Peng.hukum Indonesia (PHI)
description
Transcript of Peng.hukum Indonesia (PHI)
HUKUM PERDATA
1
Berikut saya akan bagikan materi kuliah hukum perdata, yang saya ringkas materinya dari buku karangan Prof. Subketi. S.H. yaitu buku "Pokok-Pokok Materi Hukum Perdata.I.KEADAAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA Perkataan "Hukum Perdata" dalam arti yang luas meliputi semua hukum"privat materiil", yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Perkataan "perdata" juga lazim dipakai sebagai lawan dari "pidana".Ada juga orang memakai perkataan "hukum sipil" untuk hukum privat materiil itu, tetapi karena perkataan "sipil" itu juga lazim dipakai sebagailawan dari "militer," maka lebih baik kita memakai istilah "hukumperdata" untuk segenap peraturan hukum privat materiil.Perkataan "Hukum Perdata", adakalanya dipakai dalam arti yang sempit,sebagai lawan "hukum dagang," seperti dalam pasal 102 Undang-undang Dasar Sementara, yang menitahkan pembukuan (kodifikasi) hukum dinegara kita ini terhadap Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan.II. S ISTEMATIK HUKUM PERDATAAdanya Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek vanKoophandel,disingkat W.v.K.) di samping Kitab Undang-undang Hukum Perdata(Burgerlijk Wetboek, disingkat B.W.) sekarang dianggap tidak pada tempatnya, karena Hukum Dagang sebenarnya tidaklah lain dari HukumPerdata. Perkataan "dagang" bukanlah suatu pengertian hukum,melainkan suatu pengertian perekonomian. Di berbagai negeri yangmodern, misalnya di Amerika Serikat dan di Swis juga, tidak terdapat suatu Kitab Undang-undang Hukum Dagang tersendiri di samping pembukuan Hukum Perdata seumumnya. Oleh karena itu, sekarang terdapat suatu aliran untuk meleburkan Kitab Undang-undang HukumDagang itu ke dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata.2
Memang, adanya pemisahan Hukum Dagang dari Hukum Perdata dalam perundang-undangan kita sekarang ini, hanya terbawa oleh sejarah saja,yaitu karena di dalam hukum Rumawi—yang merupakan sumber terpenting dari Hukum Perdata di Eropah Barat —belumlah terkenalHukum Dagang sebagaimana yang ter-letak dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang kita sekarang, sebab memang perdagangan internasional juga dapat dikatakan baru mulai berkembang dalam Abad Pertengahan.Hukum Perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam empat bagian, yaitu :1. Hukum tentang diri seseorang,2. Hukum Kekeluargaan,3. Hukum Kekayaan dan4. Hukum warisan.Hukum tentang diri seseorang , memuat peraturan-peraturan tentangmanusia sebagai subyek
dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan, yaitu : perkawinan besertahubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dan isteri,hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaanseorang, yang dimaksudkan ialah jumlah segala hak dan kewajiban orangitu, dinilai dengan uang. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yangdemikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain. Hak-hak
3kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang dan karenanya
dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang atau suatu Pihak yang tertentu saja dan karenanya dinamakan hak perseorangan. Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat, misalnya hak seorang pengarang atas karangannya, hak seorang atas suatu pendapat dalam lapangan ilmu pengetahuan atau hak seorang pedagang untuk memakai sebuah merk,dinamakan hak mutlak saja.Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau ia meninggal. Juga dapat dikatakan, Hukum Waris itumengatur akibat-akibat hubungan' keluarga terhadap harta peninggalan seseorang. Berhubung dengan sifatnya yang setengah-setengah ini,Hukum Waris lazimnya ditempatkan tersendiri.Bagaimanakah sistematik yang dipakai oleh Kitab Undang-undangHukum Perdata?B.W. itu terdiri atas empat buku, yaitu :Buku I, yang berkepala "Perihal Orang", memuat hukum tentang diriseseorang dan Hukum Keluarga;Buku II yang berkepala "Perihal Benda", memuat hukum perbendaanserta Hukum Waris;Buku III yang berkepala "Perihal Perikatan", memuat hukum kekayaanyang mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadaporang-orang atau pihak-pihak yang tertentu;Buku IV yang berkepala "Perihal Pembuktian dan Lewat waktu(Daluwarsa), memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.Sebagaimana kita lihat, Hukum Keluarga di dalam B.W. itu dimasukkan dalam bagian hukum tentang diri seseorang, karena hubungan-hubungan keluarga memang berpengaruh besar terhadap kecakapan seseorang4
untuk memiliki hak-hak serta kecakapannya untuk mempergunakan hak-haknya itu. Hukum Waris, dimasukkan dalam bagian tentang hokum perbendaan, karena dianggap Hukum Waris itu mengatur cara-cara untuk memperoleh hak atas benda-benda, yaitu benda-benda yang ditinggalkan seseorang. Perihal pembuktian dan lewat waktu (daluwarsa) sebenarnya adalah soal hukum acara, sehingga kurang tepat dimasukkan dalam B.W.yang pada asasnya mengatur hukum perdata materiil. Tetapi pernah adasuatu pendapat, bahwa hukum acara itu dapat dibagi dalam bagian materiil dan bagian formil. Soal-soal yang mengenai alat-alat pembuktian terhitung bagian yang termasuk hukum acara materiil yang dapat diatur juga dalam suatu
undang-undang tentang hukum perdata materiil.III. PERIHAL ORANG DALAM HUKUMDalam hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak atausubyek di dalam hukum. Sekarang ini boleh dikatakan, bahwa tiap manusia itu pembawa hak, tetapi belum begitu lama berselang masih adabudak belian yang menurut hukum tidak lebih dari suatu barang saja.Peradaban kita sekarang sudah sedemikian majunya, hingga suatuperikatan pekerjaan yang dapat dipaksakan tidak diperbolehkan lagi didalam hukum. Seorang yang tidak suka melakukan suatu pekerjaan yangia harus lakukan menurut perjanjian, tidak dapat secara langsung dipaksauntuk melakukan pekerjaan itu. Paling banyak ia hanya dapat dihukumuntuk membayar kerugian yang berupa uang yang untuk itu hartabendanya dapat disita. Karena memang sudah menjadi suatu asas dalam Hukum Perdata, bahwa semua kekayaan seseorang menjadi tanggungan untuk segala kewajibannya. Juga yang dinamakan "kematian perdata",yaitu suatu hukuman yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat memiliki sesuatu hak lagi—tidak terdapat dalam hukum sekarang ini(pasal 3 B.W.). Hanya-lah mungkin, seseorang—sebagai hukuman—dicabut sementara hak-haknya, misalnya kekuasaannya sebagai orang tua terhadap anak-
Hukum PerdataBuku III tentang perikatan (verbintenis) pasal 1338 BW (KUHPer) asas kebebasan
berkontrak (freedom of contract)
BAB I
Keadaan Hukum Perdata
Sistematika Hukum Perdata
a. Sejarah KUHPer (hukum privat)
asal BW (Burgerlijk Wetboek) adalah dari bangasa Romawi-Prancis-Belanda-Indonesia. Melalui asas konkordansi.
b. Sistematika BW atau hukum perdata
1. Tentang Orang ( Persoon Recht)2. Tentang Benda (Zaak)3. Tentang Perikatan (verbintenis)4. Tentaang Pembuktian & daluarsa (verjaring)
BAB II
Hukum Tentang Orang
Subjek Hukum :
1. Orang / Manusia (naturlijk persoon / natural person)2. Badan hukum (recht persoon)
1. Orang / manusia (naturlijk person
- Cakap
- Dewasa (mampu melakukan perbuatan hukum sendiri)
Pada dasarnya semua manusia adalah subjek hukum (SH) tetapi tidak semua subjek hukum dapat melakukan perbuatan hukum.
Contoh : Orang gila, sakit ingatan, dibawah pengampuan (curatele)
-Pengampuan (curatele)
-Pengampuh (curator)
-Diampuh (curados)
2. Badan hukum (recht persoon) pasal 59 (1) KUHP (WvS) melalui teori fiksi oleh Von Savignig “badan hukum dianggap sebagai subjek hukum” lihat Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dari badan hukum tersebut.
BAB III
Hukum Perkawinan
Devinisi tentang perkawinan menurut BW, pasal 26 BW “Undang-undang memandang sol perkawinan hanya dalam hubungan soal perdata”
Syarat-syarat perkainan menurut BW.
1. Kedua belah pihak telah mencapai umur yang di tetapka oleh undang-undang, yakni laki-laki 18 tahun, perempuan 15 tahun.
2. Adanya persetujuan bebas dari dua belah pihak.3. Untuk perempuan yang sudah pernah menikah / kawin harus lewat 300 hari terlebih
dahulu sesudah adanya putusan hakim (masa idam)4. Tidak ada larangan undang-undang untuk kedua blah pihak.5. Bagi pihak yang menikah dibawah umur, harus mendapat persetujuan dari orang
tua/wali.
Sebelum perkawinan dilaksanakan perlu dilakukan hal-hal sebagai beriku. :
1. Pemberitahuan tentang kehendak akan kawin pada pegawai pencatatan sipil.2. Pengumuman oleh pegawai pencatatan sipil tersebut bahwa akan dilaksakannnya
perkawinan. (pengumuman ditujukan kepada pihak ketiga yang ingin membatalkan perkawinan itu jika merasa keberatan dengan adanya pernikahan itu.
Kewibawaan dan hak suami isteri.
Mareitage Rape : (pemerkosaan pada perkawinan) hal ini biaanya terjadi jika kedua mempelai sebelumnya belum pernah mengenal satu sama lain, atau pada saat menikah terjadi pemaksaan terhadap satu pihak)
BAB IV
Hukum Keluarga
a. Keturunan
Macam-Macam anak :
1. Anak sah : anak yang lahir dari perkawinan yang sah antara orang tuanya.2. Anak subang (alami) adalah anak yang lahir dari pasangan yang belum menikah,
(gadis dan perjaka) dan masih dimungkinkan untuk melaksanakan perkawinan terhadap orang tuanya, nantinya status anak ini akan menjadi anak sah setelah orang tuanya menikah.
3. Anak Haram, adalah anak yang lahir dari pasangan yang salah satu pasangannya masih terikat perkawinan dengan pihak lain (belum bercerai, sehinggga tidak dimungkinkan untuk dilksakannya perkawinan diantara mereka)
b. Kekuasaan orang tua
Kewajiban alimentasi : adalah yang mengatu antara kewajiban orang tua kepada anakm dan anak kepada orangv tua.
c. Perwalian (voogdij)
Adalah anak yang cakap melakukan hukum namum terbentur dengan umur, sehingga dalam kacamata hukum anak itu belum cakap melakukan hukum, sehingga ada perwalian (voogdij)
Perwalian terbagi atas 2 yakni :
1. Perwalian menurut undang-undang adl : anak yang sudah meninggal salah satu orang tuanya, maka orang tunya yang masih ada menjadi pewerwalian menurut undang-undang.
2. Perwalian wasiat, adalah perwalian yang diberikan melalui wasiat.
Sebulum diadaknnya perwalian maka anak yang pantas mendapat perwalian adalah :
1. Anak Sah2. Orang tua yang telah dicabut kekuasaan sebagai orang tua.3. Anak Sah yang orangtuanya telah bercerai.4. Anak yang lahir diluar perkawinan.
d. Pendewasaan
Pasal 1(2) BW “anak yang ada didalam kandugan seorang wanita, dikatakan telah lahir apabila kepentingan anak menghendaki
e. Pengampuan (curatele)
Orang yang mampu melakuakan perbuatan hukum namun terbentur dengan kondisi fisik (gila, hilang ingatan) sehingga dimasukan didala kategori Pengampuan.
BAB VI
Hukum Benda
Pemgaturan Buku ke II
Pasal 503-508 BW
Pasal 503 BW “Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tak bertubuh”
Pasal 504 BW “ Tiap-tiap kebendaan adalah bergerak, atau tak bergerak,
Benda atau (Zaak) adalah segala sesuatu yang dapat dimikiki (dihaki) dan dipunyai oleh orang.
2 asas dalam hukum tanah
1. Asas Accesie (asas penyatuan) mis. Tanah dengan pohon disekitar tanah.
2. Asas Horizontal (Asas pemisahan)
Benda bergerak (gadai, pond) seperti motor, mobil, sepeda.
Benda tidak bergerak (Hypotek) seperti tanah, emas, rumah.
Dua macam peralihan benda :
1.Dialihkan (sengaja)
2.Beralih (ada perbutan hukum) dan tidak disengaja (dalam hal waris)
Droit De Suite : hak kebendaan itu akan mengikuti kemana pun benda itu barada.
Hak Kebendaan Barat
1. Eighvindom2. Opstal3. Erthpch4. Pand5. Hypotek6. Hak Numpang Karang (servitut)
Undang-undang No 5 Tahun 1960 Tanggal 24 september . dengan diundangkannya UUPA No 5 Tahun 1960, maka hak kebendaan atas tanah di buku ke II BW dinyatakan tidak berlaku.
Macam-macam hak atas tanah :
1. Hak Pakai.
2. Hak Milik.(terkuat, terpenuh, dan turun temurun)3. Hak Guna Bangun.
Sistem pendaftaran tanah di Indonesia bersifat positif bertendensi negatif. PP No 24 Tahun 1997. Artinya : sertifikat dapat gugur sepanjang pihak yang ketiga dapat membuktikan sebaliknya dalam waktu 5 tahun.
BAB V
Hukum Waris
Cara memperoleh warisan
1. Ketentuan Undang-undang (abitestato)2. Wasiat (testament)
Menurut undang undang ada 3 macam pengantian dalam hal pewarisan :
1. Pengantian lencang kebawah ↓ Contoh : Anak, cucu, cicit, (tidak terbatas)2. Pengantian dalam garis samping ↔ Contoh : saudar kandung, saudara tiri (tidak
terbatas)3. Pegantian dalam garis menyamping, dalm hal ini yang tampil dimuka sebagai ahli
waris anggota-anggota keluarga yang lebih jauh dari.
Bewinvoerder : Pengurus testament dari pewaris.
Exeecuteur testamentair (pelaksana wasiat)
BAB VI
Hukum Perikatan / Perjanjian.
Buku III BW mengatur tentang perikatan (verbintebis)
Perikatan-perjanjian-kontrak
Lihat Pasal 1338/1320 BW bersifat tubuh orang, menganut asas kebebasan.
Sumber :
1. Undang-undang2. Perjanjian
Wanprestasi Pasal 1239 BW
On Recht Maagedaad Pasal 1365 BW
Orang yang melakukan wanprestasi 1239 BW otomatis melanggar pasal 1365 BW.
Pasal 1338 BW bersifat terbuka, menganut asas kebebasan, masing-masing pihak bebas untuk mengadakan kontrak (perjanjian) sepanjang tidak melanggar :
1. Ketentuan Undang-undang.2. Kepentingan Umum.3. Norma agama, norma susila, norma kesopanan, norma hukum, dan 4. hukum itu sendiri.
Pasal 1316 BW (perjanjian garansi)
“meskipun demikian diperbolehkan menanggung atau menjamin seseorang pihak ketiga dengan menjanjikan orang ini aka berbuat sesuatu dengan tidak mengurang pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang menanggung pihk ketiga itu atau telah berjanji, untuk menyuruh pihak ketiga menguatkan sesuatu jika pihak ini mendadak memenuhi perikatannya.
Pasal 1341 BW (actio pauliana)
Force Majeure : (keadaan memaksa) atau keadaan yang terjadi duluar kemampuan manusia seperti (banjir,longsor,tsunami)
Perjanjian perikatan hapus karena :
1. Pembayaran.2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan barang yang hendak
dibayarkan disuatu tempat.3. Pembaharuan hutang (bersifat sementara)4. Konpensasi / perhitungan hutang timbal balik5. Pencampuran hutang.6. Pembebasan Hutang7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian.8. Pembatalan perjanjian.9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan.10. Lewat waktu (verjaring)
Macam-macam perjanjian khusus :
1. perjanjian jual beli.2. sewa menyewa.3. pinjam-meminjam (pinjam dapat diganti, pinjam tidak dapat diganti)4. persekutuan5. perdamaian6. perburuhan7. hibah / pemberi
Asas Eksenorasi :adalah penjual tidak boleh menyembunyikan cacat yang tersembunyi tentang barang.
nb :Posisi hakim pada perkara perdata pasif,pada perkara pidana aktif.
HUKUM PIDANA
Hukum Pidana.
Sifat Hukum pidana dikatakan istimewa karena sifat hukum itu sendiri bersifat :
1. Memaksa.
2. Mengatur (widget recht)
Untuk mengukur suatu keberhasilan hukum di Indonesia yakni dilihat dari keberhasilan
hukum pidana.
Devinisi Hukum :
berupa aturan, kaidah, norma, dogma, peraturan.
berlaku di masyarakat / kelompok tertentu.
bersifat memaksa dan mengikat.
apabila dilanggar mendapatkan sanksi.
Hukum pidana :
Pidana Materil = KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) WvS (wetboek van strafrecht)
atau juga dikenal dengan ius poenale (penetapan tentang tindak pidana)
Terbagi dalam tiga buku
Buku kesatu : Aturan Umum
Buku kedua : Kejahatan
Buku ketiga : Pelangaran
Pidana Formil = KUHAP (kitab undang-undang hukum acara pidana)
Undang-undang no 8 tahun 1981 tanggal 31 desember 1981 tentang kitab undang-
undang hukum acara pidana. Atau juga dikenal dengan Ius Puniendi (menyangkut pelaku
yang dapat dipertangung jawabkan). Mengatur tentang proses peradilan, proses
penuntutan, proses putusan.
Crime Justice System (CJS) Polisi-Hakim-Jaksa-Lapas.
Asas Legalitas / oportunitas Pasal 1 (1) KUHP “nullam delictum nulla poena sine privea legge
poenale” (tidak ada suatu tindakan dapat dipidanakn sebelum diatur didalam undung-
undang)
Anselem Von Feurbach (1778-1833)
Merumuskan asas legalitas dalam bahasa latin :
Nulla peona sine legge : tidak ada pidana tanpa ada ketentuan pidana.
Nulla poena sine crimine : tidak ada pidana tanpa ada perbuatan pidana.
Nullum crimine sie poena legge : tiada perbuatan pidana , tanpa pidana menurut undang-
undang.
Pidana menurut Prof Roeslan Saleh, SH.
Adalah suatu reaksi delik yang banyak berwujud suatu nestapa, yang dengan sengaja
ditimpahkan oleh negara kepasa si pembuat delik.
Pidana Menurut R Susilo.
Pidana merupakan suatu tidak enak dengan kata lain yang tidak enak dijatuhkan oleh hakim
(sebuah vonis) kepada orang yang melanggar hukum pidana.
Istilah dalam hukum pidana :
Indonesia : Delik
Latin : Delictum
Belanda : Strafbaar Feith.
Ingris : Criminal Act
Negara-negara Anglo saxon : offesen
Menurut Mulyatno :
Tidak ada pidana yang dapat dilarang, diancam dengan pidana apabila belum ada
undang-undang.
Untuk menentukan suatu pidana tidak boleh mengunakan analogy (penalaran)
- Pidana bertujuan memberikan sanksi kepada player (pelaku tindak pidana)
- Memberikan rasa aman kepada keluarga korban.
Berdasarkan teori gabungan Van Bammelan
Bawha pidana bertujuan membalas kesalahan dan mengamankan masyarakat.
Mempersiapkan untuk mengebalikan terpidana kepada masyarakat.
Tujuan pidana : 3 R 1 D
Reformation
Restraint
Restribution
Deterrence
Reformation : memperbaiki atau mengrehabilitasi penjahat mejadi orang baik, dan berguna
bagi masyarakat.
Restraint : mengasingkan pelanggar dari masyarakat dengan maksud mayarakat menjadi
aman.
Restribution : pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan.
Deterrence : Menjerah atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai individual maupun
orang lain tidak melakukan hal ini lagi.
Sistematika KUHP
Buku kesatu aturan umum, terdiri dari 9 bab dan terdiri dari pasal 1 samapi dengan pasal
103.
Buku kedua kejahatan, terdiri dari 31 bab dari pasal 104-488.
Buku ketiga tentang pelanggaran, terdiri dari 9 bab, dari pasal 489-569.
Bab I : tentang lingkungan berlakunya ketentuan pidana dalam undang-undang. Pasal 1-9
Bab II : tentang hukuman-hukuman, pasal 10-43
Bab III : tentang pengecualian pengurangan dan penabahan hukuman, pasal 44-52.
Bab IV : tentang percobaan melakukan tindak pidana, pasal 53-54.
Bab V : tentang turut serta melakukan tindak pidana, pasal 55-62.
Bab VI : tentang gabungan perbuatan yang dapat dihhukum, pasal 63-71.
Bab VII : tentang memasukan dan mencabut perkara dalam perkara kejahatan yang
hanya boleh dituntut atas pengaduan, pasal 72-75
Bab VIII :gugurnya hak menuntut hukuman, pasal 76-85
Bab IX : arti beberapa sebutan dalam undang-undang, pasal 86-102.
Kesalahan dalam arti luas
Suatu perbuatan melawan hukum :
Unsur sengaja (dolus)
Unsur kelalaian (culpa)
Dapat dipertanggungjawabkan.
Asas berlakunya tindak pidana menurut tempat dan orang diatur dalm pasal 2-8 KUHP
SUMBER : http://iskandardaulima.blogspot.com/search/label/Hukum?updated-max=2010-
02-12T01:31:00%2B08:00&max-results=20&start=16&by-date=false
Hukum Tata Negara
Hukum tata negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara atau organisasi kekuasaan suatu negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan negara. Berikut ini akan diuraikan beberapa hal terkait dengan hukum tata negara, namun sebelum itu kami sarankan agar anda juga membaca artikel yang membahas mengenai hukum pidana yang telah kami posting sebelumnya dengan judul hukum pidana.Hukum tata negara di Indonesia semakin berkembang dan dirasakan semakin penting sekarang ini. Apalagi setelah reformasi dimana telah terjadi perubahan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang dilakukan pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002 membuat kajian mengenai hukum tata negara di Indonesia menjadi semakin menarik.
Istilah Hukum Tata Negara
Hukum tata negara merupakan hukum yang mengatur organisasi negara atau organisasi kekuasaan suatu negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan negara. Hukum tata negara di Belanda dikenal dengan istilah “Staatsrech”. Istilah yang sama juga digunakan di Jerman, namun hukum tata negara di Jerman juga sering disebut dengan istilah “Verfassungrecht”. Di Perancis hukum tata negara disebut dengan “Droit Constitutionnel”. Sementara di Inggris disebut dengan istilah “Constitutional law” dan di Italia hukum tata negara disebut dengan “Diritto Constitutionale”. Dari penggunaan istilah hukum tata negara di negara-negara tersebut diatas, tampak bahwa pengertian hukum tata negara diidentikkan dengan hukum konstitusi.
Menurut Prof. Dr. Jimmly Asshiddiqie, SH., Tata Negara dapat diartikan sebagai sistem penataan Negara, yang berisi ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan substansi norma kenegaraan. Dengan demikian, Ilmu Hukum Tata Negara dapat pula dikatakan sebagai cabang ilmu hukum yang membahas mengenai tatanan struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antar struktur organ atau struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur negara dengan dengan warga negara.
Pengertian Hukum Tata Negara
Terdapat beberapa pengertian yang diberikan oleh para pakar hukum mengenai hukum tata negara, sebagai berikut:Pengertian hukum tata negara menurut Logemann, adalah:
Hukum yang mengatur organisasi negara
Pengertian hukum tata negara menurut Van Volenhoven, adalah:
Hukum yang mengatur seluruh masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya serta menentukan badan dan fungsinya masing-masing serta susunan dan wewenang badan tersebut.
Pengertian hukum tata negara menurut Scholten, adalah:
Hukum yang mengatur organisasi negara. Dalam organisasi negara yang dimaksud telah mencakup kedudukan organ-organ dalam negara, hubungan-hubungannya, hak dan kewajiban serta tugasnya masing-masin.
Pengertian hukum tata negara menurut Van Der Pot, adalah:
Peraturan hukum yang menentukan badan yang diperlukan dengan wewenangnya masing-masing dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain serta antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Pengertian hukum tata negara menurut Apeldoorn, adalah:
Hukum negara dalam arti sempit yang menunjukkan organisasi-organisasi yang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekuasaannya masing-masing.
Pengertian hukum tata negara menurut Wade and Philips, adalah:
Hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan negara, dan tugas serta hubungannya antar perlengkapan negara tersebut.
Pengertian hukum tata negara menurut Paton George Whitecross, adalah:
Hukum mengenai alat-alat dan tugas serta wewenang alat-alat perlengkapan negara.
Pengertian hukum tata negara menurut AV. Dicey, adalah:
Hukum yang terletak pada pembagian kekuasaan dalam negara dan pelaksanaan yang tertinggi dalam suatu negara.
Pengertian hukum tata negara menurut R. Kranenburg, adalah:
Hukum mengenai susunan hukum dari negara yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar suatu negara.
Pengertian hukum tata negara menurut J. Maurice Duverger, adalah:
Salah satu cabang dari hukum privat yang mengatur organisasi dan fungsi politik suatu lembaga negara.
Pengertian hukum tata negara menurut Utrecht, adalah:
Hukum yang mempelajari soal kewawjiban sosial dan kekuasaan pejabat negara.
Pengertian hukum tata negara menurut JR. Stelinga, adalah:
Hukum yang mengatur wewenang dan kewajiban alat perlengkapan negara serta mengatur hak dan kewajiban warga negara.
Pengertian hukum tata negara menurut Kusumadi Pudjosewojo adalah:
Hukum yang mengatur bentuk negara dan bentuk pemerintahan serta menunjukkan masyarakat hukum yang atasan dan yang bawahan serta tingkatannya dan yang selanjutnya mengesahkan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat perlengkapan dari masyarakat hukum tersebut beserta susunan dan wewenang serta tingkatan imbang dari dan antara alat-alat perlengkapan tersebut.
Hukum Tata Negara
Ruang Lingkup Hukum Tata Negara
Ruang lingkup pengaturan hukum tata negara antara lain meliputi, bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan, corak pemerintahan, sistem pendelegasian kekuasaan negara, garis-garis besar tentang organisasi pelaksana, wilayah negara, hubungan antara rakyat dengan negara, cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan, dasar negara dan ciri-ciri lahir kepribadian negara termasuk lagu kebangsaan, bahasa nasional, lambang bendera dan lain sebagainya.Ruang lingkup hukum tata negara yang berkaitan dengan badan ketatanegaraan yang mempunyai kedudukan sebagai organisasi negara, yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MK, MA, meliputi, cara pembentukannya, susunan masing-masing badan, tugas dan wewenang masing-masing badan, cara kerja masing-masing badan, perhubungan kekuasaan antara badan, masa jabatan dan lain sebagainya.
Selain itu terdapat pula pengaturan mengenai kehidupan politik rakyat, yang meliputi jenis, penggolongan dan jumlah partai politik di dalam negara dan ketentuan yang mengaturnya, hubungan antara kekuatan politik dengan badan-badan ketatanegaraan, kekuatan politik dan pemilihan umum, arti dan kedudukan golongan kepentingan, arti kedudukan dan peranan golongan penekan, pencerminan pendapat, cara kerjasama antara kekuatan politk, dan lain sebagainya.
ADMINISTRASI NEGARA
A. Pengertian Hukum Administrasi Negara
1. Pengertian Hukum Pengertian Hukum menurut beberapa pakar, adalah sebagai berikut :1. Smith memberikan penjelasan bahwa Hukum seyogyanya dilihat sebagai:• Sebuah Jaringan (network) yang memiliki posisi atau kedudukan sederajat dengan disiplin lain. Karena itu hukum harus memilik kemampuan yang minimal setara dengan disiplin lain sehingga dapat menyelesaikan problem baik ke dalam maupun ke luar.• Wilayah yang bersifat terbuka dan peka, artinya hukum bukan semata-mata wilayah yang steril, namun sebuah wilayah yang bersifat multi dan inter disipliner. Sehingga perubahan yang terjadi dalam dunia ilmu harus bias dicerna oleh hukum, demikian pula sebaliknya.2. Para Sarjana Ilmu Sosial menganggap bahwa hukum sebagai suatu subsistem sosial budaya. Karena itu hukum dapat digambarkan dalam 3 (tiga) segi:• Ide dalam hal ini adalah hukum yang dapat diperoleh seseorang didalam keluarga, bangku sekolah, masyarakat dan dalam kehidupan bernegara.• Pelaku adalah setiap subyek hukum, baik perorangan maupun organisasi, badang hukum dll• Praktek adalah apa yang menjadi atau merupakan perbuatan nyata daripada para pelaku.
2. Pengertian Administrasi NegaraSetelah memahami tentang arti hukum, maka selanjutnya yang perlu dimengerti adalah pengertian dari administrasi negara. Administrasi berasal dari bahasa latin, Administrare, yang dapat diartikan: setiap penyusunan keterangan yang dilakukan secara tertulis dan sistematis dengan maksud mendapatkan sesuatu ikhtisar keterangan itu dalam keseluruhan dan dalam hubungannya satu dengan yang lain. Tidak semua himpunan catatan yang lepas dapat dijadikan administrasi.A. Administrasi dalam Pengertian Proses atau KegiatanSebagaimana dikemukakan oleh Sondang P. Siagian bahwa administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnyaB. Administrasi dalam Pengertian Tata Usaha• Menurut Munawardi Reksodiprawiro, bahwa dalam arti sempit administrasi berarti tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan sistematis serta penentuan fakta-
fakta secara tertulis, dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan fakta lainnya.• G. Kartasapoetra, mendefinisikan bahwa administrasi adalah suatu alat yang dapat dipakai menjamin kelancaran dan keberesan bagi setiap manusia untuk melakukan perhubungan, persetujuan dan perjanjian atau lain sebagainya antara sesama manusia dan/atau badan hukum yang dilakukan secara tertulis.• Harris Muda, administrasi adalah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis, surat menyurat dan mencatat (membukukan) setiap perubahan/kejadian yang terjadi di dalam organisasi itu.
PENGANTAR HUKUM INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NUR ROBI’AH HARAHAP
NPM: 7114010161
UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA
FAKULTAS HUKUM
T.A 2014-2015