek

adalah bentuk keadilan dan integritas

akademik

11 Semua orang di kelas saya pernah

menyontek, sehingga menyontek

adalah hal yang biasa bagi saya

12 Saya menyontek karena melihat teman

saya berhasil mendapatkan nilai yang

tinggi karena menyontek

13 Saya akan menegur jika ada teman

yang menyontek menggunakan

handphone/smartphone

14 Saya menyontek karena teman saya

yang menyontek tidak pernah ketahuan

oleh dosen

15 Saat ujian tidak ada mahasiswa yang

berani menyontek

Terima Kasih

Page 162: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

147

LAMPIRAN 2

Syntax, Path Diagram, dan Item Characteristic Curve

SYNTAX KETIDAKJUJURAN AKADEMIK (KA)- 20 ITEM BI FACTOR

TITLE: UJI VALIDITAS KETIDAKJUJURAN AKADEMIK; DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1-X89;

USEVAR ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20

X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13; CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20

X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES;

MODEL: KA BY X1* X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20 X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13*;

KA@1;

F1 BY X4* X8 X10 X16 X17*; F2 BY X9* X11 X12 X13*;

F1@1;

F2@1;

KA WITH F1@0; KA WITH F2@0;

F1 with F2@0;

!X12 WITH X9 ;

PLOT: TYPE=PLOT3; OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SYNTAX KETIDAKJUJURAN AKADEMIK (KA)-11 ITEM UNIDIMENSIONAL

TITLE: UJI VALIDITAS KETIDAKJUJURAN AKADEMIK;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1-X89; USEVAR ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20;

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20;

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13; !ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES;

MODEL: KA BY X1* X2 X3 X5 X6 X7 X14 X15 X18 X19 X20;

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13*;

KA@1; !F1 BY X4* X8 X10 X16 X17*;

!F2 BY X9* X11 X12 X13*;

!F1@1;

!F2@1; !KA WITH F1@0;

!KA WITH F2@0;

!F1 with F2@0;

!X12 WITH X9 ; PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

Page 163: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

148

SYNTAX KETIDAKJUJURAN AKADEMIK (KA)-7 ITEM PARALEL MAXIMUM LIKELIHOOD

TITLE: UJI VALIDITAS KETIDAKJUJURAN AKADEMIK; DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1-X89;

USEVAR ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X18; !X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X18;

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; MODEL: KA BY X1* X2 X3 X5 X6 X7 X18*(1);

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13*;

KA@1;

!F1 BY X4* X8 X10 X16 X17*; !F2 BY X9* X11 X12 X13*;

!F1@1;

!F2@1;

!KA WITH F1@0; !KA WITH F2@0;

!F1 with F2@0;

!X12 WITH X9 ;

PLOT: TYPE=PLOT3; OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SYNTAX KETIDAKJUJURAN AKADEMIK (KA)-10 ITEM PARALEL MLR

TITLE: UJI VALIDITAS KETIDAKJUJURAN AKADEMIK;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1-X89;

USEVAR ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X15 X18 X19 X20; !X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

CATEGORICAL ARE X1 X2 X3 X5 X6 X7 X15 X18 X19 X20;

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13;

ANALYSIS: ESTIMATOR=MLR; MODEL: KA BY X1* X2 X3 X5 X6 X7 X15 X18 X19 X20 (1);

!X4 X8 X10 X16 X17 X9 X11 X12 X13*;

KA@1;

!F1 BY X4* X8 X10 X16 X17*; !F2 BY X9* X11 X12 X13*;

!F1@1;

!F2@1;

!KA WITH F1@0; !KA WITH F2@0;

!F1 with F2@0;

!X12 WITH X9 ;

PLOT: TYPE=PLOT3; OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

Page 164: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

149

SYNTAX SKP

TITLE: UJI VALIDITAS SIKAP TERHADAP KA;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1-X89;

USEVAR ARE X21-X36;

CATEGORICAL ARE X21-X36;

ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=10000; PROCESSOR=2;

MODEL: REAL BY X21* X22-X36*;

SKP@1;

F1 BY X21* X23 X26 X27 X28 X29 X30 X34 X35 X36*;

F1@1;

SKP WITH F1@0;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SAVEDATA: FILE=SKP.dat; SAVE=FSCORES (100);

SYNTAX PROKRATINASI AKADEMIK

TITLE: UJI VALIDITAS PROKRASTINASI AKADEMIK;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1 - X89;

USEVAR ARE X39-X41 X44-X50 X52 X55 X56 X58 X62;

CATEGORICAL ARE X39-X41 X44-X50 X52 X55 X56 X58 X62;

ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000; PROCESSOR=2;

MODEL: REAL BY X39* X40 X41 X44-X50 X52 X55 X56 X58 X62*;

PA@1;

F1 BY X39* X40 X41 X44 X45 X46 X48 X49 X55 X56 X58*;

F1@1;

PA WITH F1@0;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SAVEDATA: FILE=PA.dat; SAVE=FSCORES (100);

SYNTAX PERFORMANCE GOAL ORIENTATION (PGO)

TITLE: UJI VALIDITAS PERFORMANCE GOAL ORIENTATION;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1 - X89;

USEVAR ARE X70-X74;

CATEGORICAL ARE X70-X74;

ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=10000; PROCESSOR=2;

MODEL: PGO BY X70* X71-X74*;

PGO@1;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SAVEDATA: FILE=PGO.dat; SAVE=FSCORES (100);

Page 165: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

150

SYNTAX MASTERY GOAL ORIENTATION (MGO)

TITLE: UJI VALIDITAS MASTERY GOAL ORIENTATION;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1 - X89;

USEVAR ARE X64-X69;

CATEGORICAL ARE X64-X69;

ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=10000; PROCESSOR=2;

MODEL: MGO BY X64* X65-X69*;

MGO@1;

!X66 WITH X65 ;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SAVEDATA: FILE=MGO.dat; SAVE=FSCORES (100);

SYNTAX PEER INFLUENCE

TITLE: UJI VALIDITAS PEER INFLUENCE;

DATA: FILE IS DATA.TXT;

VARIABLE: NAMES ARE X1 - X89;

USEVAR ARE X76 X77 X79-X83 X85 X86 X88;

CATEGORICAL ARE X76 X77 X79-X83 X85 X86 X88;

ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=10000; PROCESSOR=2;

DEFINE: X77=5-X77; X89=5-X89;

MODEL: REAL BY X76* X77-X88*;

PI@1;

F1 BY X76* X77 X79 X85 X86 X88*;

F1@1;

PIWITH F1@0;

PLOT: TYPE=PLOT3;

OUTPUT: STDYX; !Modindices (ALL);

SAVEDATA: FILE=PI.dat; SAVE=FSCORES (100);

Page 166: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

151

PATH DIAGRAM KETIDAKJUJURAN AKADEMIK (KA)

20 ITEM (BI FACTOR)

ITEM CHARACTERISTIC CURVE 20 ITEM

Page 167: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

152

PATH DIAGRAM KA 11 ITEM (UNIDIMENSIONAL)

ITEM CHARACTERISTIC CURVE 11 ITEM

Page 168: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

153

PATH DIAGRAM KA 7 ITEM (PARALEL MAXIMUM LIKELIHOOD)

ITEM CHARACTERISTIC CURVE 7 ITEM

Page 169: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

154

PATH DIAGRAM KA 10 ITEM (PARALEL MLR)

ITEM CHARACTERISTIC CURVE 10 ITEM

Page 170: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

155

PATH DIAGRAM SIKAP TERHADAP KETIDAKJUJURAN AKADEMIK

PATH DIAGRAM PA

PATH DIAGRAM PROKRASTINASI AKADEMIK (PA)

Page 171: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

156

PATH DIAGRAM GOAL ORIENTATION (MGO DAN PGO)

PATH DIAGRAM PGO

PATH DIAGRAM PEER INFLUENCE (PI)

Page 172: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

157

LAMPIRAN 3

Output Deskriptif dan Regresi

Output Deskriptif

Statistics

JK Fakultas Usia Semester

N Valid 355 355 355 354

Missing 0 0 0 1

Mean

6.15 20.57 5.84

Std. Deviation

3.457 1.310 2.194

Variance

11.952 1.715 4.812

Minimum

1 18 2

Maximum

12 27 12

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 250 70.4 70.4 70.4

1 105 29.6 29.6 100.0

Total 355 100.0 100.0

Fakultas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 181 51.0 51.0 51.0

2 82 23.1 23.1 74.1

3 36 10.1 10.1 84.2

4 56 15.8 15.8 100.0

Total 355 100.0 100.0

Page 173: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

158

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18 18 5.1 5.1 5.1

19 56 15.8 15.8 20.8

20 91 25.6 25.6 46.5

21 114 32.1 32.1 78.6

22 59 16.6 16.6 95.2

23 13 3.7 3.7 98.9

24 1 .3 .3 99.2

25 1 .3 .3 99.4

26 1 .3 .3 99.7

27 1 .3 .3 100.0

Total 355 100.0 100.0

Semester

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 55 15.5 15.5 15.5

4 46 13.0 13.0 28.5

6 140 39.4 39.5 68.1

8 102 28.7 28.8 96.9

10 8 2.3 2.3 99.2

12 3 .8 .8 100.0

Total 354 99.7 100.0

Missing System 1 .3

Total 355 100.0

Page 174: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

159

VARIABEL PENELITIAN

KA SKP PA MGO PGO PI

N Valid 355 355 355 355 355 355

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 42.52 27.48 61.18 19.50 10.75 35.84

Std. Deviation 11.546 6.879 9.135 2.231 2.589 5.359

Minimum 20 16 32 13 5 16

Maximum 80 56 89 24 20 51

Regresi

Page 175: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

160

LAMPIRAN 4

Syntax dan Output Path Analysis

SYNTAX PATH MODEL DASAR

TITLE: PATH ANALYSIS MODEL KETIDAKJUJURAN AKADEMIK;

DATA: FILE=semdat.txt; VARIABLE: NAMES ARE KA SKP HC PA MGO PGO PI JK US

FAK F1 F2 F3;

USEVAR = KA SKP HC PA MGO PGO JK US

F1 F2 F3 PI; CATEGORICAL=HC;

MODEL:KA ON SKP PA PGO MGO PI;

SKP ON JK US HC PI MGO PGO;

PA ON PGO MGO SKP; HC ON F1 F2 F3;

PGO ON PI;

MGO ON PI;

MODEL INDIRECT: KA IND SKP PI;

KA IND PA SKP PI;

KA IND PA PGO PI;

KA IND PGO PI; KA IND SKP MGO PI;

KA IND PA SKP MGO PI;

MODEL INDIRECT:

KA IND PA SKP HC F3; KA IND SKP HC F3;

KA IND PA SKP HC F2;

KA IND SKP HC F2;

MODEL INDIRECT: KA IND PA SKP HC;

KA IND SKP HC;

MODEL INDIRECT:

KA IND SKP MGO; KA IND PA SKP MGO;

KA IND PA MGO;

OUTPUT: STDYX; !MODINDICES (ALL);

MODEL FIT INFORMATION

Number of Free Parameters 31

Chi-Square Test of Model Fit Value 53.940*

Degrees of Freedom 32

P-Value 0.0090

RMSEA (Root Mean Square Error Of Approximation) Estimate 0.044

90 Percent C.I. 0.022 0.064

Probability RMSEA <= .05 0.668 CFI/TLI

CFI 0.944

TLI 0.910

Page 176: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

161

SYNTAX PATH MODEL AKHIR

TITLE: PATH ANALYSIS MODEL KETIDAKJUJURAN AKADEMIK;

DATA: FILE=semdat.txt;

VARIABLE: NAMES ARE KA SKP HC PA MGO PGO PI JK US

FAK F1 F2 F3;

USEVAR = KA SKP HC PA MGO PGO JK US

F1 F2 F3 PI;

CATEGORICAL=HC; MODEL:KA ON SKP PA PGO PI;

SKP ON JK US HC PI MGO;

PA ON PGO MGO SKP;

HC ON F1 F2 F3; PGO ON PI;

MGO ON PI;

MODEL INDIRECT:

KA IND SKP PI; KA IND PA SKP PI;

KA IND PA PGO PI;

KA IND PGO PI;

KA IND SKP MGO PI; KA IND PA SKP MGO PI;

MODEL INDIRECT:

KA IND PA SKP HC F3;

KA IND SKP HC F3; KA IND PA SKP HC F2;

KA IND SKP HC F2;

MODEL INDIRECT:

KA IND PA SKP HC; KA IND SKP HC;

MODEL INDIRECT:

KA IND SKP MGO; KA IND PA SKP MGO;

KA IND PA MGO;

MODEL INDIRECT:

KA IND SKP JK; KA IND PA SKP JK;

MODEL INDIRECT:

KA IND SKP US;

KA IND PA SKP US; OUTPUT: STDYX; !MODINDICES (ALL);

MODEL FIT INFORMATION

Number of Free Parameters 29

Chi-Square Test of Model Fit

Value 58.847* Degrees of Freedom 34

P-Value 0.0051

RMSEA (Root Mean Square Error Of Approximation)

Estimate 0.045 90 Percent C.I. 0.025 0.064

Probability RMSEA <= .05 0.630

CFI/TLI

CFI 0.936 TLI 0.904

Page 177: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

162

DIAGRAM MODEL DASAR

DIAGRAM MODEL AKHIR

Page 178: PENGUKURAN DAN PEMODELAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46210/1/FAYNA...pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di kalangan

163

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Plagiarism Checker

Website : plagscout.com