PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

25

Click here to load reader

description

PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASIBIODEGRADABLE FILM

Transcript of PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

Page 1: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

ACARA III

PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI

BIODEGRADABLE FILM

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Plastik banyak digunakan untuk berbagai hal, diantaranya sebagai

pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah,

kantor, dan berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik memiliki

banyak keunggulan antara lain: fleksibel, ekonomis, transparan, kuat, tidak

mudah pecah, bentuk laminasi yang dapat dikombinasikan dengan bahan

kemasan lain dan sebagian ada yang tahan panas dan stabil.

Plastik banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan manusia, mulai

dari keperluan rumah tangga hingga keperluan industri. Pada umumnya, plastik

digunakan sebagai kemasan. Hal ini disebabkan bentuknya yang elastis,

berbobot ringan tetapi kuat, tidak mudah pecah, bersifat transparan, dan tahan

air, namun pada kenyataannya plastik menimbulkan dampak negatif. Sampah

plastik dapat mencemari lingkungan karena membutuhkan waktu hingga

ratusan tahun agar dapat terurai dan dapat menghasilkan dioksin ketika

dibakar.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan alternatif plastik

ramah lingkungan yang berasal dari bahan yang dapat terurai di lingkungan,

tersedia di alam dalam jumlah besar, dan dapat menghasilkan produk

berkekuatan sama dengan plastik sintetik (Darni dkk., 2008). Pengembangan

plastik biodegradable merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah

ini. Biodegradable film merupakan plastik ramah lingkungan yang berasal dari

bahan alam seperti pati, selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang

terdapat dalam hewan. Plastik tersebut mudah diuraikan oleh mikroba

pengurai.

Page 2: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

2. Tujuan praktikum

Tujuan dari praktikum acara III “Pengujian Karakteristik dan Aplikasi

Biodegradable Film” adalah

a. Menentukan kelarutan biodegradable film.

b. Menentukan WVP biodegradable film dengan polimer polar dan plastik

non polar.

c. Mengukur susut berat buah yang dikemas dengan biodegradable film.

B. Tinjauan Pustaka

Krochta et.al. (1994), menyebutkan bahwa nilai laju transmisi uap air

dapat digunakan untuk menentukan umur simpan produk. Sebab jika laju

transmisi uap air dapat ditahan, maka umur simpan produk dapat diperpanjang.

Kehilangan air pada buah-buahan dan sayuran merupakan penyebab utama

kerusakan selama penyimpanan. Kehilangan air dapat menyebabkan buah dan

sayuran mengalami susut berat dan tampak layu sehingga kurang disenangi

oleh konsumen (Rachmawati, 2009).

Kemasan atau packaging memiliki peran dan fungsi yang besar dalam

usaha makanan, dan minuman. Pada praktik industri pangan modern, kemasan

merupakan faktor penting dalam upaya bahwa produk yang dihasilkannya

mudah dijajakan dan aman dikonsumsi. Proses pengemasan yang baik dapat

mengendalikan proses penurunan mutu suatu produk pangan, sehingga produk

tersebut dapat diterima dan dikonsumsi konsumen (A. Yuyun, 2011).

Kemasan makanan dan minuman dirancang untuk menjaga mutu pangan.

Fungsi perlindungan ini meliputi proteksi terhadap uap air, oksigen (dan

berbagai gas lain), cahaya, debu, susut bobot, kerusakan mekanik, serta

mencegah nvasi serangga dan mikroba. Berbagai bahan dapat digunakan

sebagai pengemas, yaitu: kertas, plastik, karton tebal, dna foil. Kemasan susu

tidak boleh mengandung lebih dari 1 mikroba per sentimeter persegi

(Arisman, 2009).

Salah satu alternatif yang bisa dipilih pengemas yang ramah lingkungan

(biodegradable) adalah edible film. Keuntungan edible film antara lain dapat

dikonsumsi langsung bersama produk yang dikemas, tidak mencemari

Page 3: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

lingkungan, memperbaiki sifat organoleptik produk yang dikemas, berfungsi

sebagai sumplemen penambah nutrisi, sebagai flavor, pewarna, zat

antimikroba, dan antioksidan. Edible film dapat dibuat dari berbagai bahan

baku yang memiliki komposisi pati yang cukup tinggi. Pembuatan edible film

dari pati tapioka memiliki karakteristik yang cukup baik walaupun laju

transmisi terhadap uap air cukup tinggi (Jorge, 2015).

Pati dan komponen utamanya, amilosa dan amilopektin, adalah

biopolimer yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku sebagai penghalang

(barier) dalam bahan kemasan. Pati sering digunakan dalam industri makanan.

Pati biasa digunakan untuk memproduksi biodegradable film sebagai pelapis

atau menggantikan polimer plastik karena biaya yang murah dan terbarukan

dan lebih aman dibandingkan plastik biasa (Bourtoom, 2007).

Biodegradable film atau pelapis degradable memiliki sifat fungsional

sebagai penghalang untuk gas terlarut dan memperpanjang kualitas makanan,

dan menjaga umur simpan. Polimer biodegradable terbentuk dari polisakarida

alami, biasanya digunakan pati, yang memiliki kemampuan membentuk

matriks yang terus-menerus. Film pati dan film turunannya telah banyak

dipelajari mengenai properti pembentukan film, penghalang oksigen tinggi, dan

kekuatan mekanik yang bagus (Polnaya, 2012).

Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

penjualan produk makanan. Fungsi dari kemasan adalah mempercantik produk,

melindungi produk dari bahaya bakteri, meningkatkan mutu dan menjaga

kualitas produk. Karton atau kardus biasanya digunakan untuk mengemas

makanan untuk produk kering taua semi kering sperti keripik, cheese stik,

singkong rendang, dll (Buckle, 1987).

Edible film merupakan salah satu alternatif kemasan sintetis. Berhubung

sifatnya yang dapat didegradasi yang berasal dari bahan alami seperti protein,

lipid, dan polisakarida, edible film telah mendapat perhatian yang besar.

Walaupun edible film tidak dapat secara sempurna menggantikan kemasan

sintetis, edible film dapat memperpanjang umur simpan produk pangan karena

sifat mekanisnya dan kemampuannya sebagai barrier. Edible film merupakan

Page 4: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

kemasan pangan dalam bentuk lapisan tipis yang aman untuk dimakan. Edible

film adalah lapisan tipis dan kontinyu terbuat dari bahan-bahan yang dapat

dimakan, dibentuk untuk melapisi komponen makanan (coating) atau

diletakkan diantara komponen makanan (film), serta untuk mempermudah

penanganan makanan, dengan adanya persyaratan bahwa kemasan yang

digunakan harus ramah lingkungan, maka penggunaan edible film adalah

sesuatu yang sangat menjajikan, baik yang terbuat dari hidrokoloid, lipid,

protein maupun kombinasi ketiganya (Sudaryati, 2010).

Edible film telah muncul sebagai alternatif untuk plastik sintetis untuk

aplikasi makanan, dan telah menerima banyak perhatian dalam beberapa tahun

ini karena keuntungannya dibandingkan plastik sintetis. Keuntungan utama

edible film dibandingkan dengan kemasan tradisional adalah edible film dapat

dikonsumsi dengan produk yang dibungkusnya. Tidak ada kemasan (dari

edible film) untuk dibuang, meskipun jika film tidak dikonsumsi, edible film

masih dapat berkontribusi untuk mengurangi kerusakan karena lingkungan.

Film diproduksi secara ekslusif dari yang terbarukan, bahan yang dapat

dimakan sehingga mampu didegradasi lebih mudah dari pada bahan polimer.

Edible film dapat meningkatkan sifat organoleptik makanan yang

dibungkusnya karena mengandung berbagai komponen seperti, perasa,

pewarna, dan pemanis (Dhanapal, 2012).

Kelarutan film merupakan faktor yang penting dalam menentukan

biodegradibilitas film ketika digunakan sebagai pengemas. Ada film yang

dikehendaki tingkat kelarutannya tinggi atau sebaliknya tergantung jenis

produk yang dikemas. Pada kenyataannya semakin tinggi konsentrasi pektin

yang ditambahkan, maka akan semakin meningkatkan tingkat kelarutan edible

film (Nugroho, 2012).

C. Metodologi

1. Alat

a. Beker glass

b. Pengaduk kaca

c. Mikrometer

Page 5: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

d. Oven

e. Mangkuk WVP

f. Desikator

g. Higrometer

h. Gunting

i. Neraca analitik

j. Kertas saring

k. Jangka sorong

2. Bahan

a. Silika gel

b. Film plastik biodegradable

c. Plastik polimer non polar (plastik wrap)

d. Malam (wax)

e. Buah anggur

f. Aquadest

Page 6: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

Film kering

Pemotongan 2x2 cm

Pemasukan dalam gelas beker

Pengadukan selama 1 jam secara periodik

Penyaringan menggunakan kertas saring (kertas saring ditimbang

dahulu)

Pengovenan selama 15-20 menit

Aquadest 50 ml

Film WVP

Pengukuran luas permukaan

Penambahan 10 g silika gel

Penutupan

Perapatan dengan lilin

Penimbangan

Penyimpanan

Pengukuran tebal

Pemotongan sesuai WVP

Pengamatan perubahan berat Jam ke 0, 1, 2, 3, 4, 5

3. Cara Kerja

a. Penentuan Kelarutan Film

b. Penentuan Permeabilitas Uap Air

Page 7: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

Anggur Anggur Anggur

Pembungkusan dengan plastik

wrap

Pembungkusan dengan edible

film

Perlakuan kontrol

Pengamatan perubahan berat Jam ke 0, 1, 2, 3, 4, 5

c. Aplikasi Biodegradable Film

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1 Penentuan Kelarutan Film

Kel.Jenis

Biodegradable film

Berat film awal (g)

Berat kertas saring awal (g)

Berat kertas saring akhir (g)

Berat film tidak larut (g)

% kelarutan

film

1,2

Maizena 0,106 0,621 0,872 0,251 -136,792

3, 4 Tapioka 0,119 0,628 0,901 0,273 -129,411

5Tapioka 2,5 g +

maizena 2,50,124 0,616 0,882 0,266 -144,516

6 Tapioka 5 g 0,275 0,529 1,319 0,79 -187,2737 Maizena 5 g 0,103 0,527 0,606 0,079 23,300

8Tapioka 2,5 g +maizena 2,5 g

0,92 0,6 0,828 0,692 75,563

9Tapioka 3,75 g +maizena 1,25 g

0,103 0,717 0,805 0,088 14,563

10Tapioka 1,25 g +maizena 3,75 g

0,55 0,6 0,864 0,248 54,90

Sumber : Laporan Sementara

Secara umum, kemasan plastik biodegradable diartikan sebagai film

kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Sifat

fisik film meliputi sifat mekanik dan penghambatan. Sifat mekanik

menunjukkan kekuatan film menahan kerusakan bahan selama pengolahan,

Page 8: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

sedangkan sifat penghambatan menunjukkan kemampuan film melindungi

produk yang dikemas dengan menggunakan film tersebut. Beberapa sifat fisik

film antara lain ketebalan, kekuatan renggang putus, pemanjangan, kelarutan,

dan laju transmisi uap air.

Kelarutan film merupakan faktor yang penting dalam menentukan

biodegradibilitas film ketika digunakan sebagai pengemas. Ada film yang

dikehendaki tingkat kelarutannya tinggi atau sebaliknya tergantung jenis

produk yang dikemas (Nurjannah, 2004; dalam Nugroho 2012). Pada

kenyataannya semakin tinggi konsentrasi pektin yang ditambahkan, maka akan

semakin meningkatkan tingkat kelarutan edible film. Murdianto (2005) dalam

Nugroho (2012) menyebutkan bahwa penambahan komponen yang bersifat

hidrofob mengakibatkan film memiliki kelarutan yang rendah; sedangkan

Siswanti (2008), menyebutkan bahwa peningkatan jumlah komponen yang

bersifat hidrofilik diduga menyebabkan peningkatan prosentase kelarutan film.

Penentuan kelarutan film pada saat praktikum, dilakukan pengujian

dengan beberapa sampel biodegradable film, diantaranya terbuat dari tepung

maizena, tepung tapioka, dan komposit (tapioka+maizena). Hasil perhitungan

pada kelompok 1 dan 2 dengan sampel edible film maizena, persen

kelarutannya adalah -136,792%, kelompok 3 dan 4 sampel edible film tapioka

kelarutannya -129,411%, kelompok 5 dengan sampel tapioka 2,5 gr dan

maizena 2,5 gram kelarutannya -144,516%,. Untuk kelompok 6 dengan edible

film tapioka 5 gram, kelarutannya -187,273%, kelompok 7 edible film maizena

kelarutannya adalah 23,3%, kelompok 8 menggunakan edible film tapioka 2,5

gr dan maizena 2,5 gram kelarutannya 75,563%, kelompok 9 dengan sampel

edible film tapioka 3,75 gr dan maizena 1,25 gr kelarutannya 14,563,

sedangkan kelompok 10 dengan sampel edible film dari tapioka 1,25 gr dan

3,75 gr maizena, kelarutannya adalah 54,9%. Dari data tersebut dapat diketahui

nilai kelarutan yang tertinggi adalah edible film kelompok 8 yang terbuat dari

tapioka 2,5 gr dan maizena 2,5 gram yaitu sebesar 75,563%. Perbandingan

komposisi antara tapioka dan maizena pada edible film kelompok 8 sebenarnya

memiliki kesamaan dengan kelompok 5 yaitu 1:1, akan tetapi pada kelompok 5

Page 9: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

diketahui nilai persen kelarutannya justru negatif (-144,516%). Hal ini dapat

terjadi karena kesalahan penghitungan pada saat praktikum, kurang teliti dalam

proses penimbangan, atau terdapat kesalahan prosedur pembuatan edible film,

sehingga menghasilkan film yang berbeda dari segi kualitasnya.

Tabel 3.2 Penentuan Permeabilitas Uap Air

KelTebal (cm)

Diameter WVP (cm)

Berat awal (gr)

Jam ke-

1 2 3 4 5

1,2 0,04 37,37 125 152,2 125,9 125,4 125,5 125,63,4 0,04 58,59 108,6 108,8 108,8 109 109 109,35 - - - - - - - -6 - - - - - - - -7 - - - - - - - -8 - - - - - - - -9 0,02 8,42 132,11 132,15 133,90 133,8 132,19 133,8310 0,02 8,56 119,92 120,93 120,51 120,72 120,90 120,95

Sumber: Laporan Sementara

Permeabilitas uap air merupakan jumlah uap air yang hilang per satuan

waktu dibagi dengan luas area film. Oleh karena itu salah satu fungsi edible

film adalah untuk menahan migrasi uap air maka permeabilitasnya terhadap

uap air harus serendah mungkin (Gontard, 1993). Ketebalan film akan

mempengaruhi permeabilitas gas. Semakin tebal edible film maka

permeabilitas gas akan semakin kecil dan melindungi produk yang dikemas

dengan lebih baik.

Pengujian permeabilitas uap air edible film mengacu pada penelitian

Murdianto (2005), dalam Nugroho (2012) laju transmisi uap air edible film

yang diuji diseal pada mangkuk aclirik berukuran 7,5 cm (diameter dalam) dan

8 cm (diameter luar) dengan kedalaman 2 cm, yang didalamnya berisi 10 gram

silica gel dan ditempatkan pada stoples plastik yang didalamnya berisi larutan

NaCl 40% (RH 75%). Kondisi laju transmisi uap air setimbang dicapai dalam

penimbangan dilakukan setiap 1 jam.

Fungsi dari cawan WVTR adalah sebagai media tempat peletakkan silica

gel sehingga dapat diketahui jumlah uap air yang dapat melewati kemasan

edible. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian WVTR (permeabilitas uap

air) terhadap dua sampel biodegradable film (edible film) yang sama-sama

Page 10: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

memiliki ketebalan 0,04 cm. Sampel pertama (kelompok 1,2) menggunakan

mangkuk WVP berdiameter 37,37 cm memiliki berat awal 125 gram, dan

terjadi grafik perubahan berat yang tidak konstan. Pada jam pertama berat

mangkuk WVP menjadi 152,2 gram, satu jam kedua 125,9 gram, satu jam

ketiga 125,4 gram, satu jam keempat 125,5 gram, dan satu jam kelima 125,6

gram. Sedangkan untuk Sampel kedua (kelompok 3,4) menggunakan mangkuk

WVP berdiameter 58,59 cm memiliki berat awal 108,6 gram, dan terjadi grafik

perubahan berat yang tidak konstan tetapi ada kenaikan. Pada jam pertama

berat mangkuk WVP menjadi 108,8 gram, satu jam kedua 108,8 gram, satu jam

ketiga 109 gram, satu jam keempat 109 gram, dan satu jam kelima 109,3 gram.

Menurut Syarief, et.al (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi

konstanta permeabilitas kemasan adalah :

1) Jenis film permeabilitas dari polipropilen lebih kecil dari pada polietilen

artinya gas atau uap air lebih mudah menembus polipropilen daripada

polietilen.

2) Ada tidaknya " cross linking" misalnya pada konstanta

3) Suhu

4) Ada tidaknya plasticizer misal air

5) Jenis polimer film

6) Sifat dan besar molekul gas

7) Solubilitas atau kelarutan gas

Garcia (2000) dalam Barus (2002) menyebutkan bahwa migrasi uap air

umumnya terjadi pada bagian film yang hidrofilik. Dengan demikian ratio

antara bagian yang hidrofilik dan hidrofobik komponen film akan

mempengaruhi nilai laju transmisi uap air film tersebut. Semakin besar

hidrofobisitas film, maka nilai laju transmisi uap air film tersebut akan semakin

turun. Sehingga dapat disimpulkan juga, semakin besar hidrofilisitas film, maka

nilai laju transmisi uap air film tersebut akan semakin naik. Semakin kecil

migrasi uap air yang terjadi pada produk yang dikemas oleh edible film, maka

semakin semakin bagus sifat edible film dalam menjaga umur simpan produk

yang dikemasnya (Nugroho, 2013). Pentingnya mengatahui WVTR atau

Page 11: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

permeabilitas ini adalah untuk menentukan kemasan mana yang bisa

diaplikasikan dan cocok untuk mengemas suatu produk, karena dijelskan diatas

bahwa semakin kecil permeabilitas, maka kemampuan menjaga umur simpan

produk semakin baik. Sehingga ketika kita menginginkan mengemas produk

dengan umur simpan yang lama, tentu dalam memilih pengemas dapat

dipertimbangkan dengan melihat WVTR atau permeabilitasnya.

Tabel 3.3 Aplikasi Biodegradable Film pada Buah Anggur

KelPerlakuan Jam ke-

0 1 2 3 4 5

1 & 2

Kontrol 11,8 11,2 11,2 11,1 11 11,3Wrap 13,3 13,4 13,3 13,4 13,3 13,2Edible film

10 9,8 9,8 9,7 9,7 9,9

3 & 4

Kontrol 13,5 13.4 13,4 13,3 13,3 13,3Wrap 10,5 10,4 10,4 10,4 10,3 10,4Edible film

- - - - - -

5

Kontrol 11,6 11,6 11,6 11,5 11,5 11,6Wrap 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2Edible film

10,1 9,9 9,5 9,6 9,6 9,6

6

Kontrol 12,431 12,413 12,394 12,376 12,347 12,328Wrap 11,565 11,550 11,549 11,547 11,542 11,539Edible film

9,581 9,576 9,563 9,560 9,559 9,550

7

Kontrol 12,048 12,026 12,026 13,105 12,034 11,812Wrap 12,020 11,989 10,359 11,921 11,911 11,802Edible film

6,702 6,938 6,201 6,514 6,507 5,410

8

Kontrol 10,931 10,909 10,905 10,900 10,800 11,000Wrap 7,492 7,487 7,520 7,550 7,550 7,600Edible film

6,426 6,794 6,823 6,872 6,700 6,800

9

Kontrol 13,179 13,125 12,859 12,410 12,485 12,900Wrap 9,687 9,535 9,542 9,414 9,510 9,432Edible film

8,010 8,004 7,944 7,517 7,488 7,500

10

Kontrol 8,650 8,635 8,525 8,675 8,811 8,605Wrap 12,465 12,436 12,511 12,411 12,514 12,542Edible film

10,102 10,118 10,125 10,011 10,221 10,184

Sumber : Laporan Sementara

Page 12: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

Krochta et.al. (1994), dalam Rachmawati (2009) menyebutkan bahwa

nilai laju transmisi uap air dapat digunakan untuk menentukan umur simpan

produk. Sebab jika laju transmisi uap air dapat ditahan, maka umur simpan

produk dapat diperpanjang. Kehilangan air pada buah-buahan dan sayuran

merupakan penyebab utama kerusakan selama penyimpanan. Kehilangan air

dapat menyebabkan buah dan sayuran mengalami susut berat dan tampak layu

sehingga kurang disenangi oleh konsumen.

Kemasan yang baik mampu mempertahankan mutu produk dengan

menahan laju transmisi uap air, sehingga dapat mengurangi susut berat produk.

Susut berat produk dapat merugikan produsen dan konsumen dari segi

penampakan, berkurangnya bobot produk, kualitas gizi menurun, serta dapat

memberikan tampilan produk yang kurang diminati.

Pengujian susut berat produk pada saat praktikum menggunakan sampel

3 buah anggur merah. Pengujian dilakukan dengan melapisi buah anggur

merah pertama dengan plastik wrap, melapisi anggur kedua dengan edible film,

dan anggur ketiga sebagai kontrol (tanpa pelapis/ pengemas). Pada kelompok

7, berat awal anggur kontrol adalah 12,048 gram, kemudian menurun pada jam

pertama yaitu 12,026 gram, pada jam kedua masih konstan 12,026 gram,

kemudian naik pada jam ketiga menjadi 13,105 gram, dan menurun kembali

pada jam keempat menjadi 12,034, dan jam kelima 11,812 gram. Anggur yang

dibungkus plastik wrap juga mengalami perubahan berat yang tidak konstan,

berat awal anggur wrap adalah 12,020 gram, kemudian menurun pada jam

pertama yaitu 11,989 gram, menurun pada jam kedua menjadi 10,359 gram,

kemudian naik pada jam ketiga menjadi 11,921 gram, dan menurun kembali

pada jam keempat menjadi 11,911, dan jam kelima 11,802 gram. Untuk

anggur dengan pengemas edible film, diketahui berat awal anggur adalah 6,702

gram, kemudian naik pada jam pertama menjadi 6,938 gram, pada jam kedua

menurun lagi menjadi 6,201 gram, kemudian naik pada jam ketiga menjadi

6,514 gram, dan menurun kembali pada jam keempat menjadi 6,507, dan jam

kelima menjadi 5,410 gram.

Page 13: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

Dari tabel 3.3 tampak pada beberapa perlakuan anggur merah mengalami

susut berat, bahkan ada yang mengalami penambahan berat. Kelompok 7 untuk

anggur kontrol mengalami susut berat 0,236 gram, anggur wrap susut bobot

0,21 gram, sedangkan anggur yang dilapisi edible film mengalami susut bobot

1,292 gram. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kemasan yang paling bagus

untuk membungkus anggur pada sat praktikum adalah plastik wrap. Sedangkan

kemasan edible film mengalami banyak susut berat, hal ini dapat terjadi

mungkin karena edible film yang dibuat masih kurang bagus untuk dijadikan

pengemas.

E. Kesimpulan

Dari pembahasan acara III “Pengujian Karakteristik dan Aplikasi

Biodegradable Film” sebagai berikut:

1. Kelarutan film merupakan faktor yang penting dalam menentukan

biodegradibilitas film ketika digunakan sebagai pengemas. Kelarutan edible

film merupakan karakteristik yang pada umumnya dipengaruhi oleh

konsentrasi bahan keringnya.

2. Berdasarkan data kelarutan edible film yang baik yaitu kelompok 9 dengan

formulasi tapioka 3,75 g + maizena 1,25 g.

3. Permeabilitas uap air merupakan jumlah uap air yang hilang per satuan

waktu dibagi dengan luas area film.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konstanta permeabilitas kemasan adalah

jenis film, suhu, ada tidaknya plasticizer dan sifat serta besar molekul gas

serta solubilitas atau kelarutan gas.

Page 14: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

DAFTAR PUSTAKA

Bourtoom, Thawien. 2007. Plasticizer effect on the properties of Biodegradable blend film from rice starch-chitosan. Songklanakarin J. Sci. Technol. 30 (Suppl.1), 149-165.

Buckle, K. A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.

Dhanapal, Aruna, Sasikala.P, Lavanya Rajamani, Kavitha.V, dan Yazhini.G, M.Shakila Banu. 2012. Edible films from Polysaccharides. Food Science and Quality Management ISSN 2224-6088 (Paper) ISSN 2225-0557 Vol 3.

Jorge, Manuel Fernando Coronado., Elisabete M. C. Alexandre., Christian Humberto Caicedo Flaker., AnaMônica Quinta Barbosa Bittante., dan Paulo José do Amaral Sobral. 2015. Biodegradable Films Based on Gelatin and Montmorillonite Produced by Spreading. International Journal of Polymer Science Volume 2015, Article ID 806791

Nugroho, Agung Adi ., Basito., R. Baskara Katri A. 2012. Kajian Pembuatan Edible Film Tapioka dengan Pengaruh Penambahan Pektin Beberapa Jenis Kulit Pisang Terhadap Karakteristik Fisik dan Mekanik. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No.1.

Polnaya,Febby J., Josefina Talahatu., Haryadi dan Djagal W. Marseno. Properties of biodegradable films from hydroxypropyl sago starches. As. J. Food Ag-Ind. 2012, 5(03), 183-192.

Pudjiastuti, Wiwik ., Arie Listyarini., dan Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit Sebagai Master Batch Polimer Biodegradable untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri Vol. Vi No. 1.

Rachmawati, Arinda Karina. 2009. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin Cincau Hijau (Premna Oblongifolia. Merr) Untuk Pembuatan Edible Film. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Sudaryati, H.P., Tri Mulyani S., dan Egha Rodhu Hansyah. 2010. Sifat Fisik dan Mekanis Edible Film dari Tepung Porang (Amorphopallus Oncophyllus) dan Karboksimetilselulosa. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 3.

Page 15: PENGUJIAN KARAKTERISTIK DAN APLIKASI BIODEGRADABLE FILM

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Kelarutan Film

Berat filmtidak larut=kertas saring(ak h ir−awal )

¿0,805−0,717

¿0,088 gr

Berat filmterlarut=berat film(awal−tidak terlarut )

¿0,103−0,088

¿0,015 gr

%kelarutan=berat film larutberat film awal

x 100 %

¿ 0,0150,103

x 100 %

¿14,563 %