Pengukuran Aset Tetap Ala Psak Berbasis Ifrs

5
PENGUKURAN ASET TETAP ALA PSAK BERBASIS IFRS PENGUKURAN SAAT ASET TETAP DIPEROLEH Pengukuran asset tetap pertama kali dilakukan pada saat entitas memperoleh asset tetap. Diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi 3 hal : 1. Harga perolehan asset tetap Yang termasuk dalam harga perolehan asset tetap di sini adalah Bea Impor dan Pajak Masukan yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain. 2. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset tetap ke lokasi dan kondisi yang diinginkan. Contoh biaya yg dapat diatribusikan secara langsung : a. Biaya Imbalan Kerja b. Biaya Penyiapan Lahan untuk Pabrik c. Biaya handling dan penyerahan awal d. Biaya perakitan dan instalasi e. Biaya pengujian asset f. Komisi profesional 3. Biaya perolehan asset tetap juga termasuk estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap serta restorasi lokasi asset. Kewajiban atas biaya timbul ketika asset tersebut diperoleh atau entitas menggunakan asset tsb selama periode tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan. PENGUKURAN PASCA PENGAKUAN AWAL Dibedakan menjadi 2 model : model biaya (cost model) dan model revaluasi (revaluation model). Entitas wajib memilih satu diantara 2 model. Selanjutnya entitas menerapkan model pengukuran yang dipilihnya terhadap seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama. Entitas menerapkan model biaya -> setelah diakui sebagai asset, asset tetap dicatat sebagai sebesar biaya perolehan

description

Akuntansi

Transcript of Pengukuran Aset Tetap Ala Psak Berbasis Ifrs

PENGUKURAN ASET TETAP ALA PSAK BERBASIS IFRS

PENGUKURAN ASET TETAP ALA PSAK BERBASIS IFRSPENGUKURAN SAAT ASET TETAP DIPEROLEH

Pengukuran asset tetap pertama kali dilakukan pada saat entitas memperoleh asset tetap. Diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan asset tetap meliputi 3 hal :

1. Harga perolehan asset tetap

Yang termasuk dalam harga perolehan asset tetap di sini adalah Bea Impor dan Pajak Masukan yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain.

2. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset tetap ke lokasi dan kondisi yang diinginkan.

Contoh biaya yg dapat diatribusikan secara langsung :

a. Biaya Imbalan Kerja

b. Biaya Penyiapan Lahan untuk Pabrik

c. Biaya handling dan penyerahan awal

d. Biaya perakitan dan instalasi

e. Biaya pengujian asset

f. Komisi profesional

3. Biaya perolehan asset tetap juga termasuk estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap serta restorasi lokasi asset. Kewajiban atas biaya timbul ketika asset tersebut diperoleh atau entitas menggunakan asset tsb selama periode tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan.

PENGUKURAN PASCA PENGAKUAN AWAL

Dibedakan menjadi 2 model : model biaya (cost model) dan model revaluasi (revaluation model). Entitas wajib memilih satu diantara 2 model. Selanjutnya entitas menerapkan model pengukuran yang dipilihnya terhadap seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama.

Entitas menerapkan model biaya -> setelah diakui sebagai asset, asset tetap dicatat sebagai sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset. Contoh :

Pada awal tahun 2010, PT Oke Punya membeli mesin fotokopi dengan harga perolehan Rp 100.000.000. Mesin fotokopi ini diestimasi memiliki masa manfaat 4 tahun (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 96/PMK.03/2009). Dalam rangka memenuhi kewajiban pembukuan, PT Oke Punya memilih menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan asset tetapnya. Dengan begitu, pada 31 Desember 2010, besarnya beban penyusutan mesin fotokopi adalah Rp 25.000.000 (Rp 100.000.000 : 4 tahun).

Dalam hal PT Oke Punya memutuskan untuk menggunakan model biaya dalam pengukuran asset tetapnya pasca pengakuan awal, maka pada akhir tahun 2010 mesin fotokopi tersebut akan diakui sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya yaitu :

Mesin fotokopi

Rp 100.000.000

Akumulasi penyusutan mesin fotokopiRp 25.000.000Nilai buku mesin fotokopi

Rp 75.000.000

Jurnal penyesuaian yang harus dibuat oleh PT Oke Punya :

31 Des 2010D : Beban Penyusutan mesin fotokopi25.000.000

K : Akumulasi penyusutan mesin fotokopi25.000.000

Apabila entitas memilih menerapkan model revaluasi, maka entitas harus menilai kembali asset tetap secara berkala berdasarkan nilai wajar. Asset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasiannya, yaitu sebesar nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Penyajiannya dapat dilakukan dengan 2 alternatif :

1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari asset tetap. Jumlah tercatat asset tetap setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian.2. Eliminasi jumlah tercatat bruto asset tetap dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari asset tersebut. Biasanya digunakan untuk bangunan.Contoh :

Dalam hal PT Oke Punya memutuskan untuk menggunakan model revaluasi dalam rangka pengukuran asset tetapnya pasca pengakuan awal, maka yang bersangkutan harus melakukan penilaian kembali asset tetapnya secara berkala. Jika berdasarkan revaluasi asset tetap per 31 Des 2010, diketahui nilai wajar mesin fotokopi tersebut sebesar Rp 80.000.000, maka pengukuran asset tetap adalah sebagai berikut :

KeteranganSebelum RevaluasiMetode Revaluasi

Alternatif 1Alternatif 2

Mesin fotokopi100.000.00080.000.000100.000.000

Akumulasi penyusutan mesin fotokopi25.000.000-20.000.000

Nilai buku mesin fotokopi75.000.00080.000.00080.000.000

Berdasarkan pengukuran di atas, PT Oke Punya harus membuat jurnal penyesuaian sebagai berikut :

Alternatif 1:

31 Des 2010D : Akumulasi penyusutan mesin fotokopi25.000.000

K : Mesin fotokopi

20.000.000

K : Surplus revaluasi

5.000.000

Alternatif 2:

31 Des 2010D : Akumulasi penyusutan mesin fotokopi5.000.000

K : Surplus revaluasi

5.000.000

LEBIH BERSIFAT KEKINIAN

Model revaluasi bersifat kekinian karena entitas wajib untuk update biaya perolehan asset tetap menjadi nilai wajar secara berkala. Frekuensi revaluasi disesuaikan dengan perubahan nilai wajar asset tetap. Jika nilai wajar asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.Entitas perlu melakukan revaluasi secara tahunan, namun tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.

Asset dalam suatu kelompok asset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi asset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda.

PERSPEKTIF PAJAK

Dalam konteks pajak, WP hanya diperkenankan untuk menerapkan model biaya.WP badan dalam negeri dan BUT tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat memang diperbolehkan melakukan penilaian kembali asset tetap untuk tujuan perpajakan. Namun, hal itu tidak dapat dilakukan secara gratisan. Ada syarat yang harus dipenuhi :

1. WP yang bersangkutan harus memenuhi semua utang pajak sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali.

2. WP harus mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.

3. Revaluasi asset tetap tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun terhitung sejak revaluasi terakhir.

4. Atas selisih lebih antara hasil penilaian kembali asset tetap dan nilai buku fiscal dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 10%

Contoh :

Mengacu pada Pasal 5 PMK Nomor : 79/PMK.03/2008 mengenai pengenaan PPh yang besifat final sebesar 10% atas selisih lebih penilaian kembali asset tetap, maka pencatatan akuntansinya adalah sebagai berikut :

Alternatif 1 :

31 Des 2010D : Akumulasi penyusutan mesin fotokopi25.000.000

K : Mesin fotokopi

20.000.000

K : Surplus revaluasi

4.500.000

K : Utang PPh final

500.000Alternatif 2 :

31 Des 2010D : Akumulasi penyusutan mesin fotokopi 5.000.000

K : Surplus revaluasi

4.500.000

K : Utang PPh final

500.000