Pengkajian Lansia dg Gangguan Mobilitas.pptx

19
Pengkajian Lansia dg Gangguan Mobilitas

description

pengkajian mobilisasi pada lansia

Transcript of Pengkajian Lansia dg Gangguan Mobilitas.pptx

Pengkajian Lansia dg Gangguan Mobilitas

Pengkajian Lansia dg Gangguan MobilitasData berdasarkan kasusData SubjektifData ObjektifKlien mengatakan tidak dapat menggerakkan kaki kanannyaKlien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendirianKlien mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan senam yang diadakan dipantiTerdapat kontraktur pada kaki kanan dan tangan kiri.Klien tidak bisa melakukan aktivitas sendiri dan selalu dibantu oleh petugas pantiKlien lebih sering terlihat hanya berbaring di kasurKlien tampak lemah dan lelahPengkajian terhadap Klien XIdentitas KlienNama: Kakek XUsia: 72 tahunAgama: IslamKeluhan utamaKakek X mengalami hemiparesis dextra akibat dari stroke. Kakek X tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seorang diri, selalu dibantu oleh petugas panti. Kakek X mengeluh tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki serta merasa kelelahan jika ingin bergerak.

Riwayat penyakit sekarangKakek X mengalami kontraktur pada kaki kanan dan tangan kiri serta hemiparasasis dextra.Riwayat penyakit dahuluKakek X sebelumnya pernah mengalami stroke yang kemudian mengakibatkan hemiparesis dextra.Pengkajian terhadap Klien XRiwayat psikososial dan spiritualRiwayat psikososial: Kakek X tampak gelisah kelelahan dalam melakukan mobilitas fisik.Aspek sosial: Kakek X mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain akibat dari ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota tubuhnya.Aspek spiritual: Kakek X mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah, namun Kakek X tetap berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa dan melakukan ibadah sebisa mugkin.

Pola kebiasaan sehari hariPola aktivitas: pola aktivitas Kakek X menurun karena mengalami ketidakmampuan untuk menggerakkan kakinya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu oleh petugas panti. Kakek X tidak pernah mengikuti kegiatan senam di panti dan hanya berbaring di kasurPola istirahat: pola istirahat Kakek X berubah dari sebelum mengalami hemiparesis dan kontraktur pada ekstremitasnya.Pola kebersihan diri: Kebersihan diri kurang karena Kakek X tidak mampu melakukan kebersihan diri sendiri.Pola nutrisi: pola nutrisi Kakek X terganggu, Kakek X tidak nafsu makan.

Pengkajian terhadap Klien XPemeriksaan fisikKepalaRambut: sudah banyak yang rontok dan beruban. Pada beberapa sisi bagian rambut tampak menipis.Mata : agak keruhHidung : bersih, tidak ada sumbatan dan lesiMulut : terdapat karies. Tercium bau tidak sedap dari mulut klienTelinga : telinga terdapat sedikit sumbatan

Leher : tidak kaku, tidak ada penonjolan vena jugularisDada/thorak : Dada: simetris, pengembangan dada seimbangParu-paru: baik, tidak sesak, tidak ada bunyi wheezing dan ronchiJantung: bunyi S1 normal, S2 normalAbdomen: bersih, tidak ada lesiMuskuloskeletal:

Pengkajian terhadap Klien XMuskuloskeletal (Suratun, 2008): Mengkaji skelet tubuh:hal yang perlu dikaji: adanya deformitas dan ketidaksejajaran, pertumbuhan tulang abnormal (misal karena tumor), pemendekan ekstremitas, amputasi, bagian tubuh tidak sejajar secara anatomis, adanya frakturMengkaji tulang belakanghal yang perlu dikaji, deformitas tulang belakang (seperti skoliosis, kifosis, atau lordosis), Mengkaji sistem persendian hal yang perlu dikaji yaitu pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer (busur derajat) dan palpasi sendi.Mengkaji sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi (menurun), kekuatan otot dan koordinasi (menurun), dan ukuran masing-masing otot (menurun).Mengkaji cara berjalanhal yg perlu dikaji: kehalusan dan irama berjalan, adanya pincang. Pada kasus klien X tidak dapat berjalan.Pengkajian terhadap Klien XPengkajian Mobilisasi

Pemeriksaan fungsi motorik (Pemeriksaan kekuatan otot)Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual (manual muscle testing MMT). untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunter. Lansia yang tidak mampu mengkontraksikan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat bila diberikan MMT standar.

Prosedur pelaksanan MMT:Lansia diposisikan pada posisi otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannyaBagian tubuh yang dilakukan pemeriksaan harus terbebas dari pakaianBerikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukanLansia mengkontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimalSelama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut ototMemberikan tahanan (beban massa) pada otot yang bergerak dengan luas gerak sendi penuhMelakukan pencatatan hasil MMT

Kriteria hasil pemeriksaan MMT (Suratun, 2008)

Pengkajian terhadap Klien XPemeriksaan tonus ototTonus otot ketegangan minimal suatu otot dalam keadaan istirahat. Diperiksa dg beberapa cara: palpasi, gerakan pasif dan vibrasi (dengan vibrator). Palpasi dilakukan pada perut otot yang diperiksa, sedangkan gerakan pasif dapat dilakuakan pada anggota gerak (sendi) secara berulang-ulang dan cepat sehingga otot yang diperiksa diregangkan dan dikendorkan berulang-ulang. Adanya sedikit tahanan = normal, tidak ada tahanan = hipotonus dan ada tahanan cukup kuat = hipertonus.

Pemeriksaan luas gerak sendiLuas gerak sendi (LGS) merupakan luas gerak sendi yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Tujuan pemeriksaan LGS untuk mengetahui besarnya LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS sendi yang normal, membantu diagnosis dan menentukan fungsi sendi. Pengukuran LGS menggunakan Goniometer, yaitu:Posisi awal posisi anatomi, yaitu tubuh tegak, lengan lurus di samping tubuh, lengan bawah dan tangan menghadap bawah.Sendi yang di ukur harus terbuka.Berikan penjelasan Berikan gerakan pasif 2 atau 3 kali.Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.Tentukan aksis gerakan baik secara aktif/pasif.Letakkan tangkai goniometer yang statik paralel dengan aksis longitudinalPastikan aksis goniometer tepat pada aksis gerakan sendi.Baca dan catat hasil pemeriksaan LGS.

Pemeriksaan postur tubuh

Pemeriksaan postur di lakukan dengan cara inspeksi pada posisi berdiri. Pada posisi tersebut postur yang baik/normal dapat terlihat dengan jelas. Dari samping, tampak telinga, akromium, trunk, trokanter mayor, patela bagian posterior dan maleolus lateralis ada dalam satu garis lurus.

Pengkajian terhadap Klien XPemeriksaan kemampuan fungsional

Indeks ADL Barthel (Tamher, 2009)

TOTAL SKOR PENILAIAN20: Mandiri12-19 : Ketergantungan ringan9-11 : Ketergantungan sedang5-8 : Ketergantungan berat 0-4 : Ketergantungan total

NOFUNGSISKORKETERANGAN1Mengendalikan rangsang pembuangan tinja012Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).Terkendali teratur.2Mengendalikan rangsang berkemih012Tak terkendali atau pakai kateterKadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)Mandiri3Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)01Butuh pertolongan orang lainMandiri4Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)012Tergantung pertolongan orang lainPerlu pertolongan pd beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.Mandiri5Makan012Tidak mampuPerlu ditolong memotong makananMandiri6Berubah sikap dari berbaring ke duduk0123Tidak mampuPerlu banyak bantuan untuk bias dudukBantuan minimal 1 orang.Mandiri7Berpindah/ berjalan0123Tidak mampuBisa (pindah) dengan kursi roda.Berjalan dengan bantuan 1 orang.Mandiri8Memakai baju012Tergantung orang lainSebagian dibantu (mis: memakai baju)Mandiri.9Naik turun tangga012Tidak mampuButuh pertolonganMandiri10Mandi01Tergantung orang lainMandiriPengkajian terhadap Klien XPemeriksaan kemampuan fungsional

Indeks KatzMengukur kemampuan mobilisasi dengan menggunakan 6 kegiatan: makan, kontinensia, menggunakan pakaian, toiletting, berpindah dan mandi (Tamher, 2009). Dengan melihat keenam aspek tersebut dapat ditentukan lansia tersebut berada pada indeks yang mana:Tingkat A = Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.Tingkat B = Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.Tingkat C = Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.Tingkat D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.Tingkat E = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu lagi fungsi yang lain.Tingkat F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.Tingkat G = Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.

Keterangan:Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.

Pengkajian terhadap Klien XTes Keseimbangan

a. Keseimbangan StatisKemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan/Board Balance)

b. Keseimbangan Dinamiskemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Jenis tes nya yaitu:TUGT (time up and go test)Berg Balance TestStep TestTes Pastor/Tes MarsdenFunctional Reach Test

Pengkajian terhadap Klien XPemeriksaan Diagnostik (Suratun, 2008)Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Sinar XMielografiCT ScanBiopsiElektromiografi (EMG)ArtroskopiMRIUSGAngiografiArtrografiAstrtosentensis (aspirasi sendi)

Daftar PustakaJackson, Marlynn & Jackson, Lee. (2011). Panduan Praktis Keperawatan Klinis (terj.). Jakarta: Penerbit ErlanggaMiller, Carol A. (2004). Nursing for wellness in older adult: theory and practice. (4th ed).Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba MedikaPujiastuti, Sri Surini. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGCSuratun. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGCTamher, S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika