PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih...

97
79 PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Rizkyasri Suminar Putri NIM. E 0005276 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih...

Page 1: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

79

PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH

TERKAIT FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT

DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Rizkyasri Suminar Putri

NIM. E 0005276

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

80

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT

FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF

HAK ASASI MANUSIA

Disusun oleh :

RIZKYASRI SUMINAR PUTRI

NIM : E. 0005276

Disetujui untuk Dipertahankan

Pembimbing I

SUNARNO DANUSASTRO, S.H., MH

NIP. 130 516 359

Pembimbing II

DR. HARI PURWADI, S.H., MH

NIP. 196 412 012

Page 3: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

81

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF

HAK ASASI MANUSIA

Oleh

RIZKYASRI SUMINAR PUTRI

NIM. E. 0005276

Telah diterima dan dipertahankan oleh di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta pada :

Hari : Senin

Tanggal : 1 Februari 2010

DEWAN PENGUJI

1. Suranto, S.H, M.H : ........................................... Ketua

2. Sunarno Danusastro, S.H., M.H : ........................................... Sekretaris

3. DR. Hari Purwadi, S.H., M.Hum : ........................................... Anggota

Mengetahui :

Dekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum.

NIP. 131 570 154

Page 4: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

82

MOTTO

Bertindaklah sedemikian rupa sehingga kau selalu menghargai kemanusiaan,

baik yang terdapat dalam dirimu sendiri maupun sembarang orang lain, bukan

hanya sebagai sarana, melainkan sekaligus sebagai tujuan.

(Immanuel Kant)

Agama ini untuk Allah, namun tanah air ini adalah milik kita semua

(pepatah Arab)

…maju! Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani

memenangkan ¾ dunia!!!

(R.A. Kartini via Pramoedya Ananta Toer)

Sukses sering datang kepada orang yang berani bertindak. Jarang kepada

penakut yang tidak berani menerima konsekuensi.

(Jawaharlal Nehru)

Page 5: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

83

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk ayahku dengan ketegasan dan sikap

keras sebagai dukungan luar biasa untuk mempersiapkan putrinya menjadi

orang dewasa yang bertanggungjawab,

Untuk ibuku yang senantiasa menyebut namaku di setiap doa dan sholat

malamnya serta kasih tulus dan cintanya yang tidak pernah bersyarat,

Untuk mbak Annie, yang masih bisaselalu tersenyum di setiap kondisi,

Untuk mbak Anna, atas lecutan semangat bahwa aku bisa, bahwa kita satu tak

terpisahkan atas nama keluarga.

Page 6: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

84

PERNYATAAN

Nama : Rizkyasri Suminar Putri

NIM : E0005276

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT

FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF HAK

ASASI MANUSIA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum

(skripsi ini).

Surakarta, Januari 2010

Yang membuat pernyataan

Rizkyasri Suminar Putri

NIM. E0005276

Page 7: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

85

ABSTRAK RIZKYASRI SUMINAR PUTRI, 2010. PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pilihan seseorang untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu atau no vote decision atau golongan putih (golput) termasuk dalam Hak Asasi Manusia (HAM) dan bagaimanakah nilai hukum dari fatwa haram MUI tentang golput tersebut dengan melakukan penelitian terhadap UUD 1945, UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif, menemukan jaminan HAM atas golput dan nilai hukum fawa haram MUI tentang Golput. Sumber bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer yaitu UUD 1945, UU UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah studi kepustakaan dan cybermedia. Dalam melakukan analisis bahan hukum digunakan logika deduksi dan interpretasi atau penafsiran teleologis atau sosiologis, serta interpretasi sistematis untuk menjawab kedua permasalahan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan. Kesatu, penggunaan hak pilih untuk tidak memilih atau no vote decision atau golongan putih (golput) adalah hak politik seseorang yang merupakan kebebasan dasar dan termasuk dalam Hak Asasi Manusia (HAM). Jaminan atas golput sebagai bagian dari hak politik setiap orang diatur dalam UUD 1945 Pasal 28D ayat (3), Pasal 28I ayat (1) serta Pasal 28J ayat (2), UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 23 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 43 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (2), serta UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 25. Kedua, Fatwa haram MUI tentang Golput tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia karena fatwa bersifat saran dan anjuran, dan MUI bukan lembaga negara sehingga produk hukumnya tidak mengikat.

Kata kunci : golput, fatwa, haram, HAM

Page 8: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

86

ABSTRACT

PUTRI, RIZKYASRI SUMINAR, 2010. THE USING OF THE UNDECIDED VOTERS RIGHT IN CORRELATION WITH MUI’S FATWA HARAM OF GOLPUT DECISION IN HUMAN RIGHTS PERSPECTIVE.

This research aimed to determine whether the option of a person use not the vote in general election or ‘no vote decision’ or golongan putih (golput) included in Human Rights and how the legal value of the MUI’s fatwa on golput unlawful by doing research on UUD 1945 (the constitution), Act No. 12/ 2005 about Ratification of the International Covenant for Civil and Political Rights, Act No. 39/ 1999 on Human Rights, and Act No. 10/ 2008 on General Election spending.

This research is a perscriptively normative legal research, finding Human Rights’s legal security of golput and legal value of MUI’s fatwa haram on golput, or fatwa ”undecided voters is forbidden”. The sources on legal materials that being used are of primary legal materials of UUD 1945 (the constitution), Act No. 12/ 2005 about Ratification of the International Covenant for Civil and Political Rights, Act No. 39/ 1999 on Human Rights, and Act No. 10/ 2008 on General Election. Secondary law materials that should be applied as investigating material with the technique of collecting the law materials study documents or literary reviews both printed and electronic (internet) sources are used. The analysis of legal materials use deductive logic, the sociological or teleological interpretation and systematic interpretation to answer the both of research problems.

Based on research results and discussion, conclussion is being generated. The first one, the using of right to not vote or ‘no vote decision’ or golput is the political rights of person that is a basic freedoms and included in Human Rights. Legal security of goput as a part of the political rights of each person set forth in UUD 1945 (the constitution) Article 28D paragraph (3), Article 28I paragraph (1), and Article 28J paragraph (2); Act No. 39/ 1999 on Human Rights Article 23 paragraph (1), Article 23 paragraph (2), and Act No. 12/ 2005 about Ratification of the International Covenant for Civil and Political Rights Article 18, 19, and 25. Second, unlawful MUI’s fatwa haram of golput not conflict with Human Rights because of legal opinion and recommendations are suggestion, and MUI is not the State Institution so that MUI’s rulling, so does fatwa, is not binding.

Keywords: golput, fatwa, haram, Human Rights

Page 9: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

87

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul : “PENGGUNAAN HAK PILIH

UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT FATWA HARAM MUI TENTANG

GOLPUT DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA”.

Penulisan hukum ini mencoba untuk mengetahui apakah keputusan

seseorang untuk tidak memilih atau no vote decision atau yang biasa disebut

dengan golput merupakan HAM atau tidak. Selain itu penulisan hukum ini juga

membahas mengenai nilai hukum fatwa haram MUI tentang golput dalam

perspektif HAM. Permasalahan golput, fatwa MUI, serta HAM merupakan hal

yang menarik perhatian penulis. Fenomena golput akhir-akhir ini semakin

merebak, dan hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya angka golput di berbagai

pemilihan umum serta pemilihan umum daerah. Namun demikian, penulis merasa

bahwa pengeluaran fatwa golput oleh MUI tersebut bukanlah sesuatu yang tepat.

Oleh karenanya, dalam perspektif HAM, penulis kemudian mencoba untuk

mengetahui nilai hukum dari fatwa golput haram MUI tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materiil. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Suranto, S.H., M.H selaku Pembantu Dekan III dan atas segala

bimbingan dan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa.

3. Bapak Soenarno Danusastro, S.H., MH sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

Page 10: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

88

pengarahan secara bijak kepada penulis dalam rangka penyelesaian penulisan

hukum ini.

4. Bapak DR. Hari Purwadi, S.H., M. Hum sebagai pembimbing yang telah

berhasil memacu motivasi penulis untuk terus belajar.

5. Ibu Erna Dyah, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan nasehat dan masukan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis sebagai bekal untuk menggapai masa depan, beserta segenap

karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Ayahku tercinta, Ibunda terkasih, Kakakku tersayang. Karena kalian aku ada

dan berjuang untuk selesaikan kewajiban ini....

8. Untuk seseorang yang selalu sangat hidup dalam mimpiku. Guru terbaik atas

semua yang terjadi, akan terjadi, dan telah tidak akan terjadi lagi. Menyerah

bukan berarti kalah dan salah, sebab menyerah adalah karena banyak hal lain

yang ternyata belum sempat dicintai. Selaksa rasa, berjuta pengalaman, dan

akhirnya berakhir pada mengerti dan memaafkan.... Ternyata mencintai tidak

cukup untuk saling memiliki. Namun mencintai memang untuk dapat saling

memiliki, Kanda Rahmad Winarto S.H.

9. Keluarga besar HMI Cabang Surakarta Komisariat Fakultas Hukum UNS.

Untuk Anung Razaini Firmansyah, sang Ketum yang memberikan banyak

pengertian dan pemakluman, syukur tiada akhir milikimu sebagai sahabat

terbaik. Aldian Andrew Wirawan, semoga selalu bersemangat dengan atau

tanpa seseorang di sisimu, Al.... Didit Suryo Tri Puspito, adek lelakiku yang

sangat baik dan memanjakan, sukses selalu buat kamu. Buyung Loding, M.

Adzkar Arifian, Dedi Tri Yulianto, M. Ali Ridho, Zuhri mas Say, Teuku

Marliansyah, Hidayat Dwi P, Bintang, Edi, Veni, Shinta, semoga akan dan

selalu tetap menjadi generasi insan cita.... Untuk Ahmad Marthin Hadiwinata

sosok kakak yang ’sadis’ sekaligus menyenangkan, Yasser Arafat, Arif

Maulana S.H., Nurrahman Aji Utomo, Okky Meidia Fajar, Adilla Prasetyo,

Mas Hudhan. Terimakasih atas penyadaran, pencerahan, semua tawa dan

hujatan canda penuh makna.

Page 11: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

89

10. Ucapan terimakasih secara khusus untuk Okky Meidia Fajar, Arif Maulana

S.H, Nurrahman Aji Utomo, Rendy Harindraputra S.Ked, dan Wisnu

Wicaksono, yang bersedia meluangkan waktu serta memaklumi untuk terus

membantu proses ini, dari berdiskusi, mengantar ke pembimbing hingga

mengisikan printer,,,, J

11. Sahabatku tersayang Windarizti Yuniastried Putri dan Cahya Dwi Wardhani,

terima kasih atas persahabatan yang telah kita jalin dengan hangat selama ini.

12. Kawan-kawan Kos Kinasih 2 shift A: Mbak Dian, Mbak Nova, Mbak Pinta,

Mbak Rina, Mbak Kristy, Mbak Harmy, Mbak Dinar, Te-Je.... dan Shift B:

Achi, Mbak Niken, Rahma, Lita, Sari, Wury.... terimakasih, karena kalian

terkadang aku tersadar bahwa aku perempuan juga... Senyum, dong?

13. Mayang Mayurantika S.H., semoga kita sudah sempat bersenang-senang

karena kita memang akhirnya hanya menjadi sebuah kisah klasik untuk masa

depan...terimakasih dan semoga kita masih bisa dipertemukan dengan kondisi

yang jauh lebih baik.

14. Seluruh teman–teman program strata satu reguler Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2005 yang telah memberikan bantuan dan

saran dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam bentuk sekecil apapun demi

kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulis sendiri, kalangan akademis,

praktisi serta masyarakat umum.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 12: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

90

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................................iv

PERNYATAAN…………………………………………………………………. vi

ABSTRAK .............................................................................................................vii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

DAFTAR ISI ..........................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah........................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. . 9

E. Metode Penelitian…………………...…………………………… 10

F. Sistematika Penelitian ..................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................17

A. Kerangka Teori ................................................................................ 17

1. Tinjauan Umum Tentang Hukum………………………………

a. Hukum…………………………………….……………….. 17

b. Arti Hukum ……………………………………………….. 20

2. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Hak Asasi Manusia

a. Tinjauan Tentang Hak Asasi Manusia…………………….. 22

b. Tinjauan Tentang Hukum dan Hak Asasi Manusia……….. 23

3. Tinjauan Tentang Hak Pilih dan Penggunaan Hak Pilih ............. 24

a. Tinjauan Tentang Hak Pilih ................................................... 27

b. Tinjauan Tentang Golput ....................................................... 30

4. Tinjauan Tentang Hukum Islam……...……………………….. 32

Page 13: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

91

a. Pengertian Hukum Islam …………………………………. 32

b. Jenis Sumber Hukum Islam ……………………...……….. 35

5. Tinjauan Tentang MUI dan Fatwa …………………………… 39

a. Tinjauan Tentang MUI ……………………………………. 39

b. Tinjauan Tentang Fatwa ………………………………….. 41

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 47

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 47

B. Pembahasan

1. Penggunaan Hak Pilih untuk Tidak Memilih

Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia ........................... .......59

2. Nilai Hukum Fatwa Haram MUI tentang Golput dalam

Perspektif Hak Asasi Manusia ....................................... .......64

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 77

A. Kesimpulan...................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79

Page 14: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

92

DAFTAR BAGAN

Bagan : Kerangka Pemikiran ................................................................................ 44

Page 15: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Golongan Putih (Golput) selalu menjadi fenomena di setiap perhelatan

Pemilihan Umum (Pemilu). Meningkatnya angka pemilih yang tidak

menggunakan hak pilihnya cukup menjadi sorotan dalam setiap Pemilu.

Rendahnya partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya tidak hanya

terjadi dalam Pemilu Legislatif namun juga dalam Pemilihan Kepala Daerah

(Pilkada). Dalam Kompas edisi Selasa, 17 Juni 2008 dinsebutkan bahwa

partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 mencapai 92,74 %. Pada pemilu legislatif

tahun 2004 tingkat partisipasi turun menjadi 84,07 %. Adapun tingkat partisipasi

pada Pemilu Presiden 2004 di putaran I dan putaran II masing-masing sebesar

78,23 % dan 77,44 %. (Kompas, 17/06/2008). Menurut catatan LBH Jakarta,

persentase yang diperoleh golput pada Pemilu 2004 cukup signifikan yaitu

23,34%.

Dalam Pilkada yang diselenggarakan menjelang Pemilu 2009, angka Golput

juga cukup tinggi. Di Jawa Timur, pada putaran pertama angka golputnya

mencapai 39,20 %. Sebelumnya, dalam pilkada Jawa Tengah angka golput cukup

tinggi. Sebanyak 10.744.844 pemilih atau 41,5 % dari 25.861.234 pemilih yang

terdaftar dalam daftar pemilih tetap adalah golput. Dalam pilkada DKI Jakarta,

masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 39,2 % atau

2.241.003 orang dari total 5.719.285 pemilih. Sedangkan dalam pilkada Sumatera

Utara, golput mencapai 40,01 %. Sementara itu, dalam pilkada Bali, Nusa

Tenggara Timur (NTT), dan Maluku, yang dimenangi pasangan calon dari PDI-P,

angka golputnya cukup rendah. Bali, misalnya, angka golputnya hanya 25,32 %

dan NTT 20 %. (http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/31/).

Dengan begitu tingginya angka golput dalam setiap penyelenggaraan Pemilu

di Indonesia maka hasil Pemilu tidak dapat dikatakan mutlak sebagai aspirasi

Page 16: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

94

rakyat. Para anggota legislatif, Kepala Daerah maupun Presiden yeng terpilih pun

akhirnya hanya mendapatkan legitimasi dari para pemilih aktif yang

menggunakan hak pilihnya, bukan dari seluruh masyarakat. Pada akhirnya, ekses

dari setiap kebijakan yang dikeluarkan Dewan Legislatif (DPR, DPRD I, dan

DPRD II) masih sangat dimungkinkan untuk terjadi. Tidak maksimalnya

pemerintahan dan pembangunan diprediksi dapat menjadi akibat lanjutan dari

tingginya angka golput tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadikan golput

sebagai topik populer untuk menjadi bahan perbincangan maupun diskusi.

Banyak tokoh politik menghendaki adanya aturan tegas untuk melarang golput di

dalam Pemilu 2009.

Lontaran pertama mengenai desakan untuk pengeluaran fatwa mengenai

golput adalah dari Hidayat Nur Wahid, yang ketika itu menjabat menjadi Ketua

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan kader dari Partai Keadilan Sejahtera

(PKS). Dua bulan sebelum Sidang Ijtima’ Komisi Fatwa MUI digelar di Padang

Panjang, pada bulan November 2008, Hidayat Nurwahid mengusulkan fatwa

haram golput tersebut. Saat menjawab pertanyaan wartawan tentang pendapatnya

atas usulan Dien Samsudin tentang poros tengah jilid II ia menjawab,

Poros tengah jilid II berarti bicara tentang hasil pemilu. Sementara yang

terjadi sekarang ini ada orang mengajak golput. Fenomena golput begitu

meruyak di mana-mana. Golput pada Pilkada meninggi luar biasa (Jurnal

Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009).

MUI akhirnya mengeluarkan fatwa haram tentang golput. Fatwa tersebut

dikeluarkan pada forum Ijtima’ Ulama III yang dihadiri para utusan pengurus

MUI Pusat dan Komisi Fatwa MUI Daerah di Padang Panjang Sumatera Barat.

Dalam forum yang berlangsung pada tanggal 24-25 Januari 2009 tersebut, juga

dibahas mengenai masalah kontemporer lain seperti yoga, pernikahan usia dini,

dan rokok (http://www.mediaumat.com/content/view/).

Dalam naskah fatwa golput haram tersebut antara lain disebutkan bahwa:

Page 17: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

95

1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih

pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya

cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa,

2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan

imamah dan imarah dalam kehidupan bersama,

3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan

ketentuan agama agar terwujud kemashlahatan dalam masyarakat,

4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya

(amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah),

dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib, dan

5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana

disebutkan dalam butir 1 (satu) atau tidak memilih sama sekali padahal ada

calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.

Secara lebih lanjut, MUI juga memberikan rekomendasi dari fatwa tersebut.

Pertama, umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya

yang mengemban tugas (amar makruf nahi munkar). Kedua, pemerintah dan

penyelenggara pemilu perlu meningkatkan sosialisasi penyelenggaraan pemilu

agar partisipasi masyarakat dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi

(http://biotis.co.id/felix/2009/01/29/fatwa-golput-isyarat-gagalnya-demokrasi/).

Pengeluaran fatwa tersebut disambut pro dan kontra dari seluruh elemen

masyarakat Indonesia. Sebab, fatwa tersebut ditengarai sebagai salah satu upaya

politik dari beberapa partai Politik Islam, bukan hanya untuk memaksimalkan

kedaulatan rakyat di Indonesia. Hukum haram yang dikeluarkan MUI tersebut

juga dianggap sebagai persoalan serius. Dalam buku ‘Islamic Environmental

System Engineering’ karya Waqar A. Husainini sebagaimana dikutip Rohadi Abd.

Fatah dinyatakan bahwa hukum haram atas suatu hal bukan merupakan hal yang

sederhana bagi kalangan umat muslim. Haram ialah larangan keras. Dengan

pengertian, jika dikerjakan akan berdosa dan jika tidak dikerjakan (ditinggalkan)

maka akan mendapatkan pahala (Sulaiman Rasjid, 1992: 17).

Page 18: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

96

Ketika seorang individu dihadapkan pada posisinya sebagai umat muslim

yang wajib untuk berpartisipasi dalam pemilu untuk menggunakan hak pilihnya

maka haram baginya untuk menjadi Golput. Namun, sebagai Warga Negara

Indonesia, setiap individu memiliki kemerdekaan penuh atas dirinya. Termasuk

dalam menyampaikan atau tidak menyampaikan pendapatnya. Bahkan, beberapa

pelaku Golput menyatakan bahwa Golput pun merupakan cara untuk menyalurkan

aspirasinya.

Istilah golput sendiri pertama kali muncul menjelang pemilu orde baru tahun

1971. Pencetus gerakan golput antara lain Arief Budiman, Julius Usman, dan

Almarhum Imam Malujo Sumali. Kemunculan Golput terutama setelah terjadi

ketidakpuasan sejak lahirnya UU No. 16/ 1969 dan Peraturan Menteri No. 12/

1969 yang dinilai tidak demokratis dan dipaksakan oleh Partai Politik. Pada

intinya, peraturan perundang-undangan tersebut telah mematikan tampilnya

kekuatan politik baru dalam pemilu selain parpol-parpol yang sudah ada dan

Golongan Karya (Golkar).

Golput ketika itu merupakan bentuk perlawanan terhadap arogansi

pemerintah dan ABRI (sekarang TNI) yang sepenuhnya memberikan dukungan

politis kepada Golkar. Golkar adalah pendukung terbesar dari kekuasaan orde

baru.

Suharto’s “New Order” regime created Golkar, a progovernment party

based on bureaucratic and military interests. The government also embarked

on a development program that helped the economy grow by an annual

average of 7 percent for three decades. By the 1990s, Suharto’s children and

cronies were the major beneficiaries of state privatization schemes and in

many cases ran business monopolies with little oversight

(http://www.freedomhouse.org/).

Dalam kondisi seperti itu, Arief Budiman mengajak masyarakat untuk

menjadi golput dengan cara tetap mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Page 19: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

97

Ketika melakukan coblosan, bagian yang dicoblos bukan pada tanda gambar

partai politik, akan tetapi pada bagian yang berwarna putih. Maksudnya tidak

mencoblos tepat pada tanda gambar yang dipilih. Artinya, jika coblosan tidak

tepat pada tanda gambar, maka kertas suara tersebut dianggap tidak sah.

Di dalam wacana yang selama ini berkembang, Golput sesungguhnya tidak

selalu murni kesengajaan. Apabila dicermati, terdapat tiga alasan yang

menyebabkan munculnya golput. Pertama yaitu alasan administratif, misalnya

yaitu nama pemilih yang bersangkutan tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap

(DPT). Kedua adalah alasan teknis ketika pemilih tersebut tidak berada di

lingkungan tempatnya terdaftar dalam DPT sehingga tentu saja tidak bisa

menggunakan hak pilihnya. Ketiga adalah alasan ideologis. Pemilih tersebut

memang sengaja untuk tidak mempergunakan hak pilihnya karena berbagai hal.

Diantaranya yang paling menonjol adalah karena mereka menganggap pemilu

yang akan berlangsung tersebut tidak akan memberikan perbaikan maupun

pengaruh positif apapun terhadap masyarakat.

Adalah sebuah realitas yang harus dihadapi, termasuk dalam Ketatanegaraan

Indonesia, bahwa di Indonesia terdapat pluralitas agama yang tidak dapat

dihindari.

Indonesia officially recognizes Islam, Protestantism, Roman Catholicism,

Hinduism, Buddhism, and Confucianism. Members of unrecognized

religions have difficulty obtaining national identity cards. Atheism is not

accepted. Concern remains regarding the national government’s failure to

respond to intolerance in recent years (http://www.freedomhouse.org/).

Masalah ini telah diakui dalam konstitusi dan telah ditegaskan adanya

jaminan untuk masing-masing pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran sesuai

sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Sedangkan mayoritas penduduk

Indonesia adalah muslim. Sedikit banyak, hal tersebut memberikan pengaruh

terhadap pelaksanaan kehidupan bernegara di Indonesia. Indonesia bukanlah

Page 20: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

98

negara sekuler, yang secara tegas memisahkan antara kehidupan bernegara dengan

kehidupan beragama. Hal tersebut ditunjukkan dalam Pembukaan UUD 1945

alinea 3, “Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorongkan

oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaanyang bebas, maka rakyat

Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Pluralitas agama maupun dianutnya Islam sebagai agama mayoritas di

Indonesia tak jarang menjadi sebuah problematika bila berhadapan dengan sistem

demokrasi dan hak asasi manusia yang diterapkan. Agama merupakan hak

pribadi setiap individu yang otonom. Namun, hak tersebut memiliki implikasi

sosial dalam masyarakat. Masing-masing penganut agama meyakini bahwa ajaran

dan nilai-nilai yang dianutnya harus ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara (Anshari Thayib, 1997: v).

Islam sarat dan menjunjung tinggi HAM, antara lain dengan disusunnya

piagam Madinah. Sedangkan adanya anggapan adanya pengaruh HAM dari

budaya barat sesungguhnya merupakan bagian dari sifat universal HAM itu

sendiri. Sehingga HAM perlu dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan muatan

adat dan agama serta nilai-nilai universalnya.

HAM merupakan persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Tidak hanya di negara-negara dunia ketiga, di negara maju pun HAM

merupakan isu yang tak pernah berhenti dibicarakan. Untuk dapat berbicara

tentang HAM dengan baik, seseorang memerlukan komitmen yang tulus.

Komitmen yang tulus selalu berakar dalam kesadaran tentang makna dan tujuan

hidup, yang umumnya diajarkan oleh agama. Tanpa akar keagamaan, pengertian

tentang HAM dan komitmen kepada nilai-nilainya dapat terasa hambar dan

dangkal (Nurcholis Madjid, 1997: 57).

Oleh karena itu, terjadi perbincangan serius ketika MUI mengeluarkan fatwa

yang menyatakan bahwa haram bagi seorang muslim jika dalam pemilihan umum

tidak memberikan suaranya atau dikenal dengan istilah golput. Fatwa yang dinilai

banyak kalangan sangat kontroversial ini muncul menjelang bangsa Indonesia

akan menghadapi pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun 2009.

Page 21: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

99

Berbagai persoalan kemudian dibenturkan terhadap fatwa tersebut, termasuk

masalah HAM.

Pascaperang Dunia II, terdapat banyak kecaman terhadap ekses-ekses dalam

industrialisasi dan sistem kapitalis sehingga muncul paham bahwa pemerintah

dilarang campurtangan dalam bidang sosial ekonomi. Namun, paham staats-

onthouding dan laissez faire tersebut lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa

pemerintah bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif

mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. Pada perkembangannya, negara tersebut

dikenal sebagai Welfare State (Negara Kesejahteraan) maupun Social Service

State (negara yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat). Oleh karena itu,

isu hak asasi manusia kemudian muncul sebagai salah satu wujud penghargaan

terhadap manusia dan mewujudkan Welfare State atau Social Service State.

PBB, dalam salah satu rumusan yang dikemukakan pada tahun 1974

menekankan bahwa, bicara soal HAM, “don’t speak the biological need, we mean

those condition of life which allow as fully to developed and use our human

qualities of intelligence and conscience and to satisdy our spiritual need.”

Dengan demikian, bicara HAM, selain terkait dengan kebutuhan biologis

(terpenuhinya sandang, pangan, dan papan) juga terpenuhinya kebutuhan mental

spiritual (adanya kondisi yang kondusif terjaminnya perkembangan dan

kebutuhan rohani manusia (Masyur Effendi, 2005: 11).

Salah satu kebutuhan nonbiologis manusia yang tercakup sebagai bagian

dari hak asasi manusia adalah kemerdekaan untuk mengungkapkan pendapat.

Dalam konteks kehidupan bernegara, hal tersebut diwujudkan dengan adanya hak

pilih yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia dimanapun ia berada.

Golput merupakan salah satu bentuk ungkapan pendapat individu. Ketika

seseorang dilarang untuk golput, maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut tidak

lagi memiliki kemerdekaan untuk mengungkapkan pendapatnya. Fatwa Haram

MUI tentang golput menyebabkan setiap muslim yang tidak menggunakan hak

pilihnya dalam pemilu berdosa karena melakukan larangan keras yang dilarang

oleh agama.

Page 22: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

100

Berdasarkan pertimbangan dan berbagai latar belakang permasalahan

di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengadakan

penelitian apakah pengeluaran fatwa golput haram oleh MUI tersebut

bertentangan dengan HAM. Oleh karena itu, penulis memilih judul penulisan

hukum ini adalah:

“PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT

FATWA HARAM MUI TENTANG GOLPUT DALAM PERSPEKTIF

HAK ASASI MANUSIA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan hak pilih untuk tidak memilih dalam Pemilihan Umum

(Pemilu) atau yang biasa disebut dengan golongan putih (golput)

merupakan hak asasi seseorang yang masuk di dalam Hak Asasi Manusia

(HAM)?

2. Bagaimana nilai hukum fatwa haram MUI tentang golput dalam perspektif

Hak Asasi Manusia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini meliputi dua tujuan, yaitu:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui apakah penggunaan hak pilih untuk tidak memilih

atau yang biasa disebut dengan golongan putih (golput) merupan hak

asasi manusia (HAM).

b. Untuk mengetahui nilai hukum fatwa haram MUI tentang golput

dalam perspektif Hak Asasi Manusia.

Page 23: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

101

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas pengetahuan hukum bagi penulis melalui suatu

penelitian hukum, khususnya dalam bidang hukum Tata Negara yang

berhubungan dengan demokrasi dan hak asasi manusia serta dalam

bidang Hukum dan Masyarakat khususnya Hukum Politik Islam dan

perspektif Hukum Islam dalam penegakan demokrasi serta Hak Asasi

Manusia (HAM).

b. Untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan penulis dalam

penyusunan skipsi untuk diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

c. Untuk memberikan pandangan lebih luas kepada penulis dalam

menjalankan fungsi dan perannya sebagai Warga Negara Indonesia

yang baik sekaligus umat Muslim yang taat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran pada Ilmu

Hukum pada umumnya untuk kemudian memberikan kontribusi pada

perkembangan Hukum Tata Negara pada khususnya yang berkaitan

dengan Hak Asasi Manusia serta Hukum dan Masyarakat dalam hal ini

Hukum Islam.

b. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran terhadap adanya

fenomena Golput yang oleh sebagian pihak dinilai sebagai bagian dari

hak asasi individu namun dinyatakan haram oleh Majelis Ulama

Indonesia yang dalam mengeluarkan fatwa tersebut menggunakan

hukum Islam sebagai bahan pertimbangan utama.

Page 24: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

102

c. Memberikan masukan dan membuka wacana dengan menambah

referensi mengenai adanya keterkaitan antara Hukum Islam dengan

hukum positif Negara Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan daya kritis dan pola pikir penulis sebagai implementasi

pengetahuan hukum yang diperoleh penulis selama kuliah di Fakultas

Hukum UNS.

b. Memberikan referensi serta wacana terhadap pihak-pihak yang terkait

untuk membantu sinkronisasi antara hukum positif Indonesia dengan

Hukum Islam, sebab meskipun Indonesia bukanlah negara Islam, Islam

adalah agama yang dianut oleh mayoritas Warga Negara Indonesia.

c. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat agar tetap

menjalankan syariat Islam secara benar disamping menjalankan fungsi

dan peran sebagai Warga Negara Indonesia yang baik tanpa menafikan

hak konstitusional yang dimiliki masing-masing individu tersebut.

E. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah

yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara

metodologis, sistematis dan konsisten. Dimana metodologis itu berarti sesuai

dengan metode atau cara tertentu. Kemudian sistematis adalah berdasarkan

pada suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 2005 : 42).

Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam suatu penelitian

guna mendapatkan bahan yang sesuai dengan tujuan penelitian juga untuk

mempermudah pengembangan data kelancaran penyusunan penulisan hukum.

Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai

suatu tujuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang

Page 25: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

103

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya

(Soerjono Soekanto, 2005 : 43).

Metode penelitian yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, maka penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian hukum normatif atau doktrinal yaitu dengan melakukan

penelitian terhadap bahan pustaka atau data-data sekunder dan selanjutnya

dilakukan rekonstruksi menjadi suatu rangkaian hasil penelitian. Jenis

penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap pengertian

pokok atau dasar dalam hukum.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan mengharapkan

jawaban right, appropriate, inappropriate, atau wrong (Peter Mahmud

Marzuki, 2005: 35).

Dilihat dari jenisnya, penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

preskriptif, karena dalam penelitian ini dilakukan untuk dapat

menghasilkan argumentasi bahwa golput merupakan HAM serta konsep

baru mengenai nilai hukum fatwa haram MUI tentang golput dalam

perspektif HAM.

3. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum, dikenal adanya lima pendekatan.

Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan undang-undang (statute

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

Page 26: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

104

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),

dan pendekatan konseptual (conceptual approach). (Peter Mahmud

Marzuki, 2005: 93).

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis melakukan beberapa

pendekatan. Pertama, penulis menggunakan pendekatan undang-undang

dengan menelaah UUD 1945 dan Undang-undang yang terkait dengan

penelitian yang dilakukan penulis yaitu UU No. 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia, UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi

International Covenant for Civil and Political Right, serta UU No. 10

Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum. Penulis melakukan pendekatan

kasus dengan menelaah mengenai fatwa MUI yang menyatakan bahwa

golput haram termasuk landasan fatwa tersebut dikeluarkan. Penulis

melakukan pendekatan konseptual mengenai posisi ideal MUI di Indonesia

termasuk kewenangan dan kedudukannya dalam negara Republik

Indonesia.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-

sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-

bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum

autoritatif. Artinya, bahan hukum primer merupakan bahan yang memiliki

otoritas atau kekuasaan dalam pelaksanaannya. Yang termasuk bahan

hukum primer adalah peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau

risalah dalam pembuatan undang-undang, dan putusan hukum. Bahan

hukum sekunder adalah semua publikasi tidak resmi yang berkaitan

dengan hukum. Publikasi hukum tersebut meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas

putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 141).

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan bahan hukum

primer maupun sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan oleh

penulis antara lain yaitu:

Page 27: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

105

1. Undang-undang Dasar 1945

2. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

3. Undang-undang No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi International

Covenant on Civil and Political Right

4. Undang-undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan penulis adalah

buku teks, jurnal, koran, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan

penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan yaitu peraturan perundang-undangan, buku-buku,

karangan ilmiah, makalah, dan koran. Selain melalui dokumen-dokumen

maupun data-data tertulis, penulis juga menggunakan cyber media, yaitu

pengumpulan bahan melalui internet untuk mendapatkan perkembangan

berita yang up to date.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Penulis menggunakan interpretasi dan logika deduksi sebagai teknik

analisis bahan hukum dalam penelitian ini. Interpretasi atau penafsiran

merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberikan

penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang

lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.

Adapun berdasarkan dasar penemuan hukum oleh hakim terdapat beberapa

jenis interpretasi, diantaranya adalah interpretasi gramatikal, interpretasi

teleologis atau sosiologis, interpretasi sistematis, interpretasi historis,

interpretasi komparatif, dan interpretasi futuristik. Interpretasi gramatikal

yaitu penafsiran berdasarkan bahasa, Interpretasi teleologis atau sosiologis

yaitu penafsiran berdasarkan tujuan kemasyarakatan atau peraturan

perundang-undangan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang baru,

penafsiran sistematis adalah dengan menafsirkan undang-undang sebagai

Page 28: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

106

bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan dengan jalan

menghubungkannya dengan undang-undang lain. Interpretasi Historis

yaitu makna undang-undang dapat dijelaskan dan ditafsirkan dengan jalan

menelusuri sejarah yang terjadi. Ada dua jenis interpretasi sejarah,

diantaranya penafsiran menurut sejarah undang-undang dan penafsiran

menurut sejarah hukum. Berikutnya ada penafsiran komparatif yaitu

interpretasi yang hendak memperoleh penjelasan dengan jalan

memperbandingkan hukum, Interpretasi futuristik merupakan metode

penafsiran yang bersifat antisipatif yaitu hendak memperoleh penjelasan

dari ketentuan perundang-undangan dengan berpedoman pada undang-

undang yang belum mempunyai kekuatan hukum. Beberapa jenis metode

interpretasi pada kenyataannya sering digunakan bersama-sama atau

campur aduk. Dapat dikatakan bahwa dalam setiap interpretasi atau

penjelasan undang-undang mencakup berbagai jenis penafsiran (Sudikno

Mertokusumo, 2003: 170-173).

Berkenaan dengan pengkajian masalah penelitian dalam penelitian ini,

penulis menggunakan teknis analisis interpretasi teleologis atau sosiologis

dan penafsiran sistematis. Melalui interpretasi teleologis, penulis berupaya

untuk menafsirkan golput maupun fatwa haram MUI tentang golput

berdasarkan tujuan kemasyarakatan. Selanjutnya penulis menggunakan

interpretasi sistematis dengan menafsirkan Undang-undang Dasar 1945

serta Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang-undang No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi International

Covenant on Civil and Political Right, dan Undang-undang No. 10 Tahun

2008 tentang Pemilihan Umum sebagai undang-undang yang mengatur

mengenai masalah hak politik warga negara dalam hal ini golput.

Adapun logika deduksi adalah pola berfikir dari yang umum kepada

yang khusus (Sudikno Mertokusumo, 2003:176). Penulis mencoba

berfikir mengenai HAM secara umum untuk mengetahui apakah golput

merupakan HAM dan bagaimana nilai hukum fatwa haram MUI tentang

golput tersebut.

Page 29: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

107

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, tinjauan

pustaka, pembahasan dan penutup, ditambah dengan daftar pustaka dan

lampiran-lampiran. Pada bab pertama yaitu pendahuluan, diketengahkan

mengenai latar belakang pengambilan judul penulisan, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan hukum. Sedangkan pada bab kedua, penulis menguraikan teori-

teori yang menjadi landasan dalam penulisan hukum ini yang terdiri dari

kerangka teori dan kerangka pemikiran, antara lain meliputi tentang Hukum

dan Hak Asasi Manusia, Hak Pilih, Hukum Islam, serta MUI dan Fatwa.

Selain itu, untuk memaparkan mengenai ide dilakukannya penelitian,

permasalahan, serta hasil penulisan serta guna memberikan gambaran terkait

logika berfikir penulis dalam memecahkan problematika isu hukum yang

diangkat dalam penelitian ini, maka dalam bab ini juga disertakan kerangka

pemikiran dalam bentuk bagan. Adapun dalam bab ketiga, penulis akan

menguraikan serta memaparkan hasil penelitian. Bab ini akan mencoba

menguraikan bagaimana posisi MUI di Indonesia terkait dengan pengaruh

fatwa yang dikeluarkannya terhadap masyarakat Indonesia. Akan diketahui

apakah terjadi perbenturan antara hak konstitusional yang dimiliki setiap

individu sebagai Warga Negara Indonesia dengan posisi individu sebagai

umat Muslim, dan bagaimana konsekuensi yuridis terkait pilihan individu

tersebut untuk tidak memilih (Golput). Sanksi apakah yang diterimanya,

sehingga dapat diketahui sesungguhnya posisi MUI dalam negara Indonesia,

apakah berhak untuk masuk terlalu dalam pada wilayah privat individu serta

hak asasi manusia tersebut. Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan pada bab ketiga akan diuraikan dalam bab empat

sebagai jawaban singkat atas permasalahan yang diteliti dan saran terhadap

hasil penelitian.

Page 30: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

108

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Hukum

a. Hukum

Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai apakah hukum dapat

didefinisikan secara memuaskan. Menurut pendapat Immanuel Kant,

Lemaire, Gustav Radbruch, dan Walter Burkhardt, hukum merupakan

sesuatu yang abstrak dan luas cakrawalanya. Oleh karena itu, hukum tidak

dapat didefinisikan secara memuaskan. Pandangan berbeda dinyatakan

oleh Aristoteles, Hugo de Groot (Grotius), Thomas Hobbes, van Vollen

Hoven, Bellefroid, Hans Kelsen, dan Utrecht. Menurut mereka, meski

tidak memuaskan, definisi hukum tetap harus diberikan karena

memberikan manfaat minimal sebagai pegangan sementara bagi pemula

yang mempelajari hukum (http://pengantarhukum.indonetwork.co.id/).

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui

bahwa dalam kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat

didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai sekarang

ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold

juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang

mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan

bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai

ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan dimungkinkan

untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris terhadap

eksistensi hukum (http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/11/ilmu-

hukum/).

Page 31: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

109

Hukum dalam bahasa Belanda dinamakan ”Recht” yang berasal dari

bahasa Latin “Rectum” yang berarti kebaikan, kebajikan. Selanjutnya kata

latin lainnya tentang hukum adalah “Ius” yang berarti hukum, berasal dari

kata “lubere” artinya mengatur, memerintah. Kata “Ius” bertalian erat

dengan “lustitia” atau keadilan. Pengertian hukum (law) dalam Black’s

Law Dictionary yaitu: “That which is laid down, ordained, or established.

A rule or method according to which phenomena or actions co-exist or

fallow each other. Law, in its generic sense, is a body of rules of action or

conduct prescribed by controlling authority, and having binding legal

force”. (Henry Campbell Black, 1979:795).

Paul Scholten dalam “Algemeen Deel” dijelaskan bahwa untuk

mengerti tentang hukum tidak dapat dipisahkan dengan paham tentang

kedudukan manusia di dalam masyarakat, dengan memperhitungkan

keduanya secara bersama-sama. Selanjutnya untuk memberi batasan

tentang hukum harus mengandung unsur-unsur :

a) Hukum adalah perintah

Yang dimaksud dengan perintah adalah peraturan yang berasal dari

negara kepada individu dan masyarakat. Umumnya diberlakukan di

bidang publik, dimana setiap pelanggaran memberikan kewenangan

kepada negara untuk mengambil tindakan. Contoh hukum pidana,

dimana negara dengan perantara perlengkapannya mengambil

inisiatif untuk menahan, menangkap dan selanjutnya diajukan ke

muka pengadilan.

b) Hukum adalah suatu ijin

Maksudnya adalah ijin yang diberikan oleh negara kepada setiap

individu agar setiap individu dapat melaksanakan tugasnya dengan

semestinya. Misalnya untuk mendirikan rumah, dipersyaratkan ijin

dari pemerintah setempat.

Page 32: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

110

c) Hukum adalah suatu janji

Maksudnya yaitu janji yang diucapkan oleh satu pihak terhadap

pihak lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang

berlaku, adalah merupakan hukum atau undang-undang bagi pihak-

pihak yang berjanji. Hal ini dikenal dengan asas “pacta sunt

servanda”, yang artinya setiap janji harus ditepati.

d) Hukum yang disediakan

Maksud dari hukum yang disediakan adalah peraturan undang-

undang yang telah dibuat oleh negara untuk dipergunakan kepada

setiap warga negara, seandainya diantara perjanjian yang dibuat oleh

para pihak belum lengkap syarat-syaratnya (Soeroso, 1993: 31-34).

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan: Pengertian hukum yang

memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu

perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam

masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institutions) dan proses

(processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam

kenyataan (Mochtar Kusumaatmadja, 1976:15).

Menurut Wiryono Kusumo, Hukum merupakan keseluruhan peraturan

baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam

masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi.

Dari pendapat para ahli hukum belum terdapat satu kesatuan mengenai

pengertian hukum, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hukum

memiliki beberapa unsur yaitu :

a) Adanya peraturan/ketentuan yang memaksa

b) Berbentuk tertulis maupun tidak tertulis

c) Mengatur kehidupan masyarakat

d) Mempunyai sanksi.

Page 33: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

111

b. Arti Hukum

Hukum memiliki arti sebagai berikut :

1) Hukum dalam Arti Ketentuan Penguasa

Hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat

oleh pemerintah melalui badan-badan yang berwenang.

2) Hukum dalam Arti Para Penguasa

Hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam

dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-

tindakan yang membahayakan warga masyarakat, seperti petugas

Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum

dilihat dalam arti wujud fisik yang ditampilkan dalam gambaran

orang-orang yang bertugas menegakkan hukum.

3) Hukum dalam arti sikap tindak

Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang

teratur. Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang

patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang

mengadili, melainkan hidup bersama dengan perilaku individu

terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta

rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu

kebiasaan (hukum kebiasaan).

4) Hukum dalam arti sistem kaidah

a) Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah

secara hirarkis

b) Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari

tingkat bawah ke atas meliputi :

Page 34: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

112

- Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum

terutama pengadilan

- Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum

kebiasaan

- Kaidah-kaidah konstitusi

c) Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah

tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk

golongan tingkat yang lebih tinggi.

5) Hukum dalam arti jalinan nilai

Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan

kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari

hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan

antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif

tersebut misalnya tentang baik buruk, patut dan tidak patut

(umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi

keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya

masyarakat (khusus). Inilah yang perlu diserasikan antara

kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan

individu.

6) Hukum dalam arti tata hukum

Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai

hukum positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat

tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tersebut

misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional

publik), hukum privat (perdata, dagang).

7) Hukum dalam ilmu hukum

Hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau

sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai

Page 35: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

113

kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan

sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu

pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang

berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-

ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma,

sedangkan Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang

seharusnya.

8) Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial

Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada

ditengah masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut

ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan),

politik hukum dan filsafat hukum

(http://arifnurahmanblog.blogspot.com).

Adapun nilai-nilai dasar hukum menurut Radbruch yaitu:

1. Keadilan

2. Kemanfaatan, dan

3. Kepastian hukum (http://arifnurahmanblog.blogspot.com).

4. Hukum dan Hak Asasi Manusia

a. Hak Asasi Manusia

Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan

dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam

kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya

tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, atau kelamin, dan karena

itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa

manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan

bakat dan cita-citanya (Miriam Budiardjo, 1996: 120).

Page 36: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

114

Dalam berbagai versi sejarah munculnya Hak Asasi Manusia, Satjipto

Rahardjo berpendapat bahwa HAM memang berasal dari barat.

Pendapatnya tersebut serupa dengan pendapat Baehr yang menyatakan

bahwa “tidak ada keraguan, bahwa ide perlindungan HAM pertama-tama

dirumuskan di Barat.” Dokumen-dokumen paling awal yang memasuki

HAM adalah Bill of Rights (Inggris, 1688), Declaration of The Rights of

Man and of The Citizen (Prancis, 1789), dan Bill of Rights (Amerika,

1791) (Muladi_edt, 2005: 217).

Pengakuan dunia Internasional atas Hak Asasi Manusia diwujudkan

dalam Universal Declaration of Human Right, deklarasi yang kemudian

menjadi dasar didirikannya PBB. Universal Declaration of Human Right

tersebut mengandung dua makna, makna ke dalam dan makna ke luar yang

berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di negaranya masing-

masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk saling

menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan

antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam

malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-nilai

kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian

bahwa Deklarasi HAM sedunia tersebut harus senantiasa menjadi kriteria

obyektif oleh rakyat dari masing-masing negara dalam menilai setiap

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahnya (Peter Baehr dkk, 2001:

xx).

b. Hukum dan Hak Asasi Manusia

Hukum (rechts, bahasa Jerman Kuno, menurut asal kata berarti prajurit

yang bermakna ‘lurus’) disebut juga aturan, norma, kaidah sebagai kata

benda mempunyai dua sisi yang tidak dapat dipisahkan (Masyur Effendi,

2005: 32). Hak asasi manusia dengan Negara hukum tidak dapat

dipisahkan, justru berpikir secara hukum berkaitan dengan ide bagaimana

keadilan dan ketertiban dapat terwujud. Dengan demikian, pengakuan dan

pengukuhan negara hukum salah satu tujunnya melindungi hak asasi

Page 37: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

115

manusia, berarti hak dan sekaligus perseorangan diakui,dihormati dan

dijunjung tinggi (Masyur Effendi, 1994: 27).

Kaitan antara hukum dan hak asasi manusia sangatlah erat, seperti

yang diungkapkan oleh Hans Kelsen, “negara hukum (allgemeine

staatslehre) akan lahir, apabila sudah dekat identieit der Staatsordnung mit

der rechtsordnung, semakin bertambah keinsafan hukum dalam

masyarakat, berarti semakin dekat kita dalam pelaksanaan negara hukum

yang sempurna”. Oleh karenanya, negara hukum hanya dapat disebut

sebagai negara hukum apabila dalam praktik kenegaraannya mengakui dan

menghormati sendi-sendi hak asasi manusia.

Dalam pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Jimly Ashidiqie

membagi ketentuan Hak Asasi Manusia UUD 1945 ke dalam beberapa

kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok ketentuan yang

menyangkut hak-hak sipil yang meliputi:

1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan

kehidupannya;

2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau

penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan

martabat kemanusiaan;

3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan;

4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya;

5. Setiap orang bebas untuk memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani;

6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;

7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan

pemerintahan;

8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang

berlaku surut;

Page 38: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

116

9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah;

10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan;

11. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya,

meninggalkan, dan kembali ke negaranya;

12. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik;

13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif

dan berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang

bersifat diskriminatif tersebut.

Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial dan budaya yang

meliputi:

1. setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul, dan

menyatakan pendapatnya secara damai;

2. setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka

lembaga perwakilan rakyat;

3. setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan

publik;

4. setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang

sah dan layak bagi kemanusiaan;

5. setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat

perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;

6. setiap orang berhak untuk mempunyai hak milik pribadi;

7. setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk

hidup layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai

manusia yang bermartabat;

8. setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;

Page 39: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

117

9. setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan

pengajaran;

10. setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfat dari

ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia;

11. negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak

masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat

peradaban bangsa-bangsa;

12. negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan

nasional;

13. negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

kepercayaannya itu.

Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang

meliputi:

1. setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk

kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan

terpencil, berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan yang sama;

2. hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapat kesetaraan

gender dalam kehidupan nasional;

3. hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh

fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;

4. setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan

orangtua, keluarga, masyarakat dan negara untuk perkembangan fisik

dan mental serta perkembangan pribadinya;

Page 40: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

118

5. setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam pengelolaan

dan turut menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan

kekayaan alam;

6. setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;

7. kebijakan, perlakuan, atau tindakan khusus yang bersifat sementara

dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang

dimaksud untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok

tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif dengan

kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus

tersebut tidak termasuk dalam diskriminasi.

Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggungjawab negara

dan kewajiban asasi manusia yang meliputi:

1. setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam

tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

2. dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetpkan oleh undang-undang dengan

maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan

atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan

keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas, kesusilaan,

keamanan, dan ketertiban umum dalam msyarakat yang demokratis;

3. negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan,

dan pemenuhan hak-hak asasi manusia;

4. untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk komisi

Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak

memihak yang pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur

dengan undang-undang.

2. Hak Pilih dan Penggunaan Hak Pilih

Page 41: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

119

a. Hak Pilih

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1) dinyatakan bahwa, “Segala warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya.” Pasal ini menjelaskan bahwa setiap warga negara, yaitu

orang Indonesia asli maupun bangsa lain yang disahkan undang-undang

sebagai warga negara, mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum

dan pemerintahan. Setiap warga negara juga berhak untuk memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan (UUD 1945 Pasal 28D ayat

(3) ).

Pada tanggal 28 Oktober 2005, Indonesia telah meratifikasi

International Covenant on Civil and Political Right atau Kovenan

Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dengan disahkannya UU

No. 12 Tahun 2005. Kovenan tersebut terdiri dari pembukaan dan Pasal-

Pasal yang mencakup 6 bab dan 53 Pasal dan berisikan pokok-pokok

HAM di bidang sipil dan politik yang tercantum dalam Universal

Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia).

Ratifikasi ini menjadikan kovenan tersebut mengikat secara hukum di

Indonesia.

Pemilihan Umum merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan

rakyat dan Hak Asasi Manusia dalam bidang politik. Hal tersebut

diwujudkan dengan adanya hak pilih dalam pemilu yang dimiliki oleh

setiap warga negara. Hal ini ditegaskan dalam UU No. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 43 ayat (1), “Setiap warga negara

berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan

persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.”

Hak pilih sendiri terbagi atas hak pilih aktif dan hak pilih pasif. Hak

pilih aktif adalah hak yang dimiliki setiap warga negara Indonesia untuk

memilih dalam Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden maupun dalam

Page 42: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

120

Pemilihan Kepala Daerah. Pasal 19 UU No. 10 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum menyatakan bahwa yang memiliki hak memilih adalah

Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/ pernah kawin serta

terdaftar dalam daftar pemilih oleh penyelenggara Pemilu.

Hak pilih pasif merupakan hak setiap warga negara Indonesia untuk

dipilih dalam Pemilu maupun Pilkada. Setiap Warga Negara Indonesia

berhak untuk dipilih dalam Pemilu maupun Pilkada apabila memenuhi

ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang. Pasal 50 UU No. 10

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum menyatakan bahwa bakal calon

anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota harus

memenuhi persyaratan:

a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu)

tahun atau lebih;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;

e. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

f. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17

Agustus 1945;

g. tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih;

h. sehat jasmani dan rohani;

Page 43: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

121

i. terdaftar sebagai pemilih;

j. bersedia bekerja penuh waktu;

k. mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara

Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,

pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik

daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan

negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan yang

tidak dapat ditarik kembali;

l. bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik,

advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan

tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang

berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat

menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak

sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

sesuai peraturan perundang-undangan;

m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara

lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha

milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari

keuangan negara;

n. menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;

o. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan

p. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

b. Golongan Putih (Golput)

Golongan Putih (golput) adalah fenomena dalam demokrasi. Golput

atau disebut juga ‘No Vote Decision’ selalu ada pada setiap pesta

demokrasi di mana pun terutama yang menggunakan sistem pemilihan

langsung (direct voting). Mereka (para pemilih) dikatakan golput atau ‘No

Vote Decision’ apabila berkeputusan untuk tidak memilih salah satu dari

Page 44: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

122

kontestan yang tersedia pada kertas suara ketika dilakukan pemungutan

suara. Apabila cara untuk memilih dilakukan dengan mencoblos

logo/foto, maka pemilih tidak mencoblos pada tempat yang disediakan

sehingga kartu suara dinyatakan tidak sah. Jika untuk memilih digunakan

dengan memberikan coretan atau tanda centang, maka pemilih tidak

memberikan tanda centang atau memberikan tanda centang bukan pada

tempat yang disediakan sehingga kartu suara menjadi tidak sah. Dari

pengertian ini, mereka yang dikatakan mengambil sikap golput atau ‘No

Voting Decision’ tetap hadir dan melakukan proses pemilihan sesuai

dengan tata cara yang berlaku (http://leo4kusuma.blogspot.com).

Dengan kata lain, “golput” dapat digolongkan dalam beberapa bentuk

dan cara, berupa: (a) merusak kartu suara, misalnya dengan sengaja

mencoblos lebih dari satu gambar atau pilihan; (b) membiarkan kartu suara

tidak dicoblos sehingga tidak terdefi nisi pilihannya, dan (c) tidak

menggunakan haknya dengan cara absen dari tempat pemungutan suara

(TPS). Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan spiritnya, “golput”

dapat dilakukan dengan: Pertama, cara tidak sengaja (kecelakaan semata)

yang bisa terjadi karena alasan teknis administratif, misalnya lupa,

tidak/belum terdaftar, atau karena kendala dan halangan darurat yang tidak

dikehendaki; Kedua, ketidakpedulian politik (apatisme) yang biasanya

terjadi karena berpendirian bahwa pemilu bukan sesuatu yang berkaitan

dengan kepentingan dirinya secara langsung; dan Ketiga, semangat

kesengajaan yang biasanya dilandasi oleh prinsip perlawanan

(pembangkangan), baik itu karena tidak sepakat dengan sistem pemilu,

tidak sesuai dengan partai kontestan, atau karena melihat adanya fakta-

fakta manipulasi (Muntoha, 2009: 59).

Hal tersebut muncul dikarenakan sistem kepartaian yang tercipta saat

itu bersigat hegemonik. Terciptanya sistem kepartaian yang hegemonik itu

karena dukungan beberapa faktor sebagai berikut :

Page 45: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

123

1. Dibentuknya aparatur keamanan yang represif dengan tugas menjaga

ketertiban dan mempertahankan aturan politik dan stabilitas negara.

Stabilitas politik telah menjadi “bahasa resmi” dalam setiap kebijakan

pemerintah dan militer selama masa Orde Baru itu, maka dibentuklah

berbagai lembaga untuk mendukungnya, seperti BKIN, Kopkamtib,

dan Opsus;

2. Proses depolitisasi massa agar negara dapat memutuskan perhatian

pada pembangunan ekonomi. Depolitisasi massa dibutuhkan untuk

menjamin pelaksanaan pembangunan ekonomi. Aktivitas mobilisasi

massa dalam proses politik biasanya dilakukan oleh Parpol pada massa

Orde Baru itu;

3. Emaskulasi dan restrukturisasi partai-partai politik yang dominan

selain Golkar, terutama sebelum pemilu; dan

4. Dikeluarkannya hukum-hukum pemilu dan aturan pemerintahan

sedemikian rupa untuk memungkinkan partai yang didukung oleh

pemerintah/militer (Golkar) selalu menang dalam pemilu, seperti

dalam proses seleksi calon, kampanye, dan intervensi pemerintah

dalam kehidupan parpol (Muntoha, 2009: 61).

Golput sesungguhnya merupakan fenomena politik ‘mata pedang

demokrasi’. Dari perspektif pelakunya Golput bertujuan mendelegitimasi

pemilu yang diselenggarakan pemerintah, sedangkan dari perspektif

demokrasi justru memberikan legitimasi terhadap demokrasi yang

berlangsung dimana itu membuktikan bahwa pemerintah telah

memberikan ruang aspirasi bagi kepentingan kelompok ekstra parlementer.

Pendeknya, golput adalah barometer kualitas demokrasi. Arief Budiman

menyatakan bahwa golput bukan organisasi, tanpa pengurus dan hanya

pertemuan solidaritas (Arbi Sanit, 1992: 178).

3. Hukum Islam

Page 46: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

124

a. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian

agama Islam (Mohammad Daud Ali, 2005: 42). Berkaitan dengan hal-

hal tersebut, maka sebelum melangkah lebih lanjut perlu adanya sedikit

pembahasan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan

penggunaan istilah hukum Islam tersebut. Beberapa istilah tersebut

yaitu:

1) Hukm dan Ahkam

Interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan, baik hubungan

manusia dengan Tuhan, manusia lain, dirinya sendiri, mupun dengan

benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya diatur oleh seperangkat

ukuran tingkah laku yang di dalam bahasa Arab disebut hukm. Adapun

ahkam adalah bentuk jamak dari hukm tersebut (Mohammad Daud Ali,

2005:43).

Hukm menurut Hazairin sebagaimana dikutip oleh Mohammad Daud

Ali adalah norma atau kaidah, yakni ukuran, tolok ukur, patokan,

pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku atau perbuatan

manusia dan benda. Istilah ini memang hampir sama dengan hukum,

sebab perkataan hukum yang dipergunakan di Indonesia berasal dari kata

hukm tersebut. Dalam hukm inilah kemudian dikenal adanya hukum

taklifi menurut Masyfuk Zuhdi, yaitu norma atau kaidah hukum Islam

yang mungkin mengandung kewenangan terbuka, yaitu kebebasan

memilih untuk melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu

perbuatan. Disebut juga sebagai al-ahkam al-khamsah menurut Sajuti

Thalib, yaitu ja’iz atau mubah atau ibahah, sunnat, makruh, wajib, dan

haram (Mohammad Daud Ali, 2005: 44).

Hukum taklifi terbagi menjadi lima bagian karena hukum takllifi

menghendaki permintaan suatu pekerjaan. Jika tuntutannya itu terdiri

atas segi mewajibkan dan menetapkan, maka hukum itu adalah hukum

Page 47: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

125

wajib, pengaruhnya adalah kewajiban, yang dituntut pelaksanaannya

adalah wajib. Dan jika tuntutannya itu tidak atas tujuan mewajibkan atau

menetapkan, maka hukum itu ialah sunnat, pengaruhnya adalah

kesunatan, yang dituntuk pelaksanaannya adalah yang disunnatkan (al-

mandub). Dan apabila menghendaki larangan suatu pekerjaan, maka jika

tuntutan itu atas segi mewajibkan dan menetapkan, maka hukum itu

adalah haram, pengaruhnya adalah keharaman, yang dituntut berupa

larangan suatu pekerjaan itu adalah yang diharamkan (al-muharram).

Dan jika tuntutannya itu tidak atas segi mewajibkan dan menetapkan,

maka hukum itu adalah makruh, pengaruhnya adalah kemakruhan, yang

dituntut berupa meninggalkan pekerjaan itu adalah makruh. Dan apabila

menghendaki memerintah memilih kepada mukallaf di antara

mengerjakan atau meninggalkan, maka itu adalah mubah. Pengaruhnya

adalah kebolehan dan pekerjaan yang disuruh memilih di antara

melaksanakan dan meninggalkan adalah mubah (Abdul Wahhab Khallaf,

1996: 162).

2) Syariat

Syariat secara harfiah adalah jalan ke sumber (mata) air yakni jalan

lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Syariat merupakan jalan

hidup muslim. Syariat memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan

rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi

seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia (Mohammad Daud Ali,

2005: 46).

3) Fiqih

Ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan

norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam Al Quran dan

ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi yang

direkan dalam kitab-kitab hadist. Dengan kata lain, ilmu fiqih, selain

rumusan di atas, adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum

yang terdapat di dalam Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad untuk

Page 48: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

126

diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat

akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Hasil

pemahaman tentang hukum Islam itu disusun secara sistematis dalam

kitab-kitab fiqih dan disebut hukum fiqih (Mohammad Daud Ali,

2005:48). Yang dimaksud dengan hukum fiqih adalah ketentuan-

ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum Islam

(Mohammad Daud Ali, 2005:51).

b. Jenis Sumber Hukum Islam

1) Alquran

Al-Quran adalah kalam (diktum) Allah SWT yang diturunkan

olehNya dengan perantaraan Malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah,

Muhammad bin Abdullah dengan lafazh (kata-kata) Bahasa Arab dan

dengan makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasul SAW dalam

penakuannya sebagai Rasulullah. Juga sebagai undang-undang yang

dijadikan pedoman ummat manusia dan sebagai amal ibadah bila

dibacanya (Abdul Wahhab Khallaf, 1996: 22).

Sayyid Hussein Nasr menyatakan bahwa Alquran adalah intisari

semua pengetahuan. Namun, pengetahuan yang terkandung di dalam

Alquran hanyalah benih-benih atau prinsip-prinsipnya saja

(Mohammad Daud Ali, 2005: 79). Di dalamnya terdapat ajaran yang

memberi pengetahuan tentang struktur (susunan) kenyataan alam

semesta dan posisi berbagai makluk termasuk manusia serta benda di

jagad raya, petunjuk yang menyerupai sejarah manusia, rakyat biasa,

raja-raja, orang-orang suci, para nabi sepanjang zaman dan segala

cobaan yang menimpa mereka. Selain itu, dalam Alquran berisi

sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam bahasa biasa karena berasal

dari firman Tuhan (Mohammad Daul Ali, 2005: 81).

Menurut pandangan Islam, hukum-hukum yang terkandung dalam

Alquran adalah (Mohammad Daud Ali, 2005: 84):

Page 49: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

127

a) hukum-hukum i’tiqadiyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan

dengan kewajiban para subjek hukum untuk mempercayai Allah,

malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari

pembalasan, kada dan kadar;

b) hukum-hukum akhlak, yaitu hukum-hukum Allah yang

berhubungan dengan kewajiban seorang subjek hukum untuk

‘menghiasi’ dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan

diri dari sifat-sifat yang tercela;

c) hukum-hukum amaliyah yakni hukum-huum yang bersangkutan

dengan perkataan perkataan, perbuatan, perjanjian, dan hubungan

kerjasama antarsesama manusia. Terbagi atas:

1. hukum ibadah, yakni hukum yang mengatur hubungan antara

manusia dengan Allah dalam mendirikan salat, melakasanakan

ibadah puasa, mengeluarkan zakat dan melakukan ibadah haji;

2. hukum-hukum muamalah, yakni semua hukum yang mengatur

hubugnan manusia dengan manusia, baik hubungan

antarpribadi maupun hubungan antarorang perorangan dalam

masyarakat.

2) As-Sunnah (Al Hadist)

As-Sunnah atau Al-Hadist adalah sumber hukum Islam kedua

setelah Alquran, berupa perkataan (sunnah qauliyah), perbuatan

(sunnah fo’liyah), dan sikap diam (sunnah taqriyah atau sunah

sukutiyah) Rasulullah yang sekarang tercatat dalam kitab-kitab hadist.

Ia merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Alquran

(Mohammad Daud Ali, 2005: 97).

Menurut istilah syara, As-sunnah adalah hal-hal yang datang dari

Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, maupun pengakuan

(taqrir). Sedangkan As-sunnah menurut Qauliah (ucapan) adalah

hadist-hadist Rasulullah SAW yang diucapkannya dalam berbagai

Page 50: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

128

tujuan dan persesuaian atau situasi (Abdul Wahhab Khallaf, 1996:

47).

3) Akal Pikiran (al-Ra’yu atau ijtihad)

Sumber hukum Islam ketiga adalah akal pikiran manusia yang

memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh

kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum

yang fundamental yang terdapat dalam Alquran, kaidah-kaidah

hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam sunnah nabi dan

merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang diterapkan pada

kasus tertentu (Mohammad Daud Ali, 2005:112). Secara harfiah

ra’yu berarti pendapat dan pertimbangan. Seseorang yang

memiliki persepsi mental dan pertimbangan yang bijaksana disebut

orang yang mempunyai ra’yu atau dzu’l ra’y (Mohammad Daud

Ali, 2005:115).

Menurut Othman Ishak sebagaimana dikutip Mohammad Daud

Ali, ijtihad berasal dari kata jahada yang artinya bersungguh-

sungguh atau mencurahkan segala daya dalam berusaha. Dalam

hubungannya dengan hukum, ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang

yang sungguh-sungguh dengan mempergunakan segenap

kemampuan yang ada serta dilakukan oleh ahli hukum yang

memenuhi syarat yang ada untuk merumuskan garis hukum yang

belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran atau

Sunah Rasul (Mohammad Daud Ali, 2005:116). Adapun metode

dalam melakukan ijtihad adalah sebagai berikut.

1. Ijma’

Ijma’ ialah kesepakatan semua mujtahidin di antara ummat

Islam pada suatu masa setelah kewafatan Rasulullah SAW atas

Page 51: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

129

hukum syar’i mengenai suatu kejadian/ kasus (Abdul Wahhab

Khallaf, 1996: 64).

2. Qiyas

Al Qiyas menurut bahasa ialah mengukur sesuatu dengan benda

lain yang dapat menyamainya. Dapat juga dikatakan Qiyas ialah

menyamakan, karena mengukur sesuatu dengan benda lain yang

dapat menyamainya, berarti menyamakan di antara dua benda

tersebut. Sedangkan menurut Ulama Ushul, Qiyas ialah

menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya dalam

hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan

dua kejadian tersebut dalam illat hukumnya (Abdul Wahhab

Khallaf, 1996: 76).

3. Istidal

Menurut A. Siddik (A.Siddik, 1982: 225) sebagaimana dikutip

Mohammad Daud Ali, istidal adalah menarik kesimpulan dari dua

hal yang berlainan. Misalnya menarik kesimpulan dari adat istiadat

dan hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam. Adat yang

telah lazim dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan

hukum Islam dan hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam

tetapi tidak dihapuskan oleh syariat Islam, dapat ditarik garis-garis

hukumnya untuk dijadikan hukum Islam.

4. Al-masalih al-mursalah

Masalih al-mursalah atau disebut juga maslahat mursalah

adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat

ketentuannya baik di dalam Alquran maupun dalam kitab-kitab

hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau

kepentingan umum (Mohammad Daud Ali, 2005:121).

Pendekatan hukum itu tidak dimaksudkan kecuali untuk

merealisir kemaslahatan umat manusia. Artinya mendatangkan

Page 52: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

130

keuntungan bagi mereka dan menolak mudharat serta

menghilangkan kesulitan daripadanya (Abdul Wahhab Khallaf,

1996: 127).

5. Istihsan

Istihsan menurut bahasa ialah menganggap baik sesuatu,

sedangkan menurut istilah Ulama Ushul ialah berpindahnya

seorang Mujtahid dari tuntutan Qiyas Jali (Qiyas nyata) kepada

Qiyas Khafi (Qiyas samar) (Abdul Wahhab Khallaf, 1996: 120).

6. Istishab

Istishab menurut bahasa Arab adalah mengakui adanya

hubungan perkawinan. Sedangkan menurut istilah Ulama Ushul,

Istishab yaitu menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya

sehingga terdapat dalil yang menunjukkan perubahan keadaan, atau

menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lampau secara

kekal menurut keadaan sehingga terdapat dalil yang menunjukkan

atas perubahannya (Abdul Wahhab Khallaf, 1996: 137).

7. ‘urf.

‘Urf ialah sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan

telah menjadi tradisinya, baik berupa ucapan atau perbuatannya dan

atau hal meninggalkan sesuatu juga disebut adat (Abdul Wahhab

Khallaf, 1996: 134).

4. MUI dan Fatwa

1. MUI

Majlis Ulama Indonesia adalah wadah atau majlis yang menghimpun

para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk

menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam

mewujudkan cita-cita bersama. Majlis Ulama Indonesia berdiri pada

tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di

Page 53: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

131

Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama,

cendekiawan dan zu’ama yang datang dari pelbagai penjuru tanah air.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan pada tanggal 07 Rajab 1395 H,

bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 M di Jakarta.

(http://id.wikipedia.org/wiki/MUI)

Musyawarah tersebut kemudian dinamakan Musyawarah Nasional

Ulama I yang dihadiri oleh diantaranya dua puluh enam orang ulama

yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama

yang merupakan unsur dari organisasi Islam tingkat pusat, yaitu NU,

Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Washliyah, Math’laul Anwar,

GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas

Rohani Islam, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan

Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan

tokoh perorangan.

Musyawarah tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan untuk

membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, zuama dan

cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah ‘Piagam Berdirinya

MUI’ yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang

kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I. Momentum berdirinya

MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase

kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa

telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang

perduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat

(http://id.wikipedia.org/wiki/MUI/).

Dalam khittah pengabdian Majlis Ulama Indonesia telah dirumuskan

lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti).

Page 54: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

132

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al

ummah).

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid.

5. Sebagai penegak (amar ma'ruf nahi munkar) (http://id.wikipedia.org

/wiki/MUI).

2. Fatwa

Fatwa merupakan salah satu bentuk dari hasil ijtihad para ahli atau

ulama (Rohadi Abd. Fatah, 1991:41). Dengan kata lain, fatwa

merupakan penetapan suatu hukum setelah melalui proses ijtihad (Rohadi

Abd. Fatah, 1991:123). Di dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah

diterangkan sebagai berikut, ”Secara literal, kata ”al-fatwa” bermakna

”jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-perundangan

yang sulit. Bentuk jamaknya adalah fataawin dan fataaway. Jika

dinyatakan ”aftay fi al-mas`alah maka maksudnya adalah menerangkan

hukum dalam permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa` adalah

penjelasan hukum-hukum dalam persoalan-persoalan syariat, undang-

undang, dan semua hal yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan

orang yang bertanya (http://hizbut-tahrir.or.id/2008/10/29/kedudukan-

fatwa-dalam-syariat-islam/).

Menurut Ensiklopedi Hukum Islam, Al-fatwa secara bahasa berarti

petuah, penasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan

hukum; jamak: fatawa. Sedangkan dalam istilah Ilmu Ushul Fiqh, Fatwa

berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai

jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu

kasus yang sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa tesebut

bisa bersifat pribadi, lembaga, maupun kelompok masyarakat. Pihak

yang memberi fatwa dalam istilah Ushul Fiqh disebut Mufti dan pihak

yang meminta fatwa disebut al-mustafti.

Page 55: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

133

Adapun syarat-syarat mengeluarkan fatwa bagi seorang mufti

(pemberi fatwa) adalah (Rohadi Abd. Fatah, 1991: 26) :

1. memiliki niat, bila belum memiliki niat maka tidak ada pada dirinya

nur cahaya yang akan menranginya.

2. hendaknya memiliki ilmu pengetahan, kesantunan, keagungan, dan

ketenangan hati.

3. hendaknya memiliki kekuatan untuk menguasai apa yang ada dalam

dirinya dan menguasai ilmu pengetahuan.

4. memiliki kecukupan dalam hidupnya, kalau tidak maka ia akan

dikuasai (ditunggangi) oleh manusia.

5. hendaknya ia mengetahui prinsip-prinsip hidup kemsyarakatan (hal

ihwal manusia dikaitkan dengan alam sekitarnya/ environmental)

Fatwa menurut arti syari’at ialah suatu penjelasan hukum syar’iyah

dalam menjawab suatu perkara yang diajukan oleh seseorang yang

bertanya, baik penjelasan itu jelas/ terang atau tidak jelas (ragu-ragu) dan

penjelasan itu mengarah pada dua kepentingn yakni kepentingan pribadi

atau kepentingan rakyat banyak (Rohadi Abd. Fatah, 1991:7). Fatwa

memberi jawaban hukum atas pertanyaan dan persoalan yang

menyangkut masalah hukum yang tidak diketemukan dalam al-Quran

maupun sunnah atau memberi penegasan kembali akan kedudukan suatu

persoalan dalam kaca mata ajaran hukum Islam. Fatwa bukanlah sebuah

keputusan hukum yang dibuat dengan gampang, atau yang disebut

dengan membuat hukum tanpa dasar, melainkan seorang yang memberi

Fatwa (Mufti) harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu, seperti

memahami pelbagai aspek hukum Islam dan dalil yang menopangnya

dan otoritas keilmuannya diakui oleh masyarakat. Sehingga masyarakat

datang kepadanya untuk meminta pertimbangan hukum. Dalam hal ini,

dan karena dirasa terlalu sulitnya memperoleh kewenangan fatwa, dalam

konteks Indonesia, maka lazim diberikan lembaga khusus dalam sebuah

Page 56: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

134

organisasi, misalnya Komisi Fatwa MUI, Bahtsul Masail NU, dan

Majelis Tarjih Muhammadiyah (http://elkhalil.wordpress.com/

2009/10/05/kedudukan-fatwa-mui). Fatwa dihasilkan dari sumber-

sumber yang terpercaya, yakni Hadist Rasulullah SAW, yang sangat

besar pengaruhnya dalam masyarakat, dan fatwa tersebut sangat jauh dari

nilai kehormatan. Fatwa dimaksudkan hanya untuk memberikan arah

dan kejelasan terhadap masalah-masalah yang muncul dan timbul di

kalangan masyarakat (Rohadi Abd. Fatah, 1991: 17).

Oleh karena itu, menurut Rohadi Abd fatah, fatwa mengandung

beberapa unsur pokok. Beberapa unsur pokok tersebut meliputi fatwa

sebagai bentuk pengambilan keputusan hukum syar’iyah yang sedang

diperselisihkan (terjadi perbedaan pendapat), fatwa sebagai jalan keluar

dari kemelut perbedaan pendapat di antara para ulama/ para ahli, fatwa

harus mempunyai konotasi kuat baik dari segi sosial keagamaan maupun

sosial kemasyarakatan, dan mengarahkan pada perdamaian umat. Sebab

ada ulama yang mengatakan bahwa berubahnya fatwa sering terjadi

karena bertumbuh dan berubahnya situasi, kondisi, tempat, dan istiadat

(Rohadi Abd. Fatah, 1991:35).

Page 57: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

135

B. Kerangka Pemikiran

Bagan 1

Kerangka Pemikiran

UUD 1945

Negara Hukum

Pengakuan atas Hak Asasi Manusia

Hak Pilih Aktif

Digunakan Tidak Digunakan (Golput)

Kebebasan berserikat

Majelis Ulama Indonesia

(MUI)

Negara Republik

Indonesia

Kedudukan?

Fatwa Golput Haram

Bertentangan?

Dasar

pertimbangan?

Nilai Hukum dalam Hak Asasi

Manusia?

Page 58: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

136

Penjabaran:

Negara Republik Indonesia adalah negara Hukum. Hal tersebut

ditegaskan dalam konstitusi Negara Republik Indonesia, UUD 1945 Pasal 1

ayat (3). Hak Asasi Manusia (HAM) adalah konsep yang tidak dapat

dipisahkan dalam negara hukum, baik dalam konsep Rule of Law maupun

Rechstaat. Dua diantara penghargaan atas HAM adalah pengakuan atas

kebebasan berserikat serta hak pilih. Kebebasan berserikat diatur dalam UUD

1945 Pasal 28, sedangkan hak pilih warga negara diatur dalam Pasal 27 ayat

(1) serta Pasal 28I ayat (1).

Salah satu wujud dari kebebasan berserikat di Indonesia adalah adanya

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Majelis Ulama Indonesia adalah LSM

di Indonesia yang merupakan perkumpulan para ulama di Indonesia. Oleh

karena mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim, maka MUI

kemudian memiliki pengaruh yang cukup kuat di Indonesia serta menjadi

sumber acuan atas hukum agama suatu hal. Salah satu fungsi dari MUI adalah

memberikan jawaban atas permasalahan yang dihadapi umat muslim dengan

berdasar pada ijtihad. Jawaban tersebut disebut sebagai fatwa, oleh karenanya

MUI juga disebut sebagai lembaga mufti atau lembaga pemberi fatwa. Sejak

berdiri pada tanggal 26 Juli 1975, MUI telah mengeluarkan berbagai fatwa di

berbagai bidang, termasuk sosial kemasyarakatan. Permasalahan muncul

ketika MUI mengeluarkan fatwa haram mengenai golongan putih (golput).

Golput adalah suatu keputusan seseorang untuk tidak menggunakan hak

pilih aktifnya. Dengan kata lain, karena satu atau lain hal, seseorang tidak

menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Tidak semua peristiwa golput

adalah kesengajaan. Terkadang seseorang golput karena tidak terdaftar dalam

Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau sedang berhalangan sehingga tidak bisa

menggunakan hak pilihnya.

Oleh karena itu, fatwa yang dikeluarkan MUI justru menimbulkan

permasalahan sendiri. Sebab, fatwa tersebut telah memberikan justifikasi

hukum secara Islam bahwa golput adalah haram. Golput yang akan diteliti

Page 59: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

137

dalam penelitian ini adalah golput yang terjadi karena kesengajaan. Karena

sesungguhnya yang diatur dalam UUD 1945 adalah hak pilih, bukan

kewajiban untuk memilih. Hak pilih merupakan hak konstitusional warga

negara yang termasuk dalam HAM. Oleh karena itu, penulis mencoba

mengetahui apakah golput adalah bagian dari HAM. Selain itu, penulis

mencoba untuk meneliti bagaimana kedudukan MUI di Indonesia sehingga

dapat diketahui apakah fatwa haram MUI tentang golput tersebut bertentangan

dengan HAM atau tidak. Dengan demikian, penulis dapat mengetahui nilai

hukum dari fatwa haram MUI tentang golput tersebut dalam perspektif HAM.

Page 60: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

138

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Penggunaan Hak Pilih untuk Tidak Memilih dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia

Untuk mengetaui bagaimana penggunaan hak pilih untuk tidak memilih

dalam perspektif Hak Asasi Manusia (HAM), maka perlu untuk mengetahui

bagaimana pengaturan hak pilih tersebut dalam UUD 1945, UU yang

berkaitan dengan HAM yaitu UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia dan UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan

Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, serta UU yang mengatur

mengenai Pemilihan Umum (Pemilu) yaitu UU No. 10 Tahun 2008.

a. Pengaturan Hak Pilih dalam UUD 1945

UUD 1945 mengatur mengenai hak pilih tidak secara tersirat, namun

masuk dalam poin beberapa pasalnya. Pada Pasal 27 ayat (1) dinyatakan

mengenai kesetaraan kedudukan warga negara dalam hukum dan

pemerintahan, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.” Hak pilih merupakan hak politik setiap warga

negara sebab dengan hak tersebut, setiap warga negara memiliki kedudukan

di dalam pemerintahan sebab warga negara lah yang menentukan siapa yang

dapat duduk di dalam pemerintahan itu.

Perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945 menyempurnakan

komitmen Indonesia terhadap upaya pemajuan dan perlindungan HAM

Page 61: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

139

dengan mengintegrasikan ketentuan-ketentuan penting dari instrumen-

instrumen internasional mengenai HAM, sebagaimana tercantum dalam BAB

XA tentang Hak Asasi Manusia. Perubahan tersebut dipertahankan sampai

dengan perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian

disebut dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Di dalam bab yang terdiri dari 37 pasal tersebut, pengaturan mengenai

penggunaan hak pilih dapat ditemukan dalam Pasal 28D ayat (3), Pasal 28I

ayat (1) serta Pasal 28J ayat (2).

Setiap orang tetap memiliki batasan berupa kewajiban yang ditetapkan

dengan undang-undang dalam menjalankan hak dan kebebasannya, termasuk

dalam penggunaan hak pilihnya. Hal tersebut dinyatakan dalam Pasal 28J

ayat (2) UUD 1945, “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap

orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-

undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi

tuntutan yang adil sesuai pertimbangan moral, nilai-nilai agama keamanan,

dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

b. Pengaturan Hak Pilih dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mengatur mengenai

hak asasi manusia dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Universal Declaration of Human

Right, Konvensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Terhadap Wanita, Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, dan berbagai

instrumen internasional lain. Dalam UU tersebut, rincian pengaturan

mengenai hak asasi manusia terbagi atas:

1. Hak untuk hidup (Pasal 4, Pasal 9)

Page 62: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

140

2. Hak untuk tidak dihilangkan paksa dan/ atau tidak dihilangkan nyawa

(Pasal 9)

3. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturuan (Pasal 10)

4. Hak mengembangkan diri (Pasal 11-Pasal 16)

5. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17-Pasal 19)

6. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-Pasal 27)

7. Hak atas rasa aman (Pasal 28-Pasal 35)

8. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36- Pasal 42)

9. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43, Pasal 44)

10. Hak Wanita (Pasal 45-Pasal 51)

11. Hak Anak (Pasal 52-Pasal 66)

12. Hak atas kebebasan beragama (Pasal 22)

HAM menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam Undang-undang yang

terdiri dari 11 bab dan 106 pasal tersebut, pengaturan mengenai hak pilih

terletak dalam Bagian Kedelapan mengenai Hak Turut Serta dalam

Pemerintahan Pasal 43 ayat (1). Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa,

“Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan

umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil seseuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.” Dalam ayat (2) disebutkan bahwa, “Setiap warga

negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau denga

perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.”

Page 63: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

141

UU No. 39 Tahun 1999 telah mengatur penggunaan hak pilih sebagai

bagian dari hak politik seseorang dalam Pasal 23. Pasal 23 ayat (1)

menyatakan bahwa, “Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai

keyakinan politiknya.” Sedangkan Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa,

“Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan

pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan/ atau tulisan melalui media

cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,

kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.”

Dengan demikian, UU No. 39 Tahun 1999 telah secara tegas mengatur

mengenai hak pilih berikut penggunaan hak pilih tersebut. Setiap orang

memiliki hak atas kebebasan pribadinya termasuk untuk menggunakan hak

yang dimilikinya tersebut. Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU No. 39 Tahun 1999

mengatur mengenai hak untuk memilih, bukan kewajiban untuk memilih, dan

bahwa hak tersebut telah dijamin serta dilindungi oleh undang-undang.

Sehingga, karena setiap individu memiliki kebebasan pribadi dalam memilih

serta mempunyai keyakinan politiknya maupun bebas dalam berpendapat

sesuai dengan hati nuraninya sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (1) dan

(2) UU No. 39 Tahun 1999, maka tidak ada larangan bagi seseorang ketika

akhirnya dia memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau no vote

decision yang lebih dikenal dengan istilah golput.

c. Pengaturan Hak Pilih dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2005 Tentang

Pengesahan International Covenant on Civil and Political Right (Kovenan

Internasional tentang Hak Sipil dan Politik)

International Convention on Civil and Political Rights (ICCPR) atau

Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik telah diratifikasi oleh

Indonesia pada tahun 2005. Oleh karena itu produk hukum internasional

tersebut telah menjadi bagian dari hukum nasional Indonesia. Dengan

demikian, Negara yakni pemerintah terikat untuk menjalankan kewajiban-

kewajibannya di bawah kovenan tersebut. Pada sisi yang lain, setiap orang

Page 64: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

142

yang tinggal di wilayah dan yurisdiksi Indonesia berhak untuk memperoleh

penghormatan dan perlindungan hak-hak asasinya. Penghormatan dan

perlindungan ini wajib diberikan oleh negara, tanpa membedakan ras, warna

kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan

lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, hak milik, status kelahiran atau

status lainnya. ICCPR memuat 24 hak dasar, yaitu :

1. Pasal 1 Hak untuk menentukan nasib sendiri.

2. Pasal 3 Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

3. Pasal 6 Hak untuk hidup.

4. Pasal 7 Hak untuk bebas dari penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman

lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat.

5. Pasal 8 Hak untuk bebas dari perbudakan, perhambaan dan pekerjaan

paksa.

6. Pasal 9 Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi.

7. Pasal 10 Hak atas sistem penahanan yang manusiawi.

8. Pasal 11 Hak atas kebebasan dari pemenjaraan atas dasar

ketidakmampuan memenuhi kewajiban kontraktual.

9. Pasal 12 Hak atas kebebasan bergerak dan pilihan tempat tinggal.

10. Pasal 13 Kebebasan orang asing dari pengusiran semena-mena.

11. Pasal 14 Hak atas pemeriksaan adil dan proses hukum yang semestinya.

12. Pasal 15 Hak atas kebebasan dari hukum pidana yang berlaku surut.

13. Pasal 16 Hak atas pengakuan sebagai pribadi di hadapan hukum.

14. Pasal 17 Hak atas kebebasan dan keleluasaan pribadi (privacy).

15. Pasal 18 Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama.

16. Pasal 19 Hak atas kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat.

17. Pasal 20 Larangan atas propaganda untuk perang dan hasutan kebencian.

Page 65: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

143

18. Pasal 21 Hak atas perkumpulan damai.

19. Pasal 22 Hak atas kebebasan berserikat.

20. Pasal 23 Hak atas pernikahan dan membentuk keluarga.

21. Pasal 24 Hak-hak anak.

22. Pasal 25 Hak-hak politik.

23. Pasal 26 Hak atas kedudukan yang sama di depan hukum.

24. Pasal 27 Hak-hak minoritas etnis, agama atau bahasa.

Hak-hak politik sebagai salah satu hak yang diakui dan dilindungi oleh

ICCPR diwujudkan dalam bentuk hak warga negara untuk turut serta memilih

atau dipilih dalam pengisian jabatan-jabatan publik, baik di pemerintah atau

eksekutif maupun badan perwakilan rakyat (badan legislatif).

Lebih lanjut ICCPR menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir,

berkeyakinan dan beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal

18), hak orang untuk mempunyai pendapat tanpa campur tangan pihak lain

dan hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat (Pasal 19). Hak politik

sebagaimana tercantum dalam pasal 25 memberikan hak kepada setiap warga

negara untuk ikut serta dalam penyelenggaraan urusan publik, untuk memilih

dan dipilih, serta mempunyai akses berdasarkan persyaratan umum yang

sama pada jabatan publik di negaranya.

Maka, sejalan dengan UUD 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia, ICCPR yang telah disahkan dalam UU No. 12 Tahun 2005

memberikan hak pilih sebagai hak asasi manusia, demikian pula dengan

penggunaan hak pilih tersebut.

d. Pengaturan Hak Pilih dalam Undang-undang No. 10 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum

Page 66: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

144

UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum disahkan pada tanggal

31 Maret 2008 sekaligus mencabut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2006 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4631) sebagaimana tercantum dalam

Pasal 319 UU No. 10 Tahun 2008.

Hak memilih dalam UU No. 10 Tahun 2008 tercantum dalam Pasal 19 dan

Pasal 20. Pasal 19 menyatakan bahwa yang memiliki hak untuk memilih

adalah:

1) Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin

2) Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar

oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih.

Sedangkan Pasal 20 UU No. 10 Tahun 2008 menyatakan bahwa, “Untuk

dapat menggunakan hak memilih, Warga Negara Indonesia harus terdaftar

sebagai pemilih”.

Undang-undang ini tidak menjelaskan bahwa hak pilih dan penggunaannya

merupakan bagian dari HAM, tetapi undang-undang ini adalah pelaksanaan

jaminan Pemerintah Republik Indonesia atas hak politik setiap orang.

Melalui undang-undang ini, maka UUD 1945, UU No. 12 Tahun 2005

tentang Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right, serta

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah dijabarkan dalam

Page 67: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

145

pelaksanaan demokrasi prosedural berupa Pemilihan Umum yang telah diatur

dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

2. Nilai Hukum Fatwa Haram MUI tentang golput dalam Perspektif HAM

MUI didirikan sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama,

zu’ama dan cendekiawan Islam di Indonesia. Ide terbentuknya suatu organisasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak lain dimaksudkan agar organisasi ini

mampu melakukan ijtihad untuk mengeluarkan fatwa-fatwa hukum Islam dari

sumber hukum asalnya. Terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan yang

timbul di alam Indonesia (Rohadi. Abd Fatah, 1991: 41).

Sejak didirikan pada 26 Juli 1975, MUI telah menjadi lembaga yang

mengeluarkan banyak fatwa dalam berbagai bidang termasuk sosial

kemasyarakatan. Berikut data beberapa fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI.

No. Tanggal Tentang

Fatwa

Ketentuan Hukum

1 21 Mei 2005 Aborsi 1. Aborsi haram hukumnya

sejak terjadinya implantasi

blastosis pada dinding

rahim ibu (nidasi).

2. Aborsi dibolehkan karena

adanya uzur, baik yang

bersifat darurat ataupun

hajat

3. Aborsi haram hukumnya

dilakukan pada kehamilan

yang terjadi akibat zina.

Page 68: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

146

2 25 Oktober 1997 Nikah Mut’ah Haram

3 27 Januari 2009

(Forum Ijtima

Komisi Fatwa

Majlis Ulama

Indonesia 2009)

Merokok Makruh, diharamkan bagi

anak-anak, remaja, perempuan

hamil dan merokok di tempat

umum.

Penggunaan

hak pilih

untuk tidak

memilih

(Golput)

Golput haram hukumnya bila

masih ada pemimpin yang

layak pilih. Bila tidak ada

pemimpin yang layak dipilih,

maka tetap harus memilih

calon yang baik dari yang

terburuk.

Senam Yoga

Yoga yang murni mengandung

ritual dan spiritual agama lain,

hukumnya bagi orang Islam

adalah haram. Yoga yang

mengandung meditasi dan

mantra atau spiritual dan ritual

ajaran agama lain hukumnya

haram, sebagai langkah

preventif. Yoga yang murni

olahraga pernafasan untuk

kesehatan hukumnya mubah

(boleh).

Pernikahan

Dini

Pernikahan dini hukumnya sah

sepanjang telah terpenuhinya

syarat dan rukun nikah, tetapi

haram jika diduga

mengakibatkan mudharat.

Page 69: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

147

Untuk mencegah terjadinya

pernikahan usia dini yang

berdampak pada hal-hal yang

bertentangan dengan tujuan

dan hikmah pernikahan,

pemerintah diminta untuk lebih

meningkatkan sosialisasi

tentang UU Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan.

Vasektomi Haram

Bank mata

dan organ

tubuh lain

Masalah donor, transplantasi,

dan bank mata merupakan fikih

yang bersifat kemasyarakatan.

Oleh karena itu untuk

menghindarkan hal-hal yang

bersifat negatif yang tidak kita

inginkan aplikasinya,

pemerintah diminta

mengeluarkan pengaturan

lewat undang-undang

kesehatan, untuk menegakkan

kemaslahatan dan

menghindarkan diri dari

penyimpangan.

Konsumsi

makanan halal

Produsen yang telah

memperoleh sertifikat Halal

wajib menjaga status kehalalan

produknya melalui penerapan

Sistem Jaminan Halal

sebagaimana yang telah

Page 70: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

148

ditetapkan oleh LP-POM MUI.

Pemerintah wajib mengawasi

kehalalan produk. Pemerintah

dan DPR-RI diminta untuk

segera menuntaskan

pembahasan RUU tentang

Jaminan Halal.

Zakat

Perusahaan

Wajib

4 Maret 1984 Adopsi

(pengangkatan

anak)

1. Islam mengakui keturunan

(nasab) yang sah, ialah

anak yang lahir dari

perkawinan (pernikahan).

2. Mengangkat (adopsi)

dengan pengertian anak

tersebut putus hubungan

keturunan (nasab) dengan

ayah dan ibu kandungnya

adalah bertentangan dengan

syari'ah Islam.

3. Adapun pengangkatan anak

dengan tidak mengubah

status nasab dan

Agamanya, dilakukan atas

rasa tanggung jawab sosial

untuk memelihara,

mengasuh dan mendidik

mereka dengan penuh kasih

sayang, seperti anak sendiri

adalah perbuatan yang

Page 71: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

149

terpuji dan termasuk amal

saleh yang dianjurkan oleh

agama Islam.

4. Pengangkatan anak

Indonesia oleh Warga

Negara Asing selain

bertentangan dengan UUD

1945 Pasal 34, juga

merendahkan martabat

bangsa.

Sumber: www.republika.com, www.mui.co.id

Indonesia adalah negara hukum yang sangat menghargai Hak Asasi Manusia,

termasuk kebebasan untuk berserikat. Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 28

UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemerdekaan untuk

mengeluarkan pikirannya, baik dengan lisan maupun tulisan. Dinyatakan bahwa,

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang.” Pasal 22

International Covenant for Civil and Political Right (ICCPR) yang telah disahkan

melalui UU No. 12 Tahun 2005 memberikan hak setiap orang atas kebebasan

berserikat. Diratifikasinya pasal tersebut tersebut semakin menegaskan

penghormatan negara Republik Indonesia atas kebebasan berserikat. MUI adalah

salah satu wujud dari kebebasan berserikat tersebut.

Page 72: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

150

B. PEMBAHASAN

1. Penggunaan Hak Pilih untuk Tidak Memilih dalam Perpektif Hak Asasi

Manusia

Dalam praktik kehidupan demokrasi, konstitusi merupakan perangkat hukum

dasar (fundamental law) dalam sebuah negara, menjadi bagian yang tak

terpisahkan dengan upaya-upaya penegakan hukum (Majda el Muhtaj, 2008: 60).

Menurut Jimly Asshidiqie sebagaimana dikutip oleh Majda el Muhtaj, kehadiran

Konstitusi merupakan conditio sine qua non bagi sebuah negara. Konstitusi tidak

saja memberikan gambaran dan penjelasan tentang mekanisme lembaga-lembaga

negara, lebih dari itu di dalamnya ditemukan letak rasional dan kedudukan hak

serta kewajiban warga negara. Konstitusi merupakan social contract antara yang

diperintah (rakyat) dengan yang memerintah (penguasa, pemerintah) (Majda el

Muhtaj, 2008: 61).

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan wahana bagi warga negara untuk

menggunakan hak politiknya untuk memilih orang yang dianggapnya layak

sebagai wakil yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), maupun sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Hak memberikan suara atau memilih (right to vote) merupakan hak dasar (basic

right) setiap individu/warga negara yang harus dijamin pemenuhannya oleh

Negara. Jaminan terhadap hak ini telah dituangkan baik dalam Konstitusi (UUD

1945-Amandemen) maupun UU, yakni UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi

Manusia dan UU No. 12/2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak-hak Sipil dan

Politik.

Setelah mengalami empat kali amandemen, UUD 1945 merupakan sebuah

Konstitusi yang memadai sebagai dasar hukum bagi bekerjanya Sistem politik,

Page 73: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

151

hukum dan pemerintahan yang demokratis, di mana perlindungan hak sipil dan

politik memperoleh tempat yang semestinya. Negara Hukum Demokratis (NHD)

Indonesia sebagaimana tersirat dan tersurat dalam UUD 1945 mensyaratkan

hadirnya masyarakat sipil (civil society) yang kuat mampu melakukan kontrol

terhadap perilaku Negara. Masyarakat sipil sering dinilai sebagai kunci untuk

mencapai NHD, dimana demokrasi dan kedaulatan hukum berjalan (Abdul Hakim

G. Nusantara, 1998:9). Melalui Pasal 28D ayat (3), Pasal 28I ayat (1) serta Pasal

28J ayat (2), UUD 1945 memberikan pengakuan serta jaminan atas hak pilih

berikut penggunaaan hak pilih tersebut yang harus sesuai dengan pikiran serta hati

nurani masing-masing warga negara.

Pasal 28D ayat (3) menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki

kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Dinyatakan bahwa, “Setiap warga

negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.” Pasal

28I ayat (1) menyatakan bahwa, “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut

atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat

dikurangi dalam bentuk apa pun.” Oleh karena itu, sesungguhnya hak pilih

merupakan hak konstitusional warga negara yang termasuk dalam hak asasi

manusia, namun penggunaan hak pilih tersebut juga merupakan hak asasi

manusia. Setiap warga negara memiliki kemerdekaan penuh untuk menggunakan

hak pilihnya sebab dalam Pasal 28I ayat (1) dinyatakan bahwa kemerdekaan

pikiran dan hati nurani adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

bentuk apa pun. Penggunaan hak pilih tersebut merupakan hak pribadi menurut

pikiran dan hati nurani masing-masing warga negara. Setiap warga negara berhak

untuk menentukan siapa yang akan dipilih dalam Pemilu, bahkan bebas untuk

tidak memilih apabila hal tersebut sesuai dengan pikiran dan hati nuraninya.

UU No. 39 Tahun 1999 merupakan payung hukum dari seluruh peraturan

perundang-undangan tentang hak asasi manusia. Setiap peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia tidak boleh bertentangan dan

Page 74: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

152

harus merujuk pada UU No. 39 Tahun 1999 tersebut. Pelanggaran hak asasi

manusia oleh karenanya akan dikenakan sanksi pidana, perdata, dan/ atau

administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam UU payung tersebut, hak pilih yang menjadi bahan penelitian dari

penulis dapat digolongkan menjadi hak asasi manusia. Ia adalah hak politik, dan

kebebasan dasar yang melekat pada setiap individu. Penggunaan hak pilih

bergantung sepenuhnya pada individu itu sendiri. Tidak ada satu alasan pun yang

dapat dijadikan alasan intervensi atas hak tersebut.

Namun demikian, sama seperti UUD 1945, dalam UU No. 39 Tahun 1999 ini

juga dikenal adanya kewajiban dasar yang tentunya membatasi hak serta

kebebasan dasar setiap individu. Pasal 1 angka 2 UU No. 39 Tahun 1999

menjelaskan bahwa, “Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban

yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan

tegaknya hak asasi manusia.” Dalam UU tersebut, rincian kewajiban dasar

manusia adalah sebagai berikut:

1. Pasal 67

Setiap orang yang berada di wilayah negara Republik Indonesia wajib

patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum

internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara

Republik Indonesia.

2. Pasal 68

Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pasal 69 ayat (1)

Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral,

etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Pasal 69 ayat (2)

Page 75: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

153

Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan

tanggungjawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik

serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan,

dan memajukannya.

5. Pasal 70

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang

lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan

moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang

demokratis.

Dalam kaitannya dengan hak pilih sebagai kebebasan dasar manusia, maka

diperlukan batasan dari peraturan perundang-undangan lain yang menentukan

kewajiban dasar yang melekat pada hak pilih setiap orang.

Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right melalui UU

No. 12 Tahun 2005 semakin menegaskan pengakuan dan jaminan Negara

Republik Indonesia terhadap hak sipil dan politik warga negara. Baik UUD 1945,

UU No. 39 Tahun 1999, dan UU No. 12 Tahun 2005 memberikan jaminan atas

hak pilih sebagai bagian dari hak politik warga negara. Selain jaminan atas hak

pilih, ketiga peraturan perundang-undangan tersebut juga mengakui kemerdekaan

berpikir maupun berpendapat sehingga penggunaan hak pilih tersebut menjadi hak

penuh warga negara. Pada akhirnya, tidak ada peraturan perundang-undangan di

Indonesia yang melarang adanya penggunaan hak pilih untuk tidak memilih,

golput, maupun no vote decision sebab sesungguhnya hal tersebut sepenuhnya

menjadi hak setiap warga negara.

Terkait dengan kewajiban dasar yang mengikuti kebebasan dasar manusia

dalam hal ini adalah hak pilih dan penggunaan hak pilih, maka dalam UU No. 10

Page 76: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

154

Tahun 2008 ini diberikan batasan pada kebebasan berpikir dan mengeluarkan

pendapat, serta keyakinan politik seseorang. Hal tersebut ditunjukkan dengan

tercantumnya larangan dan ketentuan pidana bagi seseorang yang mengajak,

membujuk, atau menganjurkan orang lain untuk golput. Ketentuan tersebut

diatur dalam Pasal 87 untuk larangan mengajak atau menganjurkan golput dan

Pasal 274, 286, dan 287 untuk ketentuan pidananya. UU No. 10 Tahun 2008

tentang Pemilihan Umum memberikan batasan larangan bagi pelaksana kampanye

untuk menjanjikan atau memberikan uang atau materi lain agar peserta kampanye

tidak menggunakan hak pilihnya atau membuat orang lain menggunakan hak

pilihnya agar hak pilih tersebut tidak sah. Hal tersebut disebutkan dalan UU No.

10 Tahun 2008 Pasal 87, “Dalam hal terbukti pelaksana kampanye menjanjikan

atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta

kampanye secara langsung ataupun tidak langsung agar:

a. tidak menggunakan hak pilihnya;

b. menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta Pemilu dengan cara

tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;

c. memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu;

d. memilih calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota tertentu;

atau

e. memilih calon anggota DPD tertentu,

dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Pelaksana kampanye yang menganjurkan seseorang untuk golput ini, berlaku

ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 274 UU No. 10 Tahun 2008. Pasal 274

menyatakan bahwa, “Pelaksana kampanye yang dengan sengaja menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye

secara langsung ataupun tidak langsung agar tidak menggunakan haknya untuk

memilih, atau memilih Peserta Pemilu tertentu, atau menggunakan haknya untuk

memilih dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 87 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)

Page 77: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

155

bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit

Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua

puluh empat juta rupiah)”.

Selain ancaman pidana bagi pelaksana kampanye yang menganjurkan seseorang

untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau menggunakan hak pilihnya agar hak

pilihnya tersebut tidak sah, UU No. 10 Tahun 2008 juga memberikan ancaman

pidana bagi seseorang yang bukan hanya pelaksana kampanye, yang

menganjurkan seseorang untuk golput, baik dengan tidak menggunakan hak

pilihnya maupun menggunakan hak pilihnya namun sengaja untuk membuat hak

pilihnya tersebut tidak sah. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 286 dan 287 UU No.

10 Tahun 2008. Pasal 286 UU No. 10 Tahun 2008 memberikan ancaman pidana

pada seseorang yang menganjurkan golput dengan menjanjikan atau memberikan

uang atau materi lain sebagai imbalan. Pasal ini menyatakan bahwa, “Setiap

orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih supaya tidak menggunakan

hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu atau menggunakan hak pilihnya

dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam)

bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dan paling

banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”

Adapun Pasal 287 UU No. 10 Tahun 2008 memberikan ancaman pidana bagi

seseorang yang menggunakan kekerasan atau ancaman agar orang lain golput.

Dinyatakan dalam pasal ini bahwa, “Setiap orang yang dengan sengaja

menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan dan/atau menghalangi seseorang

yang akan melakukan haknya untuk memilih atau melakukan kegiatan yang

menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenteraman pelaksanaan pemungutan

suara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling

lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam

juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).”

Page 78: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

156

2. Nilai Hukum Fatwa Haram MUI tentang Golput dalam Perspektif Hak

Asasi Manusia

Indonesia adalah negara hukum. HAM sebagai bagian tak terpisahkan dari

konsep negara hukum berimplikasi pada adanya pengakuan konstitusional bahwa

jaminan perlindungan HAM merupakan elemen esensial konstruk Indonesia

modern (Majda el Muhtaj, 2008: 59). Hal tersebut telah dinyatakan dalam UUD

1945 Pasal 1 ayat (3), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Negara hukum

menurut Djokosutono adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan hukum.

Hukumlah yang berdaulat atas negara tersebut. Negara merupakan subjek hukum

dalam arti Rechtstaat (badan hukum publik). Oleh sebab itu, menurut Sudargo

Gautama, dalam negara hukum terdapat pembatasan kekuasaan Negara terhadap

perseorangan sebab Negara tidaklah Maha Kuasa sehingga tidak dapat bertindak

sewenang-wenang. Tindakan-tindakan negara terhadap warganya dibatasi oleh

hukum. Batasan itulah yang mencirikan apakah suatu negara merupakan negara

hukum.

Para ahli Eropa Kontinental menyebut negara hukum sebagai rechstaat,

sedangkan ahli hukum Anglo Saxon memakai istilah rule of law (Masyur Effendi,

2005: 42). Stahl menyebutkan empat unsur rechtstaat, yaitu pengakuan Hak

Asasi Manusia (HAM), pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut,

pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur), dan

adanya Peradilan Tata Usaha Negara. Sedangkan unsur rule of law, menurut A.V.

Dicey adalah HAM dijamin lewat undang-undang, persamaan kedudukan di muka

hukum (equalitiy before the law), dan supremasi aturan-aturan hukum (supremacy

of the law) serta tidak adanya kesewenang-wenangan tanpa aturan yang jelas.

Dalam konferensi Internasional di Bangkok pada tahun 1965, International

Commission of Jurists memperluas konsep Rule of Law dari A.V. Dicey dan

Immanuel Kant. Dalam menerapkan ‘the dynamics of The Rule of Law’, terdapat

syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah

Rule of Law. Syarat-syarat tersebut adalah:

1. perlindungan konstitusionil

Page 79: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

157

2. perlindungan atas hak-hak individu serta penentuan cara proseduril untuk

memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin

3. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

4. pemilihan umum yang bebas

5. kebebasan untuk menyatakan pendapat

6. kebebasan untuk berserikat/ berorganisasi dan beroposisi

7. pendidikan kewarganegaraan (civic education)

Sri Soemantri lebih mempertegas lagi mengenai unsur-unsur yang terpenting

dalam negara hukum, yaitu:

1. bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasarkan hukum atau peraturan pernundang-undangan;

2. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia;

3. adanya pembagian kekuasaan dalam negara;

4. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (Rechterlijke Controle).

Dalam konteks jaminan atas HAM, konstitusi memberikan arti penting

tersendiri bagi terciptanya sebuah paradigma negara hukum sebagai buah dari

proses dialektika demokrasi yang telah berjalan secara amat panjang dalam

lintasan sejarah peradaban manusia. Jaminan atas HAM meneguhkan pendirian

bahwa negara bertanggungjawab atas tegaknya supremasi hukum (Majda el

Muhtaj, 2005: 93). Jaminan konstitusi atas HAM adalah bukti dari hakikat,

kedudukan dan fungsi konstitusi itu sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia (Majda

el Muhtaj, 2005: 94).

Terdapat dua garis besar pembagian hak asasi manusia yaitu Hak Negatif dan

Hak Positif. Pembagian hak-hak ini berhubungan dengan dengan ukuran

keterlibatan negara dalam pemenuhan HAM. Pembagian ini tidak berdasarkan

baik atau buruk dalam hak yang terkandung di dalamnya (Rusi Patria Medhawati,

2009:31).

Page 80: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

158

Mengenai Hak Negatif adalah hak meminimalkan peran campur tangan

negara, maka semakin terpenuhi pula hak-hak sipil dan politik. Sebaliknya, bila

negara terlalu banyak melakukan campur tangan, maka semakin terhambat pula

pelaksanaan hak-hak sipil politik warganya. Peminimalisiran peran negara dalam

pemenuhan hak-hak sipil dan politik karena hak-hak yang berkaitan dengan sipil

dan politik adalah hak yang berkaitan dengan kebebasan. Karena sebagian besar

kandungan hak-hak sipil politik adalah hak-hak atas kebebasan (rights to liberty).

Pengakuan dan perlindungan universal atau jaminan normatif atas

terpenuhinya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya tercantum dalam Kovenan

Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (international covenant on

economic, social and culture rights). Ada sepuluh hak yang diakui dalam kovenan

tersebut. Hak-hak tersebut dapat diuraikan sebaagai berikut. Pertama, hak untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Kedua, hak atas pekerjaan.

Ketiga, hak atas upah yang layak, kondisi kerja yang aman dan sehat, peluang

karir dan liburan. Keempat, hak berserikat dan mogok kerja bagi buruh. Kelima,

hak atas jaminan sosial. Keenam, hak atas perlindungan keluarga termasuk ibu

dan anak. Ketujuh, hak atas standar hidup yang layak, yakni sandang, pangan dan

perumahan. Kedelapan, hak atas kesehatan dan lingkungan yang sehat.

Kesembilan, hak atas pendidikan. Kesepuluh, hak untuk berpartisipasi dalam

kebudayaan.

Dengan adanya pengakuan HAM dalam konstitusi Indonesia serta peraturan

perundang-undangan lain, maka baik MUI maupun pilihan seseorang untuk tidak

menggunakan hak pilihnya atau golput mendapatkan tempatnya masing-masing.

Namun demikian, sebagai negara hukum yang mendasarkan setiap aktivitas

kenegaraan pada hukum, maka fatwa yang dikeluarkan MUI itu sendiri belum

mendapatkan kepastian hukum mengenai nilai hukumnya.

MUI adalah organisasi yang berusaha semaksimal mungkin menangani,

menyelesaikan, dan mengeluarkan fatwa keagamaan hukum Islam dengan model

dan ala Indonesia, yang tentunya tidak bertentangan dengan sumber-sumber

hukum Islam yakni Al Qur’an dan Al Hadist. Sebab dalam majelis ini berkumpul

Page 81: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

159

para ahli/ pakar, sehingga persoalan yang timbul dapat diecahkan dengan pelbagai

disiplin ilmu (interdisipliner) yang diarahkan agar hukum Islam dapat diterapkan

dan diaplikasikan secara proporsional (Rohadi. Abd Fatah, 1991: 41).

Fatwa memiliki interdependensi dengan ijtihad sebab hasil ijtihad para ahli

atau ulama dilahirkan dalam bentuk fatwa (Rohadi Abd. Fatah, 1991:41). Dilihat

dari jumlah pelakunya, ijtihad terbagi atas ijtihad individual dan ijtihad kolektif.

Ijtihad individual adalah ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid saja.

Sedangkan ijtihad kolektif adalah ijtihad yang dilakukan bersama-sama oleh

banyak ahli tentang satu persolan hukum tertentu (Mohammad Daud Ali,

2005:117). Oleh karena itu, fatwa sebagai hasil ijtihad juga terbagi atas dua

bentuk yaitu fatwa perorangan dan fawa kolektif. Fatwa perorangan merupakan

fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ulama, sebagai contoh adalah fatwa Syekh

Mahmud Syaltut, fatwa M. Quraish Shihab, dan fatwa Imam Besar Masjid

Istiqlal. Fatwa kolektif merupakan fatwa yang dikeluarkan oleh suatu lembaga

atau komisi yang bersifat kolektif. Fatwa MUI termasuk dalam Fatwa Kolektif

karena dikaji dan ditetapkan melalui komisi fatwa.

Fatwa MUI ada tiga macam. Pertama adalah fatwa tentang kehalalan produk

makanan, minuman, dan kosmetika. Kedua adalah fatwa tentang perekonomian

Islam, dan ketiga adalah fatwa tentang masalah sosial seperti masalah sosial

keagamaan, kemasyarakatan, kesehatan. Penetapan fatwa tentang kehalalan

produk makanan, minuman, dan kosmetika dilakukan oleh Komisi Fatwa MUI

bekerjasama dengan LP. POM MUI. Komisi Fatwa menetapkan kehalalannya

berdasarkan hasil penelitian dan auditing LP POM MUI. Sedangkan fatwa tentang

masalah sosial keagamaan, kemasyarakatan, kesehatan, dan lain sebagainya dikaji

dan ditetapkan Komisi Fatwa MUI. Penetapan fatwa oleh MUI bersifat responsif,

proaktif, dan antisipatif (Wajidi Sayadi, 2009: http://pontianakpost.com).

Fatwa merupakan hasil ijtihad para ahli (mujtahid dan mufti) yang dapat

dilahirkan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Ijtihad merupakan usaha maksimal

para ahli untuk mengambil/ mengistimbatkan hukum-hukum tertentu, sedangkan

fatwa adalah hasil dari ijtihad itu sendiri. Hukum Islam yang berlandaskan Al

Page 82: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

160

Quran dan al Hadist sebagian besar bentuknya ditentukan berdasar hasil ijtihad

para mujtahid yang dituangkan dalam bentuk fawa keagamaan oleh para mufti.

Karena fatwa merupakan hasil usaha para mujtahid/ mufti maka posisi fatwa

sangat memperkuat tindakan berijtihad. Sebab, fatwa dihasilkan dari ijtihad para

ulama. Sehingga, apabila tidak ada ijtihad kemungkinan besar tidak akan muncul

atau lahit fatwa keagamaan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Rohadi

Abd. Fatah, 1991: 43).

Menurut R. William Liddle dan Saiful Munjani sebagaimana dikutip

Kamaruzzaman, hubungan antara Islam dan demokrasi dibagi kedalam tiga

kelompok pemikiran. Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik

yang berbeda. Islam tidak bisa disubordinasikan ke dalam demokrasi. Islam

merupakan sistem politik yang delf-suffent. Islam dan demokrasi bersifat mutual

exclusive. Kedua, Islam berbeda dengan demokrasi, kalau demokrasi

didefinisikan secara prosedural seperti dipahami dan dipraktekkan di negara-

negara demokrasi maju (Seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat).

Tapi Islam merupakan sistem politik demokratis kalau demokrasi didefinisikan

secara substantif yakni kedaulatan di tangan rakyat, dan negara merupakan

terjemahan dari kedaulatan rakyat ini. Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang

membenarkan dan mendukung sistem politik demokratis seperti yang

diprektekkan negara-negara maju. Pandangan bahwa suara rakyat adalah suara

Tuhan yang diterjemahkan ke dalam politik elektoral dan politik kepartaian hidup

diantara pemikir Islam, walaupun barangkali bukan mainstream (Kamaruzzaman,

2001:97-98).

Oleh sebab itu, MUI yang menerima demokrasi sebagai suatu sistem politik

yang mengusung kedaulatan rakyat pada akhirnya lebih menyoroti tujuan

kemaslahatan dari pelaksanaan pemilu sebagai bagian dari demokrasi prosedural.

Golput merupakan permasalahan pemilu yang terkait dengan politik. Sebagai

suatu permasalahan dalam politik, maka apakah layak apabila masalah ini

mendapatkan justifikasi hukum secara Islam, mengingat politik masih merupakan

perdebatan apakah masuk dalam syariat Islam atau bukan.

Page 83: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

161

Terdapat dua madzhab yang berbeda pendapat dalam menyoroti masalah

politik ini. Madzhab pertama, mereka yang beranggapan bahwa politik bukan

masalah syariat sebab tugas Nabi Muhammad saw tidak lebih sebagai Nabi dan

Rasul, bukan sebagai kepala pemerintahan. Kelompok ini mendasarkan

pendapatnya dalam Alquran surat Ali Imran ayat 144, dengan mengambil dalil

"wama Muhammadun illa rasul", Muhammad hanyalah seorang Rasul" (QS Ali-

Imran: 144), begitu juga hadits Nabi: "innaha nubuwwatun la mulkun". Tugas

risalah itu adalah tugas kenabian, bukan sebagai raja. Kemudian madzhab yang

lain berpendapat bahwa ayat dan hadits di atas, bukan berarti membatasi tugas

kerasulan Muhammad untuk memasuki wilayah politik, sebab berdasarkan

sejarah, peran yang dimainkan oleh Nabi Muhammad tidak bisa dilepaskan dari

posisi Beliau, di samping sebagai rasul, juga sebagai kepala pemerintah

(Muhammad is prophet and leader of state), sehingga Rasulullah tidak pernah

melepaskan diri dari sisi-sisi kehidupan manusia yang penting, termasuk masalah

pemerintahan dan politik. Bagi pengikut mazhab pertama, karena politik bukan

masalah syariat Islam, maka golput itu sah-sah saja. Namun bagi pengikut mazhab

kedua, karena politik merupakan sesuatu yang penting dan strategis bagi

kehidupan umat, maka golput sebaiknya dihindari (Kaswad Sartono, 2009:

http://www.fajar.co.id/).

Dalil menurut arti etimologis bahasa Arab ialah pedoman bagi apa saja yang

khissi (material), ma’nawi (spiritual), dan yang baik ataupun yang buruk. Dalil

menurut ahli ushul (terminologi) yaitu bahwa yang dijadikan dalil menurut atas

hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, secara pasti (qath’i) atau dugaan

(dzhanny). Sebagian ulama berpendapat bahwa dalil hanyalah sesuatu yang yang

berasal dari perbuatan manusia dengan jalan qath’i. sedangkan hukum yang

diperoleh dengan jalan yang dzanny bukanlah dalil, melainkan amaroh. Namun

demikian, makna yang sering digunakan adalah sesuatu, yang diambil

daripadanya adalah hukum syara’ secara amali, mutlak, baik dengan jalan qath’i

atau dzanny. Karena itu para ahli ushul membagi dalil dalam dua bagian yaitu

dalil yang qath’i dalalahnya dan dalil yang dzanny dalalahnya.

Page 84: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

162

Lapangan Ijtihad/ fatwa yang dapat dijadikan sasaran analisis fatwa adalah

(Rohadi Abd. Fatah, 1991: 42):

1) Nash-nash yang dzanny kedudukannya tetapi qath’i dalam pengertiannya

(dalalahnya). Nash tersebut hanya terdapat dalam Alquran dan hadist

mutawatir. Maka obyek Ijtihad/ fatwa ini hanya dilihat dari aspek

pengertiannya saja yakni dilihat dari segi kedudukan hukum yang

dikandungnya;

2) Nash-nash yang dzanny kedudukannya, namun qath’i dalam pengertiannya.

Nash ini juga dapat ditemukan dalam hadist. Oleh karena itu, sasaran yang

dikaji/ diteliti adalah dari segi sahihnya sanad serta seberapa jauh pertalian

sanad dan matanya;

3) Nash-nash yang dzanny baik dari segi kedudukan ataupun pengertiannya.

Dalam hak pembahasan secara mendetail harus menggunakan perangkat

Mustlahul hadist serta dengan mencari titik sentral tentang hukum yang

sedang diteliti;

4) Lapangan hukum yang tidak ada nashnya sama sekali. Dalam hal ini seorang

mujtahid/ mufti bebas dan tidak terikat oleh kode etik yang kaku.

Fatwa mengenai golput merupakan lapangan hukum yang tidak ada nashnya

sama sekali, sehingga MUI sebagai mujtahid bebas dan tidak terikat oleh

ketentuan-ketentuan yang ada.

Metode yang digunakan dalam penetapan fatwa ada tiga pendekatan.

Pertama, pendekatan nash qath'i, kedua pendekatan qauli, dan ketiga pendekatan

manhaji. Pendekatan nash qath'i dilakukan dengan berpegang pada nash Al

Qur'an atau hadis apabila masalah tersebut ada dalam Al Quran atau hadis.

Apabila tidak terdapat dalam Al Qur'an dan hadis, maka dilakukan pendekatan

qauli atau manhaji. Pendekatan qauli dilakukan apabila jawaban dianggap cukup

dengan adanya pendapat dalam al-kutub al-mu'tabarah, kecuali pendapat yang

ada itu dianggap tidak sesuai lagi. Apabila jawaban tidak dapat dicukupi oleh nash

qath'i dan pendapat dalam al-kutub al-mu'tabarah, maka penetapan dilakukan

Page 85: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

163

dengan pendekatan manhaji. Pendekatan manhaji dilakukan melalui ijtihad

kolektif dengan menggunakan metode al-jam'u wa at-taufiq, tarjihi, ilhaqi, dan

istimbathi. Metode al-jam'u wa at-taufiq adalah mengkompromikan berbagai

pendapat yang ada untuk satu kesimpulan. Kalau hal ini tidak berhasil, maka

metode at-tarjih yang dilakukan, yaitu muqaran al-madzahib dengan memilah

dan memilih pendapat yang paling unggul. Ketika suatu masalah belum ada

pendapat yang menjelaskan secara persis dalam al-kutub al-mu'tabarah, namun

ada padanannya dari masalah tersebut, maka penetapan fatwanya menggunakan

metode ilhaqi, yaitu menyamakan suatu masalah yang terjadi dengan kasus yang

padanannya dalam al-kutub al-mu'tabarah (Wajidi Sayadi, 2009:

http://pontianakpost.com).

JIka metode ilhaqi ini tidak bisa dilakukan karena syarat-syaratnya tidak

terpenuhi, maka metode istimbathi yang dilakukan melalui qiyasi, istishlahi, dan

sadd adz-dzari'ah. Secara umum penetapan fatwa harus pula memperhatikan

kemaslahatan umum dan maqashid asy-syariah (tujuan yang ingin dicapai dalam

penetapan hukum syariat). Dengan penjelasan seperti ini, menunjukan bahwa

fatwa MUI tidak dapat muncul begitu saja dan spontanitas, tapi harus melalui

proses panjang dan pertimbangan matang dengan menggunakan metodologi dan

kaedah yang sudah dirumuskan oleh para ulama (Wajidi Sayadi, 2009:

http://pontianakpost.com).

MUI sebagai sumber rujukan hukum Islam di Indonesia telah mengeluarkan

fatwa bahwa golput haram. Namun, tujuan pengeluaran fatwa tersebut untuk

mendapatkan kemaslahatan tertutupi oleh kontroversi yang ditimbulkan. Hukum

ini pun akhirnya lebih cenderung untuk terlihat politis, bukan lagi dilihat dari sisi

hukumya. Pemerintah juga cenderung tidak memberikan klarifikasi terhadap

setiap fatwa yang dikeluarkan MUI. Pemerintah tidak memberikan penegasan

terhadap fatwa MUI baik dalam hal sosialisasi maupun kedudukan hukumnya di

negara Republik Indonesia.

Mufti atau pemberi fatwa merupakan bagian dari khittah pengabdian MUI di

Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/MUI). Fungsi dan peran tersebut serupa

Page 86: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

164

dengan fungsi dan peran dari seorang hakim karena keduanya sama-sama

mengeluarkan suatu putusan. Oleh karena itu, antara hakim dan mufti diantara

keduanya terdapat persamaan dan perbedaan.

Persamaan keduanya adalah sebagai berikut:

1. Baik hakim maupun mufti adalah seorang mujtahid yang dapat

mengistinbathkan hukum dari dalil yang tafshili;

2. Hakim dan mufti harus mengetahui dan memahami dengan sungguh-sungguh

persoalan atau peristiwa yang akan diselesaikan; dan

3. Hakim dan mufti harus mengetahui keadaan masyarakat tempat mereka

berada.

Adapun perbedaan di antara keduanya adalah sebagai berikut:

1. Persoalan atau peristiwa yang perlu diselesaikan oleh seorang mufti lebih luas

bidangnya dibandingkan tugas hakim. Bidang tugas hakim terbatas pada yang

telah ditentukan atau ditetapkan undang-undang atau peraturan pemerintah

suatu negara, sedang bidang tugas mufti tidak terbatas, bahkan dapat berlaku

untuk seluruh kaum muslimin yang menjadi penduduk beberapa negara;

2. Keputusan hakim berlaku penuh terhadap penggugat dan tergugat atau

terdakwa dan pendakwa, sedang fatwa boleh dilaksanakan atau tidak,

tergantung kepada orang yang memerlukan fatwa; dan

3. Keputusan hakim dapat membatalkan fatwa yang dikemukakan di wilayah

yurisdiksi hakim itu, sedang fatwa tidak dapat membatalkan keputusan hakim.

Dalam pembedaan hakim dengan mufti di atas, hakim melalui putusan

pengadilan dan mufti melalui fatwanya sebenarnya mempunyai kesimpulan yang

sama sebagai produk hukum Islam, tetapi berbeda dalam pelaksanaannya.

Putusan pengadilan dijalankan sesuai dengan amar putusan, sedangkan fatwa

mufti terserah kepada penerima fatwa (mustafta) sesuai dengan hati nuraninya

apakah ia akan menjalankannya atau tidak. Karena itu, fatwa adalah “pemberitaan

tentang hukum syar’i (sah secara syari’ah) tanpa mengikat”, sebagaimana

Page 87: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

165

dinyatakan oleh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh: “al-

ikhbar ‘an al-hukm asy-syar’i min ghair al-ilzam”. Berbeda dengan fatwa mufti,

maka putusan peradilan bersifat mengikat.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa sesungguhnya fatwa yang telah

dikeluarkan oleh MUI bukanlah sesuatu yang mengikat. Fatwa tersebut jika

merujuk pada makna fatwa dikeluarkan merupakan suatu anjuran. Sehingga

pelaksanaannya dikembalikan kepada masing-masing individu. MUI pun

bukanlah suatu lembaga negara yang setiap putusannya bisa mengikat masyarakat.

Namun, golput tersebut dinyatakan haram dalam fatwa MUI. Penggunaan istilah

‘haram’ sendiri adalah sesuatu yang sedikit mengganjal. Seperti telah disebutkan

pada tulisan sebelumnya, dalam hukum taklifi, hukum haram bukanlah hukum

yang sederhana sebab menimbulkan konsekuensi yang serius. Apabila fatwa

adalah bersifat suatu anjuran, haram bukanlah anjuran melainkan kewajiban yang

mengikat setiap umat muslim untuk ditinggalkan. Apabila memang MUI

membuat pengecualian atau penjelasan atas permasalahan ini sayangnya hal

tersebut tidak tersosialisasikan kepada masyarakat luas.

MUI telah melakukan justifikasi hukum kepada umat muslim di Indonesia

yang melakukan golput. Namun demikian, sesungguhnya justifikasi tersebut

masih bisa dipertanyakan. Pertama, dalam hukum Islam, terdapat dua jenis

hukum wajib. Definisi wajib menurut syara ialah sesuatu yang diperintah oleh

syar’i agar dikerjakan oleh mukallaf dengan perintah secara wajib dengan

ketentuan perintah itu dilakukan sesuai dengan yang ditunjukkan atas kewajiban

melakukannya (Abdul Wahhab Khallaf, 1996: 163). Dari segi perintah

melaksanakan, wajib terbagi atas Wajib ‘Aini (wajib ain) dan Wajib Kifa’i (wajib

kifayah). Wajib ‘aini adalah kewajiban yang diperintahkan syara’ untuk

dikerjakan oleh masing-masing orang mukallaf, dan tidak mencukupi perbuatan

mukallaf tentang hal itu dari lainnya. Yang termasuk dari Wajib ‘aini ini

misalnya adalah sholat, zakat, haji, memenuhi akad dan menghindari khomar serta

judi. Sedangkan Wajib kifa’i ialah kewajiban yang diperintahkan syar’i untuk

dikerjakan oleh sekumpulan mukallaf, bukan dari masing-masing perorangan di

Page 88: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

166

antara mereka, sekira apabila sebagian mukallaf melaksanakan hal itu, berarti

telah dilaksanakan kewajiban tersebut, dan gugurlah dosa serta beban orang-orang

lainnya. Apabila tiap-tiap perorangan di antara perorangan-perorangan mukallaf

tidak mengerjakan hal itu, maka semua berdosa, sebab mengabaikan kewajiban

ini. Contoh dari Wajib kifa’i ini adalah menyolatkan jenazah, membangun rumah

sakit, termasuk menjawab salam serta memberi fatwa (Abdul Wahhab Khallaf,

1996: 167). Pada kriteria fardlu yang mana MUI mewajibkan umatnya untuk

memilih. Bila dikatakan memilih itu fardlu a’ini, apakah ini berarti bagi yang

golput akan berdosa dan masuk neraka? Bila kewajiban memilih fardlu kifayah,

berarti adanya keterwakilan akan menggugurkan kewajiban bagi yang lain.

Sementara itu peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa memilih adalah

hak. Kedua, pemilu pertama yang akan dilaksanakan di 2009 ini bertujuan

memilih anggota legislatif. Apakah para anggota dewan ini termasuk dalam

pengertian pemimpin (imamah) yang wajib dipilih? Dalam sistem demokrasi,

posisi anggota dewan hanya sebagai wakil rakyat yang bertugas menyampaikan

aspirasi atau suara rakyat. Pemimpin berada di tangan kepala pemerintahan.

Maka jika secara kenegaraan MUI adalah rujukan dalam pengambilan

kesimpulan hukum Islam, seperti Mahkamah Agung dalam hukum nasional, maka

semua resolusi hukum Islam produksi MUI (fatwa-fatwa MUI) mengikat semua

masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Tapi jika MUI bukanlah institusi

kenegaraan, fatwanya kemudian hanya bersifat sebuah opini yang dilemparkan ke

dalam negara Indonesia. Artinya, secara formal fatwa MUI itu tidak mengikat

warga negara dan tidak memiliki konsekwensi hukum bagi pelanggar. Demikian

pula, jika MUI adalah institusi keummatan. Dengan kata lain, MUI memang

merupakan formal yang mengikat semua umat Muslim, maka secara syar’i

resolusi fatwa MUI mengikat seluruh anggota umat Islam di Indonesia. Artinya,

melanggar fatwa tersebut dapat difatwakan sebagai palanggaran terhadap syari’at

Islam yang punya konsekwensi hukum. Jika tidak, maka pelanggaran terhadap

fatwa tersebut tidak dinilai sebagai pelanggaran syari’ah secara institusi. Fatwa

tidak mengikat umat secara kolektif.

Page 89: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

167

Meski demikian, kedudukan MUI sebagai salah satu LSM di Indonesia tidak

kemudian ternafikan begitu saja dengan kontroversi yang sering dilakukuan

organisasi tersebut dengan mengeluarkan fatwa yang sebenarnya kurang sesuai

untuk kondisi sosial dan kemasyarakatan di Indonesia. Menurut Schiller

sebagaimana dikutip Abdul Hakim G. Nusantara, masyarakat sipil merupakan

konsep yang bermakna ganda. Konsep masyarakat sipil sedikitnya mengacu pada

situasi dan kondisi yang berbeda. Pertama, kehadiran masyarakat sipil mewujud

dalam bentuk lembaga-lembaga sosial yang kuat dan mempunyai akar yang

mendalam dalam masyarakat sehingga mampu melawan kontrol rezim-rezim

otoriter. Kedua, masyarakat sipil itu hadir dalam wujud suatu jaringan organisasi-

organisasi sosial yang rapat yang memberikan model sivilitas, kerjasama dan

toleransi serta menciptakan hubungan-hubungan antara bagian-bagian masyarakat

yang mendorong partisipasi, civic trust, dan kerjasama. Baik masyarakat sipil

pada situasi yang pertama, maupun masyarakat sipil pada situasi yang kedua tidak

dapat dijumpai di Indonesia. Namun, agar tidak menjadi pesimis, layak untuk

dicatat adanya usaha-usaha di Indonesia untuk membangun masyarakat sipil yang

kuat, baik seperti pada situasi pertama, ataupun seperti situasi kedua, yang

diupayakan oleh organisasi non-pemerintah seperti LSM, organisasi-organisasi

Keagamaan, organisasi-organisasi Kemasyarakatan, organisasi Profesi,

organisasi-organisasi Buruh, bahkan unsur-unsur dalam partai-partai politik, dan

unsur-unsur dalam dunia usaha (Abdul Hakim G. Nusantara, 2008:10).

Page 90: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

168

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Penggunaan hak pilih untuk tidak memilih atau no vote decision atau

golongan putih (golput) adalah hak politik seseorang yang merupakan

kebebasan dasar dan termasuk dalam Hak Asasi Manusia (HAM). Jaminan

atas golput sebagai bagian dari hak politik setiap orang diatur dalam UUD

1945 Pasal 28D ayat (3), Pasal 28I ayat (1) serta Pasal 28J ayat (2), UU No.

39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 23 ayat (1), Pasal 23 ayat

(2), Pasal 43 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (2), serta UU No. 12 Tahun 2005

Tentang Ratifikasi International Covenant for Civil and Political Right

(Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) Pasal 18, Pasal

19, dan Pasal 25.

2. Fatwa haram MUI tentang Golput tidak bertentangan dengan Hak Asasi

Manusia karena fatwa bersifat saran dan anjuran, dan MUI bukan lembaga

negara sehingga produk hukumnya tidak mengikat. MUI bukanlah

lembaga negara sehingga produk hukum yang dikeluarkannya tidak dapat

mengikat umat Muslim di Indonesia secara kolektif.

B. SARAN

Page 91: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

169

1. Pemerintah harus menegaskan posisi MUI serta fatwa MUI dalam Negara

Indonesia. Fatwa MUI hanya bersifat anjuran sehingga tidak mengganggu

hak pilih setiap warga Negara Indonesia.

2. MUI sebaiknya lebih bijak dengan melihat kondisi sosial kemasyarakatan

serta kultur yang terbangun dalam masyarakat Indonesia dan tidak

mengeluarkan fatwa yang bersifat politis. Pengeluaran fatwa

sesungguhnya menyangkut kredibilitas MUI sebagai lembaga para ulama.

Sebuah fatwa yang tak memberikan efek terhadap umat, menunjukan

bahwa umat sudah tidak menghormati para ulama dalam MUI sehingga

berbahaya bagi perkembangan Islam selanjutnya di Indonesia.

3. MUI merupakan lembaga fatwa nasional yang seharusnya mampu

mengakomodasi dan menjawab pertanyaan sosial kemasyarakatan

masyarakat secara bijak. Fatwa yang dikeluarkan harus menjadi jawaban

ideal bagi permasalahan bangsa, menjadi problem solver bukan sebagai

problem maker.

4. Pengeluaran fatwa oleh MUI merupakan hak yang sepenuhnya dimiliki

oleh organisasi tersebut sebagai lembaga fatwa. Pengeluaran fatwa,

meskipun dinilai kontroversial tidak memiliki implikasi yuridis apa pun

terhadap setiap warga Negara ataupun pelanggaran terhadap Hak Asasi

Manusia. Oleh sebab itu, masyrakat hendaknya tidak terlalu reaksioner

terhadap fatwa haram tentang golput sebab fatwa tersebut tidak mengikat

masyarakat secara kolektif.

Page 92: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

170

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Wahhab Khallaf. 1996. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushulul Fiqh).

Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada.

A. Masyur Effendi. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM)

dan Proses Dinamika Penyusuan Hukum Hak Asasi Manusia (Hakham).

Bogor: Ghalia Indonesia.

________________. 1994. Dimensi/ Dinamika Hak Asasi Manusia dalam

Hukum Nasional dan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anshari Thayib dkk (edt). 1997. HAM dan Pluralisme Agama. Surabaya: Pusat

Kajian Strategi dan Kebijakan.

Arbi Sanit. 1992. GOLPUT: Aneka Pandangan Fenomena Politik. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

Henry Campbell Black. 1979. Black’s Law Dictionary (With Pronunciations),

Fifth Edition. St.Paul Minn: West Publishing Company

Jimly Asshidiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1. Jakarta:

Konstitusi Press.

_______________. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta:

Konstitusi Press.

Page 93: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

171

Kamaruzzaman. 2001. Relasi Islam dan Negara: Perspektif Modernis dan

Fundamentalis. Magelang: Yayasan IndonesiaTera.

Majda El-Muhtaj. 2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia: dari

UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002.

Jakarta: Kencana.

______________. 2008. Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial,

dan Budaya. Jakarta: Rajawali Pers/

Miriam Budiardjo. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Mochtar Kusumaatmadja. 1976. Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum

Nasional. Bandung: Binacipta.

Moh. Daud Ali. 2005. Hukum Islam: Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1988. Hukum Tata Negara Indonesia.

Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas

Indonesia.

Muladi (edt). 2005. Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep, dan Implikasinya

dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: PT. Refika

Aditama

Peter Baehr dkk (edt). 2001. Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor.

Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Soerjono Soekanto. 2005. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Soeroso. 1993. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Sudikno Mertokusumo. 2003. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar).

Yogyakarta: Liberty.

Sulaiman Rasjid. 1992. Fiqh Islam. Bandung: P.T. Sinar Baru.

Page 94: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

172

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant

on Civil and Political Right (Kovenan Internasional tentang Hak Sipil

dan Politik)

Undang-undang No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Jurnal:

Muntoha. 2009. “Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tentang Haram

“Golput” Dalam “Timbangan” Hukum Islam Dan Hukum Tata Negara

(HTN) Positif”. Jurnal Konstitusi. Vol. II. No. 1.

Freedom House. 2007. “Freedom in the World-Indonesia”.

http://freedomhouse.org.>. [5 Januari 2010]

Freedom House. 2009. “Freedom in the World-Indonesia”.

http://freedomhouse.org.>. [5 Januari 2010]

Internet:

Abdul Hakim G. Nusantara. Keadaan Hak-hak Sipil dan Politik Indonesia Satu

Dasa Warsa Reformasi. http: //www.komnasham.go.id> [1 Desember

2009].

Kaswad Sartono. Kontroversi Fatwa MUI: Hukum Merokok dan Golput.

http://www.fajar.co.id>. [1 Desember 2009].

Page 95: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

173

Wajidi Sayadi. Apa Itu Fatwa MUI?. http: //www .pontianakpost.com> [1

Desember 2009].

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/31/Sorotan/sorot01.htm> [10

November 2009].

http://www.detiknews.com/quickcount> [12 November 2009].

http://id.wikipedia.org/wiki/MUI> [12 November 2009].

http://biotis.co.id/felix/2009/01/29/fatwa-golput-isyarat-gagalnya-demokrasi>/

[12November 2009]

http://leo4kusuma.blogspot.com> [20 November 2009].

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/10/29/kedudukan-fatwa-dalam-syariat-islam> [20

November 2009].

http://elkhalil.wordpress.com/ 2009/10/05/kedudukan-fatwa-mui>/ [20 November

2009].

http: //www.republika.com> [20 November 2009].

http: //www.mui.co.id.> [20 November 2009].

http://pengantarhukum.indonetwork.co.id/). [20 Maret 2010]

Tiar Ramon. Pengantar Ilmu Hukum

http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/11/ilmu-hukum/> [20 Maret

2010]

http://arifnurahmanblog.blogspot.com/2010/03/pengertian-hukum.html)> [20

Maret 2010]

Skripsi:

Rusi Patria Medhawati. 2009. Tinjauan Yuridis Pertimbangan Hakim Mahkamah

Agung dalam Memeriksa dan Memutus Permohonan Kasasi Kejaksaan

Agung RI terhadap Putusan Bebas Perkara Pelanggaran HAM di

Abepura Papua dengan Terdakwa Brigjen pol. drs. johny wainal usman.

Surakarta : Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Page 96: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

174

Page 97: PENGGUNAAN HAK PILIH UNTUK TIDAK MEMILIH TERKAIT … file79 penggunaan hak pilih untuk tidak memilih terkait fatwa haram mui tentang golput dalam perspektif hak asasi manusia penulisan

79