PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang...

17
Contoh 2 Penelitian: Konsentrasi Akuntansi dan Keuangan PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK FINANCIAL INSTITUTION (NBFIs) DI INDONESIA K. Bagus Wardianto Dosen Jurusan Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung HP. 081366822679, email: [email protected] ABSTRACT This research investigates into the capital structure determinants of Non-Bank Financial Institutions (NBFIs) in LQ45 firms during the period of 2004-2011. For this purpose, leverage is taken as dependent variable while tangibility, growth, size and profitability are selected as independent variables. The study has shown that tangibility and profitability are significant in explaining variation in leverage of the NBFIs in LQ45 firms while growth and size are insignificant in explaining variation in leverage of the NBFIs in LQ45 firms. Keywords: Leverage, tangibility, growth, size, profitability, pecking order theory. PENDAHULUAN Pemenuhan sumber dana yang dilakukan oleh perusahaan, untuk memastikan operasionalnya dapat berjalan dengan lancar, berasal dari dua hal. Pertama, sumber dana yang dibutuhkan perusahaan dipenuhi dari luar, yaitu, berupa utang dan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Di mana, pemegang saham dapat menjadi pemilik perusahaan, adapun kreditur (pemberi utang) tidak bisa menjadi pemilik perusahaan. Sedangkan sumber dana perusahaan yang kedua adalah berasal dari sumber dana internal, yang berupa laba ditahan. Kajian tentang pemenuhan sumber pendanaan perusahaan ini sering dikenal juga dengan teori struktur modal. Teori struktur modal ini menitikberatkan pada bagaimana komposisi antara utang jangka panjang dengan saham yang ideal sehingga diperoleh struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal ini terlihat dengan meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga bagaimana mewujudkan struktur modal yang optimal ini menjadi salah satu agenda penting yang dituntut kepada manajer keuangan. Namun, kajian tentang bagaimana mewujudkan struktur modal yang optimal sampai saat ini belum menemukan kesepakatan bersama. Salah satu kajian tentang struktur modal adalah memaksimalkan penggunaan utang, sampai tingkat tertentu, untuk mendapatkan penghematan pajak karena adanya pembayaran bunga. Teori ini disebut trade-off theory. Masih berdasarkan trade-off theory, sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan setelah utang tidak terpenuhi adalah dengan cara menjual saham. Sehingga penggunaan saham,

Transcript of PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang...

Page 1: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

Contoh 2 Penelitian: Konsentrasi Akuntansi dan Keuangan

PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK FINANCIAL

INSTITUTION (NBFIs) DI INDONESIA

K. Bagus Wardianto

Dosen Jurusan Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung

HP. 081366822679, email: [email protected]

ABSTRACT

This research investigates into the capital structure determinants of Non-Bank

Financial Institutions (NBFIs) in LQ45 firms during the period of 2004-2011. For

this purpose, leverage is taken as dependent variable while tangibility, growth,

size and profitability are selected as independent variables. The study has shown

that tangibility and profitability are significant in explaining variation in

leverage of the NBFIs in LQ45 firms while growth and size are insignificant in

explaining variation in leverage of the NBFIs in LQ45 firms.

Keywords: Leverage, tangibility, growth, size, profitability, pecking order theory.

PENDAHULUAN

Pemenuhan sumber dana yang

dilakukan oleh perusahaan, untuk

memastikan operasionalnya dapat

berjalan dengan lancar, berasal dari

dua hal. Pertama, sumber dana yang

dibutuhkan perusahaan dipenuhi dari

luar, yaitu, berupa utang dan saham

yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Di mana, pemegang saham dapat

menjadi pemilik perusahaan, adapun

kreditur (pemberi utang) tidak bisa

menjadi pemilik perusahaan.

Sedangkan sumber dana perusahaan

yang kedua adalah berasal dari

sumber dana internal, yang berupa

laba ditahan.

Kajian tentang pemenuhan sumber

pendanaan perusahaan ini sering

dikenal juga dengan teori struktur

modal. Teori struktur modal ini

menitikberatkan pada bagaimana

komposisi antara utang jangka

panjang dengan saham yang ideal

sehingga diperoleh struktur modal

yang optimal. Struktur modal yang

optimal ini terlihat dengan

meningkatkan kesejahteraan pemilik

perusahaan, sehingga bagaimana

mewujudkan struktur modal yang

optimal ini menjadi salah satu

agenda penting yang dituntut kepada

manajer keuangan. Namun, kajian

tentang bagaimana mewujudkan

struktur modal yang optimal sampai

saat ini belum menemukan

kesepakatan bersama.

Salah satu kajian tentang struktur

modal adalah memaksimalkan

penggunaan utang, sampai tingkat

tertentu, untuk mendapatkan

penghematan pajak karena adanya

pembayaran bunga. Teori ini disebut

trade-off theory. Masih berdasarkan

trade-off theory, sumber pendanaan

yang digunakan oleh perusahaan

setelah utang tidak terpenuhi adalah

dengan cara menjual saham.

Sehingga penggunaan saham,

Page 2: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

sebagai sumber pendanaan

perusahaan, merupakan alternatif

terkahir setelah penggunan utang

dirasa kurang.

Terdapat beberapa faktor

pertimbangan dalam menerapkan

trade-off theory ini. Faktor-faktor

tersebut, menurut Brigham dan

Houston (2001), antara lain, pertama,

Stabilitas Penjualan. Perusahaan

dengan penjualan yang relatif stabil

dapat lebih aman memperoleh lebih

banyak pinjaman dan menanggung

beban tetap yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan

yang penjualannya tidak stabil.

Kedua Struktur Aktiva. Perusahaan

yang aktivanya sesuai untuk

dijadikan jaminan kredit cenderung

lebih banyak menggunakan utang.

Aktiva multiguna yang dapat

digunakan oleh banyak perusahaan

merupakan jaminan yang baik,

sedangkan aktiva yang hanya

digunakan untuk tujuan tertentu tidak

begitu baik untuk dijadikan jaminan.

Ketiga Leverage Operasi. Jika hal-

hal lain tetap sama, perusahaan

dengan leverage operasi yang lebih

kecil cenderung lebih mampu untuk

memperbesar leverage keuangan

karena ia mempunyai risiko bisnis

yang lebih kecil.

Keempat Tingkat Pertumbuhan. Jika

hal-hal lain tetap sama, perusahaan

yang tumbuh dengan pesat harus

lebih banyak mengandalkan modal

eksternal. Lebih jauh lagi, biaya

pengembangan untuk penjualan

saham biasa lebih besar daripada

biaya untuk penerbitan surat utang,

yang mendorong perusahaan untuk

lebih banyak mengandalkan utang.

Kelima Pajak. Bunga merupakan

beban yang dapat dikurangkan untuk

tujuan perpajakan, dan pengurangan

tersebut sangat bernilai bagi

perusahaan yang terkena tarif pajak

yang tinggi. Karena itu, makin tinggi

tarif pajak perusahaan, makin besar

manfaat penggunaan utang.

Keenam Sikap Manajemen.

Sejumlah manajemen cenderung

lebih konservatif daripada

manajemen lainnya, sehingga

menggunakan jumlah utang yang

lebih kecil daripada rata-rata

perusahaan dalam industri yang

bersangkutan, sementara manajemen

lain lebih cenderung menggunakan

banyak utang dalam usaha mengejar

laba yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Atmaja (2003)

faktor-faktor penentu struktur modal

antara lain, pertama, Konservatisme

manajemen. Manajer yang bersifat

konservatif cenderung menggunakan

tingkat utang yang “konservatif”

pula (sedikit utang) daripada

berusaha memaksimumkan nilai

perusahaan dengan menggunakan

lebih banyak utang.

Kedua Pengawasan. Pengawasan

utang yang besar dapat berakibat

semakin ketat pengawasan dari pihak

kreditor (misalnya, melalui kontrak

perjanjian atau covenant).

Ketiga Struktur aktiva. Perusahaan

yang memiliki aktiva yang dapat

digunakan sebagai agunan utang

cenderung menggunakan utang yang

lebih besar.

Keempat Risiko bisnis. Perusahaan

yang memiliki risiko bisnis

(variabilitas keuntungannya) tinggi

cenderung kurang dapat

Page 3: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

menggunakan utang yang besar

(karena kreditor akan meminta biaya

utang yang tinggi).

Kelima Tingkat pertumbuhan. Faktor

lain dianggap tetap, perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi pada umumnya lebih

tergantung pada modal dari luar

perusahaan. Pada perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan yang rendah

kebutuhan modal baru relatif kecil

sehingga dapat dipenuhi dari laba

ditahan.

Keenam Pajak. Biaya bunga adalah

biaya yang dapat mengurangi

pembayaran pajak, sedangkan

pembayaran deviden tidak

mengurangi pembayaran pajak.

Beberapa hal lainnya yang bisa

dipakai sebagai pertimbangan dalam

menentukan struktur modal menurut

Hanafi (2004) antara lain:

Stabilitas Penjualan. Perusahaan

yang mempunyai penjualan yang

stabil, bisa menggunakan utang yang

semakin tinggi. Semakin stabil

penjualan suatu perusahaan, semakin

mampu perusahaan tersebut menutup

kewajiban-kewajibannya.

Struktur Aset. Perusahaan yang

mempunyai aktiva tetap yang lebih

besar (yang berusia panjang), apalagi

jika digabung dengan tingkat

permintaan produk yang stabil, akan

menggunakan utang yang lebih

besar.

Sikap Manajemen. Manajemen yang

konservatif akan menggunakan utang

yang lebih sedikit, dan sebaliknya.

Pemegang saham yang ingin

menjaga kendali atas perusahaannya

akan menggunakan utang yang lebih

banyak. Sebaliknya, jika perusahaan

tidak berkepentingan terhadap

kendali perusahaan, akan cenderung

menerbitkan saham baru.

Selain trade-off theory, masih ada

lagi sebuah teori yang menjadi anti-

tesis dari trade-off theory ini. Teori

ini dikenal dengan sebutan pecking

order theory. Berbeda dengan trade-

off theory yang langsung

menyarankan penggunaan utang

apabila perusahaan mencari sumber

pendanaan. Maka pecking order

theory ini lebih menyarankan

penggunaan sumber dana internal

sebagai sumber pendanaan utama

perusahaan. Sumber dana internal

yang dimaksud adalah laba ditahan

yang tidak dibagikan kepada

pemegang saham dalam bentuk

deviden. Apabila sumber dana

internal perusahaan, yang berupa

laba ditahan, dirasa kurang, baru

kemudian disarankan menggunakan

utang kemudian terkahir baru

menjual saham.

Faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan dalam pecking order

theory ini juga berbeda dibandingkan

dengan trade-off theory. Faktor-

faktor yang menentukan dalam

prespektif pecking order theory yang

utama adalah ketika perusahaan

mendapatkan laba penggunaan utang

sebagai sumber dana perusahaan

bukanlah yang utama. Sehingga

hubungan antara tingkat laba atau

profitabilitas perusahaan dengan

tingkat utang, berdasarkan pecking

order theory, memiliki arah yang

negatif. Artinya apabila

profitabilitasnya meningkat, maka

tingkat utang perusahaan akan

menurun. Sebaliknya, apabila

Page 4: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

profitabilitasnya menurun maka

tingkat utangnya akan meningkat.

Sudah banyak juga penelitian-

penelitian terdahulu yang menguji

pelaksanaan kebijakan utang atau

pemenuhan sumber pendanaannya

lebih cenderung mengikuti arahan

trade-off theory atau pecking order

theory. Diantaranya yang dilakukan

oleh Mohammad Abu Sayeed (2011)

terhadap 46 perusahaan yang

terdaftar pada Dhaka Stock

Exchange (DSE) selama tujuh tahun

(1999 -2005), sehingga

menghasilkan 322 sampel,

mengatakan: “The results show that

agency costs are negatively affecting

the total debt ratios of Bangladeshi

companies. Tax rate is having

positive impact only for long term

debt and non debt tax shields such as

depreciations are negatively

impacting on total debt ratio.

Bankruptcy costs and profitability

are irrelevant in determining

leverage ratios, while firm size has

positive impact in determining both

total and long term debt ratios.

Collateral value of assets positively

influence only total debt ratio

whereas number of years in

operation does not have very

significant impacts on the capital

structure determination. Another

variable - industry characteristic,

has been found to be a significant

determinant of debt ratios.”

Rabiah Abdul Wahab, Mohd Sabri

Mohd Amin and Khairuddin Yusop

(2012) melakukan penelitian

terhadap 10 perusahaan developer,

yang dibagi menjadi dua, yaitu lima

perusahaan developer terbaik dan

lima perusahaan developer terburuk

selama periode 2001-2010. Mereka

menyimpulkan: “The study has

shown that only profitability and

tangibility are significant in

explaining variation in leverage of

the top five developers while non-

debt tax shield, growth opportunity

and liquidity are insignificant in

explaining variation in leverage of

the top five developers.”

Adapun Chinmoy Ghosh, Milena

Petrova dan Adam Wang (2012)

yang melakukan penelitian selama

1950 – 2008 menyimpulkan: “Our

results show that the constructed

variable, weighted average historical

profitability, has a strong negative

impact on the firm’s current capital

structure. This impact is robust for

small vs. large firms, high vs. low

growth firms and is not influenced by

market conditions. Our findings

imply that the firm’s capital structure

is to a large extent the outcome of

accumulating historical operating

profits.”

Thian Cheng Lim (2012) melakukan

penelitian pada perusahaan jasa

keuangan di Cina dengan periode

2005-2009. Kesimpulan yang dia

buat adalah: “The results show that

profitability, firm size, non-debt tax

shields, earnings volatility and non-

circulating shares are significant

influence factors in financial sector.

Moreover, firm size is positively

related to the corporate leverage

ratio. It is also found that Chinese

Page 5: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

institutional characteristic affects the

capital choice decision. While it

confirmed that capital structure

determinant of financial firms are

similar to other industry, the largely

state ownerships do affect capital

structure choices.”

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh

Rasoul Keshtkar, Hashem Valipour

dan Ali Javanmard (2012) terhadap

70 perusahaan yang terdaftar pada

Teheran Stock Exchange selama

2001-2010 mengatakan: “Based on

literature of capital structure we

define some of the variables such as

size, profitability, Growth

Opportunities and dividend payout

as the most effective variables over

capital structure, then their

relationship tested by using multiple

regression techniques. Because of

variant nature of debt under different

debt maturities, in this paper, the

liabilities divided in too short term

liabilities, long term liabilities and

total liabilities. Findings indicate

that during the study period,

profitability is negatively associated

with capital structure, which can be

described by pecking order Theory,

So the findings of this study shows

that the capital structure in Iran are

not consistent with the findings of

Static Trade-off Theory and there is

no meaningful correlation between

other factors and capital structure.”

Kemudian penelitian yang dilakukan

oleh Sayla Sowat Siddiqui (2012)

pada 24 perusahaan untuk periode

2006-2008 menghasilkan: “It is

found that factors such as debt

service coverage, liquidity ratio,

growth rate, operating leverage, firm

size and age of the firm have

significant influences on the leverage

structure chosen by NBFIs in the

Bangladesh context.”

Merujuk pada penelitian-penelitian

terdahulu di atas, banyak

perusahaan-perusahaan yang

dijadikan sampel penelitian

cenderung mengikuti konsep pecking

order Theory dalam melakukan

kebijakan utang atau pemenuhan

sumber pendanaan mereka. Selain di

atas juga terdapat beberapa

penelitian yang secara khusus

menguji bagaimana aplikasi pecking

order Theory, diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Ari Christianti

(2008) dengan judul: Pengujian

Pecking Order Theory (POT):

Pengaruh Leverage Terhadap

Pendanaan Surplus dan Defisit Pada

Industri Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia menemukan bahwa

perusahaan yang menjadi sampel

penelitian tidak mengikuti konsep

pecking order Theory dalam

melakukan kebijakan utang atau

pemenuhan sumber pendanaan

mereka.

Hasil yang sama dengan Ari

Christianti dilakukan juga penelitian

oleh Robert Aldo Iquiapaza, Antônio

Artur de Souza dan Hudson

Fernandes Amaral (2007) dengan

judulnya: Capital Structure and

Financing Decisions: new test for

Pecking Order Theory

menyimpulkan bahwa perusahaan

yang menjadi sampel penelitian

mereka tidak mengikuti konsep

pecking order Theory dalam

Page 6: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

melakukan kebijakan utang atau

pemenuhan sumber pendanaan

mereka.

Berbeda dengan kedua penelitian di

atas, penelitian yang dilakukan oleh

Javier Sa´nchez dan J. Fransisco

Martin (2005) dengan judulnya:

Financing Preferences of Spanish

Firms: Evidence on the Pecking

Order Theory menyimpulkan bahwa

perusahaan yang menjadi sampel

penelitian mereka mengikuti konsep

pecking order Theory dalam

melakukan kebijakan utang atau

pemenuhan sumber pendanaan

mereka.

Akhirnya menarik untuk dikaji lebih

lanjut bagaimanakah aplikasi konsep

pecking order theory ini, terutama

pada perusahaan-perusahaan yang

masuk dalam daftar LQ45 di Bursa

Efek Indonesia. Hal ini karena

perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam daftar LQ45 merupakan

perusahaan-perusahaan pilihan

dengan tingkat penjualan saham

tercepat di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga tujuan dalam penelitian ini:

untuk mengetahui aplikasi pecking

order theory pada perusahaan-

perusahaan nonkeuangan LQ45

periode 2004-2011.

Hipotesis:

1. Secara parsial terdapat pengaruh

tangibility, pertumbuhan

perusahaan (growth), ukuran

perusahaan (size) dan

profitabilitas (profitability)

terhadap struktur modal.

2. Secara bersama-sama terdapat

pengaruh tangibility,

pertumbuhan perusahaan

(growth), ukuran perusahaan

(size) dan profitabilitas

(profitability) terhadap struktur

modal.

3. Profitabilitas merupakan faktor

yang dominan dalam

menentukan struktur modal.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian eksplanasi asosiatif.

Tingkat eksplanasi menurut David

Kline, dalam Sugiyono (2006),

adalah tingkat penjelasan, sehingga

penelitian ini bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-

variabel yang diteliti serta hubungan

antara satu variabel dengan variabel

lainnya.

Populasi dan Sampel

Populasi yang diteliti dalam

penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan yang selalu listing dalam

daftar LQ 45 di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2004-2011.

Pemilihan data dan sampel dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan

teknik purposive sampling type

judgement sampling, yaitu penarikan

sampel yang dilakukan secara

sengaja berdasarkan kriteria yang

ditetapkan untuk pengambilan

sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan yang selalu listing

dalam daftar LQ 45 di Bursa

Efek Indonesia yang telah

memplubikasikan laporan

keuangan secara terus menerus

selama periode penelitian, yaitu

tahun 2004 sampai dengan tahun

2011.

2. Perusahaan-perusahaan yang

diteliti harus termasuk dalam

Page 7: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

daftar perusahaan LQ 45 yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek

Indonesia dan bukan perusahaan

perbankan. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk menghindari

adanya bias yang disebabkan

karena adanya perbedaan

klasifikasi perusahaan.

3. Perusahaan-perusahaan LQ 45

yang menyajikan laporan rugi-

laba mempunyai perolehan laba

dan tidak rugi, karena laba yang

negatif sebagai penyebut dalam

rasio menjadi tidak bermakna

dalam perhitungan rasio

keuangan.

Berdasarkan kriteria di atas, maka

terdapat 10 perusahaan yang akan

dijadikan sampel dalam penelitian

ini. Kesepuluh perusahaan tersebut

adalah sebagai berikut: Astra Agro

Lestari Tbk (AALI); Aneka

Tambang (Persero) Tbk (ANTM);

Astra Internasional Tbk (ASII);

International Nickel Ind. Tbk

(INCO); Indofood Sukses Makmur

Tbk (INDF); Indosat Tbk (ISAT);

Kalbe Farma Tbk (KLBF); Tambang

Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA);

Telekomunikasi Indonesia Tbk

(TLKM) dan United Tractors Tbk

(UNTR).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah dokumentasi dari

laporan keuangan perusahaan-

perusahaan non perbankan yang

termasuk dalam daftar LQ 45 yang

memenuhi kriteria di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2004-2011.

Definisi Operasional

1. Tangibility (X1) merupakan

jumlah aktiva tetap yang bisa

digunakan sebagai agunan dalam

mengajukan utang oleh

perusahaan. Ukuran yang

digunakan, sebagai tangibility,

adalah perbandingan antara

aktiva tetap (fixed assets)

dengan total aktiva (total assets).

2. Pertumbuhan perusahaan/growth

(X2) merupakan kemampuan

perusahaan dalam

mengembangkan usahanya

selama satu tahun yang

tercermin dari perkembangan

jumlah aktiva perusahaan.

Ukuran yang digunakan, sebagai

pertumbuahan perusahaan,

adalah: a percentage increase in

total assets.

3. Ukuran perusahaan/firm size

(X3) merupakan cerminan besar

kecilnya perusahaan yang

nampak dalam nilai total aktiva

perusahaan pada neraca akhir

tahun. Ukuran yang digunakan,

sebagai ukuran perusahaan,

adalah dengan mengkalikan

logaritma natural (Ln) dengan

total penjualan.

4. Profitabilitas/profitability (X4)

merupakan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh

keuntungan atas kegiatan usaha

perusahaan selama satu tahun.

Ukuran yang digunakan, sebagai

prifitabilitas, yaitu return on

assets (ROA).

5. Struktur modal, yang

diproksikan dengan Leverage

(Y) merupakan pendanaan

perusahaan yang berasal dari

utang atau pinjaman dengan

jangka waktu jatuh tempo lebih

dari satu tahun yang diukur dari

total utang jangka panjang (Long

Term Debt) dibagi Total Aset

pada neraca perusahaan setiap

tahunnya.

Page 8: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

Teknik Analisis Data

Pengujian asumsi klasik

Metode regresi OLS akan dapat

dijadikan alat estimasi yang tidak

bias jika telah memenuhi persyaratan

BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator), yaitu uji normalitas,

tidak terdapat multikolinearitas, tidak

terdapat autokorelasi, dan tidak

terdapat heteroskedastisitas.

a. Asumsi Normalitas

Model yang sempurna adalah model

yang bisa menghasilkan nilai

estimasi pada Y yang sama persis

dengan nilai Y asal (nilai residual

sama dengan 0). Ghozali (2009)

mengatakan salah satu cara handal

untuk menguji apakah distribusi data

normal atau tidak dapat dilakukan

dengan analisis grafik normal p-p

plot of regression standardized

residual yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi

kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk

suatu garis diagonal, dan ploting data

sesungguhnya akan dibandingkan

dengan garis lurus diagonal. Jika

distribusi data adalah normal maka

garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

b. Uji-Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel

independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal

adalah variabel bebas yang nilai

korelasi antar sesama variabel bebas

sama dengan nol (Ghozali, 2009).

Ada atau tidak adanya gejala

multikolonieritas dapat dilihat dari

nilai Varian Inflation Factor (VIF).

Dimana bila nilai VIF tidak lebih

dari 10 maka berarti dalam model

regresi tidak terdapt

multikolinieritas.

c. Uji-Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Dasar analisis

untuk melihat ada tidaknya

heteroskedastisitas dengan

menggunakan grafik scaterplot,

(Ghozali : 2009) adalah:

Jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar,

kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi

heteroskedasatisitas

Jika tidak ada pola yang jelas,

serta titik menyebar di atas dan di

bawah angka pada sumbu Y,

maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

d. Uji-Autokorelasi

Uji auto korelasi bertujuan menguji

apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan

penggangu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem

autokorelasi (Ghozali, 2009). Dalam

bukunya Gujarati, (2007),

mengatakan bahwa untuk

mengetahui ada tidaknya gejala ini

dalam model analisis regresi yang

digunakan, maka harus dilakukan

pengujian dengan metode Durbin-

Watson (D-W). Dan menurut

Santoso (2003), secara umum dapat

Page 9: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

diambil patokan, bahwa angka D-W

di antara –2 sampai +2, berarti tidak

ada autokorelasi.

Model Penelitian

Regresi berganda yang mengukur

intensitas dua variabel, yaitu variabel

independen dan variabel dependen,

serta membuat dugaan nilai variabel

dependen (Y) atas dasar nilai

variabel independen (X), dengan

model persamaan regresi:

Lit=α+βTTit+βGGit+βSSit+βPPit+ εit

Di mana:

Lit = Leverage perusahaan sampel i

di tahun ke t.

Tit = Tangibility perusahaan sampel

i di tahun ke t.

Git = Growth perusahaan sampel i

pada tahun ke t.

Sit = Size perusahaan sampel i pada

tahun ke t.

Pit = Profitability perusahaan sampel

i di tahun ke t

Koefisien Determinasi Berganda (R2

)

Untuk mengetahui kontribusi

variabel dependen terhadap variasi

(naik turunnya) variabel independen

maka digunakan koefisien

determinasi berganda menggunakan

perbandingan antara jumlah kuadrat

regresi dengan jumlah kuadrat total.

Semakin nilai R2

mendekati 1 maka

semakin cocok garis regresi untuk

meramalkan variabel tak bebas.

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji H1, yaitu uji

signifikansi variabel bebas (xi)

terhadap variabel terikat (Y), akan

dilakukan dengan uji statistik F

untuk melihat pengaruh secara

simultan dan uji statistik t untuk

melihat pengaruh secara parsial.

a. Uji F-stat

Pengujian hipotesis secara simultan

adalah:

Apabila nilai signifikansi lebih

kecil dari pada tingkat toleransi

kesalahan sebesar 5% (α = 0.05)

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Apabila nilai signifikansi lebih

besar dari pada tingkat toleransi

kesalahan sebesar 5% (α = 0.05)

maka H0 diterima dan H1 ditolak.

b. Uji t

Pengujian hipotesis secara parsial

adalah:

Apabila nilai signifikansi lebih

kecil dari pada tingkat toleransi

kesalahan sebesar 5% (α = 0.05)

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Apabila nilai signifikansi lebih

besar dari pada tingkat toleransi

kesalahan sebesar 5% (α = 0.05)

maka H0 diterima dan H1 ditolak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuktian dalam penelitian ini

adalah untuk melihat pengaruh

variabel-variabel tangibility,

pertumbuhan perusahaan (growth),

ukuran perusahaan (size) dan

profitabilitas (profitability) yang

diuji terhadap tingkat leverage

perusahaan sampel.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu

dilakukan terlebih dahulu sebelum

kita mengestimasi hasil dari model

regresi yang diajukan dengan tujuan

agar estimasi ordinary least square

(OLS) dari koefisien regresi menjadi

tidak bias sebagaimana yang telah

dituliskan pada bab metode

penelitian, dengan harapan bahwa

pengambilan keputusan dari estimasi

Page 10: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

koefisien regresi hasil uji statistik

dapat mendekati keadaaan yang

sebenarnya. Berikut ini adalah hasil

uji statistik, bantuan software SPSS

for Windows versi 17, yang

membuktikan bahwa hasil

perhitungan analisis dari penelitian

ini bebas dari masalah-masalah uji

asumsi klasik:

Uji Normalitas

Adapun uji normalitas dalam

penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 1. Analisis Grafik Normal

PP Plot of Regression Standardized

Residual

Sumber : Data diolah

Berdasarkan Gambar 1 di atas

memperlihatkan bahwa data berada

dan tersebar di sekitar garis diagonal

yang berarti bahwa data dari

penelitian ini dapat dinyatakan telah

memenuhi persyaratan normalitas

yang diberlakukan.

Non-Heteroskedastisitas

Deteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scaterplot

(Ghozali, 2009). Uji non-

heteroskedastisitas dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik Scaterplot

Sumber : Data diolah

Hasil uji scaterplot pada uji statistik

memperlihatkan gambar berupa titik-

titik yang tersebar secara acak baik

di atas maupun di bawah dari angka

0 (nol) pada sumbu Y. Diagram

scater plot seperti pada gambar 2 di

atas membuktikan bahwa model

regresi dari penelitian ini telah

terbebas dari masalah

heteroskedastisitas.

Non-Multikolinearitas

Gejala ada atau tidaknya

multikolonieritas dapat dilihat dari

nilai Varian Inflation Factor (VIF).

Dimana bila nilai VIF tidak lebih

dari 10 (Ghozali: 2009) maka berarti

dalam model regresi tidak terdapat

multikolinieritas.

Berdasarkan pada tabel 1 di bawah,

maka model yang diajukan dalam

penelitian ini tidak mengalami gejala

multikolonieritas, hal ini karena nilai

tolerance berada di atas 0,1 dan nilai

VIF berada di bawah 10. Sehingga

semua model yang diajukan dalam

penelitian ini terbebas dari salah satu

penyimpangan asumsi model yaitu

non-multikolonieritas.

Page 11: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

Tabel 1. Coefficientsa

Model

Unstand. Coef. Stand. Coef.

t Sig.

Collinearity Stat.

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .178 .039 4.572 .000

Tangi .177 .053 .330 3.358 .001 .844 1.185

Growth -.090 .072 -.143 -1.246 .217 .614 1.629

Size 2.954 1.026 .357 2.880 .005 .528 1.893

Profitability -.485 .093 -.556 -5.216 .000 .715 1.398

Sumber : Data diolah

Non-Autokorelasi

Untuk menguji ada atau tidaknya auto

korelasi dapat dideteksi dengan

melihat nilai Durbin-Watson, yang

ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Model Summaryb

Model R R2

Adj.

R2

Durbin-

Watson

1 .624a .390 .357 1.850

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 2 di atas nilai

Durbin-Watson untuk semua model

berada di atas -2 dan berada di bawah

2 yang berarti sesuai pendapat dari

Santoso (2001) bahwa semua model

regresi yang diajukan dalam penelitian

ini terlepas dari masalah auto korelasi.

Analisis Regresi

Koefisien Determinasi

Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui

bahwa Adjusted R Square bernilai

0,357 artinya bahwa tingkat leverage

dalam penelitian ini 35,7%

dipengaruhi oleh tangibility,

pertumbuhan perusahaan (growth),

ukuran perusahaan (size) dan

profitabilitas (profitability). Sedangkan

sebesar 64,3% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diluar variabel

penelitian ini.

Persamaan Regresi

Persamaan regresi dalam penelitian ini

adalah:

Y = 0,178+0,177X1-0,090X2+

2,954X3- 0,485X4

Di mana:

Y = Leverage

X 1 = Tangibility

X 2 = Pertumbuhan (growth)

X 3 = Ukuran perusahaan (size)

X 4 = Profitabilitas (profitability)

Hal ini menjelaskan bahwa ada

pengaruh tangibility, pertumbuhan

perusahaan, ukuran perusahaan dan

profitabilitas terhadap struktur modal.

Page 12: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

Pengaruh tangibility, pertumbuhan

perusahaan, ukuran perusahaan dan

profitabilitas terhadap struktur modal

secara lebih jelas dapat dilihat dari

pengujian hipotesis berikut ini.

Berdasarkan hasil uji Anova atau F

Test pada Tabel 3 diperoleh bahwa F

hitung adalah 11,968 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena probabilitas

(0,000) lebih kecil dari 0,05, maka

model regresi bisa dipakai untuk

memprediksi struktur modal. Dengan

kata lain, tangibility, pertumbuhan

perusahaan, ukuran perusahaan dan

profitabilitas secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal.

Tabel 3. ANOVAb

Model F Sig.

1 Regression 11.968 .000a

Residual

Total

Sumber : Data diolah

Berdasarkan Tabel 1 di atas, maka

dapat diketahui bahwa terdapat dua

variabel yang secara parsial

berpengaruh terhadap strukutur modal

yaitu tangibility dan profitabilitas. Hal

ini dapat diketahui dari tingkat

signifikansi kedua variabel ini dibawah

tingkat toleransi kesalahan 5% (0,05)

yaitu 0,001 untuk tangibility dan 0,000

untuk profitabilitas. Artinya secara

parsial variabel-variabel tangibility

dan profitabilitas dapat digunakan

untuk memprediksikan struktur modal

perusahaan.

Adapun variabel-variabel pertumbuhan

dan ukuran perusahaan secara parsial

berpengaruh tidak signifikan terhadap

struktur modal. Hal ini karena tingkat

signifikansi variabel tersebut lebih

besar dari pada toleransi tingkat

kesalahan 5% (0,05) yaitu

pertumbuhan perusahaan sebesar 0,217

dan ukuran perusahaan sebesar 0,005.

Artinya secara parsial variabel-

variabel pertumbuhan dan ukuran

perusahaan tidak dapat digunakan

untuk memprediksikan struktur modal

perusahaan.

Gambaran tentang bagaimana kondisi

koefisien regresi dari masing-masing

variabel independen yang digunakan

dalam penelitian adalah:

1. Variabel X1 (Tangibility)

Secara parsial variabel XI (tangibility)

memiliki nilai probabilitas

(siginifikansi) 0,001 lebih kecil dari

toleransi kesalahan () yang

diberlakukan yaitu sebesar 5% (0,05)

artinya secara parsial variabel X1

(tangibility) berpengaruh signifikan

terhadap utang jangka panjang.

Adapun nilai koefisien regresi sebesar

0,177 artinya bila besarnya variabel ini

ditambah 100% dan variabel lain

dianggap tetap maka utang jangka

panjang akan bertambah sebesar Rp.

0,177. Hasil penelitian sejalan

Page 13: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

penelitian yang dilakukan oleh Rabiah

Abdul Wahab, Mohd Sabri Mohd

Amin and Khairuddin Yusop (2012)

yang menyatakan tangibility

berpengaruh signifikan terhadap utang

jangka panjang. Namun hasil temuan

penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian dari Sayla Sowat Siddiqui

(2012) yang menyatakan tangibility

berpengaruh tidak signifikan terhadap

utang jangka panjang

2. Variabel X2

(growth/pertumbuhan)

Koefisien regresi dari variabel X2

(growth/pertumbuhan) menunjukkan

angka probabilitas (signifikansi) secara

parsial sebesar 0,217 yang berarti lebih

besar dari pada tingkat toleransi

kesalahan yang diperkenankan ( =

0,05) maka variabel ini berpengaruh

tidak signifikan terhadap utang jangka

panjang. Adapun nilai koefisien

regresi sebesar -0,090 artinya bila

besarnya variabel ini ditambah 100%

dan variabel lain dianggap tetap maka

utang jangka panjang akan berkurang

sebesar Rp. 0,090. Hasil temuan

penelitian ini mendukung hasil

penelitian dari Rabiah Abdul Wahab,

Mohd Sabri Mohd Amin and

Khairuddin Yusop (2012) yang

menyatakan bahwa pertumbuhan

mempunyai pengaruh tidak signifikan

terhadap utang jangka panjang. Namun

hasil temuan ini berbeda dengan

penelitian dari Rasoul Keshtkar,

Hashem Valipour, Ali Javanmard

(2012) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan (growth) berpengaruh

secara signifikan.

3. Variabel X3 (size/ukuran

perusahaan)

Koefisien regresi dari variabel X3

(size/ukuran perusahaan) menunjukkan

angka probabilitas parsial (siginfikansi

t) sebesar 0,005 yang berarti tidak

lebih kecil dari tingkat toleransi

kesalahan yang diperkenankan ( =

0,05) maka variabel ini berpengaruh

tidak signifikan terhadap utang jangka

panjang. Adapun nilai koefisien

regresi sebesar 2,880 artinya bila

besarnya variabel ini ditambah 100%

dan variabel lain dianggap tetap maka

utang jangka panjang akan bertambah

sebesar Rp. 2,880. Hasil temuan ini

tidak sama dengan penelitian dari

Thian Cheng Lim (2012); Rasoul

Keshtkar, Hashem Valipour dan Ali

Javanmard (2012); dan Sayla Sowat

Siddiqui (2012) yang menyatakan

ukuran perusahaan/size memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

utang jangka panjang. Akan tetapi

hasil temuan penelitian ini sama

dengan hasil penelitian dari Chinmoy

Ghosh, Milena Petrova dan Adam

Wang (2012) yang menyatakan bahwa

size (ukuran) perusahaan berpengaruh

tidak signifikan terhadap utang jangka

panjang.

4. Variabel X4 (profitabilitas)

Koefisien regresi dari variabel X4

(profitabilitas) menunjukkan angka

probabilitas parsial (siginfikansi t)

Page 14: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil

dari tingkat toleransi kesalahan yang

diperkenankan ( = 0,05) maka

variabel ini berpengaruh signifikan

terhadap utang jangka panjang.

Adapun nilai koefisien regresi sebesar

-0,485 artinya bila besarnya variabel

ini ditambah 100% dan variabel lain

dianggap tetap maka utang jangka

panjang akan berkurang sebesar Rp.

0,485. Hasil ini sesuai dengan

penelitian Mohammad Abu Sayeed

(2011); Rabiah Abdul Wahab, Mohd

Sabri Mohd Amin and Khairuddin

Yusop (2012); Chinmoy Ghosh,

Milena Petrova dan Adam Wang

(2012); Thian Cheng Lim (2012); serta

Rasoul Keshtkar, Hashem Valipour

dan Ali Javanmard (2012) yang

menyatakan bahwa profitabilitas

perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap utang jangka panjang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan bahwa profitabilitas secara

parsial berpengaruh signifikan dengan

arah yang negatif terhadap utang

jangka panjang, maka pada perusahaan

LQ45 mendukung konsep pecking

order.

Standardized Coeficients ()

Nilai standardized coefisien ()

digunakan untuk mengetahui variabel-

variabel manakah yang dominan

mempengaruhi utang jangka panjang

perusahaan-perusahaan LQ45 yang

digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat

diketahui bahwa profitabilitas

memiliki nilai beta yang tertinggi,

yaitu sebesar -0,556. Hal ini

menunjukkan bahwa diantara variabel-

variabel yang lainnya profitabilitas

merupakan variabel yang paling

dominan dalam mempengaruhi

struktur modal perusahaan.

Profitabilitas merupakan variabel

dominan dengan arah yang negatif

menunjukkan bahwa sumber

pendanaan perusahaan diutamakan

terlebih dahulu dari sumber internal,

berupa penyisihan laba ditahan, baru

kemudian ketika tidak memenuhi baru

mencari utang jangka panjang dan

alternatif yang terakhir adalah dengan

menjual saham. Hasil penelitian ini

semakin memperkuat temuan bahwa

perusahaan-perusahaan LQ45 lebih

cenderung mendukung konsep pecking

order. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Javier Sa´nchez dan Juan

Fransisco Martin (2005) yang

menemukan perusahaan yang menjadi

sampel penelitian mereka mengikuti

konsep pecking order Theory dalam

melakukan kebijakan utang atau

pemenuhan sumber pendanaan

mereka. Namun penelitian ini berbeda

dengan Ari Christianti serta Robert

Aldo Iquiapaza, Antônio Artur de

Souza dan Hudson Fernandes Amaral

(2007) yang menyimpulkan bahwa

perusahaan yang menjadi sampel

penelitian mereka tidak mengikuti

konsep pecking order Theory dalam

melakukan kebijakan utang atau

Page 15: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

pemenuhan sumber pendanaan

mereka.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tangibility, pertumbuhan

perusahaan, ukuran perusahaan

dan profitabilitas secara bersama-

sama berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal pada

perusahaan-perusahaan non

perbankan yang terdaftar dalam

LQ45.

2. Secara parsial tangibility dan

profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal

pada perusahaan-perusahaan non

perbankan yang terdaftar dalam

LQ45. Adapun pertumbuhan dan

ukuran perusahaan yang secara

parsial terbukti tidak berpengaruh

terhadap struktur modal pada

perusahaan-perusahaan non

perbankan yang terdaftar dalam

LQ45.

3. Profitabilitas merupakan variabel

yang paling dominan dalam

menentukan struktur modal

perusahaan-perusahaan non

perbankan yang terdaftar dalam

LQ45, dan dengan arah

hubungannya yang negatif

terhadap struktur modal maka

perusahaan-perusahaan sampel

mendukung konsep pecking order.

SARAN-SARAN

1. Dalam mengamati pola

perkembangan utang jangka

panjang ada empat variabel yang

dapat diperhatikan oleh para

manajemen perusahaan dalam

menentukan keputusan struktur

modalnya, yaitu : tangibility,

pertumbuhan (growth), ukuran

perusahaan (size) dan profitabilitas.

2. Para manajemen perusahaan

sebaiknya jangan terlalu

berpatokan pada variabel-variabel

tersebut di atas saja tetapi juga

harus memperhatikan variabel-

variabel lain yang tidak disebutkan

dalam penelitian ini (seperti: pajak,

bunga, inflasi, informasi asymetris,

sikap manajemen, risiko bisnis)

karena hasil penelitian menunjukan

kemampuan seluruh variabel

penelitian dalam memprediksi

utang jangka panjang hanya kecil.

3. Untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya dapat menggunakan

jumlah populasi yang lebih luas

dengan menggunakan seluruh

perusahaan yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia dan

menggunakan cluster sampling

sebagai teknik pengambilan

sampel dengan harapan bahwa

hasil penelitian dapat digeneralisir

serta variabel yang lebih bervariasi

lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Lukas Setia. 2003.

Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: Andi Offset

Brigham, E.F dan Joel F. Houston.

2001. Manajemen Keuangan Edisi

Kedelapan Buku 1. Jakarta:

Erlangga

Page 16: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

Brigham, E.F dan Joel F. Houston.

2001. Manajemen Keuangan Edisi

Kedelapan Buku 2. Jakarta:

Erlangga.

Christianti, Ari. 2008. Pengujian

Pecking Order Theory (POT):

Pengaruh Leverage Terhadap

Pendanaan Surplus dan Defisit

Pada Industri Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia. The 2nd National

Conference UKWMS. Surabaya, 6

September 2008. http://lpks1.

wima.ac.id/pphks/accurate/makala

h/MOSS15.pdf. diakses pada

tanggal 7 Mei 2009.

Djarwanto dan Subagyo, Pangestu.

1996. Statistik Induktif. Cetakan

Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen

Keuangan Edisi 1. Yogyakarta:

BPFE

Ghosh, Chinmoy, Milena Petrova dan

Adam Wang. 2012. Determinants

of Capital Structure: A Long Term

Perspective. http://www.lehigh.

edu/~jms408/Milena_2012.pdf.

Diakses pada tanggal 10 Desember

2012.

Iquiapaza, Robert Aldo, Antônio Artur

de Souza dan Hudson Fernandes

Amaral. 2007. Capital Structure

and Financing Decisions: new test

for Pecking Order Theory.

http://ssrn.com/abstract=991699.

diakses pada tanggal 7 Mei 2009.

Keshtkar, Rasoul. Hashem Valipour

dan Ali Javanmard. 2012.

Determinants of Corporate Capital

Structure under Different Debt

Maturities: Empirical Evidence

from Iran. International Research

Journal of Finance and Economics.

Hal. 46-53. http://www.

internationalresearchjournaloffinan

ceandeconomics.com/ISSUES/IRJ

FE_90_03.pdf. Diakses pada

tanggal 10 Desember 2012.

Lim, Thian Cheng. 2012.

Determinants of Capital Structure

Empirical Evidence from Financial

Services Listed Firms in China.

International Journal of Economics

and Finance Vol. 4, No. 3; March

2012. Hal. 191-203. http://www.

ccsenet.org/journal/index.php/ijef/a

rticle/view/15161/10278. Diakses

pada tanggal 10 Desember 2012.

Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan

Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif, Jilid 1. Malang:

Bayumedia Publishing

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian.

Ghalia Indonesia. Jakarta

SA´ NCHEZ , JAVIER dan JUAN

FRANCISCO MART´IN. 2005.

Financing Preferences of Spanish

Firms: Evidence on the Pecking

Order Theory. Review of

Quantitative Finance and

Accounting, 25: 341–355, Springer

Science + Business Media, Inc.

Manufactured in The Netherlands.

http://proquest.umi.com/pqdweb?i

Page 17: PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY PADA NON-BANK … · dengan leverage operasi yang lebih ... yang memiliki aktiva yang dapat ... (karena kreditor akan meminta biaya utang yang tinggi).

ndex=9&did=944059701&SrchMo

de=2&sid=1&Fmt=6&VInst=PRO

D&VType=PQD&RQT=309&VN

ame=PQD&TS=1241685962&clie

ntId=48682. diakses pada tanggal 7

Mei 2009.

Sartono, Agus. 1996. Manajemen

Keuangan: Teori dan Aplikasi.

Edisi Ketiga. Penerbit BPFE

Yogyakarta.

Sayeed, Mohammad Abu. 2011. The

Determinants of Capital Structure

for Selected Bangladeshi Listed

Companies. International Review

of Business Research Papers Vol.

7. No. 2. March 2011. Hal. 21-36.

http://www.bizresearchpapers.com/

3.%20Abu%20Sayeed-FINAL.pdf.

Diakses pada tanggal 10 Desember

2012.

Siddiqui, Sayla Sowat. 2012. Capital

Structure Determinants of Non-

Bank Financial Institutions

(NBFIs) in Bangladesh. World

Review of Business Research Vol.

2. No. 1. January 2012. Hal. 60 –

78. http://www.international

researchjournaloffinanceandecono

mics.com/ISSUES/IRJFE_90_03.p

df. Diakses pada tanggal 10

Desember 2012.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian

Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung:

Alfabeta

Syamsuddin, Lukman. 2007.

Manajemen Keuangan Perusa-

haan. Konsep Aplikasi dalam:

Perencanaan, Pengawasan, dan

Pengambilan Keputusan. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Wahab, Rabiah Abdul, M.S.M. Amin

dan K. Yusop. 2012.

Determinants of Capital Structure

of Malaysian Property

Developers. Middle-East Journal

of Scientific Research. Hal. 1013-

1021. http://idosi.org/mejsr/

mejsr11%288%2912/4.pdf.

Diakses pada tanggal 10

Desember 2012.