PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU - Institutional...

60
PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1: STUDI KASUS KITAB SHALAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh Adnan Syafi’i NIM: 108024000005 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU - Institutional...

PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU

AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1:

STUDI KASUS KITAB SHALAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Adnan Syafi’i

NIM: 108024000005

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1/strata

2/strata 3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 19 Juni 2015

Adnan Syafi’i

PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU

AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1:

STUDI KASUS KITAB SHALAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Adnan Syafi’i

NIM: 108024000005

Pembimbing,

Drs. Ikhwan Azizi, MA.

NIP: 195708161994031001

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU

AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1: STUDI KASUS KITAB SHALAT

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada Jumat, 26 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi

Tarjamah.

Ciputat, 26 Juni 2015

Sidang Munaqasyah

TIM PENGUJI

Ketua Sidang,

Dr. M. Syarif Hidayatullah, M.Hum. ( )

NIP: 19791229 200501 1 004 Tgl.

Pembimbing,

Drs Ikhwan Azizi, MA. ( )

NIP: 195708161994031001 Tgl.

Penguji I,

Dr. Abdullah, M.Ag. ( )

NIP: 19610825 199303 1 002 Tgl.

Penguji II,

Dr. Darsita Suparno, M.Hum. ( )

NIP: 19610807 199303 2 001 Tgl.

Sekretaris Sidang,

Rizqi Handayani, MA. ( )

NIP: 19831108 200912 2 005 Tgl.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam

huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman yang tertuang dalam buku

Pedoman Akademik Program Strata 1 2013/2014 terbitan Biro Administrasi

Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ` ء

y ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN

a fathah

i kasrah

u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN

ي ai a dan i

و au a dan u

Adapun untuk vokal panjang (madd), Ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN

ا â a dengan topi di atas

ي î i dengan topi di atas

و û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf

dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf ال

qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata tidak ditulis ad-darûrah

melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti

kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat

contoh 3).

Contoh:

NO KATA ARAB ALIH AKSARA

tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû

Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau

cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring

maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya, ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak

‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi ‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-

kalimat dalam bahasa arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

KATA ARAB ALIH AKSARA

dzahab al-ustâdzu ذهب األستاذ

tsabata al-ajru ثبت األجر

al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية

asyhadu an lâ ilâha illa Allâh أشهد أن ال إله إ ال هللا

maulânâ mâlik al-sâlih موالنا ملك الصالح

yu`atstsirukum Allâh يؤثر كم هللا

al-mazâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية

al-âyât al-kauniyyah االيات الكونية

al-darûrah tubîh al-mahzûrât الضرورة تبيح المحظورات

ABSTRAK

Adnan Syafi’i

Penggunaan Tanda Baca dalam Buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1:

Studi Kasus Kitab Shalat

Kitab al-Muwaththa` banyak dipakai orang untuk pengkajian fikih di

pondok-pondok pesantren dan di tengah masyarakat. Selain itu, buku ini terutama

terjemahannya, juga dipakai oleh kalangan santri dan masyarakat muslim pada

umumnya. Terjemahan kitab al-Muwaththa` dalam bahasa Indonesia yang berjudul

Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 sangat berguna karena membantu para pengkaji

hadis dari kalangan pemula untuk memahami isi kitab al-Muwaththa`. Ditinjau dari

aspek sintaksis khususnya pada tataran kalimat, penggunaan tanda baca dalam

kalimat yang terdapat pada buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 menarik untuk

ditelaah.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan

tanda baca dalam kalimat yang ada di dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid

1. Studi kasus yang diangkat ialah salah satu bab yang bernama “Kitab Shalat”.

Menurut Chaer (2011), tanda baca ialah tanda-tanda yang digunakan di

dalam bahasa tulis sehingga kalimat-kalimat yang ditulis dapat dipahami pembaca

persis seperti yang dimaksudkan oleh si penulis. Dengan demikian, penggunaan

tanda baca yang tepat sesuai kaidah EYD bisa membantu pembaca memahami

maksud yang terkandung dalam bahasa tulis sama persis seperti yang dipahami si

penulis. Sebaliknya, penggunaan tanda baca yang menyimpang dari kaidah EYD

bisa menimbulkan ketidakakuratan dalam memahami maksud si penulis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.

Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dengan teknik

sadap dan catat. Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah penyimpangan dalam

penggunaan tanda baca. Sumber datanya ialah buku Al-Muwaththa` Imam Malik

Jilid 1 Kitab Shalat. Metode analisis yang digunakan ialah analisis isi dan metode

penyajian hasil analisisnya ialah informal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda baca yang digunakan secara

menyimpang dari kaidah EYD adalah sebagai berikut : (1) titik; (2) koma; (3) petik;

(4) petik tunggal; dan (5) seru.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT.

Berkat limpahan nikmat dan izin-Nya, penulis mampu menyelesaikan penelitian

skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW,

beserta keluarga dan para sahabatnya. Amin.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas

academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.

Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; P ro f . Dr. Sukron

Kamil, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Dr. Moch. Syarif

Hidayatullah, M.Hum., Ketua Program Studi Tarjamah; dan Rizqi Handayani,

MA., Sekretaris Program Studi Tarjamah

Terima Kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Drs. Ikhwan Azizi,

MA., yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi,

memberikan referensi serta memotivasi peneliti dalam proses penyusunan skripsi

ini.

Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Alm. Prof. Dr. Rofi’i, MA., Prof. Dr.

Ahmad Satori Ismail, MA., Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., Dr. Moch. Syarif

Hidayatullah, M.Hum., Dr. Akhmad Saekhudin, M.Ag., Dr. Abdullah, M.Ag., Dr.

Darsita Suparno, M.Hum., Dr. Tb. Ade Asnawi, MA., Drs. Ahmad Syatibi MA.,

Karlina Helmanita, M.Ag., dan nama-nama lainnya yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu—saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga—semoga ilmu yang

telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah.

Selain itu, terima kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Dr. Abdullah,

M.Ag., selaku Penguji 1 dan Ibu Dr. Darsita Suparno, M.Hum., selaku Penguji 2.

ii

Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan sehingga saya bisa memperbaiki

skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua peneliti, Ibunda Suryamah dan Ayahanda Abdul Hamid,

yang telah bersabar dan berjuang dalam membesarkan ananda hingga dewasa

seperti sekarang. Jika ada kebaikan yang terdapat pada diri ananda, itu semua berkat

pengajaran dari keduanya. Semoga amal baik mereka diterima di sisi Allah SWT

sebagai suatu amalan ibadah yang diridai-Nya. Amin.

Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada seluruh dosen yang

telah memberikan pengajarannya kepada saya. Terima kasih atas pengajaran yang

diberikan kepada saya. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal jariyah di

sisi-Nya. Amin.

Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada adik-adik saya—

Yeyen, Nurul, Haekal—lalu kepada istri tercinta, Nur Zannah dan buah hati

tersayang, Muhammad Saiful Ilmi. Terima kasih abi sampaikan karena kalian

begitu pengertian dan sangat mendukung abi untuk segera menyelesaikan kuliah

ini.

Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada teman-teman

seperjuangan: Gustar, Ibnu, Umar, Fajar, Sofa, Yani, dan Nine. Terima kasih karena

telah menjadi bagian hidup saya.

Ciputat, 19 Juni 2015

Peneliti

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kalimat ....................................................................................... 9

B. Pengertian dan Aturan Penggunaan Tanda Baca ....................................... 10

C. Fungsi Tanda Baca ..................................................................................... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi dan Metode Penelitian ............................................................ 15

B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 16

C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 17

D. Sumber Data ............................................................................................... 18

E. Fokus Penelitian ......................................................................................... 18

F. Metode Analisis Data ................................................................................. 18

G. Metode Penyajian Hasil Analisis ........................................................... 19

BAB IV ANALISIS DATA

iv

A. Pendahuluan ............................................................................................... 21

A.1 Data 1 : Hadis no. 144 ........................................................................... 21

A.2 Data 2 : Hadis no. 145 ............................................................................ 22

A.3 Data 3 : Hadis no. 146 ............................................................................ 24

A.4 Data 4 : Hadis no. 148 ............................................................................ 26

A.5 Data 5 : Atsar no. 153 ............................................................................. 28

A.6 Data 6 : Hadis Mauqûf no. 155 ............................................................... 30

A.7 Data 7 : Hadis Mursal no. 156 ............................................................... 31

A.8 Data 8 : Hadis no. 190 ............................................................................ 32

A.9 Data 9 : Hadis no. 191 ............................................................................ 34

A.10 Data 10 : Hadis no. 193 .......................................................................... 36

A.11 Data 11 : Hadis no. 218 .......................................................................... 37

A.12 Data 12 : Hadis no. 226 .......................................................................... 38

A.13 Data 13 : Hadis no. 252 .......................................................................... 40

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 42

B. Saran ........................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buku adalah sarana komunikasi antara penulis dengan pembaca. Agar

kalimat-kalimat yang ditulis bisa dipahami pembaca persis seperti yang dimaksud

penulis, si penulis harus menggunakan tanda baca yang tepat.1

Demikian pula halnya dengan buku terjemahan. Agar kalimat-kalimat yang

terkandung dalam bahasa sumber bisa dipahami oleh pembaca dalam bahasa

sasaran, penerjemah harus memakai tanda baca yang tepat dalam terjemahannya.

Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca akan menyebabkan pembaca salah

paham, kurang mengerti terhadap maksud yang ingin disampaikan, atau kurang

nyaman saat membaca.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganggap perlu untuk meneliti

penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik. Buku tersebut

adalah terjemahan dari kitab al-Muwatta` karya Mâlik bin Anas atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Imam Mâlik.

Al-Muwatta` adalah kitab yang berisi kumpulan hadis, pendapat para

sahabat, tabiin, tâbi’ al-tâbi’în serta fatwa-fatwa mereka yang dikumpulkan oleh

Imam Mâlik. Kitab ini sangat berkualitas sehingga mendapat pujian dari banyak

ulama, salah satunya Imam al-Syâfi’î yang pernah berkomentar sebagai berikut.

ث ر صوابا مينأ موطأي ماليكي بأني أنس ن الأعيلأمي أكأ رأضي كيتاب مي 2.ما في الأ

1 Lihat, Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. III (Jakarta: Rineke

Cipta, 2011), h. 71—72. 2 Abû Zakariyyâ Yahyâ bin Ibrâhîm al-Salmâsî, Manâzil al-A`immah al-Arba’ah Abî

Hanîfah wa Mâlik wa al-Syâfi’î wa Ahmad (T.tp: Maktabah al-Mâlik Fahd al-Wataniyyah, 2002),

h. 188.

2

“Di muka bumi ini tidak ada kitab ilmu yang paling banyak mengandung kebenaran

selain kitab al-Muwatta`.”

Berdasarkan reputasinya yang terkenal sebagai kitab bermutu tinggi, al-

Muwatta` banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa

Indonesia. Di antara buku terjemahan al-Muwatta` dalam bahasa Indonesia yang

sudah beredar di masyarakat adalah al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 yang

diterbitkan Pustaka Azzam pada 2006.

Berikut adalah salah satu contoh pemakaian tanda baca yang terdapat dalam

al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1:

ريي أن دأ ، عنأ أبي سعييد الأ هاب عنأ عطاءي بأني يزييد الليأثيي ، عنأ ابأني شي رسو الل ي وحدثني عنأ ماليك ثأل ما ي قو الأمؤذن »اهلل عليأ ي وسلم قا : صلى 3«إيذا سيعأتم النداء ف قولوا مي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin Yazid

Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”4

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis di atas :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin

S P O 1 K

Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan

muadzin.”

O2

3 Mâlik bin Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik (Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabî, 1985),

h. 67. 4 Mâlik bin Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1. Penerjemah Nur Alim, dkk (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2006), h. 90.

3

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis di atas

terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu

dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu

didahului koma.5

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin

Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan

muadzin.”

Contoh terjemahan lainnya yang terdapat dalam al-Muwaththa` Imam Mâlik

Jilid 1:

، ري بأني عبأدي الرحأني عنأ أبي صاليح السماني وحدثني عنأ ماليك ري أر أن عنأ سي موأل أبي بكأ عنأ أبي ، م مأ جيدو لوأ ي عألم الناس ما في النداءي والصف »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : و ي ا إيل أنأ الأ

تب قوا إيليأ ي، ولوأ ي عألمون م ريي لسأ جي ت هموا ولوأ ي عألمون ما في الت هأ تهيموا عليأ ي لسأ ي والصببأحي يسأ ا في الأعتموا 6«لت وأها ولوأ حب أ

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang

terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk

mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan

beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)

bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka

mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan

mendatanginya walaupun harus merangkak.”7

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

5 Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua. Cet. II (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 42. 6 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 7 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90—91.

4

S P O1 K

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui

O2

(besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak

memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi),

niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka

mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba.

Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan

Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis di atas

terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap

penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata dan dan kemudian tidak boleh

diletakkan di awal kalimat atau didahului titik karena keduanya merupakan

konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang

kedudukannya sederajat. 8

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang

terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk

mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan

beradu panah (mengundi). Seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)

8 Lihat, Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineke Cipta, 1993), h. 110.

5

bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Seandainya mereka

mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan

mendatanginya walaupun harus merangkak.”

Berdasarkan beberapa temuan di atas, penulis tertarik untuk meneliti

penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 melalui

sebuah penelitian skripsi berjudul “Penggunaan Tanda Baca dalam Buku Al-

Muwaththa` Imam Malik Jilid 1: Studi Kasus Kitab Shalat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Supaya pembahasan tidak meluas maka fokus penelitian skripsi ini dibatasi

hanya untuk menjawab sebuah permasalahan, yaitu penyimpangan penggunaan

tanda baca apa saja yang terdapat dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1

Kitab Shalat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut, yaitu mencari tahu penyimpangan penggunaan tanda baca apa saja yang

terjadi dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diarahkan pada dua kategori manfaat, yaitu: (1)

manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu linguistik serta dapat memberikan

sumbangan pikiran bagi pengembangan penerjemahan Arab-Indonesia.

2. Manfaat Praktis

6

Secara praktis penelitian ini dapat menumbuhkan minat para peneliti

untuk menemukan dan mengkaji lebih mendalam lagi tentang

penggunaan tanda baca dalam karya terjemahan. Diharapkan penelitian

ini bermanfaat untuk mengungkapkan sejumlah penyimpangan

penggunaan tanda baca yang kerap terjadi dalam karya terjemahan. Pada

akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap

pembaca yang berminat dalam bidang penerjemahan Arab-Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang penggunaan tanda baca sudah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Di antaranya adalah Rahmini (2013) yang meneliti tentang penggunaan

tanda baca pada kolom opini di surat kabar Batam Pos. Penelitian tersebut

dilatarbelakangi oleh fakta bahwa tanda baca mempengaruhi keberhasilan media

cetak dalam menyampaikan informasi kepada pembaca, tetapi pada kenyataannya

editor media cetak terkadang kurang memperhatikan penggunaan tanda baca.

Penelitian yang bersifat kualitatif dan menggunakan metode analisis isi itu berhasil

menemukan bahwa terdapat kesalahan penggunaan tanda baca titik dan koma

dalam kolom opini di surat kabar Batam Pos.9

Melslita (2011) meneliti tentang pemakaian huruf kapital dan tanda baca

pada surat Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar. Penelitian

tersebut dilatarbelakangi oleh hasil temuan yang menunjukkan bahwa masih terjadi

kesalahan pemakaian huruf kapital dan tanda baca dalam surat-surat resmi di

Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar. Namun, hasil penelitian

9 Penelitian tersebut berjudul Analisis Penggunaan Tanda Baca pada Kolom Opini di Surat

Kabar Batam Pos (2013) oleh Fitri Rahmini, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

7

ternyata menunjukkan bahwa pemakaian huruf kapital dan tanda baca dalam surat-

surat resmi di Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar berkategori

baik.10

Adapun penelitian ini berbeda dari yang dilakukan pada kedua penelitian di

atas, yaitu dari segi objek penelitian. Jika objek penelitian Rahmani adalah

penggunaan tanda baca pada kolom opini di surat kabar Batam Pos dan objek

penelitian Melslita adalah pemakaian huruf kapital dan tanda baca pada surat

Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar maka objek penelitian

yang peneliti pilih ialah penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam

Malik Jilid 1.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab:

1. Bab I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

2. Bab II Landasan Teori, berisi uraian mengenai teori-teori seputar

penggunaan tanda baca.

3. Bab III Metodologi Penelitian, berisi uraian mengenai metode penelitian,

metode pengumpulan data, teknik pengambilan data, sumber data, dan fokus

penelitian.

4. Bab IV Analisis Data, berisi analisis peneliti terhadap data yang telah

dikumpulkan menggunakan teori-teori seputar penggunaan tanda baca.

10 Penelitian tersebut merupakan skripsi S1 berjudul Analisis Pemakaian Huruf Kapital dan

Tanda Baca pada Surat Dinas Kantor Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar (2011) oleh

Melslita, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

8

5. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dari pembahasan seluruh bab dalam

penelitian ini disertai saran-saran.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kalimat

Menurut Chaer (2011), kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu

“pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Lengkap, berarti di dalam satuan bahasa

yang disebut kalimat itu terdapat:

(1) Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut

dengan istilah subjek (S). Misalnya kata saya dalam kalimat “Saya

menyusun skripsi”.

(2) Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek, yang lazim

disebut dengan istilah predikat (P). Misalnya kata menyusun dalam

kalimat “Saya menyusun skripsi”.

(3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim

disebut dengan istilah objek (O). Misalnya kata skripsi dalam kalimat

“Saya menyusun skripsi”.

(4) Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap

predikat dan subjek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K).

Misalnya frase pada tahun ini dalam kalimat “Saya menyusun skripsi

pada tahun ini”.

Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap

kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau

tidaknya objek di dalam sebuah kalimat tergantung pada jenis kata yang menjadi

predikat; kalau predikatnya berupa kata kerja transitif maka tentu objek itu akan

10

ada. Namun, kalau predikatnya bukan kata kerja transitif maka objek itu tidak akan

ada.

Kalau unsur objek dan unsur keterangan tidak ada di dalam sebuah kalimat

maka kalimat itu masih tetap dianggap kalimat yang sempurna; tetapi kalau unsur

subjek atau unsur predikatnya yang tidak ada maka kalimat tersebut dianggap

sebagai kalimat yang tidak sempurna.11

Selain unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan setiap kalimat yang

tertulis harus pula dilengkapi dengan unsur tanda baca. Keberadaan tanda baca

dalam tulisan berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud

yang ingin disampaikan dalam bahasa tulis.12

B. Pengertian dan Aturan Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis

sehingga kalimat-kalimat yang ditulis dapat dipahami pembaca persis seperti yang

dimaksudkan oleh si penulis.13 Berikut aturan penggunaan tanda baca menurut

“Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.

B.1 Titik

Tanda baca titik (.) digunakan:

(1) pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya.

Contoh:

Saudara Adnan Syafi’i lulus kuliah S1 Jurusan Tarjamah

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 2015 dengan menyandang predikat cumlaude.

11 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 327—328. 12 Ibid, h. 71—72. 13 Ibid.

11

B.2 Koma

Tanda koma (,) digunakan:

(1) di antara unsur-unsur dalam suatu pemerian atau pembilangan,

Contoh:

Adik membawa piring, gelas, dan teko.

(2) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang

dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan

seperti tetapi dan sedangkan.

Contoh:

Saya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga karyawan.

(3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat

itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

Kalau dia menikah, saya juga akan menikah.

Kalau anak kalimat tidak mendahului induk kalimat maka koma tidak

dipakai.

Contoh:

Dia lupa akan skripsinya karena terlalu sibuk.

(4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat

pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, dan

sebagainya.

Contoh:

Jadi, menyelesaikan skripsi tidaklah semudah itu.

12

(5) di belakang kata-kata seru, seperti O, ya, wah, aduh, kasihan yang

terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Aduh, mengapa skripsi saya harus direvisi?

(6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh:

Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi!”

Kalau petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru,

dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu maka koma tidak

digunakan.

Contoh:

“Cepat selesaikan revisi skripsi!” perintah dosen itu.

(7) untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.

Contoh:

Di kampus saya, menulis skripsi itu, sungguh sulit.

(8) untuk dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat

untuk menghindari salah baca.

Contoh:

Atas bantuan Anda, saya mengucapkan terima kasih.

B.3 Tanda Seru

Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang

berupa seruan atau perintah, atau menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau

rasa emosi yang kuat.

Contoh:

13

Alangkah bagusnya skripsi itu!

B.4 Tanda Kurung

Tanda kurung digunakan:

(1) untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh:

Masyarakat membenci DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

(2) untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral

pokok pembicaraan.

Contoh:

Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa

Timur) mengikuti kedua orang tuanya.

B.5 Tanda Petik

Tanda petik (“...”) digunakan:

(1) untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi.”

(2) untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang

mempunyai arti khusus.

Contoh:

Pada hari Jumat, ia berangkat ke masjid dengan memakai baju

bernama “Koko”.

B.6 Tanda Petik Tunggal

Tanda petik tunggal (‘...’) dipakai:

14

(1) untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

Contoh:

Tanya Basri, “Kau dengarkah bunyi ‘kring-kring’ tadi?”14

C. Fungsi Tanda Baca

Menurut Chaer (2011), fungsi tanda baca adalah agar kalimat-kalimat yang

kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan.15 Adapun

menurut Santoso (1990), tanda baca berperan besar dalam menentukan makna

kalimat.16 Karena itu, penyimpangan dalam pemakaian tanda baca bisa

mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si penulis. Berdasarkan

penjelasan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi tanda baca adalah

sebagai berikut.

1. Untuk menentukan makna kalimat. Keliru dalam menggunakan tanda

baca bisa mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si

penulis.

2. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud tulisan persis

seperti yang dimaksudkan oleh penulis.

14 Penjelasan tentang penggunaan tanda baca dalam Bab II peneliti susun buku Tata Bahasa

Praktis Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer. 15 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 71—72. 16 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis Bahasa

Baku (Jakarta: Rineke Cipta, 1990), h. 128.

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi dan Metode Penelitian

Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.

Adapun metode itu sendiri adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.17 Karena

fungsinya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka metode

harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, mulai dari

pengumpulan data, analisis data, hingga penarikan kesimpulan.

Hirarki metodologi terbagi ke dalam tiga bagian :

17 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Cet. II (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 1.

Metodologi

Paradigma

Sintaksis

Metode

Pengumpulan Data

Simak

Teknik

Pengambilan Data

Sadap

Catat Frase Klausa Kalimat

16

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Yang dimaksud dengan

metodologi kualitatif dalam penelitian ini merujuk kepada apa yang didefinisikan

Djajasudarma (2006).

Metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur yang

menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat

bahasa.18

Karena hasil dari penggunaan metodologi kualitatif adalah data deskriptif

maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud

dengan metode penelitian deskriptif di sini juga merujuk kepada apa yang

didefinisikan Djajasudarma (2006).

Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan

membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan

fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai

pencarian data dengan interpretasi yang tepat. Di dalam penelitian bahasa,

metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian

kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data, serta menggambarkan data

secara ilmiah.19

B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode

simak. Disebut metode simak karena memang berupa penyimakan, dilakukan

dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.20

Yang patut diperhatikan, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan

dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara

tulisan.

18 Ibid, h. 10—11. 19 Ibid, h. 9. 20 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), h. 2; Mahsun, Metode Penelitian Bahasa:

Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 132.

17

Metode simak memiliki teknik dasar berupa teknik sadap.21 Disebut sadap

karena teknik ini melakukan penyadapan penggunaan bahasa (lisan atau tulisan)

seseorang atau sekelompok orang yang menjadi informan.

Penyadapan penggunaan bahasa secara lisan dilakukan jika peneliti

menghadapi objek penelitian berupa penggunaan bahasa secara lisan. Adapun

penyadapan penggunaan bahasa secara tulisan dilakukan jika peneliti menghadapi

objek penelitian berupa teks seperti yang terdapat dalam buku, naskah-naskah kuno,

naskah pidato, tulisan-tulisan yang terdapat pada media cetak (koran, majalah), dan

lain sebagainya.22

Dalam usaha penyadapan penggunaan bahasa tulis pada penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik catat. Yang dimaksud dengan teknik catat ialah

mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa

secara tertulis. 23

Dalam praktiknya, peneliti melakukan penyadapan terhadap penggunaan

bahasa dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat dan mencatat

beberapa terjemahan yang relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian

ini, yaitu penggunaan tanda baca.

C. Subjek Penelitian

Menurut Suandi (2008), subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang

tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian.24 Dalam

21 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data, h. 2;

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92. 22 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92—

93. 23 Ibid, h. 133. 24 I Nengah Suandi, Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa (Bali: Universitas

Pendidikan Ganesha, 2008), h. 36.

18

penelitian ini, subjek penelitian ialah penyimpangan penggunaan tanda baca yang

terdapat dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data ialah tempat di mana data dapat

diperoleh atau dalam kata lain tempat di mana data menempel. Pada penelitian ini,

sumber datanya adalah buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat yang

terdiri dari hadis-hadis tentang salat yang keseluruhannya berjumlah 371

terjemahan hadis. Sejauh pengamatan peneliti, dari populasi yang berjumlah 371

terjemahan hadis terdapat 15 terjemahan hadis yang mengandung penyimpangan

penggunaan tanda baca.

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini terbatas pada penyimpangan penggunaan tanda baca

dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.

F. Metode Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan atau penyediaan data dengan

menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan catat, selanjutnya peneliti

melakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan.

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata. Karena itu, ia termasuk jenis

data kualitatif.25 Untuk menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan analisis

kualitatif. Analisis kualitatif memiliki paradigma metodologis induktif, yaitu

paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus ke umum.26 Adapun metode yang

25 Ibid, h. 254. 26 Ibid, h. 256.

19

peneliti gunakan dalam analisis kualitatif ini ialah metode analisis isi (content

analysis).

G. Metode Penyajian Hasil Analisis

Ada dua metode dalam penyajian hasil, yaitu informal dan formal. Metode

penyajian informal berupa penyajian dengan perumusan kata-kata biasa, sedangkan

metode penyajian formal adalah penyajian dengan menggunakan tanda-tanda dan

lambang-lambang.27 Dalam penelitian ini, penyajian hasil analisis dilakukan

dengan menggunakan metode informal.

27 Lihat, ibid, h. 305.

20

Metodologi

Penelitian

Metodologi

Kualitatif

Sumber

Data

Al-Muwaththa`Imam

Malik Jilid 1 Kitab Shalat

Metode

Penyediaan

Data

Metode simak dengan

teknik dasar berupa teknik

sadap dan teknik lanjutan

berupa teknik catat

Data

Penelitian

Terjemahan dalam buku

Al-Muwaththa`Imam

Malik Jilid 1 Kitab Shalat

Metode

Analisis

Data

Analisis

Isi

Paradigma Sintaksis

Frase Klausa Kalimat

Menganalisis terjemahan

dalam buku Al-

Muwaththa`Imam Malik

Jilid 1 Kitab Shalat dari

sisi penggunaan tanda baca

Metode Penyajian

Hasil Analisis

Metode

Informal

21

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Pendahuluan

Dalam bab ini terdapat 13 data berupa terjemahan hadis yang kesemuanya

mengandung penyimpangan dalam penggunaan tanda baca. Untuk mengetahui

penyimpangan penggunaan tanda baca dalam data-data tersebut, data-data yang

peneliti temukan dicermati dengan menggunakan kaidah-kaidah yang tertuang

dalam pedoman “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (EYD) dan konsep

kalimat menurut Chaer.

A.1 Data 1 : Hadis no. 144

ريي أن دأ ، عنأ أبي سعييد الأ هاب عنأ عطاءي بأني يزييد الليأثيي ، عنأ ابأني شي رسو الل ي وحدثني عنأ ماليك ثأل ما ي قو الأمؤذن إيذا سيعأتم »صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : 28«النداء ف قولوا مي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin Yazid Al

Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”29

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 144 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin

S P O 1 K

Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW

O2

bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang

diucapkan muadzin.”

28 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 67. 29 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90.

22

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 144

terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu

dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu

didahului koma.30

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin

Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan

muadzin.”

A.2 Data 2 : Hadis no. 145

ري بأني عبأدي الرحأني عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ ري أر أن وحدثني عنأ ماليك ، م مأ جيدوا إيل أنأ لوأ ي عألم الناس ما في النداءي والصف »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : و ي الأ

تب قوا إيليأ ي، ول ريي لسأ جي ت هموا ولوأ ي عألمون ما في الت هأ تهيموا عليأ ي لسأ ي والصببأحي وأ يسأ ي عألمون ما في الأعتموا .31«لت وأها ولوأ حب أ

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang

terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk

mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan

beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)

bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka

mengetahui (besarnya pahala shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan

mendatanginya walaupun harus merangkak.”32

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

S P O1 K

30 Ibid, h. 42. 31 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 32 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90—91.

23

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui

O2

(besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak

memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi),

niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka

mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba.

Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan

Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 145

terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap

penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata dan dan kemudian tidak boleh

diletakkan di awal kalimat atau didahului titik karena keduanya merupakan

konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang

kedudukannya sederajat. 33

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin

Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang

terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk

mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan

beradu panah (mengundi). Seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)

bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Seandainya mereka

33 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110.

24

mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan

mendatanginya walaupun harus merangkak.”

A.3 Data 3 : Hadis no. 146

، حاق بأني ع وحدثني عنأ ماليك بأدي الل ي أن هما عني الأعلءي بأني عبأدي الرحأني بأني ي عأقوب، عنأ أبيي ي، وإيسأري أر ي قو : قا رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم: عا أبا ب راه، أن هما سي ا ف إيذا ث وب بيالصلي أخأ ل تأأتو

تمأ فصلبوا وما فاتكمأ فأتيبوا. فإين فما أدأركأ ا وعليأكم السكيين ن وأأتو عوأ حدكمأ في صل ما أ وأن أتمأ تسأد إيل الصلي. 34كان ي عأمي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin Ya’qub,

dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya memberitahukan

kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW

bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian

berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang. Shalatlah pada

raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena

salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat selama ia menuju

shalat.”35

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 146 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin

S P O1 K

Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya

memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,

“Rasulullah SAW bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka

janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang.

Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang

tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat

selama ia menuju shalat.”

O2

34 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 35 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 92.

25

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 146

terletak pada O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang

mendahului kata tetapi dalam kalimat “Tetapi datangilah shalat dengan tenang”.

Penggunaan titik sebelum kata tetapi merupakan penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata tetapi merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga ia tidak

boleh didahului titik,36 melainkan harus didahului koma.37

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada

bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik untuk mengapit petikan

yang terdapat di dalam petikan lain, “Apabila iqamah untuk shalat

dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah

shalat dengan tenang. Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan

sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian

berada dalam keadaan shalat selama ia menuju shalat.” Menggunakan tanda petik

untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain merupakan

penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca untuk petikan dalam

petikan lain ialah tanda petik tunggal, bukan tanda petik.38

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada

bagian tersebut terdapat dua kalimat perintah39 yang berbunyi, “Tetapi datangilah

shalat dengan tenang” dan “Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan

sempurnakan raka’at yang tertinggal.” Kedua kalimat perintah tersebut diakhiri

36 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 144; Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa

Indonesia, h. 144. 37 Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 38 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 39 Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi berupa

tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa

Indonesia, h. 356.

26

oleh titik. Hal itu dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda titik

tidak digunakan untuk kalimat perintah40; tanda baca yang tepat untuk kalimat

perintah ialah tanda seru.41

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin

Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya

memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka

janganlah kalian berjalan dengan cepat, tetapi datangilah shalat dengan tenang!

Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang

tertinggal! Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat

selama ia menuju shalat’.”

A.4 Data 4 : Hadis no. 148

ري أر، أن رسو الل ي صلى اهلل عأرجي عنأ أبي ، عنأ أبي الزنادي، عني الأ ليأ ي وسلم ع وحدثني عنأ ماليك ب ر قا : ي الإيذا نوديي ليلصلي أدأ مع النداء فإيذا قضي نداء أق أبل حت إيذا الشيأطان ل ضراط حت ل يسأ

الأمرأءي ون فأسي ي ي ي التثأوييب أق أبل حت يأطر ب يأ ب ر حت إيذا قضي ا اذأكرأ ث وب بيالصلي أدأ قو اذأكرأ كا ريي كمأ صلى. ك أكر حت يظل الرجل إينأ يدأ 42ليما مأ يكنأ ي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj, dari Abu

Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan

syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak mendengar adzan

dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika iqamah mereka lari

dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka dapat membisiki hati

seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah itu.” Padahal

perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu sudah

berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”43

40 Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 72—75. 41 Ibid, h. 81. 42 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 69. 43 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 93.

27

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 148 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj,

S P O1 K

dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan

dikumandangkan syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak

mendengar adzan dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika

iqamah mereka lari dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka

dapat membisiki hati seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah

itu.” Padahal perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak

tahu sudah berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 148

terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang

mendahului kata kemudian. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena kata

kemudian merupakan konjungsi koordinatif yang berfungsi menghubungkan dua

konstituen atau lebih yang kedudukannya sederajat sehingga letaknya tidak

mungkin berada di awal kalimat atau didahului titik.44

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2.

Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik (“...”) untuk mengapit

kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena

kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu” merupakan petikan dalam petikan lain sehingga

tanda baca yang seharusnya digunakan ialah tanda petik tunggal, bukan tanda

petik.45

44 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110. 45 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.

28

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2

Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda titik untuk mengapit kalimat

perintah “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena

menurut kaidah EYD, kalimat perintah seharusnya diakhiri tanda seru.46

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj, dari

Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan

syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak mendengar adzan

dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Ketika iqamah mereka lari dan

kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka dapat membisiki hati

seseorang. Syetan berkata kepadanya, ‘Ingatlah ini, ingatlah itu!’ Padahal perkara

tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu sudah berapa

raka’at shalat yang ia lakukan.”

A.5 Data 5 : Atsar no. 153

ذاتي ب ل ، أن عبأد الل ي بأن عمر أذن بيالصلي في لي أ ، ف قا : حدثني يأي، عنأ ماليك عنأ نافيع رأد ورييح ذات ب رأد و أل ل ، م قا : إين رسو الل ي كان يأأمر الأمؤذن، إيذا كانتأ لي أ مطر ، ي قو : صلبوا في الرحا ي

) 47.)أل صلبوا في الرحا ي

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’ bahwa pada suatu malam

yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan. Dalam adzannya ia

mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah).” Kemudian ia

mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzdzin pada

malam yang dingin dan turun hujan untuk mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal

(Shalatlah kalian di rumah).’”48

Analisis kalimat dalam terjemahan atsar nomor 153 :

46 Lihat, ibid, h. 81; 356—358. 47 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 73. 48 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 97.

29

(1) Kalimat Pertama :

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’ bahwa

S P O1 K

pada suatu malam yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan.

O2

(2) Kalimat Kedua :

Dalam adzannya ia mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di

K S P O

rumah).”

(3) Kalimat Ketiga :

Kemudian ia mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah

S P O

menyuruh muadzdzin pada malam yang dingin dan turun hujan untuk

mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah).’”

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam atsar nomor 153 terletak pada

tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari

Nafi’...” pada kalimat (1). Hal tersebut merupakan penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, tanda baca koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.49

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada penggunaan

titik yang mendahului kata kemudian pada awal kalimat (3). Hal tersebut dianggap

penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata kemudian merupakan konjungsi

koordinatif yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang

49 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.

30

kedudukannya sederajat sehingga letaknya tidak mungkin berada di awal kalimat

atau didahului titik.50

Perbaikan

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’, bahwa pada suatu

malam yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan. Dalam adzannya ia

mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah),” kemudian ia

mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzdzin pada

malam yang dingin dan turun hujan untuk mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal

(Shalatlah kalian di rumah).’”

A.6 Data 6 : Hadis Mauqûf no. 155

شامي بأني عرأو، أن أباه قا ل : ي ، عنأ ئأت أنأ إيذا ك »وحدثني يأي، عنأ ماليك نأت في سفر ، فإينأ شيئأت فأقيمأ ول ت ؤذنأ 51.«ت ؤذن وتقييم ف علأت، وإينأ شي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa ayahnya

berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau ingin adzan

dan iqamah, maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja dan tidak

adzan.”52

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 155 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa

S P O1 K

ayahnya berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau

ingin adzan dan iqamah, maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja

dan tidak adzan.”

O2

50 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110. 51 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 73. 52 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 98.

31

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 155

terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada bagian O2.

Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.53

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa

ayahnya berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau

ingin adzan dan iqamah maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja

dan tidak adzan.”

A.7 Data 7 : Hadis Mursal no. 156

: منأ صلى بيأرأضي فل ، سعييد ، عنأ سعييدي بأني الأمسيبي أن كان ي قو ماليك عنأ يأي بأني وحدثني عن الي ي ملك. فإينأ أذن وأقام الصل أوأ أقام، صلى وراءه مين ثا ا صلى عنأ يييني ي ملك وعنأ شي ي أمأ لأملئيك

. 54الأيبا ي

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin Al

Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang, maka para

malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah, maka para

malaikat yang shalat dibelakangnya seperti gunung.”55

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis mursal nomor 156 :

53 Ibid, h. 41—42. 54 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 74. 55 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 98—99.

32

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin

S P O1 K

Al Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang, maka para

malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah, maka para

malaikat yang shalat dibelakangnya seperti gunung.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis mursal

nomor 156 terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada

bagian O2. Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan

karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.56

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin

Al Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang maka para

malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah maka para

malaikat yang shalat di belakangnya seperti gunung.”

A.8 Data 8 : Hadis no. 190

بأني عبأ حدثني يأي، ، عنأ سعييدي بأني الأمسيبي وأبي سلم هاب ، عنأ ابأني شي دي الرحأني أن هما عنأ ماليك ري أر، أن رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : ب راه عنأ أبي مام فأمنوا، فإين »أخأ منأ وافق إيذا أمن الأي

ي غفير ل ما ت قدم مينأ ذنأبي ي ين تأأميي الأملئيك هاب وك «تأأمي ان رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي ، قا ابأن شي 57.«آميي »وسلم ي قو :

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al

Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah memberitahukan

kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam

mengucapkan amin maka ucapkanlah amin. Karena, barangsiapa yang ucapan

56 Ibid, h. 41—42. 57 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 87.

33

aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu

diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah SAW pun mengucapkan amin.”58

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 190 :

(1) Kalimat Pertama :

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin

S P O1 K

Al Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah

memberitahukan kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila Imam mengucapkan amin maka ucapkanlah amin. Karena, barangsiapa

yang ucapan aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka dosa-dosanya

yang telah lalu diampuni.”

O2

(2) Kalimat Kedua :

Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah SAW pun mengucapkan amin.”

S P O

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 190

terletak pada tidak digunakannya tanda petik tunggal untuk mengapit kata amin

yang merupakan petikan dalam petikan lain yang terdapat dalam kalimat (1) dan

kalimat (2). Hal tersebut dianggap penyimpangan karena berdasarkan kaidah EYD,

petikan yang terdapat di dalam petikan lain harus diapit oleh tanda petik tunggal.59

Perbaikan

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin

Al Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah

58 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 118. 59 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.

34

memberitahukan kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila Imam mengucapkan ‘amin’ maka ucapkanlah ‘amin’. Karena,

barangsiapa yang ucapan aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka

dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah

SAW pun mengucapkan ‘amin’.”

A.9 Data 9 : Hadis no. 191

ري أر، أن رس ر ، عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ و الل ي وحدثني عنأ ماليك مام [ 7الي االفاةح: }غريأي الأمغأضوبي عليأهيمأ، ول الض صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : " إيذا قا الأي

م مينأ ذنأبي ي " ي غفير ل ما ت قد 60.ف قولوا: آميي، فإين منأ وافق ق وأل ق وأ الأملئيك

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari Shalih

As-Samman, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila imam

mengucapkan ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin, maka ucapkanlah

aamiin. Karena, barangsiapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan

aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”61

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 191 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari

S P O1 K

Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah bahwa

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila imam mengucapkan ghairil maghdhuubi

‘alaihim waladhdhaalliin, maka ucapkanlah aamiin. Karena, barangsiapa yang

ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan aminnya malaikat maka dosa-dosanya

yang telah lalu diampuni.”

O2

60 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 87. 61 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 119.

35

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam hadis nomor 191 terletak pada

tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari Sumai

budak Abu Bakar, dari Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah...”. Hal tersebut

merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca koma

digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.62

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 191

terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada bagian O2.

Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.63

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada tidak

digunakannya tanda petik tunggal untuk mengapit ghairil maghdhuubi ‘alaihim

waladhdhaalliin dan aamin yang terdapat pada bagian O2. Hal tersebut dianggap

penyimpangan karena ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin dan aamin di

situ merupakan petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Menurut kaidah EYD,

petikan yang terdapat di dalam petikan lain harus diapit oleh tanda petik tunggal.64

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari

Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

imam mengucapkan ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’, maka

ucapkanlah ‘aamiin’. Karena, barangsiapa yang ucapan aminnya bersamaan

dengan ucapan aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”

62 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 63 Ibid, h. 41—42. 64 Ibid, h. 83.

36

A.10 Data 10 : Hadis no. 193

ري أر، أن رس ر ، عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ و الل ي وحدثني عنأ ماليك ده، ف قولوا: الل صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : " إيذا قا ع الل ليمنأ حي مام: سي د، فإين الأي مأ أ هم رب نا لك ا

م مينأ ذنأبي ي " ي غفير ل ما ت قد ل ق وأ الأملئيك 65.منأ وافق ق وأ

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari Abu

Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan

Sami’allahu liman hamidah, maka ucapkanlah Allahumma Rabbanaa lakal

hamdu. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat

maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”66

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 193 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari

S P O1 K

Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan

Sami’allahuliman hamidah, maka ucapkanlah Allahumma Rabbanaa lakal

hamdu. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat

maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 193

terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut tidak ada tanda petik tunggal untuk

mengapit Sami’allahu liman hamidah dan Allahumma Rabbanaa lakal hamdu. Hal

tersebut dianggap penyimpangan karena menyimpang dari kaidah EYD yang

mengharuskan penggunaan tanda petik tunggal untuk mengapit petikan yang

terdapat di dalam petikan lain.67

65 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 88. 66 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 119—120. 67 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.

37

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terdapat pada bagian

O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan koma yang

mendahului kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.68

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari

Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan

‘Sami’allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah ‘Allahumma Rabbanaa lakal

hamdu’. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan

malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”

A.11 Data 11 : Hadis no. 218

هاب عنأ ، عني ابأني شي بأني عبأدي الرحأني بأني حدثني يأي، عنأ ماليك ري أر أن أبي سلم عوأف عنأ أبي يأطان، ف لبس عليأ ي. حت إين أحدكمأ إيذا قام يصلي، جاءه الش »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا :

ريي كمأ صلى؟ فإيذا و جاليس ل يدأ ي و دت يأ جدأ سجأ 69.«وجد ذليك أحدكمأ، ف لأيسأ

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah bin

Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan

mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa

raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami

kejadian ini, maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”70

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 218 :

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu

S P O K

68 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 69 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 100. 70 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 137.

38

Salamah bin Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan

mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa

raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami

kejadian ini, maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 218

terletak pada bagian O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan

koma sebelum kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.71

Perbaikan

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu

Salamah bin Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan

mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa

raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami

kejadian ini maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”

A.12 Data 12 : Hadis no. 226

ري أر أن رسو الل ي صلى ا ، عنأ أبي عأرجي ، عنأ أبي الزنادي عني الأ هلل عليأ ي وسلم حدثني يأي، عنأ ماليك ي ف قدأ لغوأت »قا : مع مام يأطب ي وأم الأ بيك أنأصيتأ والأي 72.«إيذا ق لأت ليصاحي

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al A’raj, dari

Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau berkata kepada

temanmu, ‘diamlah’, pada saat khatib sedang berkhutbah, maka engkau telah

berbuat sia-sia.”73

71 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 72 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 103. 73 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 141.

39

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 226 :

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari

S P O1 K

Al A’raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau

berkata kepada temanmu, ‘diamlah’, pada saat khatib sedang berkhutbah, maka

engkau telah berbuat sia-sia.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam hadis nomor 226 terletak pada

tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari Abu

Az-Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah...” pada bagian K. Hal tersebut

merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca koma

digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.74

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2.

Penyimpangan yang dimaksud berupa tidak digunakannya tanda seru pada akhir

kalimat elips75 ‘diamlah’. Kalimat elips tersebut merupakan kalimat perintah—

yang berdasarkan kaidah EYD—harus diberikan tanda seru pada akhir kalimat

tersebut.76

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terdapat pada bagian

O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan koma sebelum kata

74 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 75 Kalimat elips adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa yang tidak lengkap.

Klausa dalam kalimat elips ini mungkin tidak bersubjek, mungkin tidak berpredikat, dan mungkin

juga tidak mempunyai subjek dan predikat; yang ada hanya keterangan saja. Kalimat elips ini bisa

terjadi kalau situasi atau konteks pertuturan itu secara keseluruhan sudah diketahui oleh orang-orang

yang terlibat dalam pertuturan itu. Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 349. 76 Lihat, ibid, h. 81.

40

maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata

maka tidak perlu didahului koma.77

Perbaikan

Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al

A’raj, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau

berkata kepada temanmu, ‘diamlah!’ pada saat khatib sedang berkhutbah maka

engkau telah berbuat sia-sia.”

A.13 Data 13 : Hadis no. 252

، صلى اهلل ع وحدثني عنأ ماليك زوأجي النبي شامي بأني عرأو عنأ أبيي ي، عنأ عائيش ي ليأ ي وسلم، أن عنأ ب عنأ الن وأم، إيذا ن عس أحدكمأ في صلتي ي، ف لأي رأ »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : أ قدأ حت ي

س ف ت غأفير ف يسب ن فأ ب يسأ أ ريي لعل ي و ناعيس، ل يدأ 78.«إين أحدكمأ إيذا صلى و

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari

Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang

diantara kalian mengantuk dalam shalat, maka hendaknya ia tidur hingga rasa

kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat dalam keadaan

ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun kepada Allah tetapi

ia malah mencela dirinya sendiri.”79

Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 252 :

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari

S P O1 K

ayahnya, dari Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

salah seorang diantara kalian mengantuk dalam shalat, maka hendaknya ia tidur

hingga rasa kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat

77 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 78 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 118. 79 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 160.

41

dalam keadaan ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun

kepada Allah tetapi ia malah mencela dirinya sendiri.”

O2

Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 252

terletak pada bagian O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan

koma sebelum kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut

kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.80

Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terlihat pada tidak adanya

tanda koma sebelum kata tetapi yang terdapat pada bagian O2 Hal itu dianggap

penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata tetapi termasuk ke dalam

kelompok kata yang harus didahului koma.81

Perbaikan

Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari

ayahnya, dari Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

salah seorang diantara kalian mengantuk dalam shalat maka hendaknya ia tidur

hingga rasa kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat

dalam keadaan ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun

kepada Allah, tetapi ia malah mencela dirinya sendiri.”

80 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 81 Lihat, ibid, h. 41.

42

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,

peneliti menemukan bahwa tanda baca yang digunakan secara menyimpang dari

kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dalam buku Al-

Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat adalah sebagai berikut:

1. Tanda titik (.)

Penyimpangan dalam penggunaan tanda titik terjadi karena penerjemah

meletakkan titik sebelum konjungsi intrakalimat, seperti tetapi dan

kemudian. Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca titik terjadi

sebanyak enam kali dan terdapat dalam terjemahan hadis nomor 145, 146,

148, dan 153.

2. Tanda koma (,)

Penyimpangan dalam penggunaan tanda koma terjadi karena penerjemah

meletakkan koma sebelum kata-kata yang tidak perlu didahului koma,

seperti kata maka, juga tidak menggunakan koma sebelum kata-kata yang

seharusnya didahului koma, seperti kata tetapi, serta tidak menggunakan

koma untuk mengapit keterangan tambahan dalam kalimat. Penyimpangan

dalam penggunaan tanda baca koma terjadi sebanyak dua belas kali dan

terdapat dalam terjemahan hadis nomor 144, 153, 155, 156, 191, 193, 218,

226, dan 252.

3. Tanda petik (“...”)

43

Penyimpangan dalam penggunaan tanda petik terjadi karena penerjemah

meletakkan tanda petik pada petikan dalam petikan lain. Penyimpangan

dalam penggunaan tanda baca petik terjadi sebanyak dua kali dan terdapat

dalam terjemahan hadis nomor 146 dan 148.

4. Tanda petik tunggal (‘...’)

Penyimpangan dalam penggunaan tanda petik tunggal terjadi karena

penerjemah tidak meletakkan tanda petik tunggal pada bagian yang

seharusnya diapit oleh tanda baca tersebut. Penyimpangan dalam

penggunaan tanda baca petik tunggal terjadi sebanyak tujuh kali dan

terdapat dalam terjemahan hadis nomor 190, 191, dan 193.

5. Tanda seru (!)

Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca seru terjadi karena

penerjemah tidak meletakkannya pada akhir kalimat perintah.

Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca seru terjadi sebanyak tiga kali

dan terdapat dalam terjemahan hadis nomor 146 dan 226.

NO TANDA

BACA

KUANTITAS

PENYIMPANGAN

LOKASI

PENYIMPANGAN

1 (.) 6 Hadis nomor 145, 146, 148, 153

2 (,) 12 Hadis nomor 144, 153, 155, 156,

191, 193, 218, 226, 252

3 (“...”) 2 Hadis nomor 146, 148

4 (‘...’) 7 Hadis nomor 190, 191, 193

5 (!) 3 Hadis nomor 148 dan 226

44

B. Saran

Setelah melakukan penelitian yang meliputi pengumpulan data, analisis

data, dan memberikan kesimpulan, selanjutnya peneliti ingin memberikan saran-

saran sebagai berikut.

1. Penerjemah harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan

baik sehingga tidak melakukan kesalahan dalam penggunaan tanda baca

pada terjemahannya.

2. Setelah menerjemahkan, penerjemah sebaiknya memeriksa kembali hasil

terjemahannya agar penggunaan tanda baca dalam terjemahannya itu benar-

benar digunakan secara tepat sesuai aturan yang terdapat dalam “Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (EYD).

45

DAFTAR PUSTAKA

Al-Salmâsî, Abû Zakariyyâ Yahyâ bin Ibrâhîm, Manâzil al-A`immah al-Arba’ah

Abî Hanîfah wa Mâlik wa al-Syâfi’î wa Ahmad. T.tp: Maktabah al-Mâlik

Fahd al-Wataniyyah, 2002.

Anas, Mâlik bin, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1. Penerjemah Nur Alim, dkk.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

, Muwatta` al-Imâm Mâlik. Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabî, 1985.

Chaer, Abdul, Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta, 1993.

, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. III. Jakarta: Rineke

Cipta, 2011.

Djajasudarma, Fatimah, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan

Kajian. Cet. II. Bandung: Refika Aditama, 2006.

Eneste, Pamusuk, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua. Cet. II. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.

Santoso, Kusno Budi, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis

Bahasa Baku. Jakarta: Rineke Cipta, 1990.

Suandi, I Nengah, Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Bali: Universitas

Pendidikan Ganesha, 2008.

Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988.