PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

33
i LAPORAN FINAL PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR METARATIONALISME SEBAGAI ELEMEN FASAD BANGUNAN Diusulkan Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Mutu Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Tahun Akademik 2011/2012 Peneliti: L. Edhi Prasetya, ST, MT Dengan Melibatkan mahasiswa: Astri Hayuningtyas Ibnu Tri Nugroho Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Februari 2013

Transcript of PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

Page 1: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

i

LAPORAN FINAL

PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR METARATIONALISME

SEBAGAI ELEMEN FASAD BANGUNAN

Diusulkan Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Mutu Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila

Tahun Akademik 2011/2012

Peneliti: L. Edhi Prasetya, ST, MT

Dengan Melibatkan mahasiswa:

Astri Hayuningtyas Ibnu Tri Nugroho

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Februari 2013

Page 2: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN

a. Judul Penelitian : Penggunaan Motif Batik Dalam Langgam Arsitektur Metarationalisme Sebagai Elemen Fasad Bangunan

b. Peneliti : a) Nama Lengkap : L. Edhi Prasetya, ST, MT b) Jenis Kelamin : L (Laki-Laki) c) NIP : 4106 2110 10 d) Jabatan Struktural : - e) Jabatan Fungsional : Lektor f) Fakultas/Program Studi : Fakultas Teknik/Program Studi Arsitektur g) Perguruan Tinggi : Universitas Pancasila h) Alamat : Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

(12640) i) Telepon : 021-7864730 Psw 106 / Faks. : 021-7270128 j) Alamat Rumah : Cipinang Muara no 36, Jatinegara, Jakarta Timur

13420 k) Telepon : 021-8516843 l) E-mail : [email protected]

c. Anggota Peneliti : Astri Hayuningtyas (mahasiswa)

Ibnu Tri Nugroho (mahasiswa)

d. Jangka Waktu Penelitian : satu tahun

e. Jumlah biaya yang diajukan : Rp. 500.000,- (terbilang: lima ratus ribu rupiah).

Jakarta, 10 Februari 2013

Page 3: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

iii

ABSTRAK

Perancangan bangunan melibatkan banyak disiplin ilmu dengan berbagai macam

pendekatan desain, melalui beragam media ekspresi. Metarationalism adalah salah satu

pendekatan dalam langgam desain yang sangat dipengaruhi oleh dunia konsumerisme,

sehingga memiliki ciri yang unik, sangat high profile dan inovatif. Perancangan

bangunan dengan langgam ini akan sangat menuntut kemampuan menampilkan ciri khas

dan keunikan yang khas, dan batik sebagai salah satu identitas bangsa yang diakui

sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO

menjadi salah satu elemen desain yang menarik untuk diolah dalam perancangan melalui

pendekatan langgam metarationalisme. Pada penelitian aplikatif ini, problem desain

fasad yang muncul akan diselesaikan dengan pendekatan motif batik sebagai selimut dan

fasad bangunan dalam kerangka pendekatan desain metarationalistik.

Kata kunci: langgam metarationalisme, desain fasad bangunan.

Page 4: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

iv

DAFTAR ISI

halamanHalaman Judul .......................................................................................................................... iHalaman Pengesahan ................................................................................................................ iiAbstrak ...................................................................................................................................... iiiDaftar Isi ................................................................................................................................... ivKata pengantar .......................................................................................................................... vBAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1 B. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 4 C. URGENSI PENELITIAN ............................................................................. 4 D.KONTRIBUSI PENELITIAN ....................................................................... 4BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5 A.SEJARAH BATIK......................................................................................... 5 B. MOTIF DAN FILOSOFI BATIK.................................................................. 7

Motif Batik Parang ......................................................................................... 7

Filosofi Batik Parang...................................................................................... 9

Motif Batik Kawung ...................................................................................... 10

Filosofi Batik Kawung ................................................................................... 11

C.PENDEKATAN METARATIONALISME DALAM DESAIN ................... 11

BAB III METODA PENELITIAN .................................................................................. 14 A. RANCANGAN DAN TAHAPAN PENELITIAN ....................................... 14 B. LOKASI PENELITIAN ................................................................................ 15BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN .................................................................... 16 A. ANALISA LOKASI ..................................................................................... 16 B. HUBUNGAN RUANG ................................................................................. 19 C.KONSEP DASAR BANGUNAN ................................................................. 20 D.IDE GAGASAN PERANCANGAN ............................................................ 21 E.APLIKASI MOTIF BATIK DALAM PERANCANGAN ............................ 23BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 26 A. KESIMPULAN ............................................................................................. 26 B. SARAN ......................................................................................................... 27DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 28

Page 5: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan

rahmatnya penelitian ini dapat diselesaikan. Adapun penelitian berjudul Penggunaan

Motif Batik Dalam Langgam Arsitektur Metarationalisme Sebagai Elemen Fasad

Bangunan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa sebagai referensi

untuk mengerjakan beragam tugas kuliah hingga pelaksanaan tugas akhir.

Penelitian ini diarahkan guna menunjang kebutuhan referensi bagi pelaksanaan

tugas-tugas mata kuliah dan tugas akhir bagi mahasiswa. Adapun, berkaitan dengan

judulnya, penelitian ini difokuskan kepada upaya untuk mengangkat kembali ragam hias

batik sebagai warisan buadaya Indonesia sebagai elemen fasad bangunan, sebagai upaya

mengangkat nilai-nilai lokal Indonesia.

Tak ada gading yang tak retak, penelitian ini tentu masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima guna

perbaikan pada penelitian-penelitian yang akan datang. Akhirnya, peneliti berharap

semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi segenap pihak.

Jakarta, Februari 2013

Peneliti

Page 6: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perancangan bangunan, adalah buah karya yang melibatkan banyak

pertimbangan, fungsi, ruang, konteks, perilaku manusia, ekonomi atau anggaran,

enclosure/ selubung bangunan dan geometri. Pertimbangan fungsi bangunan,

pertimbangan ruang menyangkut kebutuhan ruang, pertimbangan konteks akan

menyangkut site dan iklim, pertimbangan eclosure akan menyangkut bagaimana

bangunan dirancang dengan kaidah struktur, selubung bangunan, dan material serta

warna bangunan, sedangkan pertimbangan geometri akan berhubungan erat dengan

sirkulasi, bentuk dan massa bangunan serta image yang terbentuk dari building form and

massing dari bangunan tersebut.

Fasad bangunan sebagai salah satu pembentuk image bangunan, sangan berperan

dalam memberi kesan pada sebuah bangunan, karena fasad adalah pemberi impressi

pada bangunan. Fasad sangat berperan dalam memberi identitas pada sebuah bangunan

dan menjadi salah satu media ekspresi bagi arsitek, untuk menunjukkan eksistensinya,

fasad juga menjadi penanda ciri sebuah era/ langgam (styles) .

Perkembangan langgam arsitektur, dengan beragam “isme” nya, menjadi topik

diskusi yang sangat panjang dalam berbagai forum arsitek, sebagian menandai bahwa

era arsitektur berakhir dengan munculnya era dekonstruksi dan aliran-aliran yang

muncul berikutnya hanyalah pengulangan dari era yang berlangsung sebelumnya1.

Sehingga era langgam desain yang ada saat ini, sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai

kepentingan yang menyertainya: ekonomi, budaya bahkan gaya hidup.

1 Dalam diskusi dengan tema ”what is todays movement” sebagaimana diunggah lewat situs: http://archinect.com/forum/thread/52732/what-is-today-s-movement

Page 7: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

2

Langgam yang masih terdengar asing, diperkenalkan baru-baru ini, disebut

dengan pendekatan metarationalisme (metarrionalism), yang bagi sebagian arsitek masih

terdengar awam, metarationalisme sendiri, sangat erat kaitannya dengan gaya hidup,

bagi sebagian kaum filsafat (filsuf) metarationalism merupakan sebuah keniscayaan

masa kini, yang sangat erat dengan kehidupan hedonis dan konsumerisme 2.

Metarationalisme dalam arsitektur muncul melalui desain interior dan eksterior yang

berkesan mewah, modern, kreatif, dan inovatif. Metarationalism adalah apa yang

terjadi dengan arsitektur, bahwa dalam masyarakat yang makmur tidak ada perbedaan

bermakna antara kemewahan dan kebutuhan, bahwa ilmu kompleksitas dengan

kemampuannya untuk membatalkan logika struktural konvensional. Hasilnya adalah

pesta pengalaman konsumeris disajikan dalam bentuk-bentuk fenomenal kompleks.

Arsitektur Metarationalism berawal ketika dalam mempromosikan merk-merk

mewah, billboard, majalah, dan iklan televisi kurang memadai. Akhirnya mereka

menyadari sesuatu yang mereka sudah tahu bersama, bahwa kemasan produk kadang-

kadang sama pentingnya dengan produk, itu sendiri. Jadi lahir gagasan luxutecture:

desain eksterior arsitektur dengan tujuan mempromosikan merek3.

Dapat disimpulkan bahwa, langgam metarationalism memiliki beberapa ciri

spesifik diantaranya adalah:

• Wraping atau bungkusan

Fasade dan masa bangunan terlihat seperti di bungkus, seperti pada Tod’s Store.

• Folding atau lipatan

Terdapat elemen berupa lipatan-lipatan pada bangunan seperti pada Lille Grand

Palais.

• Fractal atau pecahan

Bangunan terlihat seperti pecahan-pecahan yang digabungkan.

• Bangunan dengan gaya arsitektur Metarasional cenderung berbeda dengan

bangunan disekitarnya.

2 Sebagaimana topic dalam diskusi online pada: http://archnet.org/forum/view.jsp?message_id=83 3 http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php

Page 8: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

3

• Material yang digunakan seperti kaca, baja, dan reinforced concrete.

Batik sebagai salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia memiliki nilai

komodifikasi, sebagai elemen pemersatu bangsa dan elemen identitas, yang makin

mempertegas eksistensi bangsa Indonesia, makin dipertegas melalui pengakuan

UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2

Oktober, 2009 4.

Ragam motif batik Indonesia sangat kaya, tersebar mulai dari Pulau Sumatera

hingga Papua, khusus dalam budaya jawa, sebagai suku yang memiliki teknik tinggi

dalam pembuatan batik, dikenal dua jenis batik, berdasarkan geografisnya, yaitu batik

pedalaman dan batik pesisir, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu, terutama

batik pesisir, dimana tradisi membatik masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh akulturasi

budaya masyarakat dengan kaum pendatang atau saudagar dari luar daerah, sehingga

memiliki corak dan warna yang lebih beragam, berbeda dengan batik pedalaman

(Yogyakarta atau Surakarta) yang lebih konservatif.

Arkeolog Belanda, J.LA. Brandes bahkan mempercayai bahwa batik adalah

budaya asli Indonesia, yang tidak terpengaruh budaya Hindu, sebab ragam batik juga

ditemukan di etnik Toraja, Flores, Halmahera dan Papua yang tidak memiliki

persentuhan dengan budaya Hindu, namun memiliki tradisi batik sendiri 5.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan motif batik yang khas dan tepat untuk

dijadikan selimut bangunan (Building Wrapping) pada bangunan. Selimut bangunan

adalah salah satu ciri dari pendekatan metarationalism pada bangunan, dan batik sebagai

4 http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?RL=00170 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Batik

Page 9: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

4

elemen identitas Bangsa, akan digunakan sebagai selimut bangunan, sesuai kaidah

perancangan metarationalism. Penggunaan motof batik sebagai selimut bangunan

diaplikasikan pada bangunan sekolah mode di Yogyakarta.

C. URGENSI PENELITIAN

Penelitian ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah perancangan bangunan

khususnya desain fasad/ selimut bangunan dengan pendekatan desain metarationalistik

dengan menggunakan motif batik sebagai building wrapping. Hasil penelitian ini berupa

solusi desain pada bangunan dengan menggunakan elemen batik sebagai selimut

bangunan.

D. KONTRIBUSI PENELITIAN

Kontribusi penelitian ini adalah dalam tataran aplikasi, yaitu menemukan selimut

bvangunan yang tepat, untuk desain sebuah fungsi bangunan, dengan pendekatan desain

langgam metarationalisme. Penelitian ini sebagai salah satu wujud tridharma perguruan

tinggi dengan menyumbangkan pemikiran konseptual rancangan selimut atau fasad

bangunan yang aplikatif pada sebuah kasus desain bangunan.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan solusi kreatif

dalam perancangan fasad bangunan, yang mengedepankan ciri dan identitas nasional

bangsa, yaitu batik.

Page 10: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

5

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. SEJARAH BATIK

Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam

adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini

telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi

yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga

diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang

semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku

Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik

dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad

XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai

awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun

1920-an.

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri

tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan

diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A.

Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa

tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu

dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi

diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad

ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa

dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting

ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik

dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad

Page 11: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

6

ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit

yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini

menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan

canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada

masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata

pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif

perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki

ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir

yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung",

dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga

kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa

motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif

batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta..

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.

Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak

hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai

pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.

Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga

memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada

batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti

bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta

kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal

tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena

biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Page 12: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

7

B. MOTIF DAN FILOSOFI BATIK

Sebagai karya warisan yang diturunkan antar generasi,batik membawa serta

filosofi yang sarat akan makna dan simbol, motif batik yang bisa ditelaah lebih lanjut,

mewakili kekhasan seni batik jawa, yaitu motif parang dan motif kawung

Motif Batik Parang

Motif batik parang pada dasarnya tergolong sederhana, berupa lilitan leter S yang

jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Namun, filosofi

yang terkandung di dalamnya tidak sesederhana motifnya. Ada ajaran-ajaran keutamaan

yang terkandung di dalamnya.

Parang berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Perengan menggambarkan

sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif leter S jalin-

menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar leter S diambil

dari ombak samudra yang menggambarkan semangat tidak pernah padam.

Motif ini merupakan salah satu motif dasar yang paling tua. Di masa lalu, motif parang

sangat dikeramatkan dan hanya dipakai oleh kalangan tertentu, serta dalam acara-acara

tertentu saja. Misalnya, digunakan oleh senapati keraton yang pulang dari berperang

dengan membawa kemenangan. Batik parang digunakan untuk memberi kabar gembira

kepada raja.

Gambar 1 Motif batik parang

Page 13: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

8

Perkembangan dewasa ini, motif parang mengalami banyak modifikasi, stilasi,

atau bahkan penggabungan dengan motif lain sehingga menghasilkan motif baru yang

tak kalah menarik. Beberapa jenis batik parang merupakan warisan dari era kraton

Mataram Kartasura, pada saat itu, misalnya, terdapat motif parang rusak, parang barong,

parang rusak barong, parangkusumo, parang pamor, parang klithik, parang slobog, dan

sebagainya.

Beberapa yang bisa dikenali falsafah yang terkandung di dalamnya, misalnya:

a. Parang rusak

Motif ini merupakan motif batik yang diciptakan Panembahan Senopati saat

bertapa di Pantai Selatan. Terinspirasi dari ombak yang tidak pernah lelah menghantam

karang pantai.

b. Parang barong

Adalah motif parang yang ukuran motifnya lebih besar daripada parang rusak,

diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Parang barong memiliki makna

pengendalian diri dalam dinamika usaha yang terus-menerus, kebijaksanaan dalam

gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.

c. Parang klitik

Motif ini adalah pola parang dengan stilasi motif yang lebih halus. Ukurannya

pun lebih kecil, dan mengandung citra feminin. Parang jenis ini melambangkan

kelemah-lembutan, perilaku halus dan bijaksana. Biasanya dikenakan kalangan putri

istana.

d. Parang slobog

Pada motif ini motif parang menyimbolkan keteguhan, ketelitian, dan kesabaran,

dan biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Motif ini mengandung makna harapan

agar pemimpin yang dilantik itu diilhami petunjuk dan kebijaksanaan dalam mengemban

Page 14: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

9

amanah. Bisa juga dikenakan dalam upacara kematian karena mengandung doa agar

derajatnya diangkat ke tempat yang lebih terhormat.

Filosofi Batik Parang

Batik parang memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi berupa petuah agar tidak

pernah menyerah sebagaimana ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik

parang pun menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik itu dalam arti upaya

memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian

keluarga di mana batik parang di masa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada

anak-anaknya.

Dalam konteks tersebut, motif parang mengandung petuah dari orang tua agar

melanjutkan perjuangan yang telah dirintis. Garis lurus diagonal melambangkan rasa

hormat dan keteladanan, serta kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran.

Aura dinamis dalam motif ini juga menganjurkan kecekatan, kesigapan, dan

kesinambungan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Artinya, tidak ada kata

berhenti. Begitu menyelesaikan satu pekerjaan, segeralah berlanjut kepada pekerjaan

berikutnya.

Batik parang biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Misalnya seorang

senapati yang hendak berangkat perang, dilantik oleh raja di pendopo atau alun-alun,

dengan harapan pulang membawa kemenangan. Dewasa ini, motif parang digunakan

dalam wisuda sarjana, penganugerahan bintang tanda jasa atau penghargaan dalam

lomba.

Motif parang juga sering ditemukan dalam dunia pendidikan dalam bentuk kover

buku, seragam, piala, dan sebagainya karena secara ekspilisit motif parang juga

memiliki makna kecerdasan.

Sangat jarang motif parang digunakan untuk menghadiri upacara pernikahan.

Apalagi digunakan sebagai busana pengantin. Kalangan masyarakat Jawa menganggap,

Page 15: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

10

menggunakan motif parang sebagai busana pernikahan akan menyebabkan rumah

tangganya nanti dipenuhi percekcokan.

Dalam acara semacam ini biasanya digunakan motif lain seperti motif semen

yang mengandung arti kesuburan, atau motif truntum dan kawung yang mengandung

makna kebijaksanaan, motif sidomukti, sidoasih, atau sidoluhur dan sejenisnya yang

mengambil motif sulur-suluran.

Motif Batik Kawung

Motif ini bergambar nama bunga pohon aren (buah kolang-kaling). Bathik

kawung berbentuk geometris segi empat didalam pengartian kebudayaan jawa

melambangkan suatu ajaran tentang terjadinya kehidupan manusia.

Pada awalnya batik kawung ini dipakai dikalangan keluarga kerajaan, tetapi setelah

Mataram terbagi dua corak, ini dikenakan golongan yang berbeda. Di Surakarta motif ini

dipakai oleh golongan Punokawan dan Abdidalem jajar priyantaka, didalam tokoh

pewayangan, motif kawung ini dipakai oleh Semar, Gareng, Petruk & Bagong.

Gambar 2 Motif batik kawung

Ragam motif batik Kawung:

1. Batik Kawung Picis yang diambil dari nama uang pecahan sepuluh sen.

2. Batik Kawung Bribil yang diambil dari nama uang pecahan dua puluh lima sen.

Page 16: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

11

Batik Kawung Sen yang diambil dari nama uang pecahan satu sen. Makna corak

ini adalah bahwa kehidupan ini akan kembali kepada alam sawung. Maka didalam

tradisi dahulu motif ini dipakai untuk penutup orang meninggal.

Filosofi Batik Kawung

Batik motif Kawung mempunyai makna yang melambangkan harapan agar

manusia selalu ingat akan asal usulnya.

Jaman dahulu, batik motif kawung dikenakan di kalangan kerajaan. Pejabat

kerajaan yang mengenakan batik motif kawung mencerminkan pribadinya sebagai

seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani

agar ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.

C. PENDEKATAN METARATIONALISME DALAM DESAIN

Perkembangan langgam arsitektur, dengan beragam “isme” nya, menjadi topik

diskusi yang sangat panjang dalam bergai forum arsitek, sebagian menandai bahwa era

arsitektur berakhir dengan munculnya era dekonstruksi dan aliran-aliran yang muncul

berikutnya hanyalah pengulangan dari era yang berlangsung sebelumnya6. Sehingga era

langgam desain yang ada saat ini, sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai kepentingan

yang menyertainya: ekonomi, budaya bahkan gaya hidup.

Langgam yang masih terdengar asing, diperkenalkan baru-baru ini, disebut

dengan pendekatan metarationalisme (metarrionalism), yang bagi sebagian arsitek masih

terdengar awam, metarationalisme sendiri, sangat erat kaitannya dengan gaya hidup,

bagi sebagian kaum filsafat (filsuf) metarationalism merupakan sebuah keniscayaan

masa kini, yang sangat erat dengan kehidupan hedonis dan konsumerisme 7.

Metarationalisme dalam arsitektur muncul melalui desain interior dan eksterior yang

6 Dalam diskusi dengan tema ”what is todays movement” sebagaimana diunggah lewat situs: http://archinect.com/forum/thread/52732/what-is-today-s-movement 7 Sebagaimana topic dalam diskusi online pada: http://archnet.org/forum/view.jsp?message_id=83

Page 17: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

12

berkesan mewah, modern, kreatif, dan inovatif. Metarationalism adalah apa yang

terjadi dengan arsitektur, bahwa dalam masyarakat yang makmur tidak ada perbedaan

bermakna antara kemewahan dan kebutuhan, bahwa ilmu kompleksitas dengan

kemampuannya untuk membatalkan logika struktural konvensional. Hasilnya adalah

pesta pengalaman konsumeris disajikan dalam bentuk-bentuk fenomenal kompleks.

Arsitektur Metarationalism berawal ketika dalam mempromosikan merk-merk

mewah, billboard, majalah, dan iklan televisi kurang memadai. Akhirnya mereka

menyadari sesuatu yang mereka sudah tahu bersama, bahwa kemasan produk kadang-

kadang sama pentingnya dengan produk, itu sendiri. Jadi lahir gagasan luxutecture:

desain eksterior arsitektur dengan tujuan mempromosikan merek8.

Gambar 3 Eksterior dan interior Tod Store di Tokyo Jepang karya Arsitek Toyo Ito,

merepresentasikan langgam metarationalism9

8 http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php 9 http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php

Page 18: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

13

Gambar 4 Eksterior dan interior Lille Grand Palais di Lille Prancis karya Reem Koolhas,

merepresentasikan langgam metarationalism.

Dapat disimpulkan bahwa, langgam metarationalism memiliki beberapa ciri

spesifik diantaranya adalah:

• Wraping atau bungkusan Fasade dan masa bangunan terlihat seperti di bungkus, seperti pada Tod’s Store. • Folding atau lipatan

Terdapat elemen berupa lipatan-lipatan pada bangunan seperti pada Lille Grand Palais.

• Fractal atau pecahan Bangunan terlihat seperti pecahan-pecahan yang digabungkan.

• Bangunan dengan gaya arsitektur Metarasional cenderung berbeda dengan bangunan disekitarnya.

• Material yang digunakan seperti kaca, baja, dan reinforced concrete.

Page 19: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

14

BAB III

METODA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif, tentang penggunaan motif batik yang

diaplikasikan dalam desain fasad bangunan, desain fasad bangunan dimaksud,

merupakan bangunan dengan fungsi khusus sebagai sekolah mode di Yogyakarta, motif

dan filosofi batik akan dieksplorasi dalam desain selimut bangunan dan diterapkan

dalam desain untuk sekolah mode di Yogyakarta.

A. RANCANGAN DAN TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengekplorasi ragam motif batik dan

mengaplikasikannya ke dalam desain selimut bangunan, bangunan dimaksud memiliki

fungsi sebagai bangunan pendidikan dengan kegiatan utama sebagai sekolah mode,

lokasi site terpilih ada di kota Yogyakarta. Adapun teknis pelaksanaanya adalah sebagai

berikut:

1. Ragam motif batik dikumpulkan dengan menggunakan studi literatur.

2. Ragam dan motif batik diekplorasi dalam desain fasad/ selimut bangunan..

3. Motif batik terpilih diterapkan dalam desain selimut bangunan, menyesuaikan

kondisi site dan kaidah estetika.

Page 20: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

15

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian sebagai penerapan penggunaan motif batik pada selimut

bangunan, dipilih di Yogyakarta, dengan pertimbangan Sekolah-sekolah mode

berkualitas yang ada di Indonesia terpusat di ibu kota Jakarta. Faktanya, kota-kota lain di

Indonesia juga memiliki potensi yang sangat besar dibidang ini. Salah satu kota tersebut

adalah Yogyakarta. Kota dengan sebutan kota pelajar ini, memiliki potensi dalam bidang

mode yang sangat besar, terlihat dari diadakannya festival mode di Yogyakarta yaitu

Yogyakarta Fashion Week10 setiap tahunnya. Potensi lain dari kota ini adalah

Yogyakarta merupakan kota yang penuh dengan budaya dengan ciri khasnya sendiri,

salah satunya yaitu batik. Batik merupakan salah satu contoh mode ciri khas Indonesia.

Budaya ciri khas tersebut, dapat menjadi salah satu sumber ide dan diaplikasikan dalam

rancangan pakaian, yang modern, kreatif, dan inovatif.

10 www.jogjanews.com/tag/jogja-fashion-week-2011

Page 21: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

16

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. ANALISA LOKASI Pencapaian Menuju Tapak

Gambar 5. Analisa Pencapaian Menuju Tapak

Pencapaian menuju tapak bisa dikatakan sangat mudah, karena tapak terletak di

tengah kota dengan akses yang baik. Untuk menuju tapak dapat diakses melalui

beberapa jalan, yaitu:

• Dari arah Malioboro melalui Jalan Kusumanegaran lalu ke Jalan Ipda Tut

Harsono lalu ke Jalan Kenari atau Jalan Kusumanegaran lalu ke Jalan Cendana

lalu ke Jalan Kenari, dengan waktu tempuh ±10 menit.

• Dari arah Kota Baru melalui Jalan Gayam lalu ke Jalan Kenari, ±10 menit.

• Dari arah Jalan Janti (arah Bandara Adi Sucipto, Kota Klaten, dan Kota Solo)

melalui Jalan Kusumanegaran lalu ke Jalan Ipda Tut Harsono lalu ke Jalan

Kenari.

Jalan-jalan tersebut merupakan jalan yang dapat dilalui dua arah.

Jalan Gayam Lebar jalan 13m

Jalan Kenari Lebar jalan 13m

Jalan Kusumanegaran Lebar jalan 16 m

Dari Malioboro atau pusat kota

Dari Kota Baru dan stasiun Lempuyangan

Dari jalan Janti (arah ke bandara Adi Sucipto, Kota Klaten dan kota Solo)

Jalan Cendana Lebar jalan 13m

Jalan Ipda Tut Harsono Lebar jalan 26 m

U

Page 22: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

17

Sirkulasi

Gambar 6 . Analisa Sirkulasi

Lokasi tapak terletak di Jalan Kenari dengan lebar jalan 13m. Sirkulasi

kendaraan di jalan ini cenderung sepi karena kendaraan pribadi dari arah Kota Baru dan

Jl. Adi Sucipto yang akan menuju Jl. Kusumanegaran lebih banyak melewati Jl. Timoho.

Kepadatan hanya terjadi di pertemuan Jalan Kenari dengan Jalan Ipda Tut Harsono,

karena adanya lampu lalu lintas di pertemuan jalan ini.

Sebagian besar kendaraan yang melewati jalan ini adalah kendaraan pribadi

seperti mobil dan motor.

View dan Titik Tangkap

Pada bangunan Sekolah Mode ini, arah pandang lebih fokus ke arah dalam.

Namun, titik tangkap terhadap bangunan, sangat berpengaruh pada perletakan masa

bangunan, dan perletakan pintu masuk. Selain itu, pada titik tangkap bangunan terbaik,

dapat didesain sebaik mungkin sebagai vocal point.

Pedestrian Sirkulasi kendaraan

U

Tingkat Sirkulasi kendaraan sangat rendah Tingkat Sirkulasi

kendaraan rendah

Page 23: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

18

Gambar 7 Analisa View

Zoning

Zoning merupakan pendaerahan fungsi ruangan berdasarkan dari sifat dari

kegiatan yang dilakukan pengguna bangunan. Penzoningan ini didapat dari analisa

terhadap kebutuhan manusia. Dengan penzoningan, dapat ditentukan perletakan ruang-

ruang di dalam bangunan.

Terdapat dua macam zoning, yaitu zoning horizontal dan zoning vertikal yang

terdiri dari area publik, semi publik, semi private, private, dan service.

• Zona publik adalah daerah yang dapat diakses dengan mudah oleh semua

pengunjung bangunan seperti area parkir, lobby, workshop, dan area komersil.

• Zona semi publik adalah daerah yang dapat digunakan oleh sebagian pengguna,

seperti perpustakaan.

• Zona Semi private adalah area yang hanya bisa diakses oleh sebagian orang-

orang tertentu saja seperti ruang kelas dan ruang administrasi.

• Zona Private adalah area yang hanya dimasuki oleh orang-orang tertentu saja

seperti ruang bagian jurusan, ruang dosen, dan lain-lain.

• Zona Service adalah area yang berfungsi sebagai penunjang ruang-ruang lainnya

yang terdiri dari toilet, Ruang genset, ruang panel, janitor dan pantry.

Titik tangkap terbaik

U

Page 24: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

19

B. HUBUNGAN RUANG

Gambar 8

Hubungan Ruang

U

Page 25: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

20

C. KONSEP DASAR BANGUNAN

Filosofi Bangunan

Dunia mode merupakan dunia yang tidak berbeda dengan dunia arsitektur, selalu

berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, teknologi, dan pola pikir manusia. Selain

itu, dunia mode dan dunia arsitektur memiliki unsur-unsur desain, bentuk, karakteristik,

pola, konstruksi, keindahan, serta masa depan.

Sekolah Mode yang merupakan wadah bagi bakat-bakat muda dalam berkreasi

ini, dapat menghasilkan rancangan-rancangan mode yang kreatif, inovatif, dan mewah.

Oleh karena itu, dalam perancangan Sekolah Mode ini, desain bangunan tidak lepas dari

unsur-unsur yang ada pada dunia mode.

Topik dan Tema

Pada desain Sekolah Mode yang berfungsi sebagai fasilitas bagi bakat-bakat

muda dalam bidang mode untuk berkarya ini, arsitektur Metarasional digunakan sebagai

pendekatan arsitektur. Pendekatan arsitektur Metarasional dipilih untuk memperlihatkan

dan sekaligus mempromosikan hasil dari Sekolah Mode yang merupakan desain-desain

yang kreatif. Arsitektur Metarasional pada Sekolah Mode ini terlihat dari eksterior dan

interiornya, dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat mendukung.

Tema yang dipilih untuk mendukung pendekatan arsitektur Metarasional pada

bangunan Sekolah Mode ini adalah Fashionable. Tema ini berkaitan dengan pendekatan

arsitektur yang digunakan dalam perancangan Sekolah Mode.

Topik dan tema ini, berkaitan dengan filosofi bangunan. Sehingga desain

keseluruhan bangunan, selalu berkaitan.

Citra, Nuansa, dan Suasana a. Citra merupakan ekspresi dari kegiatan bangunan yang diwujudkan melalui

penampilan bangunan. Bangunan Sekolah Mode berfungsi sebagai bangunan

pendidikan. Untuk itu citra bangunan harus memperlihatkan kesan yang menarik,

mewah, kreatif, modis, dan dinamis seperti halnya dunia mode.

Page 26: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

21

b. Nuansa merupakan suatu keadaan yang diinginkan dari ekspresi di luar bangunan.

Nuansa pada rancangan Sekolah Mode ini yaitu nuansa yang modern dan mewah.

c. Suasana merupakan penampilan interior pada bangunan. Suasana pada Sekolah Mode

haruslah menyenangkan, tidak memosankan, dan tenang untuk kegiatan belajar

mengajar. Untuk itu, perancangan inerior sangat perpengaruh, seperti pemilihan unsur

decoratif, pemilihan warna, pemilihan furniture, dan pemilihan jenis lampu.

D. IDE GAGASAN PERANCANGAN

Perancangan Tapak

Gambar 9

Konsep Perancangan Tapak

Konsep Bangunan

Ide masa bangunan Sekolah Mode diambil dari pendekatan arsitektur

Metarasional yang ciri khususnya yaitu terlihat seperti dibungkus dan terlihat seperti

bagian pecahan-pecahan yang digabungkan. Ciri-ciri tersebut terlihat pada fasade

U

Pintu Service

Area Service

Area Bangunan

Area Parkir

Pintu keluar kendaraan pribadi

Pintu untuk pedestrian

Pintu masuk kendaraan pribadi

Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau

Page 27: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

22

bangunan yang seolah-olah seperti kain-kain perca yang digabungkan, yang dapat

menjadi titik tangkap bangunan.

Pada beberapa bagian bangunan terdapat permainan bidang yang maju mundur.

Permainan bidang ini agar bangunan tidak terlihat kaku. Selain itu, pada bidang

bangunan yang terdapat permainan bidang, dapat dimanfaatkan sebagai area lounge bagi

siswa.

Gambar 10

Konsep Bangunan

Gambar 11.

Konsep Bangunan

Ciri arsitektur metarasional Ciri arsitektur

metarasional

Roof Garden Atap yang dapat digunakan sebagai area bersosialiasi dan beristirahat.

Permainan bidang, dapat menciptakaan penghawaan alami

Elemen dekorasi

Page 28: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

23

Konsep Struktur • Struktur bawah : Bore Pile

Bore pile dipilih sebagai struktur bawah karena

tapak berada dekat dengan perumahan, sehingga

tidak menyebabkan polusi suara.

• Struktur tengah : Tube

Tube dipih sebagai struktur tengah karena dapat

mendukung pendekatan arsitektur Metarasional

yang dipilih untuk desain bangunan.

• Struktur atas : Bidang Datar

Bidang datar dipilih sebagai struktur atas karena

akan digunakan sebagai green roof.

Konsep Konstruksi

Konstruksi yang digunakan adalah konstruksi beton. Beton dapat mendukung

pendekatan arsitektur Metarasional. Beton dapat dibentuk sesuai keinginan.

E. APLIKASI MOTIF BATIK DALAM PERANCANGAN

Gambar 11. Alternatif 1 dan 2 Penggunaan Batik Kawung Dalam Selimut Bangunan

Page 29: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

24

Gambar 12. Alternatif 1-3 Penggunaan Batik Parang Dalam Selimut Bangunan

Motif batik yang diekplorasi dalam desain selimut bangunan adalah motif

kawung dan parang karena dua motif ini adalah motif yang sangat populer di masyarakat

dan memiliki pola geometris yang sangat mudah diaplikasikan dalam rancangan, hasil

ekplorasi pada motif batik menghasilkan desain pola batik yang merupakan gabungan

antara motif parang dan motif geometris tambahan sebagai pola penyeimbang,

Page 30: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

25

Motif parang yang dinamis dan sederhana, tampak seperti sebuah ombak di

lautan, melambangkan keutamaan dan perjuangan tiada henti, menuju kesempurnaan,

juga mengandung harapan untuk masa depan yang lebih baik, motif ini menjadi

gambaran sempurna terhadap harapan perancang pada bangunan yang dirancanganya,

sehingga bangunan sekolah mode yang dirancang, juga membawa harapan akan masa

depan pendidikan mode yang lebih baik di masa yang akan datang.

 Gambar 13.

Alternatif Terpilih Penggunaan Batik Parang Dalam Selimut Bangunan

Gambar 14. Aplikasi Motif Batik Terpilih Dalam Maket Desain Bangunan

Page 31: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Perancangan bangunan sebagai buah karya yang melibatkan banyak pertimbangan,

fungsi, ruang, konteks, perilaku manusia, ekonomi atau anggaran, enclosure/ selubung

bangunan dan geometri. Pertimbangan fungsi bangunan, pertimbangan ruang

menyangkut kebutuhan ruang, pertimbangan konteks akan menyangkut site dan iklim,

pertimbangan eclosure akan menyangkut bagaimana bangunan dirancang. Semua hal

diatas harus diimbangi dengan tanggung jawab seorang arsitek untuk memperkuat nilai

lokal dalam rancangan, introdusir dan pencapaian nilai lokal dalam bangunan dapat

dicapai melalui berbagai cara, dan penggunaan motof batik sebagai selimut bangunan

adalah salah satunya.

Batik sebagai salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia memiliki nilai

komodifikasi, sebagai elemen pemersatu bangsa dan elemen identitas, yang makin

mempertegas eksistensi bangsa Indonesia, makin dipertegas melalui pengakuan

UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2

Oktober, 2009 coba diaktualisasikan dalam rancangan bangunan, sebagai upaya

memperkuat nilai lokal pada bangunan.

Page 32: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

27

Batik sebagai nilai lokal yang diaktualisasikan dalam rancangan, akan dipertegas

dan diperkuat dalam rancangan dengan langgam mataratinalisme, sebagai usaha

“meningkatkan nilai ekonomi” dan standar kemewahan sebuah bangunan.

Metarationalisme dalam arsitektur dimunculkan melalui desain interior dan eksterior

yang berkesan mewah, modern, kreatif, dan inovatif.

B. SARAN

Usaha mengintrodusir dan meningkatkan peran nilai lokal dalam perancangan

perlu didukung dan diperkuat, sehingga nilai lokal yang ada di Indonesia bisa berperan

dalam kancah global dan menjadi penanda ciri arsitektur Indonesia. Segenap daya dan

upaya untuk mengintrodir nilai-nilai lokal dalam rancangan akan menghadapi berbagai

kendala, khusus untuk rancangan motif batik sebagai selimut bangunan, sampai saat ini

material bangunan masih menjadi kendala, karena dukungan dari perusahaan-perusahaan

material bangunan belum maksimal, terkait dengan pasar yang masih kecil.

Saat ini, metal cutting masih menjadi satu-satunya material yang diandalkan, tapi

material ini memiliki kelemahan, yaitu harga yang mahal dan proses pekerjaan yang

tidak bisa diproduksi secara massal, karena material logam adalah material yang mahal

pada akhirnya akan meningkatkan harga bangunan secara keseluruhan, material lain

yang memungkinkan dan murah serta massal perlu lebih dikembangkan.

Page 33: PENGGUNAAN MOTIF BATIK DALAM LANGGAM ARSITEKTUR ...

28

DAFTAR PUSTAKA

Callender, John hancock And Joseph de Ciara, Time Saver Standards for Building type

3rd Edition, United States, 1990

Future Arc, 3rd Quarter 2011 volume 22

http://archinect.com/forum/thread/52732/what-is-today-s-movement (diakses februari

2012)

http://archnet.org/forum/view.jsp?message_id=83 (diakses Februari 2012) http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php

(diakses Februari 2012) http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?RL=00170 (diakses Maret 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Batik (diakses Maret 2012) http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php

(diakses Maret 2012) http://www.tokyoarchitecture.info/Building/4056/Tods-Omotesando-Building.php

(diakses Maret 2012) Melvin, Jeremy, Isms Understanding Architectural Styles, Universe Publishing, New

York, 2006