Penggunaan Satellite
-
Upload
andreas-silalahi -
Category
Documents
-
view
225 -
download
3
Transcript of Penggunaan Satellite
SIARAN TV DIGITAL LANGSUNG DARI SATELIT
DIRECT TO HOME (DTH) UNTUK TV-BROADCAST via SATELIT
Direct to Home (DTH) adalah salah satu aplikasi DVB (Digital Video Broadcasting), yang
merupakan penyiaran TV dengan menggunakan satelit sebagai transmisi TV digital. DTH
merupakan sistem komunikasi satelit satu arah (simplex) yang digunakan untuk
memancarkan siaran TV melalui satelit, dimana satelit berfungsi sebagai repeater yang
menerima siaran TV dari pemancar dan memancarkannya kembali ke seluruh TVRO
yang berada dalam coverage-nya. Layanan ini menyediakan fasilitas penyiaran sinyal
audio/video program TV secara tetap (fixed) melalui satelit (TV Contribution) dan jasa
layanan temporer satelit digital untuk penyaluran program video secara live maupun
hasil rekaman pada kota atau wilayah yang tercakup baik dengan konfigurasi point-to-
point atau point-to-multipoint. Konfigurasi jaringan DTH untuk TV-Broadcast tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:
Berikut adalah gambaran proses tayang pada sistem DTH untuk TV-Broadcast via satelit:
• Program source yang akan ditayangkan dibagi dalam 2 jenis yaitu:
1. Turn Around Channels adalah program yang ditransmisikan oleh pihak lain (Program
Provider), kemudian diterima oleh Main Station TV Broadcaster, diolah, dan
ditransmisikan kembali (re-broadcast) melalui satelit secara real time.
2. Local Originated Channels adalah program lokal dari Main Station TV
Broadcaster, baik program yang di-playback maupun program live show.
• Turn Around diterima oleh Main Station TV Broadcaster dari 2 sumber:
1. Dari satelit lain yang diterima dengan menggunakan antena parabola.
2. Dari pemancar terestrial yang berasal dari Main Station TV Broadcaster lokal lain.
• Bagi program yang masih dalam bentuk analog dikonversi menjadi digital.
• Program dalam format digital tersebut kemudian bersama-sama dengan program
Local Originated dikelompokkan menjadi beberapa kelompok acara.
• Logo Main Station TV Broadcaster di-attach/insert ke dalam program.
• Setiap program kemudian akan di kompres atau dikonversi menjadi data stream dalam
format MPEG-2.
• MPEG-2 data stream di atas kemudian dimodulasi menjadi bentuk sinyal yang sesuai
untuk ditransmisikan ke satelit.
• Sinyal ditransmisikan ke satelit dan di-relay/di-broadcast ke seluruh wilayah di dalam
coverage satelit.
• Sinyal dari satelit diterima oleh C-band ODU (Outdoor Unit) dan disalurkan ke IRD
(Integrated Satellite Receiver and Decoder).
• IRD akan menterjemahkan kembali sinyal yang diterima menjadi komponen video dan
audio untuk ditayangkan.
Untuk perencanaan di Indonesia, satelit yang digunakan adalah Telkom-1 milik Telkom
yang menyediakan layanan relay TV pada frekuensi kerja C-band.
Alat penangkap Sinyal satelit:
1. Satellite dish (Out Door Unit) : komponen ini berbentuk seperti antenna parabola
dengan diameter sekitar 60-180 centimeter.
2. Decoder : Dekoder merupakan alat yang berfungsi mengakses layanan seperti
penggantian channel.
3. Smart card : berguna untuk mengakses sistem.
[id.wikipedia.org/wiki/Televisi_berlangganan]
Berikut adalah gambar dari Proses Pengelolaan Jaringan Telekomunikasi Satelit:
PETA PENGENDALIAN PROSES PENGELOLAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI SATELIT Key Success Indicator : Availability ( % ) dan Time To Service Delivery ( Days )
( Level 1)
Pengendalian Satelit
Sat. Availability(%)
Fuel Minimize
Operasi dan Pemeliharaan
Stasiun Bumi
Availability SB(%)
REGULATOR( BRTI & Gov )
1.2.2
M .DALSAT
1.2.3
M .OP HAR SB
Tagihan BHP ( Biaya Frekwensi ),Permintan Koord. Slot Orb. Baru Status pendaftaran Slot Orbit Permintaan Dok Status Slot Orbit lamauntuk disampaikan ke ITU
3
Info Konfig. Op Payload Info Boxkeeping CoverageStatus Aktivasi XPDR
2
Pengendalian Komunikasi
Satelit
Com.Availability (%)
Cust.Satisfaction ( %)
1.2.1
M .DALKOMSAT
1
Rek.Peningkatan Perf. Dalkomsat
Rek. Peningkatan Perf. Dalsat
Permintaan aktivasi XPDR Info Power (EIRP) SatelitInfo G/T Satelit
6
Kebutuhan XPDR & Sirkit
Kondisi Operasi SB (Availability,Kualitas)
Hasil Bang. JaringanRen.Bang Jaringan
1
2
6
9 Kap., Keandalan , sisa umur Satelit
Status Utilisasi Frek.Dok.Status Operasi Satelit
63
Laporan Op St.Bumi ( Laporan PERPU)
Hasil pembangunan Jaringan
Status Selesai WO Ggn dan PSB SB
6
CUSTOMER
BID.PERFOR-
MANSI
BID.MARKETING
BID.BANG.BIS &
JAR
REGULATOR( BRTI & Gov )
CUSTOMER
BID.PERFOR-
MANSI
BID.MARKETING
BID.BANG.BIS &
JAR
3
4
4
Status Operasi Dalkomsat
Rek. Peningkatan Perf. OP HAR SB
Status Operasi Dalsat
WO Provisioning (PSB) WO Claim Pelanggan Voice Of Customer Product Quality
Product / Service Claim
Data Kapasitas Jaringan Satelit ( Transponder , Sirkit , Band Frekwensi , Power , St. Bumi )
Laporan Op. SB (Lap. PERPU)
8 Info Saat Eclips
2
7
Status Selesai WO Ggn dan PSB SB
Status Selesai WO Ggn & PSB Komunikasi Satelit
WO Ggn dan PSB St.Bumi
4
Status Op Har Stasiun Bumi
7
5 Alokasi XPDR( Frek , Power )
5
8
8
8
9
Figure 1: Proses Pengelolaan Jaringan Komunikasi satelit di Indonesia
Sejarah Pertelevisian Indonesia
Pertelevisian Indonesia diawali dengan berdirinya Televisi Republik Indonesia(TVRI) pada
tahun 1962, setelah setahun sebelumnya Presiden Soekarno mengirimkan Telegram dari Wina
untuk mendirikan Stasiun Televisi. Stasiun Televisi di Indonesia dibangun atas dasar ingin meliput
acara ASEAN Games agar masyarakat bisa juga menyaksikan Pesta olah raga tersebut.
Kemudian sejarah kedua mencatat, pada tahun 1976 bulan Juli, Presiden Soeharto
memutuskan untuk meluncurkan satelit Palapa A-1, pada saat itu Indonesia adalah Negara Ke-lima
yang memiliki satelit buatan untuk menghubungkan Indonesia sekurang-kurangnya dari Sabang-
sampai Merauke. Satelit palapa A-1 tersebut digunakan juga untuk keperluan penyiaran acara
televisi.
Lembaga Penyiaran Televisi Di Indonesia
Lembaga penyiaran televisi Indonesia secara nasional antara lain adalah: AnTeve,
Digital1, GlobalTV, Garuda TV Netherlands, Indosiar, IM2 PayTV, Indovision, Jogja Medianet,
KabelVision, Lativi, MetroTV, M2V MobileTV, QTV Network, RCTI, SCTV, Swara Chanel, TPI, Trans7,
TransTV, TVRI, TelkomVision. Lembaga diatas belum termasuk dengan siaran televisi berskala lokal.
Penggunaan Satelit untuk Siaran (Broadcast)
Setelah manusia merambah angkasa luar diawal tahun 60-an sampai sekarang,
ditempatkan banyak stasiun radio pancar ulang diangkasa luar yang sering disebut dengan satelit
komunikasi. Kebanyakan dari satelit tersebut diletakkan diketinggian ±36000 Km diatas
permukaan bumi atau diletakkan pada orbit Geosinkron (Geo).
Secara garis besar bisa digambarkan sebagai berikut prinsip kerja dari setelit:
Figure 2: Prinsip Kerja Satelit
- Segmen Angkasa terdiri atas:
1. Struktur / bus
2. Playload
3. Power Supply
4. Kontrol temperatur
5. Kontrol attitude dan orbit
6. sistem populasi
7. telemetry, Tracking, & command ( TT& C )
- Segmen Bumi ;
1. User terminal,
2. SB Master, dan
3. jaringan
Prinsip kerja dari satelit hampir sama dengan suatu rangkaian repeater yaitu jenis ” RF
Heterodyne Repeater ” SINYAL 6 GHZ, yakni sebagai berikut:
Figure 3: Analogi Prinsip Kerja rangkaian Repeater Jenis "RF Heterodyne Repeater" Sinyal 6 GHZ
SINYAL 6 GHZ - FILTER - SWTCH -PENGUAT 6 GHZ - DITURUNKAN MENJADI 4 GHZ –
HYBRID CIRCULATOR - FILTER - PENGUAT AKHIR - PANCARAN KE BUMI
Penguat akhir berfungsi menjumlahkan sinyal diatas menggambarkan frekuensi naik (up
link) 6 GHz dan frekuensi turun untuk turun (down link) dipakai 4 GHz.
- Besarnya Loss antara satelit dan stasiun Bumi ( ~200 dB pada 6 GHz )
- Sistem penerima di Bumi memerlukan penerima yang sangat peka.
Orbit yang Digunakan Pada Satelit Untuk Siaran Televisi
PENGUAT MIXER PENGUAT
ANTENAANTENA OSILATOR LOKAL
Orbit yang paling sering digunakan operator satelit buatan untuk penyiaran televisi dan
komunikasi adalah orbit Geostasioner merupakan orbit geosinkron yang berada tepat diatas
ekuator bumi yakni 0 lintang, dengan eksentrisitas orbital sama dengan nol. Dari permukaan ̊�
bumi, objek yang berada di orbit geostasioner akan tampak diam (tidak bergerak) diangkasa karna
periode objek tersebut mengelilingi bumu sama dengan periode rotasi bumi. Untuk peletakan
satelitnya hanya dibedakan berdasarkan letaknya dibujur bumi. Di Indonesia satelit buatan
tersebut diletakkan pada garis 0 lintang dan 105 bujur. ̊� ̊�
Figure 4: Orbit Geostasioner
Keuntungan dari orbit GEO itu sendiri adalah Bandwithnya lebar, satelit yang beroperasi
pada frekuensi Ka-Band(20-30GHz) akan dapat menyalurkan troughput dalam orde Gigabit
perdetik.
JENIS BAN YANG TERDAPAT PADA SATELIT
Satelit tersebut terbagi atas lingkup frekuensi sehingga terdapat beberapa jenis Ban C, S,
Ku, dan sebagainya. Yang sering digunakan untuk pancaran siaran televisi Ban C, S dan Ku.
Sedangkan yang digunakan untuk siaran langsung adalah Ban Ku, tetapi untuk di daerah Indonesia
karna memiliki curah hujan yang tinggi (beriklim tropis) maka, tidak terlalu baik menggunakan Ban
Ku, karna sangat rentan terhadap curah hujan yang tinggi.
RANGE FREKUENSI (GHz) Nama
0.1 - 0.3
0.3 – 1.0
VHF
UHF
1.0 - 2.0 L
2.0 – 4.0 S
4.0 – 8.0 C
8.0 – 12.0 X
12.0 – 18.0 Ku
18.0 – 27.0 K
27.0 – 40.0 Ka
40.0 – 75.0 V
75.0 – 110.0 W
110.0 – 300.0 mm
300.0 – 3000.0 ?m
Table 1: Frekuensi Satelit
Indonesia banyak menggunakan Ban C sebagai untuk penggunaan siaran (broadcast)
televisi. Ban C memakai frekuensi pancaran kebumi (down link) antara 3,7-4,2 GHz dengan
Bandwith 500 MHz. kemudian, lebar tersebut dibagi dalam beberapa daerah dengan bandwith
yang lebih kecil yang disebut dengan Transponder.
Frekuensi kerja UHF keatas lazimya dipakai teknik polarisasi pancaran untuk memperoleh
tempat yang lebih luas. Sehingga bandwith 500MHz tersebut bisa digunakan bersama untuk 2
macam polarisasi pancaran tanpa saling mengganggu, Umumnya polarisasi Pancaran vertical dan
Horizontal atau bisa juga pancaran sirkuler yang terdapat dikiri dan dikanan. Dengan teknik yang
seperti ini diperoleh tambahan Bandwith sebesar 500MHz dengan keluaran 24 Transponder yang
memiliki bandwith ±40 MHz.
Berikut adalah gambaran dari C band Transponder:
C Band Transponder Frequency allocation
Vertical ODD Transponder center Frequency
T 1 T 3 T 5 T7 T9 T 11 T 13 T15 T 17 T 19 T 21 T23 Telemetry
down
link 3720 3760 3800 3840 3880 3920 3960 4000 4040 4080 4120 4160
Horizontal EVEN Transponder center Frequency
T 2 T 4 T 6 T8 T10 T 12 T 14 T16 T 18 T 20 T 22 T24
3740 3780 3820 3860 3900 3940 3980 4020 4060 4100 4140 4180
Efektivitas bandwith dari transponder adalah 36MHz sehingga ruang antara transponder
tersebut menjadi 4MHz.
DiIndonesia sama halnya seperti dinegara luar, untuk keperluan siaran televisi biasanya
digunakan 1 transponder penuh. Karena terdapat alasan ekonomi maka hanya digunakan setengah
dari transponder yang ada atau menyewa sebuah transponder dan kemudian digunakan secara
bersama dengan pembagian FDM (Frequency Division Multiplexing) ataupun TDM (Time Division
Multiplexing) . Jika cara pembagian FDM yang dipakai maka saluran suara dan gambarnya dipisah
menggunakan saluran SCPC (Single Channel Per Carrier) yang mirip dengan sistem V-Sat.
Penggunaan Ban C untuk siaran Televisi
Pertama-tama Stasiun televisi menyalurkan Isyarat (kode) programmnya tersebut ke
stasiun bumi, lalu mengubahnya menjadi kode frekuensi Base Band transponder yang sesuai.
Seperti proses penambahan gelombang segitiga berdenyut ±30Hz pada kode video(Teknik
denyutan ini bertujuan untuk mengurangi gangguan terhadap peralatan microwave terrestrial),
menentukan jenis pre emphasisnya. Kemudian dimodulasikan secara FM ke frekuensi UPLINK
sekitar 6GHz. Dan setelah itu dipancarkan ke satelit geosinkron. Satelit menguatkan isyarat kode
yang diterima dan mengubah frekuensinya ke frekuensi downlink 3,7GHz, seterusnya dipancarkan
ulang ke bumi.
Kemudian, kode downlink dari satelit dikumpulkan oleh sebuah antenna parabola yang
diberkas kearah sebiah antenna lain bernama feedhorn pada titik fokus. Kode ini diperkuat oleh
LNA (Low Noise Amplifier) dan disalurkan ke down converter yang mengubah frekuensinya menjadi
lebih kecil. Pada generasi awal TVRO memakai 70 MHz selebar 36 MHz dan pada proses inilah
dilakukan pula pemilihan transponder.
Setelah proses tersebut terdapat lagi perangkat penerima yang berfungsi untuk
menerima kode dari antenna, lalu memodulasinya menjadi sebuah kode baseband yang kemudian
disalurkan ke tiga unit rangkaian yaitu:
1. Rangkaian suara yang me-demodulasi isyarat gelombang FM suara menjadi suara.
2. Rangkaian AFC untuk tegangan pemilih transponder.
3. Rangkaian pengolah video yang terdiri atas penguat video, rangkaian deimphasis, low
pass filter, pemilih polarisasi video, rangkai clamping yang memotong isyarat denyut
gelombang segitiga dan akhirnya penguat akhir video.
SNG (Satellite News Gathering)
Sebelum membahas tentang SNG (Satellite NewsGathering), kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa itu transmisi. Transmisi itu sendiri merupakan ujung tombak dan berperan
penting dalam sebuah siaran broadcast. Televisi merupakan media audio-visual, yang berarti
memiliki unsur gambar dan suara. Bayangkan saja jika kita menonton TV tetapi gambar atau
suaranya tidak bagus pasti tidak nyaman. Tugas dari transmisi adalah menyampaikan kualitas video
maupun audio dengan baik ke televisi yang ditonton oleh para pemirsa yang ada dirumah.
Transmisi sering disingkat dengan Tx. Sebenarnya Tx hanya symbol teknis yang biasa
digunakan untuk antenna pemancar/transmitter, jadi Tx itu bukan merupakan suatu singkatan.
Proses siaran yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
Figure 5: Sistem Kerja SNG
Semua siaran yang ada baik itu dari studio yang hanya rekaman ulang(taping) ataupun
acara langsung(live) yang ada di studio, yang langsung dari lokasi kejadian dan juga melalui OB Van
(Outdoor Broadcast) van semuanya selalu melalui MCR(Master Control Room) sebelum
STUDIO 1
STUDIO 2
STUDIO N
SIARAN VIA SATELIT
SIARAN VIA OB VAN
MASTER EQUIPMENT
ROOM(MER)
MASTER CONTROL
ROOM(MCR)
UPLINK
SATELIT
INDONESIA
dipancarkan kesatelit. Di MCR gambar dipasang logo televisi tersebut, lalu terdapat segmen iklan
dan promo, sampai materi yang ingin disampaikan ke pemirsa dirumah benar-benar siap on air.
Dari MCR, materi tersebut menuju ke perangkat UPLINK untuk ditransmisikan melalu
satelit ke stasiun relay yang berada diseluruh Indonesia.
Dalam siaran TV Broadcast, terdapat 3 macam sistem transmisi yang bisa digunakan
yaitu:
1. Transmisi satelit, yaitu transmisi dari studio ke stasiun relay diseluruh Indonesia.
2. Transmisi tersetrial, yaitu transmisi dari stasiun relay daerah ke televisi pemirsa
yang ada dirumah.
3. Transmisi microwave, yaitu transmisi yang menggunakan sinyal gelombang micro,
biasanya ini digunakan apabial terdapat event dari lapangan ke studio, bisa juga
untuk backup dari studio ke stasiun relay terdekat, hal ini bisa terjadi jika keadaan
cukup memungkinkan.
SNG (Satellite News Gathering) secara harfiah bisa diartikan sebagai pengumpul
berita melalui satelit, meskipun sebenarnya SNG tidak selalu digunakan untuk kepentingan
pemberitaan. SNG merupakan piranti (alat) untuk transmisi satelit yang portable, yang berarti SNG
lebih praktis untuk dibawa kemana-mana (mudah berpindah tempat/mobile). Tidak hanya itu SNG
ini juga mudah dalam hal proses install dan uninstall.
Orang pernah menyebutnya sebagai lampu senter. Dimana SNG merupakan lampu
senternya sedangkan satelit merupakan cerminnya. SNG memantulkan materi berita/suatu
kejadian, kemudian materi tersebut dipantulkan oleh satelit ke perangkat penerimanya atau yang
biasa disebut dengan Ground Segment yang kemudian akan diproses di Master Control Room
(MCR). SNG bisa digunakan untuk acara live dari luar studio.
Figure 6: siaran dari luar studio menggunakan SNG
Figure 7: Siaran Langsung dari tempat kejadian
Siaran langsung dari lapangan seperti siaran langsung sepakbola, SNG kemudian
mengirimkan sinyal lalu di uplink ke satelit lau dipantulkan kembali ke MCR(Master Control Room)
lalu kemudian diproses dan siap untuk di uplink kembali ke satelit, lalu diterima oleh stasiun relay
di seluruh Indonesia kemudian baru di siarkan secara terrestrial ke televisi yang ada dirumah.
BEDA SNG DAN OB VAN
Kalau OB Van itu merupakan “Control Room Studio” yang portable sedangkan SNG
merupakan Pernagkat Uplink yang portable. Didalam OB van itu biasanya dilengkapi dengan SNG.
Apabila dilokasi live dilapangan semua Output audio, visual, maupun Lighting
bermuara di OB van. Lalu output dari OB van ini adalah materi mentah yang belum siap On Air.
Materi mentah yang dimaksud tersebut adalah belum adanya logo stasiun televisinya, karna semua
pemasangan stasiun logo televisi tersebut tetap dilakukan di MCR.
Waktu acara live berlangsung crew tv biasanya mengarahkan parabola portable ke
satelit yang dituju. Proses ini disebut dengan Pointing, sampai menemukan level kualitas yang
maksimum. Kemudian berkoordinasi dengan satelit provider untuk cross polarisasi (crospol).
Crospol merupakan didalam transmisi satelit, terdapat sebuah kanal frekuensi yang dapat
digunakan dua kali, dengan membedakan polarisasinya(hosrizontal maupun vertical). Crospol ini
bertujuan agar frekuensi yang akan digunakan tidak mengganggu frekuensi dipolarisasi sebaliknya.
Biasanya Gap minimal adalah 30dB (makin tinggi maka akan makin baik).
Setelah crospol dan frekuensi yang akan digunakan telah diberikan oleh satelit
provider, tinggal diseting perangkat sesuai frekuensi yang dituju, kemudian ditransmit, dan live
event pun sudah siap On Air. Selama On Air crew bagian transmisi akan memantau kualitas sinyal
sesuai standar agar siaran tidak terganggu, misalnya terdapat gambar yang patah-patah atau kotak-
kotak seperti video yang rusak.
Kemajuan teknologi komunikasi satelit menciptakan pelayanan-pelayanan
komunikasi baru. Komunikasi-komunikasi satelit diharapkan mampu menyediakan pelayanan global
dan terpadu untuk setiap orang dan setiap Negara tidak hanya diIndonesia. Salah satunya teknologi
Komunikasi satelit menyediakan pelayanan dalam dunia pertelevisian. Dengan menggunakan SNG
komunikasi data yang mengalir bisa dilakukan secara digital. Dan bisa dilakukan dimana saja,
karena merupakan piranti yang portable. Di Indonesia SNG digunakan oleh semua stasiun televisi
swasta nasional untuk proses pemberitaan secara live dari lokasi kejadian.
Perkembangan dunia telah menciptakan DSNG, yaitu pembaharuan dari SNG. DSNG
ini baru digunakan oleh perusahaan televisi di Eropa dan Amerika, bentuknya jauh lebih kecil dari
SNG dan belum digunakan oleh perusahaan televisi yang ada di Indonesia.