PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA...

11
2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 88 PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF EDUCATIONAL GAMES UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ari Yanto, Budi Febriyanto, Riska Fitriani Universitas Majalengka E-mail: [email protected] ABSTRAK Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar pada pemahaman konsep serta pengembangan keterampilan sosial dan berpikir kritis, sehingga dapat diterapkan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Dari hasil tes pra siklus sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua tindakan dengan empat tahap yang mengacu pada model Kemmis & McTaggart yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II yang berjumlah 16 siswa karena 1 siswa dinyatakan keluar. Data dikumpulkan melalui lembar kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, dan tes pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan guru dan siswa mengalami peningkatan. Setelah data terkumpul dan dianalisis, dari data awal rata-rata 61,76 dengan ketuntasan 29,41% meningkat pada siklus I rata-rata menjadi 68,91 dengan ketuntasan 50%, dan kembali meningkat pada siklus II rata-rata menjadi 87,31 dengan ketuntasan 100%. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II. Kata Kunci: Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Educational Games, Pemahaman Konsep, Pembelajaran IPS PENDAHULUAN Pengembangan kualitas sumber daya manusia yang beradab dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Nurihsan (2014: 119) berpendapat bahwa “Dilihat dari indikator peradaban dan indeks perkembangan manusia, perkembangan peradaban Bangsa Indonesia masih belum optimal”. Sebagai upaya untuk mengembangkan peradaban bangsa yaitu dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendidikan yang bermutu. Guru hendaknya dapat mendesain dan memberikan pendidikan melalui proses pembelajaran yang memungkinkan siswanya untuk memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup yang diperlukannya. Guru dapat menyesuaikan desain pembelajaran dalam setiap mata pelajaran dengan karakteristik siswa, karakteristik materi pembelajaran, serta karakteristik lingkungannya.

Transcript of PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA...

Page 1: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 88

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF EDUCATIONAL GAMES UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

Ari Yanto, Budi Febriyanto, Riska Fitriani

Universitas Majalengka E-mail: [email protected]

ABSTRAK Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar pada pemahaman konsep serta pengembangan keterampilan sosial dan berpikir kritis, sehingga dapat diterapkan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Dari hasil tes pra siklus sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua tindakan dengan empat tahap yang mengacu pada model Kemmis & McTaggart yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II yang berjumlah 16 siswa karena 1 siswa dinyatakan keluar. Data dikumpulkan melalui lembar kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, dan tes pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan guru dan siswa mengalami peningkatan. Setelah data terkumpul dan dianalisis, dari data awal rata-rata 61,76 dengan ketuntasan 29,41% meningkat pada siklus I rata-rata menjadi 68,91 dengan ketuntasan 50%, dan kembali meningkat pada siklus II rata-rata menjadi 87,31 dengan ketuntasan 100%. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II. Kata Kunci: Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Educational Games, Pemahaman

Konsep, Pembelajaran IPS PENDAHULUAN

Pengembangan kualitas sumber daya manusia yang beradab dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Nurihsan (2014: 119) berpendapat bahwa “Dilihat dari indikator peradaban dan indeks perkembangan manusia, perkembangan peradaban Bangsa Indonesia masih belum optimal”. Sebagai upaya untuk mengembangkan peradaban bangsa yaitu dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui

pendidikan yang bermutu. Guru hendaknya dapat mendesain dan memberikan pendidikan melalui proses pembelajaran yang memungkinkan siswanya untuk memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup yang diperlukannya. Guru dapat menyesuaikan desain pembelajaran dalam setiap mata pelajaran dengan karakteristik siswa, karakteristik materi pembelajaran, serta karakteristik lingkungannya.

Page 2: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 89

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dasar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwaIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). IPS mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa mata pelajaran IPS memiliki tujuan, yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman terhadap berbagai konsep, serta kemampuan siswa dalam menganalisis kondisi, peristiwa, atau permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun definisi pemahaman konsep menurut Sanjaya (2015: 6) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran di kelas dapat dilihat secara sederhana melalui penilaian hasil belajar.

Studi pendahaluan mengenai nilai hasiltes pra siklus pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan menghargai jasa dan peranan tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia masih jauh dari apa yang diharapkan. Dari 17 siswa, hanya 5 siswa atau sebesar 29.41% yang telah mencapai KKM dan 12 siswa lainnya atau sebanyak 70.59% masih belum mencapai KKM. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS di SD Negeri Simpeureum II adalah 70. Merujuk pada kondisi tersebut maka hasil belajar siswa dikatakan belum memenuhi standar ketuntasan minimal sehingga dibutuhkan sebuah upaya dalam mengatasi hal tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di Indonesia hendaknya mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi guru akan mampu mengolah dan menyajikan informasi terkait pembelajaran yang baik dengan memanfaatkan beragam media visual, audio, audio visual, maupun multimedia interaktif. Salah satu bentuk multimedia interaktif adalah permainan edukasi (educational games). Kuswardayan (Arifin,2015: 136) menjelaskan bahwa game edukasi merupakan salah satu tema permainan yang berusaha memberikan nilai edukasi dalam sebuah permainan, sehingga

Page 3: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 90

permainan yang awalnya hanya berfungsi sebagai media penghibur, akhirnya juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran atau pelatihan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan edukasi bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang dipelajarinya. Sebagai pendukung dari rencana penelitian tindakan kelas ini, peneliti menemukan upaya tindakan perbaikan kelas dengan menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu penelitian dengan judul Penerapan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Organ Tubuh Manusia dan Fungsinya oleh Dinar Arena Tiari (2016), bahwa penerapan media pembelajaran multimedia interaktif menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Rata-rata kelas dari hasil tes pra siklus adalah 60.38% kemudian meningkat menjadi 72.41% pada siklus I dan 83.09% pada siklus II. Adapun peningkatan ketuntasan klasikal dari tes prasiklus adalah sebesar 38.01% meningkat menjadi 67.43% pada siklus I dan 84.23% pada siklus II. Hasil penelitia membuktikan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan multimedia interaktif.

Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa penggunaan multimedia interaktif educational games ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Mei di SD Negeri Simpeureum II Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2017/2018. Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Simpeureum II Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah sebanyak 17 siswa, terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 12 siswi perempuan. Desain penelitian tindakan kelas ini menggunakan desain Kemmis dan Mc Taggart yang berorientasi dalam 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes menggunakan butir soal evaluasi serta non tes menggunakan observasi dan dokumentasi.Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah soal evaluasi, lembar observasi guru dan siswa, catatan lapangan, dan kamera. Validitas data menggunakan triangulasi serta analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Page 4: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 91

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian tindakan siklus I tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Mei 2018 dan tindakan 2 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Mei 2018. Sedangkan siklus II tindakan 1 dilaksanakan pada hari Jumattanggal 11 Mei 2018 dan tindakan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2018.Kegiatan pembelajaran menggunakan media pembelajaran educational games yang disajikan pada sebuah laptop dan dioperasikan langsung oleh tiga kelompok heterogen yang terdiri dari 5 – 6 siswa.

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan kelengkapan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kompetensi dasar yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga dipersiapkan alat pendukung pembelajaran lainnya seperti pengeras suara. Alokasi waktu setiap pembelajaran adalah 2x35 menit.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games pada siklus I masih belum optimal. Hal ini terbukti dari ketuntasan klasikal yang baru mencapai 50%. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan kegiatan guru, masih terdapat

indikator yang belum tercapai. Artinya guru masih belum sepenuhnya menguasai dan melaksanakan setiap indikator yang terdapat pada lembar pengamatan kegiatan guru sehingga observer memberi saran agar setiap indikator dari kegiatan guru dapat dilaksanakan dengan optimal.Masih terdapat kegiatan siswa yang belum terpenuhi. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I tindakan 1 baru mencapai 71,87% atau mendapatkan skor 23 dari jumlah skor keseluruhan yaitu 32. Sedangkan pada tindakan 2 telah mencapai 78,12% atau mendapatkan skor 25. Namun, beberapa siswa masih kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya, siswa masih belum menguasai materi secara maksimal, siswa merasa bingung untuk menjelaskan materi dengan bahasanya sendiri.Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keberhasilan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini belum tercapai secara optimal. Guru masih perlu meningkatkan kompetensi dan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran dan pemahaman konsep siswa khususnya pada mata pelajaran IPS dapat meningkat dengan baik. Dapat disimpulkan pula bahwa penelitian masih perlu dilanjutkan ke tindakan siklus II dengan materi menghargai jasa dan peranan tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pelaksanaan pembelajaran pada pada siklus II telah mengalami peningkatan. Hasil observasi kegiatan

Page 5: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 92

siswa pada siklus II tindakan 1 telah mencapai 84,38% dengan skor 25 dari jumlah skor keseluruhan yaitu 32. Sedangkan pada tindakan 2 telah mencapai 93,75% atau mendapatkan skor 30. Kemudian, hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II sudah sangat baik, dengan hasil 86,66% pada tindakan 1, dan 100% pada tindakan 2. Walau begitu, observer memberi saran agar peneliti terus belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas.

Pada tes pemahaman konsep pada tindakan 1 siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 6 siswa atau 37,50% dan 10 siswa lainnya atau 62,50% belum mencapai ketuntasan minimal.Hasil tes pemahaman konsep pada tindakan 2 siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 11 siswa atau 68,75% dan 5 siswa atau 31,25% belum mencapai ketuntasan minimal. Setelah hasil tes pemahaman konsep pada tindakan 1 dan tindakan 2 diakumulasikan, maka pada siklus I ini diperoleh 50% atau 8 siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sementara 8 siswa atau sekitar 50% masih di bawah KKM dan masih dikategorikan belum tuntas. Hal ini mengakibatkan siswa belum memahami materi menghargai jasa dan peranan tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia secara menyeluruh. Dalam hal ini, observer menyarankan agar guru lebih meningkatkan kembali kompetensinya

sehingga hasil belajar yang dicapai dapat meningkat.

Pada hasil tes pemahaman konsep pada tindakan 1 siklus II siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 14 siswa atau 87,50% dan 2 siswa lainnya atau 12,50% belum mencapai ketuntasan minimal, dengan rata-rata kelas sebesar 82,81. Hasil tes pemahaman konsep pada tindakan 2 juga menunjukkan hasil yang sebanding, yaitu siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 16 siswa atau 100% dan 0 siswa atau 0% belum mencapai ketuntasan minimal, dengan rata-rata kelas sebesar 91,75. Setelah hasil tes pemahaman konsep pada tindakan 1 dan tindakan 2 diakumulasikan, maka pada siklus II ini diperoleh 100% atau 16 siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), kemudian sebanyak 0 siswa atau sekitar 0% dalam dikategorikan belum tuntas, dengan rata-rata kelas sebesar 87,31. Dalam hal ini, pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berhasil sebagaimana yang disampaikan oleh Depdikbud bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah mencapai ketuntasan sekurang-kurangnya ≥85% (Depdikbud dalam Trianto, 2012: 41).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games pada siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II telah mencapai ketuntasan dan

Page 6: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 93

mampu meningkatkan pemahaman konsep IPS siswa. Meningkatnya pemahaman konsep siswa tidak lepas dari meningkatnya performansi guru sehingga kualitas kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Keberhasilan dari penelitian ini dapat

dilihat dari semua indikator keberhasilan yang menjadi tolak ukur keberhasilan penelitian sudah tercapai.

Berikut merupakan grafik hasil tes pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II.

Grafik Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa dari hasil tes pemahaman konsep siswa pada pra siklus dengan persentase keberhasilan sebesar 29,41% meningkat pada siklus I dengan persentase keberhasilan sebesar 50%. Kemudian pada siklus II meningkat kembali dengan persentasekeberhasilanmencapai100%.selain itu, kegiatan guru pada saatpembelajaran pada siklus I tindakan 1 adalah 66,66% dan pada tindakan 2 adalah 73,33%. Setelah melakukan akumulasi data mencapai persentase 70% dengan kategori baik. Sementara untuk siklus II tindakan 1 kegiatan guru mencapai

86,66% dan pada tindakan 2 mencapai 100%. Setelah dilakukan akumulasi maka kegiatan guru pada siklus II telah mencapai 93,33% dengan kategori sangat baik. Untuk kegiatan siswa pada siklus I tindakan 1 adalah 71,87% dan pada tindakan 2 mencapai 78,12%. Setelah melakukan akumulasi kegiatan siswa pada siklus I mencapai75% dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II tindakan 1mencapai 84,38% dan pada tindakan 2 mencapai 93,75%. Setelah diakumulasi maka hasil pengamatan kegiatan guru telah mencapai 89% dengan kategori baik.

Belum

010

2030

4050

6070

8090

100

Pra Siklus Siklus I Tindakan 1

Tindakan 2

Siklus II Tindakan 1

Tindakan 2

29.41

50

37.50

68,75

100

87,50

70.59

50

62,50

31,25

0

12,50

0

Tuntas

Belum Tuntas

100

Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konsep

Page 7: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 94

Perlu diketahui bahwa suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika persentase yang dicapai sekurang-kurangnya ≥85% (Depdikbud dalam Trianto, 2012: 41). Maka penelitian ini telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal tersebut. PEMBAHASAN

Riyana dan Susilana (2016: 20) mendefinikan bahwa “Multimedia sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus bergambar”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan media pembelajaran yang disajikan dalam bentuk teks bergambar serta dengan membubuhkan musik atau lagu yang dibuat semenarik mungkin untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat penyampaian materi pelajaran. Sedangkan interaktif artinya dalam penggunaannya, media tersebut dapat digunakan apabila ada seseorang yang mengoperasikannya. Dengan kata lain media pembelajaran multimedia interaktif hanya akan berjalan apabila terjadi interaksi antara media dengan penggunanya. Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games merupakan cara baru yang diharapkan dapat memudahkan proses belajar, memadukan unsur seni, teknologi, dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran.

Hasil pengamatan kegiatan guru pada penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Simpeureum II Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2017/2018 ini telah mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I kegiatan

guru dalam proses pembelajaran telah mencapai kategori baik. Namun, masih terdapat beberapa indikator yang belum tercapai sehingga perlu diperbaiki agar pembelajaran lebih optimal. Sementara pada siklus II terlihat ada peningkatan yang tinggi dari siklus I dimana indikator kegiatan guru pada proses pembelajaran sudah tercapai secara menyeluruh. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan guru pada siklus II mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari siklus I.Adapun peningkatan hasil pengamatan kegiatan guru pada tindakan 1 dan tindakan 2 di setiap siklusnya disajikan dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Tabel Hasil Pengamatan Kegiatan

Guru Siklus Tindakan Persentase

(%)

Siklus I Tindakan 1 66,66% Tindakan 2 73,33%

Siklus II Tindakan 1 86,66% Tindakan 2 100%

Berdasarkan data pengamatan kegiatan guru di atas, dapat diketahui bahwa hasil kegiatan guru terdapat peningkatan dari setiap siklusnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti semakin baik. Hal tersebut terbukti bahwa pada siklus I tindakan 1 persentase hasil kegiatan guru baru mencapai 66,66% dalam kategori baik, sementara pada tindakan 2 persentase kegiatan guru mengalami sedikit peningkatan, yaitu mencapai 73,33%. Kemudian pada siklus II tindakan 1 meningkat kembali persentasenya mencapai 86,66%, dan pada tindakan 2 mengalami

Page 8: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 95

peningkatan menjadi 100%. Selisih kenaikan kegiatan guru dari siklus I tindakan 1 ke tindakan 2 adalah sebesar 6.67% dengan persentase kenaikan sebesar 10%. Sedangkan selisih kenaikan kegiatan guru pada siklus II tindakan 1 ke tindakan 2 adalah sebesar 13,34% dengan persentase kenaikan sebesar 15,39%. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan guru selama proses pembelajaran dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Setelah mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut adalah hasil pengamatan kegiatan siswa disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Siklus Tindakan Persentase (%)

Siklus I Tindakan 1 71,87% Tindakan 2 78,12%

Siklus II Tindakan 1 84,38% Tindakan 2 93,75%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengamatan kegiatan siswa terlihat mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pada siklus I tindakan 1 persentase kegiatan siswa baru mencapai 71,87% dengan kategori baik, sementara pada tindakan 2 persentasenya meningkat mencapai 78,12%. Sedangkan pada siklus II tindakan 1 persentase kegiatan siswa mencapai 84,38% kemudian meningkat kembali pada tindakan 2 menjadi 93,75%. Selisih dari siklus I tindakan 1 ke tindakan 2 adalah sebesar 6,25% dengan persentase kenaikan sebesar 8,70%. Sedangkan

selisih siklus II dari tindakan 1 ke tindakan 2 adalah sebesar 9,37% dengan persentase kenaikan sebesar 11,10%. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan siswa selama proses pembelajaran dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.

Setiap guru pasti menginginkan siswanya untuk memahami materi pelajaran yang ia sampaikan baik dari materi yang sederhana sampai pada materi yang terumit sekalipun. Namun pada kenyataannya di lapangan masih banyak siswa yang belum mencapai kemampuannya dalam memahami konsep setiap materi ajar. Sama halnya dengan apa yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Simpeureum II ini. 70,59% dari 16 siswanya masih belum memahami konsep-konsep pada mata pelajaran IPS. Hal tersebut juga berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Bloom (Sanjaya, 2015: 6) menyatakan bahwapemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami materi yang disampaikan, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil percobaan yang siswa lakukan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa paham berarti siswa mampu memahami konsep-konsep yang ia pelajari serta mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, guru

Page 9: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 96

dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa, sehingga tujuan dapat tercapai dengan optimal terutama dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Untuk mewujudkannya maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan media pembelajaran

multimedia interaktif educational games ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil tes evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung terkait pemahaman konsep siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.

Tabel Hasil Tes Pemahaman Konsep Siswa

Persentase Ketuntasan Pemahaman Konsep Siswa (%) Keterangan Tuntas (T) Belum Tuntas (BT)

Siklus I 50% 50% Tindakan 1 37,50% 62,50% Tindakan 2 68,75% 31,25%

Siklus II 100% 0% Tindakan 1 87,50% 12,50% Tindakan 2 100% 0%

Berdasarkan tabel diatas,

diketahui bahwa hasil tes pemahaman konsep siswa yang semula pada pra siklus persentase keberhasilannya baru mencapai 29,71% dapat ditingkatkan pada siklus I menjadi 50%. Namun hasil tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar, yaitu ≥85% sehingga perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitusiklus II. Pada siklus II persentase keberhasilan siswa mencapai 100% maka pada siklus II ini dapat dikatakan telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar karena belajar akan dinyatakan tuntas apabila ≥85% siswa mendapat nilai ≥70 dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Prestasi belajar dapat meningkat apabila strategi pembelajara n yang digunakan memiliki kecocokan

dengan pemahaman dan karakteristik siswa. Huda (2014: 32) mengungkapkan bahwa “Guru harus bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam memenuhi kompetensi yang diinginkan”. Dengan begitu siswa akan lebih berani dan percaya diri dalam mengungkapkan pemahamannya terhadap konsep-konsep yang dipelajarinya baik secara lisan maupun tulisan. Pemahaman konsep itu sendiri merupakan keterampilan atau kemampuan dalam menguasai materi, memahami materi, dan dapat menjelaskan kembali apa yang telah dipelajari.

Salah satu langkah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan tes evaluasi kepada siswa berupa butir soal pilihan ganda

Page 10: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 97

dan uraian. Dalam membuat soal evaluasi dapat menyesuaikan dengan materi pelajaran serta indikator pemahaman konsep menurut Anderson dan Krathwohl (2015: 100), yang salah satunya adalah menafsirkan, menjelaskan, dan mengklasifikasikan. Maka dapat diketahui bahwa pemahaman konsep siswa dapat diketahui apabila siswa mampu menafsirkan, menjelaskan, dan mengklasifikasikan atau mengkategorikan terkait konsep pada materi pelajaran IPS yang sedang dipelajarinya.

Hal tersebut dapat diupayakan dengan menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games pada setiap pembelajaran di sekolah dasar. Media pembelajaran ini sangat tepat bagi karakteristik dan perkembangan siswa usia sekolah dasar. Karena selain ingin diperhatikan, pada dasarnya salah satu karakteristik anak adalah senang bermain. Selain itu, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan lebih mengoptimalkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, khususnya pada penelitian pembelajaran IPS yang peneliti laksanakan di kelas V SD Negeri Simpeurem II. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep siswa yang mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Terbukti pada ketuntasan Pra siklus yang baru mencapai 29,41% meningkat pada siklus I menjadi 50%. Karena hasil daripada tes pemahaman konsep tersebut belum memenuhi

kategori tuntas, maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II hasilnya meningkat menjadi 100% dan telah memenuhi kategori tuntas.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi menghargai jasa dan peranan tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V Simpeureum II tahun pelajaran 2017/2018.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games di kelas V SD Negeri Simpeureum II pada mata pelajaran IPS telah memperlihatkan perubahan yang signifikan pada setiap siklusnya, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil. Hasil tes pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Simpeureum II memperoleh hasil yang cukup baik. Pada awal pembelajaran, media pembelajaran ini belum diterapkan secara optimal. Namun setelah adanya perbaikan hasil dari refleksi, sehingga dalam penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games pada mata pelajaran IPS di kelas V ini terjadi perubahan dan peningkatan pada setiap siklusnya, baik dari segi pemahaman konsep siswa, kegiatan guru, maupun dari kegiatan siswa.

Saran Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam proses

Page 11: PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA …repository.stkipgetsempena.ac.id/bitstream/684/1/012_ARIYANTO_DAN... · sebanyak 5 dari 17 siswa yang mencapai KKM dengan ketuntasan 29,41%.

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 98

pembelajaran. Media pembelajaran multimedia interaktif diharapkan dapat dipertimbangkan kelanjutannya untuk diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kemudian hari. Bagi guru yang hendak menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif educational games diharapkan dapat mempersiapkan media tersebut dengan matang dan sesuai dengan pokok bahasan yang hendak disampaikan. Penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif educational games dijadikan bahan untuk memperbaiki kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat meningkatkan potensi guru dan kepala sekolah.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dan dijadikan sebagai salah satu sumber karya atau wawasan baru untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, khususnya dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA Anderson, L dan Krathwohl, D.

(2015). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arifin, T.(2015). Pengembangan Media SainsBerbasisGame Edukasi Pada Materi Tata Surya. Disertasi Doktor pada Pendidikan Fisika FKIP UNILA. Bandar Lampung: Tidak diterbitkan.

Asrori. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.

Dinar, A. (2016). Penerapan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Organ Tubuh Manusia dan Fungsinya.Tesis Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak diterbitkan.

Huda. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nurihsan. (2014). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.

Riyana dan Susilana. (2016). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima

Sanjaya. (2015). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Sudibyo, B. (2012). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan. Diakses dari: https://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.