Penggunaan Satellite

19
SIARAN TV DIGITAL LANGSUNG DARI SATELIT DIRECT TO HOME (DTH) UNTUK TV-BROADCAST via SATELIT Direct to Home (DTH) adalah salah satu aplikasi DVB (Digital Video Broadcasting), yang merupakan penyiaran TV dengan menggunakan satelit sebagai transmisi TV digital. DTH merupakan sistem komunikasi satelit satu arah (simplex) yang digunakan untuk memancarkan siaran TV melalui satelit, dimana satelit berfungsi sebagai repeater yang menerima siaran TV dari pemancar dan memancarkannya kembali ke seluruh TVRO yang berada dalam coverage-nya. Layanan ini menyediakan fasilitas penyiaran sinyal audio/video program TV secara tetap (fixed) melalui satelit (TV Contribution) dan jasa layanan temporer satelit digital untuk penyaluran program video secara live maupun hasil rekaman pada kota atau wilayah yang tercakup baik dengan konfigurasi point-to- point atau point-to-multipoint. Konfigurasi jaringan DTH untuk TV-Broadcast tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Transcript of Penggunaan Satellite

Page 1: Penggunaan Satellite

SIARAN TV DIGITAL LANGSUNG DARI SATELIT

DIRECT TO HOME (DTH) UNTUK TV-BROADCAST via SATELIT

Direct to Home (DTH) adalah salah satu aplikasi DVB (Digital Video Broadcasting), yang

merupakan penyiaran TV dengan menggunakan satelit sebagai transmisi TV digital. DTH

merupakan sistem komunikasi satelit satu arah (simplex) yang digunakan untuk

memancarkan siaran TV melalui satelit, dimana satelit berfungsi sebagai repeater yang

menerima siaran TV dari pemancar dan memancarkannya kembali ke seluruh TVRO

yang berada dalam coverage-nya. Layanan ini menyediakan fasilitas penyiaran sinyal

audio/video program TV secara tetap (fixed) melalui satelit (TV Contribution) dan jasa

layanan temporer satelit digital untuk penyaluran program video secara live maupun

hasil rekaman pada kota atau wilayah yang tercakup baik dengan konfigurasi point-to-

point atau point-to-multipoint. Konfigurasi jaringan DTH untuk TV-Broadcast tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 2: Penggunaan Satellite

Berikut adalah gambaran proses tayang pada sistem DTH untuk TV-Broadcast via satelit:

• Program source yang akan ditayangkan dibagi dalam 2 jenis yaitu:

1. Turn Around Channels adalah program yang ditransmisikan oleh pihak lain (Program

Provider), kemudian diterima oleh Main Station TV Broadcaster, diolah, dan

ditransmisikan kembali (re-broadcast) melalui satelit secara real time.

2. Local Originated Channels adalah program lokal dari Main Station TV

Broadcaster, baik program yang di-playback maupun program live show.

• Turn Around diterima oleh Main Station TV Broadcaster dari 2 sumber:

1. Dari satelit lain yang diterima dengan menggunakan antena parabola.

2. Dari pemancar terestrial yang berasal dari Main Station TV Broadcaster lokal lain.

• Bagi program yang masih dalam bentuk analog dikonversi menjadi digital.

• Program dalam format digital tersebut kemudian bersama-sama dengan program

Local Originated dikelompokkan menjadi beberapa kelompok acara.

• Logo Main Station TV Broadcaster di-attach/insert ke dalam program.

• Setiap program kemudian akan di kompres atau dikonversi menjadi data stream dalam

format MPEG-2.

• MPEG-2 data stream di atas kemudian dimodulasi menjadi bentuk sinyal yang sesuai

untuk ditransmisikan ke satelit.

• Sinyal ditransmisikan ke satelit dan di-relay/di-broadcast ke seluruh wilayah di dalam

coverage satelit.

• Sinyal dari satelit diterima oleh C-band ODU (Outdoor Unit) dan disalurkan ke IRD

(Integrated Satellite Receiver and Decoder).

Page 3: Penggunaan Satellite

• IRD akan menterjemahkan kembali sinyal yang diterima menjadi komponen video dan

audio untuk ditayangkan.

Untuk perencanaan di Indonesia, satelit yang digunakan adalah Telkom-1 milik Telkom

yang menyediakan layanan relay TV pada frekuensi kerja C-band.

Alat penangkap Sinyal satelit:

1. Satellite dish (Out Door Unit) : komponen ini berbentuk seperti antenna parabola

dengan diameter sekitar 60-180 centimeter.

2. Decoder : Dekoder merupakan alat yang berfungsi mengakses layanan seperti

penggantian channel.

3. Smart card : berguna untuk mengakses sistem.

[id.wikipedia.org/wiki/Televisi_berlangganan]

Berikut adalah gambar dari Proses Pengelolaan Jaringan Telekomunikasi Satelit:

Page 4: Penggunaan Satellite

PETA PENGENDALIAN PROSES PENGELOLAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI SATELIT Key Success Indicator : Availability ( % ) dan Time To Service Delivery ( Days )

( Level 1)

Pengendalian Satelit

Sat. Availability(%)

Fuel Minimize

Operasi dan Pemeliharaan

Stasiun Bumi

Availability SB(%)

REGULATOR( BRTI & Gov )

1.2.2

M .DALSAT

1.2.3

M .OP HAR SB

Tagihan BHP ( Biaya Frekwensi ),Permintan Koord. Slot Orb. Baru Status pendaftaran Slot Orbit Permintaan Dok Status Slot Orbit lamauntuk disampaikan ke ITU

3

Info Konfig. Op Payload Info Boxkeeping CoverageStatus Aktivasi XPDR

2

Pengendalian Komunikasi

Satelit

Com.Availability (%)

Cust.Satisfaction ( %)

1.2.1

M .DALKOMSAT

1

Rek.Peningkatan Perf. Dalkomsat

Rek. Peningkatan Perf. Dalsat

Permintaan aktivasi XPDR Info Power (EIRP) SatelitInfo G/T Satelit

6

Kebutuhan XPDR & Sirkit

Kondisi Operasi SB (Availability,Kualitas)

Hasil Bang. JaringanRen.Bang Jaringan

1

2

6

9 Kap., Keandalan , sisa umur Satelit

Status Utilisasi Frek.Dok.Status Operasi Satelit

63

Laporan Op St.Bumi ( Laporan PERPU)

Hasil pembangunan Jaringan

Status Selesai WO Ggn dan PSB SB

6

CUSTOMER

BID.PERFOR-

MANSI

BID.MARKETING

BID.BANG.BIS &

JAR

REGULATOR( BRTI & Gov )

CUSTOMER

BID.PERFOR-

MANSI

BID.MARKETING

BID.BANG.BIS &

JAR

3

4

4

Status Operasi Dalkomsat

Rek. Peningkatan Perf. OP HAR SB

Status Operasi Dalsat

WO Provisioning (PSB) WO Claim Pelanggan Voice Of Customer Product Quality

Product / Service Claim

Data Kapasitas Jaringan Satelit ( Transponder , Sirkit , Band Frekwensi , Power , St. Bumi )

Laporan Op. SB (Lap. PERPU)

8 Info Saat Eclips

2

7

Status Selesai WO Ggn dan PSB SB

Status Selesai WO Ggn & PSB Komunikasi Satelit

WO Ggn dan PSB St.Bumi

4

Status Op Har Stasiun Bumi

7

5 Alokasi XPDR( Frek , Power )

5

8

8

8

9

Figure 1: Proses Pengelolaan Jaringan Komunikasi satelit di Indonesia

Page 5: Penggunaan Satellite

Sejarah Pertelevisian Indonesia

Pertelevisian Indonesia diawali dengan berdirinya Televisi Republik Indonesia(TVRI) pada

tahun 1962, setelah setahun sebelumnya Presiden Soekarno mengirimkan Telegram dari Wina

untuk mendirikan Stasiun Televisi. Stasiun Televisi di Indonesia dibangun atas dasar ingin meliput

acara ASEAN Games agar masyarakat bisa juga menyaksikan Pesta olah raga tersebut.

Kemudian sejarah kedua mencatat, pada tahun 1976 bulan Juli, Presiden Soeharto

memutuskan untuk meluncurkan satelit Palapa A-1, pada saat itu Indonesia adalah Negara Ke-lima

yang memiliki satelit buatan untuk menghubungkan Indonesia sekurang-kurangnya dari Sabang-

sampai Merauke. Satelit palapa A-1 tersebut digunakan juga untuk keperluan penyiaran acara

televisi.

Lembaga Penyiaran Televisi Di Indonesia

Lembaga penyiaran televisi Indonesia secara nasional antara lain adalah: AnTeve,

Digital1, GlobalTV, Garuda TV Netherlands, Indosiar, IM2 PayTV, Indovision, Jogja Medianet,

KabelVision, Lativi, MetroTV, M2V MobileTV, QTV Network, RCTI, SCTV, Swara Chanel, TPI, Trans7,

TransTV, TVRI, TelkomVision. Lembaga diatas belum termasuk dengan siaran televisi berskala lokal.

Penggunaan Satelit untuk Siaran (Broadcast)

Setelah manusia merambah angkasa luar diawal tahun 60-an sampai sekarang,

ditempatkan banyak stasiun radio pancar ulang diangkasa luar yang sering disebut dengan satelit

komunikasi. Kebanyakan dari satelit tersebut diletakkan diketinggian ±36000 Km diatas

permukaan bumi atau diletakkan pada orbit Geosinkron (Geo).

Secara garis besar bisa digambarkan sebagai berikut prinsip kerja dari setelit:

Page 6: Penggunaan Satellite

Figure 2: Prinsip Kerja Satelit

- Segmen Angkasa terdiri atas:

1. Struktur / bus

2. Playload

3. Power Supply

4. Kontrol temperatur

5. Kontrol attitude dan orbit

6. sistem populasi

7. telemetry, Tracking, & command ( TT& C )

- Segmen Bumi ;

1. User terminal,

2. SB Master, dan

3. jaringan

Prinsip kerja dari satelit hampir sama dengan suatu rangkaian repeater yaitu jenis ” RF

Heterodyne Repeater ” SINYAL 6 GHZ, yakni sebagai berikut:

Page 7: Penggunaan Satellite

Figure 3: Analogi Prinsip Kerja rangkaian Repeater Jenis "RF Heterodyne Repeater" Sinyal 6 GHZ

SINYAL 6 GHZ - FILTER - SWTCH -PENGUAT 6 GHZ - DITURUNKAN MENJADI 4 GHZ –

HYBRID CIRCULATOR - FILTER - PENGUAT AKHIR - PANCARAN KE BUMI

Penguat akhir berfungsi menjumlahkan sinyal diatas menggambarkan frekuensi naik (up

link) 6 GHz dan frekuensi turun untuk turun (down link) dipakai 4 GHz.

- Besarnya Loss antara satelit dan stasiun Bumi ( ~200 dB pada 6 GHz )

- Sistem penerima di Bumi memerlukan penerima yang sangat peka.

Orbit yang Digunakan Pada Satelit Untuk Siaran Televisi

PENGUAT MIXER PENGUAT

ANTENAANTENA OSILATOR LOKAL

Page 8: Penggunaan Satellite

Orbit yang paling sering digunakan operator satelit buatan untuk penyiaran televisi dan

komunikasi adalah orbit Geostasioner merupakan orbit geosinkron yang berada tepat diatas

ekuator bumi yakni 0 lintang, dengan eksentrisitas orbital sama dengan nol. Dari permukaan ̊�

bumi, objek yang berada di orbit geostasioner akan tampak diam (tidak bergerak) diangkasa karna

periode objek tersebut mengelilingi bumu sama dengan periode rotasi bumi. Untuk peletakan

satelitnya hanya dibedakan berdasarkan letaknya dibujur bumi. Di Indonesia satelit buatan

tersebut diletakkan pada garis 0 lintang dan 105 bujur. ̊� ̊�

Figure 4: Orbit Geostasioner

Keuntungan dari orbit GEO itu sendiri adalah Bandwithnya lebar, satelit yang beroperasi

pada frekuensi Ka-Band(20-30GHz) akan dapat menyalurkan troughput dalam orde Gigabit

perdetik.

JENIS BAN YANG TERDAPAT PADA SATELIT

Satelit tersebut terbagi atas lingkup frekuensi sehingga terdapat beberapa jenis Ban C, S,

Ku, dan sebagainya. Yang sering digunakan untuk pancaran siaran televisi Ban C, S dan Ku.

Sedangkan yang digunakan untuk siaran langsung adalah Ban Ku, tetapi untuk di daerah Indonesia

karna memiliki curah hujan yang tinggi (beriklim tropis) maka, tidak terlalu baik menggunakan Ban

Ku, karna sangat rentan terhadap curah hujan yang tinggi.

RANGE FREKUENSI (GHz) Nama

0.1 - 0.3

0.3 – 1.0

VHF

UHF

1.0 - 2.0 L

2.0 – 4.0 S

Page 9: Penggunaan Satellite

4.0 – 8.0 C

8.0 – 12.0 X

12.0 – 18.0 Ku

18.0 – 27.0 K

27.0 – 40.0 Ka

40.0 – 75.0 V

75.0 – 110.0 W

110.0 – 300.0 mm

300.0 – 3000.0 ?m

Table 1: Frekuensi Satelit

Indonesia banyak menggunakan Ban C sebagai untuk penggunaan siaran (broadcast)

televisi. Ban C memakai frekuensi pancaran kebumi (down link) antara 3,7-4,2 GHz dengan

Bandwith 500 MHz. kemudian, lebar tersebut dibagi dalam beberapa daerah dengan bandwith

yang lebih kecil yang disebut dengan Transponder.

Frekuensi kerja UHF keatas lazimya dipakai teknik polarisasi pancaran untuk memperoleh

tempat yang lebih luas. Sehingga bandwith 500MHz tersebut bisa digunakan bersama untuk 2

macam polarisasi pancaran tanpa saling mengganggu, Umumnya polarisasi Pancaran vertical dan

Horizontal atau bisa juga pancaran sirkuler yang terdapat dikiri dan dikanan. Dengan teknik yang

seperti ini diperoleh tambahan Bandwith sebesar 500MHz dengan keluaran 24 Transponder yang

memiliki bandwith ±40 MHz.

Berikut adalah gambaran dari C band Transponder:

C Band Transponder Frequency allocation

Vertical ODD Transponder center Frequency

T 1 T 3 T 5 T7 T9 T 11 T 13 T15 T 17 T 19 T 21 T23 Telemetry

down

link 3720 3760 3800 3840 3880 3920 3960 4000 4040 4080 4120 4160

Horizontal EVEN Transponder center Frequency

Page 10: Penggunaan Satellite

T 2 T 4 T 6 T8 T10 T 12 T 14 T16 T 18 T 20 T 22 T24

3740 3780 3820 3860 3900 3940 3980 4020 4060 4100 4140 4180

Efektivitas bandwith dari transponder adalah 36MHz sehingga ruang antara transponder

tersebut menjadi 4MHz.

DiIndonesia sama halnya seperti dinegara luar, untuk keperluan siaran televisi biasanya

digunakan 1 transponder penuh. Karena terdapat alasan ekonomi maka hanya digunakan setengah

dari transponder yang ada atau menyewa sebuah transponder dan kemudian digunakan secara

bersama dengan pembagian FDM (Frequency Division Multiplexing) ataupun TDM (Time Division

Multiplexing) . Jika cara pembagian FDM yang dipakai maka saluran suara dan gambarnya dipisah

menggunakan saluran SCPC (Single Channel Per Carrier) yang mirip dengan sistem V-Sat.

Penggunaan Ban C untuk siaran Televisi

Pertama-tama Stasiun televisi menyalurkan Isyarat (kode) programmnya tersebut ke

stasiun bumi, lalu mengubahnya menjadi kode frekuensi Base Band transponder yang sesuai.

Seperti proses penambahan gelombang segitiga berdenyut ±30Hz pada kode video(Teknik

denyutan ini bertujuan untuk mengurangi gangguan terhadap peralatan microwave terrestrial),

menentukan jenis pre emphasisnya. Kemudian dimodulasikan secara FM ke frekuensi UPLINK

sekitar 6GHz. Dan setelah itu dipancarkan ke satelit geosinkron. Satelit menguatkan isyarat kode

yang diterima dan mengubah frekuensinya ke frekuensi downlink 3,7GHz, seterusnya dipancarkan

ulang ke bumi.

Kemudian, kode downlink dari satelit dikumpulkan oleh sebuah antenna parabola yang

diberkas kearah sebiah antenna lain bernama feedhorn pada titik fokus. Kode ini diperkuat oleh

LNA (Low Noise Amplifier) dan disalurkan ke down converter yang mengubah frekuensinya menjadi

lebih kecil. Pada generasi awal TVRO memakai 70 MHz selebar 36 MHz dan pada proses inilah

dilakukan pula pemilihan transponder.

Setelah proses tersebut terdapat lagi perangkat penerima yang berfungsi untuk

menerima kode dari antenna, lalu memodulasinya menjadi sebuah kode baseband yang kemudian

disalurkan ke tiga unit rangkaian yaitu:

1. Rangkaian suara yang me-demodulasi isyarat gelombang FM suara menjadi suara.

2. Rangkaian AFC untuk tegangan pemilih transponder.

Page 11: Penggunaan Satellite

3. Rangkaian pengolah video yang terdiri atas penguat video, rangkaian deimphasis, low

pass filter, pemilih polarisasi video, rangkai clamping yang memotong isyarat denyut

gelombang segitiga dan akhirnya penguat akhir video.

SNG (Satellite News Gathering)

Sebelum membahas tentang SNG (Satellite NewsGathering), kita harus mengetahui

terlebih dahulu apa itu transmisi. Transmisi itu sendiri merupakan ujung tombak dan berperan

penting dalam sebuah siaran broadcast. Televisi merupakan media audio-visual, yang berarti

memiliki unsur gambar dan suara. Bayangkan saja jika kita menonton TV tetapi gambar atau

suaranya tidak bagus pasti tidak nyaman. Tugas dari transmisi adalah menyampaikan kualitas video

maupun audio dengan baik ke televisi yang ditonton oleh para pemirsa yang ada dirumah.

Transmisi sering disingkat dengan Tx. Sebenarnya Tx hanya symbol teknis yang biasa

digunakan untuk antenna pemancar/transmitter, jadi Tx itu bukan merupakan suatu singkatan.

Proses siaran yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

Page 12: Penggunaan Satellite

Figure 5: Sistem Kerja SNG

Semua siaran yang ada baik itu dari studio yang hanya rekaman ulang(taping) ataupun

acara langsung(live) yang ada di studio, yang langsung dari lokasi kejadian dan juga melalui OB Van

(Outdoor Broadcast) van semuanya selalu melalui MCR(Master Control Room) sebelum

STUDIO 1

STUDIO 2

STUDIO N

SIARAN VIA SATELIT

SIARAN VIA OB VAN

MASTER EQUIPMENT

ROOM(MER)

MASTER CONTROL

ROOM(MCR)

UPLINK

SATELIT

INDONESIA

Page 13: Penggunaan Satellite

dipancarkan kesatelit. Di MCR gambar dipasang logo televisi tersebut, lalu terdapat segmen iklan

dan promo, sampai materi yang ingin disampaikan ke pemirsa dirumah benar-benar siap on air.

Dari MCR, materi tersebut menuju ke perangkat UPLINK untuk ditransmisikan melalu

satelit ke stasiun relay yang berada diseluruh Indonesia.

Dalam siaran TV Broadcast, terdapat 3 macam sistem transmisi yang bisa digunakan

yaitu:

1. Transmisi satelit, yaitu transmisi dari studio ke stasiun relay diseluruh Indonesia.

2. Transmisi tersetrial, yaitu transmisi dari stasiun relay daerah ke televisi pemirsa

yang ada dirumah.

3. Transmisi microwave, yaitu transmisi yang menggunakan sinyal gelombang micro,

biasanya ini digunakan apabial terdapat event dari lapangan ke studio, bisa juga

untuk backup dari studio ke stasiun relay terdekat, hal ini bisa terjadi jika keadaan

cukup memungkinkan.

SNG (Satellite News Gathering) secara harfiah bisa diartikan sebagai pengumpul

berita melalui satelit, meskipun sebenarnya SNG tidak selalu digunakan untuk kepentingan

pemberitaan. SNG merupakan piranti (alat) untuk transmisi satelit yang portable, yang berarti SNG

lebih praktis untuk dibawa kemana-mana (mudah berpindah tempat/mobile). Tidak hanya itu SNG

ini juga mudah dalam hal proses install dan uninstall.

Orang pernah menyebutnya sebagai lampu senter. Dimana SNG merupakan lampu

senternya sedangkan satelit merupakan cerminnya. SNG memantulkan materi berita/suatu

kejadian, kemudian materi tersebut dipantulkan oleh satelit ke perangkat penerimanya atau yang

biasa disebut dengan Ground Segment yang kemudian akan diproses di Master Control Room

(MCR). SNG bisa digunakan untuk acara live dari luar studio.

Page 14: Penggunaan Satellite

Figure 6: siaran dari luar studio menggunakan SNG

Figure 7: Siaran Langsung dari tempat kejadian

Siaran langsung dari lapangan seperti siaran langsung sepakbola, SNG kemudian

mengirimkan sinyal lalu di uplink ke satelit lau dipantulkan kembali ke MCR(Master Control Room)

lalu kemudian diproses dan siap untuk di uplink kembali ke satelit, lalu diterima oleh stasiun relay

di seluruh Indonesia kemudian baru di siarkan secara terrestrial ke televisi yang ada dirumah.

BEDA SNG DAN OB VAN

Page 15: Penggunaan Satellite

Kalau OB Van itu merupakan “Control Room Studio” yang portable sedangkan SNG

merupakan Pernagkat Uplink yang portable. Didalam OB van itu biasanya dilengkapi dengan SNG.

Apabila dilokasi live dilapangan semua Output audio, visual, maupun Lighting

bermuara di OB van. Lalu output dari OB van ini adalah materi mentah yang belum siap On Air.

Materi mentah yang dimaksud tersebut adalah belum adanya logo stasiun televisinya, karna semua

pemasangan stasiun logo televisi tersebut tetap dilakukan di MCR.

Waktu acara live berlangsung crew tv biasanya mengarahkan parabola portable ke

satelit yang dituju. Proses ini disebut dengan Pointing, sampai menemukan level kualitas yang

maksimum. Kemudian berkoordinasi dengan satelit provider untuk cross polarisasi (crospol).

Crospol merupakan didalam transmisi satelit, terdapat sebuah kanal frekuensi yang dapat

digunakan dua kali, dengan membedakan polarisasinya(hosrizontal maupun vertical). Crospol ini

bertujuan agar frekuensi yang akan digunakan tidak mengganggu frekuensi dipolarisasi sebaliknya.

Biasanya Gap minimal adalah 30dB (makin tinggi maka akan makin baik).

Setelah crospol dan frekuensi yang akan digunakan telah diberikan oleh satelit

provider, tinggal diseting perangkat sesuai frekuensi yang dituju, kemudian ditransmit, dan live

event pun sudah siap On Air. Selama On Air crew bagian transmisi akan memantau kualitas sinyal

sesuai standar agar siaran tidak terganggu, misalnya terdapat gambar yang patah-patah atau kotak-

kotak seperti video yang rusak.

Kemajuan teknologi komunikasi satelit menciptakan pelayanan-pelayanan

komunikasi baru. Komunikasi-komunikasi satelit diharapkan mampu menyediakan pelayanan global

dan terpadu untuk setiap orang dan setiap Negara tidak hanya diIndonesia. Salah satunya teknologi

Komunikasi satelit menyediakan pelayanan dalam dunia pertelevisian. Dengan menggunakan SNG

komunikasi data yang mengalir bisa dilakukan secara digital. Dan bisa dilakukan dimana saja,

karena merupakan piranti yang portable. Di Indonesia SNG digunakan oleh semua stasiun televisi

swasta nasional untuk proses pemberitaan secara live dari lokasi kejadian.

Perkembangan dunia telah menciptakan DSNG, yaitu pembaharuan dari SNG. DSNG

ini baru digunakan oleh perusahaan televisi di Eropa dan Amerika, bentuknya jauh lebih kecil dari

SNG dan belum digunakan oleh perusahaan televisi yang ada di Indonesia.