pengetahuan pasien tentang kanker payudara

71
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu kondisi dimana sel-sel tubuh telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. 1 WHO dan Bank Dunia, 2005 memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. 2 Insiden dan mortalitas kanker diproyeksikan terus meningkat dimana 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta jiwa meninggal karena kanker pada tahun 2030. 2 Diestimasi di Amerika Serikat , pada tahun 2012 terdapat 1,638,910 kasus kanker baru dan 577,190 kematian. 3 Lebih dari 70% keseluruhan kematian karena kanker terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan sedang, dimana berbagai sumber ketersediaan untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan masih sangat terbatas bahkan tidak ada. 1 Kanker payudara dan kanker kolorektal merupakan kanker yang umum dijumpai pada wanita maupun pria. Kanker payudara merupakan kanker yang yang paling umum terjadi pada wanita dengan kemungkinan terjadinya kanker payudara adalah 1 : 8 wanita dan merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker setelah kanker paru-paru.1,4 Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga yang sering dijumpai pada wanita maupun pria,

description

penelitian dilakukan di RSUP sanglah oktober 2012

Transcript of pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Page 1: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel-sel tubuh telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan

tidak terkendali.1 WHO dan Bank Dunia, 2005 memperkirakan setiap tahun, 12 juta

orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia.2

Insiden dan mortalitas kanker diproyeksikan terus meningkat dimana 26 juta orang akan

menderita kanker dan 17 juta jiwa meninggal karena kanker pada tahun 2030.2

Diestimasi di Amerika Serikat , pada tahun 2012 terdapat 1,638,910 kasus kanker baru

dan 577,190 kematian.3 Lebih dari 70% keseluruhan kematian karena kanker terjadi di

negara dengan pendapatan rendah dan sedang, dimana berbagai sumber ketersediaan

untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan masih sangat terbatas bahkan tidak ada.1

Kanker payudara dan kanker kolorektal merupakan kanker yang umum dijumpai pada

wanita maupun pria. Kanker payudara merupakan kanker yang yang paling umum

terjadi pada wanita dengan kemungkinan terjadinya kanker payudara adalah 1 : 8 wanita

dan merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker setelah kanker paru-paru.1,4

Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga yang sering dijumpai pada wanita maupun

pria, dan juga merupakan penyebab kematian ketiga akibat kanker.5 Di Indonesia,

berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara

menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS Indonesia (16,85%)

dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan.7 Menurut Departemen Kesehatan

pada tahun 2006, 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan

pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah penderita kanker.8

Pengobatan kanker yang utama, secara pengobatan konvensional, adalah dengan

tindakan pembedahan. Pengobatan konvensional adalah pengobatan yang dipraktekkan

oleh pemegang predikat sarjana dokter dan dokter osteopatik dan dibantu oleh profesi

kesehatan lainnya, seperti terapis fisik, psikolog, dan perawat.(web nccam) Tindakan

pembedahan serta radioterapi merupakan terapi lokal dari kanker solid. Selanjutnya

Page 2: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

kemoterapi dan terapi hormon termasuk terapi sistemik.6 Tindakan pembedahan

diperlukan pada hampir seluruh stadium kanker payudara maupun kanker kolorektal dan

bertujuan untuk mengangkat sel-sel kanker yang terlihat. Pengangkatan dapat bersifat

lokal ataupun radikal. Kemoterapi dan radioterapi merupakan pengobatan antikanker

yang bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh dan

tidak bisa dijangkau oleh tindakan pembedahan, mencegah sel-sel kanker untuk tumbuh

kembali dan bermetastasis.6

Pada stadium awal , kanker payudara maupun kanker kolorektal dapat ditangani dengan

baik namun lebih dari 50% pasien datang ke rumah sakit pada stadium lanjut sehingga

prognosis pasien cenderung buruk. Penyebab dari keterlambatan datangnya pasien ke

rumah sakit tampaknya terkait dengan adanya persepsi berasal dari kurangnya

pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker. Hal ini memunculkan

ketakutan dan perasaan ragu untuk mengambil keputusan pasien saat mereka

mengetahui diagnosis penyakit mereka. Tak jarang beberapa dari mereka akhirnya

beralih mencari alternatif pengobatan yang lain di luar pengobatan konvensional yang

seringkali menjanjikan kesembuhan dan biaya pengobatan yang lebih murah.

Selanjutnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini juga

mempengaruhi tingkat stadium pasien saat didiagnosis oleh dokter. Pemeriksaan dini

yang dilakukan secara teratur tentunya akan membuat pasien untuk datang saat stadium

penyakit masih dini dan mudah disembuhkan.

Penyebab keterlambatan pasien kanker untuk berobat ke rumah sakit sampai saat ini

belum pernah diteliti lebih jauh. Oleh sebab itu peneliti ingin mendapatkan data awal

terkait penyebab keterlambatan kedatangan pasien kanker kolorektal dan kanker

payudara di RS yang berada di wilayah Denpasar. Penelitian ini dilakukan untuk

mengenai persepsi pasien kanker berkaitan dengan takut atau tidaknya pasien terhadap

tindakan bedah,kemoterapi, dan radiasi serta penyebab rasa takut mereka. Selanjutnya

pembahasan mengenai riwayat pengobatan alternatif yang dijalani oleh pasien kanker

serta tingkat pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini kanker juga akan diulas

pada penelitian ini. Metode deteksi dini yang menjadi bahan penelitian adalah SADARI

(periksa payudara sendiri) dan mammografi untuk kanker payudara.

Page 3: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola distribusi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal di

rumah sakit yang berada di wilayah Denpasar berdasarkan diagnosis, umur,

tingkat pendidikan, dan stadium ?

2. Bagaimana persepsi negatif pasien terhadap pembedahan dapat mengakibatkan

keterlambatan pasien mencari pengobatan konvensional kanker payudara dan

kanker kolorektal di rumah sakit?

3. Bagaimana persepsi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal di rumah

sakit yang berada di wilayah Denpasar terhadap tindakan kemoterapi dan

radiasi?

4. Bagaimanakah deskripsi riwayat pengobatan alternatif pada pasien kanker di

RSUP Sanglah dan RS Prima Medika?

5. Bagaimana pengetahuan pasien tentang SADARIdi Rumah Sakit Umum Pusat

Sanglah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola distribusi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal

di rumah sakit yang berada di wilayah Denpasar berdasarkan diagnosis, umur,

tingkat pendidikan, dan stadium.

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi negatif pasien terhadap pembedahan

dapat mengakibatkan keterlambatan pasien mencari pengobatan konvensional

kanker payudara dan kanker kolorektal di Rumah Sakit di kota Denpasar, Bali.

3. Untuk mengetahui persepsi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal di

rumah sakit yang berada di wilayah Denpasar terhadap tindakan kemoterapi dan

radiasi.

4. Untuk mengetahui deskripsi riwayat pengobatan alternatif pada pasien kanker

yang pernah menjalani pengobatan alternatif.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan pasien SADARIdi Rumah Sakit

Umum Pusat Sanglah.

Page 4: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan data awal tentang persepsi pasien kanker payudara dan kanker

kolorektal RSUP Sanglah dengan tindakan kemoterapi dan radiasi sehingga

dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Mengetahui penyebab dari persepsi negatif pasien terhadap tindakan

pembedahan

3. Memahami proses bagaimana persepsi negatif itu akhirnya mengakibatkan

keterlambatan pasien untuk mencari pengobatan konvensional.

4. Dapat menggali informasi yang lebih luas mengenai perngobatan alternatif yang

pernah dijalani oleh pasien.

5. Mengetahui hal-hal yang membuat pasien untuk memilih pengobatan alternatif.

6. Mengetahui program SADARI dan MAMMOGRAPHY, diharapkan dapat

membentuk program penyuluhan dan sosialisasi mengenai SADARI ke desa-

desa.

Page 5: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan adanya

pertumbuhan dan penyebaran tidak terkontrol dari sel epitel yang ditemukan pada unit

terminal duktus lobular payudara.3,5 Kanker payudara merupakan jenis penyakit

heterogen yang disebabkan oleh interaksi dua faktor, yakni faktor turunan dan

lingkungan yang menyebabkan perubahan akumulasi genetik yang progresif pada sel

kanker payudara.2 Terdapat lebih dari 13.000 kematian setiap tahunnya, dan insiden

kanker payudara meningkat terutama pada wanita berumur antara 50-64 tahun, mungkin

karena tingginya dilakukan deteksi dini payudara pada kelompok usia ini. Insiden

kanker pada kelompok usia ini meningkat 18% antara tahun 1990-1999 dan telah

diperkirakan meningkat lebih dari 20% antara 2000-2010.5

Pada tahun 2011 kemarin, diperkirakan 230.480 kasus baru kanker payudara invasif

terjadi pada wanita di Amerika Serikat dan 2140 kasus baru pada laki-laki.3 Sedangkan

di beberapa negara Asia seperti Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Sri

Lanka, dan Taiwan, insiden kanker payudara masih menempati urutan pertama yang

terjadi pada wanita.6 Dimana pertumbuhan insiden kanker payudara di Asia jauh lebih

cepat dibandingkan di negara Barat. Bahkan di Indonesia sendiri, angka kematian

kanker payudara mencapai 18.6 per 100.000 dan melebihi angka kematian kanker

payudara di Malaysia (14.7 per 100.000).7

2.1.2 Faktor Resiko Kanker Payudara

2.1.2.1 Usia

Insiden kanker payudara meningkat berdasarkan umur, ditemukan akan

meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun hingga masa menopause, dimana angka

penambahannya meningkat secara perlahan.3,5 Namun jika dibandingkan dengan

kanker paru-paru, insiden kanker payudara lebih tinggi pada usia yang lebih

muda.5

Page 6: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

2.1.2.2 Usia saat menarche dan menopause

Wanita yang mulai menstruasi sejak usia dini atau yang terlambat mengalami

menopause dalam hidupnya, akan meningkatkan resiko terjadinya kanker

payudara. Wanita yang mengalami menopause secara alami setelah usia 55

tahun akan beresiko dua kali lebih besar, sama dengan wanita yang mengalami

menopause saat berusia kurang dari 45 tahun.5

2.1.2.3 Usia saat kehamilan pertama

Paritas nol (nulliparity) dan usia yang terlambat saat kehamilan keduanya

meningkatkan insiden kanker payudara. Resiko terjadinya kanker payudara pada

wanita yang hamil pertama setelah berusia 30 tahun akan dua kali lebih besar

dibanding wanita yang hamil pertama saat berusia kurang dari 20 tahun.3,5

Kelompok resiko tertinggi dalam hal ini adalah mereka yang hamil pertama

setelah berusia 35 tahun, dan wanita ini memiliki resiko lebih besar dibanding

wanita nulliparous.5

2.1.2.4 Riwayat keluarga

Lebih dari 10% kanker payudara di negara-negara barat disebabkan oleh

predisposisi genetik yang kuat, yang diturunkan secara autosomal dominan.5

Bahkan faktor genetik merupakan faktor resiko terkuat untuk kanker payudara.

Belum diketahui terdapat berapa banyak gen kanker payudara. Namun kurang

lebih setengahnya telah diketahui menyebabkan germline mutation pada Tumor

Suppressor Genes (TSGs).2 Dua jenis gen yang diketahui adalah BRCA1 dan

BRCA2 yang terletak di lengan panjang kromoson 17 dan 13.2,5 Selain itu

terdapat juga TSGs yang berhubungan dengan sindrom kanker keluarga yang

jarang terjadi seperti p53, PTEN, dan ATM, serta gen yang beresiko ringan

sampai sedang seperti CHEK2, BRIP1, PALB2, NBS1, RAD50, MSH2, dan

MLH.2

BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen besar dan dapat bermutasi di hampir

beberapa posisi, sehingga diperlukan skrining untuk mendeteksi adanya mutasi

Page 7: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

pada individu atau keluarga yang beresiko. Lebih dari 1000 mutasi telah

teridentifikasi pada kedua gen ini. Mutasi ini menyebabkan ketidakstabilan

genom sehingga terjadinya gangguan pada gen kunci tambahan seperti TSGs

dan/atau onkogen.2

Resiko wanita terkena kanker payudara dua atau lebih besar jika ia memiliki

hubungan langsung pertama / first degree relative (ibu, saudara perempuan, atau

anak perempuan) dengan mereka yang terkena kanker payudara sebelum usia 50

tahun, dan resiko akan lebih besar jika yang terkena tersebut terdiagnosis pada

usia yang lebih muda lagi.5 Konseling bagi wanita dengan riwayat kanker

payudara di keluarganya sangat perlu dilakukan. Terutama bagi mereka yang

menginginkan dilakukannya pengangkatan ovarium dan/atau payudara sebagai

tindakan pencegahan terhadap mutasi dari gen BRCA yang mereka bawa.

Karena dalam beberapa penelitian, tindakan ini dapat mengurangi resiko

terjadinya kanker payudara.3

2.1.2.5 Riwayat penyakit jinak payudara

Wanita dengan hiperplasia epitel atipikal berat memiliki resiko 4-5 kali lebih

besar untuk terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak mengalami

perubahan proliferatif apapun pada payudaranya.2,5 Wanita dengan riwayat

Gambar2.1. Genetik kanker payudara (Diambil dari Devita, Devita, Hellman & Rosenberg's Cancer: Principles & Practice of Oncology, 8th edition, 2008)2

Page 8: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

perubahan ini dan dengan adanya riwayat kanker payudara pada keluarganya

(first degree relative) akan meningkatkan resiko menjadi 9 kali lipat.5

2.1.2.6 Radiasi

Bagi wanita usia muda yang pernah menjalani radioterapi, resiko untuk terkena

kanker payudara akan meningkat. Sehingga diperlukan skrining mulai dari usia

dini dibanding populasi umum yang lain.5

2.1.2.7 Gaya hidup

Gaya hidup disini meliputi dilakukannya terapi hormon, penambahan berat

badan dan tinggi badan, riwayat pemberian Air Susu Ibu (ASI), asupan

makanan, kontrasepsi oral, asupan alkohol, merokok, hingga tindakan aborsi.

Faktor-faktor ini merupakan faktor yang dapat diubah atau diperbaiki. Resiko

tinggi kanker payudara terjadi ketika seorang wanita menggunakan kombinasi

estrogen dan progestogen selama lebih dari 5 tahun. Dimana terapi hormonal ini

akan meningkatkan densitas payudara dan mengurangi sensitivitas serta

spesifisitas dari skrining payudara.5

Penambahan berat dikatakan juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara,

diduga hal ini disebabkan oleh berlebihnya asupan makanan berlemak dan

makanan lain yang mempengaruhi level estrogen endogen yang menjadi faktor

resiko kanker payudara.2,5 Sedangkan resiko itu menurun pada wanita yang

sudah pernah melahirkan dan menyusui. Untuk penggunaan kontrasepsi oral,

peningkatan resiko kanker payudara hanya didapatkan dalam jumlah kecil.

Lamanya penggunaan, usia saat penggunaan pertama, dosis dan tipe hormon

semuanya tidak memiliki efek yang signifikan. Hal yang sama juga terjadi pada

efek asupan alkohol, merokok, dan riwayat aborsi, dimana hubungannya dengan

resiko kanker payudara tidak signifikan.3,5

2.1.3 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Tanda kanker payudara yang paling awal muncul adalah abnormalitas yang terdeteksi

dari mammogram, sebelum dapat dirasakan oleh pasien atau praktisi medis profesional

Page 9: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

sekalipun. Tumor yang besar akan menjadi gejala terdapatnya massa yang tidak terasa

nyeri. Gejala lain yang sering terjadi adalah adanya perubahan yang persisten pada

payudara yakni asimetris, retraksi kulit, penebalan, pembengkakan, distorsi, pengerasan,

iritasi kulit, kemerahan, abnormalitas puting seperti ulserasi, retraksi, keluarnya darah,

atau lepas secara spontan. Namun gejala nyeri payudara juga dapat ditemukan pada

kondisi jinak, dan bukan merupakan gejala awal kanker payudara.1,3

2.1.4 Deteksi Dini Kanker Payudara

Kurangnya pengetahuan mengenai patogenesis kanker payudara, menjadikan

pencegahan sebagai langkah primer bagi kebanyakan wanita.5 Mammografi dapat

mendeteksi kanker payudara pada tahap awal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

dengan deteksi dini, pasien dapat diselamatkan dan meningkatkan pilihan terapinya.

Mammografi merupakan alat skrining yang sangat akurat, alat ini dapat mendeteksi 80-

90% kanker payudara pada wanita tanpa gejala. Skrining tahunan menggunakan

Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebagai tambahan mammografi direkomendasikan

bagi wanita yang beresiko sejak telah berusia 30.3 Dimana MRI juga merupakan metode

yang paling sensitif sebagai alat skrining pada wanita berusia muda.5 Serta untuk wanita

yang berusia 40 tahun keatas disarankan juga untuk melakukan mammografi secara

rutin.3

Metode lain yang saat ini gencar dipromosikan adalah Breast Self-Examination (BSE)

atau Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) sebagai alat skrining kanker payudara.

Metode ini memiliki banyak keunggulan seperti tidak memerlukan biaya, privasi, tidak

memerlukan paparan radiasi, dan dapat sebagai peringatan awal diri sendiri. Begitu pula

dengan Clinical Breast Examination (CBE) yang direkomendasikan oleh banyak

organisasi sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin untuk wanita yang telah

menginjak usia 20 tahun. Namun baik BSE maupun CBE memiliki sensitivitas yang

rendah dibandingkan mammografi.2

2.1.5 Diagnosis Kanker Payudara

Walaupun memiliki keuntungan sebagai alat skrining payudara pada wanita 40 tahun

keatas, mammografi juga memiliki kekurangan. Alat ini tidak secara spesifik

Page 10: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

menggambarkan bentukan dari kanker itu sendiri. Biopsi merupakan gold-standart

ditegakkannya diagnosis jenis kanker payudara yang spesifik. Dengan menggunakan

sampel jaringan, biopsi dapat menjadi teknik standart untuk mendiagnosis abnormalitas

payudara yang teraba maupun yang tidak teraba.2

Teknik biopsi yang tersedia untuk mendiagnosis massa payudara yang teraba adalah

dengan Fine Needle Aspiration (FNA), core cutting needle biopsy, dan excisional

biopsy. FNA merupakan teknik yang mudah untuk dilakukan, namun dibutuhkan

sitopatologis yang ahli untuk dapat mengambil spesimen yang akurat untuk

diinterpretasikan. Sedangkan core cutting needle biopsy memiliki banyak keuntungan

dibandingkan FNA, salah satunya adalah dapat menentukan status reseptor estrogen dan

progesteron, serta jika adanya ekspresi berlebih dari HER-2. Metode termahal dan

menyakitkan bagi pasien adalah excisional biopsy. Biasanya dilakukan sebelum terapi

dengan tindakan pembedahan seperti lumpektomi. Untuk mendiagnosis massa payudara

yang tidak teraba, teknik yang dapat digunakan adalah image-guided core needle

biopsy. Penuntun ultrasound digunakan untuk lesi yang terlihat dengan modalitas ini,

kebanyakan kalsifikasi memerlukan penuntun stereotactic mammographic untuk

biopsi.2

2.1.6 Staging Kanker Payudara

Sistem staging untuk kanker payudara terakhir diperbaharui pada tahun 2002.

Perubahan-perubahan besar pada sistem tersebut berhubungan dengan klasifikasi Nodal

(N). Contohnya adalah perubahan staging pada metastasis ke limfonodi supraklavikula

yang diklasifikasikan menjadi N3 bukan M1.2

American Joint Committee on Cancer Staging

PRIMARY TUMOR (T)TX: Primary tumor cannot be assessedT0: No evidence of primary tumorTis: Intraductal carcinoma, lobular carcinoma in situ, or Paget's disease of the nipple with no associated invasion of normal breast tissue   Tis (DCIS): Ductal carcinoma in situ   Tis (LCIS): Lobular carcinoma in situ   Tis (Paget's): Paget's disease of the nipple with no tumor. [Note: Paget's disease associated with a tumor is classified according to the size of the tumor.]T1: Tumor not larger than 2.0 cm in greatest dimension

Page 11: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

   T1mic: Microinvasion not larger than 0.1 cm in greatest dimension   T1a: Tumor larger than 0.1 cm but not larger than 0.5 cm in greatest dimension   T1b: Tumor larger than 0.5 cm but not larger than 1.0 cm in greatest dimension   T1c: Tumor larger than 1.0 cm but not larger than 2.0 cm in greatest dimensionT2: Tumor larger than 2.0 cm but not larger than 5.0 cm in greatest dimensionT3: Tumor larger than 5.0 cm in greatest dimensionT4: Tumor of any size with direct extension to (a) chest wall or (b) skin, only as described below   T4a: Extension to chest wall, not including pectoralis muscle   T4b: Edema (including peau d'orange) or ulceration of the skin of the breast, or satellite skin nodules confined to the same breast   T4c: Both T4a and T4b   T4d: Inflammatory carcinoma

REGIONAL LYMPH NODES (N)NX: Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously removed)N0: No regional lymph node metastasisN1: Metastasis to movable ipsilateral axillary lymph node(s)N2: Metastasis to ipsilateral axillary lymph node(s) fixed or matted, or in clinically apparenta ipsilateral internal mammary nodes in the absence of clinically evident lymph node metastasis   N2a: Metastasis in ipsilateral axillary lymph nodes fixed to one another (matted) or to other structures   N2b: Metastasis only in clinically apparenta ipsilateral internal mammary nodes and in the absence of clinically evident axillary lymph node metastasis   N3: Metastasis in ipsilateral infraclavicular lymph node(s) with or without axillary lymph node involvement, or in clinically apparenta ipsilateral internal mammary lymph node(s) and in the presence of clinically evident axillary lymph node metastasis; or, metastasis in ipsilateral supraclavicular lymph node(s) with or without axillary or internal mammary lymph node involvement   N3a: Metastasis in ipsilateral infraclavicular lymph node(s)   N3b: Metastasis in ipsilateral internal mammary lymph node(s) and axillary lymph node(s)   N3c: Metastasis in ipsilateral supraclavicular lymph node(s)

DISTANT METASTASIS (M)   MX: Presence of distant metastasis cannot be assessed   M0: No distant metastasis   M1: Distant metastasis

AJCC STAGE GROUPINGS Stage 0 Stage IIIA Stage IIICb

Tis, N0, M0 T0, N2, M0 Any T, N3, M0Stage I T1c, N2, M0 Stage IVT1c, N0, M0 T2, N2, M0 Any T, Any N, M1Stage IIA T3, N1, M0T0, N1, M0 T3, N2, M0T1c, N1, M0 Stage IIIB

Page 12: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

T2, N0, M0 T4, N0, M0Stage IIB T4, N1, M0T2, N1, M0 T4, N2, M0T3, N0, M0a[Note: Clinically apparent is defined as detected by imaging studies (excluding lymphoscintigraphy) or by clinical examination or grossly visible pathologically.]b[Note: Classification is based on axillary lymph node dissection with or without sentinel lymph node (SLN) dissection. Classification based solely on SLN dissection without subsequent axillary lymph node dissection is designated (sn) for sentinel node, e.g., pN0(I+) (sn).]c[Note: T1 includes T1mic]Tabel2.1. Staging TNM kanker payudara (Diambil dari Devita, Devita, Hellman & Rosenberg's Cancer: Principles & Practice of Oncology, 8th Edition, 2008)2

2.1.7 Terapi Kanker Payudara

Kebanyakan pasien akan mendapatkan kombinasi dari terapi lokal untuk mengontrol

penyakit lokal dan terapi sistemik untuk melawan adanya metastasis mikro. Terapi lokal

meliputi dilakukannya pembedahan dan radioterapi. Terapi untuk kanker payudara

biasanya akan melibatkan lumpektomi (tindakan pembedahan untuk mengangkat tumor

yang berbatas tegas) dan mastektomi (tindakan pembedahan untuk mengangkat

payudara).3,5 Pada pasien dengan stage klinis I, II, dan T3N1, manajemen awal yang

selalu dilakukan adalah pembedahan. Sedangkan pada pasien dengan tumor T4 dan

pasien dengan nodal N2, pembedahan bukan merupakan langkah terapi pertama dan

pasien ini harus diterapi terlebih dahulu dengan terapi sistemik.2

Beberapa faktor klinis dan patologis dapat mempengaruhi pemilihan konservasi untuk

payudara atau mastektomi, karena dampaknya pada kekambuhan lokal setelah terapi.

Seperti pemilihan eksisi lengkap pada kanker payudara invasif dan in situ yang penting

untuk dilakukan.5

Pengangkatan beberapa bagian dari limfanodi di bawah lengan (axila) saat pembedahan

biasanya direkomendasikan untuk mencegah adanya kemungkinan penyebaran. Pada

wanita dengan stage awal, Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB), sebuah prosedur

dimana hanya limfanodi pertama sebagai tempat biasanya kanker menyebar itu diambil.

Prosedur ini sama efektifnya dengan diseksi seluruh bagian limfonodi axila. Selain itu

terapi lain yang juga terlibat adalah terapi radiasi, kemoterapi sebelum atau sesudah

pembedahan, terapi hormon (tamoxifen, aromatase inhibitors), atau terapi target.3

Page 13: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Manfaat terapi hormon telah dirasakan oleh wanita postmenopause dengan kanker

payudara yang diterapi mengggunakan aromatase inhibitor seperti letrozole, anastrozol,

atau exemestane, begitu pula dengan penggunaan tamoxifen. Sedangkan bagi wanita

yang positif HER2/neu dalam tes kankernya, terapi target dengan trastuzumab

(herceptin) dan lapatinib (tykerb) telah ditetapkan sebagai terapi yang dapat dilakukan.3

2.1.8 Prognosis Kanker Payudara

Survival rate untuk wanita yang terdiagnosis dengan kanker payudara terlokalisir adalah

98%. Jika kanker telah menyebar ke limfanodi dekat (regional) maka survival 5

tahunnya adalah 84%, apabila sudah jauh (distant stage) maka akan berkurang menjadi

23%.3

2.2 Kanker Kolorektal

2.2.1 Definisi dan Epidemiologi Kanker Kolorektal

Secara genetik, kanker kolorektal merupakan penyakit yang kompleks, dan gangguan

genetik sering berhubungan dengan progresi dari lesi premalignant (adenoma) menjadi

adenokarsinoma yang invasif.8 Kanker kolorektal merupakan kanker tersering ketiga

pada laki-laki maupun wanita. Diperkirakan terdapat 101.340 kasus kanker kolon dan

39.870 kasus untuk kanker rektum yang terjadi pada tahun 2011.3

Pada kebanyakan negara-negara di Asia, kanker kolorektal merupakan kanker yang

paling sering terjadi pada laki-laki dan menempati ranking 5 besar kanker laki-laki di

seluruh negara Asia kecuali Mongolia. Menurut data yang dibuat GLOBOCAN pada

tahun 2002, di Indonesia sendiri setelah 5 tahun pencatatan, prevalensi kanker

kolorektal menempati urutan pertama (23.713 orang) dari semua kasus kanker (133.183

orang) yang terjadi pada laki-laki. Sedangkan pada wanita, kanker kolorektal (23.216

orang) menempati urutan ketiga dalam data tersebut setelah kanker payudara (90.611

orang) dan kanker leher rahim (46.849 orang) dari jumlah total kejadian seluruh kanker

yakni pada 267.323 orang.6 Dan jika dibandingkan dengan negara berkembang yang

lain, insiden tertinggi kanker kolorektal pada pasien muda ada di Indonesia.9

Page 14: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Diperkirakan terjadi 49.380 kematian karena kanker kolorektal pada tahun 2011, yakni

sekitar 9% dari seluruh kematian karena kanker. Namun angka kematian kanker

kolorektal ini diketahui telah mengalami penurunan sejak lama. Sama seperti kanker

payudara, mungkin hal ini disebabkan oleh efek skrining dan terapi yang telah

berkembang untuk kedua jenis kanker ini. Tercatat sejak tahun 1998 terjadi penurunan

kematian kanker payudara pada laki-laki (2.8% per tahun) maupun pada wanita (2.7%

per tahun).2,3

2.2.2 Faktor Resiko Kanker Kolorektal

Terdapat dua jenis kanker kolorektal, yakni sporadik dan familial/herediter, dimana tipe

sporadik terjadi pada kebanyakan kasus.9 Etiologi kanker kolorektal sangatlah

kompleks, melibatkan interaksi antara faktor lingkungan dan genetik. Kedua faktor ini

dapat menyebabkan perubahan mukosa normal menjadi polip adenoma premalignant

dan akhirnya menjadi kanker kolorektal dalam beberapa tahun.2

2.2.2.1 pada laki-laki. Pengonsumsian daging merah juga dikatakan memiliki

hubungan dengan peningkatan resiko kanker kolorektal. Begitu pula dengan

daging yang digoreng, dibarbeque, atau olahan daging yang lainnya. Tingginya

protein dari hasil konsumsi daging diduga menyebabkan proses karsinogenesis,

walaupun bukti pastinya masih kurang. Secara mekanis, makanan tinggi protein

berhubungan dengan tingginya proliferasi epitel. Komponen lemak yang

terkandung dalam daging merah juga diduga merupakan tumor promoter, karena

lemak mungkin telah dimetabolisme oleh bakteri usus menjadi zat karsinogen,

yang akan menyebabkan proliferasi epitel kolon yang abnormal. Namun hingga

saat ini masih terlalu penting. Tetapi, obat-obat ini tidak direkomendasikan

sebagai langkah pencegahan untuk kanker kolorektal, karena keduanya memiliki

dampak yang serius bagi kesehatan.2,3

2.2.3 Tanda dan Gejala Kanker Kolorektal

Pada tahap awal kanker kolorektal tidak selalu menunjukkan gejala, sehingga biasanya

diperlukan skrining untuk mendeteksi pada tahap awal. Apabila sudah dalam tahap

lanjut dapat menyebabkan pendarahan rektum, darah di feses sehingga menyebabkan

Page 15: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

perubahan warna feses menjadi gelap atau menghitam, perubahan konsistensi feses,

perubahan dalam kebiasaan buang air besar, nyeri kram pada perut bagian bawah,

obstruksi atau perforasi usus hingga penurunan berat badan yang cukup banyak. Pada

beberapa kasus, darah yang keluar karena kanker dapat menyebabkan anemia (sel darah

merah rendah) defisiensi besi, yang dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan dan

kelelahan.3,8,10

2.2.4 Deteksi Dini Kanker Kolorektal

Skrining dapat mendeteksi dan langkah pengangkatan polip kolorektal sebelum

berkembang menjadi kanker, terutama bagi mereka yang melakukan deteksi dini pada

kanker tahap awal. Tes skrining primer untuk mendeteksi kanker adalah tes feses, atau

tes untuk mendeteksi kanker maupun pertumbuhan prekanker dapat dilakukan

pemeriksaan struktural mulai dari sigmoidoscopy, colonoscopy, CT colonography, dan

double-contrast barium enema.10

Test Benefits Performance & Complexity* LimitationsTest Time Interval

Flexible Sigmoidoscopy

• Fairly quick

• Few complications

• Minimal bowel preparation

• Minimal discomfort

• Does not require sedation or a specialist

Performance:High for rectum & lower one-third of the colon

Complexity:Intermediate

• Views only one-third of colon

• Bowel preparation needed

• Cannot remove large polyps

• Small risk of infection or bowel tear

• Slightly more effective when combined with annual fecal occult blood testing

• Colonoscopy necessary if abnormalities are detected

5 years

Colonoscopy

• Examines entire colon

• Can biopsy and remove polyps

• Can diagnose other diseases

Performance:Highest

Complexity:Highest

• Can miss some polyps and cancers

• Full bowel preparation needed

• Can be expensive

10 years

Page 16: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

• Required for abnormal results from all other tests

• Sedation of some kind usually needed, necessitating a chaperone

• Patient may miss a day of work.

• Highest risk of bowel tears or infections compared to other tests

Double-contrast Barium Enema

• Can usually view entire colon

• Few complications

• No sedation needed

Performance:High

Complexity:High

• Can miss some small polyps and cancers

• Full bowel preparation needed

• Cannot remove polyps

• Exposure to low-dose radiation

• Colonoscopy necessary if abnormalities are detected

5 years

Computed Tomographic Colonography

• Examines entire colon

• Fairly quick

• Few complications

• No sedation needed

• Noninvasive

Performance:High

Complexity:Intermediate

• Can miss some polyps and cancers

• Full bowel preparation needed

• Cannot remove polyps

• Exposure to low-dose radiation

• Colonoscopy necessary if abnormalities are detected

5 years

Fecal Occult Blood Test

• No bowel preparation

• Sampling is done at home

• Low cost

• Noninvasive

Performance:Intermediate for cancer

Complexity:Lowest

• May require multiple stool samples

• Will miss most polyps and some cancers

• Higher rate of false-positives than other tests

• Pre-test dietary limitations

• Slightly more effective when combined with a flexible sigmoidoscopy every five years

Annual

Page 17: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

• Colonoscopy necessary if abnormalities are detected

Stool DNA Test

• No bowel preparation

• Sampling is done at home

• Requires only a single stool sample

• Noninvasive

Performance:Intermediate for cancer

Complexity:Low

• Will miss most polyps and some cancers

• High cost compared to other stool tests

• New technology with uncertain interval between testing

• Colonoscopy necessary if abnormalities are detected

Uncertain

*Complexity involves patient preparation, inconvenience, facilities and equipment needed, and patient discomfort.

Tabel2.2. Metode skrining kanker kolorektal (Diambil dari American Cancer Society, Colorectal

Cancer Facts and Figures 2011-2013, 2011)10

2.2.5 Diagnosis Kanker Kolorektal

Selain mengenal berbagai gejala, penegakan diagnosis kanker kolorektal dapat

dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Terabanya massa, adanya darah segar

dari rektum (biasanya karena adanya kanker disisi kiri kolon atau rektum) atau melena

(karena adanya kanker disisi kanan kolon), hingga adenopati, hepatomegali, jaundice,

atau tanda pulmonal yang lain dapat muncul sebagai tanda metastasis. Komplikasi

kanker kolorektal juga dapat kita lihat dengan adanya pendarahan akut gastrointestinal,

obstruksi akut, perforasi, dan metastasis dengan gangguan fungsi organ yang lain.2

Nilai hasil tes laboratorium juga dapat digunakan, seperti anemia defisiensi besi,

gangguan elektrolit, dan abnormalitas fungsi hati. Level antigen karsinoembrionik

(CEA) mungkin juga akan didapatkan meningkat, dan hal ini menjadi indikasi monitor

yang paling membantu setelah tindakan operasi (post operasi) dan untuk estimasi

kematian karena tumor.2,8

Evaluasi untuk diagnosis haruslah lengkap meliputi riwayat pasien, riwayat keluarga

pasien, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, kolonoskopi, dan pan-body CT scan.

Page 18: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Tentukan pula apakah terdapat tanda adanya metastasis setelah diagnosis primer

ditegakkan. Setelah ditetapkannya diagnosis dan staging, kolaborasi medis, radiasi, dan

ahli bedah onkologi diperlukan untuk formulasi dan implementasi rencana terapi.2

2.2.6 Staging Kanker Kolorektal

Staging kanker kolorektal harus dilakukan menggunakan sistem klasifikasi Tumor-

Node-Metastasis (TNM) dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) / sistem

dari Union Internationale Contre le Cancer (UICC).2

Stage T N M0 Tis N0 M0

IT1 N0 M0T2 N0 M0

IIA T3 N0 M0IIB T4 N0 M0IIIA T1-2 N1 M0IIIB T3-4 N1 M0IIIC T any N2 M0IV T any N any M1

Tumor (T)Tis : In situ adenocarcinoma includes cancers confined to the glandular basement membrane or lamina propriaT1 : Tumors invade into but not through the submucosaT2 : Tumors invade into but not through the muscularis propriaT3 : Tumors invade through the muscularis propria into the subserosa or into nonperitonealized pericolic or perirectal tissueT4a : Tumors invade other named organs or structuresT4b : Tumor perforate the visceral peritoneumNode (N)N0 : Denotes that all nodes examined are negativeN1 : Includes tumors with metastasis in one to three regional lymph nodesN2 : Indicates metastasis in four or more regional lymph nodesMetastasis (M)M0 : No evidence of distant metastases is presentM1 : Identification of distant (involvement of the external iliac, common iliac, para-aortic, supraclavicular, or other nonregional lymph nodes) metastases

Tabel2.3. Staging kanker kolorektal AJCC (Diambil dari Devita, Devita, Hellman & Rosenberg's

Cancer: Principles & Practice of Oncology, 8th Edition, 2008)2

2.2.7 Terapi Kanker Kolorektal

Page 19: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Pembedahan merupakan terapi yang paling sering dilakukan untuk kanker kolorektal.3

Pembedahan adalah satu-satunya modalitas kuratif untuk kanker kolon yang masih lokal

(stage I-III) dan potensial sebagai pilihan kuratif untuk pasien dengan metastasis yang

terbatas pada hati dan/atau paru-paru (stage IV). Prinsip umum untuk semua operasi

adalah mengangkat tumor primer yang berbatas adekuat termasuk area drainase

limpatik.8

Kemoterapi atau dikombinasikan dengan radiasi, diberikan sebelum atau sesudah

pembedahan di kebanyakan pasien yang kankernya sudah menyebar ke limfonodi.

Kemoterapi sistemik memang merupakan manajemen standar bagi pasien dengan

kanker yang telah bermetastasis.8 Penggunaan kemoterapi adjuvant (obat anti kanker

yang ditambahkan pada terapi pembedahan atau radiasi) untuk kanker kolon pada

pasien berusia 70 tahun yang sehat sama efektifnya pada pasien yang lebih muda.3

2.2.8 Prognosis Kanker Kolorektal

Ketika kanker kolorektal terdeteksi pada tahap awal, pada stage lokal, angka survival

selama 5 tahun adalah 90%, tetapi hanya 39% kanker kolorektal yang terdiagnosis pada

stage ini karena tidak tergunakannya sistem skrining. Setelah kanker menyebar secara

regional yang melibatkan organ lain atau limfonodi, survival 5 tahun akan jatuh menjadi

70%. Saat kanker telah menyebar ke organ yang jauh, survival 5 tahun hanya 12%.3

2.3 Tindakan Pembedahan

2.3.1 Perkembangan dan Peranan Pembedahan Pada Kanker Secara Umum2

Terapi pembedahan saat ini telah meningkatkan jumlah pasien kanker yang sembuh

berkat 2 hal perkembangan dalam bidang pembedahan. Pertama adalah pengenalan

mengenai anestesi umum oleh dua orang dokter gigi, yakni Dr.William Morton dan

Dr.Crawford Long. Perkembangan utama kedua adalah hasil dari pengenalan prinsip

penggunaan antisepsis oleh Joseph Lister pada tahun 1867. Kedua perkembangan ini

membuat tindakan pembedahan bebas dari rasa sakit dan sepsis, sehingga pemilihan

terapi pembedahan untuk kanker sangat meningkat tajam.

Page 20: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Teknik anestesi modern telah meningkatkan keamanan dalam tindakan pembedahan

onkologi mayor. Teknik anestesi dapat dibedakan menjadi regional dan anestesi umum.

Anestesi regional akan melibatkan pemblokan persepsi nyeri dengan pemberian obat

anestesi lokal. Obat ini akan bekerja dengan mencegah aktivasi reseptor nyeri atau

memblok konduksi syaraf. Contohnya adalah lidocaine (Xylocain) pada konsentrasi

0.5% sampai 1.0% yang paling banyak digunakan.

Sedangkan anestesi umum merupakan mekanisme penghilangan kesadaran yang

reversibel, yang diakibatkan oleh agen kimia yang bekerja secara langsung di otak.

Prosedur onkologi mayor paling banyak lakukan dengan menggunakan anestesi umum,

yang bisa diberikan secara intravena atau bentuk inhalasi. Keuntungan penggunaan

anestesi intravena adalah akan secara cepat membuat pasien tidak sadar dan akan

membuatnya lebih nyaman serta lebih tenang dalam menerima tindakan pembedahan.

Namun seperti terapi yang lain, potensi keuntungan intervensi bedah pada pasien kanker

juga harus diukur dengan resiko pembedahan yang dapat terjadi. Insiden kematian

karena pembedahan merupakan hal penting yang harus dihindari. Hal inilah yang harus

diperhatikan saat memutuskan tindakan terapi, selain juga harus memperhatikan kondisi

yang berbeda-beda pada setiap pasien. Insiden kematian karena operasi merupakan hal

kompleks dari proses penyakit dasar yang melibatkan faktor pembedahan, teknik

anestesi, komplikasi operasi, dan yang paling penting adalah status kesehatan pasien

dan kemampuannya terhindar dari trauma karena operasi.

Selain itu, seluruh ahli bedah onkologi harus tetap waspada terhadap situasi beresiko

tinggi yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah keganasan. Beberapa

kondisi dasar atau kongenital atau faktor genetik akan berhubungan dengan sangat

tingginya insiden terhadap kanker. Pada saat kanker terjadi pada organ yang tidak vital,

pada saat itu diperlukan pengangkatan terhadap organ yang berpotensial, untuk

mencegah terjadinya keganasan.

Ilustrasi yang dapat dijadikan contoh adalah saat seorang pasien dengan faktor genetik

terkena polip multipel di kolonnya. Jika kolektomi tidak dilakukan pada pasien ini,

Page 21: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

maka setengah persen kemungkinan pasien akan mengidap kanker kolon saat berusia 40

tahun. Sedang saat berusia 70, umumnya semua pasien dengan polip multipel akan

mengidap kanker kolon. Contoh kompleks yang lain adalah peranan pembedahan pada

pencegahan wanita yang beresiko tinggi terkena kanker payudara. Konseling untuk

menjelaskan keuntungan dan resiko dari mastektomi untuk pencegahan merupakan

bagian penting untuk dilakukan pada pasien ini.

Pembedahan dapat menjadi tindakan sederhana, metode yang aman untuk

menyembuhkan pasien dengan tumor padat/solid. Perluasan area reseksi pembedahan

akan melibatkan area regional yang dapat menyembuhkan beberapa pasien, walaupun

adanya mikrometastasis pada penyebaran regional selalu tidak terdeteksi awalnya.

Peranan terapi pembedahan pada pasien kanker dapat dibagi menjadi 6 area. Pertama

adalah sebagai terapi definitif terhadap kanker primer, pilihan yang tepat untuk terapi

lokal dan integrasi dengan modalitas terapi lainnya. Kedua adalah untuk menurunkan

kejadian kanker. Ketiga reseksi pembedahan untuk kuratif terhadap metastasis.

Keempat adalah pembedahan untuk terapi kegawatdaruratan onkologi. Kelima sebagai

langkah paliatif, dan keenam adalah untuk rekonstruksi serta rehabilitasi. Pada setiap

area, integrasi dengan modalitas terapi lain akan menjadi penting untuk keberhasilan

kesembuhan/kebaikan pasien.

2.3.2 Tindakan Pembedahan Pada Kanker Payudara5

2.3.2.2 Mastektomi

Sebanyak sepertiga kanker payudara simptomatik terlokalisir tidak dapat

disembuhkan hanya dengan konservasi payudara, tetapi dapat disembuhkan

dengan mastektomi. Mastektomi adalah langkah pembedahan untuk mengangkat

jaringan payudara dengan beberapa bagian kulit yang mendasari, biasanya juga

termasuk bagian puting. Payudara diangkat dari otot dinding dada (pectoralis

mayor, retus abdominus, dan serratus anterior). Tindakan ini harus dikombinasi

dengan pembedahan beberapa bagian axila.

Page 22: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

2.3.3 Tindakan Pembedahan Pada Kanker Kolorektal

2.3.3.1 Polipektomi

Polipektomi adalah metode pembedahan untuk mengangkat pertumbuhan sel yang

abnormal atau yang masih dalam bentuk polip. Tindakan ini biasanya dilakukan

pada kanker kolorektal yang masih dalam tahap kasinoma in situ.10

2.3.3.2 Kolektomi

Kolektomi merupakan reseksi pembedahan untuk mengangkat kanker, bersamaan

dengan bagian sepanjang kolon atau rektum serta limfonodi yang menjadi tempat

tumor berkembang.10 Untuk lesi yang berada pada sekum dan sisi kanan kolon,

serta lesi yang berada pada bagian proksimal atau tengah kolon transverse,

lakukan hemikolektomi kanan. Untuk lesi yang ada di fleksura splenik dan sisi

kiri kolon, dapat dilakukan hemikolektomi kiri. Sedangkan untuk lesi pada kolon

sigmoid, melakukan kolektomi sigmoid merupakan langkah yang tepat.8

Gambar2.2. Standar kolektomi untuk adenokarsinoma pada kolon (Diambil dari

http://emedicine.medscape.com/article/277496-overview)8

Page 23: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

2.3.3.3 Kolostomi

Ketika bagian kolon atau rektum telah diangkat, ahli bedah biasanya akan

menghubungkan bagian yang sehat dengan kantong datar fit yang berada diluar

tubuh pasien, agar pasien dapat membuang kotoran secara normal. Pada kasus ini,

ahli bedah akan membuat sebuah lubang (stoma) pada kulit abdomen untuk

saluran bagi kotoran terbuang dari tubuh. Kebanyakan pasien dengan kanker

kolorektal akan membutuhkan kolostomi hanya sementara saja, sampai kolon atau

rektum mereka pulih setelah dilakukan pembedahan. Walaupun begitu, terdapat 1

dari 8 orang pasien kanker rektum membutuhkan kolostomi yang permanen.10

2.4 Tindakan Kemoterapi dan Radioterapi pada Kanker Payudara dan Kanker

Kolorektal

Kemoterapi dan radioterapi merupakan pengobatan antikanker yang bertujuan untuk

untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh dan tidak bisa

dijangkau oleh tindakan pembedahan, mencegah rekurensi kanker dan mencegah

metastasis (terutama mikrometastasis).9 Kemoterapi maupun radiaoterapi dapat

diberikan setelah (terapi adjuvan) ataupun sebelum tindakan pembedahan dilakukan

(terapi neoadjuvan). Terapi neoadjuvan bertujuan untuk mengecilkan ukuran tumor

sehingga mudah untuk dilakukan pembedahan. Kemoterapi dan radioterapi juga dapat

diberikan sebagai terapi paliatif pada stadium lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien.9

Kemoterapi dapat diberikan melalui injeksi vena ataupun konsumsi oral. Kemoterapi

diberikan selama beberapa bulan dengan disertai dengan waktu jeda untuk pemulihan.

Pemberian obat kemoterapi biasanya diberikan lebih dari satu obat (kemoterapi

kombinasi) karena efektivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan satu obat.

Kemoterapi kombinasi yang sering diberikan pada kanker payudara adalah CMF

(cyclophosphamide, Methotrexate dan 5-fluorouracil) dan CAF (cyclophospamide,

doxorubicin, 5-fluorouracil).9 Kemoterapi kombinasi yang sering digunakan pada

kanker kolorektal adalah FOLFOX (5-FU , leucoverin, dan oxaliplatin) dan kombinasi

antara 5-FU dan leucoverin.11 Efek samping kemoterapi yang sering muncul adalah

terjadinya immunodefisiensi, mual, rambut rontok dan kehilangan nafsu makan.9

Page 24: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Terapi radiasi merupakan terapi lokal dan bukan terapi sistemik. Terapi radiasi

diberikan dengan dosis yang kecil setiap satu hari dan diberikan selama beberapa

minggu dan bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang tidak dapat dieliminasi oleh

tindakan pembedahan ataupun sebagai terapi neoadjuvan. Terapi radiasi pada kanker

kolon memiliki efektivitas yang rendah sehingga hanya digunakan pada kanker rektum.

Efek samping yang sering ditimbulkan dari terapi radiasi adalah immunodefisiensi, kulit

memerah, gatal dan kering.9

2.5 Pengobatan Alternatif

Pengobatan komplementer-alternatif menurut NCCAM (National Center for

Complementary and Alternative Medicine) adalah sebuah grup yang berbeda dari sistem

kesehatan medis yang, praktis, dan produknya yang saat ini masih dianggap bukan

bagian dari pengobatan konvensional (western medicine) 16. Pengobatan komplementer-

alternatif juga sering disebut pengobatan tradisional 17. Saat pengobatan tradisional

digunakan bersama dengan pengobatan konvensional maka pengobatannya disebut

pengobatan komplementer. Sebaliknya apabila tidak digunakan bersama pengobatan

tradisional maka disebut pengobatan alternatif 16.

Pengobatan alternatif dapat dibagi menjadi beberapa kategori atau domain16. Menurut

NCCAM ada lima kategori pengobatan komplementer-alternatif yaitu,

1. Biologically-based practices

2. Energy therapies

3. Manipulative and body-based methods

4. Mind-body medicine

5. Whole medical systems

Biologically-based practices merupakan praktek pengobatan dengan menggunakan

hasil-hasil alam. Hasil alam yang digunakan tidak hanya berasal dari tumbuhan tapi bisa

juga dari ektrak bahan hewani, vitamin, mineral, asam lemak, asam amino, protein,

prebiotic and probiotic, diet utuh, dan makanan fungsional. Energy therapies adalah

pengobatan dengan menggunakan energy yang dikirimkan ke tubuh pasien. Selanjutnya

manipulative and body-based methods merupakan kategori pengobatan dengan

Page 25: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

memanipulasi fisik dari tubuh pasien. Contoh manipulative and body-based methods

adalah pada praktek tukang urut. Mind-body medicine merupakan terapi dengan fokus

pada interaksi antara otak, pikiran, badan, dan perilaku, dan merupakan cara yang cukup

kuat untuk mempengaruhi kesehatan secara mental, sosial, dan spiritual. Terakhir

adalah whole medical systems merupakan suatu sistem pengobatan yang secara

menyeluruh terpisah dari sistem pengobatan konvensional. Contoh dari whole medical

systems adalah pengobatan ayurweda16.

Pemanfaatan pengobatan tradisional cukup luas terutama pada negara-negara

berkembang. Bahkan di beberapa negara Asia dan Afrika sekitar 80% dari populasi

bergantung pada pengobatan tradisional sebagai pelayanan kesehatan tingkat primer. Di

negara maju sekitar 70-80% populasi menyatakan pernah mencoba pengobatan

alternatif. Pengobatan alternatif yang paling popular adalah terapi herbal. Terapi herbal

termasuk dalam kelompok biologically-based practices. Terapi herbal merupakan

bentuk terapi dengan memberikan sediaan yang menggunakan tumbuhan atau bagian

tertentu dari tumbuhan sebagai bahan aktif 17.

Page 26: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan desain studi penelitian

cross sectional

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua rumah sakit di kota Denpasar yaitu RSUP Sanglah

dan RS Prima Medika pada bulan November 2012

3.3 Besar Sampel dan Sumber Data

Sampel diambil dari dua rumah sakit di kota Denpasar yaitu RSUP Sanglah sebagai

rumah sakit umum rujukan pemerintah dan RS Prima Medika yang memiliki Cancer

Center sebagai pusat pengobatan pasien kanker. Sampel yang diambil adalah pasien

kanker payudara dan kanker kolorektal rawat inap dan rawat jalan di RSUP Sanglah dan

RS Prima Medika yaitu sebanyak 38 pasien. 30 pasien menderita kanker payudara dan 8

pasien menderita kanker kolorektal. Data kemudian didapatkan dari proses wawancara

berdasarkan kuisoner pada 38 pasien kanker payudara dan kanker kolorektal

3.4 Populasi Target dan Populasi Terjangkau

1. Populasi Target

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien kanker payudara dan

kanker kolorektal rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit yang berada di

wilayah Denpasar.

2. Populasi Terjangkau

Sampel penelitian rawat inap di RSUP Sanglah didapatkan dari pasien rawat

inap di Angsoka III sedangkan untuk rawat jalan didapatkan dari pasien yang

mengujungi Poli Bedah Onkologi RSUP Sanglah pada tanggal 7-12 November

2012. Sampel penelitian rawat jalan di RS Prima Medika didapatkan dari pasien

yang mengujungi Cancer Center RS Prima Medika pada 7-12 November 2012.

Page 27: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

3.5 Kriteria Penelitian

Kriteria Inklusi :

Pasien rawat inap dan rawat jalan yang menderita kanker payudara dan kanker

kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika berdasarkan pemeriksaan

fisik, imaging, dan histopatologis.

Pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang bersedia dan mampu untuk

menjalani proses wawancara.

Kriteria Eksklusi

Pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kanker yang bermetastasis pada

payudara dan kolorektal.

Pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang tidak bersedia dan tidak

mampu untuk menjalani proses wawancara.

3.6 Definisi Operasional Penelitian

Kanker Payudara : proses malignansi primer yang terjadi pada payudara

dimana diagnosisnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, imaging, dan

diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan histopatologis.

Kanker Kolorektal : proses malignansi primer yang terjadi pada kolon dan

atau rektum dimana diagnosisnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

imaging, dan diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan histopatologis.

Pembedahan : terapi antikanker dengan membuka bagian tubuh dan

mengangkat sel kanker yang ada dan/atau memotong serta mengangkat

sebagian/seluruh bagian organ yang terinvasi oleh sel kanker

Kemoterapi : pengobatan antikanker yang bekerja secara sistemik dan

dapat diberikan lewat oral maupun injeksi.

Radioterapi : pengobatan antikanker yang bekerja secara lokal dan

diberikan lewat penyinaran radiasi pada lokasi tumor.

Persepsi : Proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan ,

penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan suatu hal dari sumber

lain (yang dipersepsi). Dalam penelitian ini persepsi dinilai dari takut atau

Page 28: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

tidaknya pasien untuk menjalankan kemoterapi dan radioterapi beserta

alasannya.

Pengobatan alternatif: pengobatan/terapi non-konvensional yang pernah dijalani

pasien.

3.7 Kerangka Penelitian

Populasi Target

Populasi terjangkau

Wawancara Berdasarkan Kuisoner

Data dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0

Hasil Penelitian

Page 29: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Pasien Kanker Payudara dan Kanker Kolorektal Berdasarkan

Diagnosis, Umur, Tingkat Pendidikan dan Stadium

4.1.1 Distribusi Menurut Diagnosis

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 38 orang yang terdiri dari

30 pasien kanker payudara (78,9%) dan 8 pasien kanker kolorektal (21,1%).

4.1.2 Distribusi Menurut Umur

Dari hasil analisis data melalui program SPSS 13.0, mean usia dari pasien kanker

payudara dan pasien kanker kolorektal yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah

48 tahun. Distribusi sampel berdasarkan kategori umur adalah umur 21-30 (2,6%), 31-

40 (26,3%), 41-50 (39,5%), 51-60 (26,3%), 61-70 (5,3%).

Grafik 4.1 Distribusi Sampel Menurut Kategori Umur

4.1.2 Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien kanker payudara dan

pasien kanker kolorektal yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah: Tidak Sekolah

(15,8%), SD (39,5%), SMP (15,8%), dan Sarjana (15,8%).

Page 30: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Grafik 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.1.3 Distribusi Menurut Stadium

Hasil analisis data menunjukkan bahwa stadium penyakit pasien kanker payudara dan

pasien kanker kolorektal yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah : stadium I

(0%), II (13,2%), III (65,8%), dan IV (21,1%).

Grafik 4.3 Distribusi Sampel Menurut Stadium Kanker.

4.2 Persepsi Pasien Kanker Payudara dan Kanker Kolorektal terhadap Tindakan

Pembedahan

4.2.1 Hasil

Hasil yang didapatkan melalui questionnaire sebanyak 65.8% pasien (25 orang)

menyatakan takut untuk menjalani tindakan pembedahan sebagai terapi kankernya.

Lebih rincinya adalah 50% dari 8 orang pasien kanker kolorektal (4 orang) dan 70%

dari 30 orang pasien kanker payudara (21 orang).

Page 31: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab ketakutan tersebut. Setidaknya terdapat

lima faktor utama yang menjadi dasar terhadap persepsi negatif mengenai tindakan

pembedahan. Kelima faktor tersebut adalah ketakutan karena proses pembedahan,

ketakutan karena kemungkinan kegagalan, ketakutan akan adanya komplikasi/efek

samping yang muncul, ketakutan karena biaya yang tidak terjangkau, dan faktor

ketakutan yang lainnya. Hasil dari 65.8% pasien yang takut dengan tindakan

pembedahan, 56%-nya mengatakan bahwa alasan ketakutannya adalah mengenai proses

dari pembedahan itu sendiri.

Grafik4.4. Persentase persepsi terhadap tindakan pembedahan pada 38 orang pasien kanker payudara dan kanker kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

56%

12%

20%

8%4%

Faktor Ketakutan

Proses bedahKegagalanKomplikasiBiayaLain-lain

Diagram lingkaran4.1. Persentase faktor ketakutan terhadap tindakan pembedahan pada pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang takut terhadap pembedahan di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

Page 32: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Walaupun sebanyak 48% (12 orang) dari 65.8% pasien yang takut tersebut akhirnya

tetap mau untuk dilakukan pembedahan, namun sebanyak 52% (13 orang) sisanya

memilih untuk tidak melakukan pembedahan. Dimana 40%-nya (10 orang) lebih

memilih untuk menjalani pengobatan alternatif dan 12% (3 orang) lainnya justru

membiarkan kanker yang dideritanya tanpa dilakukan tindakan apapun. Durasi

penundaan untuk dilakukannya tindakan pembedahan karena lebih memilih pengobatan

alternatif maupun karena hanya dibiarkan ternyata cukup bervarisasi, dari rentang bulan

hingga tahunan.

No. Durasi dibiarkan Jumlah pasien (%)

1.

2.

3.

0 sampai ≤ 6 bulan

>6 bulan sampai ≤ 1 tahun

>1 tahun

2 (70%)

0 (0%)

1 (30%)

Tabel4.1. Durasi lamanya kanker dibiarkan tanpa dilakukan pembedahan pada pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang takut terhadap pembedahan di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

No. Durasi alternatif Jumlah pasien (%)

1.

2.

3.

4.

<1 tahun

1-2 tahun

3-4 tahun

5 tahun

4 (40%)

2 (20%)

2 (20%)

2 (20%)

Tabel4.2. Durasi lamanya pengobatan aslternatif tanpa dilakukan pembedahan pada pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang takut terhadap pembedahan di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

Jika dijabarkan lebih rinci menurut jenis kankernya, dari 4 orang pasien kanker

kolorektal yang takut, keseluruhannya memilih untuk tetap mau dilakukan pembedahan.

Sedangkan dari 21 orang pasien kanker payudara yang takut, kebanyakan dari mereka

(48%) lebih memilih melakukan pengobatan alternatif.

Seluruh pasien yang takut dengan pembedahan dan membiarkan kankernya, rata-rata

datang dalam keadaan terlambat ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan

Diagram lingkaran4.2&4.3. Persentase tindakan lain yang dilakukan oleh pasien kanker payudara dan tindakan lain yang dilakukan oleh pasien kanker kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

Page 33: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

konvensional. Didapatkan 60% pasien (15 orang) dari pasien yang takut, datang dalam

stage yang sudah lanjut, 44% (11 orang) dengan stage III dan 16% (4 orang) dengan

stage IV.

Diagram lingkaran4.4. Persentase stage pasien yang takut pembedahan saat datang ke Rumah Sakit untuk mencari pengobatan konvensional di di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

Saat kita bagi, dari 3 orang pasien yang takut pembedahan lalu membiarkan kankernya,

67% (2 orang) datang ke Rumah Sakit sudah dalam stage III. Sedangkan yang memilih

untuk mengobatinya dengan alternatif, hanya 10% (1 orang) saja yang datang dengan

stage dini, yaitu stage II.

Obat saja14%

Alternatif48%

Tetap mau dibedah

38%

Pasien kanker payudara

Tetap mau dibedah

100%

Pasien kanker kolorektal

8%

44%

16%

32%

Stage pasien

IIIIIIVunidentified

Page 34: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Stage III67%

Stage IV33%

Karena dibiarkan

Diagram lingkaran4.5&4.6. Persentase stage pasien yang takut pembedahan lalu dibiarkan dan ke alternatif saat datang ke Rumah Sakit untuk mencari pengobatan konvensional di di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika

4.2.2 Pembahasan

Terdapat 65.8% pasien yang ternyata takut dengan dilakukannya pembedahan sebagai

terapi kankernya. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi negatif pasien terhadap

pembedahan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ketakutan pasien karena proses

pembedahan sendiri menunjukkan bagaimana edukasi maupun penjelasan tentang

pembedahan ke pasien yang masih sangat minim. Dengan kemajuan teknik

pembedahan, misalnya yaitu penggunaan anestesi dan antisepsis, seharusnya pasien

tidak perlu lagi khawatir dengan rasa sakit atau hal lain yang berkaitan dengan proses

saat pembedahan. Sehingga tidak sedikit pasien (21.1%) cenderung terpaksa/pasrah

dengan keadaannya tanpa teredukasi dengan baik tentang penyakit maupun tindakan

terapinya.

Bagi pasien kanker kolorektal, kebanyakan dari mereka tetap mau untuk menjalani

pembedahan walaupun dalam keadaan takut atau terpaksa. Hal ini mungkin dikarenakan

gejala yang mereka alami telah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Contohnya

adalah perubahan dalam kebiasaan buang air besar, perut kembung, kram dan lain

sebagainya. Berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh pasien kanker payudara. Hampir

seluruh pasien kanker payudara tidak merasakan hal apapun saat fase awal terkena

kanker payudara. Gejala yang paling banyak dirasakan hanyalah adanya benjolan di

daerah payudara hingga ketiak, dimana benjolan ini tidak terasa nyeri sehingga tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Dengan begitu, pasien kanker payudara lebih

Stage II10%

Stage III30%

Stage IV20%

unidentified40%

Karena ke alternatif

Page 35: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

sering membiarkan tumor yang ia rasakan, atau mencoba pengobatan alternatif untuk

menghilangkan tumor tersebut.

Ketakutan pasien ini ternyata berdampak besar bagi pertumbuhan sel-sel kanker.

Beralihnya pasien untuk berobat menggunakan alternatif, ataupun justru hanya

dibiarkan, secara tidak langsung akan memberikan cukup durasi waktu bagi sel kanker

untuk berkembang. Tindakan sia-sia ini dilakukan oleh pasien yang ingin menghindar

dari tindakan pembedahan.

Sehingga akibat rasa takut dan tindakan penundaan terhadap pembedahan ini, membuat

pasien akan datang terlambat, dalam arti dengan stage lanjut bahkan terminal, untuk

mencari pengobatan konvensional kanker di Rumah Sakit. Hal ini sangat perlu

dihindari, karena kemungkinan pasien untuk sembuh akan sangat kecil.

4.3 Persepsi Pasien Kanker Payudara dan Kanker Kolorektal terhadap

Kemoterapi dan Radioterapi

4.2.1 Riwayat Menjalani Kemoterapi dan atau Radioterapi

Pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang dijadikan sampel pada penelitian ini

63,2% pernah menjalani kemoterapi dan radioterapi, sedangkan 36,8% sampel tidak

pernah menjalani kemoterapi dan radioterapi.

Ya63.2%

Tidak36.80%

Diagram lingkaran4.7 Riwayat Kemoterapi dan atau Radioterapi

4.2.2 Pengetahuan Tentang Kemoterapi dan Radioterapi

Pengetahuan tentang kemoterapi dan radioterapi dinilai dari tahu tidaknya pasien

mengenai pengertian dan efek samping dari kemoterapi dan radioterapi. Pada penelitian

Page 36: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

ini 31,6 % pasien tahu dan mengerti, sedangkan 68,4% tidak tahu dan tidak mengerti

tentang kemoterapi dan radioterapi.

Tahu32%

Tidak Tahu68%

Diagram lingkaran4.8 Pengetahuan Tentang Kemoterapi dan Radioterapi

4.2.3 Persepsi Pasien Kanker Payudara dan Kanker Kolorektal Terhadap

Kemoterapi dan Radioterapi

Persepsi pasien dinilai dari takut atau tidaknya pasien untuk menjalani kemoterapi

ataupun radioterapi dan dinilai dari proses wawancara berdasarkan kuisioner. Jika

pasien sebelumnya telah menjalani kemoterapi dan atau radioterapi maka yang

ditanyakan adalah persepsi pasien sebelum menjalani kemoterapi dan atau radioterapi

untuk pertama kali. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 21.1% pasien berani, 52.6%

pasien takut, dan 26.3% pasien pasrah untuk menjalani kemoterapi dan atau radioterapi.

21%

53%

26%

BeraniTakutPasrah

Diagram lingkaran4.9 Persepsi Pasien dalam Menjalani Kemoterapi dan Radioterapi

Alasan pasien kanker payudara dan kanker kolorektal takut/tidak mau dikemoterapi dan

atau diradioterapi berdasarkan kuisioner dibagi menjadi 5 variabel yaitu takut gagal,

takut efek samping yang muncul, biaya yang mahal, dan karena berlangsung dalam

jangka waktu yang lama. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 26,3% takut gagal,

39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang mahal, 10,5% karena berlangsung dalam

jangka waktu yang lama, dan 15,8% tidak takut.

Page 37: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Takut Gagal Efek Samping Biaya Jangka Waktu Lama

Tidak Takut0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

26.3 %

39.5%

7.9%10.5%

15.8%

Grafik 4.5 Alasan Pasien Takut atau Tidak Mau Untuk Menjalani Kemoterapi dan atau

Radioterapi

Seberapa besar ketakutan terhadap kemoterapi dan radioterapi mempengaruhi kemauan

untuk akhirnya dikemoterapi dan atau diradiaoterapi pada kuisoner dibagi menjadi 4

variabel yaitu sangat takut sehingga tidak menjalani kemoterapi dan radioterapi lalu

dibiarkan, sangat takut sehingga tidak menjalani kemoterapi dan radioterapi lalu

memilih alternatif, takut namun tetap mau menjalani kemoterapi dan atau radioterapi,

dan tidak dan takut dan mau menjalani kemoterapi dan atau radioterapi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 13,20% pasien sangat takut dengan kemoterapi

dan radioterapi sehingga tidak dilakukan lalu penyakitnya didiamkan, 10,50% sangat

takut kemoterapi dan raoterapi sehingga memilih pengobatan alternatif, 50% lumayan

takut tapi tetap mau menjalani kemoterapi dan radioterapi, dan 26,30% tidak takut dan

mau menjalani kemoterapi dan atau radioterapi.

0

20

40

60

13.2% 10.5%

50%

26.3%

Grafik 4.6 Besar Ketakutan dalam Mempengaruhi Keputusan Untuk Dikemoterapi dan atau d

iradioterapi

Page 38: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

4.3 Diskusi dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini, distribusi pasien kanker payudara dan kanker

kolorektal menurut umur yang terbanyak adalah pada kategori umur 41-50 dengan mean

usia 48 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian deskriptif sebelumnya yang

menyebutkan bahwa rentang umur tersering terjadinya kanker payudara adalah 41-

50.12,13

Stadium terbanyak pada sampel penelitian ini adalah stadium III (65,8%), dan disusul

oleh stadium IV (21,1%). Hasil penelitian ini mendukung hasil temuan dari Depkes RI

yang menyebutkan bahwa lebih dari 50% pasien datang pada stadium lanjut. Penyebab

keterlambatan pasien kanker untuk datang ke rumah sakit masih belum banyak diteliti

lebih jauh namun diduga disebabkan karena kurangnya pemahaman pasien tentang

kanker dan pengobatannya (operasi, kemoterapi), masih kurangnya deteksi dini di

Indonesia seperti gerakan SADARI dan pemeriksaan rutin mammografi, dan masih

tingginya minat masyarakat untuk pergi ke pengobatan alternatif dan mengesampingka

terapi medis. Hal – hal tersebut masih sebatas dugaan dan memerlukan penelitian yang

lebih lanjut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman pasien kanker payudara

dan kanker kolorektal terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi masih cukup rendah

dimana 68,4% sampel tidak tahu dan tidak mengerti tentang tindakan kemoterapi dan

radioterapi. Pemahaman yang kurang tentang tindakan kemoterapi dan radioterapi ini

nantinya dapat mengakibatkan timbulnya persepsi negatif terhadap tindakan kemoterapi

dan radioterapi. Maka dari itu praktisi kesehatan khususnya dokter harus mampu untuk

memberikan KIE (komunikasi , informasi, edukasi) yang baik kepada pasien kanker

agar pasien benar-benar memahami apa itu kanker beserta modalitas terapinya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien masih takut terhadap tindakan

kemoterapi dan radioterapi (52,6% ) dan takut efek samping (39,5%) sebagai alasan

tertinggi pasien takut menjalani kemoterapi dan radioterapi. Masih tingginya ketakutan

pasien terhadap tindakan kemoterapi dan radioterapi dapat mengakibatkan pasien untuk

Page 39: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

enggan untuk menjalani kemoterapi dan radioterapi lalu dibiarkan (13,20%) atau pergi

ke pengobatan alternatif (10,50%). Hal ini tentunya memperburuk keadaan pasien dan

mungkin menjadi penyebab pasien untuk datang ke rumah sakit pada stadium yang

lanjut.

Hasil penelitian terkait pengaruh persepsi negatif (ketakutan pasien untuk menjalani

kemoterapi dan radioterapi) pada pengambilan keputusan untuk menjalankan

kemoterapi dan radioterapi menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker takut namun

tetap mau menjalankan kemoterapi dan radioterapi (50%). Kemungkinan hasil ini bias

karena mayoritas sampel telah menjalani tindakan kemoterapi dan atau radioterapi

sebelumnya (63,2%) . Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya

untuk mengambil sampel yang belum pernah menjalani kemoterapi dan radioterapi agar

hasil tidak bias.

4.4 Riwayat Pengobatan Alternatif pada Pasien Kanker Payudara dan Kanker

Kolorektal

4.4.1 Hasil

Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa 23 pasien (60,5%) menyatakan pernah

menjalani pengobatan alternatif. Kemudian diantara 23 pasien tersebut 10 orang

diantaranya (43,48%) menggunakan pengobatan alternatif sebelum mengunjungi dan 13

orang (56,52%) sisanya menyatakan berobat ke pengobatan alternatif setelah

mengunjungi dokter. Alasan pasien untuk mengunjungi pengobatan alternatif telah

dikelompokkan menjadi 3 yaitu ketakutan pasien akan pengobatan konvensional, pasien

merasa pengobatan alternatif lebih baik dari pengobatan konvensional, dan biaya

pengobatan alternatif yang lebih murah. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 14

orang (60,87%) takut menjalani pengobatan konvensional, 3 orang (26,09%) merasa

pengobatan alternatif lebih baik dari pengobatan konvensional, 6 orang (13,04%) karena

alasan biaya.

Page 40: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Diagram lingkaran4.10 persentase alasan pasien memilih pengobatan alternatif.

Metode pengobatan alternatif yang terbanyak, yaitu sebesar 78,26% (18 orang) dipilih

oleh pasien adalah dengan menggunakan produk herbal. Sebanyak 3 pasien (13,04%)

memakai lebih dari 1 metode. Sedangkan sisanya memilih menggunakan metode

pengobatan tenaga dalam atau manipulative & body based methods.

Diagram lingkaran4.11 Persentase metode pengobatan alternatif yang dipilih oleh pasien

kanker payudara dan kanker kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika.

Durasi kunjungan pasien ke pengobatan alternatif cukup bervariasi. Oleh sebab itu pada

penelitian ini durasi kunjungan dikelompokkan menjadi 3 yaitu, yang kurang dari sama

dengan 6 bulan, antara 6 bulan hingga 1 tahun dan yang lebih dari 1 tahun.

Page 41: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Table4.3 Tabel lama pengobatan alternatif pasien kanker payudara dan kanker

kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika.

No

.

Lama pengobatan Alternatif Jumlah pasien

(persentase)

1.

2.

3.

0sampai ≤ 6 bulan

6 bulan sampai ≤ 1 tahun

>1 tahun

14(60,9%)

4(17,4%)

5(21,7%)

Ada beberapa sumber informasi bagi pasien tentang pengobatan alternatif yang ada dan

juga metode yang dipakai. Pasien bisa mendapatkan informasi tentang pengobatan

alternatif dari orang yang dekat/dikenal oleh pasien seperti keluarga, teman, atau

tetangga dan ada juga dari media elektronik seperti televisi. Dari hasil kuisioner

menunjukkan sebagian besar informasi, 17 orang menyatakan informasi (73,91%)

didapat dari orang yang dikenal/dekat dengan pasien. Sedangkan 6 pasien lainnya

(26,09%) menyatakan mendapatkan informasi dari media elektronik yaitu televisi.

Diagram lingkaran4.12 Persentase sumber informasi pengobatan alternatif

pasien.

Hasil pengobatan alternatif yang dirasakan pasien di tempat penelitian ada 2 yaitu

pasien merasa tidak ada perubahan setelah terapi dan ada sebagian merasa adanya

perburukan gejala. Sebanyak 12 orang pasien menyatakan tidak ada perubahan dan 11

orang lainnya menyatakan gejala kanker mereka semakin memburuk. Kedua alasan

inilah yang akhirnya membuat pasien kembali berobat ke Rumah Sakit.

Page 42: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Diagram lingkaran4.13 Persentase hasil terapi pengobatan alternatif pasien

kanker payudara dan kanker kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima Medika.

4.4.2 Pembahasan

Pengobatan alternatif oleh WHO disebutkan bahwa pengaplikasianya cukup luas

terutama pada negara-negara berkembang. Bahkan di beberapa negara Asia dan Afrika

sekitar 80% dari populasi bergantung pada pengobatan tradisional sebagai pelayanan

kesehatan tingkat primer. Di negara maju sekitar 70-80% populasi menyatakan pernah

mencoba pengobatan alternatif 6. Kemudian hasil penelitian ini didapatkan bahwa

sekitar 60% pasien kanker payudara dan kanker kolorektal pernah memakai terapi

pengobatan alternatif. Bahkan lebih dari 50% mengunjungi pengobatan alternatif setelah

mengunjungi dokter. Ada berbagai alasan yang diutarakan oleh pasien antara lain adalah

ketakutan pasien akan pengobatan konvensional, pasien merasa pengobatan alternatif

lebih baik dari pengobatan konvensional, dan biaya pengobatan alternatif yang lebih

murah. Ketakutan pasien, menurut penelitian Affandi, disebabkan sebagian besar oleh

karena proses pembedahan yang merupakan terapi utama dari kanker pada pengobatan

konvensional 7.

Jenis pengobatan alternatif yang paling banyak dipakai oleh pasien adalah dengan

menggunakan produk herbal. Hal ini nampaknya didasari oleh kepercayaan pasien

bahwa produk herbal cenderung lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping. Pada

pasien beberapa pasien kanker kolorektal penggunaan obat herbal mampu mengurangi

gejala konstipasi pasien. Namun pada akhirnya pasien tersebut akhirnya kembali lagi

untuk berobat ke rumah sakit. Durasi terapi dengan pengobatan alternatif sendiri pada

14 pasien (60,9%) berlangsung antara 1 hingga 6 bulan.

Page 43: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

Hasil wawancara pasien juga menunjukkan bahwa pasien mendapatkan informasi akan

pengobatan alternatif dari orang terdekat pasien seperti keluarga, teman, maupun

tetangga. Hal ini tampaknya memperlihatkan bahwa informasi dan pengetahuan

masyarakat tentang kanker tampaknya kurang Sumber informasi lain akan pengobatan

alternatif juga didapatkan pasien melalui media elektronik yaitu televisi. Terakhir hal-

hal yang akhirnya membawa pasien untuk kembali berobat ke pengobatan konvensional

adalah hasil terapi pengobatan alternatif yang tidak memuaskan. Dua alasan yang

membuat pasien kembali berobat ke RS karena tidak adanya perubahan gejala atau

karena gejala memburuk.

Penelitian ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut lagi. Hal ini disebakan karena

jumlah sampel yang sedikit. Selain itu variasi penelitian ini hanya mengambil 2 jenis

kanker yaitu kanker payudara dan kanker kolorektal sedangkan ada beberapa jenis

kanker lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Namun sisi baiknya adalah

penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pengetahuan masyarakat tentang

kanker ternyata masih kurang. Kurangnya pengetahuan masyarakat ini akhirnya

menyebabkan keterlambatan pasien untuk berobat ke pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Tentunya hal ini berakibat buruk mengingat kanker adalah penyakit dengan tingkat

mortalitas yang tinggi.

4.5 Pengetahuan Pasien tentang SADARI (Periksa Payudara Sendiri)

4.5.1 Hasil

Sampel yang didapatkan di rumah sakit pusat umum Sanglah dan rumah sakit Prima

Medika adalah sebanyak 30 pasien merupakan pasien kanker payudara. Hasil kuisioner,

menunjukkan bahwa 4 pasien (13,3%) tahu dan pernah mendengar tentang SADARI

sedangkan sisanya 26 pasien (86,67%) tidak tahu dan tidak pernah mendengar tentang

SADARI. Sedangkan dari 4 pasien yang tahu tentang SADARI, sekitar 50% (n=2) yang

pernah atau rutin melakukan SADARI.

Page 44: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

13.33%

86.67%

Pasien yang tahu tentang SADARI

Ya Tidak

Diagram lingkaran4.14 persentase pasien yang tahu tentang SADARI

50%50%

persentase pasien yang rutin SADARI

PERNAH TIDAK

Diagram lingkaran4.15 persentase pasien yang rutin SADARI dari pasien yang tahu tentang SADARI.

Dari 26 pasien yang tidak tahu dan tidak pernah mendengar SADARI, terdapat 4 pasien

(15,3%) yang pernah melakukan SADARI. Mereka tidak pernah tahu atau mendengar

istilah SADARI dan mendapatkan info tentang pemeriksaan payudara dari saudara atau

teman yang mengalami kanker payudara.

Page 45: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

15%

85%

Pasien pernah SADARI

PERNAHTIDAK

Diagram lingkaran4.16 persentase pasien yang pernah sadari dari pasien yang

tidak tahu tentang sadari.

4.5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sekitar 13,3% ( 4 pasien) dari pasien

kanker payudara yang tahu tentang SADARI dan sisanya 86.7% (26 pasien) tidak tahu

tentang SADARI. Sedangkan pasien yang rutin melakukan SADARI dari yang tahu

tentang SADARI hanya 2 pasien (50%). Ini menunjukkan kurangnya sosialisasi dan

pengetahuan pasien tentang SADARI.

Hasil wawancara menunjukkan kurangnya pengetahuan pasien tentang gejala dan tanda

dari kanker payudara, sehingga mereka membiarkan benjolan yang ada sehingga

menjadi semakin besar dan menjadi stadium yang lebih lanjut.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan mempunyai keterbatasan dan kekurangan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Diantaranya adalah jumlah sampel yang relatif sedikit

yaitu 38 sampel, dan proporsi sampel antara pasien kanker payudara dan kanker

kolorektal yang tidak seimbang yaitu 30 kanker payudara dan 8 kanker kolorektal.

Keterbatasan ini diakibatkan karena waktu pengumpulan sampel yang relatif singkat.

Page 46: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Distribusi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang berada di Rumah

Sakit wilayah Denpasar menurut kategori umur adalah umur 21-30 (2,6%), 31-

40 (26,3%), 41-50 (39,5%), 51-60 (26,3%), 61-70 (5,3%). Distribusi menurut

tingkat pendidikan adalah : tidak sekolah (15,8%), SD (39,5%), SMP (15,8%),

dan Sarjana (15,8%). Distribusi menurut stadium adalah : stadium I (0%), II

(13,2%), III (65,8%), dan IV (21,1%).

2. Penelitian ini menujukkan masih adanya rasa takut pasien terhadap tindakan

pembedahan untuk kanker. Dimana rasa takut ini merupakan dampak dari

ketidakpahaman pasien akibat kurangnya edukasi dan penjelasan tentang

prosedur dilakukannya pembedahan. Persepsi yang salah tentang pembedahan

karena berbagai faktor ketakutan pasien, hanya akan membuat pasien datang

dalam keadaan terminal saat mencari pengobatan konvensional ke Rumah Sakit.

3. Pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang menjadi sampel pada

penelitian ini 63,2% pernah menjalani kemoterapi dan atau radioterapi,

sedangkan 36,8% sampel tidak pernah menjalani kemoterapi dan atau

radioterapi.

4. Tingkat pengetahuan pasien kanker payudara dan kanker kolorektal terhadap

kemoterapi dan radioterapi adalah : 31,6 % pasien tahu dan mengerti, sedangkan

68,4% tidak tahu dan tidak mengerti tentang kemoterapi dan radioterapi.

5. Persepsi pasien kanker payudara dan kanker kolorektal yang berada di rumah

sakit wilayah Denpasar terhadap tindakan kemoterapi dan atau radioterapi

adalah : 21.1% pasien berani, 52.6% pasien takut, dan 26.3% pasien pasrah

untuk menjalani kemoterapi dan atau radioterapi. Alasan ketakutan sampel

adalah : 26,3% takut gagal, 39,5% takut efek samping, 7,9% biaya yang mahal,

10,5% karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan 15,8% tidak

takut.

Page 47: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

6. Seberapa besar ketakutan terhadap kemoterapi dan radioterapi mempengaruhi

kemauan untuk akhirnya dikemoterapi dan atau diradioterapi adalah : 13,20%

pasien sangat takut dengan kemoterapi dan radioterapi sehingga tidak dilakukan

lalu penyakitnya didiamkan, 10,50% sangat takut kemoterapi dan raoterapi

sehingga memilih pengobatan alternatif, 50% lumayan takut tapi tetap mau

menjalani kemoterapi dan radioterapi, dan 26,30% tidak takut dan mau

menjalani kemoterapi dan atau radioterapi.

7. Pasien kanker payudara dan kanker kolorektal di RSUP Sanglah dan RS Prima

Medika sebagian besar pernah menggunakan pengobatan alternatif (60,5%).

Pasien-pasien tersebut sebagian besar mengunjungi alternatif setelah

mengunjungi dokter (43,48%). Informasi yang didapat pasien berasal dari orang

terdekat pasien dan juga media televisi. Terapi alternatif yang paling banyak

digunakan adalah terapi herbal dan durasi pengobatan yang dijalani sebagian

besar pasien adalah kurang dari 6 bulan (60,9%). Pasien-pasien tersebut akhirnya

kembali ke pengobatan konvensional karena tidak adanya perubahan gejala atau

bahkan gejala kankernya semakin memburuk.

8. Rendahnya pengetahuan pasien kanker payudara tentang SADARI menunjukkan

kurangnya informasi dan sosialisasi yang di dapatkan oleh masyarakat.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian penyempurnaan maupun penelitian lanjutan terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan pasien ke rumah

sakit.

2. Untuk penelitian lanjutan terkait penelitian ini diharapkan agar waktu untuk

melakukan penelitian ada baiknya diperpanjang sehingga dapat menjaring lebih

banyak pasien dan penyusunan kuisioner juga lebih matang.

3. Hasil sebelumnya menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang SADARI pada

pasien kanker. Hal ini juga mengindikasikan rendahnya informasi yang

diperoleh oleh pasien sehingga pasien akhirnya datang ke rumah sakit dengan

keadaaan yang buruk. Pihak – pihak yang terkait diharapkan lebih gencar

melaksanakan sosialisasi SADARI kepada masyarakat.

Page 48: pengetahuan pasien tentang kanker payudara

DAFTAR PUSTAKA

1.